Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sandrina Fuji Indah Lestari

NPP : 31.0386
Kelas : B-4
UJIAN AKHIR SEMESTER EVALUASI KEBIJAKAN

1. Evaluasi dapat dikatakan sebagai suatu proses pemberian informasi yang sangat penting sebagai
alternative pengambilan keputusan. Evaluasi itu sendiri dilakukan untuk menghadirkan
rekomendasi berdasarkan pengukuran dan penilaian yang telah dilakukan. Evaluasi juga
berfungsi sebagai bahan rekomendasi pengambilan keputusan yang dimana hasil akhirnya
tersebut berupa rumusan rekomendasi berdasarkan hasil analisis mendalam yang telah dilakukan
sebelumnya. Lalu bagaimana agar hasil evaluasi tersebut dapat langsung dimanfaatkan oleh
decision maker? dalam evaluasi kebijakan terdapat 6 langkah dalam evaluasi kebijakan menurut
Edward A. Suchman yaitu:
a. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi
b. Analisis terhadap masalah
c. Deskripsi dan standarisasi kegiatan
d. Pengukuran terhadap tindakan perubahan yang terjadi
e. Menentukan perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena
penyebab yang lain
f. Beberapa indikator untuk menentukan suatu dampak

2. Evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan (training) menurut Kirkpatrick (1998) mencakup
empat level evaluasi, yaitu: level 1 reaction, level 2 learning, level 3 behavior, dan level 4
result. Evaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan/program berarti mengukur kepuasan peserta
(customer satisfaction). Program pelatihan dianggap efektif apabila proses pelatihan dirasa
menyenangkan dan memuaskan bagi peserta pelatihan sehingga mereka tertarik termotivasi untuk
belajar dan berlatih. Dengan kata lain peserta pelatihan akan termotivasi apabila proses pelatihan
berjalan secara memuaskan bagi peserta yang pada akhirnya akan memunculkan reaksi dari
peserta yang menyenangkan. Sebaliknya apabila peserta tidak merasa puas terhadap proses
pelatihan yang diikutinya maka mereka tidak akan termotivasi untuk mengikuti pelatihan lebih
lanjut getahuan maupun peningkatan keterampilan. Evaluasi pada level ke 3 (evaluasi tingkah
laku) ini berbeda dengan evaluasi terhadap sikap pada level ke 2. Penilaian sikap pada evaluasi
level 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan pelatihan dilakukan
sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan
tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja. Kriteria keberhasilan pada evaluasi level ke
3 adalah perubahan sikap yang telah terjadi setelah mengikuti pelatihan akan diimplementasikan
setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan, sehingga penilaian tingkah laku ini lebih bersifat
eksternal. Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang
terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program.

3. Dalam proses penelitian kualitatif, Creswell (2008: 52) dan Gay, Mills (2006: 400) memaparkan
beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seorang peneliti kualitatif yaitu:
a. Mengidentifikasi topik penelitian: Peneliti mengidentifikasi topik atau studi yang menarik bagi
penelitian. Seringkali topik awal dipersempit menjadi lebih mudah dikelola.
b. Meninjau literatur: Peneliti meneliti ada penelitian untuk mengidentifikasi informasi yang
bermanfaat dan strategi untuk melaksanakan penelitian.
c. Memilih peserta/obyek: Peneliti harus memilih peserta untuk menyediakan pengumpulan data.
Peserta sengaja dipilih (yaitu, tidak secara acak dipilih) dan biasanya lebih sedikit jumlahnya dari
pada sampel kuantitatif.
d. Pengumpulan data: Peneliti mengumpulkan data dari peserta. Data kualitatif cenderung akan
dikumpulkan dari wawancara, observasi, dan artefak.
e. Menganalisis dan menafsirkan data: Peneliti menganalisis tema dan hasil data yang
dikumpulkan dan menyediakan interpretasi data.
f. Pelaporan dan mengevaluasi penelitian: Peneliti merangkum dan mengintegrasikan data
kualitatif dalam narasi dan bentuk visual.

