Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK DASAR LABORATORIUM

ACARA 1
SITOLOGI

Semester:
Genap 2022

Oleh:
Tri Nodya Wulandari
NIM. A1D021177

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ i

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Tujuan ............................................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3

III. METODOLOGI ............................................................................................... 6

A. Alat dan Bahan ................................................................................................. 6

B. Prosedur Kerja.................................................................................................. 6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 8

A. Hasil .................................................................................................................. 8

B. Pembahasan ...................................................................................................... 8

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 13

A. Kesimpulan..................................................................................................... 13

B. Saran ............................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14

LAMPIRAN .............................................................................................................. 15

i
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Gade (2014), sel sebagai unit terkecil kehidupan yang menyusun
berbagai jaringan dan organ dari mahluk hidup, baik pada hewan maupun
tumbuhan. Berbgai organ tumbuhan, baik akar, batang, daun maupun organ
reproduksi, tersusun atas berbagai jaringan seperti meristem, parenkim, sklerenkim,
kolenkim, epidermis, dan jaringan pengangkut. Pada umumnya, sel memiliki
diameter 1-100 mikrometer dan hanya bisa diamati menggunakan mikroskop (Anu
et al., 2017).

Sitologi merupakan ilmu yang mempelajari sel-sel secara individual atau sel
yang berasal dari fragmen jaringan dan diamati secara mikroskopis (Khristian dan
Inderiati, 2017). Sitologi didalamnya membahas tentang sel, mulai dari sifat
fisiologisnya, daur hidup sel, interaksi sel, pembelahan yang dialami sel sampai
kematian pada sel. Teori tentang sel menyebutkan bahwa seluruh organisme terdiri
dari sel. Sel yang terdapat pada saat ini berasal dari sel sebelumnya. Sel memiliki
sifat yang istimewa, dimana sel dapat menduplikasi dirinya dengan membelah diri.
Sel tunggal merupakan bentuk kehidupan yang paling sederhana (Issoegianti et al.,
2012).

Dalam perkembangannya, makhluk hidup ada yang terdiri dari satu sel
(uniseluler) maupun banyak sel (multiseluler). Umumnya, untuk meneruskam
generasinya, sel berkembang biak dengan cara membelah diri, di dalam sel terdapat
materi genetik yang berperan dalam unit hereditas. Protoplasma menjadi unit
penting dasar fisik kehidupan yang di dalamnya terjadi banyak reaksi kimia sel,
maka terdapat berbagai unsur kimiawi penyusun sel meliputi unsur makro (karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen), unsur mikro (ferum, chlor, kalium, natrium), senyawa
organik (karbohidrat, protein, dan lemak), dan senyawa anorganik (air, garam
mineral, dan gas) (Omegawati, et al., 2018).

1
Tumbuhan yang terdapat pada alam, antar satu jenis dengan jenis lainnya
memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut umumnya akan terlihat melalui morfologi,
anatomi, dan sitologi tumbuhan. Morfologi suatu jenis tumbuhan adalah salah satu
ciri tumbuhan yang mudah untuk dilihat, sedangkan anatomi merupakan struktur
dari bagian-bagian tumbuhan, dan sitologi adalah ilmu genetik yang mempelajari
tentang sel (Sari, 2012).

Keanekaragaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman lainnya dapat


menyebabkan masih banyaknya kajian-kajian yang perlu dilakukan untuk
menemukan informasi mengenai morfologi, anatomi, dan sitologi tanaman tersebut.
Secara umum, variasi morfologi, anatomi, dan sitologi ini menarik untuk dipelajari,
karena dengan mempelajari hal tersebut akan terdapat karakter spesifik yang dapat
dipakai sebagai pembeda antara spesies tanaman satu dengan yang lainnya. Selain
itu, tanaman di negara Indonesia mempunyai berbagai macam jenis dan setiap
daerah memiliki tanaman sendiri yang khas (Damayanti et al., 2015).

B. Tujuan

Tujuan dari Praktikum Sitologi ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui berbagai macam bentuk sel.


