Waktu Puasa
Allah SWT. telah memilih bulan Ramadhan, yaitu bulan
diturunkannya Al-Qur’an untuk berpuasa pada bulan itu kaum muslimin
diperintahkan berpuasa pada siang hari dan berlaku pada malam harinya.
Untuk mengetahui mulainya puasa atau 1 hari bulan Ramadhan. Allah SWT.
dan Rasul menunjukkan jalannya, yaitu melihat bulan. Sebagaimana dalam
firman Allah SWT. dalam S. al-Baqarah ayat 185:
25
Hamka, Tafsir al Azhar, juz VIII, (Jakarta: PT. Pustaka Pandji Mas, 1984), hlm. 210.
H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahresey, Terjemahan Singkat Ibnu Katsier, Jilid III,
26
B. Keringanan Puasa
Puasa Ramadhan diwajibkan bagi tiap mukmin yang aqil (yang sudah
dapat membedakan sendiri antara yang baik dan buruk). Baligh (sudah
dewasa
27
R.H.A.Soenarjo, SH. et all, Op.Cit., hlm. 45.
28
M. Quraish Shihab, MA, Wawasan al-Qur'an, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hlm.
523
29
H. Abdullah Siddik, SH. Op.Cit., hlm. 146.
dan qaddir dan sehat jasmani).30 Wajib dijalankan selama hayat dikandung
badan, dimanapun juga. Apabila seseorang atau sekelompok orang-orang
benar-benar tidak mampu atau sukar sekali untuk menjalankannya, baru
terbuka kelonggaran adalah mereka yang puasa itu menyiksa baginya. Kalau
diperinci orang-orang yang diberi kelonggaran adalah sebagai berikut: 31
1. Orang sakit dan orang yang dalam perjalanan. Golongan ini dibebaskan
dan wajib puasa selama sakit atau selama musafir. Akan tetapi mereka
diwajibkan mengganti puasa sebanyak hari yang ditinggalkannya pada
hari-hari lain.
2. Perempuan dalam haid (menstruasi), perempuan hamil dan perempuan
yang menyusui anak. Tapi mereka harus mengqodho lain-lain yang
mereka tiada berpuasa atau mereka membayar fidyah, bagi kedua
golongan yang terakhir ini.
3. Orang tua yang sudah lanjut umur tiada kuasa lagi berpuasa.
4. Orang sakit yang tidak ada harapan lagi sembuh dari sakitnya
5. Mereka yang bekerja berat dan karena berat kerjanya itu tidak kuasa
puasa, seperti pekerja-pekerja tombang, abang-abang becak, buruh-buruh
kasar di pabrik-pabrik dan di pelabuhan-pelabuhan dan sebagainya.
Jadi bukan keinginan yang Allah SWT. tetapi keadaan yang benar-
benar tidak memungkinkan kita. Apabila terhalang mengerjakan puasa boleh
tidak berpuasa di bulan itu, untuk mengerjakannya sesudah halangan itu
lenyap. Atau mengganti hari-hari terlarang berpuasa di bulan tersebut
dengan hari-hari lain. Tetapi kalau halangan itu terus menerus sehingga
betul-betul tidak mampu mengganti hari-hari tidak berpuasa itu dengan hari-
hari lain, bolehlah ia mengganti tiap hari wajib puasa dengan memberi
sedekah makanan kepada orang miskin tiap-tiap hari sebanyak ¾ liter beras
satu dengan uang yang seharga dengan beras itu (fidyah)
Puasa itu wajib tetapi Islam tidaklah memberatkan dan menyaksikan
penganutnya, tapi untuk mewujud jalan baginya, di dunia dan di akhirat.
30
Sidi Gazalba, Op.Cit., hlm. 149.
31
Nazaruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1993), hlm. 262.
Apabila suatu kewajiban yang dibebankan Islam benar-benar tidak terpikat
(sehingga benar-benar bersifat menyiksa) dengan sendirinya datang
kelonggaran. Disebutlah firman Allah SWT. dalam surat al-Baqarah ayat
286: