Anda di halaman 1dari 18

REKAYASA GENETIKA TERHADAP TANAMAN

PADI

SEBAGAI TERAPI PENYAKIT DIABETES MELITUS

TUGAS MATA KULIAH MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

Dosen Pembimbing : Ns. Rondhianto, M. Kep.

oleh

Silvia Andriani 162310101112


Nurul Kholis Irhamna 162310101114
Meta Nuraini A. 162310101189
Anisa Fitriana 162310101190
Falita Raudina M. 162310101192
Yeti Novitasari 162310101193
Muh. Afif Dede 162310101195
Riza Asmaul Husnah 162310101196

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

RINGKASAN
Diabetes melitus adalah penyakit yang timbul karena adanya
peningkatan kadar gula darah pada tubuh seseorang karena kekurangan
hormon insulin. Insulin merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh
pankreas. Insulin berguna untuk mengatur kadar gula darah dan mengubah
glukosa menjadi glikogen. Kekurangan hormon insulin pada klien yang
mengidap penyakit diabetes melitus biasanya mendapatkan hormon tersebut
dengan menginjeksi insulin ke dalam tubuh klien. Namun, hal itu dapat
menyakiti fisik klien karena dilakukan terus menerus. Hal ini menimbulkan
terobosan baru dengan merekayasa tanaman padi.
Padi merupakan hasil hasil kekayaan alam dunia yang menjadi
makanan pokok bagi ratusan juta manusia. Beras yang dikonsumsi
mengandung karbohidrat yang dirubah menjadi glukosa. Glukosa digunakan
dalam tubuh manusia sebagai sumber energi utama. Glukosa yang tidak
digunakan akan menyebabkan meningkatnya kadar gula sehingga
menyebabkan diabetes.. Teknologi yang berkembang saat ini memanfaatkan
Escherichia coli untuk memproduksi insulin. Melalui teknologi rekayasa
genetika dengan merekombinasi gen Escherichia coli dengan gen tanaman
padi, menghasilkan varietas baru berupa beras berinsulin. Varietas baru ini
sangat efektif untuk bisa digunakan sebagai terapi penderita diabetes melitus
tanpa harus melakukan injeksi insulin setiap harinya, yakni hanya dengan
mengkonsumsi beras berinsulin.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
RINGKASAN........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3


2.1 Definisi Rekayasa Genetika.................................................................3
2.2 Kajian Rekayasa Genetika....................................................................4
2.2.1 Diabetes Melitus........................................................................4
2.2.2 Insulin........................................................................................4
2.2.3 Oryza sativa...............................................................................5
2.2.4 Teknik Plasmid..........................................................................5
2.3 Fokus Kajian Rekayasa Genetika.........................................................6
2.3.1 Bakteri Agrobacterium tumefaciens...........................................6
2.3.2 Pembuatan Beras Berinsulin......................................................7
2.3.3 Keunggulan Beras Berinsulin Dibanding Injeksi Insulin10

BAB III Pembahasan............................................................................................11


3.1 Peran Perawat dalam Rekayasa Genetika ..........................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.Lembar Konsultasi
Lampiran 2.Jurnal Utama
Lampiran 3.Jurnal Pendukung
Lampiran 4.Jurnal Pembanding

