Anda di halaman 1dari 27

PRAKTEK HOME CARE II

LAPORAN KASUS KELOLAAN KELOMPOK


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. W DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II
DI LINGKUNGAN PAGUTAN BARAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE
TANGGAL 13 - 15 MARET 2023

OLEH:

KELOMPOK III :

1. NI KADEK ANGGRENI (NIM. P07120120020)


2. NI MADE AYU ANDRIYANI A.A.P. (NIM. P07120120021)
3. NI MADE PUTRI ARINI (NIM. P07120120022)
4. NI NYOMAN PURI NIRMALA P. (NIM. P07120120023)
5. NIDY SUHITA FEBRIANTI (NIM. P07120120024)
6. NOR IFSAH DWI AYU L. (NIM. P07120120025)
7. NURFATUNNISAH (NIM. P07120120026)
8. PUTRI ALIDA NINGSIH (NIM. P07120120020)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D.III KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus ini telah disahkan / disetujui


oleh Pembimbing Lahan dan Pembimbing Pendidikan pada :

Hari / Tanggal :

Bangsal / Ruangan :

Mengetahui ,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

NIP. NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan kelompok penyakit
gangguan metabolisme dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena ada kelainan sekresi urin, kerja insulin atau
keduanya. Diabetes melitus adalah suatu kelainan metabolik
kronis yang memiliki dampak terhadap kualitas kesehatan
individu. Sedangkan menurut Dipiro, et al., (2015) diabetes
melitus merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sensitivitas isulin dan menyebabkan komplikasi (Hauri
& Faridah, 2019).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang terjadi
ketika pankreas tidak dapat memproduksi insulin (hormon yang
mengatur gula darah ataa glukosa) atau tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang diproduksi.

2. Anatomi Fisiologi

(Wanennoor, 2014)
a. Kelenjar pankreas
Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang
terletak retroperitonial dalam abdomen bagian atas, di depan
vertebrae lumbalis I dan II. Kepala pankreas terletak dekat
kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke lien
(limpa). Pankreas mendapat darah dari arteri lienalis dan
arteri masenterika superior. Duktus pankreatikus bersatu
dengan duktus koledukus dan masuk ke duodenum,
pankreas menghasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin
dan kelenjar eksokrin.
Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian dari
kelompok sel yang membentuk pulau-pulau langerhans. Dalam
tubuh manusia normal pulau langerhans menghasilkan empat
jenis sel:
1) Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40% memproduksi glukagon
menjadi factor hiperglikemik, mempunyai anti-insulin
aktif
2) Sel-sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat insulin
3) Sel-sel D 5-15% membuat somatostasin
4) Sel-sel F 1% mengandung dan menyekresi
pankreatik polipeptida
Insulin merupakan protein kecil terdiri dari dua rantai
asam amino, satu sama lain di hubungkan oleh ikatan
disulfide. Sebelum dapat berfungsi ia harus berikatan dengan
protein reseptor yang besar dalam membrane sel. Sekresi
insulin dikendalikan oleh kadar glukosa darah. Kadar glukosa
darah yang berlebihan akan merangsang sekresi insulin dan
bila kadar glukosa normal atau rendah maka sekresi
insulin akan berkurang.
b. Mekanisme kerja insulin
Insulin meningkatkan transpor glukosa kedalam
sel/jaringan tubuh kecuali otak, tubulus ginjal, mukosa usus
halus, dan sel darah merah. Masuknya glukosa adalah suatu
proses difusi, karena perbedaan konsentrasi glukosa bebas luar
sel dan dalam sel.
c. Meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel.
d. Meningkatkan sentesis protein di otak dan hati.
e. Menghambat kerja hormone yang sensitif terhadap lipase,
meningkatkan sekresi lipida.
f. Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.

