Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PEMBAHASAN MENGENAI MODAL KERJA

(WORKING CAPITAL)

MANAJEMEN AKUNTANSI HOSPITALITI


SEMESTER 4 KELAS B

TUGAS INDIVIDU

I Gede Yoga Dana Saputra (21106048)

POLITEKNIK PARIWISATA BALI


2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan paper yang berjudul
“Analisis Pembahasan Mengenai Modal Kerja (Working Capital)” dalam rangka
memenuhi tugas Matakuliah Manajemen Keuangan Hospitaliti ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar, tanpa adanya suatu kendala yang berarti.
Seluruh isi paper ini berasal dari beberapa sumber di media internet, yang telah
disusun dengan rapi dan akurat.
Dalam penyusunan paper ini, penulis mendapat banyak pengetahuan dan
informasi mengenai judul dari paper ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Christina Susanti, SE., Ak, selaku dosen pengampu Matakuliah
Manajemen Keuangan Hospitaliti yang telah memberikan materi,
sekaligus arahan dan bimbingan dalam pertemuan perkuliahan,
2. Keluarga tercinta yang telah senantiasa memberikan dukungan, serta
3. Teman-teman sekelas yang telah memberikan masukan dan dukungan
dalam penyusunan paper ini.
Penulis sadar tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak di atas, paper ini
tentunya tidak akan dapat terselesaikan pada waktunya.

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan permohonan maaf apabila dalam


penyusunannya, paper ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Mengingat
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki, penulis sadar
betul bahwa penulis masih harus terus belajar untuk memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang ada. Dengan demikian, besar harapan penulis agar dapat
menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam upaya
perbaikan ke depannya.

Nusa Dua, 1 April 2023


Penulis.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Paper....................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Paper................................................................ 2
1.3 Manfaat Paper.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
2.1 Pengertian Modal Kerja (Working Capital)..................................... 3
2.2 Konsep Modal Kerja (Working Capital).......................................... 3
2.3 Fungsi Modal Kerja (Working Capital)........................................... 5
2.4 Jenis-jenis Modal Kerja (Working Capital)..................................... 5
2.5 Komponen Modal Kerja (Working Capital).................................... 6
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja (Working Capital)......... 7
BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan Paper............................................................................ 10
3.2 Saran dari Penulis............................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Modal kerja adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kecukupan dana yang tersedia untuk menunjang operasional suatu
perusahaan. Modal kerja terdiri dari semua aset lancar (aktiva lancar) yang
dimiliki perusahaan, seperti kas, piutang dagang, persediaan, dan lain
sebagainya, yang dapat dicairkan dalam waktu kurang dari satu tahun.
Sementara itu, kewajiban lancar (liabilitas lancar) seperti utang dagang,
hutang bank, dan lain sebagainya merupakan sumber pembiayaan modal
kerja.
Modal kerja penting untuk menjaga kelangsungan operasional
perusahaan dan memastikan keberlangsungan usaha. Jika modal kerja tidak
mencukupi, maka perusahaan akan kesulitan memenuhi kebutuhan
operasionalnya, seperti membayar gaji karyawan, membeli bahan baku, dan
membayar tagihan. Sebaliknya, jika modal kerja terlalu besar, maka
perusahaan tidak efisien dalam memanfaatkannya dan keuntungan yang
dihasilkan tidak optimal. Oleh karena itu, manajemen modal kerja perlu
dilakukan dengan baik agar perusahaan dapat beroperasi secara efektif dan
efisien.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk
membelanjai operasional sehari-hari, misalnya untuk memberikan iuran
pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji karyawan, dan
sebagainya. Dimana uang atau dana yang dikeluarkan itu, diharapkan akan
mendapatkan kembali lagi dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan
produknya. Modal kerja yang tersedia dalam jumlah yang cukup
memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak
mengalami kesulitan keuangan.
Tersedianya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan operasi
perusahaan. Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup
bagi suatu perusahaan bukan merupakan hal yang mudah. Jika modal kerja
yang tersedia terlalu kecil, maka hal ini dapat menimbulkan kurang lancarnya

iv
kegiatan perusahaan atau kesempatan untuk mendapat keuntungan telah disia-
siakan. Sebaliknya modal kerja yang tersedia berlebihan berarti adanya dana
yang tidak produktif dalam perusahaan. Oleh sebab itu, perlu bagi setiap
perusahaan untuk dapat menetapkan jumlah kebutuhan modal kerja secara
tepat.

1.2 Maksud dan Tujuan Paper


a. Sebagai persyaratan akademik untuk memenuhi tugas individu dalam
Matakuliah Manajemen Keuangan Hospitaliti,
b. Untuk mengetahui dan membantu mengembangkan wawasan
keilmuan mahasiswa secara luas khususnya dalam pengetahuan
tentang modal kerja,
c. Memperluas pandangan mengenai pemahaman tentang modal kerja,
dan
d. Menjadi salah satu sarana materi pembelajaran yang menarik bagi para
mahasiswa, terutama jurusan akuntansi hospitaliti.

1.3 Manfaat Paper


a. Menyampaikan pengetahuan mengenai persoalan modal kerja (working
capital),
b. Memperluas jangkauan informasi materi yang disampaikan mengenai
modal kerja (working capital),
c. Menjadi sarana diskusi bagi para pembaca, serta
d. Memperluas pengetahuan bagi para pembaca mengenai (working capital).

v
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Modal Kerja (Working Capital)


Modal kerja (working capital) adalah keseluruhan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan, yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi
perusahaan sebagai investasi yang ditanamkan atau untuk membiayai kegiatan
operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja merupakan dana yang digunakan
selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income
yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Modal kerja
yang cukup akan memungkinkan suatu perusahaan untuk beroperasi dengan
seekonomis mungkin, akan tetapi modal kerja yang berlebihan menunjukkan
adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi
perusahaan, sebaliknya adanya ketidak-cukupan modal kerja merupakan indikator
utama kegagalan suatu perusahaan.
Modal kerja (working capital) merupakan modal yang perputarannya atau
jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun periode berjalan. Modal kerja adalah
investasi perusahaan dalam aktiva lancar (current assets). Modal kerja secara
kolektif mencakup aktiva dan pasiva lancar dalam jangka pendek. Modal kerja
merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan.
Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau
aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan,
dan aktiva lancar lainnya.

2.2 Konsep Modal Kerja (Working Capital)


Konsep modal kerja (working capital) merujuk pada jumlah dana yang
diperlukan oleh suatu perusahaan untuk menjalankan operasinya sehari-hari.
Modal kerja terdiri dari aset lancar (seperti kas, piutang, persediaan, dan lain-lain)
yang digunakan untuk membiayai kewajiban lancar (seperti pembayaran hutang
dagang, gaji karyawan, dan lain-lain). Modal kerja juga mencakup siklus kas

vi
perusahaan, yaitu periode waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang
menjadi kas yang tersedia.
Tujuan dari manajemen modal kerja adalah untuk memastikan bahwa
perusahaan memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankan operasinya
tanpa mengalami kekurangan kas atau kekurangan likuiditas yang dapat
mengganggu kelancaran bisnis. Manajemen modal kerja yang baik juga dapat
membantu meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan mengoptimalkan
pengelolaan aset dan liabilitas lancar. Penjelasan mengenai modal kerja dapat
dibagi menjadi tiga konsep utama, yaitu:
a. Konsep kuantitatif
Konsep ini menitik beratkan kepada kwantum (jumlah) yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai kebutuhan
operasional yang bersifat rutin atau menunjukkan sejumlah dana (fund)
yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini
menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross
working capital).
b. Konsep kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja. Dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang
jangka waktu pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar
yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik
perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya
aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya (hutang jangka
pendek).
c. Konsep fungsional
Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, pada
dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan
digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income), ada
sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan
laba di masa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, pabrik,
alat-alat kantor, dan aktiva tetap lainnya.

vii
2.3 Fungsi Modal Kerja (Working Capital)
Menurut Riyanto (2010), setiap perusahaan selalu membutuhkan modal
kerja untuk membelanjai operasional sehari-hari, misalnya untuk memberikan
dana pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji karyawan, dan
sebagainya. Dimana uang atau dana yang dikeluarkan, diharapkan akan diperoleh
kembali lagi dalam waktu jangka pendek melalui hasil penjualan produk atau jasa.
Modal kerja yang tersedia dalam jumlah yang cukup memungkinkan perusahaan
untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan.
Menurut Munawir (2010), modal kerja yang cukup akan menguntungkan
bagi perusahaan, di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi
secara ekonomis dan efisien, serta perusahaan tidak mengalami kesulitan
keuangan. Adapun manfaat dari modal kerja antara lain adalah sebagai berikut:
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
dari aktiva lancar.
2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat
pada waktunya.
3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi risiko atau kesulitan
keuangan yang mungkin terjadi.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumennya.
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang
lebih menguntungkan kepada para pelanggannya.
6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang
diperlukan.

2.4 Jenis-Jenis Modal Kerja (Working Capital)

viii
Menurut Sawir (2005), modal kerja terbagi menjadi dua jenis, yaitu modal
kerja permanen, yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk
dapat menjalankan fungsinya dan modal kerja variable, yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Adapun penjelasan
dan bagian-bagian dari kedua jenis modal kerja tersebut adalah sebagai berikut:
a. Modal kerja permanen (permanent working capital)
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang harus tetap ada pada
perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain
modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.
Modal kerja permanen dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
 Modal kerja primer (primary working capital), yaitu modal kerja
minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin
kontinuitas usahanya.
 Modal kerja normal (normal working capital), yaitu jumlah modal
kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang
normal.
b. Modal kerja variabel (variable working capital)
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variabel dibgai menjadi
tiga jenis, yaitu:
 Modal kerja musiman (seasonal working capital), yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi
musim.
 Modal kerja siklis (cyclical working capital), yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi
konjungtur.
 Modal kerja darurat (emergency working capital), yaitu modal
kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat
yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya, adanya pemogokan
buruh, banjir, dan perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

2.5 Komponen Modal Kerja (Working Capital)

ix
Menurut Riyanto (2010), modal kerja terdiri dari tiga komponen atau
elemen, yaitu kas, piutang dagang, dan persediaan. Adapun penjelasan dari ketiga
komponen modal kerja tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kas
Kas merupakan bagian dari harta perusahaan yang paling likuid dan dapat
digunakan untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Selain itu
merupakan alat tukar yang memungkinkan manajemen menjalankan
berbagai kegiatan usahanya. Oleh karena itu, diperlukan manajemen pada
kas perusahaan. Tujuannya adalah untuk menentukan kas minimum yang
selalu harus tersedia, agar selalu dapat memenuhi kewajiban pembayaran
yang sudah sampai waktunya.
b. Piutang dagang
Piutang yang diterapkan pada perusahaan dapat menaikkan hasil
penjualan, menaikkan laba, dan memenangkan persaingan. Pengelolaan
piutang yang efisien dapat dilihat pada neraca, yaitu besar kecilnya piutang
terutama dalam menetapkan jangka waktu kredit yang akan mempengaruhi
perputaran kerja. Sebaliknya bila terlalu ketat maka penjualan akan
menurun sehingga keuntungan akan menurun juga.
c. Persediaan
Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja, sebab dilihat dari
jumlahnya biasanya persediaan inilah unsur modal kerja yang paling besar.
Hal ini dapat dipahami karena persediaan merupakan faktor penting dalam
menentukan kelancaran operasi perusahaan, tanpa ada persediaan yang
memadai, kemungkinan besar perusahaan tidak bisa memperoleh
keuntungan yang diinginkan, disebabkan proses produksi akan terganggu.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja (Working Capital)


Tersedianya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan operasi
perusahaan. Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi
suatu perusahaan bukan merupakan hal yang mudah. Jika modal kerja yang

x
tersedia terlalu kecil, maka hal ini dapat menimbulkan kurang lancarnya kegiatan
perusahaan atau kesempatan untuk mendapat keuntungan telah disia-siakan.
Sebaliknya modal kerja yang tersedia berlebihan berarti adanya dana yang tidak
produktif dalam perusahaan. Oleh sebab itu, perlu bagi setiap perusahaan untuk
dapat menetapkan jumlah kebutuhan modal kerja secara tepat.

Menurut Munawir (2010), terdapat beberapa faktor yang dapat


mempengaruhi modal kerja, yaitu sebagai berikut:
1. Sifat atau jenis perusahaan. Kebutuhan modal kerja tergantung pada
jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Modal
kerja dari perusahaan jasa relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan
kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa
tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun
persediaan.
2. Waktu yang diperoleh untuk memproduksi barang yang akan dijual.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan
jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan
dijual. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang,
maka jumlah modal kerja yang diperlukan semakin besar.
3. Syarat pembelian dan penjualan. Syarat kredit pembelian barang
dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal
kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil
kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan dan
sebaliknya. Di samping itu, modal kerja juga dipengaruhi syarat penjualan.
Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada
langganan akan besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan
dalam piutang.
4. Tingkat perputaran persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran
persediaan maka jumlah modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk
persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat
perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan
persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan

xi
akan mengurangi risiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga
atau perubahan selepa konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos
penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
5. Tingkat perputaran piutang. Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi
jangka waktu penagihan piutang. Apabila piutang terkumpul dalam waktu
pendek berarti kebutuhan akan modal kerja semakin rendah atau kecil.
Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan
pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat
sehubungan dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum
kredit bagi langganan serta penagihan piutang.
6. Volume penjualan. Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk
mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan.
Jika tingkat penjualan tinggi maka modal kerja yang dibutuhkan relatif
tinggi, sebaliknya bila penjualan rendah dibutuhkan modal kerja yang
rendah.
7. Faktor musim dan siklus. Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan
oleh faktor musim dan siklus akan mempengaruhi kebutuhan akan modal
kerja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah
modal kerja yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam
bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan
menjelang puncak penjualan.

