Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ETIKA PROFESI DAN PERUNDANG – UNDANGAN

“Menghormati Martabat Pasien dan Privasi Pasien, Tetap Menjaga Kerahasian


Dalam Pelayanan Berbasis Tim”

Dosen Pengampu : Ibu Eni Subiastutik, S.Kep,Ns, M.Sc.

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Arsyabina Dewi M P17331223065


2. Nabila Januari P17331223067
3. Vira Nurjahrani P17331223074
4. Rizky Aulia Mardani P17331223059

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN JEMBER

PROFESI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

MALANG 2022-2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan puja saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan dan kelancaran sehingga makalah ini bisa
diselesaikan dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya kami tidak
akan bisa untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik ini. Shalawat serta
salam saya limpahkan kepada baginda nabi kita Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Makalah berjudul “Menghormati Martabat Pasien dan Privasi Pasien, tetap


Menjaga Kerahasian dalam Pelayanan Berbasis tim” ini dibuat untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi oleh Ibu Eni Subiastutik,
S.Kep,Ns, M.Sc. Dengan demikian makalah ini bertujuan untuk tambahan
pengetahuan bagi masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa tulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan meyakini masih ada kesalahan maupun kekurangan yang ada di dalamnya.
Maka dari itu kami mengharapkan pembaca makalah ini untuk bisa memberikan
saran agar nantinya pemahaman kami mengenai topik ini bisa lebih baik lagi dan
karya tulis kami selanjutnya bisa menjadi referensi yang lebih berkualitas lagi.

Dalam kesempatan ini kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan kesempatan untuk penulisan makalah ini. Demikian kata pengantar
ini kami buat, apabila terdapat kesalahan maka kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...................................................................................... i

Kata Pengantar ......................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PENGKAJIAN ............................................................................ 3

2.1 Kasus yang Menunjukkan Standar Perilaku dan Kualitas Dalam Memberikan
Pelayanan Berbasis Tim ........................................................................... 3

2.2 Hasil Analisis Artikel ......................................................................... 5

2.3 Peran Tenaga Kesehatan .................................................................... 7

2.4 Etika Moral Tenaga Kesehatan .......................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................ 9

3.1 Standar Perilaku ................................................................................. 9

3.2 Etika ................................................................................................... 9

3.3 Kualitas Dalam Memberikan Pelayanan Dalam Tim ......................... 10

3.4 Hak-hak Pasien, Kewajiban Tenaga Kesehatan dan Sanksi Bagi Tenaga
Kesehatan .................................................................................... 13

BAB IV PENUTUP ................................................................................. 16

4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 16

4.2 Saran ................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika tenaga kesehatan merupakan seperangkat perilaku anggota profesi


tenaga kesehatan kerja dalam hubungannya dengan klien/pasien, teman sejawat
dan masyarakat pekerja serta merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan
kerja ditinjau dari segi norma-norma/nilai-nilai moral.
Dengan mengedepankan hak-hak pasien setiap stakeholders di rumah sakit
( dokter, perawat, bidan sampai ke tukang kebun dan cleaning service) yang ada
di rumah sakit akan menjadikan hak pasien tersebut sebagai pendorong dan
motivasi untuk memenuhi kewajiban dan hak rumah sakit itu sendiri. Artinya
dengan terpenuhinya dan menghormati hak-hak pasien maka kewajiban rumah
sakit, kewajiban pasien dan hak rumah sakit akan terpenuhi / ikut terdorong ke
arah terciptanya suasana teraeputik partnership antara dokter dan pasien.
Hak Pasien:
• Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit;
• Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
• Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
• Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
• Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;