3. Etiologi
a. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 atau yang tergantung dengan insulin
dengan penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan
oleh infeksi virus atau reaksi auto-imun (rusaknya sistem
kekebalan tubuh) yang dapat merusak sel penghasil insulin
(sel-β pada pankreas) secara keseluruhan. Oleh sebab itu,
pankreas tidak dapat menghasilkan insulin. Untuk bertahan
hidup pada penderita diabetes mellitus tipe 1 dengan cara
diberikannya insulin dari luar (disuntikkan). Jika insulin tidak
diberikan, kemungkinan penderita bisa kehilangan kesadaran
atau disebut koma diabetik (Nurrahmani, 2015).
b. Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan adanya sekresi
insulin. Menurut Bustam (2014) penyebab terjadinnya diabetes
mellitus tipe 2 dipengaruhi oleh genetik, gaya hidup dan stress
psikososial. Diabetes melitus tipe 2 adalah diabetes yang
paling banyak ditemukan pada penderita diabetes mellitus
dibandingkan dengan diabetes mellitus tipe 1 (Nurlina, 2018).
Pada penderita diabetes tipe 2 tidak diberikan suntikan insulin
karena pankreas masih memproduksi insulin tetapi dalam
jumlah yang t idak mencukupi dan kerja insulin tidak efektif
karena adanya hambatan pada kerja insulin atau disebut
dengan istilah medisnya resistensi insulin (Nurrahmani, 2015).

4. Patofisiologi
Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena kerusakan sel-β
pankreas yang menyebabkan gangguan produksi insulin. Adanya
respon autoimun yang disebabkan oleh inflamasi sel-β
menyebabkan produksi antibodi terhadap sel-β yang disebut
dengan ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel-β) dengan
ICA yang dihasilkan akan menyebabkan rusaknya sel-β. Selain
autoimunitas, diabetes tipe 1 dapat terjadi oleh virus seperti
rubella, hepers dan lain-lain. Umumnya pada penderita diabetes
mellitus tipe 1 terdiagnosa pada usia muda.
Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena rusaknya
insulin atau rusaknya molekul insulin, menjadikan
ketidakmampuan aliran insulin untuk mengubah glukosa menjadi
energi. Kandungan insulin pada penderita diabetes tipe 2 adalah
normal bahkan dapat meningkat, akan tetapi karena jumlah
reseptor insulin pada permukaan sel berkurang maka jumlah
glukosa yang masuk ke dalam sel menjadi berkurang. Ini akan
menyebabkan kadar glukosa tinggi di pembuluh darah dan
kemungkinan kekurangan glukosa (Tantin Ermawati, 2015).

5. Manifitasi Klinis
Pada penderita diabetes melitus mengalami gejala seperti
banyak makan (polifagia) dan merasa kurang tenaga, banyak
minum (polidipsi), kencing lancar (poliuria) dan berat badan
menurun. Hal ini tidak menakutkan dan mendorong penderita
pergi ke dokter. Sebaliknya, apabila susah kencing dan
tidak nafsu makan, barulah penderita terdorong untuk pergi
ke dokter. Akibatnya, diam-diam diabetes sudah merusak organ
yang ada di tubuh tanpa disadari (Nurrahmani, 2015).

6. Komplikasi
Menurut Laurentia (2015) komplikasi yang timbul pada
diabetus melitus adalah:
a. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk
terkena penyakit jantung, stroke, aterosklerosis, dan tekanan
darah tinggi.
b. Kerusakan saraf atau neuropati
Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf
dan pembuluh darah halus. Kondisi ini bisa
menyebabkan munculnya sensasi kesemutan atau perih
yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki, lalu
menyebar ke bagian tubuh lain. Neuropati pada sistem
pencernaan dapat memicu mual, muntah, diare, atau
konstipasi.
c. Kerusakan mata, salah satunya di bagian retina.
Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh
darah di retina yang dapat mengakibatkan kebutaan jika
dibiarkan. Glaukoma dan katarak juga termasuk komplikasi
yang mungkin terjadi pada penderita diabetes.
d. Gangren
Menurut Sulistriani (2013) menyatakan faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian gangrene pada penderita DM
diantaranya adalah neuropati, tidak terkontrol gula darah
(hiperglikemi yang berkepanjangan akan menginisiasi
terjadinya hiperglisolia (keadaan dimana sel kebanjiran
masuknya glukosa akibat hiperglikemia kronik),
hiperglisolia kronik akan mengubah homeostasis
biokimiawi sel yang kemudian berpotensi untuk terjadinya
perubahan dasar terbentuknya komplikasi DM.
Gangren adalah rusak dan membusuknya jaringan,
daerah yang terkena gangren biasanya bagian ujung-
ujung kaki atau tangan. Gangren kaki diabetik luka pada
kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat
sumbatan yang terjadi dipembuluh darah sedang atau besar
ditungkai, luka gangren merupakan salah satu komplikasi
kronik DM.