xii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Paper


Modal kerja (Working Capital) adalah istilah yang mengacu pada jumlah
dana yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan untuk menjalankan operasinya
sehari-hari, seperti untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan,
membayar tagihan listrik, membayar sewa, dan sebagainya. Modal kerja dapat
dihitung sebagai selisih antara aset lancar (seperti kas, piutang, dan persediaan)
dengan kewajiban lancar (seperti hutang dagang dan tagihan yang harus segera
dibayar). Modal kerja yang sehat penting untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan, dan manajemen modal kerja yang baik dapat membantu
meningkatkan efisiensi operasi perusahaan serta mengurangi risiko kebangkrutan.
Konsep modal kerja terdiri dari konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan
konsep fungsional. Fungsi modal kerja dalam sebuah perusahaan adalah untuk
membiayai operasi sehari-hari yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. Jenis-
jenis modal kerja terdiri dari modal kerja permanen (permanent working capital),
dan modal kerja variabel (variable working capital). Komponen modal kerja
terdiri dari kas, piutang dagang, dan persediaan. Faktor yang mempengaruhi
modal kerja terdiri dari sifat atau jenis perusahaan, waktu yang diperoleh untuk
memproduksi barang yang akan dijual, syarat pembelian dan penjualan, tingkat
perputaran persediaan, tingkat perputaran piutang, volume penjualan, serta faktor
musim dan siklus.

3.2 Saran dari Penulis

xiii
Berikut beberapa saran mengenai modal kerja yang dapat membantu
perusahaan dalam mengoptimalkan pengelolaan modal kerja:
1. Monitoring kas secara teratur. Perusahaan harus memonitor kas secara
teratur untuk memastikan bahwa tidak ada kekurangan kas yang signifikan
atau surplus kas yang tidak produktif. Hal ini dapat membantu perusahaan
untuk menemukan solusi yang tepat dan mengambil tindakan yang tepat
untuk menghindari situasi keuangan yang buruk.

2. Perencanaan dan pengelolaan persediaan. Perusahaan harus memantau


persediaan dengan cermat untuk memastikan bahwa stok tidak terlalu
banyak atau terlalu sedikit. Terlalu banyak persediaan dapat menyebabkan
pengeluaran modal kerja yang tidak perlu, sedangkan terlalu sedikit
persediaan dapat menyebabkan ketidakmampuan perusahaan untuk
memenuhi permintaan konsumen.
3. Mempercepat penerimaan pembayaran. Perusahaan harus memastikan
bahwa mereka mempercepat penerimaan pembayaran dari pelanggan. Ini
dapat dicapai dengan memberikan diskon untuk pembayaran sebelum
jatuh tempo atau dengan menawarkan opsi pembayaran online untuk
meningkatkan kecepatan pemrosesan pembayaran.
4. Menunda pengeluaran yang tidak penting. Perusahaan harus menunda
pengeluaran yang tidak penting atau tidak diperlukan, seperti pengeluaran
untuk proyek-proyek yang tidak mendesak atau pengeluaran untuk
perbaikan atau perawatan yang tidak diperlukan.
5. Memastikan ketersediaan modal kerja tambahan. Perusahaan harus
memastikan bahwa mereka memiliki akses ke modal kerja tambahan,
seperti fasilitas kredit atau pembiayaan jangka pendek, jika mereka
mengalami kekurangan kas yang tidak terduga atau memerlukan modal
kerja tambahan untuk memperluas operasi mereka.
Dengan mengikuti saran-saran ini, perusahaan dapat mengoptimalkan pengelolaan
modal kerja mereka dan memastikan keberlanjutan keuangan jangka panjang
mereka.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Ayuk, N. M. T., & Utama, I. M. S. (2013). Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah


Simpanan, Jumlah Pinjaman dan Jumlah Modal Kerja terhadap Sisa Hasil
Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kabupaten Badung
Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 2(9),
642.
Jumingan. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Press.
Mangantar, M., & Baramuli, D. N. (2017). Usaha Mikro Makanan Tradisional Di
Kelurahan Dendengan Dalam Kota Manado Tentang Manajemen Modal
Kerja. Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum (Ekonomi, Sosial, Budaya,
dan Hukum), 3(1), 80-91.
Munawir, S. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sundjaja, R.S., dan Berlian, Inge. 2003. Manajemen Keuangan. Jakarta: Literata.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia.
Widiyanti, Ninik. 1996. Manajemen Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta.

xv

Anda mungkin juga menyukai