Anda di halaman 1dari 84

MODUL PEMBELAJARAN

Semester Gasal
2022-2023

Integrated Course for


Medication in Infections
and Respiratory
Disorders

digunakan untuk
perkuliahan minggu
I hingga VII

Oleh:

Steven Victoria Halim


Eko Setiawan
Fa kultas Fa rmasi,
Universitas Surabaya
Materi Minggu I - Tifoid
Capaian pembelajaran

Pada akhir perkuliahan minggu pertama ini, mahasiswa mampu


memutuskan rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan
target terapi dan parameter monitoring yang tepat pada kasus tifoid (C5).
Beberapa kompetensi yang perlu mahasiswa kuasai agar dapat mencapai
kompetensi pembelajaran utama tersebut, antara lain:
1. Mampu menjelaskan karakteristik (struktur sel) patogen dan
patogenesis terjadinya tifoid (C2)
2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms),
tanda-tanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan klinis lainnya (termasuk hasil USG dan foto thorax) yang
relevan dengan penyakit infeksi pada kasus tifoid (C2)
3. Mampu mengidentifikasi kemungkinan patogen penyebab tifoid dan
pilihan alternatif antibiotik yang dapat digunakan dalam tatalaksana
tifoid (C3)
4. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan
riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi,
kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) data epidemiologi patogen
(termasuk peta kuman rumah sakit); 3) hasil pemeriksaan
mikrobiologis individual pasien; 4) karakteristik fisiko-kimia dan PK-PD
antibiotik; serta 5) rekomendasi dari pedoman terapi sebagai dasar
untuk menentukan terapi antibiotik (C4)
5. Mampu menemukan masalah terkait obat dan memutuskan
rekomendasi rejimen terapi antibiotik (termasuk jenis, dosis,
frekuensi, dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian atau
evaluasi informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4 (C5)
6. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit,
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis
lainnya) untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi antibiotik
(C5)

2
Metode pembelajaran

Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory


Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan
kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa
ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat
berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan, atau
pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa kegiatan
pengerjakan kasus/case studies yang diakhiri dengan pemberian feedback).

Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik tifoid,


mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan pengantar yang
tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas. Beberapa pustaka
berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut:
1. World Health Organization. (2003) Background document: The diagnosis,
treatment and prevention of typhoid fever. Geneva
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2006) Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/Menkes/SK/V/2006 tentang
Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta
3. Gallagher JC & MacDougall C. (2018) Antibiotics simplified. 4th ed.
America: Jones & Bartlett Learning

3
Pertanyaan pengantar

1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan


gambar struktur patogen untuk membantu menjelaskan.

Jawaban

Patogen penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi.


Salmonella typhi adalah bakteri gram negatif, memiliki flagel, bersifat anaerob
fakultatif (dapat hidup pada kondisi ada sedikit oksigen), berkapsul dan tidak
membentuk spora

Salmonella thypi merupakan bakteri gram negative, yang tidak memiliki spora,
bergerak Dengan flagel peritrik, bersifat intra seluler fakultatif dan anaerob fakultatif.
Ukuran berkisar 0,7-1,5 x 2-5 mikro meter, memiliki antigen somatic (O), antigen
flagel (H) dengan 2 fase dan antigen kapsul (Vi) (Parama, Yatnita Cita, 2011).
4
2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat
digunakan untuk salah satu referensi.

Jawaban

Patogenesis demam tifoid merupakan proses yang kompleks yang


melalui beberapa tahapan. Setelah kuman Salmonella typhi tertelan,
kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam lambung dan masuk ke
dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Bakteri
melekat pada mikrovili di usus, kemudian melalui barier usus yang
melibatkan mekanisme membrane ruffling, actin rearrangement, dan
internalisasi dalam vakuola intraseluler. Kemudian Salmonella typhi
menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh
darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini
dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih
memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14
hari. Kemudian dari jaringan ini kuman dilepas ke sirkulasi sistemik
lewat pembuluh darah lalu akan menyebar ke seluruh tubuh dan
berkolonisasi dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di
hati, limpa, usus halus dan sumsum tulang.

5
2.

3. Sebutkan gejala dan tanda demam tifoid!

Jawaban

a. Demam tinggi
b. Gangguan saluran pencernaan seperti konstipasi dan diare
c. Timbul bintik2 berwarna merah disekitar perut
d. Gangguan kesadaraan
e. Hepatosplenomegali
f. Bardikardia relative
g. Dehidrasi
h. Pusing
i. Insomnia
j. Nyeri abdomen
k. Muntah
l. Anoreksia
m. Nausea
n. Feses berdarah

3.

4. Sebutkan pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, dan/atau tools


untuk penegakan diagnosis demam tifoid!

Jawaban

1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis


relative, dan aneosinofilia pada permukaan sakit.
2) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.
3) Biakan empedu basil salmonella thyphosa dapat ditemukan dalam darah
pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan
dalam urine dan faeces.
4) Pemeriksaan widal. Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yng
diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O. titer yang bernilai 1/200
atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif.
5) Pemeriksaan lain (PCR – Polymerase Chain Reaction, Typhi Dot EIA)

6
3.
4.

5. Sebutkan golongan dan jenis antibiotik yang secara teoritis dapat


digunakan untuk meng-atasi patogen penyebab demam tifoid!
Jawaban

• Kloramfenikol
• Seftriakson
• Ampisilin & Amoksisilin
• TMP-SMX (Trimethoprim/ Sulfamethoxazole) dikombinasi
(Kotrimoksasol)
• Quinolone
• Cefixime
• Tiamfenikol

1. Sebutk an karakt eristik patogen penyebab demam tifoid! Sert aka n gam bar strukt ur pat ogen unt uk membant u menjaw ab.

3.
4.

*Pustaka antibiotic simplified dapat digunakan sebagai salah satu pustaka untuk menjawab
pertanyaan ini. Jika S.typhi tidak dicantumkan, mahasiswa dapat menggunakan pilihan antibiotik
untuk 'family' bakteri tersebut. 7
3.
4.
5.

6. Kaitkan mekanisme kerja antibiotik yang Anda temukan pada pertanyaan


no 5 dengan struktur patogen penyebab demam tifoid!

Jawaban

• Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotik lini pertama terapi demam tifoid yang
bersifat bakteriostatik namun pada konsentrasi tinggi dapat bersifat
bakterisid terhadap kuman- kuman tertentu serta berspektrum luas. Dapat
digunakan untuk terapi bakteri gram positif maupun negatif.Kloramfenikol
terikat pada ribosom subunit 50s serta menghambat sintesa bakteri sehingga
ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman.

• Seftriakson
Seftriakson merupakan terapi lini kedua pada kasus demam tifoid dimana
bakteri Salmonella Typhi sudah resisten terhadap berbagai obat. Antibiotik
ini memiliki sifat bakterisid dan memiliki mekanisme kerja sama seperti
antibiotik betalaktam lainnya, yaitu menghambat sintesis dinding sel
mikroba, yang dihambat ialah reaksi transpeptidase dalam rangkaian reaksi
pembentukan dinding sel.

• Ampisilin
Ampisilin memiliki mekanisme kerja menghambat pembentukan
mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba.Pada
mikroba yang sensitif, ampisilin akan menghasilkan efek bakterisid.

• TMP-SMX dikombinasi Kotrimoksasol


Kotrimoksasol merupakan antibiotik kombinasi antara trimetoprim dan
sulfametoksasol, dimana kombinasi ini memberikan efek
sinergis.Trimetoprim dan sulfametoksasol menghambat reaksi enzimatik
obligat pada mikroba.Sulfametoksasol menghambat masuknya molekul
PAmino Benzoic Acid (PABA) ke dalam molekul asam folat, sedangkan
trimetoprim menghambat enzim dihidrofolat reduktase mikroba secara
selektif.Frekuensi terjadinya resistensi terhadap kotrimoksasol lebih rendah
daripada masing-masing obat, karena mikroba yang resisten terhadap salah
satu komponen antibiotik masih peka terhadap komponen lainnya.

• Sefotaksim
Sefotaksim merupakan antibiotik yang sangat aktif terhadap berbagai kuman
gram positif maupun gram negatif aerobik.Obat ini termasuk dalam
antibiotik betalaktam, di mana memiliki mekanisme kerja menghambat
sintesis dinding sel mikroba.Mekanisme penghambatannya melalui reaksi
transpeptidase dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.

8
3.
4.
5.
6.

7. Sebutkan pilihan antibiotik beserta dengan dosis, durasi, dan perhatian


khusus untuk demam tifoid berdasarkan panduan terapi World Health
Organization (WHO)!

Jawaban

9
3.
4.
5.
6.
7.