7. Penatalaksanaan
Komponen dalam penatalaksan DM yaitu
a. Diet
Syarat diet hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya
penyakit angiopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diet sesuai dengan
keadaan penderita
Prinsip diet DM adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan
dikurangi atau ditambah.
2) Jadwal diet ketat
Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Jenis makanan yang manis harus dihindari
b. Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi
penderita DM adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan
setiap 1 atau 2 jam sesudah makan, berarti pola
mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin
dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
2) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan
sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai
oksigen
4) Meningkatkan kadar kolestrol – high density
lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang,
maka olahraga akan dirangsang pembentukan glikogen
baru
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam
darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih
baik
c. Edukasi / penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai
diabetes dan pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan
dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel mengenai
diabetes.
d. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan
dengan cara (edukasi, pengaturan makan, aktivitas fisik)
belum berhasil, berarti harus diberikan obat obatan.
e. Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin,
bertujuan untuk mengevaluasi pemberian obat pada diabetes.
Jika dengan melakukan lima pilar diatas mencapai target,
tidak akan terjadi komplikasi.
f. Melakukan perawatan luka
Melakukan tindakan perawatan menganti balutan,
membersihkan luka pada luka kotor. Dengan tujuan untuk
mencegah infeksi dan membantu penyembuhan luka.
g. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda-
tanda vital
h. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan
sampai terjadi hiperhidrasi
i. Mengelola pemberian obat sesuai program

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smelzer dan Bare, pemeriksaan penunjang
untuk penderita diabetes melitus antara lain :
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi
keringatnya (menurun atau tidak), kemudian bulu pada
jempol kaki berkurang (-).
2) Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah-pecah , pucat,
kering yang tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang
tebal atau bisa juga teraba lembek.
b. Pemeriksaan vaskuler
1) Pemeriksaan radiologi yang meliputi : gas subkutan,
adanya benda asing, osteomelietus.
2) Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula
Darah Sewaktu), GDP (Gula Darah Puasa),
• Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada
atau tidaknya kandungan glukosa pada urine tersebut.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses
keperawatan. Dalam sesi pengkajian hendak didapatkan bermacam
data selaku dasar dalam memastikan permasalahan keperawatan
yang berhubungan dengan kesehatan pada geriatri (Kholifah,
2016).
Pengkajian yang dilakukan pada lansia meliputi :
a. Sistem persarafan
Adanya perubahaan dari otak yang mempengaruhi tingkat
kesadaran, wajah simetris dan daya ingat biasanya menurun.
b. Mata
Gerakan mata, penglihatan jernih dan adanya katarak. Pupil :
kehilangan penglihatan disebabkan oleh penuaan, ekspansi
dan pelebaran isochronus.
c. Pendengaran
Menggunakan alat bantu dengar atau tidak, tinnitus (telinga
berdenging), terdapat rasa nyeri atau tidak nyeri.
d. Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi perifer (warna dan kehangatan), auskultasi denyut
nadi apical, terdapat edema atau tidak, keluhan pembengkakan
vena jugularis dan pusing.
e. Sistem gastrointestinal
Kondisi gigi, rahang dan rongga mulut, auskultasi bising usus,
palpasi adanya pelebaran kolon dan apakah perut kembung,
status gizi, ada konstipasi, diare, dan inkontinensia alvi..
f. Sistem endokrin
Adanya penurunan fungsi pada kelenjar endokrin yang
menyebabkan geriatri tidak bisa mengatasi stres, terjadi
peningkatan terhadap glukosa darah dari batas normal. Selain
itu, geriatri akan merasakan lemas dan lesu yang diakibatkan
karena penurunan fungsi kelenjar tiroid. Pada wanita akan
terjadi penurunan yang mempengaruhi menstruasi tidak
teratur sedangkan pada laki-laki akan terjadi penurunan
sekresi dan kelenjar testis.
g. Sistem genitourinaria
Pengkajian pada warna dan bau urine, frekuensi, tekanan dan
desakan, nyeri saat buang air kecil, pemasukan dan
pengeluaran cairan, terjadi distensi kandung kemih, kurang
minat dan adanya kecacatan sosial yang mengarah ke
aktivitas seksual.
h. Sistem muskuloskeletal
Terjadi pengecilan otot, kaku sendi, kontraksi tendon, gerakan
sendi tidak mencukupi, kekuatan otot, keterbatasan gerak,
kemampuan untuk berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.
i. Sistem integumen atau kulit
Warna kulit, ruam pada kulit, adanya jaringan parut,
tingkat kelembaban dan temperatur kulit, perubahan pigmen,
keadaan kuku dan turgor kulit.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan mengenai
status kesehatan klien, masalah actual atau resiko dalam
mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan
untuk mengurangi, mencegah atau menghilangkan masalah
kesehatan yang dialami klien secara tepat dan jelas (Oasenea
Melliany, 2018).
Diagnosa yang mungkin muncul pada penderita Diabetes
mellitus menurut SDKI (2016) meliputi :
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
disfungsi pankreas (D.0027)
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati
perifer (D.0129)
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes
melitus) (D.0142)
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (abses)
(D.0077)
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang digunakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetauhan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu,
keluarga, dan komunitas (PPNI, 2018).

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN
(SLKI) (SIKI)

1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hiperglikemia (SIKI: I. 03115)


kadar glukosa darah dengan kunjungan rumah selama ….. x Observasi:
berhubungan kunjungan diharapkan :
dengan disfungsi 1. Kadar glukosa dalam darah membaik 1. Monitor tanda-tanda vital
pankreas (D.0027) 2. Rasa lemas/lesu/lelah menurun 2. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
3. Keluhan lapar menurun 3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
4. Keluhan rasa haus menurun
5. Mukosa bibir kering menurun Terapeutik:
6. Jumlah urin membaik 1. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
2. Fasilitasi ambulasi, jika ada

Edukasi:
1. Anjurkan menghindari olahraga saat glukosa darah
lebih dari 250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
4. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin,
obat oral, monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan profesional kesehatan)

Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu

2 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka (I.14564)


kulit berhubungan dengan kunjungan rumah selama ….. x Observasi
dengan neuropati kunjungan diharapkan : 1. Monitor karakteristik luka
perifer (D.0129) 1. Kerusakan jaringan menurun. 2. Monitor tanda-tanda infeksi
2. Nyeri menurun
3. Perdarahan menurun Terapeutik
4. Kemerahan menurun 1. Lakukan perawatan luka
5. Rasa gatal menurun 2. Pertahankan teknik steril saat saat melakukan
perawatan luka
3. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi

Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Jelaskan prosedur perawatan luka
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
4. Anjurkan mencaga kebersihan diri dan lingkungan

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi (I.14539)
berhubungan dengan kunjungan rumah selama ….. x Observasi
dengan penyakit kunjungan diharapkan : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
kronis (diabetes 1. Kebersihan tangan meningkat.
melitus) (D.0142) 2. Kebersihan badan meningkat. Terapeutik
3. Demam menurun. 1. Batasi jumlah pengunjung
4. Kemerahan menurun. 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
5. Nyeri menurun. 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
6. Bengkak menurun. dan lingkungan klien
7. Kadar sel darah putih membaik. 5. Pertahankan teknik aseptik pada klien berisiko tinggi

Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan.
4 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan kunjungan rumah selama ….. x Observasi
dengan agen kunjungan diharapkan : 1. Monitor tanda-tanda vital
pencedera fisik 1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(abses) (D.0077) 2. Meringis menurun kualitas, dan skala nyeri.
3. Gelisah menurun
4. Kesulitan tidur menurun Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(Sumber : PPNI, 2018)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan realisasi rencana
tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang
baru (Budiono, dkk., 2017).
Implementasi yang dilakukan dalam studi kasus ini seperti
memonitor tanda-tanda vital, mengidentifikasi penyebab
hiperglikemia, memonitor kadar glukosa darah, menganjurkan
kepatuhan terhadap diet dan olahraga, mengajarkan pengelolaan
diabetes, memonitor karakteristik luka, memonitor tanda-tanda
infeksi, membersihkan luka dengan cairan NaCl 0,9%,
memberikan salep sesuai luka, memasang balutan,
mempertahankan teknik steril, menjelaskan tanda dan gejala
infeksi, mengajarkan teknik nonfarmakologis, mengajarkan
prosedur perawatan luka, menganjurkan menjaga kebersihan diri
dan lingkungan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan. Evaluasi merupakan penilaian hasil dan proses
dimana penilaian hasil menentukan seberapa besar keberhasilan
yang dicapai untuk keluaran dari tindakan sedangkan penilaian
proses menentukan terdapat kekeliruan dari setiap tahapan mulai
dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi.
Evaluasi keperawatan merupakan penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati)
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan tindakan keperawatan. Pengisian format evaluasi yang
digunakan adalah SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis, Planning /
Perencanaan) (Budiono, dkk., 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Margharet, R. D. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit


Dalam. Nusa medika: Yogyakarta

Mughfuri, A. (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Mellitus. Salemba


Medika: Jakarta

Najibmo, b. M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah 1. pusdik SDM Kesehatan:


Jakarta selatan.

Nuha medika: Yogyakarta Perkeni. (2015). Pengelolaan dan Pencegahan


Diabetes Militus tipe 2 di Indonesia. EKG: Jakarta.

Padila. (2012). Buku ajar medikal bedah.cetakan 1.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Soelistidjo, D. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


MellitusTipe 2 Tahun 2015. PB. Perkeni: Jakarta

Suddert, & B. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. vol 2.
EKG:Jakarta
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS

Topik : Diabetes Melitus


Sub topik : Perawatan diabetes melitus tipe II
Sasaran : Pasien dan keluarga Tn. W
Hari/ tanggal : Senin, 13 Maret 2023
Waktu : 13.00 Wita – Selesai (30 Menit)
Tempat : Rumah Tn. W
Penyuluh : Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Mataram

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga pasien
mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga yang sakit dalam hal
perawatan pasien diabetes melitus ataupun pemenuhan diit untuk mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut.

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan tentang diabetes melitus diharapkan pasien dan
keluarga pasien mampu :
1. Mengetahui pengertian DM
2. Mengetahui penyebab DM
3. Mengetahui tanda dan gejala DM
4. Mengetahui komplikasi DM
5. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada pasien Diabetes Melitus (DM)

III. Materi Penyuluhan (Terlampir)


1. Pengertian Diabetes Melitus (DM)
2. Penyebab Diabetes Melitus (DM)
3. Tanda dan gejala Diabetes Melitus (DM)
4. Komplikasi Diabetes Melitus (DM)
5. Penatalaksanaan Diabtes Melitus (DM)

IV. Metode
Ceramah dan tanya jawab

V. Media
1. Leaflet

VI. Kegiatan Penyuluhan

TAHAPAN KEGIATAN KEGIATAN PESERTA


KEGIATAN/WAKTU PENYULUH

Pembukaan / - Salam - Menjawab salam


pendahuluan - Memperkenalkan diri - Mendengarkan dan
- Menjelaskan tujuan memperhatikan
(3 menit) penyuluhan - Menyimak dan
- Apersepsi materi yang menyampaikan pendapatnya
akan disampaikan

Pelaksanaan/ - Memberikan - Mendengarkan


Penyampaian materi penjelasan tentang
definisi diabetes
(20 menit) melitus
- Memberikan - Menyimak dan
penjelasan tentang memperhatikan
penyebab diabetes
melitus
- Memberikan - Menanggapi
penjelasan tentang
tanda dan gejala
diabetes melitus
- Memberikan - Mempraktekkan yang telah
penjelasan tentang dijelaskan
pencegahan
komplikasi DM - Bertanya apabila kurang
- Memberikan jelas
penjelasan tentang
penatalaksanaan DM
- Menjawab pertanyaan,
apabila peserta
bertanya.

Evaluasi - Memberi pertanyaan - Menjawab pertanyaan dan


mengenai hal – hal menjelaskan
(7 menit) yang sudah dijelaskan
mengenai perawatan - Mendengarkan dan
luka memperhatikan
- Memberikan
- Menjawab salam
reinforcement atas
jawaban yang benar
- Menyimpulkan
- Memberi salam
penutup

VII. Evaluasi
Setelah mengikuti proses penyuluhan pasien dan keluarga pasien
diharapkan dapat memahami tentang penyakit Diabetes Melitus dan dapat
menerapkan penatalaksanaan untuk pasien Diabetes Melitus untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Teknik evaluasi akan dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan lisan. Berikut ini pertanyaan lisan yang akan diajukan:
1. Apa salah satu penyebab diabetes melitus?
2. Bagaimana pencegahan komplikasi DM?

VIII. Daftar Pustaka

Amanda, S., Rosidin, U., & Permana, R. H. (2020). Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Senam Diabetes Melitus terhadap Pengetahuan Kader
Kesehatan. Media Karya Kesehatan, 3(2), 162–173.
http://journal.unpad.ac.id/mkk/article/view/25656

Febrinasari, R. P., Sholikah, T. A., Pakha, D. N., & Putra, S. E. (2020). Buku
Saku Diabetes Melitus Untuk Awam. Surakarta: UNS Press.

Irma, Alifariki, L. O., & Kusnan, A. (2020). Uji Sensitifitas dan Spesifisitas
Keluhan Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Keluhan dan Hasil
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS). Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 16(1), 25-35.
MATERI
PERAWATAN DIABETES MELITUS

A. Definisi
Diabetes melitus atau kencing manis merupakan suatu penyakit menahun
yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi normal. Diabetes Melitus
atau yang sering disebut kencing manis adalah penyakit gangguan metabolisme
tubuh yang menahun akibat hormon insulin dalam tubuh yang tidak dapat
digunakan secara efektif dalam mengatur keseimbangan gula darah sehingga
meningkatkan konsentrasi kadar gula di dalam darah (hiperglikemia) (Febrinasari,
Sholikah, Pakha, & Putra, 2020).

B. Penyebab
Secara etiologi, DM menurut (Irene et al., 2020) dapat dibagi menjadi;
1. DM tipe 1 (terjadi karena kerusakan sel β pankreas atau reaksi autoimun. Sel
β pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang menghasilkan insulin guna
mengatur kadar glukosa dalam tubuh. Bila kerusakan sel β pankreas telah
mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul. Sebagian besar penderita
DM tipe 1 sebagian besar oleh karena proses autoimun dan sebagian kecil non
autoimun)
2. DM tipe 2 (meliputi faktor genetik dan faktor non-genetik yang dapat
dimodifikasi; obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang
kurang dapat menyebabkan tolerasnsi tubuh terhadap glukosa darah dan
sensitivitas tubuh terhadap insulin berkurang)
3. DM dalam kehamilan (faktor risiko GDM yakni riwayat keluarga DM,
kegemukan dan glikosuria)
4. Diabetes tipe lain (yakni individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan
spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit Cushing’s,
akromegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin),
penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin (b-adrenergik) dan infeksi
atau sindroma genetik (Down’s, Klinefelter’s).
C. Tanda dan Gejala
1. Gejala Utama
a. Sering kencing (poliuria)
b. Sering lapar (polifagia)
c. Sering haus (polidipsi)
2. Gejala Tambahan
a. Mudah mengantuk
b. Sering kesemutan
c. Mudah lelah
d. Penglihatan jadi kabur
e. Berat badan menurun

D. Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus


1. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
2. Jaga kadar gula daraah (tes rutin sebulan sekali)
3. Makan makanan sehat (perbanyak sayur dan buah, serta kurangi lemak, gula
dan makanan asin)
4. Beraktifitas fisik secara teratur (jalan sehat/senam/olahraga ringan lainnya)
5. Waspada infeksi pada luka (jika ada luka)
6. Hidup sehat dan bersih (hal paling penting)

E. Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Menurut (Suciana, Daryani, Marwanti, & Arifianto, 2019) penatalaksanaan
diabetes melitus dapat di kelompokkan dalam lima pilar, yaitu edukasi,
perencanaan makan, latihan jasmani, intervensi farmakologis dan pemeriksaan
gula darah.
1. Edukasi
Edukasi dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada penderita DM
mengenai penyakit DM dan perawatannya, serta memberikan motivasi kepada
keluarga dan penderita bahwa perawatan secara rutin penting dilakukan untuk
menghindari komplikasi. Dengan adanya edukasi dengan prinsip Diabetes Self
Management Education (DSME) pada pasien DM dan keluarga dapat
meningkatkan kualitas hidup pada penderita DM tipe.
2. Perencanaan makan
Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan ialah cara memasak,
proses penyiapan makanan dan bentuk makanan serta komposisi makanan
(karbohidrat, lemak dan protein), yang dimaksud dengan karbohidrat adalah
gula, tepung dan serat. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin patuh
dalam diet, serta ada kecenderungan semakin baik dukungan keluarga semakin
patuh dalam diet.
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika
Merekomendasikan = 50 – 60% kalori yang berasal dari:
a. Karbohidrat 60 – 70%
b. Protein 12 – 20 % 3) Lemak 20 – 30 %
3. Latihan jasmani
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metablisme
istirahat, dapat menurunkan BB, stres dan menyegarkan tubuh. Latihan
menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari
latihan dalam udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian
metabolik buruk. Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari
sesudah melakukan latihan.

4. Terapi farmakologi (jika diperlukan)

farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Terapi kombinasi
premixed insulin dengan biguanid merupakan terapi yang banyak
menunjukkan keberhasilan terapi. Terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara kepatuhan dengan keberhasilan terapi. Terapi farmakologi
diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup
sehat).
5. Pemeriksaan gula darah
Tujuan pemeriksaan laboratorium bagi penderita diabetes melitus yaitu untuk
menegakkan diagnosis serta memonitor terapi dan timbulnya komplikasi.
Perkembangan penyakit bisa dimonitor dan dapat mencegah komplikasi.

Diet diabetes melitus dilakukan dengan pola makan sesuai dengan aturan : 3 J
(Jumlah, Jenis, Jadwal) :

1. Jumlah kalori : disesuaikan dengan berat badan, usia, jenis kelamin dan
aktifitas fisik
2. Jenis makanan : batasi penggunaan karbohidrat kompleks seperti nasi, roti,
lontong, dll. Dikurangi jumlahnya dari kebiasaan sehari-hari.
3. Jadwal makan : jadwal makan terdiri 3x makanan dan 2-3x makanan selingan
mengikuti prinsip porsi kecil.

Anda mungkin juga menyukai