Anda di halaman 1dari 8

Tugas Pendidikan Agama Islam

Hakikat Manusia dalam Konteks Pendidikan Islam

Di Susun Oleh :

Nama : YESI ASRI


NIK : 202252012

Jurusan Kewirausahaan dan Bisnis


Universitas Sulawesi tenggara
Kendari
2022
Abstrak

Membahas tentang hakikat manusia tidak akan pernah habisnya, karena banyaknya dimensi
yang dibahas. Jika seseorang tuntas memahami dimensi tentang manusia, pasti muncul dimensi yang
belum tuntas dibahas. Tujuan penulisan jurnal ini untuk mengetahui hakikat manusia menurut islam,
pandangan filsafat tentang hakikat manusia, bagaimana hakikat manusia sebagai individu dan
anggota masyarakat. Jenis penelitian ini menggunakan kajian kepustakaan dan menggunakan
pendekatan analisis filosofis. Data primer penelitian adalah buku berjudul “Filsafat Pendidikan Islam
Menuju Pembentukan Karakter, sedangkan data sekunder yang digunakan adalah jurnal berkaitan
dengan topik yang akan dibahas. Metode pengumpulan dengan dokumentasi, teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif analitik. Berdasarkan data yang peroleh maka dapat disimpulkan
bahwa dalam Islam Manusia meliputi dua unsur yaitu unsur jasmani dan rohani. Keduanya saling
keterkaitan antar satu sama lain dan kemudian Allah berikan potensi. Dalam alqur’an digambarkan
dengan al-basyar, al-insan, al- nas, bani adam, dan al-Ins. Dalam filsafat hakikat manusia meliputi
ruh, jasad, perpaduan ruh dan jasad serta eksistensinya. Manusia sebagai makhluk individu adalah
setiap manusia berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh potensi. Manusia sebagai makhluk
masyarakat memerlukan manusia lain. Implikasinya, pendidikan islam harus dibangun konsep
pendidikan qalbiah dan aqliah, pendidikan Islam harus melakukan pengembangan potensi, menjadi
sarana proses transformasi ilmu dan budaya.

PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk kosmis yang sangat penting, karena manusia dilengkapai dengan
semua atribut dan kondisi yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dan kapasitas mereka
sebagai makhluk Allah SWT di muka bumi ini. Pembicaraan tentang manusia adalah perbincangan
cara pandang kita melihat diri kita sendiri ataupun orang lain, pembahasan ini yang tidak akan
pernah ada tuntasnya dan berakhir. Membahas tentang hakikat manusia tentunya mengacu kepada
sudut pandang kita dalam melihat manusia. Hakikat mengandung makna dasar/unsur yang ada
dalam suatu benda. Kajian tentang hakikat manusia sebenarnya sudah banyak dikaji oleh peneliti-
peneliti terdahulu. Pembahasan tentang hakikat manusia ini akan terus berlanjut, karena banyak
aspek yang harus ditelaah. Jadi dengan asumsi semua orang benar-benar memahami unsur-unsur
individu, harus ada aspek yang dibicarakan. Jadi pemahaman tentang hakikat dari manusia masih
menjadi permasalahan sepanjang hidup. Perbincangan tentang manusia adalah suatu hal yang
penting dengan tujuan agar interaksi instruktif berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Manusia
dalam perspektif Islam memiliki berbagai pemikiran dari perspektif agama yang berbeda atau
pembahasan manusia dalam konteks Islam berbeda dengan manusia dalam perspekti agama-agama
lain. Di dalam Al-Qur’an ada banyak ditemukan penggambaran tentang manusia dan makna filosofis
dari penciptaannya. Manusia merupakan mahkluk yang terbaik dan manifestasi terbaik yang
dilengkapi dengan akal(Ramayulis dan Samsul Nizar, 2009). Dalam situasi ini Ibn Arabi, misalnya lebih
lanjut menjelaskan tentang hakikat manusia degan mangatakan bahwa “Tidak ada makhluk Allah
yang lebih baik selain manusia, yang memiliki kemampuan untuk hidup, mengetahui, berhendak,
berbicara, melihat, mendengar, berpikir dan memutuskan atau memilih. Konsep manusia dalam
perspektif Islam merupakan gagasan pokok bagi sosiologis umat manusia yang menjadikan manusia
sebagai objek formal dan material. Jadi gagasan teoritis, maka pada saat itu, kita tidak harus
bertanya substansi yang membuat dan mendapatkan manusia dan mengerti dan mengetahui segala
hal tentang manusia, yaitu Allah SWT, melalui Al-Qur’an yang berisi misteri tentang manusia. Dalam
beberapa tulisan atau karya juga digambarkan sangat banyak tentang manusia. Dalam ilmu mantiq,
manusia disebut dengan binatang yang berfikir atau makhluk yang berpikir yang menyiratkan bahwa
manusia menawarkan sudut pandang berdasarkan proses berpikirnya. “manusia” adalah makhluk
atau binatang yang berakal bila ditemukan dalam rujukan kata bahasa indonesia. Berdasarkan
penjelasan ini, kami memahami bahawa manusia adalah makhluk yang diberi motivasi untuk berpikir
sebelum bertindak dalam mencapai sesuatu sehingga mereka memiliki kendali atas makhluk lain
untuk keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan hidupnya. Manusia memiliki atribut individu,
namun manusia juga membutuhkan bantuan orang lain, menyiratkan bahwa manusia adalah
makhluk yang sifatnya monodualisme (Sumanto, 2019). Dilihat dari sudut pandang filsafat hakikat
manusia adalah ruh, jasad serta keberadaannya. Pemahaman tentang awal mula menjadi manusia
dijadikan manusia sebagai acuan atau perspektif dalam merencanakan tujuan instruktif bagi
manusia. Penciptaan manusia yang mendasari ini menjadi alasan untuk mencari tahu pendidikan
Islam. Mengkaji manusia dari satu dimensi, akan membawa stagnasi pemikiran tentang kapasitas
manusia dari satu aspek dan menjadikan obyek statis. Manusia sendiripun sebagai pribadi keliru
untuk memahaminya sendiri (Maragustam, 2018). Dalam penelitan sebelumnya yang dilakukan oleh
Alimatus Sa’diyah Alim, dengan judul Hakikat manusia, alam semesta, dan masyarakat dalam
konteks pendidikan Islam. Fokus dalam penelitian ini bertujuan untuk menvari tahu esensi manusia,
alam semesta dan masyarakat dalam perspektif filsafat pendidikan Islam (Alimatus Sa’diyah Alim,
2019). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Siti Khasinah, 2013, dengan judul hakikat manusia
menurut pandangan Islam dan Barat, dalam peneltian ini fokusnya ialah untuk mencoba
menggambarkan hakikat manusia, ciri-cirinya, potensi dan pengembangan potensi yang dimilikinya
yang dikaji melalui pandangan Islam dan Barat (Siti Khasinah, 2013). Sehingga penulis atau peneliti
memilih untuk mengkolaborasi kedua peneltian diatas dan hanya memilih untuk fokus pada
pandangan Islam mengenai hakikat manusia baik itu manusia sebagai individu dan manusia sebagai
anggota masyarakat. Selain itu, dalam Filsafat Pendidikan Islam yang merupakan kajian filosofis juga
membahas tentang manusia yaitu kemampuan manusia agar dikembangkan dan dibimbing untuk
menjadi manusia yang berakhlak mulia sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist. Dalam proses
pendidikan harus berangkat dari ketepatan memahami siapa sebenarnya manusia. Manusia
mempunyai potensi, jika seseorang salah dalam memahami potensi yang dimiliki manusia, maka
akan keliru dalam menentukan strategi pendidikan. Karena manusia itu sendiri yang menjadi subyek
dan obyek pendidikan.Oleh karenanya, rumusan pendidikan selalu berdasarkan tentang manusia
dari berbagai dimensinya. Jika tidak, rumusan filsafat pendidikan Islam akan mandeg dan gamang
dalam mencari solusi terhadap poblem pendidikan. Dengan demikian, dalam penelitian diperlukan
poin permasalahan yang hendak ditemukan jawabannya, dengan tujuan untuk memahami hakikat
manusia dalam pandangan Islam, hakikat manusia dalam filsafat pendidikan Islam dan manusia
sebagai makhluk individu dan masyarakat