8. Sebutkan pilihan antibiotik beserta dengan dosis, durasi, dan perhatian


khusus untuk demam tifoid berdasarkan panduan terapi Kementerian
Kesehatan (Kemenkes)!
Jawaban

Antibiotika Durasi Perhatian khusus


Kloramfenikol Dewasa: 4 x 500 mg -Pemberian PO/IV
(2 gr) selama 14 hari -Tidak diberikan bila leukosit
Anak: 50-100 mg/kg BB/hr < 2000/mm3
Max 2 gr selama 10-14 hr
Dibagi 4 dosis s

Sefriakson Dewasa: 2-4 gr/hr selama 3- -Pemberian IV


5 hari -Cepat menurunkan suhu,
Anak: 80 mg/kg BB/hr lama pemberian pendek,
Dosis tunggal slm 5 hari dapat dosis tunggal serta
aman untuk anak
Ampisilin & Amoksisilin Dewasa: 3-4 gr/hr selama -Aman untuk penderita
14 hari hamil
Anak: 100 mg/kg BB/hr -Sering dikonsumsi dengan
selama 10 hari kloramfenikol pada px kritis
-Pemberian PO/IV
TMP-SMX (Kotrimoksasol) Dewasa: 2x (160-800) -Tidak mahal
selama 2 minggu -Pemberian peroral
Anak: TMP 6-10 mg/kg
BB/hr atau SMX 30-50
mg/kg/hr selama 10 hari
Quinolone -Siprofloksasin -Pefloksasin dan fleroksasin
2 x 500 mg 1 minggu lebih cepat menurunkan
-Ofloksasin suhu
2 x 200-400 1 minggu -Efektif mencegah relaps
-Pefloksasin dan karier
1 x 400 selama 1 minggu -Pemberian peroral
-Fleroksasin -Anak : tidak dianjurkan
1 x 400 selama 1 minggu karena efek samping pada
pertumbuhan tulang
Cefixime Anak: 15-20 mg/kg BB/hr -Aman untuk anak
dibagi 2 dosis selama 10 -Efektif
hari -Pemberian peroral
Tiamfenikol Dewasa: 4 x 500 mg -Dapat untuk anak dan
Anak: 50 mg/kg/bb/hari dewasa
selama 5-7 hari bebas -Dilaporkan cukup sensitif
panas pada beberapa daerah

10
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9. Compare and contrast tatalaksana demam tifoid yang tertera pada


panduan terapi oleh WHO maupun Kemenkes! Sebutkan perbedaan
rekomendasi dari kedua panduan terapi tersebut!

Jawaban

Menurut rekomendasi dari who antibiotik yang paling direkomendasikan


adalah fluoroquinolone dikarenakan Fluoroquinolones secara luas dianggap
optimal untuk pengobatan tipus demam pada orang dewasa . Mereka relatif
murah, ditoleransi dengan baik dan lebih cepat dan andal efektif daripada
obat lini pertama sebelumnya, yaitu kloramfenikol, ampisilin, amoksisilin
dan trimethoprim-sulfametoksazol . Mayoritas isolat adalah masih sensitif.
Fluoroquinolones mencapai penetrasi jaringan yang sangat baik, membunuh
S. Typhi sedangkan menurut kemenkes antibiotik yang paling
direkomendasikan adalah Seftriaxon ( bisa digunakan untuk dewasa dan
anak-anak),
Cefixim (efektif untuk anak-anak ), Quinolone ( tidak dianjurkan anak-anak
< 18 thn) dikarenakan dapat mengganggu pada pertumbuhan tulang

Tatalaksana terapi demam tifoid menurut Kemenkes :


1. Perawatan umum dan nutrisi
2. Terapi antimikroba
3. Pengobatan dan perawatan komplikasi
4. Perawatan mandiri dirumah
5. Rangkuman prinsip dan Langkah strategis tatalaksan tifoid berupa :
- Evaluasi awal, Rawat atau rujuk, perawatan, pemberian anti
mikroba, terapi terhadap komplikasi dan koorbid, control dan
monitoring, diagnosis pasti, penilaian kemajuan terapi, deteksi
karier, dan terapi terhadap karier

Tatalaksana pengobatan demam tifoid menurut WHO :


1. Manajemen umum
2. Terapi anti mikroba
3. Penatalaksanaan komplikasi
4. Manajemen pengangkut

11
Materi Minggu 2 - HIV
Capaian pembelajaran

Pada akhir perkuliahan minggu kedua ini, mahasiswa mampu


memutuskan rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan
target terapi dan parameter monitoring yang tepat pada kasus HIV (C5).
Beberapa kompetensi yang perlu mahasiswa kuasai agar dapat mencapai
kompetensi pembelajaran utama tersebut, antara lain:
1. Mampu menjelaskan karakteristik (struktur sel) patogen dan
patogenesis terjadinya infeksi oleh HIV (C2)
2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms),
tanda-tanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan klinis lainnya (termasuk hasil USG dan foto thorax) yang
relevan dengan penyakit infeksi pada kasus infeksi HIV (C2)
3. Mampu mengidentifikasi pilihan alternatif antiviral yang dapat
digunakan dalam tatalaksana infeksi oleh HIV (C3)
4. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan
riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi,
kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) rekomendasi dari pedoman
terapi sebagai dasar untuk menentukan terapi antiviral (C4)
5. Mampu menemukan masalah terkait obat dan memutuskan
rekomendasi rejimen terapi antiviral (termasuk jenis, dosis, frekuensi,
dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian atau evaluasi
informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4 (C5)
6. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit,
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis
lainnya) untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi antiviral
(C5)

12
Metode pembelajaran

Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory


Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan
kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa
ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat
berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan,
atau pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa
kegiatan pengerjakan kasus/case studies yang diakhiri dengan
pemberian feedback).

Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik infeksi


oleh HIV, mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan pengantar
yang tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas. Beberapa
pustaka berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut:
1. World Health Organization. (2021) Consolidated guidelines on HIV
prevetion, testing, treatment, service delivery and monitoring:
Recommendations for a public health approach . Geneva
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2019) Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/90/2019
tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana HIV.
Jakarta
3. Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC et al. (2011) Pharmacotherapy: A
pathophysiologic approach. 8th ed. McGraw-Hill: America

3
13
Pertanyaan pengantar

1. Sebutkan karakteristik human immunodeficiency virus (HIV)!

Jawaban

HIV termasuk dalam genus Lentivirus dari famili Retroviridae. Struktur HIV
berbentuk sferis yang terdiri atas capsid yang terselimuti dengan envelope yang
berupa komponen membran dan membran yang berasal dari sel inang. Capsid
berbentuk peluru yang terbentuk dari protein p24 dari gen gag, capsid berisi dua
duplikat utas RNA yang merupakan genom virus. Capsid mengandung enzim
reverse transcriptase (RT), RNase-H, integrase, dan Protease.
Keterangan gambar:
a. Lipid yang berasal dari membran sel host.
b. Mempunyai 72 semacam paku yang dibuat dari glikoprotein (gp) 120 dan gp 41,
setiap paku disebut trimer dimana dari 3 copy dari gp 120, gp 41.
c. Protein yang sebelumnya terdapat pada membran sel yang terinfeksi.
d. Gp 120 : glikoprotein yang merupakan bagian dari envelope (sampul) yang
tertutup oleh molekul gula untuk melindungi dari pengenalan antibodi yang
berfungsi mengenali secara spesifik reseptor dari permukaan target sel dan secara
tidak langsung berhubungan dengan sampai menyebar.
e. Gp 41 : transmembran glikoprotein yang berfungsi melakukan trans membran
virus, mempercepat fusion (peleburan) dari penderita dan membran virus serta
membawa HIV masuk ke dalam tubuh penderita.
f. RNA dimer dibentuk dari 2 single strand dari RNA.
g. Matrix protein (p17) : garis dari bagian dalam membran virus dan bisa
memfasilitasi perjalanan dari HIV DNA masuk ke inti tubuh penderita.
h. Capsid protein (p24) : inti dari virus HIV yang berisikan 2 kopi dari RNA genom
dan 3 macam enzim (reverse ranscriptase, protease dan integrase).

