Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK 1

BLOK 6 (REGULASI)

PEMICU 3

“Sakit pada sudut mulut..”

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Fasilitator:

dr. Eka Roina Megawati, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
TIM PENYUSUN

Ketua : Tamara Dorartha (220600008)

Sekretaris : Anggun Ratu Priscilla Hutauruk (220600005)

1. Syavina Naila Mahruzar (220600001)


2. Sarah Pinkan Audiva Sirait (220600002)
3. Najwa Nasaka (220600003)
4. Putri Octaviani (220600004)
5. Nayla Amanda (220600006)
6. Suhaila Ramadhani Br. Sirait (220600007)
7. Izmi Sakinah (220600009)
8. Lylie Aleydha (220600010)
9. Hagen Edson (220600131)
10. Yose Eunike (220600132)
11. Najla Thohiroh S (220600134)
12. Muhammad Athaya Zayyandanil (220600135)
13. Irsyad Hakim (220600136)
14. Matius Siahaan (220600137)
15. Martha Anna (220600138)
16. Jesverent Anggara (220600139)
17. Malika Khairanti NST (220600140)
18. Joe David Ekuten Banurea (220600141)
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya maka kami dapat menyelesaikan sebuah laporan kelompok ini dengan tepat waktu.
Makalah ini berisi tentang laporan hasil diskusi Pemicu 3 pada Blok 6 yang berjudul “Sakit
pada sudut mulut..”.

Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-
teman sekalian yang sudah membantu dalam menyelesaikan laporan dan memberikan
masukan-masukan yang sangat bermakna.

Demi kebaikan dan peningkatan kualitas laporan ini baik dari hasil kegiatan belajar saat
pembelajaran, maupun dalam diskusi kelompok. Saran dan kritik yang sifatnya membangun
begitu diharapkan oleh penyusun demi kebaikan dalam penulisan laporan berikutnya. Semoga
dengan kami membuat laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan motivasi bagi para
pembaca, khususnya bagi mahasiswa dan bagi para generasi muda yang akan datang. Demikian
yang dapat disampaikan, kami ucapkan terima kasih.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sel darah merah dalam tubuh menjadi kunci penting dalam proses transpor oksoigen ke
jsringan-jaringan tubuh. Bila jumlah sel darah merah berkurang, maka kadar oksigen yang
diterima jaringan tubuh juga akan berkurang sehingga gangguan ini dapat menyebabkan
keluhan pada bagian tubuh. Keluhan sakit dalam mulut dapat terjadi karena beberapa hal.
Pada pemeriksaan, dokter mendiagnosa pasien dengan angular cheilitis dan anemia
defisiensi obat.
Anemia defisiensi besi merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan kadar
hemoglobin sehingga menyebabkan jumlah dan mutu sel darah merah berkurang. Kondisi
ini berfungsi sebagai tempat perjalanan zat gizi dan oksigen dalam jaringan tubuh. Anemia
defisiensi besi biasanya disebabkan karena sel darah merah yang dihasilkan oleh sumsum
tulang tidak mencukupi untuk kebutuhan seluruh tubuh. Anemia defisiensi besi dapat
didiagnosis dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis anemia ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala yang muncul dengan melihat
kadar hemoglobin dalam darah. Penatalaksanaan anemia defisiensi besi dapat dilakukan
dengan pemberian zat besi secara oral secara intramuscular dan transfuse darah.

1.2 DESKRIPSI TOPIK


Nama Pemicu : Dr. dr Yunita Sari Pane., MSi, dr. Eka Roina Megawati, M.Kes, dr. T. Helvi
M. M.Kes
Hari/Tanggal : Jumat, 24 Maret 2023
Jam : 07.00-09.00 WIB
Skenario:
Seorang perempuan usia 38 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan sakit dalam mulut
yang berulang terutama di permukaan lidah selama 5 tahun. Pada pemeriksaan klinis
dijumpai mukosa mulut pucat, adanya fissure pada sudut mulut. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan kadar Hb 6,5. Hasil pemeriksaan apusan darah tepi: mikrositik, hipokromik.
Dokter mendiagnosa dengan Angular Cheilitis + Anemia Defisiensi Besi (ADB).
Pertanyaan penuntun untuk menggali learning issues:
1. Uraikan tentang eritropoiesis dan faktor yang mempengaruhinya!
2. Uraikan tentang sintesis haemoglobin!
3. Uraikan fungsi eritrosit dan haemoglobin!
4. Uraikan tentang patofisiologi nyeri lidah, mulut pucat, dan fissure mulut pada kasus!\
5. Uraikan farmakologi obat anemia defisiensi besi
BAB II