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Insulin adalah hormon yang dibuat sel beta, di pankreas. Hormon
tersebut mengubah glukosa menjadi glikogen. Ketika kita makan, insulin akan
dilepaskan ke dalam aliran darah di mana insulin akan memindahkan glukosa
dari makanan yang kita makanke dalam sel sehingga menjadi energi bagi
tubuh kita. Insulin juga dapat membantu menyimpan kelebihan glukosa dalam
hati.( State / Territory organisations of Diabetes Australia, 2009)
Pada masa kini, kemajuan teknologi mempunyai peranan yang sangat
untuk memenuhi keperluan manusia. Kemajuan teknologi ditandai dengan
munculnya berbagai macam teknologi seperti rekaysa genetika salah satunya
yakni sintesis insulin dengan bantuan bakteri Escherichia coli yang terdapat
dalam usus besar. Teknologi dasar proses ini disebut dengan teknologi
plasmid, adapun langkah-langkahnya yaitu : Mengisolasi plasmid dari bakteri
E.coli lalu memotong plasmid yang telah diisolir dengan enzim restriksi,
DNA yang dari sel pankreas dipotong pada suatu segmen pengkodean insulin,
DNA rekombinan yang terbentuk lalu disisipkan ke bakteri E.coli sehingga
bakteri membawa gen DNA insulin yang selanjutnya disisipkan ke dalam
bakteri Agrobacterium tumefaciens yang digunakan sebagai vektor. (Krisno
dkk, 2015)
Teknologi yang berkembang saat ini telah memanfaatkan Escherichia
coli untuk memproduksi insulin. Melalui teknologi rekayasa genetika dengan
merekombinasi gen Escherichia coli dengan gen tanaman padi, yang mana
menghasilkan varietas baru berupa beras berinsulin. Varietas baru ini sangat
efektif untuk bisa digunakan sebagai terapi penderita diabetes melitus tanpa
harus melakukan injeksi insulin setiap harinya, yakni hanya dengan
mengkonsumsi beras berinsulin.

1
1.2 Tujuan
1. Mengetahui rekayasa genetika.
2. Mengetaui teknik plasmid dalam rekayasa beras-insulin.
3. Mengetahui penerapan rekayasa genetika dalam pembuatan beras
insulin.
4. Mengetahui peranan perawat dalam rekayasa genetik

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Rekayasa Genetika


Rekayasa genetik sama dengan tekhnologi DNA rekombinan yang
merupakan dasar terciptanya ilmu bioteknologi molekuler. DNA rekombinan
dapat diperoleh dengan cara menggabungkan materi genetik dari dua atau
lebih sumber yang berbeda atau melakukan perubahan pada suatu materi
genetik tertentu yang bertujuan mendapat varietas baru. (Old and Primrose,
2000; Suwanto, 1998). Hal ini dapat berdampak pada keragaman hayati
dialam.
Dengan mengganti suatu varietas genetik dari suatu populasi dan
menghilangkan suatu varietas genetik lain, itu sudah termasuk melakukan
rekombinasi genetic yang sesuai dan memiliki tujuan tertentu.(Teguh
Wijayanto, 2003) Dan kita akan mendapatkan suatu bibit atau organisme
baru. Tahapan-tahapan tersebut adalah isolasi DNA kromosom yang akan
diklon, pemotongan molekul DNA menjadi sejumlah fragmen dengan
berbagai ukuran, isolasi DNA vektor, penyisipan fragmen DNA ke dalam
vektor untuk menghasilkan molekul DNA rekombinan, transformasi sel inang
menggunakan molekul DNA rekombinan, reisolasi molekul DNA rekombinan
dari sel inang, dan analisis DNA rekombinan (Witarto, 2005).
Manfaat rekayasa genetika ini diantaranya adalah dapat mempelajari
fungsi dari gen tersebut dan mengetahui mekanisme kontrolnya. Selain itu,
rekayasa genetika dapat menghasilkan produk yang lebih banyak dan unggul
namun menggunakan bahan atau sumber yang lebih sedikit. Dan manfaat lain
dapat menambah keragaman organisme di alam.