2. Mengetahui bagian-bagian yang hidup di dalam sel.
3. Mengetahui benda-benda ergastik yang ada di dalam sel.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke pada tahun 1665, dalam
penelitiannya muncul istilah latin “Cellulae” yang berarti ruangan kecil atau rongga
kosong yang berbentuk lubang-lubang kecil seperti sarang lebah, dengan objek
jaringan gabus pada ubi kayu yang merupakan jaringan mati. Sel berasal dari sel
yang ada sebelumnya. Matthias Schleiden menyatakan bahwa semua tumbuhan
tersusun dari sel, sesuai dengan pernyataan bahwa sel adalah bagian dari organisme
dan semua makhluk hidup tersusun atau terdiri atas sel-sel yang disebut sebagai
teori sel oleh Theodore Schwan pada tahun 1939. Dinyatakan juga bahwa di dalam
sel hidup terdapat cairan sitoplasma yang mendasari segala aktivitas makhluk hidup
(Hartono & Azimata, 2019).

Semua makhluk hidup maupun organisme tersusun atas satu sel atau beberapa
sel. Tumbuhan merupakan salah satu jenis dari organisme multiseluler yang bersifat
autotrof yang dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga memiliki peran
sebagai produsen dalam rantai makanan di suatu ekosistem. Ilmu biologi yang
mempelajari tentang sel adalah sitologi. Sitologi didefinisikan sebagai salah satu
cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang seluk beluk dari suatu sel, mencakup
sifat-sifat fisiologis suatu sel seperti struktur, interaksi antar sel, daur hidup sel,
pembelahan sel, serta kematian suatu sel. Selain itu, sitologi juga dapat
didefinisikan sebagai salah satu bidang yang berkaitan dengan ilmu yang
mendalami tentang morfologi sel-sel secara individual atau sel-sel yang berasal dari
fragmen jaringan yang sudah diamati secara mikroskopis (Dhaniaputri, 2016).

Sel didefinisikan sebagai unit struktural terkecil dan fungsional dari suatu
makhluk hidup yang dapat melakukan proses metabolisme, reproduksi, dan
kegiatan kehidupan lainnya yang dapat menunjang keberlangsungan hidup sel itu
sendiri. Menurut Agustina et al. (2021) organel sel memiliki peranan penting yang
dapat menyebabkan makhluk hidup dapat bertahan hidup dan mati yang dinamakan
sebagai aktivitas enzimatik pada sitoplasma. Menurut tingkatan struktural

3
kehidupan, sel mempunyai tempat yang istimewa sebagai tingkat organisasi
terendah yang dapat melakukan semua aktifitas yang dibutuhkan suatu sel agar
tetap bertahan hidup (Rahmadina, 2020).

Teori sel pertama kali digagas oleh T Schwan dan M Schleiden pada tahun
1839 yang kemudian berevolusi menjadi sebuah dasar biologi modern yang
kemudian menghasilkan sebuah teori sel yang menyatakan bahwa :

1. Setiap organisme hidup terdiri atas satu atau lebih sel.


2. Sel merupakan kesatuan struktural, fungsional, dan herediter terkecil sebagai
bagian organisme multisel.
3. Semua sel hidup berasal dari sel dan berkembangbiak melalui pembelahan sel
yang berasal dari pembelahan sel lain yang sebelumnya hidup.
4. Sel merupakan unit aktifitas biologi yang dibatasi oleh membran
semipermeabel, yang dapat melakukan reproduksi sendiri pada medium
diluar makhluk hidup.
5. Sel mengandung materi yang diwariskan kepada keturunannya selama
pembelahan. Sel akan bergabung menjadi organisme multisel untuk memiliki
fungsi dan kehidupannya sendiri (Rahmadina & Febriani, 2017).

Sel tumbuhan memiliki bentuk sel yang lebih besar dari pada sel hewan.
Berdinding sel yang terbuat dari selulosa dan terdapat plastid serta vakuola yang
besar. Sel Tumbuhan memiliki fungsi yang utama yaitu sebagai sel fotosintetik dan
juga sel absorbtif. Pada sel fotosintetik, banyak kloropas yang akan berfungsi
sebagai sumber karbon hasil fotosintesis, untuk sel absorbtif dapat berfungsi untuk
mengambil mineral hara lingkungan (Ramdhini R. N. et al, 2021).

