Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DERIS PERMANA

KELAS : 9B

QS. AL - AN'AM (6) : 152


۟ ‫ِف نَفْسًا إِ اَل ُو ْسعَ َها ۖ َوإِذَا قُلْتُ ْم فَٱ ْع ِد ُل‬
‫وا‬ ُ ‫وا ٱلْ َكيْ َل َوٱلْ ِميزَ انَ بِٱلْ ِقسْطِ ۖ ََل نُكَل‬ ۟ ُ‫س ُن َحتا ٰى يَبْلُ َغ أَشُ ادهُۥ ۖ َوأَ ْوف‬ ۟ ‫َو ََل تَقْ َرب‬
َ ‫ُوا َما َل ٱلْيَت ِِيم إِ اَل بِٱلاتِى ه‬
َ ‫ِى أَ ْح‬
َ‫ص ٰىكُم ِبهِۦ لَ َعلاكُ ْم تَذَكا ُرون‬ ‫وا ۚ ٰذَ ِلكُ ْم َو ا‬
۟ ُ‫ٱَّلل أَ ْوف‬
ِ ‫َولَ ْو كَانَ ذَا قُرْ َب ٰى ۖ َو ِب َع ْه ِد ا‬
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih

Bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan

Timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut

Kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia

Kerabat(mu) dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu

Agar kamu ingat.”

ASBABUN NUZUL QS.AL AN'AM (6)

bnu Murdawaih meriwayatkan dari Imam Tabrani, dari Ibrahim ibnu Nailah,

Dari Ismail ibnu Umar, dari Yusuf ibnu Atiyyah, dari Ibnu Aun, dari Nafi’, dari Ibnu

Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Surat Al-An ‘am diturunkan

Kepadaku sekaligus, dan diiringi oleh tujuh puluh ribu malaikat, dari mereka terdengar

Suara gemuruh karena bacaan tasbih dan tahmid”.

KANDUNGAN QS. AL-AN’AM (6): 152

Ayat di atas diawali dengan larangan mendekati harta anak yatim, seperti

mengambil hartanya dengan alasan yang dibuat-buat, kecuali dengan cara yang lebih

bermanfaat dan lebih menguntungkan, seperti menginvestasikannya agar berkembang,

atau menjaga agar keutuhannya terjamin, termasuk juga membayar zakatnya jika telah

mencapai satu nisab, sampai dia mencapai usia dewasa; mampu mengelola hartanya.

Ayat ini memerintahkan kepada kita untuk menyempurnakan takaran dan

timbangan secara adil. Tidak boleh merekayasa untuk mengurangi takaran atau

timbangan dalam bentuk apa pun. Namun demikian, karena untuk tepat 100 % dalam

menimbang adalah sesuatu yang sulit, maka dibuat kesepakatan antara penjual dan
pembeli, berupa kerelaan agar jangan sampai menyulitkan keduanya.

Penjual tidak diharuskan untuk menambahkan barang yang dijual, melebihi dari

kewajibannya, pembeli juga merelakan jika ada sedikit kekurangan dalam timbangan

karena tidak sengaja. Ayat ini menunjukkan bahwa agama Islam tidak ingin

memberatkan pemeluknya.

Penjelasan berikutnya adalah perintah untuk berbicara dengan jujur, seperti pada

saat bersaksi atau memutuskan hukum terhadap seseorang. Sebab, kejujuran dan

keadilan adalah inti persoalan hukum. Kejujuran dan keadilan harus tetap dapat

ditegakkan sekalipun yang akan menerima akibat dari hukuman tersebut adalah

kerabatnya sendiri. Keadilan hukum dan kebenaran di atas segalanya, jangan sampai

keadilan hukum terpengaruh oleh rasa kasih sayang terhadap keluarga. Semua itu

bertujuan agar masyarakat bisa hidup damai, tenang, dan tenteram.

Ayat ini diakhiri dengan perintah untuk memenuhi janji kepada Allah, yaitu

mematuhi ketentuan yang digariskan oleh-Nya, baik dalam ibadah, muamalah, maupun

lainnya. Memenuhi janji ini akan mendatangkan kebaikan bagi manusia, yaitu agar kita melakukan
apa yang diperintahkan dan menghindari segala larangan, dan juga agar kita

saling mengingatkan.

HADIS RIWAYAT BAIHAQI DARI IBNU ABBAS


ْ َ‫لِلا صلى هللا عليه وسلم يَاْ َمعْش ََر التُّجاارْ إِناكُ ْم قَ ْد َولَيْتُ ْم أَ ْم ًرا هَلَ ْكتْ فِيهْ األ ُ َم ْم الساا ِلفَةْ الْ ِم ْكيَا ُل َالْمِيز‬
‫ان‬ ْ ِ ْ‫ااس قَالْ قَالْ َرسُول‬
ٍ ‫عب‬
َ ‫ع ِن اب ِْن‬
َ
)‫(رواه البيهاقي‬

KANDUNGAN HADIST

Hadis ini merupakan peringatan keras kepada para pedagang untuk

Menyempurnakan takaran dan timbangan, agar tidak binasa seperti umat terdahulu

(yang berlaku curang dengan mengurangi atau melebihkan takaran dan timbangan).

Takaran dan timbangan adalah dua alat ukur yang mendapat perhatian agar

Benar-benar dipergunakan secara tepat dan benar dalam perekonomian Islam sehingga

Terwujud keadilan dan kemakmuran.

Perintah berlaku jujur dengan menyempurnakan takaran dan timbangan banyak

Kita jumpai dalam al-Qur‟an, diantaranya QS. Al-Isra‟(17): 35: “Dan sempurnakanlah

Takaran apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah
Yang lebih utama dan lebih baik akibatnya”.

Terjadinya kecurangan dalam menakar dan menimbang karena adanya.

Ketidakjujuran yang didorong oleh sifat tamak, rakus, ingin mendapat keuntungan

Besar tanpa peduli dengan kerugian orang lain.

Para pebisnis mendapat peringatan ini, karena pada umumnya mereka

Menginginkan keuntungan besar dengan berbagai cara, terutama pada pelaku bisnis

Online sekarang ini, karena penjual dan pembeli tidak ketemu langsung. Selain kecurangan dalam hal
takaran dan timbangan, banyak kecurangan yang dilakukan oleh

para pebisnis saat ini. Seperti saat transaksi online, ada penjual mengobral janji, ketika

dana telah ditransfer, barang tak kunjung datang. Ada juga penjual yang mengelabuhi

pembeli dengan gambar, foto atau tulisan yang tidak sesuai kenyataan dan hanya ingin

menarik pelanggan, sehingga menimbulkan kekecewaan dan kerugian pembeli.

Anda mungkin juga menyukai