14
2. Jelaskan proses HIV menyerang sel host dan memperbanyak diri dalam
tubuh manusia!
Jawaban

Patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limfosit Th yang mengandung


marker CD4 (sel-T).limfosit-T merupakan pusat dan sel utama yang telibat
secara langsung maupun tidak langsung dalam menjalankan fungsi
imunologik. Virus HIV yang masuk ke dalam tubuh akan mengikat sel-sel dari
sistem imun seperti monosit, makrofag, dan sel T-limfosit (CD4, sel T) untuk
memperbanyak diri, hal inilah dapat menyebabkan orang yang terinfeksi HIV
rentan terhadap berbagai penyakit dan dapat menyebabkan kematian.
Virus tersebut membawa materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA)
bukan dalam asam deoksiribo nukleat (DNA). Virus HIV yang masuk kedalam
tubuh akan menyerang sel CD4+ yang meliputi monosit, makrofag dan limfosit
T4 helper dengan cara berikatan dengan limfosit T4 helper yang akan
memprogram ulang materi genetik sel untuk membuat double-stranded DNA
(DNA utas-ganda) dengan bantuan enzim revers transcriptase. DNA akan
disatukan dengan nucleus T4 sebagai provirus sehingga terjadi infeksi
permanen. Sel T4 yang sudah terinfeksi akan diaktifkan, sehingga HIV dapat
menghancurkan sel T4 kemudian HIV dilepas melalui plasma darah dan akan
menginfeksi sel-sel CD4+ lain. Siklus replikasi HIV belum aktif sampai sel yang
terinfeksi diaktifkan oleh antigen, mitogen, hepatitis, herpes simplek dan
sitokin. Infeksi HIV tidak langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu,
namun gejala tidak khas pada HIV akut muncul 3-6 minggu setelah terinfeksi.
Virus HIV yang inaktif dalam sel tubuh dianggap infeksius karena dapat
ditularkan selama penderita masih hidup.

15
Seb utka

3. Jelaskan mekanisme kerja obat anti HIV dan kaitkan dengan proses HIV
menyerang dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia!

Jawaban

Penggolongan ARV
a. Penghambat reverse transcriptase enzyme
1. Analog Nucleosid Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) Mekanisme
kerjanya NRTI diubah secara intraseluler dalam 3 tahap penambahan 3
gugus fosfat dan selanjutnya berkompetisi dengan natural nukleotida
menghambat Reverse Transcription (RT), sehingga perubahan RNA menjadi
DNA terhambat, NRTI juga menghentikan perpanjangan DNA. Contohnya :
Zidovudin (ZDV/AZT), Stavudin (d4T), Lamivudin (3TC), Zalcitabin (ddC),
Didanosine (ddL), Abacavir (ABC)
2. Analog nukleotida analog adenosine monofosfat : tenofir. Mekanisme
kerjanya pada penghambatan replikasi HIV sama dengan NRTI tetapi hanya
memerlukan 2 tahapan proses fosforilasi. Obat ini gunakan untuk infeksi
HIV dalam kombinasi dengan ARV yang lain. Sebelum terapi harus dilakukan
pemeriksaan fungsi hati dan serum fosfat, sebulan satu kali selama satu
tahun, selanjutnya tiap 3 bulan dan monitor pasien dengan hepatitis B. Obat
ini bila diberikan bersamaan dengan didanosine akan menyebabkan
toksisitas. Kontra indikasinya pada ibu menyusui dan memiliki efek
samping mual, muntah, diare, nyeri perut, gangguan fungsi ginjal.
3. Non Nukleosida Reverse Transcription Inhibitors (NNRTI) Mekanisme
kerjanya tidak melalui tahapan fosforilasi intraseluler tetapi berikatan
langsung dengan reseptor pada RT dan tidak berkompetensi dengan
nukleotida natural. Contohnya : Nevirapin (NVP), Efavirenz (EFP).

b. Penghambat masuknya virus. Mekanisme kerjanya dengan cara berikatan dengan


subunit GP41 selubung glikoprotein virus sehingga fusi virus ke target sel dihambat.
Contohnya enfuvirtid (Depkes, 2004). Enfuvirtid di indikasikan untuk infeksi HIV
dalam kombinasi dengan ARV yang lain. Peringatan untuk pasien dengan hepatitis B
atau C, gangguan hati, gangguan ginjal, kehamilan. Kontraindikasi terhadap ibu
menyusui. Efek sampingya meliputi reaksi pada tempat suntikan, diare, mual,
muntah, sakit kepala, reaksi hipersensitifitas, neuropati perifer. Dosis subkutan 90
mg dua kali sehari.

c. Penghambat enzim protease (PI) ritonavir (RTV) Mekanisme Protease Inhibitors (PI)
berikatan secara eversible dengan enzim protease yang mengkatalisa pembentukan
protein yang dibutuhkan untuk proses akhir pematangan virus, sehingga virus yang
terbentuk tidak masuk dan tidak menginfeksi sel lain. PI adalah ARV yang potensial.
Contohnya : Saquinavir (SQV) dan Nelfinavir (NFV).

16
4. Sebutkan dan jelaskan kemungkinan efek samping yang dapat terjadi
untuk masing-masing golongan ARV!

Jawaban

Kebanyakan obat-obatan, obat ARV dapat menimbulkan efek samping.Efek yang


ditimbulkan seringkali ringan, namun dapat menjadi serius dan memberikan
dampak yang besar bagi kesehatan atau kualitas hidup.
1. NRTI
Obat yang termasuk golongan ini dihubungkan dengan degenerasi
lemak hepar dan asidosis laktat yang sehubungan dengan keracunan
mitokondrial seluler.Awalnya asidosis laktat muncul dengan gejala
gastrointestinal yang tidak spesifik seperti mual, muntah, rasa sakit dan
peregangan abdomen dan kelemahan secara menyeluruh.Hal ini dapat
meningkat menjadi tachypnoe dan dyspnoe yang akhirnya menjadi
kegagalan respirasi, serta adanya abnormalitas liver, creatinine
phospokinase, creatine dan thrombocytopenia.NRTI harus dihentikan
bila asidosis laktat terjadi.3-5% anak-anak dan dewasa menerima
abacavir yang menghasilkan reaksi hipersensitif berbahaya.

2. NNRTI
Obat-obat yang termasuk dalam kelas NNRTI dapat menimbulkan
peningkatan alanine/aspartate aminotransferase dan kasus hepar parah
yang jarang.Obat-obat golongan NNRTI, nevirapine paling banyak
menyebabkan hepatitis klinis.Dua pertiga dari hepatitis klinis yang
berhubungan dengan nevirapine dapat terjadi dalam 12 minggu
pertama, serta meningkat cepat menjadi kegagalan hepar yang sangat
mengkhawatirkan.

3. PI
Efek samping yang spesifik dari kelas protease inhibitor adalah tahanan
insulin, diabetes mellitus, hyiperlipidemia, hepatitis, kerusakan tulang
dan perdarahan pada hemophilia.

17
Sebutk an k arakt eristik patog en peny

4.

5. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi yang diberikan oleh World Health


Organization (WHO) terkait pencegahan transmisi HIV!

Jawaban

Pencegahan yang dapat mengurangi dan atau kemungkinan tranmisi HIV,


meliputi:
• Kondom pria dan wanita serta pelumas yang kompatibel dengan
kondom. Kondom pria diperkirakan dapat mengurangi penularan
heteroseksual setidaknya 80% dan memberikan 64% perlindungan
dalam seks anal antara pria yang berhubungan seks dengan pria, jika
digunakan dengan konsisten dan benar. Sedikit data yang tersedia
untuk kemanjuran kondom wanitam tetapi bukti menunjukkan bahwa
mereka dapat memiliki efek pencegahan yang serupa.
• Pengurangan dampak buruk bagi orang yang menyuntikkan narkoba.
- Program jarum suntik sangat efektif dalam mengurangi penularan
HIV dan hepatitis C melalui penggunaan narkoba suntik.
- Terapi substitusi opioid dengan metadon atau buprenorfin adalah
bentuk pengobatan yang paling efektif untuk ketergantungan
opioid dan memiliki manfaat tambahan untuk secara efektif
mengurangi penularan HIV melalui penggunaan narkoba yang
disuntik.

18
5.

6. Sebutkan apa pilihan ARV yang direkomendasikan oleh WHO! Kapan


inisiasi ARV perlu dilakukan?

Jawaban

ARV harus dimulai/ dilakukan untuk semua orang yang hidup dengan HIV
terlepas dari tahap klinis dan pada jumlah sel CD4 apa pun.
• Dewasa (rekomendasi kuat, bukti kepastian sedang)
• Wanita hamil dan menyusui (rekomendasi kuat, bukti kepastian sedang)
• Remaja (rekomendasi bersyarat, bukti kepastian rendah)
• Anak-anak yang hidup dengan HIV berusia satu tahun hingga kurang
dari 10 tahun) (rekomendasi bersyarat, bukti kepastian rendah)
• Bayi didiagnosis pada tahun pertama (rekomendasi kuat, bukti kepastian
sedang)

19
6.

7. Sebutkan apa pilihan ARV yang direkomendasikan oleh Kemenkes! Kapan


inisiasi ARV perlu dilakukan?