2.2 Kajian Rekayasa Genetika


2.2.1 Diabetes Melitus

3
Diabetes melitus atau kencing manis adalah penyakit yang umum
dimasyarakat bisa juga disebut penyakit gula. Diabetes melitus susah untuk
didefinisikan secara tepat. Diabetes melitus dapat diambil arti yaitu gejala
yang disebabkan oleh adanya peningkatan glukosa darah karena kekurangan
insulin karena insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak mampu untuk
memecah glukosa dalam darah. Akibatnya banyak glukosa yang menumpuk
dalam darah dan dikeluarkan melalui eksresi urin (Suyono, 2005). Tingginya
kadar gulah dalam tubuh atau biasa disebut hiperglikemia dapat menyebabkan
kerusakan beberapa organ penting diantara lain adalah gangguan pada mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Meskipun diabetes melitus dapat
mengganggu metabolisme zat makanan lain, namun diabetes melitus lebih
banyak mengganggu dan lebih utama menyebabkan kerusakan pada ekskresi
karbohidrat. Sehingga diabetes melitus selalu identik dengan tingginya kadar
gula pada plasma darah.
Pencegahan diabetes melitus terdapat tiga jenis, yakni 1) pencegahan
primer yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit diabetes melitus,
2) pencegahan sekunder yang bertujuan untuk mengurangi keluhan pada klien,
menghilangkan gejala yang ditimbulkan, dan mencegah komplikasi penyakit
lain, 3) pencegahan primer yang bertujuan untuk mengurangi komplikasi agar
tidak semakin luas menyebar dan menimbulkan penyakit lain (Wijayakusuma,
2008).

2.2.2 Insulin
Insulin adalah hormon yang bertugas untuk memecah glukosa menjadi
glikogen, dan bersama-sama dengan hormon glukagon untuk mengatur kadar
gula dalam darah. Ketika pankreas mengalami kecacatan genetik maka dapat
menyebabkan penyakit diabetes melitus karena ketidak mampuan untuk
produksi insulin yang berdampak luas pada kesehatan. Dahulu ketika insulin
sintetik belum ditemukan, insulin didapatkan dengan mensekresi pankreas
dari sapi atau babi tapi hasil yang didapatkan sangat sedikit. Ketika
ditemukan insulin sintetik harga insulin dapat ditekan serendah rendahnya

4
sehingga masalah yang dihadapi oleh para pasien diabetes melitus dapat
sedikit dikurang (Jawet, 2001).

2.2.3 Oriza sativa


Padi merupakan hasil hasil kekayaan alam dunia yang menjadi
makanan pokok bagi ratusan juta manusia. Padi berasal dari India atau
Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi
dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Butir beras yang dikomsumsi masyarakat
setiap harinya terdiri dari endosperm, yang mengandung granula pati dan
protein, tetapi tidak memiliki nutrisi penting untuk pemeliharaan kesehatan,
seperti karotenoid yang menunjukkan aktivitas provitamin A. Beras yang
dikonsumsi mengandung karbohidrat yag dirubah menjadi glukosa. Glukosa
digunakan dalam tubuh manusia sebagai sumber energi utama. Glukosa yang
tidak digunakan akan menyebabkan meningkatnya kadar gula sehingga
menyebabkan diabetes. Insulin berguna untuk mengatur kadar gula darah dan
mengubah glukosa menjadi glikogen (Wulansari, 2015).

2.2.4 Teknik Plasmid


Plasmid adalah lingkaran DNA kecil yang terdapat di dalam sel
bakteri atau ragi di luar kromosomnya. Sifat-sifat plasmid merupakan
molekul DNA yang mengandung gen tertentu, dapat bereplikasi diri, dapat
berpindah ke sel bakteri lain, sifat plasmid pada keturunan bakteri sama
dengan plasmid induk.
Karena sifat-sifat tersebut di atas plasmid digunakan sebagai vektor
atau pemindah gen ke dalam sel target. Plasmid bakteri secara umum
berada di dalam sel sebagai molekul DNA sirkular dengan penyesuaian
yang sangat rapi, berkaitan dengan bentuk supercoil dari DNA. Teknik
plasmid bertujuan untuk membuat hormone dan antibody, misal untuk
membuat hormon insulin dengan teknik plasmid Gen / DNA digunting
dengan Enzim Endonuklease Restriksi (Moeslichan, 2005).
Proses rekombinasi DNA dengan menggunakan teknik plasmid
diawali dengan enzim endonuklease restriksi yang memotong susunan

