Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMANFAATAN STARTER BAKTERI ESCHERICHIA


COLI PADA PEMBUATAN INSULIN BUATAN
MAKALAH
PEMANFAATAN STARTER BAKTERI ESCHERICHIA
COLI PADA PEMBUATAN INSULIN BUATAN
MAKALAH PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGI STARTER BAKTERI
ESCHERICHIA COLI PADA PEMBUATAN INSULIN BUATAN

Dosen Mata Kuliah : apt.Tatang Tajudin, M.Farm.

Disusun Oleh :
Luthfi Muhammad Fikri ( 207120002 )
Semester VI / Tingkat III
UNIVERSITAS AL-IRSYAD
CILACAP
2023

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
2.1. Pengertian Insulin........................................................................................................3
2.2. Pembuatan Insulin dengan Starter Bakteri Escherichia coli........................................4
2.3. Manfaat Insulin Untuk Pengobatan.............................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peradaban manusia semakin lama semakin berkembang. Dengan


berkembangnya pemikiran manusia maka manusia berusaha bagaimana caranya agar
apa yang saat ini kita inginkan terbatas untuk diperbaharui kedepannya. Masyarakat
semakin sadar akan pentingnya perilaku kehidupan yang sehat. Masyarakat semakin
meningkat perhatiannya terhadap penyakit yang tidak menular. Hal ini dikarenakan
semakin meningkatnya frekuensi kejadian penyakit tersebut di masyarakat. Dari
sepuluh penyebab utama kematian salah satunya adalah penyakit diabetes mellitus
(DM) yang merupakan jenis penyakit tidak menular, keadaan ini terjadi baik di negara
maju maupun negara berkembang maupun Negara dengan ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan adanya perkembangan sosioekonomi dan kultural bangsa sehingga dunia
dituntut untuk memberikan perhatian yang lebih kepada penyakit tidak menular, yang
sudah mulai meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena ini
masyarakat perlu diberikan pengetahuan tentang penyakit tidak menular dengan
melihat kencenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular
dalam masyarakat, termasuk kalangan masyarakat Indonesia.

Nah, dari pemikiran inilah manusia mulai melakukan eksperimen tentang hal-
hal yang mereka inginkan termasuk dalam hal bioteknologi. Dahulu, sebelum
ditemukannya sintesis insulin (hasil bioteknologi teknik plasmid) bagi mereka yang
terkena penyakit kencing manis (diabetes militus) pupus harapan untuk hidupnya.
Namun dengan ditemukannya teknik plasmid untuk memperoleh insulin yang
berfungsi untuk mengatur gula darah pada manusia, mereka yang terkena penyakit
diabetes tetap punya harapan hidup meskipun harus memanfaatkan insulin buatan
secara rutin.

Sebelum ditemukan teknik sintesis insulin, hormon ini hanya bisa diperoleh
dari ekstraksi pankreas babi atau sapi, dan sangat sedikit insulin bisa diperoleh.
Setelah ditemukan teknik sintesis insulin di bidang bioteknologi inilah, harga insulin
bisa ditekan dengan sangat drastis sehingga bisa membantu para penderita diabetes
melitus.

Sintesis insulin dapat diperoleh dengan bantuan bakteri yang biasa terdapat di
usus besar, yaitu Escherichia coli. Teknologi dasar proses ini disebut dengan
teknologi plasmid. Kekurangan insulin disebabkan karena cacat genetik pada
pankreas, menyebabkan seseorang menderita diabetes melitus (kencing manis) yang
berdampak sangat luas terhadap kesehatan, mulai kebutaan hingga impotensi. Insulin
sendiri merupakan hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen, dan berfungsi
mengatur kadar gula darah bersama hormone glukagon.

1
1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain adalah:

a. Untuk mengetahui Pengertian dari Insulin


b. Untuk mengetahui Proses Pembuatan Insulin Buatan dari Bakteri Starter
Escherichia coli
c. Untuk mengetahui manfaat insulin dalam pengobatan diabetes mellitus?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Insulin

Insulin merupakan hormon alami yang dikeluarkan oleh pankreas. Insulin


dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah (gula
darah), dari glukosa. sel membuat energi yang dibutuhkan untuk menjalankan
fungsinya. Insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari 51 asam amino, 30
di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21 lainnya yang membentuk
rantai kedua. Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida. Kode genetik untuk
insulin ditemukan dalam DNA di bagian atas lengan pendek dari kromosom kesebelas
yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam rantai A dan 90 dalam rantai B). DNA yang
membentuk kromosom, terdiri dari dua heliks terjalin yang dibentuk dari rantai
nukleotida, masing-masing terdiri dari gula deoksiribosa, fosfat dan nitrogen. Ada
empat basa nitrogen yang berbeda yaitu adenin, timin, sitosin dan guanin. Sintesis
protein tertentu seperti insulin ditentukan oleh urutan dasar tersebut yang diulang
(Rismayanthi, 2010).