4. A. Menentukan Masalah
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
dimana penyakit itu sendiri dapat terjadi keika keseimbangan dalam tubuh tidak dapat
dipertahankan. Pada pertengahan bulan Juli 2022, banyak Praja IPDN Kampus Jakarta yang
terkena sakit hingga harus dilarikan ke Rumah Sakit yang dimana gejala yang dirasakan oleh
seluruh Praja tersebut sama mulai dari demam di waktu-waktu tertentu, mual, dingin hingga
mengigil tapi mengeluarkan keringat, hingga diare. Bahkan kondisi tersebut saya sendiri
mengalami sampai terpaksa tidak bisa mengikuti siklus kehidupan Praja selama 1 bulan. Maka
dari itu, hal ini merupakan hal yang sangat besar karena begitu banyaknya Praja yang mengalami
sakit ini (hingga 40 orang) dan tentu harus dievaluasi agar tidak terjadi lagi hal serupa
kedepannya.

B. Tujuan Survey
Survey disini dibutuhkan untuk mengetahui apa penyebab begitu juga dengan rekomendasi apa
yang harus dilakukan agar demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi ini dapat
berhenti dan tidak terjadi lagi khususnya di Kampus IPDN Jakarta.

c. Sumber Masalah Penelitian


Dari semua gejala yang dirasakan oleh Praja IPDN Kampus Jakarta termasuk saya, kami
mengetahui bahwa kami terkena demam tifoid atau yang lebih dikenal dengan tipes. Hal tersebut
kami ketahui dari hasil cek darah kami di Lab Pramita. Dari hasil tersebut terdapat jenis bakteri
berupa salmonella typhi O dan salmonella typhi H yang dinyatakan positif. Dari seminar yang
pernah saya ikuti di Aula dan beberapa situs internet, telah saya pahami bahwa bakteri tersebut
dapat ditemukan di air bahkan difeses. Bakteri tersebut dapat bertahan lama baik pada air, tanah,
maupun bahan makanan hingga feses yang dapat bertahan hidup hingga 2 bulan lamanya.
Salmonella yang tertelan akan mencapai usus halus lalu memasuki saluran limfatik dan kemudian
masuk ke aliran darah. Salmonella dibawa ke berbagai organ oleh darah, salah satunya usus.
Organisme ini memperbanyak diri di jaringan lifoid usus dan diekskresi dalam feses. Bakteri ini
dapat ditularkan melalui orang bahkan hewan yang terinfeksi. Sumber infeksi bakteri ini adalah
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh Salmonella seperti air yang terkontaminasi
tinja, susu dan produk lain yang terkontaminasi tinja karena proses pasturisasi yang tidak
sempurna, hingga telur yang terkontaminasi dari ayam yang terinfeksi salmonella.

d. Sample Design Penelitian Survey


IPDN Kampus Jakarta mendapatkan bantuan penelitian survey untuk mengetahui asal muasal
bakteri salmonella dapat terkontaminasi dan menyebar dengan melakukan pengambilan sample
darah terhadap beberapa Praja, air minum Praja, hingga air yang biasa kami gunakan sehari hari
untuk mandi, mencuci, dan masih banyak lagi. Setelah melakukan penelitian tersebut
disimpulkan bahwa bakteri salmonella tersebut terkontaminasi melalui air keran yang kami
gunakan setiap harinya karena air tersebut terkontaminasi tinja. Sesuai pengalaman saya, pada
saat itu memang wisma yang saya tinggali itu terdapat beberapa titik bocor dari air wisma atas
yang ternyata tetesan tersebut adalah tetesan septitank (air yang telah terkontaminasi dengan
tinja). Untuk mengatasi hal tersebut IPDN Kampus Jakarta melakukan renovasi total pada wisma
wisma disini khususnya pada wisma yang saya tinggali dan Praja IPDN Kampus Jakarta telah
melakukan suntik vaksin tifoid untuk membentuk antibody yang akan melawan bakteri penyebab
gejala-gejala tersebut.

Anda mungkin juga menyukai