Jawaban

Pada Kemenkes, ARV diindikasikan pada semua ODHA (orang dengan


HIV/AIDS) berapapun jumlah CD4-nya. Pada ODHA yang datang tanpa gejala
infeksi oportunistik, ARV dimulai segera dalam 7 hari setelah diagnosis dan
penilaian klinis. Pada ODHA sudah siap untuk memulai ARV, dapat ditawarkan
untuk memulai ARV pada hari yang sama, terutama pada ibu hamil. Terapi
ARV juga harus diberikan pada semua pasien TB dengan HIV tanpa
memandang nilai CD4. Pada keadaan ko-infeksi TB-HIV, pengobatan TB
harus dimulai terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengobatan
ARV.

20
7.

8. Compare and contrast tatalaksana infeksi HIV yang tertera pada panduan
terapi oleh WHO maupun Kemenkes! Sebutkan perbedaan rekomendasi dari
kedua panduan terapi tersebut!

Jawaban

21
8.

9. Sebutkan dan jelaskan kriteria gagal terapi yang direkomendasikan dalam


panduan terapi tatalaksana Kemenkes!

Jawaban

22
8.

10. Apa yang dimaksud dengan infeksi oportunistik pada pasien dengan HIV?
Sebutkan jenis infeksi oportunistik yang dapat terjadi pada pasien HIV!

Jawaban

Infeksi oportunistik adalah infeksi yang terjadi akibat adanya penurunan


sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut umumnya tidak menyebabkan
penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, namun
dapat berakibat fatal pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
seperti pada penderita HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immune Deficiency Syndrome).

• Candidiasis
• Infeksi paru (pneumocystis)
• Tuberkulosis
• Herpes simplex
• Toksoplasmosis
• Infeksi pencernaan (cryptosporidiosis)
• Pneumonia

23
9.
10.

11. Sebutkan pilihan terapi untuk masing-masing jenis infeksi oportunistik dan
kapan perlu diberikan beserta pustaka pedoman terapi yang Anda gunakan!

Jawaban

• Candidiasis

• Tuberkulosis
Berdasarkan rekomendasi WHO dan ISTC semua pasien HIV yang telah
terdiagnosis TB sebagai salah satu infeksi oportunistik harus diberikan
kotrimoksazol sebagai pencegahan infeksi lain tanpa menilai jumlah
CD4 atau berapapun nilai CD4, diberikan dengan dosis 1 kali 960 mg
per hari selama mendapat terapi OAT. Apabila pengobatan OAT selesai
dan nilai CD4 >200 sel/μL, maka pemberian kotrimoksazol dapat
dihentikan, tetapi apabila CD4 < 200 sel/μL, maka kotrimoksazol dapat
diteruskan dengan dosis yang sama. (Kemenkes RI nomor HK.
01.07/MENKES/90/2019)

24
11.

12. Sebutkan parameter monitoring efektivitas dan keamanan penggunaan obat


HIV!
Jawaban

25
Materi Minggu 2 - Kasus Tifoid
Kasus 1

Tn. SK datang ke instalasi gawat darurat (IGD) pada tanggal 25 Agustus


2022 pukul 10.00 dengan keluhan demam sejak 8 hari yang lalu, mual dan
muntah 2 kali pagi ini. Pada awalnya, pasien hanya mengalami demam
ringan hingga kemarin demam semakin memburuk dimana temperatur
mencapai 39oC. Pasien menyatakan tidak batuk, tidak pilek, tidak mual,
dan tidak ada nyeri telan, namun pasien mengatakan kemarin muntah 2
kali, buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek sebanyak 2 kali.
Berdasarkan penggalian informasi lebih lanjut, akhir-akhir ini pasien
sering makan siang di warung depan kantornya yang baru buka.
Sebelumnya pasien selalu membawa bekal dari rumah. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit apapun, termasuk dispepsia.

Hasil pemeriksaan fisik di IGD, dokter jaga menemukan adanya


pembesaran hati dan pembesaran limpa. Selain itu, dokter menemukan
ada bercak merah menyerupai mawar (rose spot) di bagian perut dan
dada pasien yang hilang ketika ditekan. Pasien tidak ikterus/jaundice. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan suhu 38,7oC, tekanan darah
130/80 mmHg, nadi 90 x/menit, dan laju pernafasan 20 kali/menit. Oleh
karena itu, dokter memutuskan pasien perlu rawat inap di rumah sakit.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil sebagai berikut:

Diagnosis dokter: demam tifoid tanpa komplikasi

Hasil pemeriksaan mikrobiologi tanggal 26 Agustus 2022 menunjukkan


temuan bakteri gram negatif bentuk batang.

26
Obat yang diberikan, antara lain:

Instruksi:
1. Anda adalah seorang apoteker yang sedang melakukan pemantauan
terapi obat (PTO) pada tanggal 29 Agustus 2022 pukul 14.00. Buatlah
analisis SOAP dengan data yang Anda peroleh pada tanggal 28
Agustus 2022 pada form di bawah ini!

Gunakan form analisis SOAP yang tercantum di ULS!

12
27
Kasus 2

Anda seorang apoteker yang sedang melakukan pemantauan terapi pada


seorang pasien (Tn. AA) pada tanggal 29 Agustus 2022 pukul 10.00.
Adapun detail informasi yang Anda peroleh sebagai berikut:

28
Informasi dari bagian mikrobiologi klinik (tanggal 27 Agustus 2022)
1. Hasil pewarnaan gram menunjukkan adanya bakteri gram negatif
dengan bentuk batang
2. Dokter A Sp.MK memberikan informasi terkait hasil evaluasi
sensitivitas antibiotik pada Salmonella typhi. Ia menyatakan bahwa
75% S. typhi di rumah sakit tersebut selama periode 2020-2021 telah
resisten terhadap Kloramfenikol.

12
29
Catatan perawat pada rekam medis tanggal 29 Agustus 2022:
Pasien mengeluhkan sedikit mual, sudah tidak demam sejak 28 Agustus
2022, masih sedikit pusing. Obat dilanjutkan oleh DPJP. Rencana pasien
keluar rumah sakit besok (30 Agustus 2022). Pasien makan seperti biasa,
tidak ada keluhan terkait dengan nafsu makan.
1.

2. Buatlah analisis SOAP dengan data yang Anda peroleh pada tanggal
29 Agustus 2022 pada form yang telah disediakan!

Gunakan form analisis SOAP yang tercantum di ULS!

30
Materi Minggu 3 - Hepatitis B
Capaian pembelajaran

Pada akhir perkuliahan minggu ketiga ini, mahasiswa mampu


memutuskan rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan
target terapi dan parameter monitoring yang tepat pada kasus Hepatitis B
(C5). Beberapa kompetensi yang perlu mahasiswa kuasai agar dapat
mencapai kompetensi pembelajaran utama tersebut, antara lain:
1. Mampu menjelaskan karakteristik (struktur sel) patogen dan
patogenesis terjadinya infeksi oleh virus hepatitis B (HBV; C2)
2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms),
tanda-tanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan klinis lainnya (termasuk hasil USG dan foto thorax) yang
relevan pada kasus infeksi HBV (C2)
3. Mampu mengidentifikasi pilihan alternatif antiviral yang dapat
digunakan dalam tatalaksana infeksi oleh HBV (C3)
4. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan
riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi,
kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) rekomendasi dari pedoman
terapi sebagai dasar untuk menentukan terapi antiviral (C4)
5. Mampu menemukan masalah terkait obat dan memutuskan
rekomendasi rejimen terapi antiviral (termasuk jenis, dosis, frekuensi,
dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian atau evaluasi
informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4 (C5)
6. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit,
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis
lainnya) untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi antiviral
(C5)

31
Metode pembelajaran

Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory


Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan
kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa
ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat
berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan,
atau pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa
kegiatan pengerjakan kasus/case studies yang diakhiri dengan
pemberian feedback).

Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik infeksi


oleh HBV, mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan
pengantar yang tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas.
Beberapa pustaka berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut:
1. American Association for the Study of Liver Diseases (AASLD). (2018).
Update on Prevention, Diagnosis, and Treatment of Chronic
Hepatitis B: AASLD 2018 Hepatitis B Guidance. Hepatology; 67(4):
1560-1599.
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2019) Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/322/2019
tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana
Hepatitis B. Jakarta
3. Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC et al. (2011) Pharmacotherapy: A
pathophysiologic approach. 8th ed. McGraw-Hill: America

3
32
Pertanyaan pengantar

1. Sebutkan karakteristik virus hepatitis B (Hepatitis B Virus; HBV)!

Jawaban

Virus hepatitis B adalah anggota keluarga Hepadnavidae dan satu-satunya virus


hepatitis yang memiliki genom berupa DNA. Karakteristik virus ini yaitu memiliki
selubung dan bereplikasi melewati perantaraan RNA.

33
1. Sebutk an karakt eristik patogen penye bab demam tifoid! Sert aka n gam bar strukt ur pat ogen unt uk membant u menjaw ab.

2. Jelaskan proses HBV menyerang sel host dan memperbanyak diri dalam
tubuh manusia!
Jawaban

Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B. Virus
Hepatitis B mula-mula melekat pada resptor spesifik di membram sel hepar
kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Virus
melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga melepaskan nukleokapsid.
Selajutnya nukleokapsid akan menembus sel dinding hati. Asam nukleat VHB
akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan
berintergrasi pada DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah DNA VHB
memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus
Hepatitis B dilepaskan ke peradangan darah, terjadi mekanisme kerusakan
hati yang kronis disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap
infeks.

34
1. Sebutk an karakt eristik patogen penye bab demam tifoid! Sert aka n gam bar struktur patogen untuk mem bantu menjawab.
2. Jelaska n pat ogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di UL S dapat digunaka n unt uk salah satu referensi.

3. Jelaskan mekanisme kerja obat anti HBV dan kaitkan dengan proses HBV
menyerang dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia!

Jawaban

35
1. Sebutk an k arakt eristik patog en penyebab dem am t ifoid! Ser tak an gam bar str uk tur pat ogen unt uk mem bantu menjaw ab.
2. Jelaskan pat ogenesis demam tif oid! Video yang tersedia di U LS dapat dig unak an untuk salah sat u r efer ensi.
3. Sebutk an g ejala dan tanda demam t ifoid!

4. Sebutkan dan jelaskan kemungkinan efek samping yang dapat terjadi


untuk masing-masing golongan antivirus dengan indikasi HBV!

Jawaban

• Tenofovir Disoproxil Fumarate


Sampai saat ini masih belum ditemukan efek samping tenofovir yang berat.
Namun telah dilaporkan adanya gangguan ginjal pada pasien dengan koinfeksi
VHB dan HIV.

• Adefovir Dipivoxil
Obat ini memiliki efek samping berupa gangguan ginjal (azotemia,
hipofosfatemia, asidosis, glicosuria, dan proteinuria) yang bersifat dose-
dependent dan reversibel.

• Telbivudin
Efek samping terapi telbivudin juga cenderung ringan, namun beberapa
laporan menyebutkan adanya peningkatan creatinin kinase yang reversibel bila
terapi dihentikan. Dilaporkan juga adanya kasus myopati yang juga reversibel
dengan penghentian terapi.

36
1. Sebutk an k arakt eristik patog en penyebab dem am t ifoid! Ser tak an gam bar str uk tur pat ogen unt uk mem bantu menjaw ab.
2. Jelaskan pat ogenesis demam tif oid! Video yang tersedia di U LS dapat dig unak an untuk salah sat u r efer ensi.
3. Jelaskan mekanism e k erj a obat ant i HIV dan k ait kan dengan pr oses HIV m eny er ang dan mem perbany ak dir i dalam tubuh manusia!
4.g

5. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi terapi infeksi HBV yang diberikan oleh
American Association for the Study of Liver Diseases (AASLD) tahun 2018!

Jawaban

37
1. Sebutk an k arakt eristik patog en penyebab dem am t ifoid! Ser tak an gam bar str uk tur pat ogen unt uk mem bantu menjaw ab.
2. Jelaskan pat ogenesis demam tif oid! Video yang tersedia di U LS dapat dig unak an untuk salah sat u r efer ensi.
3. Sebutk an g ejala dan tanda demam t ifoid!
4. Sebutk an dan j elask an kem ung kinan efek samping y ang dapat t erjadi unt uk m asing-masing g olong an ART!
5.g

6. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi terapi infeksi HBV yang diberikan oleh
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2019!

Jawaban

• Terapi dengan Analog Nukleos(t)ida


a. Entecavir
Entecavir (ETV) adalah analog 2-deoxyguanosine. Obat ini bekerja dengan
menghambat priming DNA polimerase virus, reverse transcription dari rantai
negatif DNA, dan sintesis rantai positif DNA.
b. Tenofovir Disoproxil Fumarate
Tenofovir disoproxil fumarate (TDF) adalah prekursor tenofovir, sebuah analog
nukleotida yang efektif untuk hepadanavirus dan retrovirus. Tenofovir diberikan
secara oral pada dosis 300 mg/hari. Sampai saat ini masih belum ditemukan efek
samping tenofovir yang berat. Namun telah dilaporkan adanya gangguan ginjal
pada pasien dengan koinfeksi VHB dan HIV.
c. Lamivudin
Analog nukleos(t)ida bekerja dengan menghambat tempat berikatan polimerase
virus, berkompetisi dengan nukleosida atau nukleotida, dan menterminasi
pemanjangan rantai DNA. Lamivudin (2, 3'-dideoxy-3-thiacytidine) adalah analog
nukleos(t)ida pertama yang pada tahun 1998 diakui sebagai obat hepatitis B.
Obat ini berkompetisi dengan dCTP untuk berikatan dengan rantai DNA virus
yang akan menterminasi pemanjangan rantai tersebut. Lamivudin (LAM) diminum
secara oral dengan dosis optimal 100 mg/hari. Pemberian satu kali sehari
dimungkinkan mengingat waktu paruhnya yang mencapai 17-19 jam di dalam sel
yang terinfeksi.
d. Adefovir Dipivoxil
Adefovir dipivoxil (ADV) adalah analog adenosine monophosphate yang bekerja
dengan berkompetisi dengan nukleotida cAMP untuk berikatan dengan DNA virus
dan menghambat polymerase dan reverse transcriptase sehingga memutus rantai
DNA VHB.
e. Telbivudin
Telbivudin (LdT) adalah analog L-nukleosida thymidine yang efektif melawan
replikasi VHB. Obat ini diberikan secara oral dengan dosis optimal 600 mg/hari.

• Terapi dengan Pegylated Interferon Interferon (IFN) adalah mediator inflamasi


fisiologis dari tubuh berfungsi dalam pertahanan terhadap virus. Senyawa ini
memiliki efek antiviral, immunomodulator, dan antiproliferatif. Interferon akan
mengaktifkan sel T sitotoksik, sel natural killer, dan makrofag. Selain itu,
interferon juga akan merangsang produksi protein kinase spesifik yang berfungsi
mencegah sintesis protein sehingga menghambat replikasi virus. Saat ini tersedia
2 jenis pegylated interferon, yaitu pegylated-interferon α-2a (peg-IFN α-2a) dan
pegylated-interferon α-2b (peg-IFN α-2b). IFN konvensional diberikan dalam dosis
5 MU per hari atau 10 MU sebanyak 3 kali per minggu, sementara Peg-IFN α2a
diberikan sebesar 180 µg/minggu, dan Peg-IFN α2b diberikan pada dosis 1-1.5
µg/kg/minggu. Semua pemberian terapi Interferon diberikan secara injeksi
subkutan.

38
1. Sebutk an k arakt eristik patog en penyebab dem am t ifoid! Ser tak an gam bar str uk tur pat ogen unt uk mem bantu menjaw ab.
2. Jelaskan pat ogenesis demam tif oid! Video yang tersedia di U LS dapat dig unak an untuk salah sat u r efer ensi.
3. Jelaskan mekanism e k erj a obat ant i HIV dan k ait kan dengan pr oses HIV m eny er ang dan mem perbany ak dir i dalam tubuh manusia!
4.g
5 . S ebutk a n da n jel a sk a n rek om end a si y a ng di beri k a n ol eh W orl d H ea l th O rg a ni z a ti on (W H O ) terk a i t penc eg a ha n tra ns m i si HI V !
6.g

7. Compare and contrast tatalaksana infeksi HBV yang tertera pada panduan
terapi AASLD maupun Kemenkes!

Jawaban

39
1. Sebutk an k arakt eristik patog en penyebab dem am t ifoid! Ser tak an gam bar str uk tur pat ogen unt uk mem bantu menjaw ab.

7.

8. Sebutkan parameter monitoring efektivitas dan keamanan penggunaan


obat anti HBV!

Jawaban

40
Materi Minggu 3 - Kasus HIV
Kasus 1

see PPT (in-class activity)

Kasus 2

Anda seorang apoteker yang sedang melakukan pemantuan terapi


(tanggal 30 Mei 2022; pukul 10.00) pada seorang pasien dengan data
sebagai berikut:

41
Pemeriksaan fisik

12
42
Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan penunjang

43
Obat yang diberikan pada pasien

12
44
Catatan Perawat:
Tgl 30 Mei 2022: pasien tidak mengeluhkan batuk, tidak ada demam, tidak
ada mual dan tidak ada muntah, tidak ada diare. Pasien mengatakan
sariawan masih ada tetapi sudah berkurang disbanding pada saat MRS.

Instruksi mengerjakan kasus 2:


1. Anda diminta untuk menemukan dua (2) DRP TERKAIT TATA LAKSANA
INFEKSI OLEH HIV DAN OPPORTUNISTIC INFECTIONS YANG TERJADI.
Setelah itu, Anda diminta menyusun rancangan terapi untuk
mengatasi masalah tersebut

45
Materi Minggu 4 - COVID 19
Capaian pembelajaran

Pada akhir perkuliahan minggu keempat ini, mahasiswa mampu


memutuskan rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan
target terapi dan parameter monitoring yang tepat pada kasus COVID-19
(C5). Beberapa kompetensi yang perlu mahasiswa kuasai agar dapat
mencapai kompetensi pembelajaran utama tersebut, antara lain:
1. Mampu menjelaskan karakteristik (struktur sel) patogen dan
patogenesis terjadinya infeksi oleh virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV 2; C2)
2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms),
tanda-tanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan klinis lainnya (termasuk hasil USG dan foto thorax) yang
relevan pada kasus infeksi oleh SARS-CoV 2 (C2)
3. Mampu mengidentifikasi pilihan alternatif antiviral yang dapat
digunakan dalam tatalaksana infeksi oleh SARS-CoV 2 (C3)
4. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan
riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi,
kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) rekomendasi dari pedoman
terapi sebagai dasar untuk menentukan terapi antiviral (C4)
5. Mampu menemukan masalah terkait obat dan memutuskan
rekomendasi rejimen terapi antiviral (termasuk jenis, dosis, frekuensi,
dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian atau evaluasi
informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4 (C5)
6. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit,
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis
lainnya) untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi antiviral
(C5)

46
Metode pembelajaran

Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory


Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan
kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa
ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat
berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan,
atau pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa
kegiatan pengerjakan kasus/case studies yang diakhiri dengan
pemberian feedback).

Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik infeksi


oleh SARS-CoV 2, mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan
pengantar yang tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas.
Beberapa pustaka berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut:
1. Burhan E, Susanto AD, Nasution SA et al. (2022) Pedoman
Tatalaksana COVID-19 Edisi 4: 1-165.

3
47
Pertanyaan pengantar

1. Sebutkan karakteristik virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus


2 (SARS-CoV 2)!
Jawaban

Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi
coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru. Virus corona ini menjadi patogen
penyebab utama outbreak penyakit pernapasan. Virus ini adalah virus RNA rantai
tunggal (single-stranded RNA) yang dapat diisolasi dari beberapa jenis hewan,
terakhir disinyalir virus ini berasal dari kelelawar kemudian berpindah ke manusia.
Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia
ke manusia. kasus COVID-19 meningkat jumlahnya dari waktu ke waktu sehingga
memerlukan perhatian. Lebih jauh lagi, beberapa varian baru dari virus SARS-CoV
2 seperti varian Alpha (B.117), Beta (B1.351), dan Delta (B.1.617) juga telah
ditemukan penyebarannya di berbagai daerah di Indonesia dengan risiko penularan
tinggi dan menyebabkan penurunan efikasi vaksin.
Saat ini terdapat varian baru dari Covid-19 yaitu varian B.1.1.529 yang diberi nama
Omicron. Varian ini memiliki sedikitnya 30 substitusi atau perubahan asam amino,
tiga delesi dan satu insersi kecil. Adanya mutasi pada varian ini maka akan
memengaruhi tes diagnostik (target gen S), daya penularan yang lebih cepat dan
daya netralisasi antibodi yang menurun.
Varian omicron menjadi varian yang perlu diwaspadai karena memiliki jumlah
mutasi yang tinggi, termasuk pada protein spike, dan berpotensi memiliki
kemampuan dalam menghindari sistem imun yang lebih baik dan laju penularan
yang lebih tinggi. Varian omicron memiliki lebih dari 30 mutasi yang menyebabkan
perubahan pada sequence asam amino protein spike.

48
1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab.

2. Jelaskan proses SARS-CoV 2 menyerang sel host dan memperbanyak diri


dalam tubuh manusia!

Jawaban

Virus menyebar melalui tetesan air liur yang muncrat dari mulut orang akibat batuk atau
bersin, yang kemudian masuk ke tubuh orang yang berada di dekatnya melalui mulut,
hidung dan mata. Virus kemudian masuk ke jalur pernafasan dan membran mukus di
bagian belakang tenggorokan, menempel pada sebuah reseptor di dalam sel, dan mulai
berkembang di sana. Virus ini mempunyai protein dengan ujung tajam yang membuat
virus bisa menempel ke membran sel, dan dari situ, materi genetis virus masuk ke sel
tubuh manusia. Materi genetis tersebut kemudian membajak metabolisme sel dan
membuat sel tidak lagi berkembang untuk kesehatan tubuh melainkan untuk
memperbanyak virusnya.

49
1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab.
2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunakan untuk salah satu referensi.

3. Jelaskan dampak infeksi SARS-CoV 2 pada paru-paru, secara khusus proses


inflamasi yang terjadi!
Jawaban

Virus sepertinya mulai bergerak dari wilayah pinggiran kedua belah paru-paru, dan
mungkin butuh waktu untuk naik ke saluran pernafasan atas, trakea dan pusat
pernafasan lainnya. Pola ini membantu menjelaskan kenapa di Wuhan, banyak
kasus yang tidak bisa diidentifikasi pada awalnya. Proses pengetesan awal di
berbagai RS di Tiongkok tidak selalu bisa mendeteksi infeksi di sisi luar paru-paru,
sehingga biasanya orang yang menunjukan gejala disuruh pulang tanpa diberikan
perawatan. Dan terkadang, mereka tidak merasa cukup sakit untuk mencari
perawatan, dan tetap tinggal di rumah.

Pasien PPOK pada masa pandemi COVID-19 ini disarankan untuk meminimalisir
konsultasi secara tatap muka. Bila ada konsultasi secara tatap muka maka perlu
dilakukan skrining terlebih dahulu melalui telepon untuk memastikan pasien tidak
ada gejala COVID-19. Pasien segera berobat bila terdapat gejala atau perubahan
dari gejala sehari-hari yang mengarah ke COVID19 ke rumah sakit rujukan
COVID-19. Tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk menghindari terpapar
coronavirus seperti menjaga jarak, menggunakan masker, sering mencuci tangan,
tidak menyentuh muka, hidung, mulut dan mata dan menghindari kontak dengan
orang yang mungkin telah terinfeksi COVID-19.

50
1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab.
2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunakan untuk salah satu referensi.
3. Sebutkan gejala dan tanda demam tifoid!

4. Sebutkan gejala dan tanda infeksi SARS-CoV 2 berdasarkan pada tingkat


keparahan!

Jawaban

1. Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak ditemukan gejala.
2. Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia.
Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek,
mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti
hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau
hilangpengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan
juga sering dilaporkan. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal
seperti fatigue, penurunan kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu
makan, delirium, dan tidak ada demam. Status oksigenasi : SpO2 > 95% dengan
udara ruangan.
3. Sedang
Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat
termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan ATAU Anak-anak: pasien dengan
tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat
dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat).
Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, 60x/menit; usia 2–11 bulan, 50x/menit ;
usia 1–5 tahun, 40x/menit ; usia >5 tahun, 30x/menit.
4. Berat /Pneumonia Berat
Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas
>30x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan.
ATAU Pada pasien anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau
kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
Sianosis sentral atau SpO2 < 93%;
Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada
yang sangat berat);
Tanda bahaya umum: ketidakmampuan menyusu atau minum, letargi atau
penurunan kesadaran, atau kejang.
Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea: usia <2 bulan, 60x/menit; usia 2–
11 bulan, 50x/menit; usia 1–5 tahun, 40x/menit; usia >5 tahun, 30x/menit.
5. Kritis
Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok
sepsis, atau kondisi lainnya yang membutuhkan alat penunjang hidup seperti
ventilasi mekanik atau terapi vasopresor

51
1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab.
2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunakan untuk salah satu referensi.
3. Jelaskan mekanisme kerja obat anti HIV dan kaitkan dengan proses HIV menyerang dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia!
4. g

5. Jelaskan mekanisme kerja obat untuk tatalaksana infeksi SARS-CoV 2 dan


kaitkan dengan proses virus tersebut menyerang dan memperbanyak diri
dalam tubuh manusia, serta proses inflamasi yang terjadi!

Jawaban

1. Molnupiravir
Molnupiravir merupakan obat antivirus oral yang merupakan prodrug analog
ribonukleusida secara cepat dikonversi menjadi senyawa hydroxycytidine di
dalam plasma. Gugus trifosfat pada senyawa ini akan berkompetisi dengan
RNA polimerase dari virus. Molnupiravir memiliki aktivitas antiviral terhadap
coronavirus, termasuk SARS-CoV2 dengan risiko resistensi yang rendah.
Studi pada mencit menunjukkan bahwa Molnupiravir dapat menghambat
replikasi virus dan menghambat patogenesis penyakit akibat coronavirus.
2. Nirmatrelvir/Ritonavir (Paxlovid)
Nirmatrelvir/Ritonavir adalah obat antivirus oral. Berdasarkan analisis interim
uji klinis fase 2/3 penelitian EPIC-HR (Evaluation of Protease Inhibition for
COVID-19 in High-Risk Patients), Nirmatrelvir/Ritonavir secara bermakna
mengurangi angka rawat inap dan kematian.

52
1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab.
2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunakan untuk salah satu referensi.
3. Jelaskan mekanisme kerja obat anti HIV dan kaitkan dengan proses HIV menyerang dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia!
4. g
5. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi terapi COVID-19 yang diberikan oleh panduan terapi tatalaksana COVID-19 di Indonesia edisi 4!

6. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi terapi untuk infeksi SARS-CoV 2 yang


diberikan oleh panduan terapi tatalaksana COVID-19 di Indonesia edisi 4!

Jawaban

1. Tanpa Gejala
- Apabila pasien rutin meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat
ACE inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter
Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung
- Vitamin C, dengan pilihan :
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari),
- Vitamin D
Dosis 1000 - 5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet
effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) selama 14
hari.
- Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli
Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM
- Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.

2. Ringan
- Vitamin C dengan pilihan:
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari)
- Vitamin D
Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet
effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) selama 14
hari.
- Antivirus
- Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5), ATAU
- Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, ATAU
- Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombinasi),
Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama
5 hari
- Sesuai dengan ketersediaan obat di fasyankes masing-masing

3. Sedang
- Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drip intravena (IV) selama perawatan
- Vitamin D
Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah
5000 IU)
- Antivirus
Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5
atau hari ke 2-10). Apabila Remdesivir tidak tersedia maka pemberian antivirus
disesuaikan dengan ketersediaan obat di fasyankes masing-masing,
dengan pilihan sebagai berikut:
- Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5), ATAU
- Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, ATAU
- Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombo), Nirmatrelvir 2
tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama 5 hari

4. Berat
- Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip
Intravena (IV) selama perawatan
- Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
- Vitamin D
Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000 IU)
- Antivirus :
Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10).
Apabila Remdesivir tidak tersedia maka pemberian antivirus disesuaikan dengan ketersediaan obat di
fasyankes masing-masing, dengan pilihan sebagai berikut:
- Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600
mg (hari ke 2-5), ATAU
- Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, ATAU
- Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombo), Nirmatrelvir 2 tablet per 12
jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama 5 hari

53
1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab.
2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunakan untuk salah satu referensi.
3. Jelaskan mekanisme kerja obat anti HIV dan kaitkan dengan proses HIV menyerang dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia!
4. g
5. S4!
6. k

7. Sebutkan parameter monitoring efektivitas dan keamanan penggunaan obat


yang digunakan untuk infeksi SARS-CoV 2!

Jawaban

54
Materi Minggu 4 - Kasus Hepatitis B
Kasus 1

see PPT (in-class activity)

Kasus 2

Anda seorang apoteker yang sedang melakukan pemantuan terapi


(tanggal 27 Juli 2019; pukul 10.00) pada seorang pasien dengan data
sebagai berikut:

55
Pemeriksaan fisik

12
56
Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan penunjang

57
Obat yang diberikan pada pasien

Catatan Perawat:
Tgl 27 Juli 2019: pasien masih lemas, batuk kadang-kadang, tidak demam,
mual masih terasa, tidak muntah, nafsu makan membaik, sudah tidak
sakit kepala

Instruksi mengerjakan kasus 2:


1. Anda diminta untuk menemukan satu (1) DRP TERKAIT
TATALAKSANA INFEKSI OLEH HBV DAN satu (1) DRP terkait
INFEKSI LAINNYA. Setelah itu, Anda diminta menyusun rancangan
terapi untuk mengatasi masalah tersebut. Anda dapat menggunakan
pustaka berikut (ATS guideline 2019) untuk MENGIDENTIFIKASI
SATU (1) DRP TERKAIT INFEKSI LAINNYA DAN MENYUSUN
TATALAKSANANYA.

12
58
59
Materi Minggu 5 - Malaria
Capaian pembelajaran

Pada akhir perkuliahan minggu kelima ini, mahasiswa mampu memutuskan


rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan target terapi dan
parameter monitoring yang tepat pada kasus Malaria (C5). Beberapa
kompetensi yang perlu mahasiswa kuasai agar dapat mencapai kompetensi
pembelajaran utama tersebut, antara lain:
1. Mampu menyebutkan jenis-jenis patogen penyebab malaria dan
menjelaskan siklus hidup patogen penyebab malaria dalam tubuh
manusia (C2)
2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms), tanda-
tanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
klinis lainnya (termasuk hasil pemeriksaan mikroskop) yang relevan pada
kasus malaria (C2)
3. Mampu mengidentifikasi pilihan anti malaria yang dapat digunakan dalam
tatalaksana penyakit di Indonesia (C3)
4. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan
riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi,
kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) rekomendasi dari pedoman
terapi sebagai dasar untuk menentukan terapi anti malaria (C4)
5. Mampu menemukan masalah terkait obat dan memutuskan
rekomendasi rejimen terapi anti malaria (termasuk jenis, dosis,
frekuensi, dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian atau
evaluasi informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4 (C5)
6. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit, tanda-
tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis lainnya)
untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi anti malaria (C5)

60
Metode pembelajaran

Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory


Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan
kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa
ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat
berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan, atau
pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa kegiatan
pengerjakan kasus/case studies yang diakhiri dengan pemberian feedback).

Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik malaria,


mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan pengantar yang
tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas. Beberapa pustaka
berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut:
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020) Buku Saku
Tatalaksana Kasus Malaria. Jakarta
2. Ritter JM, Flower R, Henderson G et al. Rang & Dale's Pharmacology.
9th ed. China: Elsevier; 2020.

61
Pertanyaan pengantar

1. Sebutkan lima (5) spesies Plasmodium penyebab malaria!

Jawaban

1. Plasmodium falciparum
Gejala timbul intermiten dan dapat kontinu. Jenis malaria ini paling sering menjadi
malaria berat yang menyebabkan kematian.
2. Plasmodium vivax
Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan
juga kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax.
3. Plasmodium ovale
Manifestasi klinis biasanya bersifat ringan. Pola demam seperto pada malaria
vivaks.
4. Plasmodium malariae
Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari.
5. Plasmodium knowlesi
Gejala demam menyerupai malaria falsiparum.

62
2. Jelaskan siklus hidup Plasmodium dalam tubuh manusia! Sertakan gambar
untuk mempermudah pemahaman Anda!

Jawaban

Nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoite yang berada di


kelenjar liur nyamuk masuk ke dalam peredaran darah selama kurang lebih setengah jam.
Setelah itu sporozoite akan masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian
berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10000-30000 merozoit hati. Siklus ini
disebut siklus ekso-eritositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah dan
menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasite tersebut berkembang
dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses
perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi
(skizon) pecah dan merozoite yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya.
Siklus ini disebut siklus eritrositer.

63
3. Jelaskan kapan dan cara pemberian obat pencegahan (kemoprofilaksis)
Sebutk

malaria!
Jawaban

64
4. Jelaskan mekanisme kerja obat untuk tatalaksana malaria dan kaitkan
dengan siklus hidup malaria dalam tubuh manusia!

Jawaban

65
5. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi terapi untuk malaria yang diberikan oleh
Sebutkan

panduan terapi Kemenkes!

Jawaban

Plasmodium falciparum → DHP (1-3 hari) dan Primakuin (1 hari)

Plasmodium vivax → DHP (1-3 hari) dan Primakuin (1-14 hari)

Plasmodium ovale → DHP (1-3 hari) dan Primakuin (1-14 hari)

Plasmodium malariae → DHP (3 hari)

Plasmpdium knowlesi → DHP (1-3 hari) dan Primakuin (1 hari)

66
6. Sebutkan parameter monitoring efektivitas dan keamanan penggunaan obat
yang digunakan untuk malaria!