Menurut Sobir dan Syukur (2015), Sitoplasma merupakan plasma sel atau
plasma yang memiliki cairan kental yang lebih kurang transparan dalam cahaya
tampak. Sitoplasma di bawah mikroskop biasa (mikroskop cahaya) terlihat sebahai
bahan yang dapat ditembus oleh cahaya, lebih kental dibandingkan air, dengan
butir-butir dan bagian-bagian yang memiliki ukuran berbagai jenis.

4
Plastida pada tumbuhan terdiri atas kromoplas, kloroplas, serta leukoplas.
Kromoplas ialah plastida yang menghasilkan warna tidak hanya hijau. Sebaliknya
kromoplas yang memiliki banyak klorofil disebut kloroplas. Kloroplas berperan
sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Ada pula plastida yang tidak
berpigmen ataupun tidak berwarna disebut leukoplas serta umumnya ada pada sel
yang tidak terserang cahaya.

Inti sel atau nukleus adalah sebuah organel yang ditemukan di sel eukariotik.
Inti sel mengandung banyak materi genetik seperti kromosom, DNA, dan berbagai
macam protein. Nukleus merupakan bagian terpenting dari sel karena berperan
sebagai motor kehidupan dan pengendali kegiatan sel/pengkoordinasi kerja sel.
Ukuran Nukleus berdiameter 10 чm, nukleus terletak di tengah sel berbentuk bulat
atau oval. Plastida yakni salah satu organel yang ada pada sel tumbuhan yang sangat
berperan penting dalam proses fotosintesis.

Amilum merupakan zat ergastik karena merupakan produk dari hasil proses
fotosintesis yang tersimpan dalam organ penyimpan cadangan makanan pada
tumbuhan yang berupa umbi, batang dan biji. Amilum berupa bentuk butiran yang
padat yang tersusun atas amilosa dan amilopektin. Amilosa dan amilopektin
tersebut termasuk molekul yang disimpan sebagai semi kristalin dan lapisan amorf
yang akhirnya membentuk lamela. Bentuk dan ukuran amilum sangat bervariasi
dan tergantung dengan jenis tanamannya.

Kristal Ca Oksalat termasuk ke dalam bahan ergastik yang bersifat padat.


Terbentuk sebagai hasil akhir metabolisme, namun ada juga yang terbentuk
dikarenakan terjadinya pemadatan zat-zat cair akanan cadangan, sehingga berwujud
butiran. Kristal ini Nampak banyak di bagian kortex, parenkim, floem dan parenkim
xylem serta bisa juga ditemukan pula di vakuola atau plasma selnya.

5
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu irisan melintang empulur
batang singkong (Manihot esculenta), selaput bagian dalam umbi lapis bawang
merah (Allium cepa), irisan membujur buah cabai (Capsicum frustencens), umbi
kentang (Solanum tuberosum), biji jagung (Zea mays), dan irisan membujur ibu
tangkai daun papaya (Carica papaya). Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah gelas objek, penutup gelas objek, pipet tetes, cutter, larutan akuades, dan
mikroskop.

B. Prosedur Kerja

Praktikum ini dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:

1. Preparat batang singkong (Manihot esculenta)


a. Objek batang singkong (Manihot esculenta) disiapkan.
b. Batang singkong (Manihot esculenta) diiris melintang menggunakan
cutter lalu diletakkan pada object glass.
c. Preparat ditetesi air atau akuades lalu ditutup dengan cover glass.
d. Preparat diletakkan pada meja preparat, lalu diperbesar dan diamati.
e. Setelah terlihat jelas, perbesaran digambar ulang dan diidentifikasi.
2. Preparat umbi lapis bawang merah (Allium cepa)
a. Objek umbi lapis bawang merah (Allium cepa) disiapkan.
b. Umbi lapis bawang merah (Allium cepa) diambil selaput bagian
dalamnya menggunakan cutter lalu diletakkan pada object glass.
c. Preparat ditetesi air atau akuades lalu ditutup dengan cover glass.
d. Preparat diletakkan pada meja preparat, lalu diperbesar dan diamati.
e. Setelah terlihat jelas, perbesaran digambar ulang dan diidentifikasi.

