None 1c82b4f1
None 1c82b4f1
I. PENDAHULUAN
Tabel 1.
Rekomendasi Nilai Noise Criteria (NC) untuk Ruangan Tertentu
Identik dengan
Nilai NC yang tingkat
Fungsi Bangunan/Ruang
disarankan kebisingan
(dBA)
Kantor, kelas, ruang baca,
perpustakaan, dan ruang lain
NC 30 – NC 35 40 s.d 45
dengan tingkat akustik
cukup
Kantor dengan penggunaan
ruang bersama, cafetaria,
tempat olahraga, dan ruang NC 35 – NC 40 45 s.d 50
lain dengan tingkat akustik
Gambar 3. (a) Perambatan bunyi dalam ruanga (b) Grafik peluruhan
cukup
bunyi.
Lobi, koridor, ruang bengkel
kerja, dan ruang lain yang
NC 40 – NC 45 50 s.d 55
tidak memerlukan tingkat
akustik yang cermat
Dapur, ruang cuci, garasi
NC 45 – NC 55 55 s.d 65
pabrik, pertokoan
Tabel 2.
Nilai Optimum Parameter Akustik Ruang Kelas
Parameter Preferensi
Waktu Dengun (RT) 0,6 – 0,8 s
Clarity (C50) -4<C50<4
Gambar 6. Ruang smart classroom Departemen Fisika ITS. Gambar 9. Model desain ruang menggunakan sketchup.
Gambar 10. Model desain ruang menggunakan EASE 4.3. Gambar 13. Persebaran SPL pada frekuensi 1000 Hz kondisi tanpa meja
kursi.
Gambar 14. Persebaran SPL pada frekuensi 1000 Hz kondisi ada meja
kursi.
Gambar 11. Grafik NC ruang smart classroom (a) Kondisi kosong (b)
Kondisi berisi meja kursi.
Gambar 12. Grafik data SPL (a) Kondisi kosong (b) Kondisi berisi meja
kursi.
Gambar 16. Grafik data C50 pada frekuensi 1000 Hz.
Gambar 17. Grafik data SPL pada frekuensi 1000 Hz hasil pengukuran Gambar 21. Grafik data RT hasil simulasi.
dan simulasi.
Gambar 22. Grafik data C50 pada frekuensi 1000 Hz hasil simulasi.
Gambar 18. Grafik data RT hasil pengukuran dan simulasi.
Gambar 19. Grafik data C50 pada frekuensi 1000 Hz hasil pengukuran dan
simulasi.
Gambar 25. Grafik data C50 pada frekuensi 1000 Hz hasil simulasi.
bunyi dengan menggunakan software Realtime Analyzer dan 3) Kejelasan bunyi/Sound Clarity (C50)
Sound Analyzer. Berdasarkan Gambar 19 terlihat bahwa nilai C50 yang
Dalam pengukuran menggunakan metode respon impulse, dihasilkan pada titik 1 dan 2 simulasi dan pada titik 3 dan 7
sumber buyi tidak dapat meluruh sebesar 60 dB karena pengukuran masih berada diatas 4 dB. Namun untuk
sumber bunyi paling besar hanya 89 dB sementara keseluruhan hasilnya dominan pada angka 1-3 dB, hal ini
Background Noise ruang sebesar 30 dB, maka ketika bunyi menunjukkan bahwa kejelasan bunyi yang dihasilkan sudah
meluruh 60 dB akan tenggelam dalam Background Noise. baik dan sesuai rekomendasi yaitu -4 – 4 dB.
Sehingga RT didekati d engan peluruhan 30 dB atau T30.
Pada Gambar 15 ditunjukkan perbandingan RT antara D. Perbandingan Simulasi antara Kondisi Ruang Kosong,
kondisi ruang kosong dengan ruang yang telah diisi meja dan Berisi Meja Kursi, dan Berisi Audience
kursi. Terlihat bahwa nilai RT ketika ruangan masih kosong Berikut ini dibahas analisis perbandingan data hasil
lebih tinggi dibandingkan ketika ruangan berisi meja kursi. simulasi parameter akustik ruang antara kondisi ruang
Hal ini bisa disebabkan karena dalam kondisi ruangan kosong kosong, ruang berisi meja kursi, dan ruang berisi audience.
maka akan banyak bunyi yang terpantul bebas dan Simulasi dilakukan dengan menggunakan dua loudspeaker
kemungkinan besar akan terjadi interferensi sementara ketika pada sisi kanan dan kiri ruangan bagian depan yang bertujuan
diberi kursi dan meja bunyi akan cenderung terpecah-pecah untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Untuk skema
karena banyak permukaan yang memantulkan kembali. desain simulasi dapat dilihat pada lampiran.
Terlihat dari grafik pada kondisi ruang kosong maupun 1) Tekanan bunyi/Sound Pressure Level (SPL)
berisi meja kursi masih berada dibawah rekomendasi yaitu Simulasi Total SPL merupakan simulasi persebaran SPL
kurang dari 0,6 s. Hal ini menunjukkan ruang Smart diseluruh ruangan atau bunyi akhir yang didengar oleh
Classroom masih terlalu kedap sehingga dibutuhkan material audience sehingga geometri dan material dari ruangan
akustik penyusun ruang yang bersifat difusi agar energi bunyi diperhitungkan dalam simulasi ini. Dari hasil simulasi yang
dalam ruang lebih disebarkan secara merata dan optimal. telah dilakukan didapatkan data SPL seperti pada Gambar 20,
4) Kejelasan bunyi/Sound Clarity (C50) terlihat bahwa pada setiap kondisi persebaran SPL dapat
Ruang Smart Classroom memiliki fungsi utama sebagai dikatakan cukup baik karena tidak ada pengurangan yang
ruang kelas dimana bunyi ucapan merupakan bunyi utama. signifikan. Kemerataan nilai SPL pun lebih stabil jika
Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran parameter dibandingkan dengan penggunaan 1 loudspeaker. Dari
kejelasan bunyi atau C50. C50 merupakan parameter yang Gambar 21 juga terlihat bahwa setiap variasi memberikan
membandingkan antara energi bunyi langsung pada 50 ms pengaruh terhadap nilai SPL, berturut-turut nilai SPL
pertama dengan energi bunyi pantulnya. Rekomendasi nilai menunjukkan penurunan dari variasi ruang kosong hingga
C50 adalah -4 – 4 dB (Riberio,2002), data C50 didapatkan dari ruang berisi audience. Hal ini diakibatkan karena semakin
pengolahan sinyal respon impuls menggunakan software bertambahnya komponen material dalam ruang maka akan
Yoshimasa Electronic dan Sound Analyzer. mempengaruhi pemantulan bunyi dalam ruang.
Gambar 16 dan Gambar 17 menunjukkan data C50 pada 2) Waktu Dengung/Reverberation Time (RT)
frekuensi 1000 Hz, terlihat bahwa nilai C50 berada pada Berdasarkan Gambar 21 terlihat bahwa nilai RT hanya
rentang -1 sampai 5 dB. Terdapat dua titik yang melebihi memenuhi rekomendasi pada frekuensi 1000-4000 Hz di
rekomendasi yang diberikan yaitu titik 3 dan 7 pada kondisi kondisi ruang kosong dan berisi meja kursi. Untuk kondisi
ruangan berisi meja kursi dimana nilainya mencapai 5 dB. ruang berisi audience nilai RT berada dibawah 0,6 s, hal ini
Namun secara keseluruhan nilai C50 dapat dikatakan baik dapat diakibatkan karena pengaruh audience yang
karena dominan pada nilai 1-3 dB yang termasuk dalam menambahkan komponen atau material yang bersifat
rekomendasi yang diberikan yaitu -4 – 4 dB. menyerap dalam ruangan.
C. Perbandingan Pengukuran dan Simulasi 3) Kejelasan bunyi/Sound Clarity (C50)
Berikut ini dibahas analisis perbandingan data hasil Pada Gambar 22 terlihat bahwa nilai C50 pada semua
pengukuran dan simulasi parameter akustik ruang. Simulasi kondisi sudah memenuhi rekomendasi yang diberikan yaitu
dilakukan dengan kondisi ruang berisi meja kursi dan letak antara -4 – 4 dB. Terihat juga bahwa nilai C50 pada kondisi
loudspeaker sama ketika melakukan pengukuran yaitu di ruangan berisi audience cenderung lebih tinggi sehingga
tengah ruang bagian depan. kejelasan bunyinya lebih jelas dibandingkan dengan dua
1) Tekanan bunyi/Sound Pressure Level (SPL) kondisi lainnya.
Pada Gambar 18 menunjukkan perbandingan persebaran E. Perbandingan Simulasi antara Penggunaan Subwoofer
SPL pada hasil pengukuran dan hasil simulasi, terlihat bahwa dan Tanpa Subwoofer
nilai persebaran SPL merata pada kedua hasil tersebut. Pada Berikut ini dibahas perbandingan simulasi antara yang
hasil pengukuran maupun simulasi terlihat perbedaan nilai menggunakan subwoofer dan tidak menggunakan subwoofer.
SPL antara titik terdekat dan terjauh tidak melebihi 6 dBA. Tujuan penambahan subwoofer adalah untuk menambah
2) Waktu Dengung/Reverberation Time (RT) intensitas energi bunyi pada frekuensi dibawah 250 Hz. Pada
Berdasarkan Gambar 18 terlihat bahwa hasil simulasi lampiran ditunjukkan skema ruangan yang digunakan untuk
menunjukkan nilai yang lebih optimal untuk frekuensi mid- simulasi.
high berada pada rentang RT yang direkomendasikan yaitu 1) Tekanan bunyi/Sound Pressure Level (SPL)
0,6-0,8 s. Dari hasil simulasi yang telah dilakukan didapatkan data
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 10, No. 2 (2021), 2337-3520 (2301-928X Print) B14
persebaran SPL seperti pada Gambar 23. Gambar 23 dBA di setiap titik, nilai waktu dengung (RT) sebesar 0,4 –
menunjukkan perbandingan hasil simulasi persebaran total 0,6 s sehingga masih belum memenuhi rekomendasi yaitu
SPL pada kondisi tanpa subwoofer dan menggunakan 0,6-0,8 s, dan nilai C50 dominan pada 1-3 dB sehingga
subwoofer. memenuhi rekomendasi yaitu -4 – 4 dB. (2) Simulasi kondisi
Berdasarkan Gambar 23 terlihat bahwa hasil simulasi eksisting masih menghasilkan nilai waktu dengung (RT) yang
dengan penambahan subwoofer pada sistem tata suara sedikit belum memenuhi rekomendasi pada frekuensi rendah yaitu
berpengaruh pada meningkatnya intensitas bunyi pada 0,3 – 0,6 s. (3) Simulasi perbaikan sistem tata suara
frekuensi dibawah 250 Hz. Peningkatan tersebut sebesar 1 menghasilkan persebaran SPL yang lebih optimal dan nilai
hingga 2 dBA pada frekuensi dibawah 250 Hz, peningkatan C50 yang cukup merata serta memenuhi rekomendasi, namun
yang tidak terlalu tinggi ini disebabkan karena adanya konsep untuk waktu dengun (RT) belum memenuhi rekomendasi
penjumlahan desibel. ketika ruangan berisi audience.
2) Waktu Dengung/Reverberation Time (RT)
Berdasarkan Gambar 24 terlihat bahwa dengan DAFTAR PUSTAKA
penambahan subwoofer RT akan sedikit berkurang pada [1] Plowright and P. D, Revealing Architectural Design: Methods,
setiap frekuensinya. Frameworks and Tools, 1st ed. Norfolk: Fakenham Prepress Solutions,
2014.
3) Kejelasan bunyi/Sound Clarity (C50) [2] L. L. Beranek, “Revised criteria for noise in buildings,” Noise Control,
Pada Gambar 25 terlihat bahwa dengan penambahan vol. 3, no. 1, pp. 19–27, 1957.
[3] P. Satwiko, Fisika Bangunan, 1st ed. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2009.
subwoofer nilai C50 cenderung lebih meningkat pada setiap [4] V. G. Escobar and J. M. B. Morillas, “Analysis of intelligibility and
titiknya, namun tetap dalam rentang yang direkomendasikan reverberation time recommendations in educational rooms,” Appl.
yaitu -4 – 4 dB. Hal ini menandakan kualitas kejelasan bunyi Acoust., vol. 96, pp. 1–10, 2015.
[5] M. Baron, Auditorium Acoustics and Architectural Design, 1st ed. New
semakin membaik dengan penambahan subwoofer pada York: Spon Press, 2010.
sistem tata suara. [6] F. A. Everest, The Master Handbook of Acoustics, 4th ed. New York:
Mc Graw Hill, 2001.
[7] M. S. Ribeiro, “Room Acoustic Quality of a Multipurpose Hall: A Case
IV. KESIMPULAN Study-How to Dress a Cinema for Music Performances,” Audio
Engineering Society Conference: 21st International Conference:
Berdasarkan hasil pengukuran, simulasi, dan analisis Architectural Acoustics and Sound Reinforcement. 2002.
didapatkan kesimpulan sebagai berikut: (1) Tingkat [8] H. C. Indrani, S. N. N. Ekasiwi, and W. A. Asmoro, “Analisis kinerja
akustik pada ruang auditorium multifungsi studi kasus: Auditorium
kebisingan dari ruang Smart Classroom bernilai NC 30-35
Universitas Kristen Petra, Surabaya,” Dimens. Inter., vol. 5, no. 1, pp.
dimana sesuai dengan rekomendasi nilai NC sebagai ruang 1–11, 2007.
kelas. Persebaran SPL sudah merata yaitu pada rentang 70-73