METODE PENELITIAN

Penelitian ini ialah upaya untuk menggali dan mengkaji secara kritis mengenai hakikat
manusia dalam perspektif Islam. Kajian ini menggunakan pendekatan analisis filosofis yang berfungsi
untuk menganalisis isi melalui analisis lunguistik dan analisi konsep. Analisis linguistik penulis
gunakan untuk membantu menemukan makna yang tersirat dibalik fakta, sedangkan analisis konsep
membantu penulis untuk menemukan kata-kata yang dipandang penting atau kunci yang memiliki
gagasan (Ghufran Hasyim Achmad, 2021). Penelitian ini merupakan penelitan.kepustakaan (library
research), penelitian ini tidak perlu terjun ke lapangan, tapi cukup memanfaatkan dari beberapa
sumber kepustakaan sebagai sumber peneltian (Hamzah, 2020). Peneltian ini dilakukan ke dalam
beberapa tahap. Tahap pertama, pencarian data yang bersumber dari buku, jurnal, artikel dan
dokumen lainnya yang berkaitan dengan topik pembahasan. Data primer penelitian ini Buku
menggunakan beberapa buku yang berkaitan dengan topik pembahasan, salah satu yang menjadi
rujukan ialah buku Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter yang ditulis
Maragustam. Sedangkan data sekunder yaitu jurnal- jurnal yang berkaitan dengan hakikat manusia.
Tahap kedua, adalah analisis data, analisis data yang digunakan ialah metode analisis isi (Sandu
Siyoto & M.Ali Sodik, 2015). Metode pengumpulan data penulis gunakan dalam penelitian ini dengan
cara dokumentasi, yakni dengan mengumpulkan buku. Penulisan ini memakai analisis deskriptif
analitik yaitu dengan menyimpulkan sesuatu objek, pemikiran gambaran secara sistematis, faktual
yang berhubungan dengan apa yang penulis analisis. Dalam analisis deskriptif analitik, penulis
menggunakan piranti analisis isi, refleksi, induksi dan deduksi, komparasi dan analisis model
Huberman dan Miles yaitu koleksi data, reduksi data, display data dan verifikasi data. Maka setelah
data dianalisis, kemudia dibuatkan simpulan dari hasil analisis data tersebut (Mestika Zed, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Manusia merupakan makhluk Allah yang unik serta unggul di bandingkan dengan makhluk
lainnya. penciptaan manusia bukan hanya sebagai pelengkap atau kebetulan saja, melainkan tugas
utama diciptakan manusia adalah untuk menyembah sang khalik-Nya. Selain itu, manusia diciptakan
untuk mengolah serta memanfaatkan kekayaan alam dan isinya yang ada di dunia, agar manusia
hidup makmur dan sejahtera.Manusia diciptakan meliputi unsur jasad (materi) dan ruh (immateri).
Keduanya saling keterkaitan dan tidak mungkin dipisahkan antar satu sama lain dan kemudian Allah
berikan potensi. Pendidikan itu sendiri secara praktis memainkan peran utama dalam perubahan
keberadaan atau kehidupan manusia. Sedikit menyinggung rangkaian pengalaman umat manusia,
tentu sangat terlihat perkembangan yang terjadi pada manusia. Potensi manusia berupa akal yang
baik digunakan untuk berpikir, bernalar dan memecahkan suatu masalah dalam kehidupan, tentunya
membuat manusia untuk membuat dan menemukan solusi yang tepat dalam menangani masalah
tersebut. Hal ini merupakan indikasi yang nyata dari akal manusia dalam memperoleh informasi
setiap saat, manusia memiliki komponen yang tepat dalam memperoleh informasi dari seseorang
seseorang yang digunakan sebagai sumber perspektif informasi kepada masyarakat luas khususnya
sistem pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan manusia dewasa kepada anakanak, orang-orang
yang lebih tua kepada yang lebih muda dan sebaliknya untuk dapat memberikan arahan, pengajaran,
peningkatan moral dan pelatihan intelektual sesama manusia baik itu secara individu dan
kelompok(Ayu Lika Rahmadani & Ghufran Hasyim Achmad, 2022). Pendidikan Islam dalam
merumuskan teori harus berdasarkan konsep hakikat tentang manusia. Hal ini penting dalam
pendidikan islam, karena jika belum jelas tentang hakikat manusia, pendidikan islam tidak ada arah
tujuannya. Bahkan pendidikan Islam tidak bisa dipahami secara sempurna sebelum memahami
hakikat manusia terlebih dahulu.Jika pendidikan Islam menekankan pada pembentukan pribadi
manusia yang beribadah, berakhlakul karimah.Maka yang terbentuk adalah manusia yang taat
beribadah dan mengabaikan kemajuan dan ilmu teknologi. Begitu juga sebaliknya, jika pendidikan
Islam memfokuskan pembentukan khalifah, bisa menguasai ilmu pengetahuan, namun tidak
mengibangi dengan fungsi sebagai hamba Allah, maka manusia bisa pandai dalam hal ilmu
pengetahuan tetapi dia lupa akan fungsinya sebagai hamba Allah yaitu mengabdi kepada Allah.
Implikasi penting konsep tersebut sebagai berikut: pertama, hakikat manusia terdiri dari unsur
materi dan immateri. Maka pendidikan islam harus dibangun pada pengembangan pendidikan
qalbiah dan aqliah sehingga bisa melahirkan makhluk pintar secara intelektual dan terpuji secara
perilaku atau moral. Kedua, AlQur’an sudah menyebutkan fungsi penciptaan manusia sebagai
khalifah. Dalam hal ini maka pendidikan Islam harus melakukan suatu usaha pengembangan potensi
secara maksimal. Ketiga, pendidikan Islam harus menjadi sarana bagi proses transformasi ilmu dan
budaya (Miftah Syarif, 2017).

HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM

Penciptaan manusia meliputi dua unsur, yaitu ruh dan jasad. Ruh dan jasad tidak bisa kita
pisahkan, karena keduanya saling keterkaitan yang menyempurnakan dalam penciptaan manusia.
Ruh menghidupi unsur akal (kekuatan dalam berfikir), hati (kekuatan dalam meyakini) dan nafs
(kekuatan dalam merasakan atau mendorong) serta jasad (fisik). Tujuan Allah memberikan potensi
kepada manusia adalah supaya manusia bisa memerankan tugasnya sebagai hamba Allah dan
sebagai Khalifah yang akan mengelola alam ini. Asal usul manusia terbagi dua, yaitu: (1) Adam yang
merupakan nenek moyang, (2) manusia biasa yang merupakan keturunan dari Adam(Maragustam,
2018).Al-qur’an menjelaskan proses diciptakan manusia dengan dua tahap. pertama, tahap
primordial, pada tahap ini Adam diciptakan dari al-tin (tanah). surah (QS. Al- An’am: 2):Allah
menciptakan kalian dari tanah, kemudian ditentukan ajal kematian. Manusia selanjutnya diciptakan
dari shalshal, yaitu tanah liat yang kering, sebagai komponen dalam penciptaan nabi Adam.seperti
firman Allah (QS. Al-Hijr: 26: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
yang kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Kemudian penciptaan manusia
melalui proses biologi yaitu pada manusia keturunan Adam. Dilihat dari proses biologi manusia
diciptakan dari inti sari tanah menjadi air mani (nuthfah) kemudian disimpan pada suatu tempat
tersembunyi (rahim). Lalu nuthfah ini membentuk darah beku (‘alaqah) menggantung dalam rahim.
Darah beku lalu membentuk segumpal daging (Mudghah) yang terbalut tulang berulang, kemudian
Allah perintahkan kepada malaikat untuk ditiupkan ruh (Harisah, 2018). Sebagimana yang dijelaskan
dalam hadis Bukhari & Muslim berikut:Rasulullah SAW adalah orang yang jujur serta benar,
bersabda: Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan ciptaannya dalam rahim ibu kalian, selama
empat puluh hari berupa nuthfah (air mani), lalu menjadi alaqah (segumpal darah), lalu menjadi
mudghah (segumpal daging) kemudian Allah perintahkan malaikat untuk meniupkan ruh dan
mencatat 4 ketentuan, yaitu: rezki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya. Demi Allah, zat tiada
Tuhan selain Dia, sesungguhnya diantara kalian ada beramal dengan amalan penghuni syurga
sehingga jarak antara dia dan syurga hanya sehasta (dari siku hingga ujung jari), kemudian takdir
mendahuluinya, sehingga ia beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga masuklah dia ke Neraka.
Ada juga diantara kalian yang beramal dengan amalan penghuni neraka hingga jarak antara dia
dengan neraka hanya sehasta. Lalu takdir mendahuluinya, sehingga ia beramal dengan amalan ahli
syurga, diapun masuk syurga. (HR. Bukhari & Muslim). Al-qur’an menyebutkan manusia beberapa
penyebutan diantaranya: al- basyar, al- insan, al-nas, dan bani Adam : Pertama, Al- Basyar, Manusia
jika dilihat dari konsep al-basyar merujuk kepada manusia secara lahiriyahnya. Kata al-basyar
ditunjukkan oleh Allah untuk semua manusia baik laki- laki maupun perempuan, dan di tunjukkan
juga untuk setiap Rasul-Nya. Kepada rasul diberikan wahyu oleh Allah, sedangkan manusia tidak
diberikan wahyu(Ramayulis, 2015).Kata al-basyar adalah jamak dari kata basyarah artinya kulit