PEMBAHASAN

1. Uraikan tentang eritropoiesis dan faktor yang mempengaruhinya!


Eritropoesis adalah proses pembentukan eritrosit (sel darah merah). Pada janin dan bayi,
proses ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, sedangkan pada orang dewasa terbatas
hanya pada sumsum tulang. Berdasarkan “Ganong’s review of medical physiology 26th
edition”, eritropoiesis dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon eritropoietin. 1 Eritropoietin
adalah hormon glikoprotein yang terutama dihasilkan oleh sel-sel interstisium peritubulus
ginjal dalam respon terhadap kekurangan oksigen atas bahan globulin plasma untuk
digunakan oleh sel-sel induk sumsum tulang. Dalam keadaan normal, eritropoiesis ini
berperan dalam menggantikan sel darah merah (eritrosit) yang telah mengalami
penghancuran oleh organ lien akibat penuaan.2 Eritropoiesis juga merupakan pembentukan
sel-sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh yang dimulai dari sel yang paling muda
(rubriblast) sampai terbentuk eritrosit matang.
Dalam memulai proses eritropoiesis, sumsum tulang memerlukan sinyal berupa
hormon atau sitokin. Hormon dan sitokin ini akan merangsang eritropoiesis yang sudah
diproduksi oleh organ dan sel lain di luar sumsum tulang.
Adapun langkah-langkah utama eritropoiesis adalah sebagai berikut:
Tahap-tahap proses pembentukan sel darah merah, yaitu:3
Tahap 1: Hemasitoblast
Hemasitoblas merupakan primordium (sel induk) dari proses pembentukan sel darah
merah. Hemasitoblas dibentuk secara continue dari sel reticulum yang terdapat di sumsum
tulang.
Tahap 2 : Basofil Eritoblast
Tahap ini merupakan tahap terbentuknya basophil eritoblast yang ditandai dengan adanya
pembentukan hemoglobin yang akan membentuk eritoblast polikromatofil.
Tahap 3 : Polikromatofil
Tahap ini ditandai dengan adanya campuran substansi basofilik dengan adanya
hemoglobin. Hal ini akan menyebabkan ukuran nukleus akan mengecil, akan tetapi
pembentukan hemoglobin masih terus berlangsung, dan terbentuklah normoblast.
Tahap 4 : Normoblast
Setelah normoblast terbentuk, sitoplasma dari normoblas akan teris hemoglobin hingga
mencapai kadar 34%. Kemudian nukleus normoblast akan menghilang melalui otolisis dan
absorbs. Otolisis adalah proses penghancuran sel yang dilakukan oleh enzim dari dalam sel
itu sendiri yang berujung pada kematian sel.
Tahap 5 : Retikulosit
Retikulosit disebut dengan eritrosit muda yang masih mengandung susbtansi basofilik di
dalam sitoplasma yang berbentuk serabut reticulum.
Tahap 6 : Eritrosit
Pada umumnya, sebanyak 0,5-1,5% dari eritrosit merupakan retikulosit. 2 Jumlah tersebut
akan mengalami peningkatan jika terjadi hal yang dapat memicu proses eritropoesis, seperti
polisitemia (orang yang tinggal di dataran tinggi), pereode restorasi darah (pendarahan),
dan ikhterus hemolitik (kelainan hati yang tidak mampu mengekskresikan bilirubin akibat
dari peningkatan destruksi sel darah merah yang mengakibatkan cepatnya aliran bilirubin
dalam darah).
Tahap 1-4 : Muda dalam sumsum tulang
Tahap 5-6 : Matur dalam darah tepi

Gambar 1. Proses Pembentukan Sel Darah Merah (Eritrosit).


Faktor yang mempengaruhi eritropoiesis (pembentukan sel darah merah), yaitu:
a. Adanya sitokin spesifik, growth factor dan hormonal regulator.
Misalnya, hormon eritropoietin, yaitu hormon yang dapat merangsang proses
eritropoiesis di sumsum tulang. Hormon ini dikeluarkan oleh ginjal darah dengan
penyaluran O2 ke ginjal sehingga hormon eritropoietin mengalir ke darah dah
merangsang eritropoiesis di sumsum tulang.
b. Stem sel hematopoetik serta integritas proses pematangan eritrosit
Microenvirontment dari tempat eritropoiesis terjadi yang mencakup interaksi dengan
sel stroma pendukung, endotel vaskular, maupun sel makrofag.
c. Kemampuan respon sumsum tulang
Jika seseorang mengalami anemia, maka aktivitas eritropoiesis akan meningkat pula
karena eritropoiesis akan meningkatkan aktivitasnya apabila kebutuhan eritrosit pada
sistem sirkulasi darah meningkat.
d. Protein
Menurut Jurnal Indonesia Medicus Veterinus, protein sangat dibutuhkan dalam
pembentukan sel darah merah. Jika protein terpenuhi, maka eritropoiesis akan berjalan
dengan baik. Namun, kandungan protein yang tinggi juga dapat memengaruhi proses
eritropoiesis dan secara tidak langsung memengaruhi total eritrosit dan kadar
hemoglobin.4
e. Zat besi (Fe)
Zat besi ini digunakan dalam memproduksi heme. Banyak zat besi yang terdapat di
dalam hemoglobin adalah ±65%.
f. Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Vitamin ini digunakan untuk sintesis asam deoksiribonuklease dalam pembentukan sel
darah merah. Vitamin B12 ini akan disimpan di dalam hati dan tersedia untuk produksi
eritrosit baru.
g. Asam folat
Asam folat digunakan dalam sintesis DNA dan pematangan sel darah merah.
h. Kadar Oksigen (O2)
Hipoksia merupakan kondisi kurangnya oksigen di dalam sel dan jaringan tubuh,
sehingga tidak dapat menjalankan metabolisme secara normal. Pada kondisi hipoksia,
maka produksi sel darah merah akan ditingkatkan agar metabolisme di dalam tubuh
tetap berjalan normal. Dalam kondisi hipoksia, produksi hormon Eritropoetin oleh
ginjal akan ditingkatkan untuk menginduksi produksi sel darah merah oleh sumsum
tulang.
i. Fungsi Kontrol Ginjal
Penurunan eritropoesis karena produksi eritropoetin oleh ginjal berkurang akibat
kerusakan parenkim ginjal itu sendiri. Kontrol eritropoiesis dapat dimulai dari ginjal
yang mendeteksi adanya penurunan kapasitas darah mengangkut O2. Jika O2, yang
disalurkan ke ginjal berkurang, maka ginjal mengeluarkan hormon eritropoietin dalam
darah.
2. Uraikan tentang sintesis haemoglobin!
Menurut Medika Tedika Journal, hemoglobin merupakan pigmen yang membuat warna
merah pada sel darah karena tersusun dari zat besi. 4 Sintesis hemoglobin merupakan proses
biokimia yang melibatkan beberapa zat gizi atau senyawa-antara. Proses sintesis
hemoglobin ini terkait dengan sintesis heme dan protein globin. 5 Hemoglobin adalah
protein globular yang mengandung zat besi. Hemoglobin terdiri dari 2 komponen, yaitu
heme dan globin. Bagian heme dari hemoglobin disintesis dalam mitokondria dan
sitoplasma sel darah merah yang belum matang. Hemoglobin terbentuk dari 4 (empat)
rantai polipeptida (rantai asam amino), 2 rantai alfa, dan 2 rantai beta.
Berdasarkan “Hall Textbook of Medical Physiology 12th Edition”, sintesis hemoglobin
dimulai di proerythroblast dan berlanjut bahkan hingga tahap retikulosit sel darah merah.
Oleh karena itu, ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke aliran darah,
retikulosit terus membentuk hemoglobin dalam jumlah kecil untuk beberaoa hari lagi
sampai menjadi eritrosit yang matang. Sintesis hemoglobin diawali oleh terjadinya
akumulasi besi oleh sel eritroblast pada awal masa perkembangannya. Kemudian, besi yang
tadinya diakumulasi akan diambil dari ferritin eritoblast dan dilepas untuk sintesis
hemoglobin. Pertama sekali, suksinil Ko-A akan terbentuk dalam siklus metabolisme Krebs
dan berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Pada gilirannya, empat
senyawa pirol akan bergabung membentuk senyawa protoporphyrin IX yang kemudian
bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. 6 Akhirnya setiap molekul heme
bergabung dengan rantai polipeptida panjang. Globin yang disintesis oleh ribosom akan
membentuk subunit hemoglobin yang disebut dengan rantai hemoglobin. Selama terjadinya
proses eritropoiesis yaitu perkembangan metarubist menjadi retikulosit akan memerlukan
peningkatan kebutuhan besi untuk menghindari terjadinya anemia. Pembentukan heme
ditandai dengan terjadinya penggabungan besi ferro ke dalam protoporifirin III yang
dikatalisis oleh enzim ferrokatalase. Kemudian akan terjadi sintesis globin yang
memerlukan asam amino biotin, asam folat, vitamin B6 dan B12.

Gambar 2. Susunan hemoglobin.


Gambar 3. Skema atau tahapan dari sintesis hemoglobin.
Terjadinya interaksi antara 4 molekul heme dan satu molekul globin akan membentuk
hemoglobin.6

3. Uraikan fungsi eritrosit dan haemoglobin!


Menurut buku hematologic dasar, eritrosit adalah suatu kantong yang berisi haemoglobin
(globin dan heme). Eritrosit ini merupakan sel gepeng yang tidak memiliki inti, ribosom,
dan mitokondria. Eritrosit memiliki enzim glikolitik yang digunakan untuk reaksi glikolisis
yaitu mempertahankan konsentrasi ion dan karbonat anhydrase yang berfungsi dalam
katalisis perubahan CO2.7

Gambar 4. Sel darah merah (eritrosit)


Pada buku Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem tahun 2018 menjelaskan fungsi dari
eritrosit, yaitu:8
a. Mengangkut oksigen (O2),
b. Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh melalui pengikatan
oksigen dengan haemoglobin,
c. Mengangkut karbondioksida (CO2), dan
d. Membawa karbondioksida (CO2) dari seluruh jaringan tubuh kembali ke paru-paru.
Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung zat besi dalam sel darah
yang berfungs mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Hemoglobin tersusun
atas sebuah protein yang disebut globin yang terdiri atas empat rantai polipeptida. Empat
polipeptida itu merupakan gabungan antara dua rangkai alfa dan dua rantai beta-globin.
Menurut Almatsier, fungsi hemoglobin adalah sebagai berikut:
a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.
b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan tubuh untuk
dipakai sebagai bahan bakar.
c. Membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolism eke paru-paru
untuk dibuang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak,
dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin
dari normal berarti kekurangan darah (anemia).

4. Uraikan tentang patofisiologi nyeri lidah, mulut pucat, dan fissure mulut pada kasus!

Berdasarkan skenario terdapat seorang perempuan usia 38 tahun datang ke dokter gigi
dengan keluhan sakit mulut yang berulang di permukaan lidah selama 5 tahun. Setelah
dilakukan pemeriksaan klinis, terdapat mukosa mulut yang pucat, adanya fissure pada
mulut. Setelah pemeriksaan laboratorium dilakukan, kadar Hb dalam tubuhnya hanya 6,5.
Menurut Jurnal Ilmiah Dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM, pasien tersebut
menderita Iron Deficiency Anemia (IDA). Hemoglobin mengandung heme yaitu komponen
yang mengandung zat besi. Jika kadar hemoglobin rendah, maka jumlah zat besi dalam
tubuh seseorang akan rendah.9 Gejala awal anemia terlihat dari menurunnya persediaan zat
besi dari hasil pemeriksaan laboratorium. IDA terjadi jika menurunnya kadar hemoglobin
(Hb) dan hematokrit (Ht). Apusan darah tepi dan pemeriksaan eritrosit dengan gambaran
microcytic dan hypochromic merupakan kondisi IDA kronis. Hal tersebut menunjukkan
bahwa persediaan zat besi yang tidak adekuat dalam sintesis hemoglobin yang normal guna
membentuk sel eritroid di sumsum tulang.

Prevalensi tinggi adanya temuan klinis mulut pada IDA merupakan akibat dari gangguan
imunitas seluler, penurunan aktifitas bakterisidal leukosit polymorphonuclear (PMN),
respon antibody yang tidak adekuar dan abnormalitas epitel. Berdasarkan Jurnal Ilmiah
Kedokteran Gigi (e-GiGi) tahun 2021, fissure pada sudut mulut pasien dapat disebabkan
oleh adanya atrofi epitel dan penipisan di bawah lamina propria, perubahan struktur epitel
dan pola keratinisasi disertai dengan adanya pengurangan ketebalan kompartmen maturase
dan meningkatnya kompartmen progenitir.Dengan adanya peningkatan ketebalan keratin
akan menyebabkan lingkungan mulut menjadi kondusif bagi bakteri Candida untuk
tumbuh dan menyebabkan kandidiasis yang kerap kali terjadi pada pasien IDA. 10 Nyeri
lidah dan adanya fissure mulut diakibatkan karena adanya infeksi Candida. Candida dapat
tumbuh berlebih pada orang dengan sistem imun yang lemah dan defisiensi nutrisi.
Defisiensi nutrisi terutama zat besi dapat menyebabkan terganggunya sintesis hemoglobin
sehingga menyebabkan mukosa pucat.11 Zat besi yang rendah akan membuat sel darah
merah atau hemoglobin yang berperan dalam mengikat oksigen berada dalam jumlah
sedikit. Ini sebabnya bibir akan berubah menjadi pucat.

5. Uraikan farmakologi obat anemia defisiensi obat!


Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi
yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin. Menurut World Health Organization (WHO),
kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab anemia yang paling umum. Jika seseorang
tidak memiliki kadar zat besi yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin
secara optimal.
Pada Anemia Defisiensi Besi (ADB) dapat diatasi dengan secara farmakologi dan non-
farmakologi. Pada terapi non-farmakologi, pasien harus mencukupkan asupan nutrisi Fe,
asam folat, vitamin B12, dan terapi non-farmakologi lainnya. Sedangkan, berdasarkan
farmakologinya, prinsip pengobatan pada ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan
mengatasinya serta memberikan terapi preparate besi yang dapat diberikan melalui dua
cara, yaitu oral dan parenteral.
a. Secara oral. Pemberian terapi secara oral lebih aman, murah, dan sama khasiatnya
dengan pemberian secara parenteral. Garam ferro di dalam tubuh diabsorbsi oleh usus
sekitar tiga kali lebih baik dibandingkan garam ferri. Oleh karena itu, preparate yang
tersedua dalam bentuk ferro sulfat, ferro glukonat, dan ferro fumarate. Farmakologi
dari ketiga ferro tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat besi harian.
Pemberian obat suplemen ferrous sulfate dapat diberikan kepada penderita anemia
defisiensi besi dengan dosis 100-200 mg/hari selama tiga bulan. Suplemen ini dapat
diberikan 3 kali sehari dengan bentuk sediaan tablet 325 mg yang mengandung 65
mg besi elemental.12
b. Secara parental. Parenteral Iron Therapy dilakukan untuk pasien yang tidak dapat
mentolerir pemberian besi secara oral dan untuk pasien dengan anemia kronis yang
tidak dapat diobati secara oral saja. Tiga bentuk besio parenteral yang sering dipakai
adalah iron dextran, sodium ferric gluconate complex, dan iron sucrose. Iron dextran
mengandung 50 mg unsur besi per ml larutan yang dapat diberikan melalui injeksi
atau infus intravena. Pengobatan secara injeksi dilakukan karena akan
menghilangkan rasa sakit local dan memungkinkan pengiriman seluruh dosis zat besi
yang diperlukan untuk memperbaiki kekurangan zat besi pada satu waktu. Efek
samping yang mungkin terjadi adalah sakit kepala, mual, sakit punggung, dan lain-
lain.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Eritropoesis adalah proses pembentukan eritrosit (sel darah merah). Pada janin dan bayi,
proses ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, sedangkan pada orang dewasa terbatas
hanya pada sumsum tulang. Berdasarkan “Ganong’s review of medical physiology 26th
edition”, eritropoiesis dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon eritropoietin. Faktor-
faktor yang dapat merangsang eritropoietin adalah kadar suatu oksigen, (yang mau
di cari taam.). Langkah-langkah utama eritropoiesis, yaitu hemasitoblast, basofil eritoblast,
polikromatofil, normoblast, retikulosit, kemudian menjadi eritrosit. Faktor yang
mempengaruhi eritropoiesis (pembentukan sel darah merah), yaitu: eritropoietin (EPO),
protein, zat besi (Fe), vitamin B12 (sianokobalamin), dan asam folat.
Menurut Medika Tedika Journal, hemoglobin merupakan pigmen yang membuat warna
merah pada sel darah karena tersusun dari zat besi. Sintesis hemoglobin merupakan proses
biokimia yang melibatkan beberapa zat gizi atau senyawa-antara. Proses sintesis
hemoglobin ini terkait dengan sintesis heme dan protein globin.
Adapun, fungsi dari hemoglobin adalah sebagai berikut:
Menurut Almatsier, fungsi hemoglobin adalah sebagai berikut:
a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan
tubuh.
b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan tubuh untuk
dipakai sebagai bahan bakar.
c. Membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolism eke paru-
paru untuk dibuang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau
tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar
hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah (anemia).
Sedangkan, fungsi dari eritrosit, yaitu:
a. Mengangkut oksigen (O2),
b. Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh melalui pengikatan
oksigen dengan haemoglobin,
c. Mengangkut karbondioksida (CO2), dan
d. Membawa karbondioksida (CO2) dari seluruh jaringan tubuh kembali ke paru-paru.
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi
yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin. Menurut World Health Organization (WHO),
kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab anemia yang paling umum. Jika seseorang
tidak memiliki kadar zat besi yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin
secara optimal. Prinsip pengobatan pada ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan
mengatasinya serta memberikan terapi preparate besi yang dapat diberikan melalui dua
cara, yaitu oral dan parenteral.
DAFTAR PUSTAKA

1. Barret, KE, Barman. Ganong’s Review Of Medical Physiology 26 th Edition. New York:
McGraw Hill Education. 2019: 74-76.
2. UNAIR NEWS. Apakah Eritropoiesis?. 7 Desember 2020.
https://news.unair.ac.id/2020/12/07/apakah-eritropoiesis/?lang=id. Diakses pada tanggal
21 Maret 2023.
3. Nisfi R. Darah: Produksi Sel Darah Merah. 31 Juli 2015.
http://rizkinisfiramdhini.blogspot.com/2015/07/darah-produksi-sel-darah-merah.html.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2023.
4. Ningsih E, Fajrin H, Fitriyah A. Pendeteksi Hemoglobin Non Invasive. Medika Tedika
Journal. 2019; 1(1): 7.
5. UIN. Kelor (Maringa Oleifera). Thesis. Malang: UIN, 34-40.
6. Hall J. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 12th Edition. United States of
America: Elsevier, 2011: 316-417.
7. Rosita L, Cahya A, Arfira F. Hematologi Dasar. Edisi 1. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia, 2019: 24.
8. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. 9th Ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2018: 450-454.
9. Mersil S dan Pradono S. Manifestasi Klinis Rongga Mulut Sebagai Penanda Awal Penyakit
Iron Deficiency Anemia (IDA). Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM.
2017; 13(2): 1-3.
10. Mersil M. Stomatitis Sebagai Manifestasi Oral Dari Anemia Defisiensi Zat Besi Disertai
Trombositosis. E-GiGi 2021; 9(2): 185.
11. Anamisa D. Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin. Jurnal Ilmu
Komputer dan Sains Terapan. 2015; 10(10): 106-110.
12. Saridewi B. Indikasi dan Dosis Ferrous Sulfate. 29 September 2022.
https://www.alomedika.com/obat/obat-yang-mempengaruhi-darah/antianemi/ferrous-
sulfate/indikasi-dan-dosis. Diakses pada tanggal 21 Maret 2023.

Anda mungkin juga menyukai