6
3. Preparat irisan membujur cabai (Capsicum frutescens)
a. Objek irisan membujur cabai (Capsicum frutescens) disiapkan.
b. Irisan membujur cabai (Capsicum frutescens) diiris membujur
menggunakan cutter lalu diletakkan pada object glass.
c. Preparat ditetesi air atau akuades lalu ditutup dengan cover glass.
d. Preparat diletakkan pada meja preparat, lalu diperbesar dan diamati.
e. Setelah terlihat jelas, perbesaran digambar ulang dan diidentifikasi.
4. Preparat umbi kentang (Solanum tuberosum)
a. Objek umbi kentang (Solanum tuberosum) disiapkan.
b. Umbi kentang (Solanum tuberosum) ditusuk dengan ujung jarum, lalu
umbi kentang yang ditusuk ditempelkan pada object glass.
c. Preparat ditetesi air atau akuades lalu ditutup dengan cover glass.
d. Preparat diletakkan pada meja preparat, lalu diperbesar dan diamati.
e. Setelah terlihat jelas, perbesaran digambar ulang dan diidentifikasi.
5. Preparat biji jagung (Zea mays)
a. Objek biji jagung (Zea mays) disiapkan.
b. Biji jagung (Zea mays) ditusuk beberapa kali dengan jarum lalu peras
biji jagung dan simpan di bekker glass, lalu biarkan mengendap.
c. Endapan diambil menggunakan pipet tetes dan diletakkan pada object
glass.
d. Preparat diletakkan pada meja preparat, lalu diperbesar dan diamati.
e. Setelah terlihat jelas, perbesaran digambar ulang dan diidentifikasi.
6. Preparat pepaya (Carica papaya)
a. Objek pepaya (Carica papaya) disiapkan.
b. Pepaya (Carica papaya) diiris membujur menggunakan cutter lalu
diletakkan pada object glass.
c. Preparat ditetesi air atau akuades lalu ditutup dengan cover glass.
d. Preparat diletakkan pada meja preparat, lalu diperbesar dan diamati.
e. Setelah terlihat jelas, perbesaran digambar ulang dan diidentifikasi.

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(Terlampir)

B. Pembahasan

Sel merupakan unit terkecil kehidupan yang memiliki kemampuan unik


karena dapat menggandakan diri dengan cara membelah diri. Artinya, sel berasal
dari sel yang ada sebelumnya. Makhluk hidup tersusun atas sel, baik makhluk hidup
uniseluler maupun multiseluler. Pada makhluk hidup multiseluler, sel adalah
dirinya sendiri, sedangkan pada makhluk hidup multiseluler tersusun atas ribuan
hingga milyaran sel yang memiliki spesialisasi struktur dan fungsi sehingga akan
mendukung kehidupan organisme utuh (Hafidha et al., 2020).

Pada praktikum acara 1 sitologi membahas mengenai sel tumbuhan dengan


mengamati bentuk, bagian, serta benda ergastik pada sel. Sel tumbuhan termasuk
ke dalam jenis sel eukariotik. Tumbuhan tersusun atas sel, sekelompok sel yang
memiliki bentuk dan fungsi sama akan membentuk suatu jaringan, kumpulan
jaringan akan membentuk organ, kumpulan organ akan membentuk sistem organ,
dan terakhir membentuk suatu organisme (individu).

Sel memiliki beragam bentuk, ada yang bulat, bulat panjang, segi lima atau
pentagon, segi enam atau heksagon, persegi banyak, serta pipih atau berbulu. Secara
umum, sel berukuran sangat kecil dan pada tumbuhan memiliki ukuran 10 hingga
100 mikrometer. Pada sel terdapat benda hidup dan benda mati. Beberapa benda
hidup diantaranya adalah sitoplasma, nukleus, kloroplas, dan plastida, sedangkan
beberapa benda mati diantaranya adalah amilum, butir aleuron, dan Kristal Ca-
oksalat. Sifat dari benda-benda ergastik tersebut ada yang cair dan ada yang padat
(Aditya et al., 2015).

