BLOK 6 (REGULASI)
PEMICU 3
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Fasilitator:
MEDAN
2023
TIM PENYUSUN
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya maka kami dapat menyelesaikan sebuah laporan kelompok ini dengan tepat waktu.
Makalah ini berisi tentang laporan hasil diskusi Pemicu 3 pada Blok 6 yang berjudul “Sakit
pada sudut mulut..”.
Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-
teman sekalian yang sudah membantu dalam menyelesaikan laporan dan memberikan
masukan-masukan yang sangat bermakna.
Demi kebaikan dan peningkatan kualitas laporan ini baik dari hasil kegiatan belajar saat
pembelajaran, maupun dalam diskusi kelompok. Saran dan kritik yang sifatnya membangun
begitu diharapkan oleh penyusun demi kebaikan dalam penulisan laporan berikutnya. Semoga
dengan kami membuat laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan motivasi bagi para
pembaca, khususnya bagi mahasiswa dan bagi para generasi muda yang akan datang. Demikian
yang dapat disampaikan, kami ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
4. Uraikan tentang patofisiologi nyeri lidah, mulut pucat, dan fissure mulut pada kasus!
Berdasarkan skenario terdapat seorang perempuan usia 38 tahun datang ke dokter gigi
dengan keluhan sakit mulut yang berulang di permukaan lidah selama 5 tahun. Setelah
dilakukan pemeriksaan klinis, terdapat mukosa mulut yang pucat, adanya fissure pada
mulut. Setelah pemeriksaan laboratorium dilakukan, kadar Hb dalam tubuhnya hanya 6,5.
Menurut Jurnal Ilmiah Dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM, pasien tersebut
menderita Iron Deficiency Anemia (IDA). Hemoglobin mengandung heme yaitu komponen
yang mengandung zat besi. Jika kadar hemoglobin rendah, maka jumlah zat besi dalam
tubuh seseorang akan rendah.9 Gejala awal anemia terlihat dari menurunnya persediaan zat
besi dari hasil pemeriksaan laboratorium. IDA terjadi jika menurunnya kadar hemoglobin
(Hb) dan hematokrit (Ht). Apusan darah tepi dan pemeriksaan eritrosit dengan gambaran
microcytic dan hypochromic merupakan kondisi IDA kronis. Hal tersebut menunjukkan
bahwa persediaan zat besi yang tidak adekuat dalam sintesis hemoglobin yang normal guna
membentuk sel eritroid di sumsum tulang.
Prevalensi tinggi adanya temuan klinis mulut pada IDA merupakan akibat dari gangguan
imunitas seluler, penurunan aktifitas bakterisidal leukosit polymorphonuclear (PMN),
respon antibody yang tidak adekuar dan abnormalitas epitel. Berdasarkan Jurnal Ilmiah
Kedokteran Gigi (e-GiGi) tahun 2021, fissure pada sudut mulut pasien dapat disebabkan
oleh adanya atrofi epitel dan penipisan di bawah lamina propria, perubahan struktur epitel
dan pola keratinisasi disertai dengan adanya pengurangan ketebalan kompartmen maturase
dan meningkatnya kompartmen progenitir.Dengan adanya peningkatan ketebalan keratin
akan menyebabkan lingkungan mulut menjadi kondusif bagi bakteri Candida untuk
tumbuh dan menyebabkan kandidiasis yang kerap kali terjadi pada pasien IDA. 10 Nyeri
lidah dan adanya fissure mulut diakibatkan karena adanya infeksi Candida. Candida dapat
tumbuh berlebih pada orang dengan sistem imun yang lemah dan defisiensi nutrisi.
Defisiensi nutrisi terutama zat besi dapat menyebabkan terganggunya sintesis hemoglobin
sehingga menyebabkan mukosa pucat.11 Zat besi yang rendah akan membuat sel darah
merah atau hemoglobin yang berperan dalam mengikat oksigen berada dalam jumlah
sedikit. Ini sebabnya bibir akan berubah menjadi pucat.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Eritropoesis adalah proses pembentukan eritrosit (sel darah merah). Pada janin dan bayi,
proses ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, sedangkan pada orang dewasa terbatas
hanya pada sumsum tulang. Berdasarkan “Ganong’s review of medical physiology 26th
edition”, eritropoiesis dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon eritropoietin. Faktor-
faktor yang dapat merangsang eritropoietin adalah kadar suatu oksigen, (yang mau
di cari taam.). Langkah-langkah utama eritropoiesis, yaitu hemasitoblast, basofil eritoblast,
polikromatofil, normoblast, retikulosit, kemudian menjadi eritrosit. Faktor yang
mempengaruhi eritropoiesis (pembentukan sel darah merah), yaitu: eritropoietin (EPO),
protein, zat besi (Fe), vitamin B12 (sianokobalamin), dan asam folat.
Menurut Medika Tedika Journal, hemoglobin merupakan pigmen yang membuat warna
merah pada sel darah karena tersusun dari zat besi. Sintesis hemoglobin merupakan proses
biokimia yang melibatkan beberapa zat gizi atau senyawa-antara. Proses sintesis
hemoglobin ini terkait dengan sintesis heme dan protein globin.
Adapun, fungsi dari hemoglobin adalah sebagai berikut:
Menurut Almatsier, fungsi hemoglobin adalah sebagai berikut:
a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan
tubuh.
b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan tubuh untuk
dipakai sebagai bahan bakar.
c. Membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolism eke paru-
paru untuk dibuang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau
tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar
hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah (anemia).
Sedangkan, fungsi dari eritrosit, yaitu:
a. Mengangkut oksigen (O2),
b. Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh melalui pengikatan
oksigen dengan haemoglobin,
c. Mengangkut karbondioksida (CO2), dan
d. Membawa karbondioksida (CO2) dari seluruh jaringan tubuh kembali ke paru-paru.
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi
yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin. Menurut World Health Organization (WHO),
kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab anemia yang paling umum. Jika seseorang
tidak memiliki kadar zat besi yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin
secara optimal. Prinsip pengobatan pada ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan
mengatasinya serta memberikan terapi preparate besi yang dapat diberikan melalui dua
cara, yaitu oral dan parenteral.
DAFTAR PUSTAKA
1. Barret, KE, Barman. Ganong’s Review Of Medical Physiology 26 th Edition. New York:
McGraw Hill Education. 2019: 74-76.
2. UNAIR NEWS. Apakah Eritropoiesis?. 7 Desember 2020.
https://news.unair.ac.id/2020/12/07/apakah-eritropoiesis/?lang=id. Diakses pada tanggal
21 Maret 2023.
3. Nisfi R. Darah: Produksi Sel Darah Merah. 31 Juli 2015.
http://rizkinisfiramdhini.blogspot.com/2015/07/darah-produksi-sel-darah-merah.html.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2023.
4. Ningsih E, Fajrin H, Fitriyah A. Pendeteksi Hemoglobin Non Invasive. Medika Tedika
Journal. 2019; 1(1): 7.
5. UIN. Kelor (Maringa Oleifera). Thesis. Malang: UIN, 34-40.
6. Hall J. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 12th Edition. United States of
America: Elsevier, 2011: 316-417.
7. Rosita L, Cahya A, Arfira F. Hematologi Dasar. Edisi 1. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia, 2019: 24.
8. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. 9th Ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2018: 450-454.
9. Mersil S dan Pradono S. Manifestasi Klinis Rongga Mulut Sebagai Penanda Awal Penyakit
Iron Deficiency Anemia (IDA). Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM.
2017; 13(2): 1-3.
10. Mersil M. Stomatitis Sebagai Manifestasi Oral Dari Anemia Defisiensi Zat Besi Disertai
Trombositosis. E-GiGi 2021; 9(2): 185.
11. Anamisa D. Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin. Jurnal Ilmu
Komputer dan Sains Terapan. 2015; 10(10): 106-110.
12. Saridewi B. Indikasi dan Dosis Ferrous Sulfate. 29 September 2022.
https://www.alomedika.com/obat/obat-yang-mempengaruhi-darah/antianemi/ferrous-
sulfate/indikasi-dan-dosis. Diakses pada tanggal 21 Maret 2023.