kepala, wajah atau tempat tumbuhnya bulu(Maragustam, 2018). Penamaan al-basyar merujuk
kepada biologis identik manusia dengan kulitnya, sedangkan hewan lebih identik dengan rambut
atau bulunya. Al-basyar juga mengandung arti mulamasah, yakni bersentuhnya kulit antara laki- laki
dan perempuan. Manusia selaku makhluk biologis mempunyai sifat kemanusiaan, contohnya:
makan, minum, tidur, kebutuhan akan sex dan lain sebagainya. Manusia jika lihat dari sudut
basyarah merujuk ke aspek lahirnya yang mengalami pertumbuhan, untuk itu manusia
membutuhkan makan dan minum dalam pertumbuhan dirinya. Kedua, Al-Insan, Manusia jika
dinisbahkan kepada kata insan, nasiya, dan al uns/ anisa berarti manusia dilihat dari aspek mental
spiritualnya(Maragustam, 2018). potensi yang diberikan Allah kepada manusia. Potensi yang Allah
berikan yaitu kemampuan bertumbuh secara fisik dan kemampuan bertumbuh dan berkembang
secara mental. Al- insan menggambarkan sifat harmonis, lemah lembut dan pelupa(Syahputra,
2020).Sebagaimana yang di sebutkan dalam firman Allah. Dan jika manusia kami berikan satu rahmat
(nikmat), lalu rahmat itu kami ambil kembali, pasti dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih
(QS. Hud: 9). Kata al-insan juga menggambarkan sifat dari manusia, baik sisi kelebihan dan
kelemahannya.firmanAllah dalam surah Asy-Syuura: 4: Jika mereka berpaling maka Kami tidak
mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu hanya menyampaikan (risalah).
Sesungguhnya apabila manusia diberi satu rahmat, pasti dia bergembira ria. Dan jika mereka ditimpa
kesusahan karema perbuatan mereka sendiri (maka mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia
sangat ingkar kepada nikmat. Dari penjelasan firman Allah tersebut, dapat kita pahami bahwa
manusia dilengkapi dengan sifat manusiawi baik postif maupun negatif. Untuk itu, dalam melakukan
aktivitasnya harus senantiasa berpedoman pada ajaran Islam. Ketiga, Al- Nas, Penyebutan manusia
dengan nama al-Nas merujuk kepada eksistensi manusia sebagai makhluk bermasyarakat. Manusia
diciptakan berpasangan. Manusia sebagai makhluk sosial senang berkelompok. Selaku makhluk
sosial, manusia selalu memerlukan orang lain. Manusia bagian dari masyarakat diharapkan dapat
memberi manfaat bagi sesamanya. Sebagaimana hadist Nabi mengatakan Kebermanfaatan bagi
orang lain tampaknya memang diprioritaskan dalam agama konsep al-nas ini menggambarkan
kemampuan manusia dalam mengendalikan diri di kehidupan sosial, sehingga bisa memberikan
manfaat. Keempat, Al- Ins, Al-ins persamaan kata dari al-jin dan al-nufur. Menurut Quraish Shihab,
al- ins berarti senang, jinak, dan harmonis, atau dari akar kata nasiya berarti lupa, serta akar kata
naus yang artinya bergerak. Jika dikaitkan dengan jin (makhluk yang tak terlihat) manusia secara
jelas nampak dilihat. Sedangkan jin adalah makhluk halus yang tidak terlihat mata. Makna Al-Ins juga
diartikan dengan al-nufur karena manusia adalah makhluk jinak. Makna jinak disini merujuk makna
kejiwaan seperti: ramah, senang dan lainnya.Konsep al-ins dapat juga kita pahami jin dan manusia
Allah ciptakan hanya untuk beribadah. Dalam QS. Az-Zariyat; 56 Allah berfirman bahwa:Aku tidak
menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku”.

HAKIKAT MANUSIA DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Hakikat manusia dalam filsafaf pendidikan Islam terdapat empat mazhab atau aliran filsafat
diantaranya; Pertama, Aliran Serba Zat atau materi. Aliran ini mengatakan bahwa apa yang benar-
benar ada hanyalah zat atau materi. Alam adalah materi, dan manusia adalah komponen dari alam.
Oleh karena itu, hakikat manusia adalah zat atau materi. Karena materi berada di dunia, maka
pandangan ini cenderung indentik dengan sifat duniawi dan tidak percaya pada sifat rohani. Aliran
ini menyatakan bahwa jasad adalah hakikat manusia yang sebenarnya (Abdul Khobir, 2010). Kedua,
Aliran Serba Roh. Aliran ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di dunia adalah roh.
Sedangkan zat adalah manifestasi dari Roh. Alasan dari aliran ini adalah roh itu lebih berharga dan
lebih tinggi nilainya dari pada materi. Dengan demikian, aliran ini menganggap roh itu adalah hakikat
sedangkan badan penggerak dari roh. Ketiga, Aliran Dualisme. Aliran ini menganggap bahwa
manusia pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini
masing- masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung sama lain. Jadi badan tidak
berasal dari roh, dan roh tidak berasal dari badan. Antara badan dan roh terjadisebab akibat
keduanya saling berpengaruh, artinya apa yang terjadi di satu pihakakan mempengaruhi di pihak
yang lain. Aliran ini menganggap hakikat manusiadari unsur roh dan jasad, keduangnya saling
keterkaitan. Keempat, Aliran Eksisitensialisme. Aliran ini berpandangan bahwa hakikat manusia
merupakan keberadaan sebagai manusia. Hakikat manusia adalah apa yang menguasai manusia
secara menyuluruh. Disini, manusia dipandang tidak dari sudut pandang sebagai zat dan roh atau
dualisme, tetapi dari segi keberadaannya dan tujuan dari apa dia diciptakan (Jalaludin & Abdulah,
2014). Ada dua aliran dalam perkembangan pemikiran Islam mengenai pendidikan Islam. Pertama,
aliran fatalism, paham ini mengatakan bahwa pada hakikatnya kehendak, potensi, dan perbuatan
manusia itu sebenarnya diciptakan oleh Tuhan. Manusia sekedar pelaksana dari kehendak Tuhan
(Maragustam, 2010). Pandangan ini mempunyaiimplikasi negatif terhadap pendidikan, yaitu manusia
akan bersifat pasif dan tidak berusaha untuk memecahkan masalah, mereka hanya
menunggupenyelesaiannya dari luar atau dari penciptaNya. Kedua, aliran Free act, pahamini
mengatakan bahwa manusia bebas berkehendak dan berkuasa atas potensi-potensinya, namun
kebebasan manusia bukanlah mutlak. Aliran ini mempunyai implikasi positif terhadap pendidikan.

HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MASYARAKAT

Manusia dikatakan makhluk individu terdiri dari unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis. Lahir dengan sejumlah potensi yang dimilikinya, yang menjadikan dia makhluk unik dan
berbeda dengan makhluk lainnya. Sebagai makhluk individu berkonsep setiap manusia berbeda-
beda, wajah boleh sama, rambut boleh sama hitam tapi fikiran tetap berbeda. Ini berdasarkan dari
potensi atau bakat yang ditanamkan sejak lahir. Misalnya si A yang mahir dalam pendidikan agama
belum tentu mahir dalam matematika, atau si B mahir dalam pendidikan matematika belum tentu
juga dia mahir agama. Perbedaan ini bukan untuk saling menyalahkan antar satu sama lain,
melainkan untuk saling melengkapi antara sesama manusia. Kedudukan manusia di alam ini
dikaitkan dengan konsep ibadah dan khalifah. Manusia dilihat dari konsep ibadah ada tanggung
jawab dirinya dengan peciptanya yaitu melaksankan semua perintah Allah yang bernilai ibadah.
Ibadah tidak hanya terbatas hablun minallah (kepada Allah), tetapi juga hablun minannas (hubungan
manusia). Manusia sebagai individu memikul kewajiban terhadap dirinya sendiri. Tanggung jawab
dirinya sebagai individu harus memenuhi kebutuhan individunya seperti makan, minum, hak untuk
membela diri dan lain sebagainya. Manusia sebagai khalifah, tentunya manusia sebagai pemimpin di
dunia ini, yang bertugas untuk menjaga dan mengelola dengan baik. Manusia juga dikatakan
makhluk monodualis, artinya manusia juga sebagai makhluk sosial bagian dari masyarakat Sebagai
makhluk bersosial tidak bisa hidup sendiri, meskipun mempunyai kedudukan yang tinggi dan harta
yang melimpah, karena memang sudah kodratnya manusia saling memerlukan satu sama lain.
Sebagai makhluk sosial tentunya harus mengetahui apa saja kewajibannya sebagai anggota
masyarakat, ia di tuntut ikut serta dalam mengembangkan kehidupan bersama masyarakat. Peranan
manusia sebagai makhluk sosial karena di dalam dirinya terdapat dorongan agar saling berhubungan
dengan masyarakat yang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk hidup secara kelompok dengan
masyarakat dan berteman dengan manusia lain.

KESIMPULAN

Hakikat mengandung makna dasar/ unsur yang ada dalam suatu benda.manusia adalah
makhluk Allah yang diberi akal untuk berpikir sebelum bertindak dalam melakukan sesuatu. Dalam
filsafat melihat hakikat manusia melahirkan empat aliran, yaitu: serba zat yang mengakatan hakikat
manusia adalah zat berbentuk jasad. serba roh yang mengatakan hakikat manusia adalah roh
sedangkan jasad hanya bayangan belaka. Aliran dualisme yang mengatakan hakikat manusia adalah
perpaduan roh dan jasad. Aliran Eksistensialisme yang melihat manusia secara keseluruhan serta
cara berada manusia di dunia. Dalam Islam Manusia meliputi unsur jasad (materi) dan ruh
(immateri). Al- qur’an menyebutkan dalam berbagai istilah seperti al-basyar, al- insan, al-nas, bani
adam, dan al- ins. Penamaan tersebut merujuk pada tanggung yang seharusnya dipikul manusia.
Manusia sebagai makhluk individu konsep setiap manusia itu unik dan berbeda- beda. Hal ini
dikarenakan bakat dan potensi yang dimilikinya sejak lahir. Manusia sebagai makhluk sosial selalu
memerlukan satu sama lain. Karena semua manusia cenderung berkomunikasi, berinteraksi, dan
bersosialisasi sesamanya. Implikasinya, pendidikan islam harus dibangun dasar pengembangan
pendidikan qalbiah dan aqliah sehingga bisa menjadikan manusia pintar secara intelektual dan
terpuji secara perilaku atau moral, pendidikan Islam melakukan usaha dalam pengembangan potensi
manusia.

Anda mungkin juga menyukai