8
Berdasarkan tabel nomor satu, sel gabus pada daun singkong merupakan
bagian dalam dari batang singkong yang diiris tipis secara melintang atau
membujur. Pada irisan melintang dapat dilihat bahwa sel memiliki banyak bentuk,
seperti heksagon, cocus, serta pentagonal. Sel gabus umumnya disebut sebagai sel
mati karena sel gabus terlihat kosong yang disebabkan oleh tidak adanya nukleus
dan sitoplasma. Namun, sel ini memiliki dinding sel dan ruang sel. Dinding sel
berfungsi sebagai pelindung dan dapat mempertahankan bentuk sel, sedangkan
ruang sel memiliki warna putih dan terlihat kosong karena protoplasma yang telah
mengering dan mati, yang berfungsi sebagai tempat sel-sel saraf dan dapat
membuat sel menjadi teratur. Jarak antar sel dengan sel lainnya sangat dekat dan
menempel secara sistematis. Pada sel yang mati tidak dapat melakukan suatu
aktivitas kehidupan (Annisa, 2019).

Menurut Nadia et al. (2020), sel gabus merupakan jaringan yang melindungi
jaringan lain agar tidak kehilangan banyak air karena sel gabus bersifat kedap air.
Struktur dari sel ini adalah memanjang dan rapat sehingga tidak terdapat ruang antar
sel. Sel gabus terletak di permukaan luar pada batang. Sel ini merupakan sel yang
terlihat hanya seperti bilik karena sel gabus yang diamati merupakan benda mati
(Issoegianti et al., 2012).

Berdasarkan tabel nomor dua, pada selaput bagian dalam umbi lapis bawang
merah, dilakukan penusukan dan terlihat hasil bahwa sel bawang merah memiliki
bentuk kotak yang tersusun rapi, tetapi tidak sempurna. Hal tersebut dikarenakan
adanya dinding sel. Sel berwarna ungu karena mengandung kloroplas. Pada sel
terdapat nukleus, dinding sel, dan sitoplasma. Sitoplasma merupakan suatu cairan
yang berada di antara dinding sel dan nukleus. Sitoplasma berfungsi sebagai tempat
terjadinya reaksi kimia, pelarut untuk protein, serta sebagai tempat menyimpan
bahan kimia yang dipakai untuk proses metabolism sel (Nur et al., 2021).

Pada pengamatan tabel nomor dua, terlihat bentuk sel seperti pipih lonjong
dan pada lapisan terluarnya terdapat dinding sel. Pada gambar juga terlihat seperti
titik yang letaknya berada di pusat sel atau yang biasa disebut dengan inti sel
(nukleus). Inti sel berfungsi sebagai pusat pengendali kegiatan atau aktivitas yang

9
berada di dalam sel serta berfungsi sebagai penyimpan informasi materi genetik.
Pada sekitar inti sel terdapat cairan yang mengairi di dalam sel yang biasa disebut
dengan sitoplasma. Menurut Hilma (2007), bentuk sel dari bawang merah yaitu
heksagonal, dimana bentuk ini beraturan karena bawang merah memiliki dinding
sel yang tersusun dari selulosa, hemiselulosa, dan polisakarida pektat, ketiganya
merupakan polisakarida.

Berdasarkan tabel nomor tiga, sel cabai tersusun atas dinding sel yang tipis
dan berfungsi sebagai pelindung dari serangan patogen serta mikroorganisme.
Dinding sel tersebut juga dapat mempertahankan bentuk sel. Selain itu, sel tersebut
memiliki kloroplas yang berfungsi untuk mensintesis makanan melalui suatu proses
bernama fotosintesis. Pada pengamatan tabel nomor tiga terlihat bentuk sel yang
tidak beraturan serta terdapat ruang antar sel satu dengan yang lainnya. Sel juga
memiliki plastid yang berfungsi sebagai tampat berlangsungnya suatu proses
fotosintesis pada tumbuhan. Plastida terletak di bagian organ daun dan di dalamnya
terdapat kloroplas yang mengandung klorofil. Kloroplas memiliki fungsi yaitu
mengkonversi energy cahaya matahari menjadi energi kimia yang tersimpan di
dalam molekul gula.

Menurut Syamsuri (1997), sel yang hidup merupakan sel yang masih
memiliki peranan penting dalam metabolisme kehidupan makhluk hidup. Hal
tersebut ditandai dengan adanya bagian protoplasma yang ada di dalam sel. Sel
yang hidup memiliki inti sel atau nukleus, sitoplasma, mitokondria, dan plastida.
Sitoplasma berfungsi dan berperan penting dalam transportasi zat makanan,
mitokondria berfungsi sebagai respirasi sel, sedangkan plastid bertanggung jawab
dalam pembuatan energy atau penyimpan makanan.

Berdasarkan tabel nomor empat, sel kentang terdiri dari inti sel yang berfungsi
untuk menyimpan informasi terkait dengan pewarisan sifat atau genetik. Selain itu,
terdapat butir amilum yang memiliki fungsi sebagai cadangan makanan pada sel
tumbuhan. Amilum atau pati merupakan karbohidrat kompleks yang sukar larut
dalam air, berbentuk bubuk berwarna putih, tidak berbau, dan rasanya tawar. Pada
sel kentang juga terdapat hillus, yaitu titik permulaan terbentuknya amilum. Selain

10
itu, terdapat lamella, yaitu lapisan yang mengelilingi hillus dan berfungsi sebagai
perekat antara satu sel dengan sel lainnya (Winarno, 2004).

Amilum merupakan benda ergastik yang berada di dalam plastid dan


berbentuk tepung serta mengandung karbohidrat atau polisakarida. Titik awal
terbentuknya amilum disebut hillus. Butir amilum dapat dibedakan menjadi dua
berdasarkan letak hillusnya, yaitu amilum konsentris yang hillusnya berada di
tengah serta amilum eksentris yang hillusnya berada di tepi. Amilum juga dapat
dibedakan menjadi tiga berdasarkan jumlah hillus dalam amilum, yaitu butir
amilum tunggal, butir amilum setengah majemuk, dan butir amilum majemuk
(Aditya et al., 2015).

Menurut Ahmed (2012), amilum merupakan hasil cadangan makanan pada


beberapa bagian sel tumbuhan dalam bentuk butiran padat yang terdiri dari amilosa
dan amilopektin, yaitu molekul yang disimpan sebagai semi kristalin dan lapisan
amorf yang membentuk lamella. Pada gambar tersebut, amilum terlihat bentuknya
seperti bulat lonjong (oval). Amilum termasuk suatu benda ergastik dalam sel dan
merupakan produk dan hasil akhir dari proses fotosintesis yang biasanya disimpan
dalam organ penyimpan cadangan makanan yang dapat berupa umbi, batang, dan
biji. Butir amilum yang memiliki titik pusat berbentuk lingkaran disebut sebagai
hillus. Pada umumnya, butir amilum yang asalnya dari umbi dan akar termasuk ke
dalam kategori amilum besar.

Berdasarkan tabel nomor lima, pada sel biji jagung terdapat bulir-bulir
aleuron, yaitu protein yang terbentuk karena pengkristalan dalam vakuola sel.
Aleuron memiliki fungsi untuk menjaga perkembangan benih dan cadangan
makanan pada sitoplasma. Bentuk aleuron dapat berupa goloid maupun kristaloid.
Apabila keduanya dibungkus oleh membran sel, maka akan membentuk lipoid.
Pada sel biji jagung terdapat hillus, yaitu titik awal terbentuknya amilum. Aleuron
terletak pada penyimpanan cadangan makanan seperti biji. Pada biji jagung, butir
eleuron terletak di dalam sel jaringan endosperm (Aditya et al., 2015).

11
Lapisan aleuron merupakan lapisan yang menyelubungi endosperm dan
lembaga. Lapisan aleuron terdiri dari satu hingga tujuh lapisan sel. Lapisan ini
terdiri dari sel parenkim dengan dinding tipis dan ketebalannya 2 mm. dinding sel
aleuron bereaksi positif dan terdapat zat pewarna untuk protein, hemiselulosa, dan
selulosa. Pada sitoplasma, aleuron berisi aluerin atau disebut sebagai butir aleuron
(Suwandi, 2018).

Berdasarkan tabel nomor enam, sel tangkai daun papaya mengandung zat
ergastik berupa kristal kalsium oksalat. Kristal Ca-oksalat merupakan bahan
ergastik yang bersifat padat dan terbentuk dari hasil akhir suatu proses
metabolisme. Kristal tersebut akan memiliki sifat yang beracun pada tumbuhan
yang endapan garamnya terlalu banyak. Kristal ini dapat larut dalam asam kuat
tetapi tidak dapat larut dalam asam cuka. Kristal ini memiliki beragam bentuk
seperti kristal pasir yang berbentuk piramida kecil, kristal tunggal besar yang
memiliki bentuk prisma, rafida yang berbentuk seperti jarum atau sapu lidi, kristal
majemuk yang bentuknya seperti bintang, dan kristal sferit yang memiliki bentuk
teratur secara radier (Aditya et al., 2015).

12
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum Sitologi ini yaitu:

1. Pada batang singkong selnya berbentuk heksagonal, pentagonal dan


coccus. Pada sel bawang merah berbentuk kotak tidak sempurna dan
tersusun rapih. Pada cabai berbentuk poliendris. Pada sel kentang
berbentuk bulat dan lonjong. Pada sel jagung permukaannya seperti
tekstur kayu dan tersebar butiran-butiran. Terakhir, pada sel batang
pepaya berbentuk bulat.
2. Bagian sel yang hidup, yaitu sel yang memiliki nukleus, sitoplasma,
plastida, dan kloroplas.
3. Benda-benda ergastik yang terlihat dalam sel yaitu amilum, aleuron, Ca-
oksalat, butir amilum, butir aleuron, lamella dan hilus.

B. Saran

Penulis berharap agar laporan praktikum yang dibuat ini dapat bermanfaat
untuk mengetahui dan mengenal bentuk-bentuk sel, bagian hidup dalam sel, dan
benda-benda ergastik dalam sel. Penulis menyarankan untuk mengkaji dan mencari
sumber pustaka yang baik dan benar sebelum dilakukan praktikum ini, agar tidak
terjadi kekurangan atau kesalahan dalam informasi, serta dalam menggambar hasil
pengamatan sel dapat lebih baik dan lebih rapi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, J., B.K. Tiwari, S.H. Imam, & M.A. Rao. 2012. Starch-Based Polimeric
Materials and Nanocomosites. Jurnal Biotropika, 5(1).

Damayanti, F., Roostika, I. K. A., & Mansur, M. 2015. Kajian Morfologi, Sitologi,
dan Struktur Anatomi Daun Nepenthes spp. Asal Kalimantan Barat.
Bioedukasi Jurnal Pendidikan Biologi, 8(2): 5-11.

Dhaniaputri, R. 2016. Struktur dan Fisiologi Tumbuhan Sebagai Pengantar


Pemahaman Proses Metabolisme Senyawa Fitokimia. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Biologi. Universitas Muhammadiyah Malang.

Gade, M. (2014). Struktur, Fungsi Organel dan Komunikasi Antar Sel. Jurnal Al
Ulum: LPPM Universitas Al Washliyah Medan, 2(1): 1-9.

Issoegianti, R., Rahman, A., & Rohmah, Z. 2012. Konsep Dasar Sel. Prosiding
Seminar Nasional Sains, 1(1): 121-127.

Nadia, Bambang, Anggraeni. 2020. Analisis dan Rekonstruksi Komponen


Penyusun Lembar Kerja Peserta Didik Struktur dan Fungsi Jaringan
Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, 6(2): 187-199.

Omegawati, Wigati Hadi., Sukoco, Teo., & Purnamawati, Henny. 2018. Biologi
Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Yogyakarta: Penerbit Intan
Pariwara.

Sari, F. M. 2019. Stek Planlet Kentang (Solanum tuberosum L.) Pada Media MS
Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara, Medan.

Suwandi, N. 2018. Pengaruh Perkecambahan Gabah (Oryza Sativa ) Terhadap


Mutu Beras. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
Makassar.

14
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar ACC

15
16
17
Lampiran 2. Cover Daftar Pustaka

18
Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum

19

Anda mungkin juga menyukai