Anda di halaman 1dari 11

B.

STRUKTUR SOSIAL POLITIK

1. STRUKTUR SOSIAL
➔ Suatu bangunan yang terdiri atas berbagai unsur pembentuk masyarakat
➔ Hubungan social antara individu secara teratur pada waktu tertentu yang
merupakan keadaan statis dari suatu system social
➔ Suatu tatanan social dalam kehidupan masyarakat yang merupakan
kumpulan dari pokok-pokok unsur social

Ciri- ciri struktur sosial :


1. Hubungan social yang pokok dan memberikan bentuk dasar pada masyarakat.
2. Mencakup semua hubungan social antara individu-individu
3. Merupakan seluruh kebudayaan masyarakat. Struktur social tidak terlepas dari
perilaku, perasaan dan kepercayaan
4. Aspek statis dari suatu proses atau fungsionalisasi dari system social
5. Tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat
Unsur-unsur sosial pembentuk struktur social:
1. Kelompok social
2. Kebudayaan
3. Lembaga social
4. Stratifikasi social
5. Kekuasaan dan kewenangan

2. STRUKTUR POLITIK
➔ Tata Susunan Kelembagaan (Lembaga Dan Organisasi) Dalam Kehidupan Politik
Suatu Negara”

STRUKTUR POLITIK

STRUKTUR POLITIK

Susunan/kelembagaan/ Segala Sesuatu Yang Berkaitan Dengan Proses


organisasi/badan/ dll Pembuatan Dan Pelaksanaan Kebijakan
Umum Yang Berdampak Mengikat publik Di
Dalam Suatu Negara (peraihan kekuasaan,
negara, kebijakan , dll)

Lembaga atau organisasi yang terlibat dalam proses politik suatu negara
(baik dalam hal peraihan kekuasaan, pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan ataupun lainnya)
Note :

Struktur Politik adalah :


o Berkaitan dengan alokasi nilai nilai yang otoritatif
o Dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuaasan dan kewenangan
o Meliputi hubungan antarmanusia atau struktur hubungan manusia dengan pemerintah

Struktur Politik terbagi dua, Suprastruktur Politik Dan Infrastruktur Politik

SUPRASTRUKTUR
POLITIK

STRUKTUR POLITIK

INFRASTRUKTUR
POLITIK

A. SupraStruktur Politik
Suprastruktur politik adalah struktur atau kerangka dalam organisasi kenegaraan yang
kekuasaannya dikendalikan oleh sekelompok orang yang disebut pemerintah.

SUPRASTRUKTUR YANG BERKUASA PEMERINTAH


POLITIK

Tugas dari suprastruktur politik adalah menghasilkan kebijakan dan wajib


mengkomunikasikan kebijakan yang dibuatnya secara terbuka kepada lapisan atau
sistem infra struktur politik yang ada di bawahnya melalui saluarn yang telah disepakati
B. Infrastruktur Politik
Yaitu kelompok, Lembaga atau lapisan politik yang berada di bawah supra struktur
politik. Infrastruktur politik juga dikenal dengan unsur unsur bangunan bawah yang
berperan menopang sebuah kinerja mesin poliik dalam mengolah input politik untuk
dikeluarkan dalam bentuk output politik yaitu kebijakan publik. Yang termasuk ke
dalam infrastruktur politik adalah :

1. Partai politik
Yaitu kelompok manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan untuk
merebut atau mempertahanan kekuasaan dalam pemerintahan . ( Carl
Friedrich). Partai politik juga diartikan sebagai sekelompok warga negara yang
terorganisasi, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan memanfaatkan
kekuataanya untuk memilih, bertujuan utnuk menguasai pemerintahan dan
menjalankan kebijaksaan umum mereka.

