Disusun Oleh :
Luthfi Muhammad Fikri ( 207120002 )
Semester VI / Tingkat III
UNIVERSITAS AL-IRSYAD
CILACAP
2023
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
2.1. Pengertian Insulin........................................................................................................3
2.2. Pembuatan Insulin dengan Starter Bakteri Escherichia coli........................................4
2.3. Manfaat Insulin Untuk Pengobatan.............................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10
i
BAB I
PENDAHULUAN
Nah, dari pemikiran inilah manusia mulai melakukan eksperimen tentang hal-
hal yang mereka inginkan termasuk dalam hal bioteknologi. Dahulu, sebelum
ditemukannya sintesis insulin (hasil bioteknologi teknik plasmid) bagi mereka yang
terkena penyakit kencing manis (diabetes militus) pupus harapan untuk hidupnya.
Namun dengan ditemukannya teknik plasmid untuk memperoleh insulin yang
berfungsi untuk mengatur gula darah pada manusia, mereka yang terkena penyakit
diabetes tetap punya harapan hidup meskipun harus memanfaatkan insulin buatan
secara rutin.
Sebelum ditemukan teknik sintesis insulin, hormon ini hanya bisa diperoleh
dari ekstraksi pankreas babi atau sapi, dan sangat sedikit insulin bisa diperoleh.
Setelah ditemukan teknik sintesis insulin di bidang bioteknologi inilah, harga insulin
bisa ditekan dengan sangat drastis sehingga bisa membantu para penderita diabetes
melitus.
Sintesis insulin dapat diperoleh dengan bantuan bakteri yang biasa terdapat di
usus besar, yaitu Escherichia coli. Teknologi dasar proses ini disebut dengan
teknologi plasmid. Kekurangan insulin disebabkan karena cacat genetik pada
pankreas, menyebabkan seseorang menderita diabetes melitus (kencing manis) yang
berdampak sangat luas terhadap kesehatan, mulai kebutaan hingga impotensi. Insulin
sendiri merupakan hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen, dan berfungsi
mengatur kadar gula darah bersama hormone glukagon.
1
1.2. Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Menurut Rismayanthi, (2010), terdapat banyak bentuk insulin. Insulin
diklasifikasikan berdasarkan dari berapa cepat insulin mulai bekerja dan berapa lama
insulin bekerja. Tipe insulin terdiri atas:
4
4. Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula ikatan
yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase memperkuat ikatan ini
sehingga dihasilkan molekul DNA recombinan/plasmid recombinan yang
bagus.
5. Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli.Di dalam sel bakteri
ini plasmid mengadakan replikasi
6. Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak menghasilkkan klon-klon
bakteri yang mengandung plasmid recombinan penghasil insulin. Melalui
rekayasa genetic dapat dihasilkan E.coli yang merupakan penghasil insulin
dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat.
5
Langkah pertama pembuatan humulin adalah mensintesis rantai DNA yang
membawa sekuens nukleotida spesifik yang sesuai karakteristik rantai polipeptida A
dan B dari insulin. Urutan DNA yang diperlukan dapat ditentukan karena komposisi
asam amino dari kedua rantai telah dipetakan. Enam puluh tiga nukleotida yang
diperlukan untuk mensintesis rantai A dan sembilan puluh untuk rantai B. ditambah
kodon pada akhir setiap rantai yang menandakan pengakhiran sintesis protein.
Antikodon menggabungkan asam amino, metionin, kemudian ditempatkan di setiap
awal rantai yang memungkinkan pemindahan protein insulin dari asam amino sel
bakteri itu. "Gen' sintetik rantai A dan B kemudian secara terpisah dimasukkan ke
dalam gen untuk enzim bakteri. B-galaktosidase, yang dibawa dalam plasmid vektor
tersebut. Pada tahap ini, sangat penting untuk memastikan bahwa kodon gen sintetik
kompatibel dengan B-galaktosidase. Plasmid rekombinan tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam sel E. coli.
6
gen insulin dalam rangka untuk menghasilkan insulin. Gen insulin dickspresikan
bersama dengan sel mereplikasi galaktosidase-B di dalam sel yang sedang menjalani
mitosis.
Protein yang terbentuk, sebagian terdiri dari B-galaktosidase, bergabung ke
salah satu rantai insulin A atau B. Rantai insulin A dan rantai B kemudian diekstraksi
dari fragmen B-galaktosidase dan dimurnikan.
Kedua rantai dicampur dan dihubungkan kembali dalam reaksi yang
membentuk jembatan silang disulfida, menghasilkan Humulin mumi (insulin manusia
sintetis).
7
dicirikan dengan ketidakmampuan pancreas menghasilkan insulin yang cukup.
Diabetes mellitus disebabkan karena hormon insulin yang tidak mencukupi/tidak
efektif sehingga tidak dapat bekerja secara normal. Insulin mempunyai peran utama
mengatur kadar glukosa di dalam darah 60-120 mg/dl waktu puasa.
Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit keturunan, meskipun demikian
tidak berarti penyakit ini pasti menurun pada anak. Walaupun kedua orang tuanya
menderita diabetes mellitus, kadang-kadang anaknya tidak ada yang menderita
diabetes mellitus. Namun, apabila dibandingkan dengan kedua orang tua yang tidak
menderita diabetes mellitus, jelas penderita diabetes mellitus lebih cenderung
mempunyai anak yang menderita penyakit diabetes mellitus. Selain itu penyakit
diabetes mellitus juga mudah menyerang pada individu yang berbadan besar
(kegemukan) dengan gaya hidup tinggi (Misnadiarly 2006).
Pemberian injeksi insulin secara teratur dalam meningkatkan kadar insulin
dalam darah penderita dapat meminimumkan komplikasi. Pengobatan ini hanya
mungkin dilaksanakan bila insulin tersedia dalam jumlah besar dengan kemurnian dan
mutu yang baik. Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan
dengan cara suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam lambung.
Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa keseluruh
tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula drah (blood glucose) dan
merubah glucose manjadi energi.
Perlu diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikan
insulin. Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikan di daerah perut dimana
penyerapan akan lebih cepat. Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah
rendah.hindarilah penyuntikan pada perut. Secara urutan. area proses penyerapan
paling cepat adalah perut. lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat diserap
apabila daerah suntikan digerak-gerakan. Penyuntikan insulin pada satu daerah yang
sam dapi mengurangi variasi penyrapan. Penyuntikan insulin selalu pada satu daerah
yang sama dapat merangsangterjadinya perlemakan dan menyebabkan gangguan
penyerapan insulin. Daerah suntikan sebaiknya berjarak 1 inchi (+2,5 cm) dari daerah
sebelumnya. Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah selam satu minggu, lalu baru
pindah ke daerah yang lain.
Kerja insulin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Dosis. Semakin tinggi dosisnya maka semakin cepat reaksinya.
2. Tempat injeksi. Pada umumnya insulin diberiakn dengan injeksi menembus kulit.
Pada pemberian intravena aksinya ceapt pada transdermal atau secar subkutan maka
pada otot terjadi degredasi insulin 20-25 %. Makanya harus diperhitungkan untuk
mendapatkandosis yang tepat. Kebanyakan insulin diinjeksikan pada perut
(interperional) Jarum untuk injeksi insulin kecil sekali dan pendek (0.5-1.0 cm). Dapat
juga menggunakan implant pada dada yang dapat mensuplai insulin sedikit demi
sedikit.
3. Kehadiran antibodi insulin. Hal ini terutama pada penggunaan hewan sebagai insulin.
Jika digunakan insulin dari luar dikhawatirkan terjadi reaksi antigen antibodi maupun
perusakan lain.kecuali pada penderita autoimun.
8
4. Aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik yang kita lakukan maka kita perlu
energi (dari glukosa) yang semakin besar sehingga tidak perlu aksi insulin yang ekstra
untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (insulin yang diperlukan semakin sedikit)
(Ardiansah, 2012).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Dari pembahasan pada pembahasan diatas dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut. Insulin ditemukan pada tahun 1921, dan telah menjadi
salah satu yang paling menyeluruh dipelajari molekul dalam sejarah ilmu
pengetahuan.
2. Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke
dalam sebagian besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi tidak pada
sel sistem saraf pusat).
3. Tahapan dalam proses pembuatan Insulin, yaitu:
a) Pengisolasian Vektor (plasmid E.coli) dan DNA Pengkode Insulin.
b) Penyelipan DNA Insulin ke dalam Vektor (plasmid E.Coli)
c) Pemasukan Plasmid Rekombinan ke dalam Sel E.Coli
d) Pengklonan Sel yang Mengandung Plasmid Rekombinan
e) Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen Insulin
f) Pomproduksian dalam Sekala Besar
4. Insulin dapat digunakan dalam pengobatan penyakit diabetes militus.
9
DAFTAR PUSTAKA
Adewale SO, Ayeni RO. Ajala OA, & Adeniran T. 2007. A New Generalized Mathematical
Model for Study of Diabetes Mellitus. Research Journal of Applied Sciences 2
(5): 629-632.
Ardiansuh, N dan M. Khuris. 2012. Model Matematika Untuk Penyakit Diabetes Tanpa
Faktor Genetik. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Jurnal Mipa 35 (1). ISSN 0215
9945.
Banjarnahor, Eka. Sunny Wangko. 2012. Sel Beta Pankreas Sintesis Dun Sekresi
Insulin. Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. Jumal Biomedik, Volume 4. Nomor 3, November, him. 156-
162.
Gustia, Riza.dkk.2012. Dna Rekombinan Dalam Bidang Kesehatan (Pembuatan Insulin).
Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.
Kaban S. 2007. Pengembangan Model Pengendalian Kejadian Penyakit Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Kota Sibolga, Majalah Kedokteran Nusantara 40(2): 119-128.
Rao PT, Rao KS, & Usha CT., 2011, Stochastic Modeling of Blood Glucose Level in Type-2
Diabetes Mellitus. Asian Journal of Mathematics and Statistics 4(1): 56- 65.
Rismayanthi, Cerika. 2010. Terapi Insulin Sebagai Alternatif Pengobatan Bagi Penderita
Diabetes. Dosen Turusan Pendidikan Kesehatan Dan Rekreasi Fik UNY. Medikora
Vol Vi, No. 2, November: 29 36.
Saepudin, Endang, dan Siswati Setiawati. 2010. Handout Perkuliahan Bioteknologi. Dept.
Kimia FMIPA UI
Stahl F & Johansson R. 2009. Diabetes mellitus modeling and short-term prediction based on
blood glucose measurements. Mathematical Biosciences 217: 101-117.
Tjahjolcksono, Aris. 2012. Teknologi DNA Rekombinan. Jurusan Biologi. FMIP Institut
Pertanian Bogor.
10