Insulin adalah suatu hormon polipeptida yang diproduksi dalam sel-sel p


kelenjar Langerhaens pankreas Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula
darah (kadar gula drah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi
oleh tubuh kita dikenal sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kelenjar
pankreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat
inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh.dapat berupa obat buatan
manusia yang dikenal sebagai sebutan insulin eksogen.Kekurangan insulin dapat
menyebabkan penyakit seperti diabetes militus tergantung insulin diabetes tipe 1).
Insulin terdiri dari 51 asam amino, Molekul insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida
A dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam
amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino (Gustia, 2012).

3
Menurut Rismayanthi, (2010), terdapat banyak bentuk insulin. Insulin
diklasifikasikan berdasarkan dari berapa cepat insulin mulai bekerja dan berapa lama
insulin bekerja. Tipe insulin terdiri atas:

1. Aksi cepat (rapid acting)


2. Aksi pendek [short acting)
3. Aksi menengah [intermediate acting)
4. Aksi lama (long-acting)
5. Campuran (Pre-mixed)
Pemilihan tipe insulin terganmng pada beberapa faktor, yaitu:
1. Respon tubuh individu terhadap insulin (berapa lama menyerap insulin ke
dalam tubuh dan tetap aktif di dalam mbuh sangat bervariasi dari setiap
individu).
2. Pilihan gaya hidup, seperti: jenis makanan, berapa banyak konsumsi alkohol.
berapa sering berolahraga, yang semuanya mempengaruhi tubuh untuk
merespon insulin.
3. Berapa banyak suntikan per hari yang ingin dilakukan.
4. Berapa sering melakukan pengecekan kadar gula darah.
5. Usia.
6. Target pengaturan gula darah (Rismayanthi, 2010).

2.2. Pembuatan Insulin dengan Starter Bakteri Escherichia coli


Proses pembuatan insulin dengan teknik DNA recombinan adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pancreas
manusia:
a) Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin diekstrak
dari sel pancreas. Kemudian enzim transcriptase ditambahkan pada mRNA
bersamaan dengan nukleotida penyusun DNA.
b) Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk DNA
berantai tunggal.
c) DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
d) Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai tunggal
menjadi ranuti gandu, disebut DNA komplementer (c-DNA), yang
merupakan gen penghasil insulin.
2. Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong
kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
3. Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel
bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di dalam
serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin manusia
(dalam bentuk e- DNA disiapkan untuk dipasangkan pada plasmid yang
terbuka tersebut.

4
4. Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula ikatan
yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase memperkuat ikatan ini
sehingga dihasilkan molekul DNA recombinan/plasmid recombinan yang
bagus.
5. Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli.Di dalam sel bakteri
ini plasmid mengadakan replikasi
6. Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak menghasilkkan klon-klon
bakteri yang mengandung plasmid recombinan penghasil insulin. Melalui
rekayasa genetic dapat dihasilkan E.coli yang merupakan penghasil insulin
dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat.

Escherichia coli (E. coli), penghuni saluran pencernaan manusia, adalah


*pabrik yang digunakan dalam rekayasa genetika insulin. Ketika bakteri
bereproduksi, gen insulin direplikasi bersama dengan plasmid. E. coli seketika
memproduksi enzim yang dengan cepat mendegradasi protein asing seperti insulin.
Hal tersebut dapat dicegah dengan cara menggunakan E. coli strain mutan yang
sedikit mengandung enzim ini. Pada E. coli. B-galaktosidase adalah enzim yang
mengontrol transkripsi gen. Untuk membuat bakteri memproduksi insulin, gen insulin
perlu terikat pada enzim ini.
Enzim restriksi secara alami diproduksi oleh bakteri. Enzim restriksi bertindak
seperti pisau bedah biologi, hanya mengenali rangkaian nukleotida tertentu, misal
salah satunya rangkaian kode untuk insulin. Hal tersebut memungkinkan peneliti
untuk memutuskan pasangan basa nitrogen tertentu dan menghapus bagian DNA yang
berisi kode genetik dari kromosom schuah organisme sehingga dapat memproduksi
insulin. Sedangkan DNA ligase udalah suatu enzim yang berfungsi sebagai perekat
genetik dan pengelas ujung nukleotida (Tjahjoleksono. 2012).

