Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDUAL DISKUSI KELOMPOK

PEMICU 3 BLOK 6

“Pasienku pucat sekali ”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

FASILITATOR:

dr.T.Helvi, M.Kes

NARASUMBER:

Dr. dr Yunita Sari Pane., Msi

dr. Eka Roina Megawati, M.Kes

dr. T. Helvi M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

2022
TIM PENYUSUN

Ketua : Brigita Cecilia Marbun (210600087)

Sekretaris : Hilfa Erin Br Tarigan (210600094)

Anggota : Salwa Fahira Putri Iskandar (210600022)

Nursavera (210600023)

Nur Afifah (210600024)

Tasya Mayati (210600025)

Salsabila Nazhifah (210600026)

Adi Trianta Sembiring (210600027)

Namira Tri Adilah (210600028)

Nada Marwasalika Siregar (210600029)

Zahrah Nabilah (210600030)

Rezky Nadira (210600031)

Hana Wafiqah (210600086)

Loise Eunike Simbolon (210600088)

Felicia Davinsen (210600089)

Frisya Ilma Khayani (210600090)

Salsabila (210600091)

Danbresna Verio Bastia Tarigan (210600092)

Vany Hexi Epta Purba (210600093)

Adilla Elsandi Putri Siregar (210600095)

Afiya Luthfi Akhdan (210600131)

Zahidah Hawra (210600132)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan
laporan hasil diskusi kelompok 3 pemicu 3 yang berjudul “Pasienku pucat sekali”
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dari para dosen dan begitu pula fasilitator
yang telah membantu memberikan kami masukan yang berarti di dalam diskusi.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih.

Medan, 4 April 2022

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penyakit anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah
merah dalam sel darah merah berada di bawah normal. Hemoglobin yang terkandung di dalam
sel darah merah berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan anemia apabila konsentrasi hemoglobin pada
laki-laki kurang dari 13,5 G/DL dan hematokrit kurang dari 41%. Pada perempuan konsentrasi
hemoglobin kurang dari 11,5 G/DL atau hematoerit kurang dari 36%.
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membrane mukosa
pucat dan pada test laboratorium didapatkan hitung hemoglobin, hematokrit dan eritrosit
kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah
menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme yang optimal
2. Deskripsi Topik

Penyusun: Dr. dr Yunita Sari Pane., Msi, dr. Eka Roina Megawati, M.Kes, dr. T. Helvi M. M.Kes

Hari/Tanggal: Senin, 04 April 2022 Jam : 13.30-15.30 WIB


Seorang wanita usia 46 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan sakit dalam mulut yang
berulang terutama dipermukaan lidah selama 5 tahun.
Pada pemeriksaan klinis dijumpai mukosa mulut pucat, adanya fissure pada sudut mulut.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar Hb 6,5. Hasil pemeriksaan apusan darah tepi:
mikrositik, hipokromik. Dokter mendiagnosa dengan Angular Cheilitis + Anemia Defisiensi Besi
(ADB).
Pertanyaan penuntun untuk menggali learning issues:

1. Jelaskan tentang eritropoiesis dan factor yang mempengaruhinya (Fisiologi)


2. Jelaskan tentang sintesis haemoglobin ! (Biokimia)
3. Jelaskan fungsi eritrosit dan haemoglobin ! (Fisiologi)
4. Jelaskan tentang patofisiologi nyeri lidah, mulut pucat dan fissure mulut pada kasus!
(Fisiologi)
5. Jelaskan farmakologi obat anemia defisiensi besi! (Farmakologi)
BAB II
PEMBAHASAN

1. Jelaskan tentang eritropoiesis dan factor yang mempengaruhinya (Fisiologi)


Eritropoiesis merupakan proses pembentukan eritrosit oleh sel proeritroblast di sumsum
tulang yang diregulasi oleh suplai oksigen ke jaringan dan eritropoietin. Produksi eritrosit
akan meningkat setelah terjadi perdarahan atau hemolisis. Retikulosit merupakan eritrosit
imatur yang dilepaskan ke sirkulasi sebelum terbentuk eritrosit. Penghitungan retikulosit
dapat digunakan untuk menilai aktivitas eritropoiesis

Beberapa faktor yang mempengaruhi eritropoiesis:

a. Eritropoietin, Penurunan penyaluran O2 ke ginjal merangsang ginjal darah


untuk mengeluarkan hormon eritropoietin ke dalam darah, dan hormon ini
kemudian merangsang eritropoiesis di sumsum tulang. Eritropoietin bekerja
pada turunan sel-sel bakal yang belum berdiferensiasi yang telah berkomitmen
untuk menjadi sel darah merah, yaitu merangsang proliferasi dan pematangan
mereka.
b. Kemampuan respon sumsum tulang (anemia, perdarahan)
c. Integritas proses pematangan eritrosit
d. Stem sel

2. Jelaskan tentang sintesis haemoglobin ! (Biokimia)

Hemoglobin merupakan suatu protein tetramerik eritrosit yang mengikat molekul bukan
protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme. Heme adalah gugus prostetik yang
terdiri dari atom besi, sedangkan globin adalah protein yang dipecah menjadi asam amino.
Hemoglobin terdapat dalam sel-sel darah merah dan merupakan pigmen pemberi warna
merah sekaligus pembawa oksigen dari paru paru keseluruh sel-sel tubuh.Sintesis Hb
sekitar 66% selama stadium eritroblas dan 33% selama stadium retikulosit.Molekul
hemoglobin terdiri dari rantai α dan β, rantai α memiliki suatu rangkaian 141 asam amino
dan rantai β memiliki 146 asam amino. Sintesis hemoglobin banyak terjadi dalam
mitokondria oleh sederet reaksi biokimia yang dimulai dengan kondensasi glisin dan
suksinil koenzim A di bawah aksi enzim aminolaevulinic acid (ALA) - Vitamin B6 adalah
ko-enzim untuk reaksi ini yang dirangsang oleh eritropoetin dan dihambat oleh hem.
Pembentukan hem diawali oleh ion rerri yang berasal dari mukosa usus akan dibawa ke
membran eritrosit oleh transferin dan masuk membran menuju sitoplasma. Dalam
mitokondria ion ferri direduksi menjadi ion ferro dan bergabung dengan cincin
protoporphyrin untuk membentuk heme yang masing-masing molekulnya bergabung
dengan rantai globin.

3. Jelaskan fungsi eritrosit dan haemoglobin ! (Fisiologi)

• Eritrosit

Eritrosit adalah sel dengan komposisi paling banyak dalam darah. Fleksibilitasnya
memungkinkan mereka untuk melewati kapiler dengan bebas, mengangkut oksigen ke
jaringan dan mengantarkan karbon dioksida ke paru-paru. Hemoglobin (Hb), pembawa
oksigen utama protein, adalah protein yang paling melimpah dalam eritrosit. Membran
dalam eritrosit juga berperan penting dalam menjaga stabilitas morfologi dan fungsi sel.
Deformasi, agregasi, dan adhesi memungkinkan eritrosit untuk membawa oksigen.
Bentuk bikonkaf atipikal dan volume kecil eritrosit membuat rasio luas permukaan
terhadap volume besar, memungkinkan oksigen dan karbon dioksida menembus masuk
dan keluar sel dengan cepat dan menghasilkan deformabilitas. Selain membawa oksigen
dan karbon dioksida, eritrosit juga memiliki fungsi kekebalan, seperti: meningkatkan
fagositosis, mempertahankan terhadap infeksi, meningkatkan adhesi imun, mengenali dan
membawa antigen, dan membersihkan kompleks imun yang bersirkulasi.

• Hemoglobin

Hemoglobin adalah zat pewarna merah pada eritrosit. Secara kimiawi ini adalah
protein terkonjugasi, suatu kromoprotein yang mengandung “heme” sebagai
gugus prostetik dan “globin” sebagai bagian protein-apoprotein. Berfungsi untuk:
• Mengikat O2 dan membawa O2 ke jaringan.

• Mengikat bagian dari CO2, produk sisa metabolisme yang dibawa dari jaringan
oleh bagian globin dari Hb.

• Bertindak sebagai zat penyangga.

4. Jelaskan tentang patofisiologi nyeri lidah, mulut pucat dan fissure mulut pada kasus!
(Fisiologi)

Pada kasus diketahui bahwa pasien didiagnosa mengidap Angular cheilitis +


anemia defisiensi besi (ADB) dengan tanda-tanda pada pasien mukosa mulut pucat,
adanya fissure pada sudut mulut dan kadar HB 6,5. Anemia defisiensi besi merupakan
suatu kondisi yang diklasifikasikan ke dalam anemia mikrositik hipokrom yang biasanya
ditandai dengan menurunnya saturasi dari transferrin dan berkurangnya kadar ferritin
serum sehingga sintesis hemoglobin terganggu. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan
oleh fisiologis atau patologis. Fisiologis disebabkan peningkatan zat besi yang dibutuhkan
sebagai respons terhadap pertumbuhan dan perkembangan termasuk masa bayi, remaja,
dan kehamilan. Patologis disebabkan kehilangan darah atau malabsorpsi, seperti pada
wanita mengalami menstruasi berlebihan. Hilangnya besi pada epitel serta beberapa enzim
dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut, faring dan gejala lainnya.

Nyeri pada lidah dan fissure mulut dalam hal ini disebabkan oleh infeksi Candida
albicans. Candida albicans dapat tumbuh pada orang yang kekurangan gizi, terutama zat
besi, mengganggu sintesis hemoglobin dan mukosa pucat. Angular cheilitis merupakan
suatu lesi mulut yang ditandai dengan adanya fisura,kemerahan atau deskuamasi pada
sudut mulut disertai rasa sakit, kering, rasa terbakar , mudah berdarah yang dikarenakan
oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara dan terkadang disertai rasa gatal,
sehingga berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pasien relevan dengan gejala Angular
cheilitis. Angular cheilitis disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti defisiensi
nutrisi, trauma mekanik, infeksi, dan alergi. Seseorang dengan status gizi kurang akan
lebih berpotensi mengalami angular cheilitis dibandingkan dengan mereka yang memiliki
gizi baik. Hal ini dimungkinkan karena seorang dengan status gizi kurang, mempunyai
tingkat imunitas yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang memiliki status gizi
baik karena sistem imunitas salah satunya dipengaruhi oleh status gizi. Kekurangan gizi
dapat karena kekurangan zat besi, vitamin B, asam folat, dan biotin.

5. Jelaskan farmakologi obat anemia defisiensi besi! (Farmakologi)

Anemia defisiensi besi disebabkan oleh kekurangan zat besi dalam tubuh,
yang mengurangi jumlah sel darah merah yang sehat dan menyebabkannya tidak
berfungsi. Sel darah merah, atau hemoglobin, terbuat dari zat besi. Hemoglobin dalam sel
darah merah dibutuhkan oleh tubuh untuk mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-
paru ke seluruh organ dalam tubuh. Sel darah merah ini juga berperan dalam mengeluarkan
karbon dioksida dari sel-sel tubuh ke paru paru. Tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak
dapat memproduksi hemoglobin yang cukup untuk membawa oksigen. Akibatnya, anemia
defisiensi besi dapat membuat pasien lelah dan sesak napas.

Pada Anemia Defisiensi Besi (ADB) dapat dilakukan terapi secara non-farmakologi
maupun secara farmakologi. Pada terapi anemia non-farmakologi, pasien harus
mencukupkan asupan nutrisi Fe, asam folat, dan vitamin B12. Pada terapi ADB secara
farmakologi, pasien harus menggunakan obat dengan dosis tertentu. Pemberian obat
disesuaikan dengan tipe anemia pasien. Terapi Farmakologi ADB dapat menggunakan 2
jenis obat yaitu obat oral dan obat parenteral. Kedua obat ini mempunyai mekanisme
kerjasama yaitu zat besi akan membentuk inti cincin heme Fe-porfirin yang dengan Rantai
globin akan membentuk hemoglobin.

• Obat jenis besi oral menggunakan garam besi : Ferro sulfat, Ferro Glukonat, Ferro
Fumarat, Besi Karbonat, dan Kompleks Besi Polisakarida.

• Obat jenis besi parenteral menggunakan garam besi : Na-Besi Karbonat, Besi
Dekstran, dan Besi Sukrosa.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah. Anemia
dapat diketahui dengan adanya pemeriksaan darah lengkap laboratorium. Pemeriksaan darah
lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan menghitung seluruh
komponen pembentuk darah. Banyak cara penanganan yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit ini salah satunya adalah pemberian fe dan lain-lain. Anemia defisiensi besi adalah
salah satu jenis anemia yang terjadi akibat tubuh kekurangan zat besi. Kondisi ini
mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah yang sehat dalam tubuh.
Zat besi adalah mineral penting yang diperlukan tubuh untuk menghasilkan salah satu
komponen sel darah merah yaitu hemoglobin. Hemoglobin adalah protein yang berfungsi
mengangkut oksigen untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Saat kekurangan zat besi,
tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin yang cukup sehingga sel darah merah kekurangan
hemoglobin. Akibatnya, pasokan oksigen dalam darah berkurang dan tubuh tidak dapat
mendapat oksigen yang cukup. Hal ini menyebabkan tubuh lemas, mudah lemah bahkan sesak
napas.Dokter gigi dapat terlibat dalam menegakkan diagnosis ADB. Apabila dokter gigi
menjumpai tanda dan gejala ADB pada pasien, sebaiknya dokter gigi perlu mengetahui riwayat
medis pasien dan mengidentifikasi etiologinya. Pasien disarankan untuk melakukan
pemeriksaan darah rutin dan bila hasilnya menunjukkan kadar Hb yang rendah, sebaiknya
dikonsultasikan pada ahli hematologi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pertiwi D. Ciri morfologi sel – sel dalam eriotropoiesis. Unissula. 2020.


2. Biladi B. Memahami dan Menjelaskan Eritropoiesis.
https://www.academia.edu/9012400/Memahami_dan_Menjelaskan_Eritropoesis. (diakses
1 April 2022)
3. Andriyani NLM, Sri Arjani IAM, Bekti HS. Gambaran Kadar Hemoglobin Pada Pekerja
Percetakan Koran Di Denpasar: Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes
Denpasar; 2020.
4. Anamisa DR. Rancang bangun metode OTSU untuk deteksi hemoglobin 2015. J Ilmu
Komputer dan Sains Terapan 2015.
5. Astuti, Tri, Lia. Hubungan Kadar Hemoglobin Terhadap Produktivitas Kerja. Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2009.
6. Fadhli Rizal Makarim. Anemia Defisiensi Besi. 6 Januari 2022
https://www.halodoc.com/kesehatan/anemia-defisiensi-besi Badan Pengawas obat dan
makanan Republik Indonesia. Anemia Defisiensi Besi. Jakarta, 2015.
7. Wulandari, R. D. (2018). Sintesis Hemoglobin: Thalassemia dan Epidemiologi
Thalassemia. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma,5(2), 33-44.
8. GUNADI, Valerie IR; MEWO, Yanti M.; TIHO, Murniati. Gambaran kadar hemoglobin
pada pekerja bangunan. Jurnal e-biomedik, 2016, 4.2.
9. Astuti, Tri, Lia. Hubungan Kadar Hemoglobin Terhadap Produktivitas Kerja. Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2009.
10. Marks R, Czarny D. Geographic Tongue: Sensitivity to the Environment Oral Surgery. CV
Mosby Company St. Louis. 1984. 58(2):156.

Anda mungkin juga menyukai