2. Kelompok elite (elite Group)


Sekelompok kecil individu yang memiliki kualitas terbaik yang dapat menjangkau
pusat kekuatan social politik

3. Organisasi Kemasyarakatan (Ormas)


Kelompok orang yang secara organisastoris membentuk suatu perkumpulan
secara formal yang diatur berdasarkan ketentuan organisasi untuk mencapai tujuan
yang di tetapkan dalam bidang social dan budaya.

4. Kelompok kepentingan (interest group)


Kelompok yang berusaha mempengaruhi kebijakan pemerintah tanpa
berkehendak memperoleh jabatan public. Kelompok kepentingan terbagi
empat, pertama, kelompok anomik yaitu kelompok yang terbentuk secara spontan
karena suatu kebijakan. Kedua, kelompok non-asosiasional, yaitu kelompok yang
tidak terorganisasi dengan baik, contoh kelompok paguyuban, regional, dll. Ketiga,
kelompok institusional, yaitu kelompok yang sifatnya formal dan memiliki fungsi
social politik. Keempat, kelompok asosiasional, yaitu kelompok Lembaga
swadaya masyarakat seperti serikat buruh, perkumpulan dagang, dll.

5. Kelompok penekan (pressure Group)


Kelompok yang dapat mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijaksanaan
pemerintah melalui cara-cara persuasi, propaganda, atau cara lain yang lebi efektif.

6. Tokoh Masyarakat (Opinion Leaders)


Kelompok orang yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat baik dari tokoh agama,
tokoh adat, dan budaya

7. Kelompok birokrasi (bureaucracy Group)


Organisasi yang terdiri dari aparat yang bergaji yang melaksanakan detail tugas
pemerintahan, memberikan nasihat dan melaksanakan keputusan kebijakan.
8. Media Massa (perss)
Berupa pemberitaan baik dalam bentuk surat kabar cetak, elektornik ataupun online,
media massa memiliki fungsi dalam menggerakan system, memberikan input,
terlibat dalam proses politik, memberikan pendidikan politik, melakukan sosialisasi
politik, menyeleksi kepemimpinan, menyelesaikan sengketa politik dan pemberi
informasi.

9. Massa (Crowd)
Yaitu kumpulan ndividu-individu, dalam kumpulan tersebut tidak terdapat interaksi
dan dalam kumpulan tersebut tidak terdapat adanya struktur.
C. SIKAP DAN PERILAKU POLITIK

Kerangka Teori Perilaku Politik

Perilaku politik Political behaviour

Political behaviour

negara, warga Perilaku


negara, pemerintah Tindakan
dan kebijakan Ucapan

Perilaku politik adalah suatu bentuk keikutsertaan warga negara dengan


cara yang terorganisir dalam membuat keputusan-keputusan politik,
dengan keikutserataan yang sukarela dan atas kemauan sendiri, didasari
atas rasa tanggung jawab terhadap tujuan-tujuan social secara umum,
dan dalam koridor kebebasan berfikir, bertindak, dan kebebasan
mengemukakan pendapat.

Perilaku Politik secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa inggris political
behaviour. Political memiliki arti menyangkut negara, warga negara, pemerintah dan
kebijakan. Sementara behaviour adalah cara seseorang dalam melakukan hubungan
dengan orang lain, behaviour dalam Bahasa Indonesia memiliki persamaan arti dengan
perilaku, yakni tanggapan atau reaksi individu yang tampak dalam gerakan, sikap atau ucapan.
Jadi, perilaku politik adalah suatu bentuk keikutsertaan warga negara dengan cara yang
terorganisir dalam membuat keputusan-keputusan politik, dengan keikutserataan yang
sukarela dan atas kemauan sendiri, didasari atas rasa tanggung jawab terhadap tujuan-
tujuan social secara umum, dan dalam koridor kebebasan berfikir, bertindak, dan
kebebasan mengemukakan pendapat.
Secara terminologi, partisipasi politik adalah kegiatan antara pemerintah dengan
masyarakat ataupun sebaliknya yang memiliki unsur pembuatan, pelaksanaan dan
penegakan keputusan politik.
Perilaku politik meliputi tanggapan internal seperti persepsi, sikap, orientasi dan
keyakinan serta tindakan-tindakan nyata seperti pemberian suara, protes, lobi dan
sebagainya. Sedangkan sikap politik adalah merupakan hubungan atau keyakinan yang telah
melekat dan mendorong seseorang untuk menanggapi suatu obyek atau situasi politik dengan
cara tertentu. Sikap dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh proses dan peristiwa
historis masa lalu dan merupakan kesinambungan yang dinamis.
Perilaku politik atau (Politic Behaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh
insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai makhluk politik
(Sobolim, 2013), seperti :
• Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin
• Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau
parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau LSM (lembaga swadaya
masyarakat)
• Ikut serta dalam kegiatan-kegiatan politik
• Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas
• Berhak untuk menjadi pimpinan politik
• Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna
melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undangundang dasar
danperundangan hukum yang berlaku

Pengertian perilaku politik menurut ahli:


a. Ramlan Subakti, perilaku politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat,
diantara Lembaga-lembaga pemerintah, dan diantara kelompok individu dalam
masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan
keputusan politik.
b. Gabriel Almond, perilaku politik merupakan kegiatan yang tidak hanya sebatas
mengambil bagian dalam konteks kegiatan politik, namun didalanya terdapat tiga
kategori kegiatan politik yakni artikulasi kepentingan, penyatuan kepentingan dan
artikulasi kepentingan lanjutan.
c. Gaventa dan Valderma, perilaku politik adalah interaksi perserorangan atau
organsasi dengan negara. Perilaku politik seringkali dihubungkan dengan demokrasi
dan perwakilan. Perilaku politik merupakan sebuah tindakan untuk mempengaruhi
dan mendudukan wakil-wakil rakyat dalam Lembaga pemerintahan ketimbang
melihatnya sebagai proses partisipasi langsung.
d. Anthony Downs, perilaku politik adalah sikap atau koalisi organisasi yang terdiri dari
individu-individu dalam sebuah negara, untuk mempengaruhi keputusan pemerintah
melalui pemilihan anggota konstitusi dan kepala pemerintahan. Anthony
menfokuskan perilaku politik hanya sebagai sebuah upaya untuk mempengaruhi
dan mendudukan wakil rakyat dalam Lembaga pemerintahan ketimbang
partisipasi aktif
e. Huntington dan Nelson, perilaku politik merupakan kegiatan warga negara yang
bertindak sebagai pribadi-pribadi untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh
pemerintah. Perilaku politik bisa bersifat individul atau kolektif, terorganisir atau
spontan, mantap atau sporadic, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal,
efektif atau tidak efektif. Batasan perilaku politik menurut Huntington dan Nelson
, yakni perilaku politik lebih menyangkut kegiatan-kegiatan bukan sikap, Kedua, subjek
perilaku politik adalah warga ngera atau khususnya per orang dalam peranannya
sebagai warga negara biasa. Ketiga, perilaku politik bertujuan untuk mempengaruhi dan
mengubah dalam pengambilan keputusan pemerintah yang ditujukan kepada pejabat
negara. Keempat, perilaku politik merupakan kegiatan otonom atas dasar kemauan
sendiri
f. Miriam budiarjo, perilaku politik merupakan kegiatan seseorang atau kelompok
untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik. Perilaku politik mencakup
tindakan seperti memberikan suara dalam pemilu, menghadiri rapat umum,
mengadakan hubungan atau lobbying dengan penjabat pemerintah atau anggota
parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan social dan lain sebagainya.
g. Jack C. Plano, Perilaku dapat dipahami sebagai pikiran atau tindakan manusia yang
berkaitan dengan proses pemerintahan. Yang termasuk perilaku politik adalah
tanggapantanggapan internal (pikiran, persepsi, sikap, dan keyakinan) dan juga
tindakan-tindakan yang Nampak (pemungutan suara, gerak protes, lobi, kaukus dan
kampanye).
h. Sudijono Sastroatmodjo, perilaku politik adalah “tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah ataupun masyarakat berkaitan dengan tujuan dari suatu masyarakat,
kebijakan untuk mencapai suatu tujuan serta sistem kekuasaan yang memungkinkan
adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat ke arah pencapaian tujuan
tersebut. Perilaku politik ini diarahkan pada pencapaian konsensus atau kesepakatan
dalam mewujudkan tujuan dari masyarakat dan pemerintah”.

