Anda di halaman 1dari 9

GAGAL JANTUNG (HEART FAILURE)

1. K a. Gagal jantung kiri : (Left Ventrioular


riteria Diagnostik Failure – ICD X.150.1).
- Performance (kemampuan)
ventrikel kiri menurun dengan sedikit gangguan
pada ventrikel kanan.
- Tekanan dan volume di dalam
ventrikel kiri meningkat dengan akibat dyspnoe
yang ringan kemudian menjadi udema paru.
- Udema sistemik tidak/belum
terjadi meskipun performance ventrikel kanan
seringkali subnormal.

b. Gagal jantung kanan : (Right Ventricular


Failure – ICD X.150.9)
- Udema perifer lebih nyata tanpa
udema paru.
c. Gagal jantung kiri dan kanan = Gagal
jantung kongestif (CHF – ICD X : 150.0); gagal
jantung kanan akibat gagal jantung kiri).
- Resistensi pembuluh darah paru
meningkat, perfusi ginjal menurun, resistensi
garam dan air meningkat, pada saat ini
terjadilah udema paru perifer.
d. Cor Pulmonale Khronik.
- Gagal jantung kanan akibat
penyakit paru khronik PPOM (Penyakit Paru
Obstruktif Menahun).
e. Gagal jantung kanan pada Hipertensi
Pulmonal.
- Pada ASD, VSD, PDA, APVD
tidak termasuk Cor Pulmonale Chronicum.

2. D Keadaan hipovolemia dimana CO menurun akibat


iagnostik preload yang tidak cukup, pengobatan yang tepat
Pembanding adalah penambahan filling pressure dengan
penambahan cairan.
3. P a. EKG :
emeriksaan - Segera diminta/direkam.
Penunjang - Tidak dapat untuk membuat
diagnosa Heart Failure tetapi bermanfaat untuk
memperkirakan penyebab HF : Iskemia, Aritmia,
Infark lain-lain.
b. Foto Torks :
- CTR > 50% akibat dilatasi atau
hipertrofi jantung : hasil penilaian CTR harus
dipertimbangkan posisi dari penderita baring,
gemuk, kurang inspirasi.
- Kongesti vena-vena Pulmonalis.

- Udema interstitial : nampak


sebagai Kerley B lines; tekanan kapiter > 20
mm Hg.
- Pleural effusion : tekanan kapiler
> 25 mm Hg.
- Penyebab dari pada gagal
jantung dapat tercermin.
- Pada konfigurasi jantung
umpama :
 MS
 AI
 HHD
 Double contour : LAH
 Foto lateral dengan
barium meal.
 Oesophagogram
terdorong ke posterior pada LAH RVH;
Retrosternal dipenuhi > 1/3 oleh RV yang
besar.