5
DNA. Potongan DNA tersebut biasanya mengandung beberapa gen dari
kromosom tipe apapun (Tumbuhan, hewan, bakteri ataupun virus).
Dengan cara ini, fragmen-fragmen yang diperoleh dari kromosom
sel apapun atau virion dapat disambungkan ke plasmid atau genom fage
dengan bantuan enzim lain, seperti polinukleotide ligase. Intinya sel-sel
bakteri seperti itu telah menerima gen asing dan merupakan organisme
batu yang sifatnya dapat amat berbeda dengan inang maupun donornya.
Sehingga saat mereka memperbayak diri, komponen DNA tersebut ikut
juga tereplikasi. Perangkat yang dibutuhkan dalam teknik plasmid adalah
yang pertama, Enzim endonuklease restriksi : Untuk memotong DNA
dengan sangat spesifik sehingga sekuennya disebut molindrom (MOM).
Dapat memotong DNA dari vector biologi apapun apabila mempunyai
sekuens yang sama. Kedua, Enzim ligase : Enzim yang menggabungkan
potongan DNA, beberapa diantaranya dapat menggabungkan fragmen-
fragmen DNA yang berbeda. Ketiga, Plasmid : sebagai vector untuk
mengklonkan gen atau fragmen DNA, dan juga untuk mengubah sifat
bakteri. Keempat, pustaka genom : untuk menyimpan gen atau fragmen
DNA yang telah diklonkan (Zambrysky, 1989).

2.3 Fokus Kajian Rekayasa Genetika


2.3.1 Bakteri Agrobacterium tumefaciens
Agrobacterium tumefaciens yaitu termasuk kedalam bakteri
patogen yang digunakan untuk memasukkan gen asing ke dalam sel
tanaman untuk menghasilkan suatu tanaman transgenik. Secara alami,
Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman melalui bagian
tanaman yang terluka sehingga menyebabkan tumor pada tanaman (crown
gall) yang kebanyakan pada tanaman dikotil.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dimanfaatkan dalam teknik
DNA rekombinaan pada padi. Bakteri ini digunakan untuk menyisipkan
gen kedalam genom tanaman. Agrobacterium tumefaciens strain liar (galur
alami) memiliki plasmid Ti. Pada plasmid Ti terdapat T-DNA yang
mengandung gen penyebab tumor. Pada waktu menginfeksi tanaman,

6
Agrobacterium tumefaciens menyisipkan T-DNA kedalam kromosom sel
tanaman sehingga sel-sel tanaman yang terinfeksi membentuk tumor.

2.3.2 Pembuatan Beras Berinsulin


Pembentukan beras berinsulin membutuhkan proses yang panjang.
Penyisispan gen insulin ke bakteri yang digunakan sebagai vektor adalah
bakteri Agrobacterium tumefaciens. Sedangkan bakteri E.Coli digunakan
sebagai penghasil gen insulin atau sebagai suplier Gen insulin yang ada
dalam pancreas manusia. Memproduksi beras berinsulin terdapat tiga
tahapan :
1. Proses pembuatan insulin pada E.coli dengan menggunakan teknologi
DNA Rekombinan sebagai suplier insulin dari bakteri E.coli :
a. Pertama adalah mengisolasi plasmid dari E. coli. Plasmid adalah
salah satu bahan genetik bakteri yang berupa untaian DNA
berbentuk lingkaran kecil. Selain plasmid, bakteri juga memiliki
kromosom.
b. Kedua, plasmid yang telah diisolir dipotong pada segmen tertentu
menggunakan enzim restriksi endonuklease. Sementara itu DNA
yang diisolasi dari sel pankreas dipotong pada suatu segmen
untuk mengambil segmen pengkode insulin. Pemotongan
dilakukan dengan enzim yang sama yaitu enzim retriksi.
c. Ketiga, DNA kode insulin dari pankreas tersebut disambungkan
pada plasmid menggunakan bantuan enzim DNA ligase. Hasilnya
adalah kombinasi DNA kode insulin dengan plasmid bakteri yang
disebut DNA rekombinan.
d. Terakhir, plasmid yang sudah mengandung DNA insulin
disisipkan kembali ke sel bakteri. Bakteri E. coli mengandung
insulin dari teknik plasmid yang menggunakan teknologi DNA
rekombinan.
2. Proses penyisipan gen bakteri E.coli (pembawa gen insulin) ke bakteri
Agrobacterium tumefaciens (sebagai vektor).
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Mengeluarkan plasmid bakteri Agrobacterium tumefaciens.
b. Mengisolasi gen DNA Insulin yang ada pada bakteri E.coli.

7
c. Memotong plasmid pada segmen tertentu menggunakan enzim
restriksi endonuklease.
d. Gen DNA kode insulin dari bakteri E.coli tersebut disambungkan
pada plasmid Ti pada bakteri Agrobacterium tumefaciens
menggunakan bantuan enzim DNA ligase. Hasilnya adalah
kombinasi DNA kode insulin dengan plasmid bakteri yang
disebut DNA rekombinan.
e. DNA rekombinan yang terbentuk disisipkan kembali ke sel
bakteri Agrobacterium tumefaciens.
f. Bakteri Agrobacterium tumefaciens mengandung insulin dari
teknik plasmid yang menggunakan teknologi DNA rekombinan.
3. Penyisipan Gen Agrobacterium tumefaciens Berinsulin ke dalam gen
Padi (Oriza sativa)
a. Melakukan sekuensing pada DNA tanaman untuk gen yang akan
diubah diidentifikasinya dan diperoleh dari organism donor
(bakteri Agrobacterium tumefaciens). Sekuensing ini dapat
dilakukan dengan mengacu pada informasi yang diketahui
berkaitan dengan urutan dari gen yang akan dipilih, selanjutnya
diikuti dengan pemindahan gen bakteri Agrobacterium
tumefaciens.
b. Gen yang diinginkan dikeluarkan dari bakteri Agrobacterium
tumefaciens melalui penggunaan enzim spesifik yang dekenal
dengan enzim restriknsi.
c. Gen yang diinginkan kemudian di polimer melalui polymerase
chain reaction, yaitu metode untuk memperkuat DNA dan
menghasilkan sejumlah gen yang bisa diterapkan ke tanaman.
d. Melakukan metode elektroporasi yaitu dikejutkan dengan listrik
tegangan tinggi melalui larutan yang mengandung protoplas.
Kejutan listrik ini menyebabkan sel membran plasma
(semipermiabel) untuk sementara tidak stabil dengan membentuk
pori-pori kecil, melalui pori-pori ini, DNA bakteri Agrobacterium
tumefaciens yang mengandung insulin dapat masuk melalui
proses difusi.

8
e. DNA yang masuk ke nucleus akan diinjeksikan dalam bentuk
transfer plasmid-Ti yang dipindah ke kromosom dan menjadi satu
dalam DNA tanaman padi.
f. Setelah pemberian kejutan listrik dan injeksi, sel membran plasma
terbentuk kembali. Dinding sel juga terbentuk kembali melalui
proses pembalikan.
g. Sel-sel yang baru saja diubah tersebut kemudian menghasilkan
jenis sel yang unik yang membentuk padi dengan terdapat gen
insulin didalamnya. Sel baru yang menjadi tanaman padi
berinsulin, dapat terbentuk ketika sel tanaman padi sudah
terinfeksi oleh bakteri yang telah membawa DNA rekombinan
baru yang mengandung gen insulin, sehingga DNA yang
mengandung gen insulin, berintroduksi ke sel tumbuhan dengan
membawa gen baru pada kromosom tumbuhan, kemudian akan
terjadi proses regenerasi tanaman dengan sifat baru.
h. Menghasilkan beras yang mengandung insulin.

9
2.3.3 Keunggulan Beras Berinsulin Dibanding Injeksi Insulin

Penggunaan ulang jarum untuk menginjeksi insulin berkontribusi


injeksi akan lebih menyakitkan, dengan pendarahan dan memar. Dilihat
dari segi sterilisasinya juga sangat minim karena penggunaan ulang jarum
penginjeksi akan meningkatkan risiko kontaminasi dan infeksi. Selain itu
juga dapat mengakibatkan kerusakan jaringan dan peningkatan risiko dari
lipohipertrofi (Anonymous, 2011).