5
Langkah pertama pembuatan humulin adalah mensintesis rantai DNA yang
membawa sekuens nukleotida spesifik yang sesuai karakteristik rantai polipeptida A
dan B dari insulin. Urutan DNA yang diperlukan dapat ditentukan karena komposisi
asam amino dari kedua rantai telah dipetakan. Enam puluh tiga nukleotida yang
diperlukan untuk mensintesis rantai A dan sembilan puluh untuk rantai B. ditambah
kodon pada akhir setiap rantai yang menandakan pengakhiran sintesis protein.
Antikodon menggabungkan asam amino, metionin, kemudian ditempatkan di setiap
awal rantai yang memungkinkan pemindahan protein insulin dari asam amino sel
bakteri itu. "Gen' sintetik rantai A dan B kemudian secara terpisah dimasukkan ke
dalam gen untuk enzim bakteri. B-galaktosidase, yang dibawa dalam plasmid vektor
tersebut. Pada tahap ini, sangat penting untuk memastikan bahwa kodon gen sintetik
kompatibel dengan B-galaktosidase. Plasmid rekombinan tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam sel E. coli.

Praktis penggunaan teknologi DNA rekombinan dalam sintesis insulin


manusia membutuhkan jutaan salinan plasmid bakteri yang telah digabungkan dengan

6
gen insulin dalam rangka untuk menghasilkan insulin. Gen insulin dickspresikan
bersama dengan sel mereplikasi galaktosidase-B di dalam sel yang sedang menjalani
mitosis.
Protein yang terbentuk, sebagian terdiri dari B-galaktosidase, bergabung ke
salah satu rantai insulin A atau B. Rantai insulin A dan rantai B kemudian diekstraksi
dari fragmen B-galaktosidase dan dimurnikan.
Kedua rantai dicampur dan dihubungkan kembali dalam reaksi yang
membentuk jembatan silang disulfida, menghasilkan Humulin mumi (insulin manusia
sintetis).

2.3. Manfaat Insulin Untuk Pengobatan

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita


penduduk dunia termasuk Indonesia dan sampai saat ini belum ditemukan pengobatan
yang efektif untuk menyembuhkan penyakit tersebut (Ardiansyah. 2012). Diabetes
mellitus merupakan suatu penyakit metabolisme yang mempunyai karakteristik
hyperglycemia akibat dari cacat pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Hyperglycemia pada diabetes yang berkepanjangan akan mengakibatkan disfungsi
dan kegagalan kerja dari berbagai macam organ terutama mata, ginjal, saraf dan
jaringan darah. Diabetes merupakan kondisi di mana tubuh tidak dapat dengan tepat
menggunakan energi dari makan yang dimakan (Adewale et al. 2007). Makanan
merupakan tahapan awal masuknya glukosa ke dalam plasma darah. Zat dari bahan
makanan, yaitu karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan mineral ditambahkan ke
darah melalui sistem hepatik berpori (hepatic porous system). Dalam proses
metabolisme bahan karbohidrat, protein dan lemak akan diubah menjadi glukosa dan
selanjutnya dikonversi menjadi energi (Goel & Statry dalam Rao et al. 2011).
Dalam Rao et al. (2011) dinyatakan bahwa insulin memainkan peranan
penting dalam menyebarkan glukosa ke sel-sel, merangsang sistem enzim untuk
merubah glukosa menjadi glikogen, memperlambat proses glukoneogenesis, mengatur
proses lipogenesis, dan mendorong sintesa protein dan pertumbuhan tubuh. Dalam
Stahl & Johansson (2009) disebutkan bahwa diabetes mellitus adalah penyakit yang

