Anda di halaman 1dari 29

D.0018.

Berat Badan Lebih

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak sesuai dengan usia
dan jenis kelamin

Penyebab

1. Kurang aktifitas fisik harian


2. Kelebihan konsumsi gula
3. Gangguan kebiasaan makan
4. Gangguan persepsi makan
5. Kelebihan konsumsi alkohol
6. Penggunaan energi kurang dari asupan
7. Sering mengemil
8. Sering memakan makanan berminyak/berlemak
9. Faktor keturunan (mis. distribusi jaringan adiposa, pengeluaran
energi, aktivitas lipase lipoprotein, sintesis lipid, lipolisis)
10. Penggunaan makanan formula atau makanan campuran (pada
bayi)
11.Asupan kalsium rendah (pada anak-anak)
12. Berat badan bertambah cepat (selama masa anak-anak,
selama masa bayi, termasuk minggu pertama, 4 bulan pertama, dan
tahun pertama)
13. Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia <5
bulan

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

 (tidak tersedia) 1. IMT >25 kg/m2 (pada


dewasa) atau berat dan
panjang badan lebih
dari persentil 95 (pada
anak < 2 tahun) atau
IMT pada presentil ke 85
– 95 (pada anak 2 – 18
tahun)

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

1. Tebal lipatan kulit trisep


 (tidak tersedia)
>25 mm

Kondisi Klinis Terkait

1. Gangguan genetik
2. Faktor keturunan
3. Hipotiroid
4. Diabetes melitus maternal

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0019. Defisit Nutrisi

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Penyebab

1. Ketidakmampuan menelan makanan


2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)
Gejala & Tanda Mayor:
Subjektif  Objektif

1. Berat badan menurun


 (tidak tersedia) minimal 10% dibawah
rentang ideal

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

1. Bising usus hiperaktif


2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
1. Cepat kenyang setelah
4. Membran mukosa pucat
makan
5. Sariawan
2. Kram/nyeri abdomen
6. Serum albumin turun
3. Nafsu makan menurun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare

Kondisi Klinis Terkait

1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuscular
9. Luka bakar
10. Kanker
11.Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0020. Diare
Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk

Penyebab

Fisiologis

1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. Malabsorpsi

Psikologis

1. Kecemasan
2. Tingkat stress tinggi

Situasional

1. Terpapar kontaminan
2. Terpapar toksin
3. Penyalahgunaan laksatif
4. Penyalahgunaan zat
5. Program pengobatan (agen tiroid, analgesik, pelunak feses,
ferosulfat, antasida, cimetidine, dan antibiotik)
6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

1. Defekasi lebih dari tiga


 (tidak tersedia) kali dalam 24 jam
2. Feses lembek atau cair
Gejala & Tanda Minor:
Subjektif  Objektif

1. Frekuensi peristaltik
1. Urgency
meningkat
2. Nyeri/kram abdomen
2. Bising usus hiperaktif

Kondisi Klinis Terkait

1. Kanker kolon
2. Diverticulitis
3. Iritasi usus
4. Crohn’s desease
5. Ulkus peptikum
6. Gastritis
7. Spasme kolon
8. Kolitis ulseratif
9. Hipertiroidisme
10. Demam typoid
11.Malaria
12. Sigelosis
13. Kolera
14. Disentri
15. Hepatitis

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0021. Disfungsi Motiltitas Gastrointestinal

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Peningkatan, penurunan, tidak efektif atau kurangnya aktivitas peristaltik


gastrointestinal
Penyebab

1. Asupan enteral
2. Intoleransi makanan
3. Imobilisasi
4. Makanan kontaminan
5. Malnutrisi
6. Pembedahan
7. Efek agen farmakologis (mis. narkotik/opiate, antibiotic, laksatif,
anestesi)
8. Proses penuaan
9. Kecemasan

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

1. Suara peristaltik
1. Mengungkapkan flatus
berubah (tidak ada,
tidak ada
hipoaktif, atau
2. Nyeri/kram abdomen
hiperaktif)

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

1. Residu lambung
meningkat/menurun
2. Muntah
3. Regurgitasi
4. Pengosongan lambung
1. Merasa mual cepat
5. Distensi abdomen
6. Diare
7. Feses kering dan sulit
keluar
8. Feses keras