Saat ini ada terobosan baru yakni beras berinsulin yang diharapkan
dapat membantu meminimalisir kekurangan yang terdapat pada metode
injeksi insulin ke tubuh pasien secara berkelanjutan. Produk beras
berinsulin ini sangat penting bagi penderita diabetes milletus karena dapat
menjadi bahan alternative untuk mengonsumsi nasi setiap hari, tanpa perlu
khawatir akan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Di samping itu,
penderita diabetes milletus ini juga tidak akan merasakan kesakitan jika
menggunakan alternative beras insulin ini, beda halnya dengan
penggunaan injeksi insulin. Namun, Produk beras insulin ini juga memiliki
kelemahan yakni jika ditinjau dari pemasarannya yang tidak menyeluruh
di kalangan masyarakat. Hal itu dikarenakan produksi yang belum dapat
mencukupi kebutuhan masyarakat (Anonymous, 2015).

10
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Peran Perawat dalam Rekayasa Genetika


Peran perawat dalam rekayasa genetika sebagai change agent yaitu
merubah stigma dan pandangan masyarakat kepada pasien yang
mengalami diabetes melitus agar tidak mengandalkan insulin yang
diinjeksikan kepada tubuh pasien melalui subkutan maupun jalur
injeksi lainnya. Tetapi juga mengubah stigma agar pasien dapat beralih
ke jalur yang lain dengan melalui insulin yang berada ditanaman padi.
Dan memberikan edukasi kepada pasien bahwasanya padi tersebut
mengandung insulin yang dapat mengontrol gula darah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kresnasari, dkk. 2011. Artikel : Hambatan Awal Terapi Insulin pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsup Sanglah Denpasar.
Rohman , Imam Fauzi, dkk. 2012. Rekayasa Genetika Beras Insulin. https://doc-

0g-1o-

docs.googleusercontent.com/docs/securesc/rt5j99fno5s8hq3q2nbq1bb9uk

mo17if/frmg7r8ginga42b63kml77jddp1quo54/1490097600000/101641486

78517724922/04616897396521210083/0B7E1ZbBsqofUUmd4WjQwcHV

kR0U?

e=download&nonce=uk6evn2i0e2bq&user=04616897396521210083&has

h=mu2mcf6t5kko9oki9l12msf00p5on2al (Diakses pada 21 Maret 2017)

Suyono, Slamet. 2005. Patofisiologi Diabetes Melitus dalam Penatalaksanaan

Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid RSUP

Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

Wijayakusuma, Hembing. 2008. Bebas Diabetes Militus Ala Hembing. Jakarta :

Puspa Swara

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/32909273/REKAYASA_GEN

ETIKA_BERAS.doc?

AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=149010255

2&Signature=pkqJF5SEXqN2s%2FfGNao8DCKAEnU%3D&response-

content-disposition=attachment%3B%20filename

12
%3DREKAYASA_GENETIKA_BERAS.doc. (Diakses pada 21 Maret

2017)

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/50680937/MAKALAH_HOR

MON_INSULIN.docx?

AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=148990776

5&Signature=sdJHTHpLoU4dlMRwSr%2B08CvvBQ0%3D&response-

content-disposition=attachment%3B%20filename

%3DBIOTEKNOLOGI_BIDANG_KESEHATAN_Rekayasa_G.docx

(Diakses pada 11 Maret 2017)

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36810860/makalah_bio.docx?

AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=148923482

4&Signature=bJ0D1d0gft%2Bt2qT4%2BaMsLfFYbNU%3D&response-

content-disposition=attachment%3B%20filename

%3Dbioteknologi_insulin.docx. (Diakses pada 11 Maret 2017)

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82599&val=970 (Diakses

pada 23 Maret 2017)

http://www.diabetesqld.org.au/media/185731/24_-_insulin___diabetes.pdf

(Diakses pada 23 Maret 2017)

13
14
LEMBAR KONSULTASI

Tanggal Isi Konsultasi Tanda Tangan Konsulen

15

Anda mungkin juga menyukai