Misalnya: ” Setiap pasien mempunyai hak mendapat informasi yang meliputi


diagnosis dan tatacara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan” (pasal 32 point j). Demikian
juga pasal 32 point k : ”Setiap pasien mempunyai hak memberikan persetujuan
atau menolak atas tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya”.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu standart perilaku dan etika tenaga kesehatan ?
2. Bagaimana kualiatas dalam memberikan pelayanan yang baik ?
3. Bagaimana isi Undang-Undang yang berkaitan dengan privasi pasien ?
4. Apa saja tindakan tenaga kesehatan yang bisa terjerat tindak pidana ?
5. Apa saja yang termasuk dalam hak kerahasiaan pasien, kewajiban tenaga
kesehatan dan sanksi bagi tenaga kesehatan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perilaku dan etika tenaga kesehatan.
2. Untuk mengetahui cara memberikan pelayanan yang baik.
3. Untuk mengetahui isi Undang-Undang yang berkaitan dengan privasi
pasien.
4. Untuk mengetahui tindakan tenaga kesehatan yang bisa terjerat tindak
pidana.
5. Untuk mengetahui hak kerahasiaan pasien, kewajiban tenaga kesehatan
dan sanksi bagi tenaga kesehatan.

2
BAB II
PENGKAJIA
N

2.1 Kasus yang Menunjukkan Standar Perilaku dan Kualitas Dalam


Memberikan Pelayanan Berbasis Tim.

Terbukti Langgar Kode Etik Kebidanan, Izin Praktik Bidan Sri Dicabut
Sampang 12 July 2020 19:38 PM

Izin praktik bidan Sri Fuji dicabut oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Sampang. Keputusan itu dikeluarkan setelah ada rekomendasi dari Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) Sampang. Pencabutan izin praktik dikeluarkan karena bidan
koordinator di PKM Bunten Barat tersebut dinilai melanggar kode etik kebidanan.

Plt Kepala Dinkes Sampang Agus Mulyadi mengatakan, dari hasil kajian
menunjukkan bahwa salah satu bidan di Desa Ketapang Barat tersebut terbukti
melanggar kode etik kebidanan. Atas dasar itulah pihaknya mengeluarkan
kebijakan pencabutan sementara izin praktik. Bidan Sri Fuji dilarang membuka
praktik mandiri selama tiga bulan. Terthitung mulai Jumat (10/7) hingga Sabtu
(10/10).

”Kita tidak serta merta mencabut izin praktik. Makanya kami gandeng IBI sebagai
organisasi profesi dari yang bersangkutan,” katanya kemarin (11/7).

Agus mengingatkan kepada semua tenaga kesehatan (nakes) agar memperhatikan


etika dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam kondisi apa pun
nakes harus tetap melayani masyarakat sesuai prosedur dan profesional. Sebab, hal
itu sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

”Kalau misalnya ada apa-apa, komunikasikan dengan fasilitas kesehatan yang lain
dan memenuhi syarat. Dengan demikian, pelayanan kepada masyarakat tetap
berjalan,” tegasnya.

3
Ketua IBI Sampang Rosidah menilai bidan Sri Fuji melanggar kode etik
kebidanan. Karena itu pihaknya mengeluarkan rekomendasi pencabutan sementara
izin praktik dan pembinaan kepada yang bersangkutan. Rekomendasi tersebut
dikeluarkan karena Sri Fuji dianggap menelantarkan pasien.

”Besok (hari ini) kita mau ke Ketapang (tempat praktik Bidan Sri), mau
menurunkan plang praktiknya,” ujarnya.

Rosidah menyampaikan, sebelum mengeluarkan rekomendasi, pihaknya sudah


mengkaji terlebih dahulu. Termasuk kronologi peristiwa yang terjadi. Menurutnya,
sanksi yang diberikan kepada Sri Fuji termasuk kategori sedang. ”Ini kan etika, jadi
masuk pelanggaran sedang,” ungkapnya.

Pihaknya akan intens memberikan pembinaan kepada bidan praktik mandiri


(BPM). Harapannya, kejadian yang serupa tidak terjadi lagi.

Sebelumnya, Sabtu malam (4/7) Zainuri, 28 bersama istrinya Aljannah, 28


mendatangi rumah bidan Sri Fuji di Ketapang Barat. Kedatanganya untuk
melahirkan. Setelah menunggu cukup lama, suami bidan Sri Fuji meminta agar
mencari bidan lain karena istrinya sedang sakit.

Pada saat itu, kondisi Aljannah tidak memungkinkan untuk dibawa ke bidan lain.
Akhirnya, Aljannah melahirkan putrinya di depan pagar rumah bidan Sri Fuji
dengan dibantu keluarga.

4
2.2 Hasil Analisis Artikel

Dari kasus diatas, tenaga kesehatan yang membuat video tersebut kurang
memperhatikan atau menerapkan prinsip etik yang harus dimiliki oleh seorang
nakes yaitu Menghormati hak pasien. Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah
bahwa informasi dan hak pasien tentang pasien harus dijaga.dalam kasus ini
seorang nakes menolak pasien di tempatnya padahal kondidinya sudah keritis.
Unggahan kasus tersebut menjelaskan seorang bidan sudah menolak pasien yang
seharusnya mendapatkan haknya untuk bersalin. Kasus ini dikecam berbagai
pihak lantaran sang Bidan telah melanggar kode etik pasien yang tidak
seharusnya terjadi . Terkait kasus yang dibagikan, bidan tersebut sudah
menolak hak pasien sehingga pasien harus melahirkan di depan gerbang rumah
bidan yang merupakan perbuatan melawan hukum. Pasien pun dapat menggugat
maupun menuntut ganti rugi, bahkan yang menyebarkannya dapat dituntut hukum
pidana hingga pencabutan prakyik.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Sementara itu juga harus
diiringi dengan mendapatkan kualitas pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau.

Dalam pelaksanaan praktik tenaga kesehatan, kerap ditemukan berbagai


tindakan keperawatan yang tidak sesuai dengan kode etik, salah satunya privasi

5
pasien. Perlindungan hukum atas kerahasiaan dan hak privasi pasien tentang
informasi penyakit pasien dalam pelayanan kesehatan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari hak pasien.

Dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit tentang hak dan
kewajiban pasien Pasal 29 ayat m menjelaskan, rumah sakit wajib melindungi dan
menghormati hak dan pasien. Selanjutnya dalam ayat i dijelaskan bahwa pasien
mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya.

Privasi pasien bersifat umum dan berlaku untuk setiap orang. Setiap orang
berhak untuk tidak dicampuri urusan pribadinya oleh orang lain tanpa
persetujuannya.

Tindak pidana oleh tenaga kesehatan dapat terjadi apabila dalam praktik
pelayanan kesehatan, setiap orang yang bukan tenaga kesehatan atau tenaga
kesehatan itu sendiri melakukan hal-hal sebagaimana diatur dalam Pasal 83
sampai Pasal 86 UU No.36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dan jenis-jenis
perbuatan yang dilakukan, yaitu:

1. Setiap orang yang bukan tenaga kesehatan melakukan praktik seolah-olah


sebagai tenaga kesehatan yang memiliki izin.

2. Tenaga kesehatan melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan penerima


pelayanan kesehatan luka berat atau kematian.

3. Tenaga kesehatan menjalankan praktik tanpa memiliki STR sementara

4. Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik tanpa memiliki izin.

5. Setiap tenaga kesehatan warga negara asing uang dengan sengaja memberikan
pelayanan kesehatan tanpa memiliki SIP.

Perawat merupakan profesi yang lekat dengan masyarakat, oleh sebab itu
dalam menjalankan tugasnya seorang perawat harus memegang kode etik profesi

6
yang memberikan penentuan dalam mempertahankan dan meningkatkan standar
profesi.

Sanksi bagi perawat yang melakukan kesalahan dan melanggar kode etik
dapat dikenakan hukuman berupa teguran secara lisan, denda administratif, hingga
pencabutan izin profesi.

2.3 Peran Tenaga Kesehatan

Peran nakes dalam artikel tersebut adalah pelaksana. Terbukti dengan nakes
membantu seorang ibu hamil untuk bersalin di pratiknya. Tetapi nakes tersebut
melakukan kesalahan dengan menolak hak pasien untuk mendapatkan bantuan
sehingga terpaksa melahirkan di depan gerbang rumah yang dikira sudah
melanggar kode etik. Hal tersebut menyebabkan nakes dikecam hingga akan di
cabut praktiknya. Hal ini didasari oleh Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit dalam Pasal 29 ayat 1 (m) menjelaskan bahwasanya rumah
sakit wajib untuk menghormati dan melindungi hak – hak pasien. Dilanjutkan
dengan Pasal 32 (i) mengenai hak pasien yaitu mendapatkan privasi dan
kerahasiaan penyakit yang dideritanya termasuk data – data medisnya.

2.4 Etika Moral Tenaga Kesehatan

Etika moral tenaga kesehatan yang seharusnya di laksanakan jika melihat dari
kasus yang sudah disinggung di atas adalah :

1. Tenaga kesehatan harus bisa menerapkan prinsip-prinsip etik yang salah


satunya tidak merugikan (Nonmaleficience) dan juga kerahasiaan
(Confidentiality). Karena seperti kasus tersebut, mahasiswi yang membuat video
tidak menerapkan kerahasiaan (tidak menjaga privasi pasien) sehingga
menyebabkan kerugian yang dirasakan oleh pasien dan juga beberapa pihak
terkait.

2. Tenaga kesehatan juga harus bisa memperhatikan etika bermedia sosial.


Tidak hanya di lingkungan kerja yang menerapkan etika, tetapi di dalam media
sosial kita juga harus menerapkan etika. Dimana dalam menggunakan platform

7
tersebut kita juga bisa memilih dan memilah penggunaan kata agar tidak
menimbulkan konflik yang menuai pro dan kontra dari masyarakat.

3. Sebagai seorang mahasiswa, kita harus menjaga sikap sehingga tidak ada
pihak yang dirugikan ketika kita melakukan sesuati di lingkungan belajar atau
lingkungan kerja kita.

4. Berani mengakui kesalahan dan mempertanggung jawabkan apa yang sudah


dilakukan adalah salah satu sikap yang harus dimiliki oleh Tenaga Kesehatan.
Dengan begitu kita dapat mengevaluasi diri di masa yang akan datang dan tidak
akan melakukan kesalahan yang sama.

8
BAB III

PEMBAHASA

3.1 Standar Perilaku

Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu,


organisme, sistem, atau entitas buatan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri
atau lingkungannya, yang mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta
lingkungan fisik (mati). Perilaku adalah respons yang dikomputasi dari sebuah
sistem atau organisme terhadap berbagai rangsangan atau input, baik internal atau
eksternal, sadar atau bawah sadar. terbuka atau rahasia. dan sukarela atau tidak
sukarela. Mengambil perspektif informatika perilaku, perilaku terdiri dari aktor,
operasi, interaksi, dan sifat-sifat perilaku. Perilaku dapat direpresentasikan sebagai
vektor perilaku.

Perilaku profesional bidan yaitu berpegang teguh pada filosofi, etika


profesi, dan aspek legal, bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan
keputusan klinis yang dibuatnya, senantiasa mengikuti perkembangan
pengetahuan dan keterampilan mutakhir, menggunakan cara pencegahan universal
untuk penyakit penularan dan strategi pengendalian infeksi. Melakukan konsultasi
dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan, menghargai budaya
setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode
pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak. Menggunakan model kemitraan dalam
bekerjasama dengan kaum wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang
telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara
tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri,
menggunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi, bekerjasama dengan
petugas kesehatan lain untuk menigkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan
keluarga, advokasi terhadap ibu dalam tatanan pelayanan.

3.2 Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti tempat
tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir.
Bentuk jamaknya adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata
9
etika sama pengertianya dengan moral. Moral berasaldari kata latin: Mos (bentuk
tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.

Menurut Bertens ada dua pengertian etika : sebagai praktis dan sebagai
refleksi. Sebagai praktis, etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang
baik yang dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya
dipraktikkan. Etika sebagai praktis sama artinya dengan moral atau moralitas yaitu
apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan sebgainya.
Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral.

Menurut Burhanuddin Salam, istilah etika berasal dari katalatin, yakni


"ethic, sedangkan dalam bahasa Greek, ethikos yaitu a body ofmoral principle or
value Ethic. arti sebenarnya ialah kebiasaan, habit. Jadi, dalam pengertian aslinya,
apa yang disebutkan baik itu adalah yang sesuaidengan kebiasaan masyarakat
(pada saat itu).

Menurut Webster Dictionary, secara etimologis, etika adalah suatu disiplin


ilmu yang menjelaskan sesuatu yang baik dan yang buruk, mana tugas atau
kewajiban moral, tau bisa juga mengenai kumpulan prinsip atau nilai moral,

3.3 Kualitas Dalam Memberikan Pelayanan Dalam

Tim Landasan Teori

1. Kualitas Layanan (Service Quality) Menurut Rusydi (2017) kualitas


pelayanan adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan terbaik
yang bermutu dibandingkan dengan pesaingnya. Menurut Tjiptono (2017) kualitas
layanan adalah tolak ukur seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu
sesuai dengan ekspektasi atau harapan dari pelanggan. Usmara (2008)
menyatakan kualitas layanan adalah suatu sikap dari hasil perbandingan
pengharapan kualitas jasa konsumen dengan kinerja perusahaan yang dirasakan
konsumen. Dari beberapa pengertian diatas, bisa disimpulkan bahwa kualitas
layanan merupakan penilaian dari pelanggan terhadap baik buruknya pelayanan
yang diberikan oleh suatu perusahaan, kualitas layanan sangat penting karena
mencakup reputasi yang dimiliki oleh perusahaan kedepannya.

10
a.) Karakteristik Kualitas Layanan Menurut Menurut Berry & Parasuraman,
Zeithaml (1988) dalam Lovelock (2016) disimpulkan bahwa terdapat empat
karakteristik jasa,yaitu :
1. Tidak Berwujud (Intangibility).
Layanan tidak dapat dilihat, dicicipi, dirasakan, didengar atau dicium
sebelum dibeli. Misalnya, orang yang sedang berbelanja di minimarket tidak
dapat membuka produk yang diambil sebelum melakukan pembelian.
2. Bervariasi (Variability).
Pada kuallitas pelayanan jasa tergantung pada siapa yang menyediakan,
kapan, dimana dan bagaimana jasa tersebut diberikan. Karena itulah jasa
disebut bervariasi.
3. Tidak Dapat Dipisahkan (Insenparability.)
Umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi ersamaan dengan partisipasi
konsumen didalamnya.
4. Tidak dapat disimpan (Pershability.)
Jasa tidak mungkin disimpan dalam bentuk persediaan. Nilai jasa hanya
ada pada saat jasa tersebut diproduksi dan langsung diterima oleh
penerimanya. Karakteristik ini berbeda dengan barang berwujud yang dapat
diproduksi terlebih dahaulu, disimpan, dan dipergunakan lain waktu.
b.) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Hutasoit, (2011)
menyebutkan ada 10 faktor yang menentukan kualitas pelayanan. Kesepuluh
faktor yang dimaksud yaitu :
1.Akses, yaitu kemudahan dan kenyamanan dalam memperoleh pelayanan.
2.Komunikasi, yaitu menjaga pelanggan dalam memperoleh sebuah informasi
dengan mendengarkan dan menggunakan bahasa yang dimengerti
oleh pelanggan.
3. Kompetensi, yaitu memiliki pengetahuan serta keterampilan terhadap
jasa yang diberikan.
4. Rasa hormat, yaitu meliputi menghargai, kesopanan, pertimbangan dan
ramah.
5. Kredibilitas, yaitu kepercayaan, citra dan reputasi.

11
6. Keandalan, yaitu dapat diandalkan, akurat, memberikan pelayanan yang
konsisten, serta memberikan pelayanan yang menjanjikan.
7. Daya tanggap, yaitu kesediaan serta kesiapan dalam memberikan
pelayanan yang dibutuhkan.
8. Keamanan, yaitu keamanan fisik, keuangan dan kerahasiaan.
9. Bukti fisik, yaitu perlengkapan, pelayanan, staf dan penampilan.
10.Memahami konsumen, yaitu mengetahui kebutuhan personal konsumen
dan mengenali pengulangan konsumen.
c.) Dimensi Kualitas Layanan Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry
dalam Adam (2015), ada lima jenis dimensi dalam kualitas pelayanan yakni:
1. Bukti Fisik (Tangibles)
Bukti fisik dari pelayanan yang diberikan adalah penampilan dan sarana
yang dimiliki oleh perusahaan dengan memberikan pelayanan yang terbaik
dari bukti fisik yang dimiliki. Indikator bukti fisik meliputi jam operasional
yang nyaman, penataan barang yang mudah ditemukan, fasilitas fisik yang
lengkap
2. Kehandalan (Reliability)
Kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan secara akurat serta
dapat dipercaya sesuai dengan yang dijanjikan. Indikator kehandalan meliputi
kemudahan bertransaksi, ketepatan dan ketelitian karyawan, pelayanan yang
cepat.
3. Daya Tanggap (Responsiveness)
Pelayanan yang diberikan secara cepat dan tanggap kepada pelanggan dan
menolong permasalahan pelanggan, Indikator daya tanggap meliputi
menyampaikan informasi yang jelas kepada pelanggan, membantu pelanggan
ketika kesulitan dan tidak membiarkannya menunggu sesuatu tanpa
memberikan alasan yang jelas.
4. Jaminan (Assurance)
Kemampuan perusahaan dengan memiliki pengetahuan, kesopanan, dan
jaminan. Indikator jaminan meliputi jaminan masa kadaluwarsa produk yang
masih panjang, status pembayaran suatu tagihan bisa diselesaikan secara
realtime, jaminan harga yang sesuai.

12
5. Empati (Emphaty)
Kemampuan perusahaan memberikan perhatian yang tulus secara
individual atau perorangan kepada para pelangan dengan harapan dapat
mengetahui segala keinginan dan kebutuhan konsumen dan menarik minat
pelanggan untuk menggunakan jasa pelayanan yang telah diberikan serta
mendengarkan keluhan atau keinginan yang spesifik mengenai pelayanan
yang diberikan. Indikator empati meliputi mampu menangani keluhan
pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan, berkomunikasi dengan baik dan
sopan kepada pelanggan.
3.4 Hak-hak Pasien, Kewajiban Tenaga Kesehatan dan Sanksi Bagi
Tenaga Kesehatan
● Hak-hak Pasien
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam maupun luar
Rumah Sakit
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatife tindakan, risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di Rumah Sakit
13
15. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya
17. Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan el,ektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
● Kewajiban Tenaga Kesehatan

Kewajiban tenaga kesehatan menurut undang–undang, tenaga kesehatan


dalam menjalankan praktiknya wajib untuk memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional
dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan. Hal
tersebut tertulis di dalam Pasal 58 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009. Kemudian,
tenaga kesehatan juga bertanggung jawab untuk bersikap dan berperilaku sesuai
dengan etika profesinya (Pasal 60).

Di dalam Undang–Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan juga


menyebutkan bahwasanya perawat dalam melaksanakan praktik salah satunya
berkewajiban untuk memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan (Pasal 37 huruf b).

Kemudian, Pasal 38 huruf c juga menjelaskan mengenai hak klien untuk


mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan
Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan

14
Peraturan Perundang-undangan. Dilanjutkan dengan huruf e, hak klien yaitu
memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.

Selain diatur di dalam Undang–Undang Keperawatan, di dalam Kode etik


perawat pada huruf a poin nomor 4 juga menyebutkan bahwa Perawat wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.

● Sanksi Bagi Tenaga Kesehatan

Untuk sanksi yang akan dikenakan bagi tenaga kesehatan apabila melanggar
privasi pasien, di dalam Undang–Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan,
dalam Pasal 82 menyebutkan bahwa tenaga kesehatan tersebut akan dikenai
sanksi administratif berupa :

a. teguran lisan

b. peringatan tertulis

c. denda administratif

d. pencabutan izin

Kemudian di dalam Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2017 tentang


Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, Pasal 34 ayat 1, dalam hal tenaga kesehatan
terbukti melakukan pelanggaran dapat dikenai sanksi disiplin profesi berupa :

a. pemberian peringatan tertulis;

b. rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik; dan/atau

c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan


kesehatan.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Banyaknya kasus tenaga kesehatan membuat kita sadar bahwa masih


banyaknya nakes yang tidak benar-benar memperhatikan dan mempelajari kode
etik dan etika moral dalam bekerja. Kita harusnya dapat lebih berhati-hati saat
melakukan sesuatu. Kita yang harusnya menjadi role model harus bisa
berkelakuan baik untuk tetap menjaga nama baik profesi kita.

Pada dasarnya, setiap pasien mempunyai hak untuk mendapatkan


kerahasiaan mengenai data-data medisnya. Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit dalam Pasal 29 ayat 1 (m) menjelaskan bahwasanya
rumah sakit wajib untuk menghormati dan melindungi hak-hak pasien.
Dilanjutkan dengan Pasal 32 (i) mengenai hak pasien yaitu mendapatkan privasi
dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya termasuk data-data medisnya.

Di dalam Undang–Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan


juga menyebutkan bahwasanya perawat dalam melaksanakan praktik salah
satunya berkewajiban untuk memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan
kode etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Untuk sanksi yang akan dikenakan bagi tenaga kesehatan apabila


melanggar privasi pasien seperti peneguran lisan, peringatan tertulis, denda dan
pencabutan izin.

4.2 Saran

Banyaknya kasus tenaga kesehatan membuat kita sadar bahwa masih


banyaknya nakes yang tidak benar-benar memperhatikan dan mempelajari kode
etik dan etika moral dalam bekerja. Kita harusnya dapat lebih berhati-hati saat
melakukan sesuatu. Kita yang harusnya menjadi role model harus bisa
berkelakuan baik untuk tetap menjaga nama baik profesi kita. Selain itu, sebagai
tenaga kesehatan harus menerapkan prinsip etik dengan cara salah satunya adalah
menjaga privasi dan memenuhi hak pasien

16
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. D., Aji, S. P., Fajriana, E., Kartikasari, N. D., & Sari, L. P. (2022). Etika
Profesi Kebidanan. Get Press.

Anwar, S., Santoso, A. P. A., Gegen, G., & AM, A. I. (2022). Penegakkan Etika Dan
Disiplin Tenaga Kesehatan Sebagai Aparatur Sipil Negara. JISIP (Jurnal Ilmu
Sosial dan Pendidikan), 6(3).

Kusnadi, S. A. (2021). Perlindungan Hukum Data Pribadi Sebagai Hak Privasi. AL


WASATH Jurnal Ilmu Hukum, 2(1), 9-16.

Priscyllia, F. (2019). Perlindungan Privasi Data Pribadi Perspektif Perbandingan Hukum.


Jatiswara, 34(3), 239-249.

Kanter, F. (2016). SANKSI Bagi Tenaga Kesehatan Yang Melakukan Tindak Pidana
Dalam Praktik Pelayanan Kesehatanmenurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014. Lex Privatum, 4(6).

Ristica, O. D., & Widya Juliarti, S. K. M. (2015). Prinsip Etika dan Moralitas dalam
Pelayanan Kebidanan. Deepublish.

17

Anda mungkin juga menyukai