Kondisi Klinis Terkait

1. Pembedahan abdomen atau usus


2. Malnutrisi
3. Kecemasan
4. Kanker empedu
5. Kolesistektomi
6. Infeksi pencernaan
7. Gastroesophageal refluks disease (GERD)
8. Dialisis peritoneal
9. Terapi radiasi
10. Multiple organ dysfunction syndnrome

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0022. Hipervolemia

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraseluler

Penyebab

1. Gangguan mekanisme regulasi


2. Kelebihan asupan cairan
3. Kelebihan asupan natrium
4. Gangguan aliran balik vena
5. Efek agen farmakologis (mis. Kortikosteroid, chlorpropamide,
tolbutamide, vincristine, tryptilinescarbamazepine)

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

1. Ortopnea 1. Edema anasarka dan


2. Dispnea atau edema perifer
3. Paroxysmal nocturnal 2. Berat badan meningkat
dyspnea (PND) dalam waktu singkat
3. Jugular venous pressure
(JVP) dan atau Cental
Venous Pressure (CVP)
meningkat
4. Refleks hepatojugular
positif

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

1. Distensi vena jugularis


2. Terdengar suara napas
tambahan
3. Hepatomegali
4. kadar Hb/Ht menurun
 (tidak tersedia)
5. Oliguria
6. Intake lebih banyak dari
output (balance cairan
positif)
7. Kongesti paru

Kondisi Klinis Terkait

1. Penyakit ginjal: gagal ginjal akut/kronis, sindrom nefrotik


2. Hipoalbuminemia
3. Gagal jantung kongestif
4. Kelainan hormon
5. Penyakit hati (mis. sirosis, asites, kanker hati)
6. Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, trombus vena, plebitis)
7. Imobilitas

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0023. Hipovolemia

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraseluler


Penyebab

1. Kehilangan cairan aktif


2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Kekurangan intake cairan
5. Evaporasi

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

1. Frekuensi nadi
meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah
meningkat
4. Tekanan nadi
 (tidak tersedia)
menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa
kering
7. Volume urin menurun
8. Hematokrit meningkat

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

1. Pengisian vena menurun


2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
1. Merasa lemah
4. Konsentrasi urin
2. Mengeluh haus
meningkat
5. Berat badan turun tiba-
tiba

Kondisi Klinis Terkait

1. Penyakit Addison
2. Trauma / perdarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit Crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitis ulseratif
9. Hipoalbuminemia

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0024. Ikterik Neonatus

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Kulit dan membran mukosa neonatus menguning setelah 24 jam kelahiran


akibat bilirubin tidak tekonjugasi masuk kedalam sirkulasi

Penyebab

1. Penurunan berat badan abnormal (> 7-8% pada bayi baru lahir yang
menyusui ASI, >15% pada bayi cukup bulan)
2. Pola makan tidak tetapkan dengan baik
3. Kesulitasn transisi ke kehidupan ekstra uterin
4. Usia kurang dari 7 hari
5. Keterlambatan pengeluaran feses (mekonium)

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

 (tidak tersedia) 1. Profil darah abnormal


(hemolisis, bilirubin
serum total >2 mg/dL,
bilirunin serum total
pada rentang resiko
tinggi menurut usia
pada normogram
spesifik waktu)
2. Membran mukosa
kuning
3. Kulit kuning
4. Sklera kuning

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

 (tidak tersedia)  (tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait

1. Neonatus
2. Bayi prematur

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0025. Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Pola ekuilibrium antara volume cairan dan komposisi kimia cairan tubuh
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dan dapat ditingkatkan

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

1. Mengekspresikan 1. Mengekspresikan
keinginan untuk keinginan untuk
meningkatkan meningkatkan
keseimbangan cairan keseimbangan cairan
2. Membran mukosa
lembab
3. Asupan makanan dan
cairan adekuat untuk
kebutuhan harian
4. Turgor jaringan baik
5. Tidak ada tanda edema
atau dehidrasi

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

1. Urin berwarna kuning


bening dengan berat
jenis dalam rentang
 (tidak tersedia) normal
2. Haluaran urin sesuai
dengan asupan
3. Berat badan stabil

Kondisi Klinis Terkait

1. Gagal jantung
2. Sindrom iritasi usus
3. Penyakit Addison
4. Makanan enteral atau parenteral

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0026. Kesiapan Peningkatan Nutrisi

