Anda di halaman 1dari 27

MODEL

PEMBELAJARAN
Teaching Factory
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Tinggi Vokasi
melalui Kemitraan Strategis dengan Industri dan Dunia Kerja

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DRAFT PANDUAN
MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY
PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN TINGGI
VOKASI (PPPTV)

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Tinggi


Vokasi melalui Kemitraan Strategis dengan Industri dan
Dunia Kerja

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi


Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

2020

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
2. Landasan Hukum ............................................................................................. 3
3. Tujuan .............................................................................................................. 4
4. Model Pembelajaran Teaching Factory ........................................................... 5
a. Pengertian Teaching Factory........................................................................ 5
b. Prinsip Teaching Factory ............................................................................. 5
c. Nilai Dasar Teaching Factory ...................................................................... 6
d. Tujuan Penerapan Teaching Factory ........................................................... 6
e. Model Teaching Factory Teknik Mesin UNY ............................................. 7
5. Penerapan Teaching Factory.......................................................................... 11
a. Persiapan Teaching Factory ....................................................................... 11
b. Tahap Implementasi ................................................................................... 12
c. Tahap Evaluasi ........................................................................................... 12
6. Komponen Teaching Factory......................................................................... 15
7. Produk ............................................................................................................ 16
a. Fungsi Produk dalam Teaching Factory .................................................... 16
b. Tahapan Penentuan Produk ........................................................................ 16
8. Job Sheet ........................................................................................................ 17
a. Tahapan Penyusunan Jobsheet ................................................................... 17
b. Penilaian ..................................................................................................... 18
c. Level Jobsheet ............................................................................................ 19
9. Monitoring dan Evaluasi ................................................................................ 21
PUSTAKA ............................................................................................................ 23

ii
1. Latar Belakang

Pendidikan Vokasi merupakan salah satu dalam jenjang Pendidikan Tinggi.


Pendidikan Tinggi sendiri berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012
adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi,
serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan
kebudayaan bangsa Indonesia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Mengacu
pada undang-undang yang sama pendidikan tinggi memiliki tujuan tersendiri.
Tujuan pendidikan tinggi sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012
adalah: a) berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa; b) dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya
saing bangsa; c) dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian
yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi
kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia; dan
d) terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya
Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Dalam memenuhi tujuan pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan
yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi perlu adanya
penyesuaian kurikulum dan pembelajaran yang sesuai berdasarkan kompetensi
pada cabang ilmu masing masing lulusan. Pada pendidikan vokasi/ pendidikan
sarjana terapan, cabang ilmu yang difokuskan adalah pada kompetensi yang sesuai

1
dengan kompetensi yang ada di lapangan/industry. Untuk dapat menyesuaikan
kompetensi yang sesuai dengan kompetensi dilapangan diperlukan program untuk
bisa me link and match kan antara kompetensi yang ada di pendidikan vokasi
dengan industry. Penguatan pembelajaran berbasis Industri dengan model Teaching
Factory merupakan jalan yang ditempuh untuk menyelaraskan kompetensi yang
ada pada prodi dan juga di industry. Penguatan pembelajaran berbasis Industri
dengan model Teaching Factory juga digunakan untuk mengembangkan prodi
menjadi prodi unggulan dan rujukan tingkat nasional dan internasional khususnya
dalam bidang pengelasan. Untuk memastikan bahwa tekad yang tercermin dalam
visi, misi, tujuan, dan sasaran tersebut penguatan pembelajaran berbasis industri
dengan keunggulan spesifik bidang pengelasan menjadi kunci dalam link and match
antara prodi dengan Industri dan Dunia Kerja (IDUKA).

Keterlaksanaan pembelajaran berbasis industri dipayungi oleh kurikulum.


Penyiapan kurikulum berbasis industri merupakan wujud operasionalisasi dari
konsep link and match (pernikahan antara dunia kerja dan dunia pendidikan) serta
prinsip demand driven atau penyiapan lulusan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja
atau dunia industri. Dalam konteks Revolusi Industri 4.0 dan era disrupsi,
pengembangan kurikulum juga diorientasikan untuk mendukung implementasi
Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dengan memberi keleluasaan bagi mahasiswa
untuk mengembangkan kemampuan tambahan melalui kuliah di luar prodi baik di
perguruan tinggi lain, masyarakat, dunia usaha, dunia industri dan institusi lainnya.
Kurikulum juga secara fleksibel menerapkan prinsip multi entry-multy exit yang
memberi ruang bagi mahasiswa untuk masuk dan mengakhiri kuliah sesuai dengan
kapasitas dan kebutuhannya.

Implementasi pembelajaran berbasis industri yang dirancang PS D-III TM


adalah pembelajaran dengan model Teaching Factory. Pembelajaran dengan model
tersebut tidak terlepas dari SDM dan alat yang mendukung. SDM yang dimaksud
adalah kolaborasi internal dan eksternal. SDM internal bersertifikat kompetensi
meliputi dosen dan PLP sangat berperan dalam pembentukan kompetensi
mahasiswa. Selain itu, SDM eksternal yaitu praktisi dari industri memberikan
peranan dalam transfer of knowledge untuk penempaan kognisi mahasiswa sebagai
bekal sebelum terjun dalam dunia kerja. Disamping SDM, ketersediaan dan

2
kemutakhiran peralatan dan perlengkapan praktikum juga dapat mempengaruhi
kemampuan mahasiswa untuk diterima dalam IDUKA. Keunggulan spesifik prodi
dalam bidang pengelasan perlu dilakukan penambahan peralatan pengelasan dan
pengujian.

Kurikulum dan implementasi pembelajaran yang didukung SDM dan


peralatan akan berujung pada kuantitas dan kualitas mahasiswa dan lulusan yang
bersertifikat kompetensi. TUK LSP-LMI yang dimiliki prodi sangat mendukung
pengakuan kompetensi mahasiswa oleh industri melalui sertifikasi khususnya
bidang pengelasan. Kesepakatan kerja sama dengan industri dalam pelaksanaan
penguatan pembelajaran berbasis industri diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi mahasiswa sesuai dengan kebutuhan industry.

2. Landasan Hukum
Pelaksanaan penguatan pembelajaran berbasis industry dengan model
Teaching Factory ini memiliki beberapa dasar hukum dalam pelaksanaannya.
Dasar hukum pelaksanaan pembelajaran dengan model Teaching Factory adalah
sebagai berikut:
a. Undang – undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
b. Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
d. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2015 tentang
Pembangunan Sumber Daya Industri.
i. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

3
j. Peraturan Presiden Nomor 41 Tahun 2015 tentang Kementerian Badan
Usaha Milik Negara.

3. Tujuan
Pelaksanaan penguatan pembelajaran berbasis industry dengan model
Teaching Factory ini memiliki tujuan dalam pelaksanaannya. Penerapan
pembelajaran berbasis industry dengan Model Teaching Factory memiliki tujuan
diantaranya:
a. Mendesain kerjasama pelaksanaan teaching factory bersama industry yang
saling menguntungkan.
b. Menyinkronkan kurikulum PS D-III TM dengan kebutuhan industry mitra
c. Menyediakan peralatan dan perlengkapan praktikum yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran teaching factory.
d. Mendefinisikan Keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
e. Memperluas cakupan kesempatan rekrutmen bagi lulusan PS D-III TM.
f. Menyertifikasi kompetensi mahasiswa yang relevan dengan profil lulusan.
g. Menjalin kerjasama dengan dunia kerja secara actual.
h. Memberi kesempatan kepada dosen untuk memperluas wawasan
instruksional.
i. Menyadarkan kepada mahasiswa bahwa dalam penguasaan keterampilan
tidak hanya mempraktikan soft skill dalam pembelajaran, tetapi juga
merealisasikan pengetahuan secara langsung dan latihan bekerja untuk
memasuki dunia kerja secara nyata.
j. Sarana pelatihan dan praktik berbasis produksi secara langsung bagi
mahasiswa PS D-III TM yang berorientasi pada pasar.
k. Secara umum tujuan teaching factory adalah: a) pengintegrasian
pengalaman dunia kerja ke dalam kurikulum prodi; b) proses pembelajaran
berbasis industri produk/jasa melalui prodi dengan industri yang berjalan
secara sinergi; c) pola kebiasaan pembelajaran yang terkesan “dunia prodi”
diubah menjadi “dunia industri” dalam bentuk learning by doing dan hands
on experience; workshop/unit usaha lain; dan d) keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran tidak hanya terletak pada kegunaan dan kualitas produk,

4
tetapi juga terletak pada kualitas SDM (dosen dan mahasiswa), lingkup
hubungan kerja sama dengan industry.

4. Model Pembelajaran Teaching Factory


a. Pengertian Teaching Factory
Program teaching Factory merupakan konsep pembelajaran yang
menjadikan produk dan jasa sebagai inti pembelajaran mengacu pada standar
dan prosedur yang berlaku di Industri. Berdasar pada Grand Design
pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), keterlibatan mutlak dari pihak
industry sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan dari SMK
dituntut pada pelaksanaan Teaching Factory. Keterlibatan
Pemda/Pemkot/Provinsi maupun orang tua dan masyarakat juga diperlukan
dalam perencanaan, regulasi dan implementasi. Mengacu pada pengertian
tersebut penerapan pembelajaran Teaching Factory pada pendidikan tinggi
vokasi memiliki definisi yang sama, yang membedakan hanyalah pada
kurikulum dari SMK dan pendidikan vokasi.
Pembelajaran teaching Factory memiliki tujuan dalam peningkatan
keselarasan kurikulum antara pendidikan vokasi dan juga industry berkenaan
pada pengembangan keterampilan (Skills), Pengetahuan (Knowledge), dan sikap
(Attitude). Pelaksanaan pembelajaran ini ditekankan pada mahasiswa dalam
memahami standar/kualitas, kemampuan pemecahan masalah, dan inovasi
dengan didampingi oleh instruktur yang berkompeten dan berpengalaman dari
industry yang relevan.

b. Prinsip Teaching Factory


Prinsip model pembelajaran teaching Factory mengacu pada panduan
teknis GIZ yaitu:
1) Efisien
Meningkatkan efisiensi penggunaan alat dan bahan praktik
2) Efektif
Menciptakan suasana pembelajaran sesuai dengan kondisi
sesungguhnya di dunia kerja/industry dalam rangka pengantaran
kompetensi secara tuntas

5
3) Keterpaduan
Memadukan muatan/materi kuliah pada mata kuliah normative, adaptif
dan produktif
4) Kolaborasi dengan dunia usaha/dunia industry
Meningkatkan kerja sama antara institusi pendidikan vokasi dengan
dunia usaha/dunia industri

c. Nilai Dasar Teaching Factory


Pemebelajaran Teaching Factory memiliki nilai-nilai dasar pada
penerapannya. Nilai-nilai dasar teaching Factory menurut buku panduan teknis
GIZ yaitu:
1) Sense of Quality
Kemampuan dan kesadaran untuk bekerja sesuai dengan standar
obyektif kualitas tertentu.
2) Sense of Efficiency
Kemampuan dan kesadaran untuk bekerja secara efisien dengan
proudktifitas tinggi.
3) Sense of Creativity and Innovation
Kemampuan dan kesadaran untuk mengenbangkan ide/cara baru dalam
pemecahan suatu masalah dan menemukan peluang serta
menerapkannya dalam suatu pekerjaan.
Prinsip dan nilai Teaching Factory tersebut harus dilaksanakan secara
konsisten dan ditanamkan kepada seluruh warga institusi pendidikan, termasuk
kepada mahasiswa sebagai upaya pembangunan karakter yang konsisten dan
berkelanjutan.

d. Tujuan Penerapan Teaching Factory


Tujuan dari penerapan model pembelajaran Teaching Factory, antara lain:
1) Menciptakan sinergi dan integrasi proses perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran normatif, adaptif dan produktif, sehingga
pengantaran kompetensi ke mahasiswa lebih optimal;
2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengantaran soft skills dan hard
skills kepada mahasiswa;

6
3) Meningkatkan kolaborasi dengan dunia usaha/dunia industri melalui
penyelarasan kurikulum, penyediaan instruktur, alih
pengetahuan/teknologi, pengenalan standar dan budaya industri, dll;
4) Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan melalui
interaksi dengan dunia usaha/dunia industri;
5) Mendorong munculnya perubahan paradigma pembelajaran dan budaya
kerja di institusi pendidikan dan pelatihan kompetensi.

e. Model Teaching Factory Teknik Mesin UNY


Berdasarkan pada pengertian, prinsip, nilai dasar, dan tujuan penerapan
dari Teaching Factory, Jurusan Teknik Mesin UNY merancang sebuah model
yang diharapkan nantinya dapat di implementasikan di Jurusan. Rancangan
model Teaching Factory UNY diawali dengan Grand Design model Teaching
Factory. Pada rancangan ini, proses pembelajaran dilakukan berdasarkan dengan
langkah produksi yang ada di industry. Hal ini dimaksudkan karena pada sebuah
produk yang dihasilkan oleh industry, tidak semata dapat dilakukan hanya
dengan mengunggulkan satu kompetensi, namun membutuhkan kompetensi lain
untuk dapat membuat satu produk. Rancangan Grand Design ini diawali dengan
input yaitu mahasiswa Jurusan Teknik Mesin yang belum memiliki kompetensi.
Selanjutnya dilakukan perundingan antara pihak Jurusan dengan pihak industry
mengenai produk apa saja yang sekiranya dapat diproduksi dan dilakukan oleh
mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UNY.
Perundingan dilakukan tentunya mengacu pada kurikulum, sarana prasarana
dan SDM yang ada di Jurusan Teknik Mesin UNY. Kesepakatan dalam
perundingan menghasilkan sebuah daftar produk yang siap untuk diproduksi di
Jurusan Teknik Mesin. Dari sebuah produk ini dilakukan pembuatan Jobsheet
untuk mempermudah pekerjaan pada setiap produk yang akan kerjakan oleh
mahasiswa. Proses yang ada pada rancangan Grand Design ini terdiri dari
perancangan produk, yaitu pembuatan desain produk yang nantinya dianalisis
dengan menggunakan Ansys, dalam hal ini kompetensi yang diperlukan adalah
kompetensi perancangan. Hasil rancangan yang sudah final selanjutnya
dilakukan produksi oleh mahasiswa tentunya dengan melihat proses apa saja
yang diperlukan untuk membuat satu produk. Dalam hal ini diperlukan dua

7
kompetensi yaitu kompetensi pemesinan dan kompetensi fabrikasi dan
pengelasan. Produk yang telah selesai dibuat kemudian dilakukan quality control
oleh industry untuk memastikan bahwa produk sesuai dengan pesanan. Hasil
Quality Control jika produk belum sesuai dengan yang diharapkan maka
diperlukan proses ulang atau reject, jika memang telah sesuai maka produk
dianggap layak accept. Lebih jelasnya mengenai grand design model teaching
factory pada jurusan Teknik Mesin UNY ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Model Teaching Factory


Selanjutnya dari model gambaran secara luas mengenai pembelajaran
Teaching Factory di Jurusan Teknik Mesin UNY, terdapat secara rinci untuk
setiap kompetensi yang ada pada Jurusan Teknik Mesin. Kompetensi yang
dimaksud adalah Kompetensi Perancangan, Kompetensi Pemesinan, Dan
Fabrikasi& Pengelasan Logam. Untuk model yang ditunjukkan diatas rancangan
model semua kompetensi dilaksanakan pada satu model pembelajaran dalam
menghasilkan suatu produk. Model selanjutnya merupakan pecahan dari model
yang tergambarkan secara luas seperti pada gambar di atas. Berikut ini model
pembelajaran Teaching Factory yang dilakukan secara terpisah ditunjukkan
pada gambar 2. Model Teaching Factory.

8
Gambar 2. Model Teaching Factory Desain Perancangan
Pada gambar 2 ditunjukkan mengenai model Teaching Factory Desain
Perancangan. Pada model ini diawali dengan dua input yaitu komponen/produk
dari industry, dan tentunya mahasiswa Jurusan Teknik Mesin yang belum
memiliki kompetensi. Dari kedua input tersebut selanjutnya terdapat pra proses
yang didalamnya berisi tentang formulir pendaftaran untuk menunjukkan jumlah
mahasiswa yang mengikuti model pembelajaran Teaching Factory. Didalam pra
proses juga terdapat daftar desain produk yang telah di diskusikan dengan pihak
jurusan mengenai produk yang dapat diproduksi di Jurusan. Tahap selanjutnya
pada model ini yaitu proses pembelajaran yang didalamnya dilakukan langkah
awal yaitu pembagian jumlah jeins produk sesuai dengan jumlah mahasiswa.
Setelah dilakukan pembagian dilakukan briefing dan pendampingan oleh dosen
dan industry mengenai produk yang akan didesain oleh mahasiswa. Hasil dari
briefing selanjutnya dilakukan perancangan gambar oleh mahasiswa yang
selanjutnya di analisis menggunakan software Ansys. Hasil analisis kemudian di
diskusikan secara internal oleh pihak jurusan untuk selanjutnya didiskusikan
secara bersama dengan pihak industry. Desain rancangan yang telah divalidasi
selanjutnya menjadi output Desain Engineer Detail produk, jika belum
mendapatkan validasi maka perlu dilakukan analisis ulang produk hingga
mendapatkan validasi.
Model selanjutnya merupakan rancangan model yang dibuat untuk
memenuhi kompetensi pemesinan dan fabrikasi&pengelasan logam. Model
Teaching Factory mengenai kompetensi pemesinan dan Fabrikasi&Pengelasan
logam lebih jelasnya ditunjukkan pada gambar 3.

9
Gambar 3. Model Teaching Factory Pemesinan & Pengelasan
Pada model yang ditunjukkan pada gambar 3, terdapat empat tahap yaitu
input, pra proses, proses dan output mengenai model pembelajaran yang harus
dilakukan. Input yang ada pada model pembelajaran Teaching Factory ini
tentunya adalah mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UNY yang belum memiliki
kompetensi. Selanjutnya pada tahap pra proses dilakukan koordinasi antara
pihak industry dan pihak jurusan mengenai produk apa yang sekiranya dapat
dilakukan di bengkel jurusan. Hasil dari kordinasi menghasilkan produk yang
siap untuk diproduksi dan tentunya dijadikan pembelajaran oleh mahasiswa.
Daftar produk dari hasil kordinasi ini selanjutnya dibuatkan jobsheet atau lembar
kerja untuk memudahkan mahasiswa pada proses produksi yang akan dilakukan.
Lembar kerja yang telah siap selanjutnya diberikan ke mahasiswa untuk
dilakukan proses produksi.
Setelah dilakukan proses produksi oleh mahasiswa, produk yang telah jadi
selanjutnya dilakukan QC (Quality Control) oleh pihak internal, yaitu dosen dan
tim Teaching Factory dari pihak jurusan sebelum produk diserahkan ke pihak
industry. QC dilakukan dua tahap yaitu oleh internal dari pihak jurusan dan oleh
pihak industri untuk memastikan bahwa produk telah siap untuk di pasarkan.
Hasil QC yang telah di Appove selanjutnya menjadi output berupa produk yang
siap dipasarkan atau digunakan oleh pemesan.

10
5. Penerapan Teaching Factory
Tahapan pelaksanaan Teaching Factory sebagai model pembelajaran
dilakukan dengan melibatkan seluruh sumber daya yang ada di institusi. Melalui
tahapan ini diharapkan penerapan model pembelajaran teaching factory dapat
lebih terarah dan memperoleh dukkungan dari seluruh pemangku kepentingan.

Gambar 4. Tahap Penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory


(Sumber. Panduan Teknis TeFa GIZ)

a. Persiapan Teaching Factory


1) Perencanaan dan Penyusunan model Teaching Factory
Perencanaan dan penyusunan model Teaching Factory dilaksanakan
dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada di institusi dan
disusun berdasarkan pada ketentuan ketentuan antara lain memuat jenis
produk, jobsheet dan jadwal serta dokumen lainnya. Perencanaan
disusun oleh tim yang memiliki pemahaman tentang tujuan pendidikan
vokasi serta memahami tahapan dan mekanisme pelaksanaan model
pembelajaran teaching factory.
2) Pengesahan dokumen perangkat pembelajaran
Pengesahan dokumen perangkat pembelaran model Teaching Factory
dilaksankan dengan diskusi secara Bersama antara prodi dan industry
untuk mencapai tujuan bersama dalam penerapan model Teaching
Factory.

11
3) Sosialisasi Dokumen Pembelajaran
Sosialisasi dilakukan dengan tujuan untuk menggalang komitmen dan
keterlibatan dari seluruh stakeholder serta dukungan manajemen dan
kepemimpinan yang kuat agar penerapannya dapat berjalan dengan baik.

b. Tahap Implementasi
1) Penerapan Model Teaching Factory
Penerapan model Teaching Factory dilaksanakan dengan mengacu
pada dokumen perangkat pembelajaran yang telah disusun dan
disahkan oleh pihak industry.
2) Pendampingan dan penguatan
Pendampingan dan penguatan dilakukan untuk meminimalisir
resistensi terhadap suatu hal yang di anggap baru. Koordinasi antar
dosen mata kuliah harus dilakukan sejak awal program Persiapan
3) Monitoring dan pengendalian kegiatan
Pada tahap implementasi diperlukan upaya penguatan yang harus
dilakukan dalam pembelajaran Teaching Factory, untuk itu diperlukan
monitoring dan pengendalian dari kedua pihak.

c. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah penerapan
model pembelajaran Teaching Factory dapat atau telah memberikan
dampak perubahan sesuai dengan yang diharapkan, serta untuk
memberikan rekomendasi upata penguatan dan perbaikan yang perlu
dilakukan dalam penerapan Teaching Factory pada tahun ajaran
berikutnya.

Tabel 1. Tahap pelaksanaan kegiatan Teaching Factory


No Tahap Kegiatan Pelaku Keluaran
A Tahap Persiapan
1 Perencanaan dan Penyusunan model Tim Teaching Factory Dokumen model
Teaching Factory dari prodi Teaching Factory
2 Pengesahan dokumen perangkat Tim Teaching Factory Dokumen model
pembelajaran dari prodi dan Tim Teaching Factory
dari Industri yang telah disahkan
oleh industri
3 Sosialisasi Dokumen Pembelajaran Tim Teaching Factory Berita acara
dari Prodi
B Tahap Pelaksanaan

12
1 Penerapan Model Teaching Factory Tim Teaching Factory Laporan Proses
dan dosen matakuliah Pembelajaran
No Kegiatan Pelaku Keluaran
B Tahap Pelaksanaan
2 Pendampingan dan penguatan Tim Teaching Factory Laporan Proses
dari prodi dan industri Pembelajaran
3 Monitoring dan pengendalian Tim Teaching Factory Laporan Proses
kegiatan dari prodi dan industri Pembelajaran
C Tahap Evaluasi
1 Evaluasi Tim Teaching Factory Instrumen dan
dari prodi dan catatan proses
industry, dosen mata Evaluasi
kuliah.
2 Pelaporan dan Rekomendasi Tim Teaching Factory Laporan Evaluasi

Penerapan model pembelajaran teaching factory ditekankan pada aktifiatas


mahasiswa dalam memajami standar/kualitas, kemampuan pemecahan masalah dan
meakukan inovasi dengan pendampingan instruktur/pendidik yang memiliki
kompetensi dan pengalaman industry. Proses pembelajaran pada model teaching
factory dilaksanakan berdasarkan prosedur, standar dan urutan kerja seperti yang
diterapkan di industry dalam menghasilkan suatu produk (barang/jasa). Mahasiswa
diharapkan dapat menguasai suatu kompetensi tertentu sekaligus memiliki standar
perilaku yang dibutuhkan dalam suatu system dan proses kerja industry.
Model pembelajaran teaching factory diharapkan dapat mengembangkan
system yang dapat mengintegerasi kebutuhan setiap mahasiswa. Materi
pembelajaran yang ada pada model teaching factory harus dikuasai oleh setiap
mahasiswa serta materi pembelajaran tingkat lanjut yag disediakan sebagai materi
pengayaan. Materi pembelajaran tersebut disusun secara sistematik dengan
mengutamakan pada pencapaian tujuan pembelajaran sikap, pengetahuan dan
keterampilan (soft skills dan hard skills) yang selaras dengan kebutuhan industry.
Proses pembelajaran yang terjadi dalam teaching factory divisualisasikan dalam
gambar berikut:

13
Gambar 5. Proses Pembelajaran Teaching Factory
Sumber. Panduan Teknis Teaching Factory GIZ

Dalam model pembelajaran teaching factory, mahasiswa harus diberikan


pendampingan untuk dapat belajar dan bekerja secara mandiri dan berkelompok
untuk menghasilkan suatu produk (barang/jasa) berkualitas dalam jadwal belajar
yang telah ditentukan, dengan menggunakan materi pembelajaran yang disusun
selaras dan diintegrasikan dengan nilai – nilai industri. Produk (barang/jasa) yang
dihasilkan dalam model pembelajaran teaching factory harus dapat berfungsi
sebagai media pengantar kompetensi, dan bukan sekedar hasil praktik atau utilisasi
peralatan laboratorium atau bengkel. Penentuan produk dilakukan melalui tahapan
analisis produk yang melibatkan seluruh dosen mata kuliah (dosen normatif,
adaptif dan produktif) yang ada di institusi. Pada tahap awal diprioritaskan pada
jenis produk yang dapat digunakan untuk memenuhi atau mensubstitusi kebutuhan
internal dengan tetap mengutamakan kualitas, namun demikian tidak menutup
kemungkinan juga bahwa produk yang dihasilkan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan eksternal. Hal yang terpenting adalah bahwa produk tersebut digunakan
sebagai media pengantar kompetensi, sehingga pemilihan produk memang harus
berdasarkan dengan kompetensi yang diajarkan. Keterkaitan antara kegiatan
kurikuler/akademik dengan produk pada model pembelajaran teaching factory
dapat dilihat pada gambar berikut :

14
6. Komponen Teaching Factory
Model pembelajaran Teaching Factory memiliki komponen utama pada
pelaksanaannya. Komponen utama pembelajaran Teaching Factory terdiri dari:
a. Produk
b. Job Sheet
c. Jadwal Blok
Komponen yang disebutkan diatas saling terikat satu sama lain mulai dari
tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaan model pembelajaran
teaching factory. Penerapan model pembelajaran Teaching Factort perlu
memperhatikan urutan/tahapan yang harus dilaksanakan agar penerapan model ini
berlangsug sesuai dengan yang direncanakan. Tahapan penyusunan dan
keterkaitan pada setiap komponen teaching factory digambarkan dalam gambar
berikut ini:

Gambar 6. Tahapan dan keterkaitan antar komponen Teaching Factory


Sumber. Panduan Teknis Teaching Factory GIZ
Tahapan pada model pembelajaran Teaching Factory diatas dilaksanakan
dengan pantauan dari tim Teaching Factory dari program studi dan dari industry
mitra yang melaksanakan program pembelajaran Teaching Factory. Produk yang
dimaksud pada komponen pembelajaran Teaching Factory adalah media
pengantar untuk mencapai suatu kompetensi tertentu, bukan sekedar merupakan
produk yang dihasilkan dari pemanfaatan sarana/prasarana yang ada. Job Sheet
yang dimaksudkan pada komponen pembelajaran Teaching Factory merupakan
bagian dari Rencana Pembelajaran Semester (RPS), yang memuat, materi untuk
mengantarkan pencapaian kompetensi mahasiswa dengan hasil berupa produk.

15
Jadwal blok yang dimaksudkan pada komponen pembelajaran Teaching Factory
adalah upaya untuk mengatur kontinuitas proses pembelajaran dalam pencapaian
kompetensi, menyelaraskan budaya belajar dengan budaya industry,
menyelaraskan proses pembelajaran dengan proses produksi, mengoptimalisasi
penggunaan alat praktik untuk proses pembelajaran.

7. Produk
a. Fungsi Produk dalam Teaching Factory
Pembuatan produk pada model pembelajaran Teaching Factory
mempunyai fungsi sebagai media untuk mengantarkan kompetensi kepada
mahsiswa, dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Produk yang dihasilkan pada proses pembelajaran Teaching Factory
diharuskan memiliki kualitas yang sesuai dengan standar (misalnya, SNI,
ISO, standar industry, standar profesi, dll.)

b. Tahapan Penentuan Produk


Proses pembelajaran dengan model Teaching Factory tidak terlepas
dari pembuatan produk. Pembuatan produk pada pembelajaran ini memiliki
tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam menentukan produk yang akan
dihasilkan. Mengacu pada panduan teknis Teaching Factory GIZ terdapat
beberapa kriteria dan penentuan produk. Kriteria penentuan produk dapat
dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 2. Kriteria Penentuan Produk
No Kriteria Keterangan
1 Kompetensi yang Produk yang ditentukan adalah produk yang mampu
diantarkan mengantarkan sebanyak mungkin kompetensi.
2 Waktu Penyelesaian Produk dapat diselesaikan tepat waktu sesuai dengan
jadwal pembelajaran.
Tahapan pengerjaan produk harus ditetapkan dari
sejak awal dengan mempertimbangkan kompleksitas
pengerjaannya
3 Produk dibutuhkan Diutamakan pada jenis produk yang dibutuhkan
internal/eksternal secara terus menerus atau produk yang sedang
dibutuhkan
4 Kebutuhan internal Penentuan produk juga harus mempertimbangkan
investasi yang dibutuhkan, sebaiknya produk yang
dipilih adalah produk yang tidak membutuhkan
tambahan investasi yang besar.
Tahapan penentuan produk berdasar pada panduan teknis Teaching Factory GIZ
disajikan pada table berikut ini:

16
Tabel 3. Tahap Penentuan Produk
No Tahapan Langkah yang dilakukan
1 Langkah 1 Identifikasi produk (barang/jasa) yang dapat mengantarkan
Identifikasi kompetensi
2 Langkah 2 Analisis waktu pengerjaan produk à apakah waktu pengerjaan
Analisis Kesesuaian produk selaras dengan jadwal pembelajaran?
2. Apakah produk dibutuhkan internal/ eksternal?
3. Apakah produk tersebut dibutuhkan secara terus menerus?
4. Apakah proses pengerjaan produk membutuhkan tambahan
investasi?
3 Langkah 3 Penentuan produk dilakukan dengan mempertimbangkan:
Penentuan Produk 1. Produk yang paling banyak mengantarkan kompetensi
2. Perkiraan nilai efisiensi yang dihasilkan
3. Perkiraan nilai investasi yang dibutuhkan

Tahapan penentuan produk dilaksanakan dengan melibatkan Tim Teaching


Factory prodi dan juga dari Industri. Setelah produk ditentukan, selanjutnya perlu
disusun dokumen spesifikasi produk yang menjelaskan urutan proses dan detil
produk.

8. Job Sheet
a. Tahapan Penyusunan Jobsheet
Pembuatan produk pada model pembelajaran Teaching Factory
mempunyai fungsi sebagai media untuk mengantarkan kompetensi kepada
mahsiswa, dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Awal pembuatan produk pada proses pembelajaran memerlukan Jobsheet
sebagai lembar kerja bagi mahasiswa mengenai produk yang akan dibuat. Job
sheet disusun dengan mengacu pada jenis produk yang telah ditentukan
sebelumnya (pada tahapan penentuan produk). Produk tersebut merupakan
bagian dari proses pembelajaran dan memiliki linearitas serta mengantarkan
sebanyak mungkin kompetensi yang relevan.
Tahapan penyusunan Job sheet sebagai berikut: 1. Dosen mengidentifikasi
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Kompetensi Dasar (KD) yang
dibutuhkan untuk membuat produk tersebut; 2. Dosen menyusun urutan materi
sesuai indikator pencapaian kompetensi dengan kriteria:

17
• Jumlah job sheet ditentukan berdasarkan kedalaman materi kompetensi
yang diajarkan;
• Alokasi waktu penyelesaian job sheet mengacu pada jadwal blok.
Tahapan dan Pembagian Peran dalam penyusunan Job sheet mengacu pada
panduan teknis Teaching Factory GIZ adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Tahapan dan Pembagian Peran dalam Penyusunan Job sheet
No Tahap Keterangan
1 Koordinasi Ketua Program Studi berkoordinasi dengan Ketua Jurusan
terkait produk (barang/jasa) yang akan digunakan sebagai
metode pengantar kompetensi dalam proses pembelajaran
2 Penyusunan Job Dosen menyusun draft job sheet berdasarkan jenis produk yang
sheet telah ditetapkan dan menyerahkan draft tersebut kepada Ketua
Program Studi
3 Review Job Sheet Ketua Program Studi melakukan review atas draft job sheet
yang telah disusun. Apabila draft tersebut dianggap sudah layak
selanjutnya diserahkan kepada Jurusan

4 Finalisasi dan Jurusan mengumpulkan job sheet tersebut dalam dokumen


pengesahan Job kurikulum untuk divalidasi dan didokumentasikan
Sheet

Struktur Job Sheet terdiri dari:


1) Informasi Pengetahuan 5) Langkah Kerja
2) Tujuan 6) Materi Soal
3) Alat dan Bahan 7) Penilaian dan Hasil
4) Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 8) Validasi

b. Penilaian
Aspek penilaian pada job sheet harus mengandung tiga unsur, yaitu:
1) Aspek kualitas, yaitu penilaian secara teknis, cara pengerjaan dan hasilnya;
2) Aspek fungsi, yaitu pembobotan penilaian yang mengacu pada fungsi;
3) Waktu pengerjaan, yaitu berkaitan dengan lama waktu pengerjaan suatu
produk.
Tujuan dari penggunaan sistem penilaian adalah untuk mengukur
kompetensi mahasiswa, yang meliputi proses dan hasil belajar. Penilaian
dilakukan setelah mahasiswa menyelesaikan seluruh proses dalam Job sheet.

18
Prinsip penilaian pada pembelajaran model Teaching Factory memiliki empat
prinsip penilaian. Empat prinsip penilaian dalam konteks teaching factory
tersebut yaitu:
1) Obyektivitas
Penilaian dilakukan dengan menggunakan cara pengukuran yang valid
dan dapat diandalkan.
2) Transparansi
Penilaian dilakukan secara terbuka, sehingga peserta didik dapat
mengetahui kualitas hasil unjuk kerjanya.
3) Kualitas
Penilaian dilakukan dengan menekankan pada pengukuran hasil unjuk
kerja dengan mengacu pada ketentuan
standar (ukuran/kualitas/layanan), fungsi, waktu (kecepatan),
pengetahuan dan sikap.
4) Prosedur penilaian
penilaian dilakukan dengan menggunakan form penilaian standar yang
ditetapkan oleh sekolah.

c. Level Jobsheet
Kedalaman belajar pada model pembelajaran teaching factory mengacu
pada panduan Teaching Factory GIZ diwujudkan dalam tujuh level job sheet,
yang terdiri dari:
Tabel 5. Level Job sheet
No Level Job Sheet Fokus Keterangan
1 Level 1 Pengetahuan Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Pemahaman teknis dasar membekali dan memperkuat pemahaman
Dasar mahasiswa mengenai suatu program
kompetensi sebelum mahasiswa melakukan
praktik.
• Job sheet mencakup pembelajaran
pengetahuan dan keterampilan dasar dari
suatu kompetensi;
• Pengetahuan dan keterampilan dasar
tersebut diantaranya:
- pengenalan pada alat;
- pengetahuan dan keterampilan dasar untuk
pengerjaan material;
- pengukuran dan pengecekan;
- perhitungan-perhitungan;

19
- modifikasi;
- keterampilan dasar tata cara penggunaan
dan perawatan peralatan;
- pengetahuan dan keterampilan membuat
produk dengan metode tertentu, dll.
2 Lever 2 Perencanaan Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Penyusunan Kerja membekali dan memperkuat kemampuan
Langkah Kerja mahasiswa dalam menyusun perencanaan
kerja.
• Mahasiswa mampu menerapkan
pemahaman dan keterampilan dasar yang
diperolehnya;
• Mahasiswa mampu menyusun
perencanaan kerja untuk membuat produk
dengan langkah-langkah yang tepat
3 Level 3 Kompetensi Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Kompetensi Dasar Dasar dengan membekali dan memperkuat kemampuan
Penekanan Mahasiswa untuk menguasai standar
pada Kualitas kompetensi tertentu.
• Pada level ini mahasiswa menerapkan
pemahaman dan keterampilannya dalam
menghasilkan produk melalui praktik;
• Level ini mensyaratkan sense of quality,
yakni pengerjaan yang dilakukan oleh
mahasiswa berdasarkan pada standar
objektif atau standar kualitas yang telah
ditentukan. Sistem penilaian yang dilakukan
berdasarkan pada standar baku pada
program studi masing-masing (sesuai
dengan tingkat presisi yang ditentukan);
• Hasil produk pada level ini dititikberatkan
pada penguasaan standar kompetensi yang
telah ditetapkan
4 Level 4 Aplikasi Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Efisiensi kompetensi membekali dan memperkuat kemampuan
dengan mahasiswa dalam mengaplikasikan suatu
penekanan kompetensi dengan penekanan pada
pada efisiensi efisiensi, diwujudkan dalam bentuk:
• Kegiatan praktik pada level ini tidak hanya
berbasis pada sense of quality tetapi juga
berbasis pada sense of efficiency.
Mahasiswa melakukan kegiatan praktik
dengan menerapkan budaya kerja di
industri, yaitu dengan mempertimbangkan
aspek efisiensi dalam setiap prosesnya;
• Produk yang dihasilkan bukan hanya
“baik” tetapi juga harus “benar” dan rapi
sesuai dengan standar serta bernilai
ekonomi.
5 Level 5 Aplikasi Job sheet pada level ini bertujuan untuk
kompetensi penerapan suatu kompetensi dengan
dengan penekanan pada aspek kreatifitas.

20
penekanan • Job sheet pada level ini tidak hanya
pada kreatifitas mencakup sense of quality dan sense of
efficiency, tetapi juga mencakup sense of
creativity. Job sheet dirancang berdasarkan
project work (Tugas Akhir Mahasiswa)
berupa modifikasi pada produk barang/jasa
yang sudah ada di pasar;
• Proses pembelajaran diarahkan agar
mahasiswa mengenal seluruh proses
kegiatan produksi barang/jasa dari tahap
perencanaan (desain, merencanakan proses,
perhitungan biaya), tahap produksi, dan
presentasi hasil;
• Mahsiswa dituntut untuk mempunyai
kemampuan kerja sama yang baik dalam
sebuah kelompok sebagai bentuk penerapan
perilaku industri.
6 Level 6 Aplikasi Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Inovasi Produk kompetensi pengaplikasian suatu kompetensi, dengan
dengan penekanan pada aspek inovasi.
penekanan pada • Job sheet dirancang berdasarkan project
inovasi work (Tugas Akhir mahasiswa) yaitu berupa
produk barang/jasa yang dibutuhkan oleh
industri/pasar;
• Mahasiswa mempraktikkan
kewirausahaan melalui pelibatan dalam
aspek target delivery, cost, quality dan
efisiensi yang terkait dengan customer
expectation dan satisfaction.
7 Level 7 Aplikasi Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Daya Saing kompetensi pengaplikasian suatu kompetensi, dengan
dengan penekanan pada aspek daya saing.
penekanan pada • Job sheet pada level ini pada orientasi
pengembangan institusi pada peningkatan kegiatan
daya saing produksi bukan hanya mass production dan
repeat order, melainkan orientasi pada
kebutuhan pasar

9. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan Evaluasi (M&E) merupakan dua kegiatan yang perlu
dilakukan dalam rangka pengendalian penerapan teaching factory. Meskipun
merupakan satu kesatuan kegiatan, monitoring dan evaluasi memiliki focus yang
berbeda. Monitoring dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
penerapan teaching factory sesuai dengan rencana dan prosedur yang telah
disepakati dengan fokus pada apa yang sedang dilaksanakan. Kegiatan
monitoring dilakukan dengan cara menggali informasi (misalnya melalui

21
wawancara dan pengamatan) secara regular berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan. Secara prinsip, monitoring dilakukan pada saat penerapan teaching
factory sedang berlangsung guna memastikan kesesuaian proses dan capaian
kegiatan apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Bila ditemukan hambatan,
penyimpangan atau keterlambatan maka segera dibenahi sehingga kegiatan
dapat berjalan sesuai rencana dan targetnya. Jadi, hasil monitoring menjadi input
bagi kepentingan proses selanjutnya.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan teaching factory
mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak. Evaluasi lebih menekankan pada
aspek hasil yang dicapai (output). Evaluasi dilakukan jika program itu telah
berjalan setidaknya dalam suatu periode (tahapan), sesuai dengan tahapan
rancangan dan jenis program yang disusun dalam perencanaan. Monitoring dan
evaluasi teaching factory dilakukan dengan mengukur 7 (tujuh) parameter
penerapan teaching factory, terdiri dari: 1) Manajemen; 2) SDM; 3) Komponen
Teaching Factory; 4) Sarana; 5) Prasarana; 6) Proses Pembelajaran; 7) Hubungan
Industri.

22
PUSTAKA
Dadang Hidayat .2015. Model pembelajaran teaching Factory 6 Langkah. Website:
http://www.tf6m.com
Direktorat Pembinaan SMK. (2008). Roadmap Pengembangan SMK 2010-2014.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2017. Tata Kelola
Pelaksanaan Teaching Factory. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan:
Jakarta.
Kemendikbud. (2016). Revitalisasi Pendidikan Vokasi. Jakarta.
Kemendikbud. (2015). Grand Desain Pengembangan Teaching Factory dan
Technopark di SMK. Jakarta.
PSMK-GIZ. 2012. Petunjuk teknis teaching Industri sebagai konsep pendidikan
dan pelatihan berbasis industri

23

Anda mungkin juga menyukai