Jawaban

Pemantauan terapi dilakukan pada hari ke-3, 7, 14, 21, sampai 28 hari.
1. Rawat jalan
Pemantauan dilakukan pada hari ke- 3, 7, 14, 21 dan 28
setelah pemberian obat hari pertama dengan memonitor
gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopik.
2. Rawat inap
• Pemantauan dilakukan setiap hari dengan
memonitor gejala klinis dan pemeriksaan
mikroskopik.
• Tidak ditemukan parasit aseksual dalam darah
selama 3 hari berturut-turut.
• Setelah pulang harus kontrol pada hari ke-7, 14, 21,
dan 28 sejakhari pertama mendapatkan obat anti
malaria untuk dimonitor pada hemoglobin dan
pemeriksaan mikroskopik. (PNPK, 48)

67
Materi Minggu 5 - Kasus COVID
Kasus 1

see PPT (in-class activity)

Kasus 2

Anda seorang apoteker yang sedang melakukan pemantuan terapi (tanggal


20 September 2022; pukul 10.00) pada seorang pasien dengan data sebagai
berikut:

68
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

12
69
Pemeriksaan laboratorium

70
Obat yang diberikan pada pasien

Catatan Perawat:
Tgl 20 September 2022: pasien masih batuk, sedikit sesak nafas, sumer-
sumer, belum nafsu makan, tenggorokan masih sedikit sakit, tidak mual,
tidak muntah.

Instruksi mengerjakan kasus 2:


Anda diminta untuk menemukan dua (2) DRP TERKAIT TATALAKSANA
INFEKSI COVID-19. Setelah itu, Anda diminta menyusun rancangan
terapi untuk mengatasi masalah tersebut.
12
71
Materi Minggu 6 - Infeksi Saluran Kemih
Capaian pembelajaran

Pada akhir perkuliahan minggu keenam ini, mahasiswa mampu


memutuskan rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan
target terapi dan parameter monitoring yang tepat pada kasus infeksi
saluran kemih (ISK; C5). Beberapa kompetensi yang perlu mahasiswa
kuasai agar dapat mencapai kompetensi pembelajaran utama tersebut,
antara lain:
1. Mampu menyebutkan anatomi saluran kemih, patofisiologi ISK, dan
klasifikasi ISK (C2)
2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms),
tanda-tanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan klinis lainnya (termasuk hasil pemeriksaan mikroskop)
yang relevan pada kasus ISK (C2)
3. Mampu mengidentifikasi kemungkinan patogen penyebab ISK dan
pilihan alternatif antibiotik yang dapat digunakan dalam tatalaksana
ISK (C3)
4. Mampu mengidentifikasi pilihan antibiotik yang dapat digunakan
dalam tatalaksana penyakit ISK (C3)
5. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan
riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi,
kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) rekomendasi dari pedoman
terapi sebagai dasar untuk menentukan terapi antibiotik (C4)
6. Mampu menemukan masalah terkait obat dan memutuskan
rekomendasi rejimen terapi antibiotik pada kasus ISK (termasuk jenis,
dosis, frekuensi, dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian
atau evaluasi informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4
(C5)
7. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit,
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis
lainnya) untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi antibiotik
pada kasus ISK (C5)

72
Metode pembelajaran

Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory


Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan
kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa
ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat
berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan,
atau pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa
kegiatan pengerjakan kasus/case studies yang diakhiri dengan
pemberian feedback).

Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik ISK,


mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan pengantar yang
tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas. Beberapa pustaka
berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut:
1. Bonkat G et al. (2022) EAU Guidelines on Urological Infections.
European Association of Urology
2. Gallagher JC & MacDougall C. (2018) Antibiotics simplified. 4th ed.
America: Jones & Bartlett Learning
3. Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC et al. (2011) Pharmacotherapy: A
pathophysiologic approach. 8th ed. McGraw-Hill: America

373
Pertanyaan pengantar

1. Sebutkan anatomi saluran kemih!

Jawaban

74
2. Jelaskan patofisiologi dan faktor risiko terjadinya ISK!

Jawaban

75
S ebut k an kara

3. Jelaskan klasifikasi ISK!

Jawaban

Uncomplicated ISK : ISK akut, jarang, atau kasus berulang rendah (cytitit tanpa
komplikasi) dan/atau (pyelonephirits tanpa komplikasi), terbatas pada Wanita tidak
hamil tanpa kelainan anatomi dan kelainan fungsional dalam saluran kemih atau
penyakit penyerta

Complicated ISK : tidak semua ISK didefinisikan tanpa komplikasi. Dalam artian
ISK pada pasien dengan dengan kemungkinan peningkatan menjadi adanya
komplikasi: yaitu pria, Wanita hamil, pasien dengan kelainan anatomi atau kelainan
fungsional pada saluran kemih, pemasangan kateter uriin, penyakit ginjal, dan/atau
degan penyakit penyerta lainnya. Penyakit immunocompromising misalnya,
diabetes.

Recurrent ISK : kekambuhan ISK tanpa komplikasi dan/atau adanya komplikasi,


degan frekuensi setidaknya tiga ISK/tahun atau dua ISK dalam enam bulan
terakhir.

Catheter-associated ISK : infeksi saluran kemih terkait kateter (CA-UTI) mengacu


pada ISK yang terjadi pada orang yang saluran kemihnya saat ini di kateterisasi
atau telah dipasanag kateter dalam 48 jam terkahir

Urosepsis : didefinisikan sebagai disfungsi organ yang disebabkan disregulasi


respon host terhadap infeksi yang berasal dari saluran kemih dan/atau organ
genital pria.

Cystitis

Pyelonephritis

ISK in men

76
1. Sebutk an karakt eristik patogen penye bab dem am tifoid! Sertak an gam bar struktur pat ogen unt uk membantu menjawab.
2. Jelaska n pat ogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunak an untuk salah satu referensi.
3. Sebutk an gejala dan tanda dem am tifoid!

4. Jelaskan gejala dan tanda ISK!

Jawaban

Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang
air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik

77
Sebutk an karakt eristik patogen pen

5. Jelaskan patogen yang dapat menyebabkan ISK! Sebutkan antibiotik yang


secara teoritis dapat digunakan untuk mengatasi patogen tersebut!

Jawaban

Sebutk an karakteristik

Buku antibiotic simplified dapat digunakan sebagai dasar untuk menjawab!


78
6. Pada kondisi apa asymptomatic bacteriuria (ABU) diterapi? Sebutkan pilihan
jenis dan regimen terapi antibiotik untuk ABU!

Jawaban

79
6.

7. Sebutkan pilihan jenis dan regimen terapi antibiotik untuk uncomplicated


cystitis! Manakah dari jenis antibiotik tersebut yang tersedia di Indonesia?

Jawaban

80
7. a

8. Apa yang dimaksud dengan recurrent ISK? Sebutkan pilihan jenis dan regimen
terapi antibiotik untuk pencegahan recurrent ISK!

Jawaban

Recurrent UTIs kekambuhan ISK tanpa komplikasi dan/atau adanya komplikasi, degan
frekuensi setidaknya tiga ISK/tahun atau dua ISK dalam enam bulan terakhir.

Regimen yang digunakan :


Nitrofurantoin 50 mg atau 100 mg sekali sehari
Fosfomycin trometamol 3 g setiap 10 hari
Trimethoprim 100 mg sekali sehari

Dan untuk selama kehamilan


Cephalexin 125 mg atau 250 mg sekali sehari atau
Cefaclor 250 mg sekali sehari

81
8.

9. Sebutkan pilihan jenis dan regimen terapi antibiotik untuk uncomplicated


pyelonephritis! Manakah dari jenis antibiotik tersebut yang tersedia di
Indonesia?

Jawaban

82
9.

10. Apa yang dimaksud complicated ISK? Sebutkan pilihan jenis dan regimen terapi
antibiotik untuk complicated ISK! Manakah dari jenis antibiotik tersebut yang
tersedia di Indonesia?

Jawaban

Complicated ISK : tidak semua ISK didefinisikan tanpa komplikasi. Dalam artian ISK
pada pasien dengan dengan kemungkinan peningkatan menjadi adanya komplikasi:
yaitu pria, Wanita hamil, pasien dengan kelainan anatomi atau kelainan fungsional
pada saluran kemih, pemasangan kateter uriin, penyakit ginjal, dan/atau degan
penyakit penyerta lainnya. Penyakit immunocompromising misalnya, diabetes.

Regimen yang digunakan :


Ceftolozane/tazobactam
Cefiderocol
Imipenem/cilastatin
Imipenem/cilastatin ditambah relebactam

83
10.

11. Apa yang dimaksud catheter-associated ISK? Sebutkan pilihan jenis dan
regimen terapi antibiotik untuk catheter-associated ISK! Manakah dari jenis
antibiotik tersebut yang tersedia di Indonesia?

Jawaban

Catheter-associated ISK : infeksi saluran kemih terkait kateter (CA-UTI) mengacu


pada ISK yang terjadi pada orang yang saluran kemihnya saat ini di kateterisasi atau
telah dipasanag kateter dalam 48 jam terkahir

Regimen yang digunakan

84

Anda mungkin juga menyukai