PERILAKU KEAGAMAAN
31
32
motorik dan kelenjar yang diberikan suatu organism pada situasi yag
dihadapinya. Jadi perilaku merupakan perbuatan dari manusia yang
merupakan cerminan dari kepribadian.
Keberagamaan berasal dari kata agama yang diartikan sebagai
sekumpulan perturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang
mempunyai akal untuk mengikuti perturan tersebut sesuai dengan kehendak
dan pilihannya sendiri, guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Sedangkan keberagamaan itu sendiri merupakan respons manusia
terhadap wahyu Tuhan, yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan,
penghayatan, dan pemikiran (Moh. Dzofir, dkk, 2004: 46).
Pengertian agama dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu
“kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu” (Aat Syafaat dan Sohari,
2008: 12).
Menurut Harun Nasution (1985: 10), ada beberapa pengertian atau
definisi tentang agama, yaitu:
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan
gaib yang harus dipatuhi.
b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai
manusia.
c. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada diri manusia dan
memengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
d. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan hidup
tertentu.
e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.
f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada kekuatan gaib.
g. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah
dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat
dalam alam sekitar manusia.
33
1. Pola kelakuan lahir adalah cara bertindak yang ditiru oleh orang banyak
secara berulang-ulang.
2. Pola kelakuan batin yaitu cara berfikir, berkemauan dan merasa yang
diikuti oleh banyak orang berulang kali.
Pendapat ini senada dengan pendapat Jamaluddin Kafi (1993: 49) yang
mana beliau juga mengelompokkan perilaku menjadi dua macam yaitu
perilaku jasmaniyah dan perilaku rohaniyah, perilaku jasmaniyah yaitu
perilaku terbuka (obyektif) kemudian perilaku rohaniyah yaitu perilaku
tertutup (subyektif). Pembagian ini bisa terjadi karena manusia adalah
makhluk Allah yang mulia yang terdiri dari dua jauham yaitu jasmaniyah dan
jiwa atau rohani.
Sedangkan H. Abdul Aziz (1991: 68) mengelompokkan perilaku
menjadi dua macam yaitu :
a. Perilaku oreal (perilaku yang dapat diamati langsung).
b. Perilaku covert (perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung).
Demikianlah macam-macam perilaku yang dikemukakan oleh beberapa ahli
pendidikan, dimana dapat disimpulkan bahwasannya perilaku seseorang itu
muncul dari dalam diri seorang itu (rohaniahnya), kemudian akan
direalisasikan dalam bentuk tindakan (jasmaniahnya).
Adapun bentuk dari perilaku keagamaan itu meliputi:
1. Shalat
Secara harfiyah kata shalat berasal dari bahasa Arab, yaitu kata
kerja “Shalla” yag artinya berdo’a. Shalat menurut istilah adalah
semua ucapa da perbuatan yag bersifat khusus yang dimulai dengan
takbir dan ditutup dengan salam (Ali Hasan, 2000: 19). Shalat
menurut syari’at adalah segala ucapan da geraka-gerakan yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam (Toto
Suryana, 1995: 17).
Allah berfirma dalam Al-Qur’an surat at-Taubat ayat 103:
37
dari sifat ajaran agama yang menjangkau keseluruhan hidup manusia, karena
manusia memiliki dimensi kejiwaan perorangan atua kelompok.
Menurut William James (Jalaluddin Rahmat, 2001: 118-123), sikap dan
perilaku keberagamaan muncul dari dua hal, yaitu :
1. Sakit Jiwa
Sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa ini ditemukan pada mereka
yang pernah mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang
terganggu atau adanya penderitaan batin, seprti konflik batin, musibah dan
lain-lain. Latang belakang itulah yang kemudian menjadi penyebab
perubahan sikap yang mendadak terhadap keyakinan beragama. William
Starbuch, seperti yang dikemukakan oleh William James berrpendapat
bahwa penderitaan yang dialami disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
a. Faktor intern, yang menjadi penyebab dari timbulnya perilaku
keberagamaan yang tidak lazim ini adalah :
1) Temperamen
2) Gangguan jiwa
3) Konflik dan Keraguan
4) Jauh dari Tuhan
Sedangkan ciri dari orang yang mengalami kelainan kejiwaan seperti
ini umumnya cenderung menampilkansikap pesimis, memahami
faham yang ortodok, menyakini proses keagamaan yang secara non
graduasi.
b. Faktor ekstern, yang turut mempengaruhidalam faktor ini adalah :
1) Musibah
2) Kejahatan
2. Orang yang sehat jiwa
Ciri dan sifat dari orang yang sehat jiwa adalah sebagai berikut :
a. Optimis dan gembira
Orang yang sehat jiwa memahami dan menghayati segala bentuk
ajaran agama dengan perasaan optimis.
b. Ektrofet dan tak mendalam
40
Sikap optimis dan terbuka yang dimiliki orang yanmg sehat jiwa ini
menyebabkan mereka mudah melupakan kesan-kesan buruk dan luka
hati sebagai akses agamis tindakannya. Mereka selalu berpandangan
keluar dan membawa suasana hatinya lepas dari lingkungan ajaran
keagamaan terlalu menjelimet.
c. Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal
Maksudnya mereka menyakini ajaran agama melalui proses yang
wajar dan tidak melalui proses pendadakan.
Keinginan kepada hidup beragama adalah salah satu sifat yang asli pada
manusia. Itu adalah nalirah, gazilah, fitrah, kecendeungan yang telah menjadi
pembawaan dan bukan sesuatu yang dibuat-buat atau sesuatu keinginan yang
datang kemudian, lantaran pengaruhnya dari luar. Sama halnya dengan
keinginan makan, minum, memiliki harta benda, berkuasa dan bergaul
dengan sesama manusia.
Dengan demikian, maka manusia itu pada dasarnya memanglah
makhluk yang religius yang sangat cenderung kepada hidup beragama, itu
adalah panggilan hati nuraninya. Sebab itu andai kata Tuhan tidak mengutus
Rosul-rosul-Nya untuk menyampaikan agama-Nya kepada manusia ini,
namun mereka akan berusaha dengan berikhtiar sendiri mencari agama itu.
Sebagaimana ia berikhtiar untuk mencari makanan di waktu ia lapar, dan
memang sejarah kehidupan manusia telah membuktikan bahwa mereka telah
berikhtiar sendiri telah dapat menciptakan agamanya yaitu yang disebut
dengan agama-agama ardhiyyah (Prodjaditoro, 1981: 17).
Manusia dalam mencari Tuhan sebelum datangnya utusan-utusan Allah
menemukan berbagai jalan yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan. Banyak juga simbol-simbol yang digunakan sebagai sarana
untuk berhubungan dengan Tuhan, ada yang memakai patung, pohon-pohon
besar, batu-batu dll.
Dalam usahanya mencari Tuhan manusia memikirkan apa yang ada di
lingkungan sekitarnya seperti Tuhan, matahari dan bumi yang mereka tempati
ini. Berfikir bahwa adanya sesuatu pasti ada yang membuat setelah diurut-
41
bagi individu dan tingkah laku dari luar. Emosi merupaka warna
afektif yang menyertai sikap keadaan atau perilaku individu.
Zakiah Daradjat menegaska bahwa emosi memegang peranan
penting dalam sikap dan tindak agama. Tidak ada satu sikap
atau tindak agama seseorang yang dapat dipahami tanpa
mengindahka emosinya. Jika seseorang sedang tidak stabil
emosinya maka perasaannya tidak tenteram, keyakinannya
terlihat maju mundur, pandanga terhadap agama dan Tuhan aka
berubah sesuai dengan kondisi emosinya pada waktu itu. Jadi,
emosi menentuka arah dimana tingkah laku individu turut
mengambil bagia dalam setiap situasi kehidupan (Zakiah, 1996:
77).
3. Minat, adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk
menerima sesuatu dari luar. Seseorang yag mempunyai minat
terhadap suatu objek yang dilakukannya, maka ia akan berhasil
dalam aktifitasnya karena yag dilakukan tersebut dengan
perasaan senang da tapa paksaan. Adapun minat dalam agama
tampak dalam keaktifan mengikuti berbagai kegiatan
keagamaan, membahas masalah agama, dan mengikuti pelajaran
agama di sekolah. Misalnya seseorang yang mempunyai minat
terhadap pendidika agama Islam maka ia akan selalu
mempelajari segala sesuatunya yang berhubunga denga agama
Islam. Dengan begitu ia akan mentaati segala peraturan yang
terdapat dalam agama tersebut.
Menurut Jalaludin Rahmat (1992: 34), faktor internal ini
digarisbesarka menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor
sosiopsikologis. Faktor biologis terlihat dalam seluruh kegiatan
manusia, bahka berpadu dengan faktor-faktor sosio-psikologis.
Faktor sosio-psikologis mausia sebagai makhluk sosial memperoleh
beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya dan dapat
44