7
dicirikan dengan ketidakmampuan pancreas menghasilkan insulin yang cukup.
Diabetes mellitus disebabkan karena hormon insulin yang tidak mencukupi/tidak
efektif sehingga tidak dapat bekerja secara normal. Insulin mempunyai peran utama
mengatur kadar glukosa di dalam darah 60-120 mg/dl waktu puasa.
Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit keturunan, meskipun demikian
tidak berarti penyakit ini pasti menurun pada anak. Walaupun kedua orang tuanya
menderita diabetes mellitus, kadang-kadang anaknya tidak ada yang menderita
diabetes mellitus. Namun, apabila dibandingkan dengan kedua orang tua yang tidak
menderita diabetes mellitus, jelas penderita diabetes mellitus lebih cenderung
mempunyai anak yang menderita penyakit diabetes mellitus. Selain itu penyakit
diabetes mellitus juga mudah menyerang pada individu yang berbadan besar
(kegemukan) dengan gaya hidup tinggi (Misnadiarly 2006).
Pemberian injeksi insulin secara teratur dalam meningkatkan kadar insulin
dalam darah penderita dapat meminimumkan komplikasi. Pengobatan ini hanya
mungkin dilaksanakan bila insulin tersedia dalam jumlah besar dengan kemurnian dan
mutu yang baik. Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan
dengan cara suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam lambung.
Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa keseluruh
tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula drah (blood glucose) dan
merubah glucose manjadi energi.
Perlu diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikan
insulin. Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikan di daerah perut dimana
penyerapan akan lebih cepat. Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah
rendah.hindarilah penyuntikan pada perut. Secara urutan. area proses penyerapan
paling cepat adalah perut. lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat diserap
apabila daerah suntikan digerak-gerakan. Penyuntikan insulin pada satu daerah yang
sam dapi mengurangi variasi penyrapan. Penyuntikan insulin selalu pada satu daerah
yang sama dapat merangsangterjadinya perlemakan dan menyebabkan gangguan
penyerapan insulin. Daerah suntikan sebaiknya berjarak 1 inchi (+2,5 cm) dari daerah
sebelumnya. Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah selam satu minggu, lalu baru
pindah ke daerah yang lain.
Kerja insulin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Dosis. Semakin tinggi dosisnya maka semakin cepat reaksinya.
2. Tempat injeksi. Pada umumnya insulin diberiakn dengan injeksi menembus kulit.
Pada pemberian intravena aksinya ceapt pada transdermal atau secar subkutan maka
pada otot terjadi degredasi insulin 20-25 %. Makanya harus diperhitungkan untuk
mendapatkandosis yang tepat. Kebanyakan insulin diinjeksikan pada perut
(interperional) Jarum untuk injeksi insulin kecil sekali dan pendek (0.5-1.0 cm). Dapat
juga menggunakan implant pada dada yang dapat mensuplai insulin sedikit demi
sedikit.
3. Kehadiran antibodi insulin. Hal ini terutama pada penggunaan hewan sebagai insulin.
Jika digunakan insulin dari luar dikhawatirkan terjadi reaksi antigen antibodi maupun
perusakan lain.kecuali pada penderita autoimun.

8
4. Aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik yang kita lakukan maka kita perlu
energi (dari glukosa) yang semakin besar sehingga tidak perlu aksi insulin yang ekstra
untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (insulin yang diperlukan semakin sedikit)
(Ardiansah, 2012).

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Dari pembahasan pada pembahasan diatas dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut. Insulin ditemukan pada tahun 1921, dan telah menjadi
salah satu yang paling menyeluruh dipelajari molekul dalam sejarah ilmu
pengetahuan.
2. Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke
dalam sebagian besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi tidak pada
sel sistem saraf pusat).
3. Tahapan dalam proses pembuatan Insulin, yaitu:
a) Pengisolasian Vektor (plasmid E.coli) dan DNA Pengkode Insulin.
b) Penyelipan DNA Insulin ke dalam Vektor (plasmid E.Coli)
c) Pemasukan Plasmid Rekombinan ke dalam Sel E.Coli
d) Pengklonan Sel yang Mengandung Plasmid Rekombinan
e) Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen Insulin
f) Pomproduksian dalam Sekala Besar
4. Insulin dapat digunakan dalam pengobatan penyakit diabetes militus.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adewale SO, Ayeni RO. Ajala OA, & Adeniran T. 2007. A New Generalized Mathematical
Model for Study of Diabetes Mellitus. Research Journal of Applied Sciences 2
(5): 629-632.
Ardiansuh, N dan M. Khuris. 2012. Model Matematika Untuk Penyakit Diabetes Tanpa
Faktor Genetik. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Jurnal Mipa 35 (1). ISSN 0215
9945.
Banjarnahor, Eka. Sunny Wangko. 2012. Sel Beta Pankreas Sintesis Dun Sekresi
Insulin. Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. Jumal Biomedik, Volume 4. Nomor 3, November, him. 156-
162.
Gustia, Riza.dkk.2012. Dna Rekombinan Dalam Bidang Kesehatan (Pembuatan Insulin).
Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.
Kaban S. 2007. Pengembangan Model Pengendalian Kejadian Penyakit Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Kota Sibolga, Majalah Kedokteran Nusantara 40(2): 119-128.
Rao PT, Rao KS, & Usha CT., 2011, Stochastic Modeling of Blood Glucose Level in Type-2
Diabetes Mellitus. Asian Journal of Mathematics and Statistics 4(1): 56- 65.
Rismayanthi, Cerika. 2010. Terapi Insulin Sebagai Alternatif Pengobatan Bagi Penderita
Diabetes. Dosen Turusan Pendidikan Kesehatan Dan Rekreasi Fik UNY. Medikora
Vol Vi, No. 2, November: 29 36.
Saepudin, Endang, dan Siswati Setiawati. 2010. Handout Perkuliahan Bioteknologi. Dept.
Kimia FMIPA UI
Stahl F & Johansson R. 2009. Diabetes mellitus modeling and short-term prediction based on
blood glucose measurements. Mathematical Biosciences 217: 101-117.
Tjahjolcksono, Aris. 2012. Teknologi DNA Rekombinan. Jurusan Biologi. FMIP Institut
Pertanian Bogor.

10

Anda mungkin juga menyukai