4. K -
onsultasi
5. P -
erawatan RS
6. T a. Penderita datang ke IRD atau Poliklinik
erapi pada umumnya dengan gagal jantung NYHA.
b. Klas III – IV atau Killip III – IV yang
biasanya di rawat di CEU.
c. Medikamentosa :
- Digitalisasi cepat (lanoxin inj,
lanoxin atau digoxin tablet).
- Dosis digitalisasi (loasing dose):
0,03 mg/kg BB diberikan secara terbagi dalam
beberapa dosis dan titrasi; dilanjutkan dengan
maintence dose : 1 x ½ tab atau 1 x 1 tab/hari.
- Cara pemberian digitalisasi :
 Contoh : BB: 40 kg gagal
jantung, AF QRS rate cepat + 170/ menit.
 Dosis digitalisasi 40 x 0,03
mg = 1,2 mg.
 Obat yang dipakai :
lanoxin ampul; (amp = 0,5 mg).
 0,5 mg diberikan i.v.
 0,25 mg diberikan i.m.
 0,25 mg diberikan i.m.
 0,25 mg diberikan i.m.
 Interval pemberian + 4 – 6
jam.
 Sebelum diberikan
suntikan berikut HR atau QRS rata dihitung
terlebih dahulu, apabila sudah mencapai
sasaran yaitu antara 8 – 100/menit sebelum
digitalisasi selesai maka pemberian injeksi
berikutnya tidak perlu dan dilanjutkan
dengan dosis maintenance.
 Tetapi apabila dosis
digitalisasi telah terpenuhi sedang HR atau
QRS rate masih cepat maka dicari faktor-
faktor apa yang menyebabkan HR masih
tinggi/cepat, umpama :
 Anemia yang belum teratasi.
 Febris
 Hypovalemia
Digitalis diberikan dengan dosis
maintenance.
- Digitalisasi lambat :
 Penderita yang gagal
jantung, AF QRS rate tidak terlalu cepat +
120/menit.
 Digitalis diberikan oral :
 Digoxin (lanoxin) tabl 2 x 1
selama 2 – 3 hari disusul dengan dosis
maintenance 1 x 1 tab atau ½ tab/hari.
 Waktu paruh digoxin 24 –
36 jam sehingga pemberian cukup sekali
sehari.
 Pada gagal ginjal dosis
disesuaikan : kurangi dan diberikan selang
sehari.
- Langsung diberikan dosis
maintenance
 Apabila HR normal pada
AF :
 Indikasi :
 AF dengan QRS rate cepat.
 HF (Heart Failure) akibat
kontraktilitasi LV yang buruk : NYHA klas
III – IV dan II (?).
- Digitalis tidak begitu dianjurkan
dan memerlukan pertimbangan pada : AMI
kecuali apabila tidak/sukar terkontrol pada
pemberian :
 Firosemide.
 Nitrate.
 ACEi.
 Dopamin bersama/atau
Dobutamine.
- Kontraindikasi pada :
 1 st degree AV blok yang
berat.
 2 nd degree AV block.
 3 rd degree AV block.
 Apabila diperlukan
digitalis, maka dipasang TPM terlebih dahulu
pada 2 nd dan 3 rd degree AV block.
- MS dengan normal sinus rhytm –
tidak dianjurkan.
- HCM – Ci
- SSS dengan bradyarrhythmia –
tidak diberikan.
- Cor Pulmonale chronicum
kecuali bila ada AF.
 Kondisi yang meningkat
sensitivitas digoxin sehingga dosis
disesuaikan :
 Gagal ginjal.
 Usia lanjut.
 Hypo K +
 Hyper K +
 Hypoxaemia.
 Acidosis.
 IMA.
 Hypo Mg +.
 Hypercacalaemia.
 Penderita dengan digitalis
harus diwaspadai tanda-tanda atau keluhan
intoksikasi :
 Gastrointesterial : anorexia,
norasea, vomiting, diarrhea, penurunan
BB.
 CNS : Halusinasi pengelihatan,
confusion, psykosis, gelisah, insomnia,
lemah, pengelihatan yang biru, hijau,
kuning, kabur, scatoma.
 Aritmia dan kelainan konduksi :
 ES, ventrikel : begiminal atau
multifocal.
 AV block : 1 st degrre yang
berat.
2 nd & 3 rd degree.
 SVT : AF dengan AV
block.
: AF dengan QRS rate
cepat.
 Bradyarrhythmia :
Sinus bradycardia : apabila hanya
ditemukan sinus bradycardia saja
merupakan poor predictor intoksikasi
digitalis.
Apabila HF berat meskipun dosis digilatis sudah
dianggap cukup harus dicuraigai intoksikasi digitalis.
d. Tindakan bila ada keracunan digitalis :
- Stop digitalis.
- Stop diuretica atau apabila perlu
diuretica berikan K + sparing diuretica,
suplemen K +.
- Periksa digoxin level bila
memungkinkan.
Catatan : Diagnosa intoksikasi digitalis ditekan
berdasarkan klinis EKG. Periksa K + darah.
- Dosis digitalis ditinjau lagi
kemudian.
- Cari dan koreksi-koreksi yang
dapat menjadi pencetus intoksikasi digitalis.
- Tachy arrhythmia :
 VT (vertricular
Tachycardia).
 AT (atrial Tachycardia)
dengan block :
 Berikan infus K : 20 – 30 mcq dalam
500 cc.
 Nacl 0,9% atau glucose 5 % apabila
ada HF (Heart Failure) kecuali pada :
 Hyper K + (> 5 meg 1).
 Renal Insufficiency.
 AV block derajat berat (kenaikan
K + mungkin memperberat derajat AV
block)
 Monitaring EKG perlu (CEU).
 Lidocain (Xylocard).
 Tersedia kemasan amp 100 mg
(untuk bolus) dan 500 mg (drip).
 Dosis : Bolus 1 – 1,5 mg/kg/BB.
 Orip : 2 – 3 mg/kg/BB dalam
glucose 5 %.
 Dilatin oral (parenteral).
 Belum ada pengalaman dengan
xylocard tidak ada respon.
 Dosis : 3 x 110 mg.
e. Diuretica :
- Apabila diuresis masih belum
cukup disertai “symptoms dan sign” gagal
jantung masih nyata dapat diberikan tambahan
(20 – 40) mg i.v.
- HCT 25 mg atau 50 mg dapat di
tambahkan (kombinasikan) dengan furosemide
apabila diuresis tidak memuaskan.
- Dosis maintenance :
 Furosemide 40 mg 1 x 1
tab.
 HCT 25 mg 1 x 1 tab.
- Dopamine (inotropic dan pada
dosis tinggi > 5 mg/kg/mnt) merupakan efek
varopresor.
- Diberikan pada Cardiogenik
shock.
- Pemberian vasopressor pada
hipotensi dimaksud memperbaiki perfusi dan
oksigenasi organ vital yaitu : > 5 meg/kg/menit :
harapan mengatasi hipertensi dan mempunyai
efek inotropik.
- Harus disadari bahwa pemberian
dipamine dosis tinggi berkempanjangan
menyebabkan meningkatkan resistensi
kenaikan aflerloard dan membatasi kenaikan
C.O., meskipun demikian Vasopressor masih
bertahan sebagai “first line temporaray” untuk
keluar dari hipertensi dan mempertahankan
perfusi organ vital.
- Dobutamine
- Pemakian vasodilator saja
seperti nitopruside menjadi terbatas pada
hipertensi.
- Dobutamine mempunyai sifat :
 Positif inotropy, menaikan
CO.
 vasodilatasi.
- Dipakai pada LV yang
mengalami disfungsi berat.
- ACE inhibilator :
- Pada gagal jantung (HF) terjadi
aktivasi sistem R – A – A.
- Peranan yang AII sebenarnya
untuk mempertahankan tekanan darah
sistemik :
 Menyebabkan
vasokonstriksi sistematik CSVR meningkat.
 Merangsang efek sistem
saraf simpatik central dan peripheral.
 Menyebabkan retensi pad
air dan garam pada turbulus proxi malis.

 Menyebabkan rasa haus,


meningkatkan vasopresir sehingga
meningkatkan jumlah cairan tubuh.
- Obat dan Dosis
 Captopril
 2 x 6,2 3 x 6, 25 mg/hari.
 2 x 12 ½ 3 x 12 ½ mg /hari.
 2 x 25 mg/hari.
- Dosis dipertimbangkan dengan
melihat lain tekana darah.
 Ramipril : 1 x 1,25
mg/hari.
: 1 x 1,25 mg/hari.
 Prexum : 1 x 4 mg.
 Lain-lain ACEi dapat pula
dipakai.
 Prazosin 2 x ½ mg/hari.
2 x 1 mg/hari.
 Amlodipine 1 x 4 mg/hari.
 Prazosin atau amlodipine
pilihan ke-2 apabila ada riwayat efek
samping dengan ACEi.

Vasodilator
- Preparat nitrat
- Tujuan :
 Venous Compliance
menurun pada gagal jantung, dengan
pemberian preparat nitrat venous bed akan
besar sekali dapat membentuk pooking
dengan mengurangi kenaikan filling pressure
atau venous retrun.
ISDN
 5 (lima) mg sublingual
dibarengi 3 x 5 mg atau 3 x 10 mg
tergantung gagal jantung.
 Nitroglycerine : 1 tb
subligual.
Dibarengi ISDN 35 atau 3 x 10 mg oral.
 Nitrat Transdermal :
Nitrodik 5 mg atau 10 mg.

7. T -
empat Pelayanan
8. P -
enyulit
9. I -
nformed Consent
(tertulis)
10. T -
enaga Standar
11. L -
ama Perawatan
12. M -
asa Pemulihan
13. O -
utput
14. P -
atologi Anatomi
15. O -
topsi/ Risalah
Rapat

Anda mungkin juga menyukai