Perilaku politik menurut pendapat Ramlan Surbakti dibagi 2 (dua), yaitu :

1. Perilaku politik lembaga dan para pejabat pemerintah yang bertanggung jawab membuat,
melaksanakan dan menegakan keputusan politik.
2. Perilaku politik warga negara maupun individu kelompok yang berhak mempengaruhi
pemerintah dalam melaksanakan fungsinya karena apa yang dilakukan pemerintah
menyangkut kehidupan warga negara tersebut.
TIGA PENDEKATAN PERILAKU POLITIK

Tiga pendekatan Perilaku Politik

Pendekatan sosiologis Pendekatan psikologis Pendekatan rasional

Lingkungan social
Penanaman nilai
pekerjaan, pendidikan Untung rugi
agama, wilayah, jenis (sosialisasi)
kelamin,

Perilaku politik dapat diketahui dengan tiga pendekatan yaitu:


a. Pendekatan Sosiologis.
Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan
pengelompokan sosial mempunyai pengaruh pengaruh yang cukup signifikan dalam
menentukan perilaku politik seseorang. Karakteristik sosial seperti pekerjaan,
pendidikan sampai karakteristik sosiologis seperti agama, wilayah, jenis kelamin,
umur dan sebagainya merupakan bagian-bagian dan faktor-faktor penting dalam
menentukan pilihan politik. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat vital dalam
memahami perilaku politik seseorang.
b. Pendekatan Psikologis.
Pendekatan ini menggunakan konsep psikologi terutama konsep sosialisasi dan sikap
untuk menjelaskan perilaku politik. Oleh karena itu menurut pendekatan ini
sosialisasilah sebenarnya yang menetukan perilaku politik seseorang. Pendekatan
psikologis menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan
emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi kepada
kandidat.
c. Pendekatan Rasional.
Dalam konteks pendekatan rasional, pemilih akan memilih jika ia merasa ada timbal
balik yang akan diterimanya. Ketika pemilih merasa tidak mendapatkan faedah
dengan memilih pemimpin yang sedang bertanding, ia tidak akan mengikuti dan
melakukan pilihan pada proses Pemilu.
Prespektif Melihat Perilaku Politik

Prespektif melihat perilaku politik

Behavioral Structural Fungsional Tindakan sosial

Perilaku politik merupakan


Sikap, perilaku, Perilaku social yang
tindakan social seseorang
tindakan atas ditentukan oleh norma
yang bersifat subjektif,
kemauan sendiri dan dan aturan ataupun
bukan suatu kebetulan tapi
secara sadar melalui hubungan
terstruktur dan memiliki
kekuasaan scara vertikal
makna dan pola tertentu

Dalam melihat perilaku politik, dapat menggunakan tiga prespektif, yakni:


a. Behavioural
Yakni perilaku politik merupakan sikap, perilaku atau tindakan yang dilakukan seseorang
dalam kegiatan politik yang dilakukan atas kemauan sendiri dan secara sadar
b. Prespektif structural fungsional
Perilaku manusia dibentuk oleh fakta social yang berisikan norma dan aturan yang sifatnya
mekasa dan berada di luar individu, sehingga individu dikenalikan dengan perilaku politik.
perilaku politik merupakan aspek perilaku social yang ditentukan melalui hubungan kekuasaan
secara vertical. Dalam prespektif ini, perilaku politik tidak didasarkan atas kesadaran politik.
c. Prespektif tindakan sosial
perilaku politik sebagai tindakan social yang merupakan suatu proses dimana actor terlibat
dalam pengambilan keputusan subektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah dipilih. Tindakan social bukanlah sebuah perilaku yang kebetulan, tetpi dilakukan
secara terencana, terstruktur dan memiliki pola dan makna tertentu. Weber membagi tindakan
social kedalam empat tipe, yakni:
a. Instrumentally rational, tindakan yang ditentukan oleh harapan yang memiliki tujuan
untuk dicapai
b. Value rational, tindakan yang didasari oleh kesadaran keyakinan mengenai nilai yang
penting seperti etika,estetika, agama dan nilai lainnya yang mempengaruhi tingkah laku
manusia
c. Affectual, tindakan yang ditentukan oleh kondisi kejiwaan dan perasaan individu
d. Tradisional, tindakan yang didasakan atas kebiasaan yang telah mandarah daging.
Model dan Bentuk Perilaku Politik (Gabriel A.Almond)

Bentuk perilaku politik

konvensional Non konvensional

(Legal dan Normal) Bersifat illegal dan tidak


normal.
Kampanye, lobbying,
voting, pemberian suara (Demonstrasi, konfontrasi,
dalam pemilu mogok, tindakan kekerasan,
dan revolusi )

Model dan Bentuk Perilaku Politik (Huntington dan Nelson)

1. Kegiatan pemilihan yang mencakup pemberian


suara, sumbangan untuk kampanye, bekerja
dalam kegiatan pemilihan, mencari dukungan bagi
seorang calon, setiap tindakan yang bertujuan
mempengaruhi hasil pemilihan
Bentuk perilaku politik 2. Lobbying, mencakup upaya, baik perorangan
amaupun kelompok untuk menghubungi pejabat
pemerintah atau pimpinan politik dengan maksud
mempengaruhi keputusan yang akan diambil
3. Kegiatan organisasi, menyangkut kegiatan sebagai
angota atau pejabat suatu organisasi yang tujuan
utaanya mempengaruh pengambilan keputusan
pemerintah
4. Mencari koneksi, yaitu tindakan perorangan yang
ditujukan terhadap pejabat pemerintah
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Politik

Keyakinan agama
Kultur/budaya politik
Utsman Abdul Mu’iz Karakter lingkungan
Ramlan Motivasi politik
Kemampuan dan kecakapan dalam politik
Keyakinan akan kemampuan mempengaruhi keputusan
pemerintah

Frank Lindenfeld
Keputuan finansial
S.M Lipset Keadaan ekonomi
Arnold Steinberg
Kesadaran politik
Penilaian dan apresiasi terhadap pemrintah
Ramlan Subakti System politik dan system ekonomi
Lingkungan (keluarga, agama, sekolahpergaulan dll)
Strukrur kepribadian
Lingkungan social politik

Modernisasi
Weimar Struktur kelas
Pengaruh kaum intelektual dan peningkatan
komunikasi
Adanya konflik pemimpin politik
Dominasi Keterlibatan pemerintah

Status social ekonomi


Situasi
Hendrik Afiliasi politik orang tua
Pengalaman berorganisasi
Kesadaran politik
Kepercayaan terhadap pemerintah
Ransangan sosialisasi

KATEGORISASI PERILAKU POLITIK

1) Radikal, tidak puas dengan kondisi yang ada dan ingin perubahan secara cepat dan mendasar
2) Moderat, cukup puas dengan keadaan dan bersedia uk maju serta tidak ingin perubahan secara
cepat.
3) Status quo, sudah puas dengan keadaan yang ada dan berusaha mempertahankanya
4) Konservatif, sudah puas dengan keadaan yg ada dan cenderung bertahan dari perubahan.
5) Liberal, berfikir bebas dan ingin terus maju

Anda mungkin juga menyukai