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Pola asupan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan  metabolisme


dan dapat ditingkatkan

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

1. Mengekspresikan 1. Makan teratur dan


keninginan untuk
adekuat
meningkatkan nutrisi

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

1. Mengekspresikan
pengetahuan tentangn
pilihan makanan dan 1. Penyiapan dan
cairan yang sehat penyimpanan makanan
2. Mengikuti standar dan minuman yang
asupan nutrisi yang aman
tepat (mis. piramida 2. Sikap terhadap makanan
makanan, dan minuman sesuai
pedoman American dengan tujuan
Diabetic kesehatan
Association atau
pedoman lainnya)

Kondisi Klinis Terkait


Perilaku upaya peningkatan kesehatan

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0027. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal

Penyebab

Hiperglikemia
1. Disfungsi pankreas
2. Resistensi insulin
3. Gangguan toleransi glukosa darah
4. Gangguan glukosa darah puasa

Hipoglikemia

1. Penggunaan insulin atau obat glikemik oral


2. Hyperinsulinemia (mis. insulinoma)
3. Endokrinopati (mis. kerusakan adrenal atau pituitari)
4. Disfungsi hati
5. Disfungsi ginjal kronis
6. Efek agen farmakologis
7. Tindakan pembedahan neoplasma
8. Gangguan metabolik bawaan (mis. gangguan penyimpanan
lisosomal, galaktosemia, gangguan penyimpanan glikogen)

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

Hipoglikemia
Hipoglikemia
1. Gangguan koordinasi
1. Mengantuk
2. Kadar glukosa dalam
2. Pusing
darah/urin rendah
 
 
Hiperglikemia
Hiperglikemia
1. Kadar glukosa dalam
1. Lelah atau lesu darah/urin tinggi

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

Hipoglikemia
Hipoglikemia
1. Gemetar
2. Kesadaran menurun
1. Palpitasi
3. Perilaku aneh
2. Mengeluh lapar
4. Sulit bicara
5. Berkeringat
Hiperglikemia
Hiperglikemia
1. Mulut kering
1. Jumlah urin meningkat
2. Haus meningkat

Kondisi Klinis Terkait

1. Diabetes melitus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemia
4. Hiperglikemia
5. Diabetes gestasional
6. Penggunaan kortikosteroid
7. Nutrisi parenteral total (TPN)

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0028. Menyusui Efektif

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Pemberian ASI secara langsung dari payudara kepada bayi dan anak yang
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

Penyebab

Fisiologis

1. Hormon oksitosin dan prolaktin adekuat


2. Payudara membesar, alveoli mulai terisi ASI
3. Tidak ada kelainan pada struktur payudara
4. Puting menonjol
5. Bayi aterm
6. Tidak ada kelainan bentuk pada mulut bayi
Situasional

1. Rawat gabung
2. Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan adekuat
3. Faktor budaya

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

1. Bayi melekat pada


payudara ibu dengan
benar
2. Ibu mampu
memposisikan bayi
dengan benar
1. Ibu merasa percaya diri
3. Miksi bayi lebih dari 8 kali
selama proses
dalam 24 jam
menyusui
4. Berat badan bayi
meningkat
5. ASI menetes/memancar
6. Suplai ASI adekuat
7. Puting tidak lecet setelah
minggu kedua

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

1. Bayi tidur setelah


menyusui
2. Payudara ibu kosong
 (tidak tersedia) setelah menyusui
3. Bayi tidak rewel dan
menangis setelah
menyusui

Kondisi Klinis Terkait

1. Status kesehatan ibu baik


2. Status kesehatan bayi baik

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


D.0029. Menyusui Tidak Efektif

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran


pada proses menyusui

Penyebab

Fisiologis

1. Ketidakadekuatan suplai ASI


2. Hambatan pada neonatus (mis. prematuritas, sumbing)
3. Anomaly payudara (mis. puting yang masuk kedalam)
4. Ketidakadekuatan refleks oksitosin
5. Ketidakadekuatan refleks menghisap bayi
6. Payudara bengkak
7. Riwayat operasi payudara
8. Kelahiran kembar

Situasional

1. Tidak rawat gabung


2. Kurang terpapar informasi tentang pentingnya menyusui dan/atau
metode menyusui
3. Kurangnya dukungan keluarga
4. Faktor budaya

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

1. Kelelahan maternal 1. Bayi tidak mampu


2. Kecemasan maternal melekat pada payudara
ibu
2. ASI tidak
menetes/memancar
3. BAK bayi kurang dari 8
kali dalam 24 jam
4. Nyeri dan atau lecet terus
menerus setelah minggu
kedua

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

1. Intake bayi tidak


adekuat
2. Bayi menghisap tidak
terus menerus
3. Bayi menangis saat
disusui
 (tidak tersedia)
4. Bayi rewel dan
menangis dalam jam-
jam pertama setelah
menyusui
5. Menolak untuk
menghisap

Kondisi Klinis Terkait

1. Abses payudara
2. Mastitis
3. Carpal tunnel syndrome*

Keterangan

*) Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu masalah dalam menyusui


dimana tangan ibu terasa nyeri dan tidak nyaman. Ibu mengalami kesulitan
dalam memposisikan bayinya untuk menyusui

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0030. Obesitas

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan


Definisi

Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak sesuai dengan usia
dan jenis kelamin, serta melampaui kondisi berat badan lebih (overweight)

Penyebab

1. Kurang aktivitas fisik harian


2. Kelebihan konsumsi gula
3. Gangguan kebiasaan makan
4. Gangguan persepsi makan
5. Kelebihan konsumsi alkohol
6. Penggunaan energi kurang dari asupan
7. Sering mengemil
8. Sering memakan makanan berminyak/berlemak
9. Faktor keturunan (mis. distribusi jaringan adiposa, pengeluaran
energi, aktivitas lipase lipoprotein, sinstesis lipid, lipolisis)
10. Penggunaan makanan formula atau makanan campuran pada
bayi
11.Asupan kalsium rendah pada anak-anak
12. Berat badan bertambah cepat (selama masa anak-anak,
selama masa bayi, termasuk minggu pertama, 4 bulan pertama, dan
tahun pertama)
13. Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia <
5bulan

Gejala & Tanda Mayor:


Subjektif  Objektif

1. IMT > 27 Kg/m2 (pada


dewasa) atau lebih dari
 (tidak tersedia) presentil ke 95 untuk
usia dan jenis kelamin
(pada anak)

Gejala & Tanda Minor:


Subjektif  Objektif

1. Tebal lipatan kulit trisep


 (tidak tersedia)
> 25 mm
Kondisi Klinis Terkait

1. Gangguan genetik
2. Faktor keturunan
3. Hipotiroid
4. Diabetes melitus maternal

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0031. Risiko Berat Badan Lebih

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Beresiko mengalami akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak


sesuai dengan usia dan jenis kelamin

Faktor Risiko

1. Kurang aktivitas fisik harian


2. Kelebihan konsumsi gula
3. Gangguan kebiasaan makan
4. Gangguan persepsi makan
5. Kelebihan konsumsi alkohol
6. Penggunaan energi kurang dari asupan
7. Sering mengemil
8. Sering memakan makanan berminyak/berlemak
9. Faktor keturunan (mis. distribusi jaringan adiposa, pengeluaran
energi, aktivitas lipase lipoprotein, sinstesis lipid, lipolisis)
10. Penggunaan makanan formula atau makanan campuran pada
bayi
11.Asupan kalsium rendah pada anak-anak
12. Berat badan bertambah cepat (selama masa anak-anak,
selama masa bayi, termasuk minggu pertama, 4 bulan pertama, dan
tahun pertama)
13. Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia <
5bulan

Kondisi Klinis Terkait

1. Gangguan genetik
2. Hipotiroid
3. Diabetes melitus gestasional
4. Pola hidup kurang aktivitas

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0032. Risiko Defisit Nutrisi

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi


kebutuhan metabolisme

Faktor Risiko

1. Ketidakmampuan menelan makanan


2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)

Kondisi Klinis Terkait

1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Clept lip
6. Clept palate
7. Amyotropical lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuscular
9. Luka bakar
10. Kanker
11.Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0033. Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Risiko peningkatan, penurunan atau tidak efektifnya aktivitas peristaltik


pada system gastrointestinal

Faktor Risiko

1. Pembedahan abdomen
2. Penurunan sirkulasi gastrointestinal
3. Intoleransi makanan
4. Refluks gastrointestinal
5. Hiperglikemia
6. Imobilitas
7. Proses penuaan
8. Infeksi gastrointestinal
9. Efek agen farmakologis (mis. antibiotik, laksatif, narkotika/opiate)
10. Prematuritas
11.Kecemasan
12. Stress
13. Kurangnya sanitasi pada persiapan makanan

Kondisi Klinis Terkait

1. Pembedahan abdomen atau usus


2. Malnutrisi
3. Anemia
4. Kecemasan
5. Kanker empedu
6. Kolesistektomi
7. Infeksi pencernaan
8. Gastroesophageal Refluks Disease (GERD)
9. Dialisis peritoneal
10. Terapi radiasi
11.Multiple organ dysfunction syndrome

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0034. Risiko Hipovolemia

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Beresiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial,


dan atau intaselular

Faktor Risiko

1. Kehilangan cairan secara aktif


2. Gangguan absorbsi cairan
3. Usia lanjut
4. Kelebihan berat badan
5. Status hipermetabolik
6. Kegagalan mekanisme regulasi
7. Evaporasi
8. Kekurangan intake cairan
9. Efek agen farmakologis

Kondisi Klinis Terkait

1. Penyakit Addison
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit Crohn
6. Diare
7. Kolitis ulseratif

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0035. Risiko Ikterik Neonatus

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Beresiko mengalami kulit dan membran mukosa neonatus menguning


setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin tak terkonjugasi masuk kedalam
sirkulasi

Faktor Risiko

1. Penurunan berat badan abnormal (>7-8% pada bayi baru lahir yang
menyusui ASI, >15% pada bayi cukup bulan)
2. Pola makan tidak ditetapkan dengan baik
3. Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin
4. Usia kurang dari 7 hari
5. Keterlambatan pengeluaran feses (mekonium)
6. Prematuritas (<37 minggu)
Kondisi Klinis Terkait

1. Neonatus
2. Bayi prematur

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0036. Risiko Ketidakseimbangan Cairan

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan


perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial, dan atau intaseluler

Faktor Risiko

1. Prosedur pembedahan mayor


2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. Aferesis
5. Asites
6. Obstruksi intestinal
7. Peradangan pankreas
8. Penyakit ginjal dan kelenjar
9. Disfungsi intestinal

Kondisi Klinis Terkait

1. Prosedur pembedahan mayor


2. Penyakit ginjal dan kelenjar
3. Perdarahan
4. Luka bakar
Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0037. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit

Faktor Risiko

1. Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi air)


2. Kelebihan volume cairan
3. Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
4. Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
5. Diare
6. Muntah
7. Disfungsi ginjal
8. Disfungsi regulasi endokrin

Kondisi Klinis Terkait

1. Gagal ginjal
2. Anoreksia nervosa
3. Diabetes melitus
4. Penyakit chron
5. Gastroenteritis
6. Pankreatitis
7. Cedera kepala
8. Kanker
9. Trauma multiple
10. Luka bakar
11.Anemia sel sabit
Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

D.0038. Risiko Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Risiko terhadap variasi kadar glukosa darah dari rentang normal

Faktor Risiko

1. Kurang terpaparnya informasi tentang manajemen diabetes


2. Ketidaktepatan pemantauan glukosa darah
3. Kurang patuh pada rencana manajemen diabetes
4. Manajemen medikasi tidak terkontrol
5. Kehamilan
6. Periode pertumbuhan cepat
7. Stress berlebihan
8. Penambahan berat badan
9. Kurang dapat menerima diagnosis

Kondisi Klinis Terkait

1. Diabetes melitus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemia
4. Diabetes gestasional
5. Penggunaan kortikosteroid
6. Nutrisi parenteral total (TPN)

Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


D.0039. Risiko Syok

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi

Berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang


dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa

Faktor Risiko

1. Hipoksemia
2. Hipoksia
3. Hipotensi
4. Kekurangan volume cairan
5. Sepsis
6. Sindrom respon inflamasi sistemik (systemic inflamatory response
syndrome [SIRS])

Kondisi Klinis Terkait

1. Perdarahan
2. Trauma multiple
3. Pneumothoraks
4. Infark miokard
5. Kardiomiopati
6. Cedera medula spinalis
7. Anafilaksis
8. Sepsis
9. Koagulasi intravaskuler diseminata
10. Sindrom respon inflamasi sistemik (systemic inflamatory
response syndrome [SIRS])

Keterangan

Diagnosa ini ditegakkan pada kondisi gawat darurat yang dapat


mengancam jiwa dan intervensi diarahkan untuk penyelamatan jiwa.
Referensi:

 PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai