Anda di halaman 1dari 1

Nemeth M, Miller C, Bräuer A. Perioperative Hypothermia in Children. IJERPH.

15 Juli
2021;18(14):7541.

Empat aspek yang berkontribusi terhadap kerentanan pasien terutama neonatus pada terjadinya
kehilangan panas adalah kapasitas regulator suhu masih kurang efektif dibandingkan dewasa, rasio
weight-to-surface-area (WSA) yang berkurang, meningkatnya kehilangan suhu dari area kepala, dan
keterbatasa jumlah lemak subkutan untuk insulasi suhu.

Pada neonatus, stimulasi otot skeletal sebagai mekanisme efektor sangat minimal, sehinggal jarang
terjadi menggigil pada neonatus. Mereka bergantung pada non-shivering thermogenesis. Non
shivering thermogenesis diinsiasi oleh terpicunya jalur neuroendokrin karena peningkatan aktivitas
simpatis, yang menyebabkan pelepasan thyroid-stimulating hormone sehingga meningkatkan
triiodothyronine (T3) melalui konversi thyroxin T4), selain itu juga terjadi pelepasan norepinefrin
pada jaringan lemak cokelat. Jalur ini akan meningkatkan regulasi protein thermogenin pada jaringan
lemak cokelat, menyebabkan terjadinya fosforilasi oksidatif mitokondria menyebabkan produksi
panas.

Lemak cokelat banyak ditemukan di area interskapula. Lemak cokelat merupakan organ thermogenic
utama pada neonatus dan dapat menghasilkan panas dua kali lipat pada pasien bayi. Thermogenin
meningkat secara banyak pada usia gestasi 32 minggu. Pada pasien neonatus dengan berat badan
lahir ekstrim sangat rendah (BBLR) (<1000 gram), level thermogenin masih sangat rendah sehingga
termoregulasi menjadi tidak efisien. Neonatus sakit pun dapat mengalami defisiensi termogenin.

Pada neonatus dengan BBLR mempunyai kontrol vasomotor yang tidak bagus pada saat lahir dan
tidak dapat melakukan vasokonstriksi perifer untuk menahan panas. Pada neonatus cukup bulan,
termoregulasi sudah cukup baik pada saat lahir. Pada bayi, respon termoregulator terhadap ambang
juga cukup baik, sama seperti dewasa.

Pada anak, suhu ruangan berperan penting karena adanya penurunan rasio WSA. Sehingga pada
pasien anak akan lebih cepat mengalami hipotermia pada kondisi ruangan yang dingin. Area kamar
operasi biasanya memiliki suhu yang dingin, menyebabkan gradien suhu ruangan yang besar antara
pasien dengan lingkungan. Kehilangan panas karena adanya gradien suhu ini terutama disebabkan
proses radiasi dan konveksi. Kehilangan panas karena radiasi terutama area kepala yang besar,
terutama pada minggu pertama kelahiran. Kehilangan panas secara konveksi terjadi saat bayi dibawa
masuk ke ruang operasi melalui udara dingin ke kamar operasi.

Hal-hal ini akan semakin diperberat setelah dilakukan induksi anestesi. Pasien bergantung pada siste
otonom dan manajemen suhu eksternal. Besarnya massa tubuh pada bagian torso dibandingkan
ekstrimitas, dapat meringankan penurunan suhu inti namun mekanisme ini tidak dapat
mengompensasi mekanisme kehilangan panas tubuh yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Berbagai jenis anestesi akan mempengaruhi homeostasis thermal. Obat-obatan anestesia umum
akan menurunkan kemampuan vasokonstriksi dan ambang menggigil. Anestesia intravena akan
mempengaruhi hemostasis thermal bergantung dengan konsentrasi yang diberikan. Semakin tinggi
konsentrasi, maka akan menyebabkan penurunan suhu yang lebih signifikan. Vasodilatasi iatrogenic
menyebabkan respon vasokonstriksi terganggu, sehingga terjadi redistribusi panas dari inti ke perifer.
Selama pembedahan, hipotermia perioperatif pada anak juga semakin diperberat dengan pemberian
cairan yang dingin, penggunaan agen inhalasi yang kering, dan eksposur luka.

Pada pasien bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (<1500 gram), hipotermia neonatus setelah
kelahiran berhubungan dengan perdarahan intraventirkular dan kematian. Neonatus yang mengalami
hipotermia perioperatif, dapat mengalami komplikasi respirasi sampai membutuhkan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai