PEMBELAJARAN
Teaching Factory
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Tinggi Vokasi
melalui Kemitraan Strategis dengan Industri dan Dunia Kerja
2020
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
2. Landasan Hukum ............................................................................................. 3
3. Tujuan .............................................................................................................. 4
4. Model Pembelajaran Teaching Factory ........................................................... 5
a. Pengertian Teaching Factory........................................................................ 5
b. Prinsip Teaching Factory ............................................................................. 5
c. Nilai Dasar Teaching Factory ...................................................................... 6
d. Tujuan Penerapan Teaching Factory ........................................................... 6
e. Model Teaching Factory Teknik Mesin UNY ............................................. 7
5. Penerapan Teaching Factory.......................................................................... 11
a. Persiapan Teaching Factory ....................................................................... 11
b. Tahap Implementasi ................................................................................... 12
c. Tahap Evaluasi ........................................................................................... 12
6. Komponen Teaching Factory......................................................................... 15
7. Produk ............................................................................................................ 16
a. Fungsi Produk dalam Teaching Factory .................................................... 16
b. Tahapan Penentuan Produk ........................................................................ 16
8. Job Sheet ........................................................................................................ 17
a. Tahapan Penyusunan Jobsheet ................................................................... 17
b. Penilaian ..................................................................................................... 18
c. Level Jobsheet ............................................................................................ 19
9. Monitoring dan Evaluasi ................................................................................ 21
PUSTAKA ............................................................................................................ 23
ii
1. Latar Belakang
1
dengan kompetensi yang ada di lapangan/industry. Untuk dapat menyesuaikan
kompetensi yang sesuai dengan kompetensi dilapangan diperlukan program untuk
bisa me link and match kan antara kompetensi yang ada di pendidikan vokasi
dengan industry. Penguatan pembelajaran berbasis Industri dengan model Teaching
Factory merupakan jalan yang ditempuh untuk menyelaraskan kompetensi yang
ada pada prodi dan juga di industry. Penguatan pembelajaran berbasis Industri
dengan model Teaching Factory juga digunakan untuk mengembangkan prodi
menjadi prodi unggulan dan rujukan tingkat nasional dan internasional khususnya
dalam bidang pengelasan. Untuk memastikan bahwa tekad yang tercermin dalam
visi, misi, tujuan, dan sasaran tersebut penguatan pembelajaran berbasis industri
dengan keunggulan spesifik bidang pengelasan menjadi kunci dalam link and match
antara prodi dengan Industri dan Dunia Kerja (IDUKA).
2
kemutakhiran peralatan dan perlengkapan praktikum juga dapat mempengaruhi
kemampuan mahasiswa untuk diterima dalam IDUKA. Keunggulan spesifik prodi
dalam bidang pengelasan perlu dilakukan penambahan peralatan pengelasan dan
pengujian.
2. Landasan Hukum
Pelaksanaan penguatan pembelajaran berbasis industry dengan model
Teaching Factory ini memiliki beberapa dasar hukum dalam pelaksanaannya.
Dasar hukum pelaksanaan pembelajaran dengan model Teaching Factory adalah
sebagai berikut:
a. Undang – undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
b. Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
d. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2015 tentang
Pembangunan Sumber Daya Industri.
i. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3
j. Peraturan Presiden Nomor 41 Tahun 2015 tentang Kementerian Badan
Usaha Milik Negara.
3. Tujuan
Pelaksanaan penguatan pembelajaran berbasis industry dengan model
Teaching Factory ini memiliki tujuan dalam pelaksanaannya. Penerapan
pembelajaran berbasis industry dengan Model Teaching Factory memiliki tujuan
diantaranya:
a. Mendesain kerjasama pelaksanaan teaching factory bersama industry yang
saling menguntungkan.
b. Menyinkronkan kurikulum PS D-III TM dengan kebutuhan industry mitra
c. Menyediakan peralatan dan perlengkapan praktikum yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran teaching factory.
d. Mendefinisikan Keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
e. Memperluas cakupan kesempatan rekrutmen bagi lulusan PS D-III TM.
f. Menyertifikasi kompetensi mahasiswa yang relevan dengan profil lulusan.
g. Menjalin kerjasama dengan dunia kerja secara actual.
h. Memberi kesempatan kepada dosen untuk memperluas wawasan
instruksional.
i. Menyadarkan kepada mahasiswa bahwa dalam penguasaan keterampilan
tidak hanya mempraktikan soft skill dalam pembelajaran, tetapi juga
merealisasikan pengetahuan secara langsung dan latihan bekerja untuk
memasuki dunia kerja secara nyata.
j. Sarana pelatihan dan praktik berbasis produksi secara langsung bagi
mahasiswa PS D-III TM yang berorientasi pada pasar.
k. Secara umum tujuan teaching factory adalah: a) pengintegrasian
pengalaman dunia kerja ke dalam kurikulum prodi; b) proses pembelajaran
berbasis industri produk/jasa melalui prodi dengan industri yang berjalan
secara sinergi; c) pola kebiasaan pembelajaran yang terkesan “dunia prodi”
diubah menjadi “dunia industri” dalam bentuk learning by doing dan hands
on experience; workshop/unit usaha lain; dan d) keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran tidak hanya terletak pada kegunaan dan kualitas produk,
4
tetapi juga terletak pada kualitas SDM (dosen dan mahasiswa), lingkup
hubungan kerja sama dengan industry.
5
3) Keterpaduan
Memadukan muatan/materi kuliah pada mata kuliah normative, adaptif
dan produktif
4) Kolaborasi dengan dunia usaha/dunia industry
Meningkatkan kerja sama antara institusi pendidikan vokasi dengan
dunia usaha/dunia industri
6
3) Meningkatkan kolaborasi dengan dunia usaha/dunia industri melalui
penyelarasan kurikulum, penyediaan instruktur, alih
pengetahuan/teknologi, pengenalan standar dan budaya industri, dll;
4) Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan melalui
interaksi dengan dunia usaha/dunia industri;
5) Mendorong munculnya perubahan paradigma pembelajaran dan budaya
kerja di institusi pendidikan dan pelatihan kompetensi.
7
kompetensi yaitu kompetensi pemesinan dan kompetensi fabrikasi dan
pengelasan. Produk yang telah selesai dibuat kemudian dilakukan quality control
oleh industry untuk memastikan bahwa produk sesuai dengan pesanan. Hasil
Quality Control jika produk belum sesuai dengan yang diharapkan maka
diperlukan proses ulang atau reject, jika memang telah sesuai maka produk
dianggap layak accept. Lebih jelasnya mengenai grand design model teaching
factory pada jurusan Teknik Mesin UNY ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
8
Gambar 2. Model Teaching Factory Desain Perancangan
Pada gambar 2 ditunjukkan mengenai model Teaching Factory Desain
Perancangan. Pada model ini diawali dengan dua input yaitu komponen/produk
dari industry, dan tentunya mahasiswa Jurusan Teknik Mesin yang belum
memiliki kompetensi. Dari kedua input tersebut selanjutnya terdapat pra proses
yang didalamnya berisi tentang formulir pendaftaran untuk menunjukkan jumlah
mahasiswa yang mengikuti model pembelajaran Teaching Factory. Didalam pra
proses juga terdapat daftar desain produk yang telah di diskusikan dengan pihak
jurusan mengenai produk yang dapat diproduksi di Jurusan. Tahap selanjutnya
pada model ini yaitu proses pembelajaran yang didalamnya dilakukan langkah
awal yaitu pembagian jumlah jeins produk sesuai dengan jumlah mahasiswa.
Setelah dilakukan pembagian dilakukan briefing dan pendampingan oleh dosen
dan industry mengenai produk yang akan didesain oleh mahasiswa. Hasil dari
briefing selanjutnya dilakukan perancangan gambar oleh mahasiswa yang
selanjutnya di analisis menggunakan software Ansys. Hasil analisis kemudian di
diskusikan secara internal oleh pihak jurusan untuk selanjutnya didiskusikan
secara bersama dengan pihak industry. Desain rancangan yang telah divalidasi
selanjutnya menjadi output Desain Engineer Detail produk, jika belum
mendapatkan validasi maka perlu dilakukan analisis ulang produk hingga
mendapatkan validasi.
Model selanjutnya merupakan rancangan model yang dibuat untuk
memenuhi kompetensi pemesinan dan fabrikasi&pengelasan logam. Model
Teaching Factory mengenai kompetensi pemesinan dan Fabrikasi&Pengelasan
logam lebih jelasnya ditunjukkan pada gambar 3.
9
Gambar 3. Model Teaching Factory Pemesinan & Pengelasan
Pada model yang ditunjukkan pada gambar 3, terdapat empat tahap yaitu
input, pra proses, proses dan output mengenai model pembelajaran yang harus
dilakukan. Input yang ada pada model pembelajaran Teaching Factory ini
tentunya adalah mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UNY yang belum memiliki
kompetensi. Selanjutnya pada tahap pra proses dilakukan koordinasi antara
pihak industry dan pihak jurusan mengenai produk apa yang sekiranya dapat
dilakukan di bengkel jurusan. Hasil dari kordinasi menghasilkan produk yang
siap untuk diproduksi dan tentunya dijadikan pembelajaran oleh mahasiswa.
Daftar produk dari hasil kordinasi ini selanjutnya dibuatkan jobsheet atau lembar
kerja untuk memudahkan mahasiswa pada proses produksi yang akan dilakukan.
Lembar kerja yang telah siap selanjutnya diberikan ke mahasiswa untuk
dilakukan proses produksi.
Setelah dilakukan proses produksi oleh mahasiswa, produk yang telah jadi
selanjutnya dilakukan QC (Quality Control) oleh pihak internal, yaitu dosen dan
tim Teaching Factory dari pihak jurusan sebelum produk diserahkan ke pihak
industry. QC dilakukan dua tahap yaitu oleh internal dari pihak jurusan dan oleh
pihak industri untuk memastikan bahwa produk telah siap untuk di pasarkan.
Hasil QC yang telah di Appove selanjutnya menjadi output berupa produk yang
siap dipasarkan atau digunakan oleh pemesan.
10
5. Penerapan Teaching Factory
Tahapan pelaksanaan Teaching Factory sebagai model pembelajaran
dilakukan dengan melibatkan seluruh sumber daya yang ada di institusi. Melalui
tahapan ini diharapkan penerapan model pembelajaran teaching factory dapat
lebih terarah dan memperoleh dukkungan dari seluruh pemangku kepentingan.
11
3) Sosialisasi Dokumen Pembelajaran
Sosialisasi dilakukan dengan tujuan untuk menggalang komitmen dan
keterlibatan dari seluruh stakeholder serta dukungan manajemen dan
kepemimpinan yang kuat agar penerapannya dapat berjalan dengan baik.
b. Tahap Implementasi
1) Penerapan Model Teaching Factory
Penerapan model Teaching Factory dilaksanakan dengan mengacu
pada dokumen perangkat pembelajaran yang telah disusun dan
disahkan oleh pihak industry.
2) Pendampingan dan penguatan
Pendampingan dan penguatan dilakukan untuk meminimalisir
resistensi terhadap suatu hal yang di anggap baru. Koordinasi antar
dosen mata kuliah harus dilakukan sejak awal program Persiapan
3) Monitoring dan pengendalian kegiatan
Pada tahap implementasi diperlukan upaya penguatan yang harus
dilakukan dalam pembelajaran Teaching Factory, untuk itu diperlukan
monitoring dan pengendalian dari kedua pihak.
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah penerapan
model pembelajaran Teaching Factory dapat atau telah memberikan
dampak perubahan sesuai dengan yang diharapkan, serta untuk
memberikan rekomendasi upata penguatan dan perbaikan yang perlu
dilakukan dalam penerapan Teaching Factory pada tahun ajaran
berikutnya.
12
1 Penerapan Model Teaching Factory Tim Teaching Factory Laporan Proses
dan dosen matakuliah Pembelajaran
No Kegiatan Pelaku Keluaran
B Tahap Pelaksanaan
2 Pendampingan dan penguatan Tim Teaching Factory Laporan Proses
dari prodi dan industri Pembelajaran
3 Monitoring dan pengendalian Tim Teaching Factory Laporan Proses
kegiatan dari prodi dan industri Pembelajaran
C Tahap Evaluasi
1 Evaluasi Tim Teaching Factory Instrumen dan
dari prodi dan catatan proses
industry, dosen mata Evaluasi
kuliah.
2 Pelaporan dan Rekomendasi Tim Teaching Factory Laporan Evaluasi
13
Gambar 5. Proses Pembelajaran Teaching Factory
Sumber. Panduan Teknis Teaching Factory GIZ
14
6. Komponen Teaching Factory
Model pembelajaran Teaching Factory memiliki komponen utama pada
pelaksanaannya. Komponen utama pembelajaran Teaching Factory terdiri dari:
a. Produk
b. Job Sheet
c. Jadwal Blok
Komponen yang disebutkan diatas saling terikat satu sama lain mulai dari
tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaan model pembelajaran
teaching factory. Penerapan model pembelajaran Teaching Factort perlu
memperhatikan urutan/tahapan yang harus dilaksanakan agar penerapan model ini
berlangsug sesuai dengan yang direncanakan. Tahapan penyusunan dan
keterkaitan pada setiap komponen teaching factory digambarkan dalam gambar
berikut ini:
15
Jadwal blok yang dimaksudkan pada komponen pembelajaran Teaching Factory
adalah upaya untuk mengatur kontinuitas proses pembelajaran dalam pencapaian
kompetensi, menyelaraskan budaya belajar dengan budaya industry,
menyelaraskan proses pembelajaran dengan proses produksi, mengoptimalisasi
penggunaan alat praktik untuk proses pembelajaran.
7. Produk
a. Fungsi Produk dalam Teaching Factory
Pembuatan produk pada model pembelajaran Teaching Factory
mempunyai fungsi sebagai media untuk mengantarkan kompetensi kepada
mahsiswa, dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Produk yang dihasilkan pada proses pembelajaran Teaching Factory
diharuskan memiliki kualitas yang sesuai dengan standar (misalnya, SNI,
ISO, standar industry, standar profesi, dll.)
16
Tabel 3. Tahap Penentuan Produk
No Tahapan Langkah yang dilakukan
1 Langkah 1 Identifikasi produk (barang/jasa) yang dapat mengantarkan
Identifikasi kompetensi
2 Langkah 2 Analisis waktu pengerjaan produk à apakah waktu pengerjaan
Analisis Kesesuaian produk selaras dengan jadwal pembelajaran?
2. Apakah produk dibutuhkan internal/ eksternal?
3. Apakah produk tersebut dibutuhkan secara terus menerus?
4. Apakah proses pengerjaan produk membutuhkan tambahan
investasi?
3 Langkah 3 Penentuan produk dilakukan dengan mempertimbangkan:
Penentuan Produk 1. Produk yang paling banyak mengantarkan kompetensi
2. Perkiraan nilai efisiensi yang dihasilkan
3. Perkiraan nilai investasi yang dibutuhkan
8. Job Sheet
a. Tahapan Penyusunan Jobsheet
Pembuatan produk pada model pembelajaran Teaching Factory
mempunyai fungsi sebagai media untuk mengantarkan kompetensi kepada
mahsiswa, dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Awal pembuatan produk pada proses pembelajaran memerlukan Jobsheet
sebagai lembar kerja bagi mahasiswa mengenai produk yang akan dibuat. Job
sheet disusun dengan mengacu pada jenis produk yang telah ditentukan
sebelumnya (pada tahapan penentuan produk). Produk tersebut merupakan
bagian dari proses pembelajaran dan memiliki linearitas serta mengantarkan
sebanyak mungkin kompetensi yang relevan.
Tahapan penyusunan Job sheet sebagai berikut: 1. Dosen mengidentifikasi
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Kompetensi Dasar (KD) yang
dibutuhkan untuk membuat produk tersebut; 2. Dosen menyusun urutan materi
sesuai indikator pencapaian kompetensi dengan kriteria:
17
• Jumlah job sheet ditentukan berdasarkan kedalaman materi kompetensi
yang diajarkan;
• Alokasi waktu penyelesaian job sheet mengacu pada jadwal blok.
Tahapan dan Pembagian Peran dalam penyusunan Job sheet mengacu pada
panduan teknis Teaching Factory GIZ adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Tahapan dan Pembagian Peran dalam Penyusunan Job sheet
No Tahap Keterangan
1 Koordinasi Ketua Program Studi berkoordinasi dengan Ketua Jurusan
terkait produk (barang/jasa) yang akan digunakan sebagai
metode pengantar kompetensi dalam proses pembelajaran
2 Penyusunan Job Dosen menyusun draft job sheet berdasarkan jenis produk yang
sheet telah ditetapkan dan menyerahkan draft tersebut kepada Ketua
Program Studi
3 Review Job Sheet Ketua Program Studi melakukan review atas draft job sheet
yang telah disusun. Apabila draft tersebut dianggap sudah layak
selanjutnya diserahkan kepada Jurusan
b. Penilaian
Aspek penilaian pada job sheet harus mengandung tiga unsur, yaitu:
1) Aspek kualitas, yaitu penilaian secara teknis, cara pengerjaan dan hasilnya;
2) Aspek fungsi, yaitu pembobotan penilaian yang mengacu pada fungsi;
3) Waktu pengerjaan, yaitu berkaitan dengan lama waktu pengerjaan suatu
produk.
Tujuan dari penggunaan sistem penilaian adalah untuk mengukur
kompetensi mahasiswa, yang meliputi proses dan hasil belajar. Penilaian
dilakukan setelah mahasiswa menyelesaikan seluruh proses dalam Job sheet.
18
Prinsip penilaian pada pembelajaran model Teaching Factory memiliki empat
prinsip penilaian. Empat prinsip penilaian dalam konteks teaching factory
tersebut yaitu:
1) Obyektivitas
Penilaian dilakukan dengan menggunakan cara pengukuran yang valid
dan dapat diandalkan.
2) Transparansi
Penilaian dilakukan secara terbuka, sehingga peserta didik dapat
mengetahui kualitas hasil unjuk kerjanya.
3) Kualitas
Penilaian dilakukan dengan menekankan pada pengukuran hasil unjuk
kerja dengan mengacu pada ketentuan
standar (ukuran/kualitas/layanan), fungsi, waktu (kecepatan),
pengetahuan dan sikap.
4) Prosedur penilaian
penilaian dilakukan dengan menggunakan form penilaian standar yang
ditetapkan oleh sekolah.
c. Level Jobsheet
Kedalaman belajar pada model pembelajaran teaching factory mengacu
pada panduan Teaching Factory GIZ diwujudkan dalam tujuh level job sheet,
yang terdiri dari:
Tabel 5. Level Job sheet
No Level Job Sheet Fokus Keterangan
1 Level 1 Pengetahuan Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Pemahaman teknis dasar membekali dan memperkuat pemahaman
Dasar mahasiswa mengenai suatu program
kompetensi sebelum mahasiswa melakukan
praktik.
• Job sheet mencakup pembelajaran
pengetahuan dan keterampilan dasar dari
suatu kompetensi;
• Pengetahuan dan keterampilan dasar
tersebut diantaranya:
- pengenalan pada alat;
- pengetahuan dan keterampilan dasar untuk
pengerjaan material;
- pengukuran dan pengecekan;
- perhitungan-perhitungan;
19
- modifikasi;
- keterampilan dasar tata cara penggunaan
dan perawatan peralatan;
- pengetahuan dan keterampilan membuat
produk dengan metode tertentu, dll.
2 Lever 2 Perencanaan Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Penyusunan Kerja membekali dan memperkuat kemampuan
Langkah Kerja mahasiswa dalam menyusun perencanaan
kerja.
• Mahasiswa mampu menerapkan
pemahaman dan keterampilan dasar yang
diperolehnya;
• Mahasiswa mampu menyusun
perencanaan kerja untuk membuat produk
dengan langkah-langkah yang tepat
3 Level 3 Kompetensi Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Kompetensi Dasar Dasar dengan membekali dan memperkuat kemampuan
Penekanan Mahasiswa untuk menguasai standar
pada Kualitas kompetensi tertentu.
• Pada level ini mahasiswa menerapkan
pemahaman dan keterampilannya dalam
menghasilkan produk melalui praktik;
• Level ini mensyaratkan sense of quality,
yakni pengerjaan yang dilakukan oleh
mahasiswa berdasarkan pada standar
objektif atau standar kualitas yang telah
ditentukan. Sistem penilaian yang dilakukan
berdasarkan pada standar baku pada
program studi masing-masing (sesuai
dengan tingkat presisi yang ditentukan);
• Hasil produk pada level ini dititikberatkan
pada penguasaan standar kompetensi yang
telah ditetapkan
4 Level 4 Aplikasi Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Efisiensi kompetensi membekali dan memperkuat kemampuan
dengan mahasiswa dalam mengaplikasikan suatu
penekanan kompetensi dengan penekanan pada
pada efisiensi efisiensi, diwujudkan dalam bentuk:
• Kegiatan praktik pada level ini tidak hanya
berbasis pada sense of quality tetapi juga
berbasis pada sense of efficiency.
Mahasiswa melakukan kegiatan praktik
dengan menerapkan budaya kerja di
industri, yaitu dengan mempertimbangkan
aspek efisiensi dalam setiap prosesnya;
• Produk yang dihasilkan bukan hanya
“baik” tetapi juga harus “benar” dan rapi
sesuai dengan standar serta bernilai
ekonomi.
5 Level 5 Aplikasi Job sheet pada level ini bertujuan untuk
kompetensi penerapan suatu kompetensi dengan
dengan penekanan pada aspek kreatifitas.
20
penekanan • Job sheet pada level ini tidak hanya
pada kreatifitas mencakup sense of quality dan sense of
efficiency, tetapi juga mencakup sense of
creativity. Job sheet dirancang berdasarkan
project work (Tugas Akhir Mahasiswa)
berupa modifikasi pada produk barang/jasa
yang sudah ada di pasar;
• Proses pembelajaran diarahkan agar
mahasiswa mengenal seluruh proses
kegiatan produksi barang/jasa dari tahap
perencanaan (desain, merencanakan proses,
perhitungan biaya), tahap produksi, dan
presentasi hasil;
• Mahsiswa dituntut untuk mempunyai
kemampuan kerja sama yang baik dalam
sebuah kelompok sebagai bentuk penerapan
perilaku industri.
6 Level 6 Aplikasi Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Inovasi Produk kompetensi pengaplikasian suatu kompetensi, dengan
dengan penekanan pada aspek inovasi.
penekanan pada • Job sheet dirancang berdasarkan project
inovasi work (Tugas Akhir mahasiswa) yaitu berupa
produk barang/jasa yang dibutuhkan oleh
industri/pasar;
• Mahasiswa mempraktikkan
kewirausahaan melalui pelibatan dalam
aspek target delivery, cost, quality dan
efisiensi yang terkait dengan customer
expectation dan satisfaction.
7 Level 7 Aplikasi Job sheet pada level ini bertujuan untuk
Daya Saing kompetensi pengaplikasian suatu kompetensi, dengan
dengan penekanan pada aspek daya saing.
penekanan pada • Job sheet pada level ini pada orientasi
pengembangan institusi pada peningkatan kegiatan
daya saing produksi bukan hanya mass production dan
repeat order, melainkan orientasi pada
kebutuhan pasar
21
wawancara dan pengamatan) secara regular berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan. Secara prinsip, monitoring dilakukan pada saat penerapan teaching
factory sedang berlangsung guna memastikan kesesuaian proses dan capaian
kegiatan apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Bila ditemukan hambatan,
penyimpangan atau keterlambatan maka segera dibenahi sehingga kegiatan
dapat berjalan sesuai rencana dan targetnya. Jadi, hasil monitoring menjadi input
bagi kepentingan proses selanjutnya.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan teaching factory
mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak. Evaluasi lebih menekankan pada
aspek hasil yang dicapai (output). Evaluasi dilakukan jika program itu telah
berjalan setidaknya dalam suatu periode (tahapan), sesuai dengan tahapan
rancangan dan jenis program yang disusun dalam perencanaan. Monitoring dan
evaluasi teaching factory dilakukan dengan mengukur 7 (tujuh) parameter
penerapan teaching factory, terdiri dari: 1) Manajemen; 2) SDM; 3) Komponen
Teaching Factory; 4) Sarana; 5) Prasarana; 6) Proses Pembelajaran; 7) Hubungan
Industri.
22
PUSTAKA
Dadang Hidayat .2015. Model pembelajaran teaching Factory 6 Langkah. Website:
http://www.tf6m.com
Direktorat Pembinaan SMK. (2008). Roadmap Pengembangan SMK 2010-2014.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2017. Tata Kelola
Pelaksanaan Teaching Factory. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan:
Jakarta.
Kemendikbud. (2016). Revitalisasi Pendidikan Vokasi. Jakarta.
Kemendikbud. (2015). Grand Desain Pengembangan Teaching Factory dan
Technopark di SMK. Jakarta.
PSMK-GIZ. 2012. Petunjuk teknis teaching Industri sebagai konsep pendidikan
dan pelatihan berbasis industri
23