Anda di halaman 1dari 240

KHUTBAH JUMAT

KONTEMPORER:
KHUTBAH JUMAT KONTEMPORER:
Mendakwahkan Islam Rahmatan lil ‘Alamin

Penulis:
Muhammad Hanifuddin, Adi Prayitno, Ana Sabhana Azmy,
Muhammad Sungaidi, Deden Mauli Darajat, Muhamad Rosit,
Nur Budi Hariyanto, Dita Perwita Suci, Ratna Ayu Wulandari,
Laras Sekar Seruni, Musfiah Saidah, Sadam Falahuddin
Husein, Pia Khoirotun Nisa, Shulhan Rumaru, Dirga Maulana
Kata Pengantar:
Dr. Iding Rosyidin, M.Si.
Editor:
Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si.
Tata Letak dan Desain Sampul:
M. Alvin Nur Choironi
Ukuran: 14,8 x 21 cm
xii + 226 halaman
Cetakan ke I, Februari 2018
Penerbit:
Kerjasama: The Political Literacy Institute, Convey Indonesia,
PPIM UIN Jakarta, dan UNDP

iv
PENGANTAR
Iding Rosyidin
Wakil Direktur The Political Literacy Institute

Tidak ada yang menyangkal bahwa Islam adalah


agama damai atau pengemban misi perdamaian di muka
bumi ini. Secara intrinsik, misalnya, dapat dilihat dari makna
etimologis Islam yang berasal dari kata bahasa
َ ُ َ َ Arab, yakni
aslama-yuslimu-islaman (‫ )أ ْسل َم – ي ْس ِل ُم – ِإ ْسل ًما‬atau salam
َ
(‫) َسل ٌم‬. Artinya selamat, damai atau tunduk.
Dengan demikian, dari sisi makna harfiahnya saja,
Islam sudah jelas-jelas memperlihatkan dirinya sebagai
agama yang menekankan perdamaian. Sama sekali Islam
tidak menghendaki adanya pertentangan, konflik, apalagi
peperangan antar sesama manusia dan seluruh makhluk
hidup di alam dunia ini.
Risalah atau misi damai Islam tersebut bahkan
tercermin dari ritual-ritual yang paling fundamental seperti
shalat. Seperti diketahui, dalam Islam shalat dipandang
sebagai ajaran paling dasar atau rukun Islam. Dalam
keterangan lain, shalat dianggap sebagai tiang agama. Maka,
makna shalat sedemikian penting bagi kaum Muslim.
Kalau diperhatikan secara seksama di dalam ibadah
shalat saja, risalah perdamaian itu sangat terlihat jelas.

v
Hal ini, misalnya, tampak dari gerakan menutup shalat
dengan menengok ke sebelah kanan dan dilanjutkan ke kiri
seraya mengucapkan assalamu’alaikum warahmatullahi wa
barakatuh. Memang yang wajib hanya yang menengok ke
kanan, tetapi semua orang Islam pasti menengok ke kedua
arah setiap kali shalat.
Secara sosiologis, gerakan menengok ke kanan dan
kiri sambil mengucapkan salam dapat dimaknai sebagai
perintah suci Islam untuk senantiasa menyebarkan ajaran
damai kepada seluruh umat manusia. Bahwa setelah umat
Islam melakukan hubungan vertikal kepada Allah ta’ala
melalui ibadah shalat secara khusyu’ dan penuh penyerahan
diri, kemudian mereka diminta untuk melakukan hubungan
horizontal kepada sesama manusia di muka bumi.
Maka, kalau dalam ibadah yang paling fundamental
saja risalah perdamaian itu demikian jelas terlihat, apalagi
dalam ajaran-ajaran Islam yang lain. Ada berbagai teks di
dalam Kitab Suci al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad saw
yang menekankan bahwa Islam sesungguhnya membawa
risalah perdamaian bagi seluruh umat manusia bahkan
seluruh isi alam.
Nabi Muhammad saw sendiri memang diutus ke
َ ْ َ ‫) َ ْح َم ًة ل ْل َع‬.
dunia untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam (‫الين‬ ِ ِ ‫ر‬
Rahmat dalam konteks ini bisa dipahami sebagai
terwujudnya perdamaian di seluruh alam, karena rahmat
berasal dari kata rahima-yarhamu yang berarti kasih dan
sayang. Ajaran tentang kasih dan sayang antar sesama
manusia tentu menjadi fondasi bagi perdamaian. Tak ada
perdamaian yang berbasis pada rasa saling benci,
permusuhan, apalagi peperangan.
Namun bagaimana dengan pernyataan bahwa Islam
disebarkan dengan pedang atau melalui peperangan?
Pernyataan itu sesungguhnya berasal dari distorsi atau

vi
penyalahpahaman sebagian kalangan terhadap ajaran
Islam. Mereka hanya melihat secara lahirian bahwa Nabi
dan para sahabat sering berperang tanpa melihat kepada
substansinya secara mendalam.
Betul bahwa Nabi mengikuti sejumlah peperangan.
Namun dalam semua peperangan yang diikuti Nabi, atau
yang disebut dengan ghazwah, tidak ada satu pun yang
dimulai oleh umat Islam. Semua perang dimulai terlebih
dahulu oleh kaum kafir Quraisy, baik pada perang Badr,
Uhud, Khandaq, dan lain-lain. Dengan kata lain, Nabi lebih
bersifat defensif atau mempertahan diri, tidak sebaliknya
bertindak opensif atau melakukan penyerangan.
Di luar itu, ada beberapa etika peperangan yang selalu
ditekankan Nabi, dan ini sesungguhnya layak dijadikan
teladan oleh masyarakat dunia dewasa ini. Misalnya,
Nabi selalu melarang umat Islam yang berperang untuk
memerangi atau membunuh anak-anak dan wanita. Ini jelas
menunjukkan penghormatan yang luar biasa. Bandingkan
dengan kasus sekarang di mana anak-anak dan wanita
kerap menjadi korban.
Bahkan terhadap kelompok yang sudah tidak
berdaya, Nabi melarang umat Islam untuk menganiayanya.
Pada peristiwa fathu Makkah, misalnya, sebelum pergi
ke Makkah, Nabi berpesan agar siapa pun yang menutup
pintu rumahnya mereka akan aman. Ini artinya bahwa Nabi
memang mengutamakan perdamaian daripada peperangan.
Peristiwa itu sendiri sebenarnya dimulai oleh pelanggaran
kaum kafir Quraisy terhadap Perjanjian Hudaibiyah.
Oleh karena itu, umat Islam yang hidup pada masa
kita sekarang, sebaiknya tidak perlu terobsesi untuk,
misalnya, ikut dalam peperangan dengan alasan jihad fi
sabilillah. Karena jihad, sebenarnya asal katanya jahada-
ً ُ َ
yajhadu-juhdan (‫ ُج ْهدا‬- ‫) َج َهد – َي ْج َهد‬, yang artinya berusaha

vii
sungguh-sungguh. Maka, jihad tidak harus ikut berperang,
tetapi belajar sungguh-sungguh, menuntut ilmu agama atau
yang lainnya juga merupakan jihad.
Selain perdamaian, Islam juga sangat menekankan
toleransi dan kebebasan, termasuk kebebasan beragama.
Hal itu tercermin, misalnya, pada fase kehidupan Nabi
setelah hijrah ke Madinah al-Munawwarah. Di kota ini Nabi
membentuk Piagam Madinah yang oleh banyak kalangan
disebut sebagai konstitusi modern pertama di dunia.
Melalui piagam tersebut, semua kalangan pemeluk agama
diperbolehkan tinggal di Madinah, tentu dengan syarat-
syarat yang telah disepakati.
Dengan kata lain, Nabi sangat menghormati
kebebasan beragama semua penduduk Madinah. Maka,
jika pada saat Revolusi Perancis 1789 dikenal tiga kredo,
yakni kebebasan, persamaan, dan persaudaraan, maka
Islam sudah sejak lama mengamalkan ketiga kredo tersebut
di periode Madinah. Bukan sekadar lip service belaka,
melainkan benar-benar diwujudkan dalam kehidupan
masyarakat secara konkret.
Dengan pemaparan di atas, kita berharap bahwa
umat Islam zaman sekarang, khususnya di Indonesia dapat
meneladani apa yang telah dipraktikkan Nabi dan para
sahabatnya. Salah satu caranya adalah memahami secara
benar semua ajaran Islam yang terkandung dalam sumber-
sumber utama, yakni al-Qur’an dan Hadits, serta rujukan
otoritatif karya ulama al-salaf al-shalih, bukan hanya secara
tekstual melainkan juga kontekstual. Dengan demikian,
pemahaman kita tidak sekadar pemahaman yang harfiah.
Buku kumpulan khutbah ini sesungguhnya berusaha
menyajikan Islam yang seperti dipraktikkan Nabi dan para
sahabat yang penuh dengan misi damai dan toleransi.
Islam yang berusaha menampilkan keramahan, bukan

viii
kemarahan. Judul-judul tulisan yang terdapat di dalam buku
ini semuanya bermuara kepada masalah yang sama.
Buku ini bisa hadir ke hadapan pembaca berkat
kerjasama The Political Literacy Institute dan PPIM UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dalam program “Enhanching The
Role Of Religious Education In Countering Violent Extremism
In Indonesia”. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada pihak PPIM.
Demikian, semoga buku ini membawa kemaslahatan
bagi kita semua, amin ya rabbal ‘alamin.

Ciputat, 21 Februari 2018

Iding Rosyidin
Wakil Direktur The Political
Literacy Institute

ix
DAFTAR ISI

Kata Pengantar_v
Daftar Isi_x
Khutbah Pertama:_1
1. Santun dalam Bermedsos_1
2. Haji dan Toleransi_9
3. Islam dan Pesan Solidaritas Kemanusiaan_19
4. Mensyukuri Kebhinekaan_27
5. Generasi Muda untuk Perdamaian_36
6. Spirit Tahun Baru Hijriah_43
7. Islam dan Etika Politik_53
8. Bina Damai Umat Beragama_61
9. Santri dan NKRI_70
10. Spirit Sumpah Pemuda_80
11. Islam dan Nasionalisme_89
12. Memaknai Hari Pahlawan_99
13. Islam dan Kebudayaan_108
14. Hoax dan Keadaban Publik_117
15. Spirit Maulid Nabi_126
16. Menghindarkan Diri dari Perilaku Koruptif_135
17. Generasi Milenial Inklusif_144

x
18. Spirit Hari Ibu_152
19. Tahun Baru dan Perbaikan Diri_161
20. Kesalehan Sosial di Tahun Politik_169
21. Islam dan Kearifan Lokal_178
22. Membumikan Moderasi Islam_187
23. Dakwah Generasi Milenial_196
24. Deradikalisasi di Kalangan Remaja_205
25.Menumbuhkan Sikap Empati dan Kesalehan
Sosial_213
Khutbah Kedua_222

xi
xii
‫‪1‬‬ ‫‪SANTUN‬‬
‫‪DALAM BERMEDSOS‬‬
‫ُ‬
‫اهلل ِم ْن ش ُر ْو ِر‬
‫َ ْ ُ ُ ََ ْ َ ُْ ُ ََ ْ َ ْ ُ ََ ُْ ُ‬ ‫َّ ْ َ َ‬
‫هلل‪ ،‬نح َمده ونست ِعينه ونستغ ِف ُره ونعوذ ِب ِ‬ ‫ِإن الح ْمد ِ‬
‫ض ِل ْل‬ ‫هللا َف َل ُمض َّل َل ُه َو َم ْن ُي ْ‬ ‫َأ ْن ُفس َنا َوم ْن َس ّي َئات َأ ْع َمال َنا‪َ ،‬م ْن َي ْهده ُ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬
‫َ‬ ‫ََ‬
‫فل َه ِاد َي ل ُه‪،‬‬
‫َ‬ ‫َ َ ْ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ْ َ َ َ َّ‬
‫أش َه ُد أ ْن ل ِإل َه ِإل هللا َو ْح َد ُه ل ش ِرْي َك ل ُه‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن َس ِّي َدنا ُم َح َّم ًدا‬
‫ص ْح ِب ِه‬ ‫ص ّل َع َلى َس ّيد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آله َو َ‬ ‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل ُه‪َ ،‬ا َّلل ُه َّم َ‬
‫ِِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫الد ْين‪َ ،‬أ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬‫َو َم ْن َتب َع ُه ْم بإ ْح َسان إ َلى َي ْوم ّ‬
‫ٍ ِ ِ ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫ْ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُم ْوت َّن ِإل َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الذ ْي َخ َل َق ُك ْم منْ‬ ‫ُ ْ ُ ْ َن َ َ ُ َ َ َ َ َ ُّ َ َّ ُ َّ ُ ْ َ َّ ُ ْ َّ‬
‫ِ‬ ‫مس ِلمو ‪ ،‬قال هللا تعالى يا أيها الناس ِاتقوا ربكم‬
‫ً َ‬ ‫َّ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬
‫س َو ِاح َد ٍة َوخل َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َبث ِم ْن ُه َما ِر َجال ك ِث ْي ًرا َو ِن َس َآء َو َّات ُق ْوا‬ ‫ٍ‬ ‫ن ْف‬
‫َ َّ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ َ ُ‬
‫ان َعل ْيك ْم َر ِق ْي ًبا‪.‬‬ ‫هللا ال ِذي تسآءلون ِب ِه والرح ِام ِإن هللا ك‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan‬‬


‫‪oleh Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah‬‬
‫‪swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.‬‬

‫‪1‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

Shalawat dan salam semoga tersanjungkan kepada Nabi


Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam
semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan
meluasnya penggunaan smartphone dan android, pengakses
jaringan media sosial (medsos) semakin meluas. Sebagaimana
data yang dilansir APJII (Asosiasi Penyelenggara Internet
Indonesia), pengguna internet (internet users) di Indonesia
dalam 2 tahun terakhir mengalami peningkatan yang sangat
pesat. Pada tahun 2014, jumlah pengguna internet hanya
sekitar 88 juta, tetapi jumlah tersebut naik 51,8 persen
pada tahun 2016, yakni hingga menyentuh angka 132,7 juta.
Sudah barang tentu, data ini memberi kabar baik bagi
kita, yakni menunjukkan bahwa tingkat melek teknologi dan
informasi masyarakat Indonesia telah mengalami kemajuan.
Tingkat kemajuan teknologi informasi merupakan
karakteristik unggul bagi peradaban gelombang ketiga.
Hanya saja, apakah kemajuan ini sepenuhnya baik? Tidakah
menyisakan problem yang perlu senantiasa kita kritisi dan
kita perbaiki? Dan nilai-nilai agama seperti apa yang bisa
disumbangkan guna mengurai problem tersebut?
Hadirin hafidhakumullah
Khususnya dalam kaitannya dengan agama, medsos
dapat dipahami sebagai salah satu ruang publik dan
sekaligus sebagai media yang dapat digunakan untuk

2
Santun dalam Bermedsos

berdakwah dan amar ma’ruf nahi munkar. Di mana setiap


muslim dapat saling mengingatkan dan saling menasihati.
Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir, muatan
dakwah melalui medsos tidak jarang dipenuhi oleh ragam
bentuk hoax (berita bohong) yang berisi tudingan saling
menyalahkan, saling mencerca, saling mem-bid’ahkan, dan
bahkan saling mengafirkan antar sesama umat muslim.
Selain itu, medsos juga tidak luput digunakan sebagai media
penyulut kebencian antar umat beragama. Inilah dampak
buruk ketika medsos telah dilumuri oleh kefanatikan,
kepentingan berebut pengaruh, dan kekuasaan (power).
Lantas hal apa yang dimungkinkan untuk diupayakan?
Jama’ah yang dimuliakan Allah ta’ala.
Sebagaimana telah disinggung di atas, nalar sehat
dan etika adalah dua hal yang dapat diharapkan mampu
untuk mengurai problematika saling serang di jagad
medsos ini. Terkait hal ini, dapat dikatakan bahwa sangat
relevan, terlebih bagi kalangan umat Islam di Indonesia
untuk kembali menelaah beberapa hadis yang menekankan
urgensi etika bersosialisasi dan berinteraksi antar sesama.
Di antaranya ialah hadis shahih yang menegaskan bahwa
ukuran kualitas keislaman seseorang dapat dilihat dari
sikap dan perilakunya, yakni apakah ia mudah menyakiti
sesama muslim dengan lisan dan tangannya atau tidak.
Dalam kasus penggunaan medsos, setidaknya kedua bagian
tubuh kita tersebut berpotensi untuk menyakiti orang lain,
baik dengan ujaran-ujaran kebencian atau menyebarkan isu
yang kurang bertanggung jawab.

َ َّ َ َ
‫صلى هللا َعل ْي ِه‬ ‫�ض َي هللا َع ْن ُه قا َل َس ِم ْع ُت َر ُسو َل هللا‬ َ َ ْ َ
ِ ‫عن ج ِاب ٍر ر‬
َ ُْ ُْ َّ
‫َو َسل َم َي ُق ْو ُل ال ْس ِل ُم َم ْن َس ِل َم ال ْس ِل ُمون ِم ْن ِل َسا ِن ِه َو َي ِد ِه‬

3
Khutbah Jumat Kontemporer

Artinya: Dari Shahabat Jabir ra., saya mendengar


Rasulullah saw. bersabda: “Seorang muslim adalah seseorang
yang orang muslim lain merasa aman (tidak terganggu) dari
lisan dan tangannya.”
Dalam kajian takhrij al-hadis, Imam Ismail bin
Muhammad al-‘Ajluni (1162 H) dalam karyanya yang
berjudul Kasy al-Khafa menjabarkan bahwa hadis di
atas terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim
(muttafaq ‘alaih) melalui jalur Ibnu Umar ra. Selain itu,
Imam Muslim juga memiliki jalur lain, yakni dari Jabir ra.
Di samping itu, dengan sedikit variasi redaksional yang
berbeda, hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, Imam al-Tirmidzi, Imam al-Nasa’i, dan Imam al-
Hakim dari jalur shahabat Abu Hurairah ra.
Sedangkan dalam segi pemahaman konten hadis,
Imam Badr al-Din al-‘Aini (885 H) dalam kitab ‘Umdah
al-Qari, syarah dari kitab Shahih al-Bukhari menjelaskan
bahwa hadis di atas memberi penegasan bahwa perilaku
tidak menyakiti kepada sesama muslim merupakan bagian
integral dari keimanan seseorang. Dalam artian, kuat
lemahnya iman di lubuk hati dapat dilihat dari apakah ia
terbiasa menyakiti orang lain dengan perkataannya atau
tidak.
Dalam riwayat lain juga dijelaskan:

َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
‫الل صلى هللا عليه وسلم ال‬ ِ ‫ال َرسول‬ ‫عن أ ِبى هريرة قال ق‬
ُ َ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ
‫اجشوا‬ ‫تحاسدوا وال تباغضوا وال تجسسوا وال تحسسوا وال تن‬
ْ َّ َ َ ُ ُ َ
‫الل ِإخ َو ًانا‬
ِ ‫وكونوا ِعباد‬

4
Santun dalam Bermedsos

Artinya: Dari Shahabat Abi Hurairah ra. berkata


Rasulullah saw.: “Janganlah kalian saling mendengki, saling
membenci, saling memata-matai, dan saling bersaing dalam
penawaran jual beli. Adalah kalian semua sebagai hamba-
hamba Allah yang bersaudara.”
Kualitas hadis ini adalah shahih, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim
dari jalur shahabat Abu Hurairah ra. Dengan sedikit redaksi
matan yang berbeda, hadis di atas juga diriwayatkan oleh
Imam al-Bukhari, Imam al-Thayalisi, Imam Ahmad, Imam al-
Humaidi, Imam al-Nasa’i, Imam Ibnu Majah, Imam al-Syasyi,
Imam al-Daraquthni, Imam Ibnu Hibban, Imam al-Hakim,
dan Imam al-Baihaqi dari shahabat Abu Bakar ra.
Imam al-Nawawi (676 H) dalam kitab Syarh Muslim
menyatakan bahwa hadis di atas tidak hanya sekedar
melarang umat Islam untuk saling mendengki dan
mencaci, tetapi juga melarang ragam tindakan yang dapat
menyebabkan dan menyulut kedua perilaku buruk tersebut.
Sedangkan yang terkait dengan etika untuk tidak
mudah untuk membid’ahkan dan mengafirkan orang lain
ialah sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis:

َ َ َ َ ‫الل َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َق‬


ُ َّ ‫ص َّلى‬
‫ال َم ْن ك َّف َر أخ ُاه‬ َّ ْ َ َ َ ُ ْ َ
َ ‫النب ّي‬
ِ ِ َ ‫ع ِن اب ِن عمَر عن‬
ََ
‫فق ْد َب َاء ِب َها أ َح ُد ُه َما‬

Artinya: Dari Shahabat Ibni Umar ra. dari Nabi


Muhammad saw. bersabda: “Barang siapa mengafirkan
saudaranya, maka sungguh telah kafir salah satu di antara
keduanya.”

5
Khutbah Jumat Kontemporer

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam


kitab Musnad. Dengan redaksi yang sedikit berbeda, Imam
al-Bukhari, Imam Muslim, Imam al-Thayalisi, dan Imam
al-Thahawi juga meriwayatkan hadis tersebut dari jalur
yang sama, yakni dari shahabat Ibnu Umar ra. Dari jalur
lain, Imam Abu Nu’aim al-Ashbihani meriwayatkannya dari
shahabat Mu’awiyah bin Suwaid ra.
Dalam penjabarannya, Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani
(852 H) dalam kitab Fath al-Bari menyatakan bahwa hadis
di atas oleh sebagian ulama dipahami sebagai bentuk
larangan keras terhadap ujaran saling mengkafirkan antar
sesama muslim.
Hadirin yang berbahagia
Panduan etis yang terdapat dalam beberapa hadis di
atas juga sudah ditegaskan oleh al-Qur’an. Salah satunya
ialah dalam surat al-Nahl ayat 125:

َّ ْ ْ َ َْ ْ ْ ُ
‫ا ْد ُع ِإ ِلى َس ِب ِيل َرِّب َك ِبال ِحك َم ِة َوال ْو ِعظ ِة ال َح َس َن ِة َو َج ِادل ُهم ِبال ِتي ِه َي‬
‫ين‬َ ‫ض َّل َعن َسبيله َو ُه َو َأ ْع َل ُم ب ْالُ ْه َتد‬َ ‫َأ ْح َس ُن إ َّن َ َّب َك ُه َو َأ ْع َل ُم ب َمن‬
‫ِ ر‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
)125 :‫(النحل‬

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu


dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah
dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.” (Q.S. al-Nahl: 125)
Kandungan ayat ini menegaskan kepada kita
bahwa dakwah harus dilakukan dengan mengedapankan
kebijakan dan kerendahan hati. Imam Ibnu Katsir (774 H)

6
Santun dalam Bermedsos

menjelaskan bahwa al-hikmah yang dikehendaki ayat di atas


ialah isi kebenaran al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan yang
dimaksud dengan al-mau’idhoh al-hasanah ialah ajakan
yang berdasarkan argumen yang bersandar pada fakta dan
realita untuk saling mengingatkan dan saling menasehati.
Ajakan menuju ke jalan Allah ta’ala tidak boleh didasarkan
pada kebohongan berita, fitnah, dan buruk sangka. Sebelum
mendapatkan kejelasan duduk perkaranya, maka jangan
sampai medsos digunakan sebagai alat menyebarkan isu
dan berita yang belum tentu benar adanya. Dari titik inilah
pentingnya mengedepankan nalar sehat dalam berdakwah.
Selain itu, dalam ayat lain juga ditegaskan pentingnya
etika dalam berdakwah. Dengan tegas, Islam melarang
umatnya untuk saling mengejek dan merendahkan orang
lain, apalagi merasa paling benar. Kebiasaan untuk saling
mengejek dan mengolok-olok orang lain, tidak lain akan
memicu kebencian dan keterpecah-belahan umat. Meskipun
berbeda cara pandang, penafsiran, dan pengamalan
beribadah, selama itu tidak menyinggung masalah-masalah
dasar agama, maka, sudah seharusnya kaum Muslimin bisa
berhati-hati dan menahan diri. Hal inilah yang selama ini
terlupakan. Etika berbaik sangka dan rendah hati sering
kabur ketika melihat perbedaan dan perdebatan di medsos.
Terkait hal ini, al-Qur’an menjelaskan:

َ ُ ُ َ َ َ َْ ّ ٌ َ َْ ْ َ َ ‫َيا َأ ُّي َها َّالذ‬


‫�سى أن َيكونوا خ ْي ًرا ِّم ْن ُه ْم‬ ‫ين َآم ُنوا ال يسخر قوم ِمن قو ٍم ع‬ ِ
ُ ُ َ ُ ْ َ ْ ْ َ ُ َ ّ
َ ‫َوال ن َس ٌاء ّمن ن َس ٍاء َع‬
‫�سى أن َيك َّن خي ًرا ِّمن ُه َّن َوال تل ِمزوا أنف َسك ْم َوال‬ ِ ِ ِ
ْ‫اال ْس ُم ْال ُف ُسو ُق َب ْع َد اإل َيمان َو َمن َّل ْم َي ُتب‬ َ ْ َ َْ ُ َ ََ
ِ ِ ِ ‫اب ِبئس‬ ِ ‫ت ُنابزوا ِباأللق‬
َ ُ َّ َ َ
)11 :‫فأ ْول ِئ َك ُه ُم الظ ِالون (الحجرات‬

7
Khutbah Jumat Kontemporer

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah


suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh
jadi mereka (yang diperolok-olok) lebih baik dari mereka
(yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-
perempuan (mengolok-olok) perempuan lain, (karena)
boleh jadi perempuan (yang diolok-olok) lebih baik dari
perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling
mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil
dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan
barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim.” (Q.S. al-Hujurat: 11)
Dari titik ini, dapat dipahami bahwa Islam telah
membekali seperangkat cara dan etika bagi kaum Muslimin
dalam berdakwah dan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan
berpegang pada nilai-nilai mulia inilah, umat Islam
diwajibkan untuk mendakwahkan ajaran-ajaran luhurnya.
Oleh karenanya, ber-medsos secara santun dan ramah
adalah sebuah keniscayaan.
Lantas, dengan merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an
dan hadis di atas, semoga kita bisa membersihkan medsos
dari berbagai cacian dan makian terhadap sesama. Dapat
menggunakan medsos sebagai media dakwak. Menjadi
sarana untuk saling mengingatkan dan menebar pesan
mulia agama.
Semoga Allah ta’ala senantiasa membimbing langkah
kita. Amin ya rabbal ‘alamin.
ُ ََ ْ ْ َُ ُ ‫َبا َر َك‬
‫ َونف َع ِن ْي َوِإ َّيك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِمن‬،‫هللا ِل ْي َولك ْم ِفي ال ُق ْر ِآن ال َع ِظ ْي ِم‬
َ َ ُ ُ ‫ َو َت َق َّب َل‬،‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‬
‫هللا ِم ِ ّني َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬
ّ َ َ
ِ ِ ِ ِ ‫ات و‬ ِ ‫اآلي‬
َ ُ
ْ ّ َ ْ َ ُ ْ َ ُ ْ َّ
َّ ‫اغ ِف ْر َوا ْر َح ْم َوأ ْن َت ُخ ْي ُر‬ ْ
.‫الر ِاح ِم ْي َن‬ ‫ وقل رِبي‬،‫الس ِميع الع ِليم‬

8
‫‪2‬‬ ‫‪HAJI‬‬
‫‪DAN TOLERANSI‬‬
‫ض ِب ِه‬ ‫َا ْل َح ْم ُد َّل َّالذ ْي َأ ْك َر َم َم ْن ا َّت َقى ب َم َح َّبته َو َأ ْو َع َد َم ْن َخ َال َف ُه ب َغ َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ ِ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ ِ َ ُ ََّ‬ ‫َ‬
‫َو َعذ ِاب ِه‪ ،‬أشهد أن ل ِاله ِال هللا وحده ل ش ِريك له‪ ،‬وأشهد أن‬
‫ْ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ ّ ْ‬
‫الد ْي ِن ال َح ِ ّق ِل ُيظ ِه َر ُه‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أرسله ِبالهدى و ِ‬
‫ََ ّ ُّ‬
‫الد ْي ِن ك ِل ِه‪،‬‬‫على ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َا َّلل ُه َّم َ‬
‫ص ِ ّل َو َس ِل ْم َعلى َس ِّي ِدنا َو َح ِب ْي َب َنا َوش ِف ْي ِع َنا َوق َّر ِة أ ْع ُي ِن َنا ُم َح َّم ٍد‬
‫َّ‬
‫ص ْح ِب ِه ال ِذ ْي َن َج َاه ُد ْوا ِف ْي َس ِب ْي ِل ِه‪،‬‬ ‫َر ُس ْول هللا َو َخ ْير َخ ْلقه‪َ ،‬و َع َلى َأله َو َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َ ُ َّ َ ْ‬ ‫َُ‬ ‫َف َيا َا ُّي َها ْال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َولت ُم ْوت َّن ِال َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ُم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat hafidhakumullah.‬‬


‫‪Puji syukur hanyalah milik Allah, Dzat yang telah‬‬
‫‪memberikan nikmat iman, Islam, dan kesehatan bagi kita‬‬
‫‪semua. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi‬‬
‫‪Besar, Nabi Muhammad saw, panutan hidup terbaik bagi‬‬

‫‪9‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

umat manusia.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan kualitas
ketakwaan kepada Allah ta’ala, yakni dengan cara senantiasa
menjalankan perintah-Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Haji adalah salah satu pilar penting agama Islam.
Puncak ibadah tahunan tersebut ialah wuquf di padang
Arafah. Di momen itulah, jamaah haji dari berbagai belahan
dunia berkumpul dan bertemu. Dengan perbedaan latar
belakang suku dan bangsa, kaum Muslim disadarkan
kembali bahwa manusia, pada hakikatnya adalah saudara.
Lantas, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar
di dunia, hikmah apa yang dapat dipetik Indonesia dari
ibadah yang oleh Imam al-Ghazali (505 H) ditasbihkan
sebagai penyempurna agama (kamal al-din) tersebut?
Belakangan ini kita dihadapkan pada suasana batin
kebangsaan yang kurang kondusif. Perbedaan pendapat,
organisasi, pilihan politik, bahkan perbedaan suku, agama,
dan ras (SARA) sering dipermasalahkan. Padahal, segala
bentuk perbedaan mestinya disikapi dengan wajar sebagai
fitrah dan sunnatullah.
Ironisnya, perbedaan tersebut hingga kini terus
dipertentangkan. Klaim sebagai kelompok paling benar
terus bermunculan. Sementara kelompok lain yang tak
sealiran dianggap menyesatkan dan layak diperangi. Sebuah
sikap yang sama sekali tidak mencerminkan ajaran Islam.
Islam membawa pesan luhur yang menghargai
perbedaan. Sikap toleransi serta menempatkan kelompok

10
Haji dan Toleransi

lain setara dengan kita adalah esensi ajaran Islam. Hanya


kadar ketakwaan kepada Allah yang membedakan kita
dengan yang lainnya. Bukan karena warna kulit, suku,
maupun pilihan organisasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi
dimaknai sebagai sifat atau sikap menghargai pandangan
maupun kebiasaan orang lain yang berbeda dari kita.
Dalam Islam, toleransi dikenal dengan tasamuh yang secara
sederhana dimaknai sebagai sikap lapang dada atas segala
bentuk perbedaan.
Islam merupakan agama lemah lembut, santun, dan
mengedepankan dialog. Misalnya, Nabi Muhammad saw
tidak memerangi kaum kafir Quraisy ketika melakukan
pembebasan kota Makkah (fathu Makkah). Nabi
mengedepankan cara persuasif untuk menyelesaikan
persoalan. Sekalipun sering terjadi peperangan dalam
Islam, namun dialog sering diutamakan sebelum deklarasi
berperang. Islam menghindari peperangan jika masih
terbuka lebar ruang dialog, negosiasi, dan mediasi dengan
kelompok Quraisy.
Dalam konteks inilah kemudian toleransi dalam Islam
harus ditempatkan sebagai upaya menerima perbedaan
terhadap golongan dan kelompok lain yang tak sealiran.
Perbedaan bukan dipertentangkan, melainkan untuk saling
melengkapi.
Selain sejarah, bertaburan pula teks al-Qur’an dan
hadis yang mengajarkan tentang toleransi. Perbedaan laki-
laki dengan perempuan, perbedaan suku dan golongan
hanyalah untuk saling mengenal satu sama lain. Begitulah
kira-kira anjuran kesetaraan dalam Islam yang cukup
kentara.
Terkait hal ini, Allah ta’ala berfirman:

11
Khutbah Jumat Kontemporer

َ ُ ُ ْ َ ُ ََ ُ ََ
‫اس ِإ َّنا خل ْق َناكم ِّمن ذك ٍر َوأنثى َو َج َعل َناك ْم ش ُع ًوبا َوق َبا ِئ َل‬ َّ ‫َيا َأ ُّي َها‬
ُ ‫الن‬
َ ٌ َ َ َّ َّ ْ ُ َ َ َّ َ ْ ُ َ َ ْ َ َّ ُ َ َ َ
:‫يم خ ِب ٌير (الحجرات‬ ‫الل أتقاكم ِإن الل ع ِل‬ ِ ‫ِلتعارفوا ِإن أكرمكم ِعند‬
)13

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah


menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh,
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Maha Teliti.” (Q.S. Al- Hujurat: 13)
Selain itu, bahkan tidak ada paksaan bagi penganut
agama lain untuk memeluk agama Islam. Sebab, agama yang
disiarkan dengan paksa tidak akan melahirkan ketulusan,
melainkan keterpaksaan. Sementara amal ibadah dalam
Islam harus dimulai dengan niat ikhlas.
Dalam hal ini, Allah ta’ala berfirman:

ُ َّ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ ُّ ‫الدين َقد َّت َب َّي َن‬ ّ َ َْ َ


‫وت‬ِ ‫الرشد ِمن الغ ّ ِي ف َمن يكف ْر ِبالطاغ‬ ِ ِ ‫ال ِإكراه ِفي‬
ُ َّ ‫ص َام َل َها َو‬
‫الل‬ َ ‫اس َت ْم َس َك ب ْال ُع ْر َوة ْال ُو ْث َقى َال انف‬
ْ ‫الل َف َقد‬
َّ َُْ
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ويؤ ِمن ِب‬
)652 :‫يم (البقرة‬ ٌ ‫َسم ٌيع َع ِل‬
ِ
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama
(Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan
yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar
kepada Tagut dan beriman kepada Allah,maka sungguh, dia
telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang

12
Haji dan Toleransi

tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”


(Q.S. Al-Baqarah: 256)
Hadirin yang dirahmati Allah ta’ala
Ada tiga model toleransi yang lazim dipraktikkan.
Pertama, toleransi antar sesama (intern) umat beragama.
Dalam tradisi Islam perbedaan bukan perkara baru.
Munculnya empat mahzab fiqih menjadi bukti sahih betapa
dunia Islam sangat menghargai perbedaan pemikiran.
Meski berbeda, empat imam besar tersebut tidak pernah
saling menyalahkan apalagi saling mengkafirkan. Justeru
perbedaan membuat mereka saling melengkapi.
Tak terhitung pula jumlah kitab yang ditulis ulama
Muslim terdahulu untuk mengkaji, membandingkan,
dan kemudian mendiskusikan berbagai pandangan yang
berbeda dengan argumen masing-masing. Perbedaan
pemikiran dimaknai biasa-biasa saja sebagai bagian ikhtiar

Biografi Empat Madzhab


1. Madzhab al-Hanafiyah; Didirikan oleh Imam Abu Hanifah
(80-150 H) di Baghdad. Hasil ijtihad Imam Abu Hanifah
banyak diriwayatkan oleh salah satu muridnya, yakni Imam
Abu Yusuf (113-182 H) dalam karyanya yang berjudul al-
Atsar.
2. Madzhab al-Malikiyah; Didirikan oleh Imam Malik bin
Anas (93-179 H) di Madinah. Salah satu karya monumental
Imam Malik adalah kitab al-Muwattha’.
3. Madzhab al-Syafi’iyah; Didirikan oleh Imam al-Syafi’i
(150-204 H) di Mesir (qoul jadid). Di antara karya penting
yang memuat metodologi dan hasil ijtihad beliau adalah
kitab al-Risalah dan kitab al-Umm.
4. Madzhab al-Hanabilah; Didirikan oleh Imam Ahmad
bin Hanbal (164-241 H) di Baghdad. Salah satu karya
monumentalnya adalah kitab al-Musnad.
Sumber: Syaikh ‘Ali Jum’ah Muhammad, al-Madkhal ila Dirasat al-Madzahib al-
Fiqhiyah, Kairo: Dar al-Salam, 2001

13
Khutbah Jumat Kontemporer

mencari kebenaran hakiki.


Tidak terbatas hanya pada hukum fiqh, perbedaan
pendapat di kalangan umat Islam terjadi di bidang ilmu
lain seperti tafsir, syarah hadis, ulumul quran, ulumul hadis,
tauhid, tarikh, maqashidus syariah, dan lain sebagainya. Jika
ada perbedaan pendapat, al-Qur’an menganjurkan untuk
membantah dengan baik tanpa harus menuding yang lain
sebagai pihak salah dan sesat.
Kedua, toleransi antar umat beragama. Meski Islam
dianut oleh mayoritas penduduk di Indonesia, bukan berarti
agama lain layak dinafikan. Mesti dibangun kesadaran
bahwa kita hidup di sebuah negara yang menjamin
kebebasan beragama. Apapun agamanya, kita wajib saling
menghormati. Tak perlu mencampuri apalagi menghina
agama lain. Dalam kehidupan lintas agama, Islam memiliki
konsep yang sangat toleran. Seperti firman Allah:

ُ َُ
)6 :‫لك ْم ِد ُينك ْم َو ِل َي ِد ِين (الكافرون‬

Artinya: “Untukmu agamamu, untukku agamaku.”


(Q.S. Al-Kafirun: 6)
Dengan demikian, toleransi antarumat beragama
termasuk salah satu risalah penting dalam sistem teologi
Islam. Karena sejak lama Islam sudah memberikan petunjuk
bagaimana cara menghadapi keberagamaan dengan arif
dan bijaksana.
Sebenarnya, konsep tasamuh sudah lama dipraktikkan
umat Islam tanah air. Indonesia dikenal sebagai penganut
budaya ketimuran yang sopan, ramah, dan mengharagai
orang lain. Namun, di tengah hiruk-pikuk suasana
kebangsaan kita yang belakangan sedang bermasalah,
14
Haji dan Toleransi

penting kiranya untuk terus menggelorakan semangat


toleransi dalam kehidupan keseharian kita.
Ketiga, toleransi dalam kehidupan bernegara.
Toleransi model ketiga ini menempatkan Islam sebagai
tatanan nilai yang siap berdialektika dengan kehidupan
demokratis. Seymour Martin Lipset dalam The Social
Requisities of Democracy of Revisited (1994), menyebut
sebuah negara mampu berjalan baik mensyaratkan budaya
tertentu, yaitu penerimaan warga negara dan elit politik
atas prinsip-prinsip yang mendasari kebebasan berbicara,
berserikat, beragama, dan lain sebagainya.
Meski Islam agama mayoritas di Indonesia, namun
kita harus sadar bahwa demokrasi merupakan aturan main
yang didisain mengatur tatanan kehidupan politik. Mestinya
sudah tak ada lagi manuver yang berusaha mengganti
demokrasi, termasuk juga Pancasila dan NKRI dengan
sistem lain yang berpotensi merusak kebhinekaan.
Sekalipun Islam tidak dicantumkan secara eksplisit
dalam hukum positif negara, namun lima sila yang
termaktub dalam Pancasila mengandung esensi dan prinsip-
prinsip Islam. Cukup nilai Islam saja yang menjadi denyut
nadi kehidupan berbangsa. Tak perlu lagi menghabiskan
energi hanya sekedar ingin meletakkan simbol Islam dalam
hukum negara. Hal yang terpenting adalah bagaimana
mengimplementasikan ajaran Islam dalam keseharian
hidup seperti berbuat adil, menghargai orang lain, tidak
memfitnah, dan memposisikan umat lain setara dengan kita.
Apa guna simbol dan jargon Islam dicantumkan dalam
hukum positif jika negara terjebak pada jurang kemiskinan,
pertikaian, pembantaian, peperangan, serta permusuhan
tak berkesudahan seperti yang terjadi di negara-negara
Islam di berbagai belahan penjuru dunia.

15
Khutbah Jumat Kontemporer

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu


wa ta’ala.
Di negara demokratis seperti Indoensia, jaminan
hidup setara harus selalu diupayakan untuk merawat
kerukunan. Pidato Jokowi dalam HUT Kemerdekaan RI ke-
72 waktu lalu mengingatkan kita untuk senantiasa hidup
rukun berdampingan. Jangan sampai ada warga negara yang
merasa menjadi kelas dua, terpinggirkan hak hidup dan hak
beragamanya.
Dalam beberapa tahun belakangan ini memang
banyak sekali peristiwa yang menunjukkan perilaku
sebagian masyarakat Indonesia yang bersikap tidak toleran.
Perasaan paling benar serta menafikan keyakinan kelompok
lain masih menjadi fenomena yang kerap terjadi. Bahkan tak
jarang ujaran kebencian (hatespeech) terhadap kelompok

Keragaman Agama di Indonesia

Angka Absolut
Agama Persentase
(juta)
Islam 87,2 207,2
Kristen 6,9 16,5
Katolik 2,9 6,9
Hindu 1,7 4,0
Buddha 0,7 1,7
Konghucu 0,05 0,1

Sumber: Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk 2010

16
Haji dan Toleransi

berbeda terjadi cukup vulgar.


Tentu kita tak ingin mendapati agama terkesan
menakutkan. Di tangan para pemeluknya agama acapkali
tampil dengan wajah sangar penuh permusuhan karena
pandangan keagamaan tertutup yang berpotensi
menimbulkan ragam konflik yang mengancam kerukunan.
Cendikiawan Muslim Nurcholis Madjid dalam buku Islam,
Kemodernan, dan Keindonesian (1987), mengatakan bahwa
Islam merupakan agama yang membawa pesan-pesan
perdamaian bagi seluruh penjuru alam. Doktrin etis sosial
yang utama dalam ajaran Islam adalah faham egaliter, yaitu
penempatan posisi manusia pada posisi setara dan memiliki
harkat martabat yang juga setara. Segala perbuatan
yang mengangkangi harkat martabat manusia harus
dimusnahkan dari muka bumi. Sebab, Islam memberikan
legitimasi moral untuk membangun masyarakat egaliter
demi merajut kerukunan.
Kerukunan dapat diwujudkan jika perasan paling
benar atas kelompok lain dihilangkan. Kerukunan juga
mensyaratkan adanya kerendahan hati untuk menerima
kelompok lain yang berbeda dengan lapang dada tanpa
melihat latar belakang SARA. Hal ini sebagaimana sudah
diajarkan oleh ritual ibadah haji di atas. Tugas manusia
bukanlah menyeragamkan perbedaan. Akan tetapi, tugas
kita sebagai manusia hanya berusaha menjadi individu
terbaik yang bermanfaat bagi orang lain.
Semoga kita senantiasa dimudahkan oleh Allah ta’ala.
Amin ya rabbal ‘alamin.

17
‫‪Khutbah Jumat Kontemporer‬‬

‫ُ‬ ‫ََ‬ ‫ْ َ َْ‬ ‫َُ‬


‫هللا ِل ْي َولك ْم ِف ْي ال ُق ْرأ ِن الك ِرْي ِم‪َ ،‬ونف َع ِن ْي َوِإ َّياك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬
‫َبا َر َك ُ‬
‫َ َ‬ ‫ُ‬ ‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‪َ ،‬و َت َق َّب َل ُ‬ ‫ْ ََ َ ّ‬
‫هللا ِم ِ ّن ْي َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ات و ِ ِ‬ ‫الي ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬
‫استغ ِف ُر ْو ُه إنه ُه َو الغف ْو ُر َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫السم ْي ُع ال َعل ْيم‪َ ،‬و ْ‬
‫الر ِح ْي ُم‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َّ‬

‫***‬

‫‪18‬‬
3 Islam dan Pesan
Solidaritas Kemanusiaan
ُ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ َّ
‫ َون ُع ْوذ ِب ِه ِم ْن ش ُر ْو ِر‬،‫ ن ْح َم ُد ُه َون ْس َت ِع ْي ُن ُه َون ْس َتغ ِف ُر ُه‬،‫ل‬ ِ ِ ‫ِإن الحمد‬
‫ض ِل ْل‬
َ َ
ْ ‫مض َّل ل ُه َو َم ْن ُي‬ ُ ‫هللا َفل‬ ُ ‫ َم ْن َي ْهده‬،‫َأ ْن ُفس َنا َوم ْن َس ّي َئات أ ْع َمال َنا‬
َ
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
ً‫هللا َو َأ ْش َه ُد َأ َّن َس ّي َد َنا ُم َح َّمدا‬
ُ ‫ َأ ْش َهد أن ل إله إل‬،‫َف َل َهاد َي َل ُه‬
َّ َ َ َ ْ َ ُ
ِ ِ ِ ِ
ُ،‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُله‬
َ ّ َ َّ َ ُ َ ّ َ َ َ َ َ َّ ُ َّ َ
‫وس ِل ْم ت ْس ِل ْي ًما‬ ‫ص ِ ّل َعلى َس ِّي ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى ِآل س ِي ِدنا محم ٍد‬ ‫اللهم‬
َ َ
،‫ أ َّم َاب ْع ُد‬،‫ك ِث ْي ًرا‬
َ َ َ ْ َ َ ْ ُ َّ َ ْ ُ َّ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ُّ َ َ َ
‫اس َتط ْع ُت ْم َوق ْد ف َاز‬ ‫ ِاتقو هللا ما‬،‫ ِاتقو هللا‬،‫فيا أيها الس ِلمون‬
َ ُْ
.‫ال َّت ُق ْون‬

Hadirin, Jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan


Allah ta’ala.
Untaian rasa syukur marilah kita panjatkan ke
hadirat Allah subhanahu wa ta’ala, Dzat yang menciptakan
alam semesta. Shalawat dan salam kita haturkan kepada
Nabi Muhammad saw, utusan yang menjadi rahmat bagi
semua makhluk di muka bumi ini. Melalui mimbar yang

19
Khutbah Jumat Kontemporer

mulia ini, khatib berwasiat kepada diri kami pribadi, dan


umumnya kepada jama’ah kesemuanya untuk senantiasa
meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah ta’ala,
yakni dengan cara senantiasa menjalankan perintah-Nya,
serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Akhir-akhir ini hampir semua kalangan, baik di
dalam maupun di luar negeri, terhenyak oleh pemberitaan
tentang tindakan kekerasan yang dialami oleh kaum Muslim
Rohingya di Rakhine, Myanmar. Sontak, hal itu memicu
reaksi besar-besaran dari kalangan masyarakat Muslim,
termasuk di Indonesia sebagai bentuk solidaritas antar
sesama umat Islam. Reaksi tersebut tampaknya sangat
beragam, dari yang cukup lunak sampai yang sangat keras,
seperti tuntutan pengusiran Duta Besar Myanmar untuk
Indonesia.
Secara kebetulan, apa yang terjadi di Rakhine tersebut
berlangsung tidak lama setelah umat Islam di seluruh dunia
merayakan Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Idul Qurban.
Kedua peristiwa tersebut tampaknya bisa ditautkan pada
satu simpul yang sama, yakni solidaritas kemanusiaan.
Peristiwa yang dialami kaum Muslim Rohingya jelas
memerlukan solidaritas kemanusiaan, dan Idul Qurban
pada saat yang sama juga menekankan tentang solidaritas
kemanusiaan.
Tentu solidaritas kemanusiaan merupakan hal
sangat baik dalam pandangan agama mana pun. Namun,
bagaimana semestinya aksi solidaritas kemanusiaan itu
dilakukan, Islam tampaknya memberikan teladan yang
sangat baik. Dalam hal ini, ritual qurban yang belum lama
ini diselenggarakan, sesungguhnya bisa dijadikan contoh

20
Islam dan Pesan Solidaritas Kemanusiaan

mengenai aksi solidaritas kemanusiaan dalam Islam yang


sepatutnya dijadikan contoh.
Hadirin, Jama’ah yang mulia
Islam, meski dikenal sebagai agama langit (samawi),
namun tidak berarti mengabaikan hal-hal yang bersifat
duniawi. Hal ini tercermin dari kuatnya perhatian Islam
terhadap masalah-masalah sosial. Bahkan di dalam ajaran-
ajaran pokok dalam Islam pun tetap terkandung dimensi-
dimensi sosial seperti shalat, puasa, zakat, dan lain-lain.
Salah satu masalah sosial yang ditekankan Islam adalah
masalah kemanusiaan. Hanya saja masalah kemanusiaan
dalam Islam tetap dalam bingkai keilahian.
Kemanusiaan dalam bingkai keilahian tersebut
sesungguhnya tercermin dalam banyak ajaran Islam, antara
lain dalam ritual qurban. Kalau dipahami secara lebih
mendalam bahwa ritual qurban sesungguhnya merupakan
ajaran Islam yang menghendaki pembebasan kemanusiaan.
Betul bahwa qurban secara intrinsik menunjukkan dimensi
vertikal atau hablun minallah, dalam rangka mendekatkan
diri kepada Allah Swt.
Namun, cara mendekatkan diri kepada Allah tersebut
menuntut adanya pembebasan diri manusia dari berbagai
belenggu yang mengikatnya. Pertama, pembebasan diri
dari belenggu “tuhan-tuhan” selain Allah yang justeru kerap
menguasainya. Pada masa sekarang tuhan-tuhan tersebut
dapat menjelma dalam berbagai bentuk: uang, jabatan,
kekuasaan, dan sebagainya.
Inilah penyakit yang sering membuat manusia
melupakan Tuhan. Karena itulah, qurban membidik
manusia untuk menunjukkan kepatuhan dan pengabdian
yang tulus dan ikhlas. Bahwa yang harus ditaati perintahnya
hanyalah Allah swt. Bahwa yang paling berhak disembah

21
Khutbah Jumat Kontemporer

hanyalah Allah swt. Dengan demikian, qurban menegaskan


ketauhidan kepada Allah. Inilah ajaran paling pokok dalam
Islam, karenanya Islam disebut agama monoteisme.
Ritual qurban memang bentuknya adalah
penyembelihan hewan seperti unta, sapi, atau domba/
kambing. Namun sesungguhnya yang diminta oleh
Allah adalah ketakwaan manusia atau ketulusan dan
keikhlasannya. Oleh karenanya, yang sampai kepada Allah
bukanlah daging atau darah hewan, melainkan ketakwaan
manusia tersebut, sebagaimana firman Allah swt:

َ َ ُ َّ ‫وم َها َوال د َم ُاؤ َها َو َلكن َي َن ُال ُه‬


‫الت ْق َوى ِمنك ْم كذ ِل َك‬ ُ ‫هللا ُل ُح‬ َ ‫ال‬َ ‫َلن َي َن‬
ِ ِ
ُْ ّ ُ َ َ َ َُ
:‫هللا َعلى َما َه َداك ْم َو َب ِش ِر ال ْح ِس ِن َين (الحج‬ ‫َس َّخ َر َها لك ْم ِل ُتك ِّب ُروا‬
)37

Artinya: “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu


sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang
sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah
Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan
Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang
berbuat baik.” (Q.S. Al-Hajj: 37)
Kedua, pembebasan diri dari belenggu sifat-sifat
kebinatangan yang mencengkram kemanusiaan. Sifat-
sifat egoistik, keserakahan, dan berbagai tindakan anti
kemanusiaan lainnya. Penyakit-penyakit inilah yang bisa
membuat manusia abai terhadap rasa kemanusiaan. Dengan
kata lain, qurban mendidik manusia untuk mengukuhkan
solidaritas kemanusiaan antar sesama.

22
Islam dan Pesan Solidaritas Kemanusiaan

Ketiga, qurban memperlihatkan dengan jelas bahwa


Islam adalah agama cinta dan kasih sayang. Hablun minannas
sangat ditentukan dalam ritual qurban. Kegembiraan
disebarluaskan di kalangan umat manusia dalam bentuk
konsumsi daging, sesuatu yang bisa dianggap sebagai salah
satu bentuk kenikmatan hidup.
Melalui ritual qurban ini, Islam sesungguhnya tidak
menghendaki adanya manusia yang kelaparan sehingga
kebahagiaannya terenggut dari mereka. Kita diminta
berbagi rizki dan nikmat yang kita peroleh kepada mereka.
Dengan kata lain, kita dituntut semakin mencintai dan
mengasihi sesama manusia, karena di situlah terletak
hakikat kemanusiaan.
Cinta terhadap kemanusiaan sesungguhnya adalah
refleksi atau cerminan dari cinta terhadap Tuhan. Dengan
kata lain, cinta kemanusiaan bukan lawan dari cinta
ketuhanan. Justeru melalu cinta terhadap sesama manusia,
melalui berbagai rizki atau bantuan apa pun bentuknya,
adalah penguat cinta kita kepada Tuhan. Itulah sejatinya
kemanusiaan.

“Pengetahuan tentang kesatuan hidup manusia


adalah sebuah pengetahuan yang amat besar
yang meliputi bumi dan kemanusiaan. Apabila
manusia mengabaikan prinsip kesatuan
tersebut, maka mereka akan menjadi hancur dan
menghancurkan”
(Kiai Ahmad Dahlan, 1868-1923)

23
Khutbah Jumat Kontemporer

Dalam salah satu riwayat hadis disebutkan:

َ ُ َّ َ ْ َ ُ َ ‫هللا ْبن َع ْم ُرو ْبن ْال َعاص‬ َْ ْ َ


ِ ‫�ض َى هللا عن ُه َما أن َرسول‬
‫هللا‬ ِ ِ‫ر‬ ِ ِ ِ ‫عن عب ِد‬
َّ ‫الر ِاح ُمو َن ْير َح ُم ُه ُم‬
‫الر ْح َم ُن ا ْر َح ُموا َم ْن‬ َّ ‫ال‬ َ ‫صلى هللا عليه وسلم َق‬
َ
َّ ‫األ ْرض ْير َح ْم ُك ْم َم ْن فى‬
)‫الس َم ِاء (رواه البيهقي‬ ِ ِ ‫ِفى‬

Artinya: Diriwayatkan dari Abdillah bin ‘Amr bin al-


‘Ash ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Orang-
orang yang penyanyang akan disayangi oleh Allah yang Maha
Penyayang. Maka sayangilah makhluk yang ada di bumi,
niscaya makhluk yang ada di langit akan menyayangimu.”
(H.R. al-Baihaqi)
Dengan demikian, jika kita menyayangi dan mencintai
sesama manusia di muka bumi ini, dengan berbagai bentuk
apa pun, maka kita akan semakin disayang oleh Allah Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. 
Hadirin, sidang Jumat yang dirahmati Allah ta’ala
Salah satu nilai yang sangat ditekankan oleh Islam
sejak masa awal adalah nilai persaudaraan (ukhuwwah).
Yang menarik adalah bahwa persaudaraan tersebut tidak
hanya terjalin antar sesama Muslim (ukhuwwah islamiyyah),
melainkan juga persaudaraan antar sesama umat manusia
(ukhuwwah basyariyyah). Ritual qurban sesungguhnya
memperlihatkan tidak saja ukhuwwah islamiyyah, tetapi
juga ukhuwwah basyariyyah.
Oleh karena itu, adanya keinginan umat Islam
Indonesia untuk memberikan bantuan terhadap sesama
umat Islam di Rakhine, Myanmar, sebagai bentuk solidaritas
kemanusiaan merupakan tindakan yang terpuji. Hanya saja,

24
Islam dan Pesan Solidaritas Kemanusiaan

“Status Islam sebagai ajaran yang universal, dalam


artian dapat dilaksanakan untuk melindungi
kehidupan manusia secara menyeluruh tanpa harus
terganggu oleh sekat-sekat regional, hanya mungkin
dipertahankan bila ia dapat kita pahami sebagai
ajaran yang justeru bersifat terbuka”
(KH. Sahal Mahfudz, 1937-2014)

seperti halnya ritual qurban yang menunjukkan ketulusan


dan keikhlasan, maka aksi solidaritas kemanusiaan seperti
ini pun sepatutnya dilakukan dengan cara yang sama.
Prasyarat ketulusan dan keikhlasan tersebut, misalnya,
tercermin pada sikap bahwa solidaritas kemanusiaan
tersebut benar-benar dilakukan semata-mata karena
memang ingin membantu sesama, bukan karena didorong
oleh tujuan-tujuan atau pamrih-pamrih lain.
Dan alangkah baiknya jika aksi solidaritas
kemanusiaan tersebut dilakukan bukan hanya karena
pertimbangan kesamaan keyakinan saja, melainkan karena
pertimbangan kesamaan manusia sebagai makhluk Allah.
Itulah inti ukhuwwah basyariyyah. Banyak ajaran Islam yang,
misalnya, memerintahkan umatnya untuk memedulikan
orang-orang yang tertindas, orang-orang yang kelaparan,
dan sebagainya tanpa melihat identitas keyakinannya.
Dengan demikian, Islam sebenarnya menuntut
kita untuk memiliki konsistensi (keistiqamahan) dalam
melakukan aksi solidaritas kemanusiaan secara tulus
dan ikhlas. Bahwa siapa pun mereka, dari mana pun asal
mereka, di negara mana pun mereka tinggal, apa pun

25
Khutbah Jumat Kontemporer

keyakinan mereka, afiliasi politik apa pun yang dimiliki


mereka, kalau, misalnya, mereka mengalami penindasan,
tindakan kekerasan, dan berbagai kejahatan lainnya, sudah
semestinya kita bantu; sudah seharusnya kita galang aksi
solidaritas kemanusiaan demi meringankan beban mereka.
Adalah tidak elok kalau aksi solidaritas kemanusiaan
dilakukan dengan cara milih-milih, misalnya, karena
kesamaan ideologis, keyakinan, atau pilihan politik. Sebab,
jika demikian, kemanusiaan kita belum terbebaskan.
Kemanusiaan kita belum sampai pada kemanusiaan yang
sejati. Padahal Islam tidak menghendaki demikian, karena
Islam adalah agama kemanusiaan.
Semoga kita bisa menebar semangat pembelaan
kemanusiaan yang diajarkan Islam. Amin ya rabbal ‘alamin.

ُ ََ ْ ْ َُ ُ َ َ َ
‫ َونف َعنابه َوِإ َّياك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬،‫في ا ُلق ْر ِآن ال َع ِظ ْي ِم‬ ِ ‫هللا ِلي َولك ْم‬ ‫بارك‬
ُ‫الج َّواد‬ ُ َّ ُ َ َ ُ ْ ّ ُ َ
َ ‫ فتق َّب َل هللا مني َومنك ْم تل َوته إنه‬،‫آليات َوالذكر ال َحك ْيم‬ ْ ْ ّ َ ْ
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ا‬
َ ْ َّ ُ َ ْ َ ْ ّ ُ ْ ‫َ ْ ُ َ ُّ َّ ُؤ‬
.‫ل َر ِ ّب ال َع ِال ْي ِم‬ِ ِ ‫ والح ْمد‬،‫الر ِحي ُم‬ 
ِ ‫الك ِريم البر الر وف‬
***

26
‫‪4‬‬ ‫‪MENSYUKURI‬‬
‫‪KEBHINEKAAN‬‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ْ ُ َّ َّ‬
‫ل ال ِذي َوف َق ِب َر ْح َم ِت ِه َم ْن ش َاء ِم ْن ِع َب ِاد ِه‪،‬‬ ‫ل‪ ،‬الحمد ِ ِ‬ ‫الحمد ِ ِ‬
‫ات‪،‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َف َع َر ُف ْوا َأ ْق َد َار َم َواسم ال َخ ْي َرات‪َ ،‬و َع َّم ُر ْو َ‬
‫ْ‬
‫الكث ِار ِمن الطاع ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُْ‬
‫وخدل من شاء ِب ِحكم ِت ِه‪ ،‬فع ِميت ِمنهم القلوب والبصا ِئر‪ ،‬وفرطوا‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ِفى ِتل َك ال َو ِاس ِم ف َب ُاء ْوا ِبالخ َسا ِئ ِر‪.‬‬
‫َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َو َأ ْش َه ُد َأ ْن َل إ َل َه إ َّل ُ‬
‫هللا َو ْح َد ُه لش ِرْي َك ل ُه ال َع ِزْي ُز ال َح ِك ْي ُم‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ‬
‫اط ِن‬ ‫اس ِبطاع ِة رِب ِه ِفى البو ِ‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أقوم َالن ِ‬
‫َ‬ ‫َّ َ‬
‫ص َح ِاب ِه َو َسل َم ت ْس ِل ْي ًما ك ِث ْي ًرا‪،‬‬ ‫هللا َع َل ْيه َو َع َلى آله َوأ ْ‬ ‫ص َّلى ُ‬ ‫الظ َواهر‪َ ،‬‬ ‫َ َّ‬
‫و‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ‬ ‫هللا‪ُ ،‬أ ْو َ ْ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ْالُ ْسل ُم ْو َن َحف َظ ُك ُم ُ‬
‫�ص ْي نف ِ�س ْي وِإياكم بتقوى ِ‬
‫هللا‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َق ْد َف َاز ْالُ َّت ُق ْون‪ .‬ق َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ال هللا تعالى ِفي ِكت ِاب ِه الك ِري ِم‪ ،‬يا أ ُّي َها ال ِذين َآمنوا‬
‫َ‬ ‫َ َ ُ َّ َ‬ ‫َُ‬ ‫َّات ُقوا َّ َ‬
‫الل َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُموت َّن ِإل َوأ ُنتم ُّم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪27‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan


oleh Allah ta’ala.
Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah
swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.
Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi
Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam
semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Bulan Agustus belum lama usai. Perayaan ulang tahun
Republik Indonesia masih meresap di hati dan pikiran.
Terlebih jika menyaksikan kompaknya peserta upacara di
Istana Negara beberapa waktu lalu dengan mengenakan
pakaian adat dari beragam daerah di Indonesia. Sebagai
warga negara Indonesia, seharusnya hal tersebut semakin
membuat sadar bahwa Indonesia sangat kaya, berbeda-
beda, namun tetap satu.
Satu bukan hanya kata. Satu adalah mimpi dan
tindak nyata dari kehidupan di Indonesia. Namun, untuk
mewujudkan ‘satu’ tersebut tidaklah mudah. Konflik yang
terkadang terjadi di Indonesia karena kesalah pahaman
antar anak bangsa dapat menjadi pemantik pertikaian, jika
tidak waspada, hal ini dapat membuat Indonesia patah.
Kesalah pahaman tersebut bisa disulut dari berbagai macam
hal, termasuk perbedaan suku, agama, ras, dan golongan.
Oleh karenanya, Bhineka Tunggal Ika yang merupakan
semboyan negara seharusnya dijadikan pedoman sikap bagi

28
Mensyukuri Kebhinekaan

seluruh warga negara Indonesia. Perbedaan yang yang ada


tidak perlu menjadi penghambat. Perbedaan tersebut malah
bisa diubah menjadi penguat.
Sidang Jum’ah yang dirahmati Allah subhanahu
wa ta’ala
Membaca Bhineka Tunggal Ika dalam konteks
Indonesia adalah hal yang mutlak. Sebutan negara majemuk
dan multikultural melekat dan tidak bisa dilepaskan dari
Indonesia. Pemilik lebih dari 17.000 pulau, lebih dari
500 bahasa, sekitar 1.300 suku, dan 6 agama ini sudah
seharusnya dapat menjadikan kekayaan tersebut sebagai
tameng bagi kelanggengan dan keharmonisan bangsa.
Jika merujuk kitab Sutasoma yang ditulis Mpu Tantular
tujuh abad yang lalu, frasa Bhineka Tunggal Ika akan
ditemukan di antara bait-bait yang menceritakan tentang
Pangeran Sutasoma yang mengajarkan toleransi antara
umat Hindu Siwa dan Buddha. Dr. Soewito Santoso dalam
karyanya yang berjudul Sutasoma; A Study in Old Javanese
(1975) menerjemahkan Bhineka Tunggal Ika sebagai
“Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Frasa tersebut kemudian
ditetapkan sebagai semboyan Indonesia, dan dicantumkan
di bawah lambang negara Indonesia, yaitu burung garuda.
Dari tilikan sejarah di atas, anjuran untuk bersatu di
tengah perbedaan ternyata sudah diutarakan sejak zaman
Majapahit. Toleransi pada saat itu dihidupi oleh umat
Hindu Siwa dan Buddha, jauh sebelum kata Indonesia
tercetus. Dalam konteks ajaran Islam, al-Qur’an secara
tegas juga menyebutkan bahwa umat manusia memang
sengaja diciptakan dengan beragam bangsa dan suku,
agar saling mengenal satu sama lain. Dengan kata lain, ada
seruan bahwa umat manusia harus berusaha toleran dan
menghindari perpecahan.

29
Khutbah Jumat Kontemporer

Terkait hal ini, Allah ta’ala berfirman:

َ ُ ُ ْ َ ُ ََ ُ ََ
‫اس ِإ َّنا خل ْق َناكم ِّمن ذك ٍر َوأنثى َو َج َعل َناك ْم ش ُع ًوبا َوق َبا ِئ َل‬ َّ ‫َيا َأ ُّي َها‬
ُ ‫الن‬
َ ٌ َ َ َّ َّ ْ ُ َ ْ َ َّ َ ْ ُ َ َ ْ َ َّ ُ َ َ َ
:‫يم خ ِب ٌير (الحجرات‬ ‫الل أتقاكم ِإن الل ع ِل‬ ِ ‫ِلتعارفوا ِإن أكرمكم ِعند‬
)13

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah


menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh,
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Maha Teliti.” (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Ayat ini mengingatkan kepada manusia bahwa
kemuliaan seseorang tidak ditentukan dari bangsa, bahasa,
dan suku. Allah swt menjadikan perbedaan tersebut agar
manusia saling menghargai satu sama lain dan dapat
menciptakan persatuan serta perdamaian. Sesungguhnya,
kemuliaan seseorang diukur dari siapa yang paling

“Negara Republik Indonesia ini bukan milik suatu


golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik
suatu suku, bukan milik suatu golongan adat-
istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang
sampai Merauke!”
(Soekarno, 1901-1970)

30
Mensyukuri Kebhinekaan

bertakwa di antara mereka.


Begitu juga, dalam hadis shahih yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim (204-261 H) dalam kitab Shahih Muslim,
Rasulullah saw menegaskan bahwa Allah tidaklah menilai
bentuk lahir dan kekayaan seorang hambanya, akan tetapi
kadar ketakwaan dan kebajikan perbuatannya.

َ َّ ‫الل صلى هللا عليه وسلم إ َّن‬ َّ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ ُل‬


‫الل‬ ِ ِ ‫عن أبى هريرة قال قال رسو‬
ُْ َ ْ َ َ ْ ُ ُ ُ َ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َ ُ َ ُ ُ ِ ْ َ َ
‫ال ينظر ِإلى صو ِركم وأمو ِالكم ول ِكن ينظر ِإلى قل ِوبكم وأعم ِالكم‬
)‫(رواه مسلم‬

Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, beliau


berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya
Allah swt tidaklah melihat bentuk jasad dan harta kalian,
akan tetapi Allah swt melihat (ketakwaan) hati dan
(kebajikan) amaliahmu.” (H.R Muslim)
Selain itu, jika perbedaan itu dipandang dan disikapi
secara positif, ia dapat mengantarkan kita untuk takjub dan
merasakan kebesaran Allah swt. Alangkah Maha Kuasanya
Allah swt yang telah menciptakan beragam warna kulit dan
bahasa. Sudah barang tentu, di balik itu tersimpan samudra
hikmah.
Dalam hal ini, Allah ta’ala berfirman:

ُ َْ ُ َ َْ ُ ْ َ َ َ َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ
‫ض َواخ ِتالف أل ِسن ِتك ْم َوأل َوا ِنك ْم ِإ َّن‬ ْ ‫األ‬
ِ ‫ات و‬
‫ر‬ ِ ‫و ِمن آيا ِت ِه خلق السماو‬
ّْ َ َ َ
)22 :‫ات ِلل َع ِ ِال َين (الروم‬
ٍ ‫ِفي ذ ِلك آلي‬

31
Khutbah Jumat Kontemporer

Piagam Madinah
Adalah sebuah perjanjian yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw dengan berbagai suku di Madinah (622
M). Naskah kesepakatan ini menjadi landasan bersama
untuk hidup damai, meskipun dengan keragaman suku dan
kepercayaan. Berikut kutipan perihal penghormatan atas
keragaman suku dan tradisi:
“Inilah naskah perjanjian dari Nabi Muhammad saw
antara orang-orang beriman dan umat Islam dari suku
Quraisy dan Yatsrib, serta orang-orang yang menyertainya
dan yang berjuang bersamanya; Mereka adalah satu
komunitas yang manunggal; Orang-orang Muhajirin dan
Quraisy berhak atas tradisinya; Puak Auf berhak atas
tradisinya; Puak Sa’adah berhak atas tradisinya; Puak al-
Harits berhak atas tradisinya...”
Perihal perlindungan atas kebhinekaan agama dan
keyakinan termaktub dalam paragraf sebagai berikut:
“Umat Yahudi Bani Auf adalah satu umat atau
komunitas bersama orang-orang yang beriman; Bagi Yahudi
Bani Auf agama mereka dan bagi umat Islam agama mereka;
Bagi Yahudi Bani Najjar apa yang berlaku bagi Yahudi Bani
Auf...”

Sumber: Teks lengkap Piagam Madinah bisa dirujuk pada kitab Sirah Nabawiyah
karya Ibn Hisyam (w. 213 H).

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-


Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu
dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui.” (Q.S Ar-Rum: 22)

32
Mensyukuri Kebhinekaan

Hadirin, hafidhakumullah
Kemajemukan Indonesia memang tidak mudah
untuk bebas terhindar dari konflik. Isu suku, ras, dan antar
golongan (SARA) seolah tidak pernah berhenti menjadi
sorotan sebagai pemantik konflik. Jika dibiarkan lebih luas,
konflik tersebut bisa berujung pada mewabahnya sikap
intoleransi antar umat. Jika intoleransi tersebut dibiarkan,
lama-kelamaan, perpecahan dapat timbul dan terjadi secara
nyata.
Meskipun potensi gesekan antar masyarakat
Indonesia akan selalu ada, namun meminimalisir masalah
tersebut adalah sebuah keniscayaan. Lagi-lagi narasi
besarnya adalah untuk tetap mempertahankan kesatuan
bangsa. Hal itu dapat terlaksana jika adanya kekompakan
dari masyarakat Indonesia untuk mewujudkannya.
Dr. Bedjo Sujanto dalam bukunya Pemahaman
Kembali Makna Bhineka Tunggal Ika dalam Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara (2007)
memaparkan beberapa hal penting terkait dengan
kerawanan dalam membina kebhinekaan Indonesia. Salah
satunya adalah kerawanan dari aspek ideologi. Dalam buku
itu disebutkan bahwa dengan diperbolehkannya partai
politik nasional berideologi selain Pancasila, hal tersebut
dapat mengancam posisi Pancasila sebagai ideologi nasional
dan falsafah negara. Dampak jangka panjangnya adalah
terjadinya konflik antar kelompok.
Tidak dapat dimungkiri, bahwa masalah tersebut
merupakan momok yang menjangkiti Indonesia sejak lama,
bahkan sampai saat ini. Kebhinekaan dapat terbelah dengan
mudah jika setiap orang yang merasa dirinya dirugikan
tidak dapat mengontrol emosi, sehingga tergerak untuk
berbuat anarkisme. Tujuannya satu, supaya kehendaknya

33
Khutbah Jumat Kontemporer

dapat terpenuhi.
Kalau setiap orang egois mengedepankan
keinginannya, permasalahan akan sulit mencapai titik temu.
Untuk itu, berusaha berdamai adalah solusi yang paling
disarankan. Seperti yang tercantum dalam surat Al-Anfal
ayat 61:

َّ َ َ ْ َّ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َّ ْ ُ َ َ َ
َّ ‫الل إ َّن ُه ُه َو‬
‫الس ِم ُيع‬ ِ ِ ‫وِإن جنحوا ِللسل ِم فاجنح لها وتوكل على‬
ُ ‫ْال َع ِل‬
)16 :‫يم (األنفال‬

Artinya: “Tetapi jika mereka condong kepada


perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar,
Maha Mengetahui.” (Q.S Al-Anfal: 61)
Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa
mengedepankan perdamaian dan toleransi dalam
kehidupan, terlepas dengan perbedaan suku atau agama
yang dianut. Islam sebagai agama mayoritas yang dianut
oleh masyarakat Indonesia harus memiliki kontribusi yang
besar dalam menjalankan amanah dalam beragama dan
berbangsa.
Terkait hal ini, dalam bukunya yang berjudul
Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi (1991), Kuntowijoyo
menyatakan bahwa dua langkah yang harus dikembangkan
di masa mendatang ialah; pertama, memberikan peluang
kepada masyarakat untuk mengaktualisasikan diri
dalam konteks kesatuan dan persatuan bangsa. Kedua,
memobilisasi kecerdasan bangsa dan hati nurani bangsa
untuk tujuan nasional yaitu menciptakan Indonesia sebagai
sebuah keluarga besar.

34
Mensyukuri Kebhinekaan

Oleh karenanya, masyarakat Indonesia harus kembali


merenungi makna dari semboyan yang telah menemani
perjalanan negeri ini selama 72 tahun, yakni Bhineka
Tunggal Ika. Perbedaan tidak seharusnya dijadikan alasan
untuk memantik pertikaian, namun perbedaan tersebut
merupakan keindahan dan kekayaan yang harus senantiasa
disyukuri dan dijaga.
Semoga taufik dan hidayah Allah ta’ala senantiasa
menyertai langkah kita. Amin ya rabbal ‘alamin.

َ ْ َ ُ َ َ َََ َْ ُْ ُ ََ ُ َ َ
‫ات‬ِ ‫ ونفع ِن ْي وِإ َّياك ْم ِف ْي ِه ِمن اآلي‬،‫با َرك هللا ِل ْي ولك ْم ِف ْي الق ْر ِآن الع ِظ ْي ِم‬
ْ َّ ‫ إ َّن ُه ُه َو‬،‫ َو َت َق َّب َل م ّن ْي َوم ْن ُك ْم ِت َل َو َت ُه‬،‫الذ ْكر ْال َح ِك ْيم‬
.‫الس ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‬
ّ َ
ِ ‫و‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
ْ َ َ ْ َ ْ ّ َ ْ َُ
‫اس َتغ ِف ُر ْو ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬
ْ ‫ ف‬،‫الراحم ْي َن‬ ُْ َ َ ْ َ َ
ِ ِ َّ ‫وقل ر ِب اغ ِف ْر وا ْرحم وأنت خير‬
َّ ‫ْال َغ ُف ْو ُر‬
.‫الر ِح ْيم‬
***

35
‫‪GENERASI‬‬
‫‪5‬‬ ‫‪MUDA UNTUK‬‬
‫‪PERDAMAIAN‬‬
‫ُ‬
‫اهلل ِم ْن ش ُر ْو ِر‬
‫َ ْ ُ ُ ََ ْ َ ُْ ُ ََ ْ َ ْ ُ ََ ُْ ُ‬ ‫َّ ْ َ َ‬
‫هلل‪ ،‬نح َمده ونست ِعينه ونستغ ِف ُره ونعوذ ِب ِ‬ ‫ِإن الح ْمد ِ‬
‫ض ِل ْل‬ ‫هللا َف َل ُمض َّل َل ُه َو َم ْن ُي ْ‬ ‫َأ ْن ُفس َنا َوم ْن َس ّي َئات َأ ْع َمال َنا‪َ ،‬م ْن َي ْهده ُ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬
‫َ‬ ‫ََ‬
‫فل َه ِاد َي ل ُه‪،‬‬
‫َ‬ ‫َ َ ْ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ْ َ َ َ َّ‬
‫أش َه ُد أ ْن ل ِإل َه ِإل هللا َو ْح َد ُه ل ش ِرْي َك ل ُه‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن َس ِّي َدنا ُم َح َّم ًدا‬
‫ص ْح ِب ِه‬ ‫ص ّل َع َلى َس ّيد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آله َو َ‬ ‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل ُه‪َ ،‬ا َّلل ُه َّم َ‬
‫ِِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫الد ْين‪َ ،‬أ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬‫َو َم ْن َتب َع ُه ْم بإ ْح َسان إ َلى َي ْوم ّ‬
‫ٍ ِ ِ ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫ْ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُم ْوت َّن ِإل َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الذ ْي َخ َل َق ُك ْم منْ‬ ‫ُ ْ ُ ْ َن َ َ ُ َ َ َ َ َ ُّ َ َّ ُ َّ ُ ْ َ َّ ُ ْ َّ‬
‫ِ‬ ‫مس ِلمو ‪ ،‬قال هللا تعالى يا أيها الناس ِاتقوا ربكم‬
‫ً َ‬ ‫َّ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬
‫س َو ِاح َد ٍة َوخل َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َبث ِم ْن ُه َما ِر َجال ك ِث ْي ًرا َو ِن َس َآء َو َّات ُق ْوا‬ ‫ٍ‬ ‫ن ْف‬
‫َ َّ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ َ ُ‬
‫ان َعل ْيك ْم َر ِق ْي ًبا‪.‬‬ ‫هللا ال ِذي تسآءلون ِب ِه والرح ِام ِإن هللا ك‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan‬‬


‫‪oleh Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah‬‬
‫‪swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat kesehatan jasmani‬‬

‫‪36‬‬
Generasi Muda untuk Perdamaian

maupun rohani kepada kita semua. Shalawat teriring salam


semoga tersanjugkan kepada Nabi Muhammad saw, utusan
yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah.
Kehidupan berbangsa dan bernegara dibangun dari
jerih payah keringat dan darah anak-anak muda yang
memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Kita mengenal
mereka sebagai founding fathers Indonesia seperti Soekarno,
Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, Ki Hajar Dewantara,
Chaerul Saleh, Sayuti Melik, Sutan Sjahrir, dan masih banyak
lagi. Orang muda menjadi salah satu tonggak utama dari
perjuangan suatu bangsa.
Data demografi Indonesia menyebutkan bahwa
jumlah pemuda di Indonesia sesuai dengan UU No. 40 Tahun
2009 tentang Kepemudaan dengan jarak usia antara 13-30
tahun berjumlah 61,8 juta orang, atau 24,5 persen dari total
jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta orang.
Angka yang besar ini tentu akan menjadi potensi yang
sangat baik untuk Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat pada tahun 2010 terdapat 63 juta orang muda di
usia 10-24 tahun yang tersebar di seluruh Indonesia.
Potensi orang muda ini tidak bisa kita abaikan begitu
saja. Indonesia sebagai bangsa yang beragam latar belakang
suku, agama, serta golongan berharap pada generasi
mudanya. Jika generasi muda berpandangan eksklusif
dan miskin toleransi, maka gesekan antar kelompok
serta golongan tak akan terelakkan. Konflik menjadi

37
Khutbah Jumat Kontemporer

pemandangan keseharian. Hal ini mesti menjadi perhatian


para generasi muda untuk bisa menciptakan perdamaian.
Sama halnya dengan semua nabi yang diperintahkan
oleh Allah swt agar membawa pesan kebaikan. Pesan
kebaikan tersebut banyak termaktub di dalam kitab suci
umat agama. Pun demikian dengan Nabi Muhammad saw
yang diutus menjadi Nabi dan Rasul untuk menyebarkan
kasih sayang.
Hal ini sebagaimana telah ditegaskan dalam al-Qur’an:

َ ّْ ً َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َ
)107:‫اك ِإال َر ْح َمة ِلل َع ِال َين (األنبياء‬ ‫وما أرسلن‬

Artinya: “Dan Kami tidak mengutusmu (wahai


Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh
alam.” (Q.S. Al-Anbiya: 107)
Generasi muda Muslim sepatutnya mengikuti anjuran
Nabi untuk berakhlak baik. Memiliki akhlak yang baik akan
berdampak pada keadaban sosial. Ajaran Islam yang dibawa
oleh Nabi Muhammad saw sangat menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan. Kemanusiaan merupakan pangkal dari
ketakwaan kita sebagai manusia. Kita mencintai sesama
manusia, artinya kita memelihara kehidupan dengan
mengagungkan kebesaran Tuhan. Membumikan akhlak
mulia dan keadaban sosial tidak lain adalah salah satu misi
terutusnya Nabi Muhammad saw.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi (384-458 H) dalam
karyanya yang berjudul al-Sunan al-Kubra:

38
Generasi Muda untuk Perdamaian

ُ ‫ال َر ُسو‬
َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ َْ ُ َ ْ َ
‫هللا صلى هللا عليه‬
ِ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫�ضى هللا عنه قال‬ ِ ‫عن أبى هريرة ر‬
َ ْ َ َ َ َ َ ّ َ ُ ُ ْ ُ َ َّ ِ
)‫وسلم ِإنما ب ِعثت ألت ِمم مكا ِرم األخال ِق (رواه البيهقي‬

Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, Rasulullah


saw bersabda: “Sungguh, aku diutus tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak mulia.” (H.R. al-Baihaqi)
Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dirahmati
Allah ta’ala.
Dalam kehidupan sosial, Indonesia sebagai negara
terbesar berpenduduk Muslim harus dapat berperan dalam
mendakwahkan Islam yang rahmatan lil alamin. Tugas mulia
ini bukan hanya dimiliki oleh umat Islam saja, tetapi semua
agama yang membawa misi ketuhanan dan kemanusiaan.
Indonesia yang menjalankan sistem demokrasi, tentu
masih banyak kekurangan yang terus diperbaiki dengan
perkembangan teori sosial yang terus bergeliat. Di titik
inilah peran dan partisipasi generasi muda sangat sentral.
Di sisi lain, Indonesia yang kita tinggali ini adalah
anugerah Allah swt yang diperjuangkan oleh semua kalangan.
Tidak merdeka dengan sendirinya, tidak beragam dengan
sendirinya, melainkan semua diperjuangkan. Sehingga
kita sebagai generasi muda harus mampu mengasuh spirit
kebangsaan yang menerima, mengakui, dan merayakan
keberagaman agama sebagai sebuah kekayaan bangsa.
Hanya saja, kenyataan keragaman tersebut masih
menyisakan pekerjaan rumah, yakni bercokolnya
heterophobia, (ketakutan akan perbedaan atau rasa takut
pada yang lain). Jika dilihat sejarahnya, politik pecah-

39
Khutbah Jumat Kontemporer

belah yang menjadi strategi Belanda sangat berdampak


pada persentuhan sosial dan situasi masyarakat Indonesia.
Sehingga kelompok-kelompok yang berbeda agama atau
etnis merasa setengah hati untuk bekerja sama satu sama
lain dan takut bersentuhan. Imbasnya adalah kesaling
curigaan ini lantas mengental dan mengeras di alam pikiran
kita. Tak pelak, hingga kini, politik pecah-belah warisan
kolonial tersebut masih menjadi strategi ampuh untuk
menyulut konflik sosial.
Dengan demikian, pola pikir generasi muda mesti
condong pada jalan menyemai perdamaian bagi kehidupan
sosial di Indonesia. Jalan ini yang mesti ditempuh untuk
meminimalisasi tindak kekerasan yang akan menyulut
kobaran api konfik sosial. Selain itu juga harus diupayakan
untuk mencegah anak-anak muda terekrut oleh gerakan
radikal. Dalam beberapa dekade terakhir, gerakan
radikalisme tak segan-segan membawa bendera agama
untuk menghalalkan darah manusia. Tak jarang banyak anak
muda “terhipnotis” oleh gerakan radikal ini. Setelah mereka
radikal, mereka bisa saja menjadi teroris, karena perbedaan
antara radikalisme dan terorisme sangatlah tipis.
Maka adalah tugas anak-anak muda untuk bisa
melakukan pencegahan dan penanggulangan atas
meluasnya radikalisme dan terorisme di atas. Salah satunya
dengan cara membuat kegiatan positif dalam memberikan
pemahaman kepada masyarakat agar tidak terjebak,
terjerumus, dan bergabung ke dalam anggota terorisme.
Bahaya terorisme adalah bahaya kemanusiaan.
Mengelola keragaman, mencegah bahaya radikalisme
dan terorisme mesti menjadi mind set generasi muda. Tidak
lain adalah agar kehidupan berbangsa yang majemuk tetap
terawat dengan tenun kebangsaannya. Di sinilah perlunya
kesadaran baru tentang cara pandang kita terhadap agama

40
Generasi Muda untuk Perdamaian

dan negara.
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mesti meresapi
arti dari kata perdamaian atau damai. Damai dalam bahasa
al-Qur’an merujuk pada kata “salam”. Kata ini terulang
sebanyak 42 kali di dalam Kitab Suci al-Qur’an. Bahkan ketika
kita selesai shalat, Nabi Muhammad saw mencontohkan doa
yang selalu dipanjatkan. Hal ini sebagaimana diriwayatkan
dalam hadis sahih yang termaktub dalam kitab Shahih
Muslim karya Imam Muslim (204-261):

َ َّ َ َ ‫َع ْن َعائ َش َة َق َال ْت َك‬


‫الن ِب ُّى صلى هللا عليه وسلم ِإذا َسل َم ل ْم َي ْق ُع ْد‬
َّ ‫ان‬
ِ
َ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ َ ْ َ ُ َ َّ َ ْ َ َّ ُ َّ ُ ُ َ َ َ َ ْ َّ
‫ِإال ِمقدار ما يقول اللهم أنت السالم و ِمنك السالم تباركت ذا‬
ْ َ َ َ ْ
)‫اإلك َر ِام (رواه مسلم‬ ِ ‫الجال ِل و‬
Artinya: Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, Rasulullah saw
ketika mengucap salam (setelah shalat), tidak duduk kecuali
beliau berdoa; “Ya Allah, engkaulah Yang Maha Damai, dari-
Mu sumber kedamaian. Maha Suci engkau wahai Dzat yang
memiliki keagungan dan kemuliaan.” (H.R. Muslim)
Hanya saja, doa yang selalu kita panjatkan selesai
shalat ini belum begitu berdampak pada kehidupan sosial
kita di masyarakat. Kerap kali kita mau menang sendiri,
menyamakan semua pendapat, memaksakan tafsir tertentu,
dan tak segan membuat kerusakan di muka bumi. Sangat
jelas bahwa perdamaian adalah misi utama kita beragama.
Jika seseorang beriman kepada Allah Yang Maha Pengasih,
apakah ia tega membunuh satu sama lain atas nama Tuhan.
Jika itu terjadi, maka keimanan dan kepasrahan dirinya
patut dipertanyakan.

41
Khutbah Jumat Kontemporer

“Islam adalah ikhtiar untuk berbuat


baik dengan mematuhi perintah
Allah”
(Hadji Agus Salim, 1884-1954)

Jelas bagi kita semua bahwa unsur kemanusiaan


menjadi bagian mutlak dari ajaran agama. Adanya unsur
manusiawi dalam memahami ajaran agama juga menjadi
titik pusat kita memahami keesaan Allah. Di sini perlunya
kesadaran baru bagi pemuda untuk mengkampanyekan
Islam yang ramah, bukan Islam yang marah. Mengedepankan
sikap moderat dan menjadi jembatan bagi sesama manusia
untuk menciptakan kesadaran bahwa perdamaian
merupakan unsur terpenting dalam beragama.
Semoga kita senantiasa dalam petunjuk-Nya. Amin ya
rabbal ‘alamin.

ُ ََ ْ ْ َُ ُ ‫َبا َر َك‬
‫ َونف َع ِن ْي َوِإ َّيك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِمن‬،‫هللا ِل ْي َولك ْم ِفي ال ُق ْر ِآن ال َع ِظ ْي ِم‬
َ َ ُ ُ ‫ َو َت َق َّب َل‬،‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‬
‫هللا ِم ِ ّني َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬
ّ َ َ
ِ ِ ِ ِ ‫ات و‬ ِ ‫اآلي‬
َ ُ
ْ ّ َ ْ َ ُ ْ َ ُ ْ َّ
َّ ‫اغ ِف ْر َوا ْر َح ْم َوأ ْن َت ُخ ْي ُر‬ ْ
.‫الر ِاح ِم ْي َن‬ ‫ وقل رِبي‬،‫الس ِميع الع ِليم‬

***

42
‫‪6‬‬ ‫‪SPIRIT TAHUN‬‬
‫‪BARU HIJRIYAH‬‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ْ ُ َّ َّ‬
‫ل ال ِذي َوف َق ِب َر ْح َم ِت ِه َم ْن ش َاء ِم ْن ِع َب ِاد ِه‪،‬‬ ‫ل‪ ،‬الحمد ِ ِ‬ ‫الحمد ِ ِ‬
‫ات‪،‬‬ ‫َ َّ َ‬ ‫َْ‬ ‫ْ‬ ‫َف َع َر ُف ْوا َأ ْق َد َار َم َواسم ال َخ ْي َرات‪َ ،‬و َع َّم ُر ْو َ‬
‫ْ‬
‫الكث ِار ِمن الطاع ِ‬ ‫ِ ِ‬‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُْ‬
‫وخدل من شاء ِب ِحكم ِت ِه‪ ،‬فع ِميت ِمنهم القلوب والبصا ِئر‪ ،‬وفرطوا‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ِفى ِتل َك ال َو ِاس ِم ف َب ُاء ْوا ِبالخ َسا ِئ ِر‪.‬‬
‫َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َأ ْش َه ُد َأ ْن َل إ َل َه إ َّل ُ‬
‫هللا َو ْح َد ُه لش ِرْي َك ل ُه ال َع ِزْي ُز ال َح ِك ْي ُم‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ‬
‫اط ِن‬ ‫اس ِبطاع ِة رِب ِه ِفى البو ِ‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أقوم َالن ِ‬
‫َ‬ ‫َّ َ‬
‫ص َح ِاب ِه َو َسل َم ت ْس ِل ْي ًما ك ِث ْي ًرا‪،‬‬ ‫هللا َع َل ْيه َو َع َلى آله َوأ ْ‬ ‫ص َّلى ُ‬ ‫الظ َواهر‪َ ،‬‬ ‫َ َّ‬
‫و‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َ‬
‫أ َّما َب ْع ُد‪،‬‬
‫َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ‬ ‫هللا‪ُ ،‬أ ْو َ ْ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ْالُ ْسل ُم ْو َن َحف َظ ُك ُم ُ‬
‫�ص ْي نف ِ�س ْي وِإياكم بتقوى ِ‬
‫هللا‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ال ُ‬ ‫َف َق ْد َف َاز ْالُ َّت ُق ْون‪ .‬ق َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫هللا ت َعالى ِفي ِكت ِاب ِه الك ِرْي ِم‪َ ،‬يا أ ُّي َها ال ِذين َآمنوا‬
‫َ‬ ‫َ َ ُ َّ َ‬ ‫َُ‬ ‫َّات ُقوا َّ َ‬
‫الل َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُموت َّن ِإل َوأ ُنتم ُّم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪43‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan


oleh Allah ta’ala.
Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah
swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.
Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi
Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam
semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah.
Dalam sejarah Islam, hijrah adalah salah satu
tonggak perjuangan yang sarat makna. Setelah 13 tahun
mendakwahkan Islam di Makah, Nabi Muhammad saw
beserta komunitas umat Islam pindah ke kota Yatsrib. Di
kota yang kini dikenal dengan kota Madinah ini, dakwah
Islam berkembang dengat pesat. Tak aneh bila, peristiwa
hijrah dijadikan sebagai nama tahun bagi umat Islam, yakni
tahun hijriyah. Salah satu kunci sukses dakwah ini adalah
konsistensi masyarakat Muslim di Madinah berpegang
pada nilai-nilai luhur universal yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad saw, yang salah satunya ialah komitmen pada
nilai keadilan.
Islam mengajarkan keadilan sebagai nilai-nilai yang
fundamental dalam perikehidupan manusia. Keadilan
menjadi salah satu ajaran utama yang disampaikan Nabi
Muhammad saw sebagai utusan Allah yang terakhir. Oleh
karenanya, manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya harus senantiasa berlaku adil. Lebih dari itu, mereka
juga harus berupaya menegakkan keadilan dalam kehidupan

44
Spirit Tahun Baru Hijriyah

bermasyarakat.
Keadilan yang diajarkan Islam adalah keadilan yang
meliputi sikap adil kepada berbagai suku, agama, ras, dan
antar golongan. Manusia yang diciptakan Allah sebagai
khalifah fil ardh (perwakilan Allah di bumi) memiliki tugas
mulia, yakni mengatur kehidupan di dunia ini dengan
keadilan. Tidak hanya adil kepada manusia, tetapi juga
terhadap semesta alam.
Sayyid Qutb (1906-1966) dalam karyanya yang
berjudul al-‘Adalah al-Ijtima‘iyyah fi al-Islam (Keadilan Sosial
dalam Islam) mengingatkan pentingnya keadilan sosial yang
bersumber pada ketuhanan. Dalam pemaparannya, keadilan
sosial yang tidak lepas dari nilai-nilai ilahiyah adalah nilai
yang harus senantiasa diperjuangkan dalam berbagai segi
kehidupan. Bagi Sayyid Qutb, nilai-nilai Islam tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat, bangsa, dan negara.
Secara tegas, Sayyid Qutb menyatakan bahwa
tidak ada alasan untuk mempertentangkan Islam dengan
keadilan sosial. Islam telah menyediakan prinsip-prinsip
dasar keadilan sosial dan menegaskan adanya hak kaum
miskin pada kekayaan orang-orang kaya. Islam menyediakan
prinsip keadilan bagi tata kelola memegang kekuasaan dan
kekayaan.
Hadirin, jama’ah yang dirahmati Allah ta’ala.
Keadilan seringkali dimaknai sebagai sesuatu yang
seimbang, tidak berat sebelah, dan tidak memihak. Dengan
kata lain, keadilan bisa diartikan meletakkan sesuatu pada
tempatnya, bersikap proporsional dan moderat. Keadilan
mengharuskan orang selalu mengatakan kebenaran,
memperlakukan orang sesuai dengan haknya, dan
melakukan segala sesuatu sesuai dengan tempatnya.

45
Khutbah Jumat Kontemporer

“Manakala ditelusuri perjalanan dakwah


Nabi saw, maka dapat disimpulkan bahwa
sekurang-kurangnya ada dua faktor yang
sangat menentukan keberhasilan dakwah
beliau itu, yakni adanya konsistensi Nabi
saw dengan kode etik dakwah, serta adanya
keteladanan (uswah, qudwah) yang beliau
berikan kepada para Shahabat”
(Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA., 1952-2016)

Murtadha Muthahhari (1920-1979) menyampaikan


empat konsep mengenai keadilan. Pertama, adil bermakna
keseimbangan. Masyarakat harus berada dalam keadaan
seimbang. Segala sesuatu yang ada di dalamnya harus
sesuai dengan kadar semestinya. Kedua, adil bermakna
penafian terhadap segala pembedaan. Keadilan tercipta
karena adanya persamaan hak dan kewajiban.
Ketiga, adil bermakna memenuhi hak-hak individu.
Pemenuhan terhadap hak-hak individu akan menciptakan
tatanan hukum dan keadilan sosial. Keempat, adil bermakna
memelihara hak eksistensi manusia. Pemeliharaan terhadap
eksistensi manusia akan menjamin keberlanjutan tatanan
sosial yang berkeadilan.
Keadilan sosial dalam Islam tersebut bukan perhentian
terakhir dalam tatanan masyarakat. Pembentukan
keadilan sosial diharapkan dapat mewujudkan masyarakat
yang sejahtera. Suatu masyarakat yang langgeng dalam
memperoleh kebahagiaan dan keberhasilan hidupnya, baik

46
Spirit Tahun Baru Hijriyah

hidup di dunia maupun di akhirat.


Nilai-nilai keadilan sosial dalam Islam tersebut
juga telah menjiwai tujuan pendirian negara Republik
Indonesia dan dasar negara Pancasila. Pembukaan Undang-
Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun
1945 menyatakan bahwa kemerdekaan dilakukan dengan
membentuk pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Serta untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Selanjutnya, sila
kelima Pancasila juga menyatakan bahwa keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita kemerdekaan
dan pembentukan negara Indonesia tersebut, maka
peraturan perundang-undangan yang berlaku harus
memuat prinsip-prinsip dasar keadilan sosial untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. UUD 1945 disusun
demi tujuan yang secara jelas menjadi perwujudan nilai-
nilai keadilan sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. Suatu
nilai dan aturan yang berlaku bagi seluruh warga negara
Indonesia yang beragam seperti yang tercermin dalam
semboyan negara Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi
tetap satu jua.
Keadilan dalam Islam tersebut meliputi segenap aspek
kehidupan, termasuk individu, sosial, ekonomi, budaya,
hukum, politik, maupun pemerintahan. Tidak boleh ada
diskriminasi dalam kehidupan. Kewajiban untuk adil bagi
manusia yang beriman tidak hanya terhadap diri sendiri
secara individual, namun harus adil pada semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

47
Khutbah Jumat Kontemporer

Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan Allah


ta’ala.
Ada banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan
manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya bertindak
adil dalam kehidupan sosial masyarakat, penegakan hukum,
maupun pemerintahan. Keadilan harus diterapkan sama
kepada semua warga negara, tanpa kecuali, tanpa pandang
bulu latar belakang suku, agama, ras, dan antar golongan.
Keadilan bahkan tidak hanya berlaku pada warga
negara dalam satu bangsa. Nilai-nilai tersebut berlaku pada
seluruh umat manusia, dari manapun latar belakang bangsa
dan negara dengan segenap perbedaan yang menyertainya.
Dalam aspek pemerintahan dan hukum, manusia beriman
diperintahkan berbuat adil kepada siapapun.
Terkait hal ini, Allah swt berfirman:

ُُ َ ‫الناس َأ ْن َت ْح ُك ُموا ب ْال َع ْدل إ َّن‬


‫هللا ِن ِع َّما َي ِعظك ْم ِب ِه‬ َّ ‫َوإ َذا َح َك ْم ُت ْم َب ْي َن‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ً َ ً َ َ َ َ َّ
)58 :‫ِإن هللا كان س ِميعا ب ِصيرا (النساء‬

Artinya: “Dan apabila kamu menetapkan hukum di


antara manusia, hendaknya kamu menetapkannya dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S. An-Nisa’: 58)
Keadilan yang diajarkan dalam Islam harus ditegakkan
terhadap siapapun, bahkan terhadap diri sendiri. Dengan
nilai-nilai ajaran tersebut, tentu tidak diperkenankan pula
berlaku tidak adil karena melakukan pembelaan terhadap
diri, keluarga, maupun saudara. Manusia beriman tidak boleh
tidak adil hanya karena membela kaum, kelompok, suku, ras,
ataupun partai politik. Manusia beriman tidak dibenarkan
48
Spirit Tahun Baru Hijriyah

melakukan kebohongan dari kebenaran yang diketahuinya.


Pembelaan dan keadilan harus ditegakan terhadap siapapun
yang benar.
Dalam surat An Nisa’ ayat 135, Allah berfirman:

َ َ
‫ل َول ْو َعلى‬ ‫اء‬ َ ‫ين َآم ُن ْوا ُك ُون ْوا َق َّوام َين ب ْالق ْسط ُش َه‬
‫د‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها َّالذ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ َ ْ َ ُ َ
)135 :‫أ ُنف ِسك ْم أ ِو ال َو ِال َد ْي ِن َواألق َرِب َين (النساء‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah


kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah,
walaupun terhadap dirimu sendiri, atau terhadap ibu bapak
dan kaum kerabatmu.” (Q.S. An-Nisa’: 135)
Perintah berbuat adil bagi umat Islam adalah benar-
benar menjadi ajaran pokok dalam kehidupannya di tengah-
tengah masyarakat. Bahkan, terhadap musuh, orang atau
kelompok yang dibenci sekalipun, kaum Muslim dilarang
berperilaku tidak adil terhadap mereka.
Dalam hal ini, Allah swt berfirman:

ُ َ ْ
‫ل ش َه َداء ِبال ِق ْس ِط َوال َي ْج ِر َم َّنك ْم‬
ُ َ ‫ين َآم ُن ْوا ُك ُون ْوا َق َّوام‬
‫ين‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها َّالذ‬
ِ ِ ِ ِ
َ ‫اعد ُل ْوا ُه َو َأ ْق َر ُب ل َّلت ْق َوى َو َّات ُق ْوا‬
َّ‫هللا إن‬ ْ ‫آن َق ْوم َع َلى َأ َّال َت ْعد ُل ْوا‬ ُ ‫َش َن‬
ِ ِ ِ ِ ٍ
َ ُ َ َ َ
)8 :‫هللا خ ِب ٌير ِب َما ت ْع َملون (املائدة‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah


kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika)
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu
terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan

49
Khutbah Jumat Kontemporer

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha


Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Maidah: 8)
Sebagaimana disinggung di awal, bersikap dan
berperilaku adil adalah salah satu ajaran yang ditanamkan
oleh Nabi Muhammad saw kepada Shahabat. Di dalam
sebuah hadis sahih diriwayatkan bahwa salah satu janji
(baiat) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dengan
komunitas yang masuk Islam adalah berkata dan berperilaku
adil. Hadis ini termaktub dalam kitab al-Sunan karya Imam
al-Nasa’i (214-303 H).

َّ َ ُ َّ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ‫الصامت َق‬ ََ ُ ْ َ
‫هللا َعل ْي ِه َو َسل َم‬ ِ ‫ال بايعنا َرسول‬
‫هللا صلى‬ ِ ِ َّ ‫عن ع َبادة ْب ِن‬
َ َ َ ُ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ
‫هللا ل ْو َمة ل ِئ ٍم (رواه‬ِ ‫على أن نقول ِبالعد ِل أين كنا ل نخاف ِفي‬
)‫النسائي‬

Artinya: Diceritakan dari ‘Ubadah bin al-Shamit


ra, beliau berkata: “Kita berjanji (berbaiat) kepada Nabi
Muhammad saw untuk berkata dengan adil, dimanapun kita
berada. Di dalam agama Allah, kita tidak takut terhadap
celaan orang yang mencela.” (H.R. al-Nasa’i)
Hadirin, sidang Jumat yang dirahmati Allah
ta’ala.
Betapa adil dan keadilan menjadi nilai dasar yang
diperintahkan Allah kepada manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia. Jika ada perilaku kaum Muslimin yang
tidak adil, baik terhadap diri sendiri maupun kepada orang
lain, tentu perilaku tersebut tidak mencerminkan perintah
dan ajaran yang ada dalam Al-Quran. Perilaku tersebut akan

50
Spirit Tahun Baru Hijriyah

menjauhkan dirinya dari cinta dan kasih Allah. Sesuatu yang


tidak mungkin diinginkan oleh manusia. Maka tidak heran,
bila keadilan merupakan salah satu kunci diterimanya
dakwah Islam di era keemasannya.
Jika umat Islam ingin menghidupkan kembali
peradaban itu, tidak lain adalah harus dapat bersikap dan
berperilaku adil. Hal inilah yang menjadi salah satu spirit
yang dapat kita petik dari peringatan tahun baru hijriyah.
Semoga langkah kita senantiasa diberkahi dan
dimudahkan Allah ta’ala. Amin ya rabbal ‘alamin.

َ ْ َ ُ َ َ َََ َْ ُْ ُ ََ ُ َ َ
‫ات‬ِ ‫ ونفع ِن ْي وِإ َّياك ْم ِف ْي ِه ِمن اآلي‬،‫با َرك هللا ِل ْي ولك ْم ِف ْي الق ْر ِآن الع ِظ ْي ِم‬
ْ َّ ‫ إ َّن ُه ُه َو‬،‫ َو َت َق َّب َل م ّن ْي َوم ْن ُك ْم ِت َل َو َت ُه‬،‫الذ ْكر ْال َح ِك ْيم‬
.‫الس ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‬
ّ َ
ِ ‫و‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
ْ ْ َ َ
َّ ‫اغ ِف ْر َوا ْر َح ْم َوأ ْن َت َخ ْي ُر‬ ْ ّ َ ْ َُ
‫اس َتغ ِف ُر ْو ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ‫ ف‬،‫الر ِاح ِم ْي َن‬ ‫وقل ر ِب‬
َّ ‫ْال َغ ُف ْو ُر‬
.‫الر ِح ْيم‬

51
Khutbah Jumat Kontemporer

“Jika diperhatikan benar-benar, Pancasila


itu terdiri dari dua fondamen. Berupa
fondamen moral, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, dan fondamen politik, yaitu
per-kemanusiaan, persatuan Indonesia,
demokrasi, dan keadilan sosial”
(Mohammad Hatta, 1902-1980)

52
‫‪7‬‬ ‫‪ISLAM DAN‬‬
‫‪ETIKA POLITIK‬‬

‫ض ِب ِه‬ ‫َا ْل َح ْم ُد َّل َّالذ ْي َأ ْك َر َم َم ْن ا َّت َقى ب َم َح َّبته َو َأ ْو َع َد َم ْن َخ َال َف ُه ب َغ َ‬


‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ ِ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ ِ َ ُ ََّ‬ ‫َ‬
‫َو َعذ ِاب ِه‪ ،‬أشهد أن ل ِاله ِال هللا وحده ل ش ِريك له‪ ،‬وأشهد أن‬
‫ْ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ ّ ْ‬
‫الد ْي ِن ال َح ِ ّق ِل ُيظ ِه َر ُه‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أرسله ِبالهدى و ِ‬
‫ََ ّ ُّ‬
‫الد ْي ِن ك ِل ِه‪،‬‬‫على ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َا َّلل ُه َّم َ‬
‫ص ِ ّل َو َس ِل ْم َعلى َس ِّي ِدنا َو َح ِب ْي َب َنا َوش ِف ْي ِع َنا َوق َّر ِة أ ْع ُي ِن َنا ُم َح َّم ٍد‬
‫َّ‬
‫ص ْح ِب ِه ال ِذ ْي َن َج َاه ُد ْوا ِف ْي َس ِب ْي ِل ِه‪،‬‬ ‫َر ُس ْول هللا َو َخ ْير َخ ْلقه‪َ ،‬و َع َلى َأله َو َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َ ُ َّ َ ْ‬ ‫َُ‬ ‫َف َيا َا ُّي َها ْال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َولت ُم ْوت َّن ِال َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ُم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan‬‬


‫‪oleh Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah‬‬
‫‪swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.‬‬
‫‪Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi‬‬

‫‪53‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

Muhammad saw, utusan yang suri tauladan, uswatun


hasanah, bagi kita semua.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Terhitung sejak bulan Agustus 2017, tahapan pilkada
serentak 2018 sudah dimulai. Hal ini sebagaimana telah
ditetapkan oleh KPU RI bahwa tanggal pencoblosan pilkada
serentak 2018 adalah 27 Juni 2018. Sedangkan tahapannya
dimulai 10 bulan sebelumnya. Jika di pilkada serentak
2017 melibatkan 101 daerah, maka pilkada serentak 2018
nanti akan terdapat 171 daerah yang menggelar kontestasi
pilkada. Lantas hal apa yang perlu kita siapkan guna
berpartisipasi mewujudkan pilkada yang tertib, aman, dan
damai?
Berkaca pada perhelatan pilkada serentak 2017 yang
lalu, tensi persaingan politik ternyata tak bisa dilepaskan

“Stabilitas negara dan ketertiban masyarakat


tidak usah terganggu oleh perbedaan pendapat
dalam menciptakan tegaknya demokrasi asal
tata kerama berpolitik diindahkan, asal saja
masing-masing golongan menyadari apa yang
menjadi prinsip sendiri tetapi juga prinsip orang
lain”
(K.H. Saifuddin Zuhri, 1919-1986)

54
Islam dan Etika Politik

dari isu etnis dan agama. Keragaman ras, suku, agama, dan
golongan masih rawan digunakan sebagai mesiu perebutan
kekuasaan. Jika ini tidak kita sadari, maka taruhannya adalah
keutuhan dan persatuan Indonesia. Dari titik ini, pertanyaan
yang relevan untuk diajukan adalah bagaimana sebenarnya
Islam yang diklaim sebagai agama yang rahmatan lil alamin
mengajarkan etika politik?
Hadirin, hafidhakumullah
Sebagai penduduk mayoritas, umat Islam mempunyai
tanggung jawab yang relatif besar untuk berpartisipasi
mewujudkan pemerintahan yang kuat dan bermartabat,
salah satunya ialah ikut berpartisipasi mengawal
pelaksanaan pemilu maupun pilkada. Setidaknya ada
dua hal mendasar yang dapat diperankan oleh umat
Islam. Pertama, menjadi salah satu calon yang jujur dan
bersih, baik semasa proses pencalonan maupun masa
setelah pemilihan. Kedua, menjadi pemilih yang cerdas
dan bertanggungjawab. Caranya ialah, baik selaku pemilih
maupun yang dipilih, umat Islam harus memegangi norma
ajaran agama dan mengedepankan kepentingan hidup
berbangsa dan bernegara yang plural.
Entah nantinya terpilih ataupun tidak, harus menjadi
komitmen awal, bahwa keterlibatan politik praktis tidak lain
adalah sebagai bentuk ibadah dan pengabdian. Kekuasaan
tidak ditasbihkan sebagai tujuan utama. Jabatan tidak lain
adalah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan
di hari Akhir. Sebagaimana dijabarkan oleh Imam Ibnu
Taimiyah (661-728 H) dalam kitab al-Siyasah al-Syar’iyyah
fi Ishlahi al-Ra’i wa al-Ra’iah, artikulasi kekuasaan dalam
kaca mata politik Islam adalah menjaga dan melaksanakan
amanah (adai al-amanat) dan menegakkan supremasi
hukum (al-hukm bi al-‘adil). Hal ini sebagaimana firman
Allah swt dalam surat al-Nisa’ ayat 58:

55
Khutbah Jumat Kontemporer

‫اس‬ َّ ‫المانات إلى َأ ْهلها َوإذا َح َك ْم ُت ْم َب ْي َن‬


‫الن‬
َ ْ ُّ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ َ َّ
‫ِإن هللا يأمركم أن تؤدوا‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ً َ َ َ َّ ُْ ُ َ َّ َ َّ ْ َ ْ ُ َ َ
‫أ ْن ت ْحك ُموا ِبالعد ِل ِإن هللا ِن ِعما ي ِعظكم ِب ِه ِإن هللا كان س ِميعا‬
ً
)58 :‫َب ِصيرا (النساء‬

Artinya: “Sungguh, Allah menyuruh kalian


menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya
dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia,
hendaknya kalian menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Q.S. al-Nisa’: 58)
Sebaliknya menyia-nyiakan amanat merupakan
larangan keras dalam Islam, sebagaimana dijelaskan oleh
al-Qur’an dalam surat al-Anfal ayat 27:

َْ ُ َ ُ ُ َ َ ‫يا َأ ُّي َها َّالذ‬


َ ‫ين َآم ُنوا ال َت ُخ ُونوا‬
‫الر ُسو َل َوتخونوا أمانا ِتك ْم َوأن ُت ْم‬
َّ ‫هللا َو‬ ِ
َ َ َ
)27 :‫ت ْعل ُمون (األنفال‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah


kalian berkhianat kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah
berkhianat atas amanat seraya kamu mengetahuinya.” (Q.S.
al-Anfal: 27)
Sejalan dengan ini, Imam al-Ghazali (505 H) dalam
kitab al-Tibr al-Masbuk fi Nashiah al-Muluk memberikan
rumusan bahwa untuk mewujudkan kepemimpinan
yang amanah dan adil, maka seorang pemimpin harus
memahami hakikat dari kedudukan kekuasaannya (qadr al-
wilayah). Dalam uraiannya, Imam al-Ghazali menandaskan
bahwa kekuasaan ataupun jabatan di samping mempunyai

56
Islam dan Etika Politik

nilai ibadah yang besar, ia juga mempunyai potensi untuk


menggelincirkan seseorang dalam kenistaan. Ibarat dua
sisi sebilah belati, jika tidak hati-hati menggunakannya, ia
akan melukai pemiliknya sendiri.
Sedangkan dari sisi positifnya, kekuasaan jika
dilaksanakan dengan tanggung jawab, maka ia dapat
menjadi perantara untuk mendapatkan ridha dari Allah swt,
hal ini sebagaimana terdapat dalam hadis riwayat Imam al-
Tirmidzi (209-279 H):

َ َّ َ
‫صلى هللا َعل ْي ِه َو َسل َم َّإن أ َح َّب‬
َّ َ ُ ْ ُ َ ‫ َق‬:‫ال‬
ِ ‫ال َرسول‬
‫هللا‬ َ ‫َع ْن َأبي َس ِع ْي ٍد َق‬
ِ
َ‫الناس إ َلى هللا َي ْو َم الق َي َامة َو َأ ْد َن ُاه ْم م ْن ُه َم ْجل ًسا إ َم ٌام َع ِاد ٌل َو َأ ْب َغض‬ َّ
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ِ ِ
َ
)‫اس ِإلى هللا َوأ ْب َع َد ُه ْم ِم ْن ُه َم ْج ِل ًسا ِإ َم ٌام َجا ِئ ٌر (رواه الترمذي‬ َّ
ِ ‫الن‬
Artinya: Dari Abi Sa’id ra Rasulullah saw berkata:
“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah di hari
Kiamat dan paling dekat tempat duduknya denganNya
adalah imam yang adil, dan manusia yang paling dibenci
oleh Allah dan paling jauh tempat duduknya denganNya
adalah imam yang lalim.” (H.R. al-Tirmidzi)
Ancaman bagi penguasa yang lalim juga diperkuat
dengan hadis:

َ ٌ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ
‫ ثالثة ال‬:‫ال‬ ِ ‫عن أ ِبي ه َري َرة عن َرسو ِل‬
‫هللا صلى هللا علي ِه وسلم ق‬
ْ ُ َّ َ ْ ُ َ ْ َ َّ ُ ْ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ُ ُ ُ ْ َ
‫اب َوال َعا ِئ ُل‬ ‫المام الكذ‬
ِ ‫ينظر هللا ِإلي ِهم يوم ال ِقيام ِة الشيخ الزا ِني و‬
َْ
)‫ال ْز ُه ُّو (رواه ابن حبان‬

57
Khutbah Jumat Kontemporer

Artinya: Dari Abi Hurairah ra Rasulullah saw berkata:


“Tiga orang yang tidak akan mendapatkan rahmat dari Allah
di hari Kiamat ialah orang tua yang berzina, imam yang
berdusta, dan orang yang miskin lagi sombong.” (H.R. Ibnu
Hibban)
Dalam tataran praktis, prinsip amanah dalam
memegang kekuasaan dapat diejawantahkan dalam
berbagai bentuk aksi kerja nyata. Baik dimulai dari
tahap proses mendapatkan, menggunakan, ataupun
mempertahankannya. Seseorang Muslim yang berpastisipasi
aktif, semisal sebagai calon peserta pemilihan harus selalu
mawas diri apakah dia layak menjadi pemimpin dan wakil
rakyat atau tidak. Apakah ia mempunyai integritas dan
kapabilitas untuk menunaikan amanah tersebut atau tidak.
Tidak berlebihan jika Imam al-Mawardi (364-450 H)
dalam kitab al-Ahkam al-Sulthaniyyah sangat selektif dalam
menetapkan syarat-syarat ahli halli wa al’aqdi (semacam
dewan perwakilan/parlementer). Seseorang berhak
duduk di dalamnya jika mempunyai karakter al-‘adalah
(kredibel), al-‘ilm (kualitas keilmuan), dan al-ra’yi dan al-
hikmah (visioner dan bijak). Cerminan karakter ini akan
tampak dalam tahap mendapatkan kekuasaan, semisal ia
tidak menghalalkan segala cara. Berani berkata tidak untuk
melakukan kecurangan, black campaign, maupun money
politic. Ketika terpilih nantinya, ia bekerja dengan penuh
integritas, begitu pula ia tidak bertindak tiran dan otoriter
untuk mempertahankan kekuasaannya.
Dalam konteks sekarang, guna mewujudkan pilkada
yang jujur dan adil, merupakan sebuah prasyarat jika para
calon yang dipilih maupun masyarakat sebagai pemilih
harus mempunyai komitmen yang kuat dan tulus terhadap
prinsip-prinsip mendasar di atas. Dari sudut inilah, relevansi
Islam sebagai sumber basis moral, harus mampu dibuktikan

58
Islam dan Etika Politik

oleh umat Islam sendiri.


Hadirin, sidang jama’ah Jumat yang dimuliakan
Allah ta’ala.
Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa
partisipasi umat Islam dalam pilkada juga dapat diperankan
dengan menjadi pemilih yang cerdas. Dalam artian, pemilih
yang cerdas ialah pemilih yang mampu menyalurkan
suaranya pada calon-calon yang diyakini memiliki integritas,
moralitas, dan kredibilitas. Pemilih yang cerdas tidak mudah
untuk dimobilisasi maupun dibeli hak suaranya. Terkait
dengan hal ini, setidaknya ada dua problem mendasar yang
dihadapi oleh suksesi kepemimpinan di Indonesia. Pertama,
masih sangat marak terjadi jual beli suara atau money politic.
Kedua, tidak sedikit adanya upaya dari sebagian kalangan
yang dengan sengaja melakukan politisasi agama.
Tidak dapat dimungkiri bahwa salah satu penyebab
mahalnya biaya demokrasi di Indonesia ialah maraknya
money politic. Ibarat mata rantai yang saling terjalin,
transaksional suara terjalin antara pemilih dan yang
dipilih. Praktik ini hampir menggejala di semua lapisan
masyarakat. Lantas bagaimana kita memutus jalinan yang
sudah membudaya ini?
Lagi-lagi, umat Islam yang menjadi penduduk
mayoritas, perlu melakukan otokritik. Sebagai umat
beragama yang mempunyai nilai-nilai etis, sudahkah dapat
mempraktikannya dalam kehidupan nyata, khususnya
dalam ranah politik. Tidak perlu malu mengakui atau
menutup mata bahwa tidak sedikit dari aktor-aktor money
politic tersebut merupakan orang yang mengaku beragama
Islam. Baik selaku pihak penjual maupun pihak pembeli.
Sehubungan dengan hal ini perlu diingat kembali
salah satu hadis Nabi Muhammad saw:

59
Khutbah Jumat Kontemporer

َّ َ ْ َ
‫وسل َم‬
َّ َ ُ ُ َ ‫ َق‬:‫ال‬
َ ‫هللا ْبن َع ْم ُرو َق‬ َْ ْ َ
‫صلى هللا علي ِه‬ ِ ‫ال َرسول‬
‫هللا‬ ِ ِ ‫عن عب ِد‬
َ ُْ َّ ‫هللا َع َلى‬ ُ َْ َ
)‫ا�شي َوال ْرت ِ�شي (رواه ابن ماجه‬
ِ ‫الر‬ ِ ‫لعنة‬
Artinya: Dari Abdullah bin Amar ra Rasulullah saw
berkata; “Laknatnya Allah itu ditimpakan kepada penyuap
dan yang disuap.” (H.R. Ibnu Majah)
Demikian pula, hal yang perlu untuk diatasi bersama
adalah politisasi agama. Bukan sesuatu yang baru, ketika
mendekati masa pemilu maupun saat berlangsungnya
kampanye, simbol-simbol agama maupun ayat-ayat al-
Quran dapat dengan mudah untuk dibajak oleh sebagian
kalangan untuk memainkan emosi masyarakat. Tujuannya
adalah guna meraup perolehan suara. Jika ditelisik lebih
dalam, politisasi agama menyimpan dua kerugian ganda
sekaligus. Selain merupakan tindakan pembodohan
masyarakat, politisasi agama, secara tidak langsung telah
menodai nilai kesakralan ajaran agama.
Oleh karenanya, siapkah kita menjadi calon yang
dipilih dan pemilih yang cerdas berintegritas di pilkada
serentak 2018 nanti.
Semoga langkah kita senantiasa dalam lindungan-
Nya. Amin ya rabbal ‘alamin.

ُ ََ َْ َ ْ َُ
‫ َونف َع ِن ْي َوِإ َّياك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬،‫هللا ِل ْي َولك ْم ِف ْي ال ُق ْرأ ِن الك ِرْي ِم‬
ُ ‫َبا َر َك‬
َ َ ُ ُ ‫ َو َت َق َّب َل‬،‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‬ّ َ ََ ْ
‫هللا ِم ِ ّن ْي َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ِ ِ ِ ِ ‫ات و‬ ِ ‫الي‬
ُ ُ َ ْ َ ُ ُ َّ
َّ ‫استغ ِف ُروه إنه هو الغف ْور‬ ُ ْ ْ َ َ َ ْ
ْ ‫ و‬،‫السم ْي ُع العل ْيم‬
.‫الر ِح ْي ُم‬ ِ ِ ِ ِ
َّ

***
60
8 BINA DAMAI
UMAT BERAGAMA
ُ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ َّ
‫ َون ُع ْوذ ِب ِه ِم ْن ش ُر ْو ِر‬،‫ ن ْح َم ُد ُه َون ْس َت ِع ْي ُن ُه َون ْس َتغ ِف ُر ُه‬،‫ل‬ ِ ِ ‫ِإن الحمد‬
‫ض ِل ْل‬
َ َ َ
ْ ‫مض َّل ل ُه َو َم ْن ُي‬ ُ ‫هللا فل‬ ُ ‫ َم ْن َي ْهده‬،‫َأ ْن ُفس َنا َوم ْن َس ّي َئات أ ْع َمال َنا‬
َ
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
ً‫هللا َو َأ ْش َه ُد َأ َّن َس ّي َد َنا ُم َح َّمدا‬
ُ ‫ َأ ْش َه ُد َأ ْن َل إ َل َه إ َّل‬،‫َف َل َهاد َي َل ُه‬
ِ ِ ِ ِ
ُ،‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُله‬
َ ّ َ َّ َ ُ َ ّ َ َ َ َ َ َّ ُ َّ َ
‫وس ِل ْم ت ْس ِل ْي ًما‬ ‫ص ِ ّل َعلى َس ِّي ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى ِآل س ِي ِدنا محم ٍد‬ ‫اللهم‬
ُ،‫ َأ َّم َاب ْعد‬،‫َكث ْي ًرا‬
ِ
َ َ َ َ ُ ْ
َ ‫ ا َّت ُق ْو‬،‫َف َيا أ ُّي َها ال ْسل ُم ْون‬َ
‫اس َتط ْع ُت ْم َوق ْد ف َاز‬ ْ ‫هللا َما‬ َ ‫ ا َّت ُق ْو‬،‫هللا‬
ِ ِ ِ
َ ُْ
.‫ال َّت ُق ْون‬

Hadirin, jama’ah shalat Jumat hafidhakumullah.


Puji syukur hanyalah milik Allah, Dzat yang telah
memberikan nikmat iman, Islam, dan kesehatan bagi kita
semua. Shalawat dan salam kita haturkan kepada baginda
Nabi Muhammad saw, panutan hidup terbaik bagi umat
manusia.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat

61
Khutbah Jumat Kontemporer

kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah


kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan kualitas
ketakwaan kepada Allah ta’ala, yakni dengan cara senantiasa
menjalankan perintah-Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Indonesia merupakan negara yang berpenduduk
mayoritas Muslim. Tetapi kondisi ini tidak menjadikan
Indonesia sebagai negara agama. Konsensus yang telah
terbangun adalah republik. Dengan demikian, negara dan
masyarakat harus mengayomi dan melindungi keragaman
agama. Perbedaan harus disikapi dan diterima sebagai
sunnatullah. Keragaman harus dijadikan sebagai ladang
ibadah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggungjawab
untuk turut serta menciptakan kondisi tentram dan damai.
Dengan kondisi yang damai, sangat dimudahkan untuk
mewujudkan kemaslahatan umat manusia. Di sisi lain,
Islam dengan tegas menolak sikap terorisme, radikalisme,
anarkisme, keberingasan, dan pengrusakan yang mengatas
namakan agama. Tidak lain, karena hal tersebut sangat
bertentangan dengan nilai-nilai dan watak dasar Islam.
Kita sebagai umat Islam memercayai rukun Islam
dan rukun iman. Di dalam rukun iman kita percaya pada
banyak nabi dan kitab suci. Islam juga dipercaya sebagai
agama yang menyempurnakan agama sebelumnya. Seorang
Muslim diminta untuk percaya dan hal tersebut merupakan
konsekuensi dari keimanan. Dengan kata lain, mempercayai
adanya kitab-kitab suci yang diturunkan sebelum agama
Islam adalah sebuah ciri bagi orang yang beriman.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam firman Allah
ta’ala:

62
Bina Damai Umat Beragama

“Perbedaan keyakinan tidak membatasi


atau melarang kerjasama antara Islam
dan agama-agama lain, terutama dalam
hal-hal yang menyangkut kepentingan
umat manusia”

Abdurrahman Wahid (1940-2009)

‫اآلخ َر ِة ُه ْم‬ َ َ َْ َ ُ ََ َ َْ َ ُ َ ُ ْ ُ َ َّ
ِ ‫وال ِذين يؤ ِمنون ِب َما أ ِنزل ِإليك وما أ ِنزل ِمن قب ِلك و ِب‬
َ
)4:‫ُيو ِق ُنون (البقرة‬

Artinya: “Dan mereka yang beriman kepada (al-


Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan kitab-
kitab yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka
yakin akan adanya akhirat.” (Q.S. al-Baqarah: 4)
Selaras dengan firman di atas, dinyatakan juga dalam
ayat lain:

َ َ َّ ً ُ ّ ‫َش َر َع َل ُكم ّم َن‬


‫وحا َوال ِذي أ ْو َح ْي َنا ِإل ْي َك َو َما‬ َّ ‫الدين َما َو‬
‫�صى ِب ِه ن‬ ِ ِ ِ
ُ َّ َ َ َ ّ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َ َ ْ َّ ‫َو‬
‫الدين وال تتفرقوا ِف ِيه‬ ِ ‫صينا ِب ِه ِإ َبر ِاهيم ومو�سى و ِعي�سى أن أ ِق ُيموا‬
)13 :‫(الشورى‬

Artinya: “Allah telah mensyariatkan kepadamu agama


yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah
Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu

63
Khutbah Jumat Kontemporer

tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah di


dalamnya.” (Q.S. al-Syura: 13)
Kedua ayat ini menyiratkan bahwa pengakuan
terhadap keragaman adalah sebuah keniscayaan. Sudah
barang tentu, harus diakui bahwa tiap-tiap agama memiliki
klaim kebenaran masing-masing. Namun bukan berarti
perbedaan klaim tersebut menghalangi untuk saling
menghargai dan bekerja sama. Terlebih dalam upaya
mewujudkan ketentraman dan perdamaian.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan Allah
ta’ala.
Kita sebagai kaum Muslim Indonesia yang menjadi
mayoritas sangat mafhum bahwa Indonesia bukanlah negara
agama, melainkan negara yang memiliki banyak agama serta
suku bangsa. Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa
dan bernegara juga mengambil intisari dari kitab suci al-
Qur’an. Tokoh-tokoh pendiri bangsa, dengan berbagai latar
belakang agama yang dianut telah bahu membahu berperan
penting dalam mendirikan sebuah negara bernama
Indonesia. Oleh karenanya, Indonesia bukanlah dimiliki
oleh satu agama, tetapi dimiliki oleh semua agama.
Baik umat Islam maupun penganut agama lain
harus berupaya memahami dan mengamalkan ajarannya
masing-masing dalam bingkai merawat kemajemukan dan
kemajuan Indonesia. Hal ini tidaklah berlebihan, mengingat
setiap agama pasti mengajarkan nilai dan budi luhur. Oleh
karenanya, hidup damai dan toleran sudah semestinya
menjadi komitmen bersama. Dalam konteks ajaran Islam,
toleransi antar agama juga telah ditegaskan dalam al-Qur’an:

ُ َُ
)6 :‫لك ْم ِد ُينك ْم َو ِل َي ِد ِين (الكافرون‬

64
Bina Damai Umat Beragama

Artinya: “Untukmu agamamu, untukku agamaku.”


(Q.S. al-Kafirun: 6)
Umat Islam harus berupaya mewujudkan ajaran-
ajaran mulianya guna berlomba dalam kebaikan,
menciptakan keadaban publik, serta mewujudkan
kemaslahatan umat manusia. Hal ini bisa dimungkinkan
jika sikap toleran dan moderat menjadi prinsip dasar dalam
kehidupan bermasyarakat. Tidak aneh bila terdapat hadis
shahih yang diriwatkan oleh Imam al-Bukhari (194-256 H)
dalam kitab al-Adab al-Mufrad dan kitab Shahih al-Bukhari,
Rasulullah saw menyatakan bahwa agama yang paling
dicintai oleh Allah ta’ala adalah agama yang lurus dan
moderat.

َ ُ َ ‫ ق‬:‫ال‬ َ َّ َ ْ َ
‫ أ ُّى‬:‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫يل ِل َرسو ِل‬ ِ َ ‫اس ق‬ ٍ ‫ع َ ِن اب ِنَ عب‬
ُ َّ ُ َّ َ ْ َ َ َ َ َْ
)‫الس ْم َحة (رواه البخاري‬ ِ ‫األدي ِان أح ُّب ِإلى‬
‫ الح ِن ِيفية‬:‫هللا؟ قال‬

Artinya: Diriwayatkan dari Shahabat Ibnu ‘Abbas ra,


suatu ketika ditanyakan kepada Rasulullah saw: “Agama
apa yang paling dicintai oleh Allah?” Maka Rasulullah saw
menjawabnya: “Agama yang lurus dan moderat.” (H.R. al-
Bukhari)

“Keterbukaan, saling menghargai, dan


toleransi adalah ciri orang-orang Muslim,
sejak zaman klasik sampai sekarang”

Nurcholish Madjid (1939-2005)

65
Khutbah Jumat Kontemporer

Hadis ini mengabari pada kita bahwa Nabi Muhammad


saw secara eksplisit menjelaskan posisi toleransi dan
moderasi dalam Islam. Moderasi dan toleransi merupakan
esensi Islam. Allah menciptakan manusia untuk dicintai
dan saling mencintai. Kita mencintai makhluk berarti kita
menghargai dan mencintai ciptaan Allah.
Dari penjelasan ini, kita bisa mengambil intisari
bahwa toleransi dan moderasi telah dan harus menjadi
bagian yang tak terpisahkan dalam lingkup intra-agama
dan antar-agama. Meskipun memiliki perbedaan konsep
teologis, bukan berarti lantas membuat kita saling curiga
dan bermusuhan. Sebaliknya, komitmen untuk berlomba-
lomba berbuat baik untuk sesama haruslah menjadi
konsensus bersama. Salah satunya ialah dengan memahami
arti penting toleransi dan saling menghormati. Memahami
toleransi berarti memahami Islam itu sendiri. Bahkan juga
dapat dimaknai sebagai upaya memahami agama-agama
lain karena agama-agama lain juga mempunyai ajaran yang
sama tentang toleransi, cinta kasih, dan kedamaian.
Realitasnya, kesadaran toleransi belum sepenuhnya
disadari sebagai misi beragama, sehingga sikap intoleran
kerap dijumpai di tengah-tengah masyarakat. Seakan-akan
menjadi intoleran lebih mudah dibandingkan menjadi
toleran. Sikap intoleransi tercermin pada tindakan
kekerasan, perundungan, kata-kata kasar di media sosial,
intimidasi, membakar rumah ibadah orang lain, dan
tindakan terorisme sebagai puncak aktifitasnya.
Upaya membangun toleransi harus menjadi prioritas,
terutama dalam konteks masyarakat yang majemuk.
Pemahaman atas pentingnya toleransi mesti menjadi
sebuah keniscayaan dalam rangka membangun masa depan
yang lebih baik. Hanya dengan itu, hidup kita berbangsa
dan bernegara akan lebih bermanfaat. Agama akan sangat

66
Bina Damai Umat Beragama

bermanfaat apabila berperan membangun nilai-nilai


keadaban publik dan sosial.
Hadirin, hafidhakumullah.
Pada dasarnya, sikap moderat dan toleran adalah
dua hal yang menjadi pijakan dasar untuk hidup di
tengah keragaman. Dengan dikembangkannya dua prinsip
tersebut, kerjasama untuk membangun peradaban sangat
dimungkinkan. Baik secara normatif maupun praksis,
Nabi Muhammad saw sudah menekankan urgensinya.
Risalah yang beliau dakwahkan tidak lain adalah sebagai
penyempurna bagi ajaran-ajaran sebelumnya. Oleh
karenanya, Islam datang bukan untuk merusak tetapi untuk
memperbaiki dan menyempurnakan.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam riwayat hadis
dalam kitab Shahih Muslim:

َ َ َ َ
‫ َمث ِلى َو َمث ُل‬:‫ال‬ ‫الن ِب ِ ّى صلى هللا عليه وسلم ق‬ َّ ‫َع ْن َأبى ُه َرْي َر َة َعن‬
ِ ِ َ
ُ‫الناس‬ َّ ‫األ ْنب َياء َك َم َثل َر ُجل َب َنى ُب ْن َي ًانا َف َأ ْح َس َن ُه َو َأ ْج َم َل ُه َف َج َع َل‬
ٍ ِ ِ ِ
َ َ َّ َ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ ً َ َ َ َ َ ‫ُ ُ َن َ ُ ُ َن‬
‫ي ِطيفو ِب ِه يقولو ما رأينا بنيانا أحسن ِمن هذا ِإال ه ِذ ِه الل ِبنة‬
َ َّ ْ َ َ ُ َ
)‫فك ْن ُت أنا ِتل َك الل ِب َنة (رواه مسلم‬

Artinya: Diriwayatkan dari Shahabat Abu Hurairah


ra, Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaanku dan
perumpamaan para nabi-nabi terdahulu itu ialah ibarat
seseorang membangun rumah lalu menyempurnakan dan
memperindahnya. Kemudian orang-orang mengelilinginya
dan mengaguminya, seraya berkata: “Kita tidak pernah
melihat bangunan yang lebih indah dari bangunan ini
sebelumnya, hanya saja ada satu bata (yang belum
diletakkan)”, satu bata tersebut adalah aku.” (H.R. Muslim)

67
Khutbah Jumat Kontemporer

Hadis ini penting dilihat dan masih sangat relevan


dalam kehidupan kita sekarang. Nabi Muhammad saw
mengibaratkan agama-agama sebelum Islam layaknya
sebuah rumah. Rumah tersebut sudah dibangun. Ajaran
Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw bukan untuk
merusak atau menghancurkan rumah tersebut. Nabi
bahkan meneguhkan kembali bahwa Islam hadir ke muka
bumi untuk menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya.
Di Madinah, Nabi Muhammad saw telah
mempraktikkan toleransi di tengah masyarakat yang plural.
Hal ini sebagaimana tercermin dalam Piagam Madinah.
Dimana perbedaan agama dan kepercayaan tidaklah
menjadi penghalang untuk saling hidup berdampingan dan
bekerja sama.
Al-Qur’an sebagai pedoman dan pegangan hidup
Muslim, banyak menceritakan perihal sikap toleransi dan
moderasi. Jika kita percaya pada isi serta kandungan al-
Qur’an sebagai kitab toleransi semestinya kita memahami
dan meresapi pesan-pesan toleransi yang terkandung di
dalamnya.
Selain itu, kita sebagai Muslim harus secara sadar dan
aktif membumikan pesan-pesan toleransi al-Qur’an pada
kehidupan nyata. Ajaran cinta kasih merupakan ajaran yang
mendasar dalam agama-agama samawi terdahulu. Islam
datang hakikatnya hendak menyempurnakan ajaran yang
mulia tersebut. Tidak berlebihan bila kita yakin bahwa al-
Qur’an adalah cahaya dan petunjuk bagi keadaban dan
peradaban, terutama dalam rangka membangun toleransi
dan hidup damai.
Semoga kita senantiasa dalam bimbingan-Nya. Amin
ya rabbal ‘alamin.

68
‫‪Bina Damai Umat Beragama‬‬
‫ُ‬ ‫ََ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ َ ُ َُ‬
‫هللا ِلي َولك ْم ِ‪ ‬في ا ُلق ْر ِآن ال َع ِظ ْي ِم‪َ ،‬ونف َعنابه َوِإ َّياك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬ ‫بارك‬
‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫هللا م ّني َوم ْنك ْم تل َوت ُه إن ُه َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫ْا َ‬
‫الج َّو ُاد‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬
‫آليات َوالذكر ال َحك ْيم‪ ،‬فتق َّب َل ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫َ ْ ُ َ ُّ ِ َّ ُ ْ ُ ّ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َّ َ ّ ْ َ َ‬
‫ل ر ِب الع ِالي ِم‪.‬‬ ‫‪ ‬الر ِحيم‪ ،‬والحمد ِ ِ‬ ‫الك ِريم البر الرؤوف ِ‬
‫***‬

‫‪69‬‬
‫‪9‬‬ ‫‪SANTRI‬‬
‫‪DAN NKRI‬‬
‫ُ‬
‫اهلل ِم ْن ش ُر ْو ِر‬
‫َ ْ ُ ُ ََ ْ َ ُْ ُ ََ ْ َ ْ ُ ََ ُْ ُ‬ ‫َّ ْ َ َ‬
‫هلل‪ ،‬نح َمده ونست ِعينه ونستغ ِف ُره ونعوذ ِب ِ‬ ‫ِإن الح ْمد ِ‬
‫ض ِل ْل‬ ‫هللا َف َل ُمض َّل َل ُه َو َم ْن ُي ْ‬ ‫َأ ْن ُفس َنا َوم ْن َس ّي َئات َأ ْع َمال َنا‪َ ،‬م ْن َي ْهده ُ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬
‫َ‬ ‫ََ‬
‫فل َه ِاد َي ل ُه‪،‬‬
‫َ‬ ‫َ َ ْ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ْ َ َ َ َّ‬
‫أش َه ُد أ ْن ل ِإل َه ِإل هللا َو ْح َد ُه ل ش ِرْي َك ل ُه‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن َس ِّي َدنا ُم َح َّم ًدا‬
‫ص ْح ِب ِه‬ ‫ص ّل َع َلى َس ّيد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آله َو َ‬ ‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل ُه‪َ ،‬ا َّلل ُه َّم َ‬
‫ِِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫الد ْين‪َ ،‬أ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬‫َو َم ْن َتب َع ُه ْم بإ ْح َسان إ َلى َي ْوم ّ‬
‫ٍ ِ ِ ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫ْ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُم ْوت َّن ِإل َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الذ ْي َخ َل َق ُك ْم منْ‬ ‫ُ ْ ُ ْ َن َ َ ُ َ َ َ َ َ ُّ َ َّ ُ َّ ُ ْ َ َّ ُ ْ َّ‬
‫ِ‬ ‫مس ِلمو ‪ ،‬قال هللا تعالى يا أيها الناس ِاتقوا ربكم‬
‫ً َ‬ ‫َّ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬
‫س َو ِاح َد ٍة َوخل َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َبث ِم ْن ُه َما ِر َجال ك ِث ْي ًرا َو ِن َس َآء َو َّات ُق ْوا‬ ‫ٍ‬ ‫ن ْف‬
‫َ َّ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ َ ُ‬
‫ان َعل ْيك ْم َر ِق ْي ًبا‪.‬‬ ‫هللا ال ِذي تسآءلون ِب ِه والرح ِام ِإن هللا ك‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan‬‬


‫‪oleh Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah‬‬
‫‪swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.‬‬

‫‪70‬‬
Santri dan NKRI

Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi


Muhammad saw, utusan yang suri tauladan, uswatun
hasanah, bagi kita semua.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Sejak dua tahun yang lalu, 22 Oktober ditetapkan
oleh pemerintah sebagai Hari Santri Nasional. Ketetapan
tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 22
Tahun 2015. Secara historis, tanggal tersebut dipilih dengan
merujuk pada peritiwa Resolusi Jihad yang digelorakan oleh
Hadlaratus Syaikh Hasyim Asy’ari (1875-1947) pada 22
Oktober 1945. Tilikan sejarah ini menegaskan bahwa peran
kiai dan santri bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) adalah sangat besar dan tidak boleh terlupakan.
Jika dulu di era perjuangan meraih dan
mempertahankan kemerdekaan, para kiai dan santri turut
andil bertempur di medan peperangan, lantas peran apa
yang kini dapat diperankan oleh santri untuk mengisi
kemerdekaan serta mempertahankan kesatuan Indonesia.
Dengan kata lain, problem kebangsaan apa yang kini harus
dihadapi oleh para santri? Akankah penetapan Hari Santri
di atas mampu memberikan tuah untuk mengasah spirit
kepedulian santri akan masa depan bangsa dan negara?
Hadirin, jama’ah yang dirahmati Allah ta’ala.
Adalah sebuah anugerah dari Yang Maha Kuasa,
Indonesia diciptakan dengan keragaman suku, ras, agama,
dan golongan. Di dalamnya terdapat beragam bahasa,

71
Khutbah Jumat Kontemporer

kebudayaan, dan sistem kepercayaan. Secara kuantitatif,


Indonesia terdiri dari 17.000 pulau. Memiliki lebih dari 500
bahasa. Didiami oleh 1.300 suku dan memiliki 6 agama
yang diakui oleh negara. Dalam perjalanannya, keragaman
ini dapat berbuah persatuan, tetapi tidak dapat dimungkiri
bahwa perbedaan ini juga mudah memancing konflik. Jika
tidak diwaspadai, kerawanan ini dapat berujung pada
perpecahan antara sesama anak bangsa.
Berbicara mengenai keberagaman, Indonesia
merupakan salah satu negara yang sangat menjunjung tinggi
keberagaman. Hal ini tercermin dalam semboyan Bhineka
Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Semboyan tersebut dibuat atas dasar pertimbangan matang
para pendiri bangsa, yang menegaskan bahwa Indonesia
adalah rumah besar bagi berbagai suku, etnis, adat-istiadat,
agama, dan budaya. Keragaman ini telah diterima sebagai
mozaik di bumi Nusantara.
Dalam konteks keragaman agama, Islam merupakan
agama yang dianut oleh mayoritas di Indonesia. Meskipun
demikian, terdapat berbagai agama lain yang tetap diakui
oleh negara, yakni Protestan, Katolik, Hindu, Buddha
dan Konghucu. Kalangan pemeluk Islam pun, terdapat
keragaman di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan
madzhab fikih yang dianut oleh umat Islam. Umat Islam
di Indonesia tidak semuanya mengikuti madzhab Syafi’i.
Sudah pasti ada sebagian yang menganut madzhab Hanafi,
Maliki, dan Hanbali.
Hal ini juga tercermin dalam keragaman cara
membaca al-Qur’an. Baik madzhab qira’at maupun
nadanya pun beragam. Demikian pula dalam keterlibatan
umat Islam Indonesia dalam organisasi kemasyarakatan.
Terdapat banyak wadah dakwah yang didirikan oleh
masyarakat Muslim Indonesia, semisal Nahdlatul Ulama

72
Santri dan NKRI

“Allah menciptakan manusia berjenis lelaki dan


perempuan, dan menjadikan mereka berbeda-
beda suku, bangsa dan budaya, perbedaan yang
dimaksudkan agar mereka saling mengenal dan
saling memberi manfaat”
KH. Ali Yafie (1926-)

(NU), Muhammadiyah, al-Washliyah, Tarbiyah Islam dan


lain sebagainya.
Hal tersebut membuktikan bahwa umat Islam di
Indonesia memiliki kemajemukan yang tidak sesederhana
seperti apa yang dibayangkan. Sesuai dengan isi UUD 1945
pasal 29, maka negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa, dan negara menjamin kemerdekaan masing-
masing penduduk untuk memeluk agama masing-masing
dan bebas melakukan peribadatan sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
Di sisi lain, persoalan pluralitas yang dimiliki oleh
Indonesia dapat menjadi tantangan (challange), tetapi
dapat pula menjadi peluang (opportunity). Dikatakan
sebagai tantangan karena keragaman dapat menyebabkan
pertikaian dan perpecahan. Hal ini mungkin terjadi jika
rasa saling menghormati dan toleransi memudar. Lebih-
lebih jika kepentingan politik dan persaingan perebutaan
kekuasaan menjadikan sentimen perbedaan suku, ras, dan
agama sebagai mesiu untuk membangkitkan emosi antar
anak bangsa.
Pluralitas dapat dikatakan sebagai peluang ketika
keragaman tersebut dapat dikelola menjadi sebuah modal

73
Khutbah Jumat Kontemporer

sosial-kultural untuk saling mengisi dan bekerja sama.


Perbedaan diterima sebagai sunnatullah, yang pada akhirnya
akan terbentuk sikap saling asah dan asuh. Perbedaan tidak
dijadikan sebagai penyubur benih-benih rasa paling benar
dan paling unggul, akan tetapi, perbedaan dijadikan sebagai
titik tolak untuk saling mengenal, saling belajar, dan saling
memperbaiki diri.
Terkait hal ini, Allah ta’ala berfirman:

َ ُ ُ ْ َ ُ ََ ُ ََ
‫اس ِإ َّنا خل ْق َناكم ِّمن ذك ٍر َوأنثى َو َج َعل َناك ْم ش ُع ًوبا َوق َبا ِئ َل‬ َّ ‫َيا َأ ُّي َها‬
ُ ‫الن‬
َ ٌ َ َ َّ َّ ْ ُ َ ْ َ َّ َ ْ ُ َ َ ْ َ َّ ُ َ َ َ
:‫يم خ ِب ٌير (الحجرات‬ ‫الل أتقاكم ِإن الل ع ِل‬ ِ ‫ِلتعارفوا ِإن أكرمكم ِعند‬
)13

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah


menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh,
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Maha Teliti.” (Q.S. Al- Hujurat: 13)
Boleh saja setiap orang memilki dasar pemahaman
yang berbeda. Tetapi tidak bijak rasanya jika ada satu pihak
yang memaksakan pendapatnya untuk orang lain. Dialog
yang sehat dan niat yang tulus untuk saling memahami
adalah salah satu pondasi penting untuk mencari tititk
temu di antara perbedaan tersebut. Setiap orang memilki
pemikiran serta pemahaman yang berbeda mengenai suatu
hal. Perbedaan itulah yang seharusnya dapat membuat kita
semua dapat toleran dan hidup rukun.

74
Santri dan NKRI

Hadirin, hafidhakumullah.
Dari pemaparan singkat di atas, dapat dipahami
bahwa salah satu tantangan generasi muda adalah
bagaimana menjadikan kemajemukan Indonesia sebagai
modal untuk membangun masa depan. Perbedaan harus
dipandang sebagai anugerah untuk bergandeng tangan
mewujudkan cita-cita luhur para pendiri bangsa. Dan di
titik inilah, santri di era sekarang harus mampu membaca
peluang dan aktif terlibat dalam amal-amal nyata untuk
merawat persatuan bangsa. Dengan persatuan, generasi
muda akan lebih mudah untuk menarik gerbong kemajuan
peradaban Indonesia, baik di sektor pendidikan, ekonomi,
politik, dan lain sebagainya.
Santri harus mampu berperan aktif menggelorakan
semangat persatuan. Secara, konseptual, santri diharapkan
mampu menggali nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh
agama. Salah satu nilai yang sangat ditekankan oleh Islam
sejak masa awal adalah nilai persaudaraan (ukhuwwah).
Kerangka persaudaraan yang diajarkan oleh Islam adalah
tidak hanya terjalin antar sesama Muslim (ukhuwwah
islamiyyah), melainkan juga persaudaraan antar sesama
anak bangsa (ukhuwwah wathaniyyah), dan antar umat
manusia (ukhuwwah basyariyyah).
Dalam tataran praksis, santri harus mampu
mengejawantahkan trilogi ukhuwwah tersebut dalam
konteks keragaman Indonesia di atas. Perbedaan pendapat,
budaya, dan agama harus ditimbang dengan tiga fundamen
ini. Dengan sikap tersebut, seseorang akan dapat hidup
bersama dan saling membantu. Oleh karenanya, perbedaan
harus dikelola dengan bijak. Dengan harapan, perbedaan
dapat berujung pada kemashlahatan dan saling mengasihi.

75
Khutbah Jumat Kontemporer

“Sikap sombong itu ditunjukkan dengan


jalan mendewakan otak dan pikiran
sendiri”
KH. Wahid Hasyim (1914-1953)

Anjuran untuk saling berbuat baik dan saling bekerja


sama untuk meraih kebaikan bersama adalah salah
satu ajaran dasar Islam. Bahkan Islam tidak membatasi
perbuatan baik tersebut hanya untuk sekelompok manusia
saja, akan tetapi meluas bagi semua makhluk yang ada
muka bumi ini. hal ini sebagaimana terdapat dalam salah
satu riwayat hadis:

‫هللا‬ ‫ل‬َ ‫هللا َع ْن ُه َما َأ َّن َر ُسو‬


ُ ‫َع ْن َع ْبد هللا ْبن َع ْم ُر و ْبن ْال َعاص َر�ض َى‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ‫الر ْح َم ُن ا ْر َح ُموا َمن‬ ُ ُ ُ َ ْ َ
َّ ‫الر ِاحمون يرحمهم‬ ُ َ َ
َّ ‫صلى هللا عليه وسلم قال‬
َ
َّ ‫األ ْرض ْير َح ْم ُك ْم َم ْن فى‬
)‫الس َم ِاء (رواه البيهقي‬ ِ ِ ‫ِفى‬

Artinya: Diriwayatkan dari Abdillah bin ‘Amr bin al-


‘Ash ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Orang-
orang yang penyanyang akan disayangi oleh Allah yang Maha
Penyayang. Maka sayangilah makhluk yang ada di bumi,
niscaya makhluk yang ada di langit akan menyayangimu.”
(H.R. al-Baihaqi)
Begitu juga, perbedaan yang ada di intern sesama
Muslim jangan dibiasakan untuk dijadikan sebagai bahan

76
Santri dan NKRI

saling menyalahkan dan membid’ahkan. Perilaku saling


cerca tidak lain akan memperuncing permasalahan. Lebih-
lebih saling mengafirkan. Terkait hal ini, sudah jauh hari
Nabi Muhammad saw melarang umatnya untuk saling
mengafirkan.

َ َ َ َ ‫الل َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َق‬


ُ َّ ‫ص َّلى‬
‫ال َم ْن ك َّف َر أخ ُاه‬ َّ ْ َ َ َ ُ ْ َ
َ ‫النب ّي‬
ِ ِ َ ‫ع ِن اب ِن عمَر عن‬
ََ
)‫فق ْد َب َاء ِب َها أ َح ُد ُه َما ( رواه أحمد‬

Artinya: Dari Shahabat Ibni Umar ra. dari Nabi


Muhammad saw. bersabda: “Barang siapa mengafirkan
saudaranya, maka sungguh telah kafir salah satu di antara
keduanya.” (H.R. Ahmad)
Sudah barang tentu, bukan berarti kita mengelak dari
keragaman pendapat, akan tetapi kita harus mengupayakan
bagaimana perbedaan tersebut dapat didialogkan
untuk mengejar kemaslahatan bersama. Kerangka rasa
persaudaraan, yakni sesama Muslim harus senantiasa
dipegangi. Dengan keinsafan ini, sepelik apapun jurang
perbedaan, niscaya akan dapat terjembatani.
Demikian pula dalam konteks antar sesama
generasi muda Indonesia. Perbedaan latar belakang agama
dan sistem kepercayaan tidak boleh menjadi penghalang
untuk saling bekerja sama. Meskipun setiap agama berhak
mengeklaim kebenaran masing-masing ajaran teologinya,
namun bukan lantas hal ini dijadikan sebagai keabsahan
untuk saling memaksa dan mencemooh ajaran agama
lain. Dengan semangat ukhuwwah wathaniyyah, santri
dan generasi muda lainnya harus mampu meletakkan
kepentingan bangsa sebagai titik simpul bersama.

77
Khutbah Jumat Kontemporer

Selain itu, sudah sepantasnya kita sebagai makhluk


sosial juga harus mampu memahami makna kemajemukan.
Pluralitas tidak akan pernah lepas dalam kehidupan
manusia. Islam pun telah mengajarkan makna perbedaan.
Maka sebagai umat Islam yang menjunjung tinggi al-Qur’an
sebagai pedoman hidup, sudah sepatutnya kita memilki
sikap toleransi dan menghargai sesama. Ketika setiap
umat manusia menghargai keberagamaan, maka tidak
akan terjadi lagi gerakan-gerakan radikal yang mengatas
namakan agama. Gerakan radikal sebenarnya muncul
karena pemikiran seseorang yang sudah terkontaminasi
dengan perasaan rakus menginginkan setiap pemikirannya
diterima oleh orang lain.
Lebih dari itu, dengan bekal solidnya persatuan
Indonesia, adalah sebuah kebanggaan bersama jika santri
dan generasi muda Indonesia mampu menjadi pelopor
bagi peradaban dan keadaban dunia. Krisis global berupa
kesenjangan, keterbelakangan, ekses negatif teknologi,
pemanasan global, hingga masalah terorisme dan radikalisme
adalah salah satu permasalahan krisis kemanusian yang
harus dijadikan sebagai medan perjuangan bersama.
Dalam konteks inilah, Hari Santri harus dijadikan
sebagai media refleksi guna menggali spirit perjuangan
dan pengorbanan generasi terdahulu. Santri dan generasi
muda masa kini harus mampu mewaris dan melanjutkan
peran besar tersebut. Dengan demikian, peringatan Hari
Santri jangan hanya berhenti pada kesemarakan ritual
tahunan saja, tetapi lebih dari itu, Hari Santri harus menjadi
momentum untuk mengasah jiwa kepedulian santri demi
kejayaan NKRI.
Semoga Allah senantiasa memudahkan dan
memberikan petunjuk-Nya. Amin ya rabbal ‘alamin.

78
‫‪Santri dan NKRI‬‬

‫ُ‬ ‫ََ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َُ‬ ‫َبا َر َك ُ‬


‫هللا ِل ْي َولك ْم ِفي ال ُق ْر ِآن ال َع ِظ ْي ِم‪َ ،‬ونف َع ِن ْي َوِإ َّيك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِمن‬
‫َ َ‬ ‫ُ‬ ‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‪َ ،‬و َت َق َّب َل ُ‬
‫هللا ِم ِ ّني َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬
‫َ َ ّ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ات و ِ‬ ‫اآلي ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫الس ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‪َ ،‬وق ْل َرّبي اغ ِف ْر َوا ْر َح ْم َوأ ْن َت ُخ ْي ُر َّ‬
‫الر ِاح ِم ْي َن‪.‬‬ ‫ِ‬
‫َّ‬

‫***‬

‫‪79‬‬
‫‪10 SANTRI DAN NKRI‬‬
‫ض ِب ِه‬ ‫َا ْل َح ْم ُد َّل َّالذ ْي َأ ْك َر َم َم ْن ا َّت َقى ب َم َح َّبته َو َأ ْو َع َد َم ْن َخ َال َف ُه ب َغ َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ ِ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ ِ َ ُ ََّ‬ ‫َ‬
‫َو َعذ ِاب ِه‪ ،‬أشهد أن ل ِاله ِال هللا وحده ل ش ِريك له‪ ،‬وأشهد أن‬
‫ْ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ ّ ْ‬
‫الد ْي ِن ال َح ِ ّق ِل ُيظ ِه َر ُه‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أرسله ِبالهدى و ِ‬
‫ََ ّ ُّ‬
‫الد ْي ِن ك ِل ِه‪،‬‬‫على ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َا َّلل ُه َّم َ‬
‫ص ِ ّل َو َس ِل ْم َعلى َس ِّي ِدنا َو َح ِب ْي ِب َنا َوش ِف ْي ِع َنا َوق َّر ِة أ ْع ُي ِن َنا ُم َح َّم ٍد‬
‫َّ‬
‫ص ْح ِب ِه ال ِذ ْي َن َج َاه ُد ْوا ِف ْي َس ِب ْي ِل ِه‪،‬‬ ‫َر ُس ْول هللا َو َخ ْير َخ ْلقه‪َ ،‬و َع َلى َأله َو َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َ ُ َّ َ ْ‬ ‫َُ‬ ‫َف َيا َا ُّي َها ْال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َولت ُم ْوت َّن ِال َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ُم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan‬‬


‫‪oleh Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah‬‬
‫‪swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.‬‬
‫‪Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi‬‬

‫‪80‬‬
Santri dan NKRI

Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam


semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh
Allah ta’ala.
Sumpah Pemuda adalah salah satu tonggak sejarah
bagi terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ikrar pada tanggal 28 Oktober 1928 itu menjadi titik
pijak bagi kesatuan dan persatuan Indonesia. Berbangsa,
bertanah air, dan berbahasa satu, yakni bangsa, tanah air,
dan bahasa Indonesia. Generasi muda saat itu sadar bahwa
keterpurukan bangsa Indonesia di bawah kolonialisme
hanya dapat diselamatkan dengan spirit persatuan.
Perlawanan terhadap penjajah oleh generasi
sebelumnya yang masih terpecah-pecah dalam ikatan
kedaerahan ternyata mudah dipadamkan. Selain itu, taktik
pecah belah dan adu domba merupakan strategi licik
yang dipilih penjajah untuk melanggengkan kesewenang-
wenangannya. Terbukti, dengan semangat persatuan,
bangsa Indonesia mampu mengakhiri sejarah kelamnya.
Pelajaran berharga ini, sudah seharusnya dipegangi oleh
generasi muda era sekarang.
Indonesia tidak akan menjadi bangsa yang makmur,
adil, dan beradab jika generasi penerusnya miskin semangat
persatuan. Bahkan Indonesia akan kembali terpecah
belah dan lemah jika masing-masing anak bangsa saling
memaksakan pendapat dan ikatan kedaerahannya, mulai
dari perbedaan suku, etnis, budaya, maupun agama. Oleh

81
Khutbah Jumat Kontemporer

karenanya, spirit persatuan Sumpah Pemuda 89 tahun


yang lalu tersebut harus mampu dipahami dan dihayati
oleh generasi muda era sekarang. Perpecahan, miskin
persatuan, dan saling merasa paling benar adalah salah satu
lonceng keterpurukan bagi Indonesia. Lantas dari mana kita
memulainya?
Hadirin, sidang Jumat yang dirahmati Allah
ta’ala.
Data demografi Indonesia menyebutkan bahwa
jumlah pemuda di Indonesia sesuai dengan UU No. 40 Tahun
2009 tentang Kepemudaan dengan jarak usia antara 13-30
tahun berjumlah 61,8 juta orang, atau 24,5 persen dari total
jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta orang.
Angka yang besar ini tentu akan menjadi potensi yang
sangat baik untuk Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat pada tahun 2010 terdapat 63 juta orang muda di
usia 10-24 tahun yang tersebar di seluruh Indonesia.
Potensi orang muda ini tidak bisa kita abaikan begitu
saja. Indonesia sebagai bangsa yang beragam latar belakang
suku, agama, serta golongan berharap pada generasi
mudanya. Jika generasi muda berpandangan eksklusif
dan miskin toleransi, maka gesekan antar kelompok serta
golongan tak akan terelakan. Konflik menjadi pemandangan
keseharian. Hal ini mesti menjadi perhatian para generasi

“Tidak ada pergerakan kemerdekaan yang


terlepas dari semangat persatuan dan
kebangsaan”
Mohammad Hatta (1902-1980)

82
Santri dan NKRI

Soempah Pemoeda
Satoe:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe
bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Doea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe
berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Tiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia.

muda. Sebaliknya, generasi muda harus menjadi pelopor


untuk menebar semangat persatuan dan kebaikan. Apapun
itu latar belakangnya.
Sama halnya dengan nabi-nabi yang diperintahkan
oleh Allah swt agar membawa pesan kebaikan. Pesan
kebaikan tersebut banyak termaktub di dalam Kitab Suci
umat agama. Pun demikian dengan Nabi Muhammad
saw yang diutus untuk menjadi Nabi dan Rasul untuk
menyebarkan kasih sayang. Hal tersebut tertera dalam al-
Qur’an:

َ ّْ ً َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َ
)107:‫اك ِإال َر ْح َمة ِلل َع ِال َين (األنبياء‬ ‫وما أرسلن‬

Artinya: “Dan Kami tidak mengutusmu (wahai


Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh
alam.” (Q.S. Al-Anbiya: 107)
Selain itu, generasi muda Muslim sepatutnya
mengikuti anjuran Nabi untuk berakhlak baik. Memiliki
83
Khutbah Jumat Kontemporer

akhlak yang baik akan berdampak pada keadaban sosial.


Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Kemanusiaan
merupakan pangkal dari ketakwaan kita sebagai manusia.
Kita mencintai sesama manusia, artinya kita memelihara
kehidupan dengan mengagungkan kebesaran Tuhan.
Membumikan akhlak mulia dan keadaban sosial tidak lain
adalah salah satu misi terutusnya Nabi Muhammad saw.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi (384-458 H) dalam
karyanya yang berjudul al-Sunan al-Kubra:

َّ ُ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
ِ ‫ال َرسول‬
‫الل صلى هللا عليه‬ ‫�ضى الل عنه قال ق‬ ِ ‫عن أ ِبى هريرة ر‬
َ ْ َ َ ُ
َ ْ
)‫وسلم ِإ َّن َما ُب ِعث ُت ألت ِّم َم َمكا ِر َم األخال ِق (رواه البيهقي‬

Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra,


Rasulullah saw bersabda: “Sungguh, aku diutus tidak lain
adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (H.R. al-
Baihaqi)
Hadirin, jama’ah Jumat hafidhakumullah.
Dalam kehidupan sosial, Indonesia sebagai negara
terbesar berpenduduk Muslim harus dapat berperan
dalam mendakwahkan Islam yang rahmatan lil alamin.
Tugas mulia ini bukan hanya dimiliki oleh generasi muda
umat Islam saja, tetapi semua agama yang membawa misi
ketuhanan dan kemanusiaan. Indonesia yang menjalankan
sistem demokrasi, tentu masih banyak kekurangan yang
terus diperbaiki dengan perkembangan teori sosial yang
terus bergeliat. Di titik inilah peran dan partisipasi generasi
muda sangat sentral.

84
Santri dan NKRI

Di sisi lain, Indonesia yang kita tinggali ini adalah


anugerah Allah swt yang diperjuangkan oleh semua
kalangan. Tidak merdeka dengan sendirinya, tidak beragam
dengan sendirinya, melainkan semuanya diperjuangkan.
Sehingga kita sebagai generasi muda harus mampu
mengasuh spirit persatuan yang menerima, mengakui,
dan merayakan keberagaman Indonesia sebagai sebuah
kekayaan bangsa.
Hanya saja, kenyataan keragaman tersebut masih
menyisakan pekerjaan rumah, yakni untuk mengelola
heterophobia, (ketakutan akan perbedaan atau rasa takut
pada yang lain). Jika dilihat sejarahnya, politik pecah-
belah yang menjadi strategi Belanda sangat berdampak
pada persentuhan sosial dan situasi masyarakat Indonesia.
Sehingga kelompok-kelompok yang berbeda agama atau
etnis terisolasi satu sama lain dan takut bersentuhan.
Imbasnya adalah kesaling curigaan ini membentuk dan
mengeras di dalam pikiran kita. Tak pelak, hingga kini,
politik pecah-belah warisan kolonial tersebut masih
menjadi strategi ampuh untuk menyulut konflik sosial.
Dengan demikian, pola pikir generasi muda
mesti condong pada jalan mengokohkan persatuan
dan memberikan nafas perdamaian bagi kehidupan
sosial di Indonesia. Jalan ini yang mesti ditempuh untuk
meminimalisasi tindak kekerasan yang akan menyulut
kobaran api konfik sosial. Selain itu juga harus diupayakan
untuk mencegah anak-anak muda terekrut oleh gerakan
radikal. Dalam beberapa dekade terakhir, gerakan
radikalisme tak segan-segan membawa bendera agama
untuk menghalalkan darah manusia. Tak jarang banyak anak
muda “terhipnotis” oleh gerakan radikal ini. Setelah mereka
radikal, mereka bisa saja menjadi teroris, karena perbedaan

85
Khutbah Jumat Kontemporer

antara radikalisme dan terorisme sangatlah tipis.


Maka tugas anak-anak muda untuk bisa melakukan
pencegahan dan penanggulangan meluasnya radikalisme
dan terorisme di atas. Salah satunya dengan cara membuat
kegiatan positif dalam memberikan pemahaman kepada
masyarakat agar tidak terjebak, terjerumus, dan bergabung
ke dalam anggota terorisme. Bahaya terorisme adalah
bahaya kemanusiaan.
Mengelola keragaman, mencegah bahaya
radikalisme dan terorisme mesti menjadi mind set generasi
muda. Tidak lain adalah agar persatuan berbangsa yang
majemuk tetap terawat dengan tenun kebangsaannya. Di
sinilah perlunya kesadaran baru tentang cara pandang kita
terhadap agama dan negara. Yakni memaksimalkan ajaran
agama untuk mewujudkan persatuan dan perdamaian.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mesti meresapi
arti dari kata perdamaian atau damai. Damai dalam bahasa
al-Qur’an merujuk pada kata “salam”. Kata ini terulang
sebanyak 42 kali di dalam kitab suci al-Qur’an. Bahkan ketika
kita selesai shalat, Nabi Muhammad saw mencontohkan doa
yang selalu dipanjatkan. Hal ini sebagaimana diriwayatkan
dalam hadis sahih yang termaktub dalam kitab Shahih
Muslim karya Imam Muslim (204-261):

“Kedatangan Islam untuk memperbaiki


diri, jiwa, dan batin, untuk memperluas
budi pekerti dan perangai”

Buya Hamka (1908-1981)

86
Santri dan NKRI
َ َّ َ َ ‫َع ْن َعائ َش َة َق َال ْت َك‬
‫الن ِب ُّى صلى هللا عليه وسلم ِإذا َسل َم ل ْم َي ْق ُع ْد‬
َّ ‫ان‬
ِ
َ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ َ ْ َ ُ َ َّ َ ْ َ َّ ُ َّ ُ ُ َ َ َ َ ْ َّ
‫ِإال ِمقدار ما يقول اللهم أنت السالم و ِمنك السالم تباركت ذا‬
ْ َ َ َ ْ
)‫اإلك َر ِام (رواه مسلم‬ ِ ‫الجال ِل و‬
Artinya: Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, Rasulullah saw
ketika mengucap salam (setelah shalat), tidak duduk kecuali
beliau berdoa; ya Allah, engkaulah Yang Maha Damai, dari-
Mu sumber kedamaian. Maha Suci engkau wahai Dzat yang
memiliki keagungan dan kemuliaan.” (H.R. Muslim)
Doa yang selalu kita panjatkan selesai shalat ini
belum berdampak pada kehidupan sosial kita di masyarakat.
Kerap kali kita mau menang sendiri, menyamakan semua
pendapat, memaksa tafsir tertentu, dan tak segan membuat
kerusakan di muka bumi. Sangat jelas bahwa perdamaian
adalah misi utama kita beragama. Jika seseorang beriman
dan berserah diri, apakah ia tega membunuh satu sama lain
atas nama Tuhan. Jika itu terjadi, keimanan dan kepasrahan
dirinya patut dipertanyakan.
Jelas bagi kita semua bahwa unsur kemanusiaan
menjadi bagian mutlak dari ajaran agama. Adanya unsur
manusiawi dalam memahami ajaran agama juga menjadi
titik pusat kita memahami keesaan Allah. Di sini perlunya
kesadaran baru bagi generasi muda untuk mengampanyekan
Islam yang ramah, bukan Islam yang marah. Mengedepankan
sikap moderat dan menjadi jembatan bagi sesama manusia
untuk menciptakan kesadaran bahwa perdamaian dan
toleran merupakan unsur terpenting dalam beragama dan
bernegara.
Dengan kesadaran inilah, persatuan Indonesia akan
senantiasa terawat dan semakin kokoh. Oleh karenanya,
peringatan Hari Sumpah Pemuda sangatlah penting untuk

87
Khutbah Jumat Kontemporer

kita jadikan sebagai momen untuk mengasuh dan mengasah


semangat persatuan Indonesia.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa
memudahkan langkah kita. Amin ya rabbal ‘alamin.

ُ ََ َْ َ ْ َُ
‫ َونف َع ِن ْي َوِإ َّياك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬،‫هللا ِل ْي َولك ْم ِف ْي ال ُق ْرأ ِن الك ِرْي ِم‬ ُ ‫َبا َر َك‬
َ َ ُ ُ ‫ َو َت َق َّب َل‬،‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‬ ّ َ ََ ْ
‫هللا ِم ِ ّن ْي َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ِ ِ ِ ِ ‫ات و‬ ِ ‫الي‬
َّ ‫اس َت ْغ ِف ُر ْو ُه إ َّن ُه ُه َو ْال َغ ُف ْو ُر‬
.‫الر ِح ْي ُم‬ ْ ‫ َو‬،‫السم ْي ُع ْال َعل ْيم‬
َّ
ِ ِ ِ ِ
***

88
‫‪11‬‬ ‫‪ISLAM DAN‬‬
‫‪NASIONALISME‬‬
‫ُ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ ْ َ ْ َ َّ َ‬
‫ل‪ ،‬ن ْح َم ُد ُه َون ْس َت ِع ْي ُن ُه َون ْس َتغ ِف ُر ُه‪َ ،‬ون ُع ْوذ ِب ِه ِم ْن ش ُر ْو ِر‬ ‫ِإن الحمد ِ ِ‬
‫ض ِل ْل‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫هللا فل ُ‪ ‬مض َّل ل ُه َو َم ْن ُي ْ‬ ‫َأ ْن ُفس َنا َوم ْن َس ّي َئات أ ْع َمال َنا‪َ ،‬م ْن َي ْهده ُ‬
‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬
‫هللا َو َأ ْش َه ُد َأ َّن َس ّي َد َنا ُم َح َّمداً‬
‫َف َل َهاد َي َل ُه‪َ ،‬أ ْش َه ُد َأ ْن َل إ َل َه إ َّل ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُله‪ُ،‬‬
‫َ ّ َ ُ َ َّ َ ّ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َّ ُ َّ َ َ‬
‫وس ِل ْم ت ْس ِل ْي ًما‬ ‫ص ِ ّل َعلى َس ِّي ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى ِآل س ِي ِدنا محم ٍد‬ ‫اللهم‬
‫َكث ْي ًرا‪َ ،‬أ َّم َاب ْعد‪ُ،‬‬
‫ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫َف َيا أ ُّي َها ال ْسل ُم ْون‪ ،‬ا َّت ُق ْو َ‬‫َ‬
‫اس َتط ْع ُت ْم َوق ْد ف َاز‬ ‫هللا َما ْ‬ ‫هللا‪ ،‬ا َّت ُق ْو َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُْ َ‬
‫ال َّت ُق ْون‪.‬‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat hafidhakumullah.‬‬


‫‪Puji syukur hanyalah milik Allah, Dzat yang telah‬‬
‫‪memberikan nikmat iman, Islam, dan kesehatan bagi kita‬‬
‫‪semua. Shalawat dan salam kita haturkan kepada baginda‬‬
‫‪Nabi Muhammad saw, panutan hidup terbaik bagi umat‬‬
‫‪manusia.‬‬

‫‪89‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat


kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan kualitas
ketakwaan kepada Allah ta’ala, yakni dengan cara senantiasa
menjalankan perintah-Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Dalam beberapa tahun terakhir, ikatan kesatuan
bangsa Indonesia deras mendapatkan tantangan. Baik
tantangan dari dalam, maupun dari luar. Tantangan internal,
salah satunya ialah eksploitasi perbedaan suku, etnis, dan
agama sebagai salah satu isu pematik konflik perebutan
kekuasaan antar sesama anak bangsa. Dari prespektif
persaingan politik, hal ini wajar adanya, hanya saja, risiko
tercabik-cabiknya kesatuan hidup berbangsa dan bernegara
adalah taruhannya.
Di sisi lain, penetrasi ideologi dan gerakan
transnasional nampak semakin masif dan kentara.
Konsensus para pendiri bangsa terhadap rumusan Pancasila
mulai dirongrong dan diganggu gugat. Jika tantangan-
tantangan ini tidak segera disadari oleh generasi muda
Indonesia, bukan sesuatu yang mustahil, Pancasila dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan tercerai

“Pada dasarnya, Islam tidaklah bertentangan


dengan nasionalisme. Bahkan, Islam
mengajarkannya”

M. Natsir (1908-1993)

90
Islam dan Nasionalisme

“Dengan Pancasila yang dipahami dan


dilaksanakan secara jujur dan bertanggung
jawab, semua kecenderungan politik identitas
negatif-destruktif yang dapat meruntuhkan
bangunan bangsa dan negara pasti dapat
dicegah”

(Buya Ahmad Syafii Maarif, 1935-)

berai. Sebagai mayoritas penduduk Indonesia, lantas


peran apa yang dapat disumbangkan oleh umat Islam guna
menjaga keutuhan dan keharmonisan bangsa?
Kita hidup di negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam. Ini satu hal yang patut kita syukuri bahwa
Allah swt menakdirkan kita hidup di tengah-tengah saudara
seiman. Selain tentu kita juga harus bersyukur bahwa Allah
swt telah memberi hidayah dan nikmat iman dan nikmat
Islam, hal yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari
kita. Sudah barang tentu, kenikmatan ini harus kita syukuri
dengan cara menebar pesan damai Islam. Bukan yang lain.
Terkait dengan cinta tanah air dan nasionalisme, M.
Natsir (1908-1993) menyatakan bahwa pada dasarnya,
Islam tidaklah bertentangan dengan prinsip ini. Bahkan,
Islam mengajarkannya. Dalam konteks rentang historis
Indonesia, Islam merupakan salah satu elemen penting
bagi upaya menanamkan benih-benih persatuan. Islam
mengajarkan persaudaraan, kesetaraan, dan persatuan
untuk mewujudkan peradaban di bumi Nusantara.

91
Khutbah Jumat Kontemporer

Nasionalisme hadir disebabkan oleh adanya


perlawanan terhadap kolonialisme. Kesewenang-
wenangan penjajah hanya dapat dikalahkan dengan
semangat persatuan dan cinta tanah air. Gerakan ini diawali
dengan lahirnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928, yang
mencetuskan kalimat sakti: satu bangsa, Indonesia. Satu
tanah air, Indonesia. Satu bahasa, Indonesia.
Dengan dasar kesatuan ini, generasi umat Islam
memikul tanggung jawab untuk menghadirkan pesan-
pesan damai dan keadaban. Kaum Muslim harus berlomba-
lomba untuk mewujudkan persatuan, kemakmuran, dan
kemajuan bangsa. Selain itu, harus mampu bekerja sama dan
bergandeng tangan dengan seluruh anak bangsa, meskipun
berbeda suku, ras, budaya, dan agama. Hal ini adalah salah
satu hal yang ditegaskan oleh Allah swt ketika mengutus
nabi terakhir, yakni Nabi Muhammad saw.

َ ْ ً َّ َ ْ َ ْ َ َ
)701 :‫ناك ِإال َر ْح َمة ِللعال َين (األنبياء‬ ‫وما أرسل‬

Artinya: “Dan tidaklah Kami mengutusmu, melainkan


untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiya:
107)
Sebagaimana termaktub dalam kitab Tafsir Ibnu
Katsir (701-774 H), disebutkan bahwa suatu ketika ada
sebagian sahabat yang meminta kepada Rasulullah saw agar
mendoakan keburukan bagi kaum Musyrikin. Hanya saja,
permintaan ini tidak dipedulikan oleh Nabi Muhammad saw.
Bahkan sebaliknya, beliau menegaskan bahwa terutusnya
menjadi rasul bukanlah untuk memberikan laknat, akan
tetapi menjadi rahmat.
Riwayat ini adalah salah satu hadis shahih yang ditulis
oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim (204-261 H):
92
Islam dan Nasionalisme

َ ّ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ ْ َّ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ
‫ال ِإ ِنى ل ْم‬ ِ ‫عن أ ِبى هريرة قال ِقيل يا رسول‬
‫الل ادع على الش ِر ِكين ق‬
ً ْ َ ْ ُ
)‫أ ْب َعث ل َّع ًانا َوِإ َّن َما ُب ِعث ُت َر ْح َمة (رواه مسلم‬

Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, dikatakan


kepada Rasulullah saw: “Ya Rasulullah, berdoalah untuk
keburukan kaum Musyrikin!” Rasulullah saw lantas
menjawab: “Sungguh, aku tidak diutus untuk menjadi tukang
laknat. Akan tetapi aku diutus untuk menjadi rahmat.” (H.R.
Muslim)
Selain itu, Allah swt juga telah menegaskan bahwa
rahmat yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad saw
di atas harus diteladani dan dilanjutkan oleh umatnya.
Dakwah Nabi Muhammad saw yang penuh dengan kasih
sayang, toleran, sekaligus tetap tegas dalam berprinsip yang
terbukti dalam waktu singkat dapat membentuk peradaban
baru di Jazirah Arab haruslah senantiasa dihidupkan dan
menjadi spirit bagi kaum Muslim di era sekarang.

“Nasionalisme alami secara fitrah berkat


Rahmat Allah Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa
planning tanpa programming, tanpa menuntut
tanpa memilih kita dilahirkan menjadi Bangsa
Indonesia”

(K.H. Saifuddin Zuhri, 1919-1986)

93
Khutbah Jumat Kontemporer

Hal ini sebagaimana firman oleh Allah ta’ala:

ْ َ
‫هللا َو ال َي ْو َم‬ َ ‫كان َل ُك ْم في‏ َ ُسول هللا ُأ ْس َو ٌة َح َس َن ٌة لَ ْن‬
‫كان َي ْر ُجوا‬ َ ‫َل َق ْد‬
ِ ِ ِ ‫ر‬
ً َ َ َََ َ َ ْ
)21 :‫هللا كثيرا (األحزاب‬ ‫ال ِخر و ذكر‬

Artinya: “Sesungguhnya pada (diri) Rasulullah itu


terdapat suri tauladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. al-Ahzab: 21)
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah.
Ada hal yang penting ditelisik kembali, tepatnya
ketika Nabi Muhammad saw membangun Madinah menjadi
sebuah kota yang maju. Kesuksesan tersebut tidak lepas
dari dakwah Nabi Muhammad saw yang mengedepankan
sikap dan perilaku adil terhadap semua suku yang
mendiami Madinah. Perbedaan tidak dijadikan sebagai
penghalang untuk saling bekerja sama dan saling membatu
untuk menciptakan keamanan dan ketentraman. Di tengah
pluralitas kesukuan dan kepercayaan penduduk Madinah,
Nabi Muhammad saw membuat konsensus di antara warga
Madinah. Oleh karenanya, lantas lahirlah Piagam Madinah.
Ada beberapa hal yang menarik dari isi Piagam Madinah
ini terkait dengan pluralitas warga Madinah. Pertama, dalam
keberagaman suku, Nabi tetap mengedepankan kesatuan.
Kedua, dalam keberagaman tersebut tetap memperhatikan
kesamaan di dalam hukum, yakni yang terkait dengan hak
dan kewajiban antar warga. Ketiga, adanya perlindungan
bagi semua pihak, tidak ada perbedaan antara mayoritas
dan minoritas.

94
Islam dan Nasionalisme

Pada akhirnya tercipta rasa aman dalam aktivitas


kehidupannya. Dalam hal membangun bangsa, Rasulullah
saw telah mengajarkan dan memberikan contoh kongkrit
bagaimana mewujudkan kesepakatan bersama dan menjaga
keutuhan bangsa.
Hadirin, jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah
ta’ala.
Indonesia memiliki falsafah hidup bernama Pancasila.
Konsensus ini dibentuk sebelum kemerdekaan Republik
Indonesia. Pancasila digunakan untuk perumusan berbagai
hal semisal sosial, politik, budaya, ekonomi, dan semua yang
berkaitan dengan warga, bangsa, dan negara.
Pancasila dipandang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam. Bahkan, jika kita lihat dari segi doktrin agama
Islam, merujuk pada Kitab Suci al-Qur’an, terdapat banyak
ayat yang berhubungan dengan Pancasila. Sila pertama yang
berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, sejalan dengan firman
Allah ta’ala:

َ ُ َُ ْ ُ
)1 :‫هللا أ َح ٌد (اإلخالص‬ ‫قل هو‬

Artinya: “Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.”


(Q.S. al-Ikhlas:1)
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab tidak
lain adalah salah satu nilai dasar ajaran Islam terkait dengan
ajaran sikap adil dan akhlak mulia. Hal ini sebagaimana
firman Allah swt:
َ َّ َ َ ُ
‫ل َول ْو َعل ‏ى‬ ‫داء‬‫ه‬‫ش‬ ‫ط‬ ‫س‬ْ ‫امين ب ْالق‬ َ ‫يا َأ ُّي َها َّال‬
َ ‫ذين َآم ُنوا ُك ُونوا َق َّو‬
ِ ِ ِ ِ
ْ َ ُ َ ً َ ْ َ ًّ َ ْ ُ َ ِ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ
‫والدي ِن و القربين ِإن يكن غ ِنيا أو فقيرا فاهلل أولى‏‬ ِ ‫أنف ِسكم أ ِو ال‬
95
Khutbah Jumat Kontemporer
ُ ‫تعد ُلوا َو إ ْن ْتل ُووا َأ ْو ُت ْعر‬
َ ‫ضوا َفإ َّن‬
َ ‫هللا‬
‫كان‬ ْ ‫بهما َفال َت َّتب ُعوا ْال َهوى‏ َأ ْن‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
ً َ َ َُْ
)135 :‫ِبما تعملون خبيرا (النساء‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah


kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau
kedua orang tua dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun
miskin, maka Allah lebih utama untuk membela kedua
orang itu (orang kaya dan orang miskin). Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (fakta) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah
Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-
Nisa: 135)
Sila ketiga, Persatuan Indonesia, menyiratkan
pentingnya sikap untuk saling mengenal dan menghargai
keragaman. Perbedaan harus dipandang sebagai titik tolak
untuk saling belajar dan mencari titik temu.

ً ُ ُ ْ ُْ ََ ُ ََ
‫اس ِإ َّنا خل ْقناك ْم ِم ْن ذك ٍر َو أنث ‏ى َو َج َعلناك ْم ش ُعوبا َو‬ َّ ‫يا َأ َيها‬
ُ ‫الن‬
ٌ ‫ليم َخ‬ ُ َْ
َ ‫قاك ْم إ َّن‬
ٌ ‫هللا َع‬ َ ْ ُ َ ْ َ َّ ُ َ َ
‫بير‬ ِ ِ ‫قبا ِئ َل ِلتعا َرفوا ِإن أك َرمك ْم ِعند‬
‫هللا أت‬
)13 :‫(الحجرات‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami


menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya

96
Islam dan Nasionalisme

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (Q.S. al-Hujurat:


13)
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan,
merupakan prinsip pentingnya bermusyawarah dan
bertukar pendapat. Tujuannya adalah untuk mencapai
kemashlahatan bersama. Hal ini sebagaimana juga terdapat
dalam ayat al-Qur’an ketika menjelaskan sikap orang
Mukmin:

ُ َ َ َّ ُ ‫جابوا ل َ ّربه ْم َو َأ‬


ُ ‫اس َت‬ َ ‫َو َّال‬
‫الصالة َو أ ْم ُر ُه ْم شورى‏ َب ْي ُنه ْم َو‬ ‫قاموا‬ ِِ ِ
ْ ‫ذين‬
َ
)38 :‫ناه ْم ْين ِف ُقون (الشورى‬ ُ ‫م َّما َر َز ْق‬
ِ
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhan mereka dan mendirikan salat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (Q.S. al-Syura: 38)
Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia, adalah prinsip bagi pemerataan dan saling
berbagi antar sesama. Empati dan berbuat baik untuk
sesama tidak lain adalah salah satu ajaran dasar Islam. Hal
ini sebagaimana firman Allah swt:

ْ
‫إيتاء ِذي ال ُق ْربى‏ َو َي ْنهى‏ َع ِن‬ َ ْ ‫هللا َي ْأ ُم ُر ب ْال َع ْدل َو ْال‬
َ ‫إ َّن‬
ِ ‫سان و‬ ِ ‫ح‬ ِ ِ ِ ِ
َ ُ َّ َ َ ْ ُ َّ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ
)90 :‫شاء و النك ِر و البغ ِي ي ِعظكم لعلكم تذكرون (النحل‬ ِ ‫الفح‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada

97
Khutbah Jumat Kontemporer

kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,


kemungkaran, dan kezaliman. Dia memberi nasihat
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S. al-
Nahl: 90)
Dari urain singkat ini, dapat dipahami bahwa Pancasila
tidaklah bertentangan dengan Islam. Keberadaannya
merupakan konsensus final untuk melindungi segenap
tumpah darah Indonesia. Sudah semestinya, Pancasila
menjiwai arah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam bingkai inilah, kaum Muslim Indonesia
harus memberikan kontribusi nyata. Pancasila bukanlah
penghalang untuk amal baik umat Islam. Malah sebaliknya,
Pancasila memberikan ruang seluas-luasnya bagi
implementasi ajaran-ajaran Islam yang rahmatan lil’alamin.
Terlebih untuk menatap Indonesia yang lebih makmur, adil,
dan beradab.
Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita.
Amin ya rabbal’alamin.

ُ ََ ْ ْ َُ ُ َ َ َ
‫ َونف َعنابه َوِإ َّياك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬،‫في ا ُلق ْر ِآن ال َع ِظ ْي ِم‬ ِ ‫هللا ِلي َولك ْم‬ ‫بارك‬
َ
َ ‫هللا م ّني َوم ْن ُك ْم تل َو َت ُه إ َّن ُه‬ َ ْ ّْ َ َ ْ
‫الج َّو ُاد‬ ِ ِ ِ ِِ
ُ ‫فتق َّب َل‬ ،‫الذك ِر ال َح ِك ْيم‬ِ ‫ات و‬ ِ ‫اآلي‬
َْ َ ْ ّ َ َّ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ ّ ُ ْ ُ َّ ُّ َ ُ ْ َ
.‫ل ر ِب الع ِالي ِم‬ ِ ِ ‫ والحمد‬،‫الر ِحيم‬  ِ ‫الك ِريم البر الرؤوف‬
***

98
‫‪12‬‬ ‫‪MEMAKNAI HARI‬‬
‫‪PAHLAWAN‬‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ْ ُ َّ َّ‬
‫ل ال ِذي َوف َق ِب َر ْح َم ِت ِه َم ْن ش َاء ِم ْن ِع َب ِاد ِه‪،‬‬ ‫ل‪ ،‬الحمد ِ ِ‬ ‫الحمد ِ ِ‬
‫ات‪،‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َف َع َر ُف ْوا َأ ْق َد َار َم َواسم ال َخ ْي َرات‪َ ،‬و َع َّم ُر ْو َ‬
‫ْ‬
‫الكث ِار ِمن الطاع ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُْ‬
‫وخدل من شاء ِب ِحكم ِت ِه‪ ،‬فع ِميت ِمنهم القلوب والبصا ِئر‪ ،‬وفرطوا‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ِفى ِتل َك ال َو ِاس ِم ف َب ُاء ْوا ِبالخ َسا ِئ ِر‪.‬‬
‫َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َو َأ ْش َه ُد َأ ْن َل إ َل َه إ َّل ُ‬
‫هللا َو ْح َد ُه لش ِرْي َك ل ُه ال َع ِزْي ُز ال َح ِك ْي ُم‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ‬
‫اط ِن‬ ‫اس ِبطاع ِة رِب ِه ِفى البو ِ‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أقوم َالن ِ‬
‫َ‬ ‫َّ َ‬
‫ص َح ِاب ِه َو َسل َم ت ْس ِل ْي ًما ك ِث ْي ًرا‪،‬‬ ‫هللا َع َل ْيه َو َع َلى آله َوأ ْ‬ ‫ص َّلى ُ‬ ‫الظ َواهر‪َ ،‬‬ ‫َ َّ‬
‫و‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ‬ ‫هللا‪ُ ،‬أ ْو َ ْ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ْالُ ْسل ُم ْو َن َحف َظ ُك ُم ُ‬
‫�ص ْي نف ِ�س ْي وِإياكم بتقوى ِ‬
‫هللا‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َق ْد َف َاز ْالُ َّت ُق ْون‪ .‬ق َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ال هللا تعالى ِفي ِكت ِاب ِه الك ِري ِم‪ ،‬يا أ ُّي َها ال ِذين َآمنوا‬
‫َ‬ ‫َ َ ُ َّ َ‬ ‫َُ‬ ‫َّات ُقوا َّ َ‬
‫الل َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُموت َّن ِإل َوأ ُنتم ُّم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪99‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan


oleh Allah ta’ala.
Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah
swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.
Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi
Muhammad saw, utusan yang suri tauladan, uswatun
hasanah, bagi kita semua.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Tujuh puluh dua tahun yang lalu, tepatnya pada
10 November 1945, terjadi peristiwa penting bagi
keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Di mana para pemuda dan pejuang kemerdekaan
mengobarkan perlawanan heroik terhadap upaya tentara
kolonial Inggris dan Belanda untuk kembali merobohkan
kedaulatan negara Indonesia. Dengan kebulatan tekad serta
semangat persatuan, barisan musuh dapat dipukul mundur.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang


menghormati jasa pahlawannya”
(Ir. Soekarno, 1901-1970)

100
Memaknai Hari Pahlawan

Meskipun harus mengorbankan jiwa dan raga, para


pahlawan telah rela dan berani berjuang hingga tetes
darah terakhir. Dapat dibayangkan jika saja, waktu itu,
mereka tidak bersatu dan berjuang mempertahankan
kemerdekaan, mungkin Indonesia masih lama berkubang
dalam kegelapan kolonialisme. Jika para pendahulu kita
mampu bersatu dan bahu-membahu berjuang demi
kemerdekaan, kedaulatan, dan masa depan bangsanya,
lantas bagaimana dengan generasi muda era sekarang? Jika
dalam konteks masyarakat Muslim waktu itu, perjuangan
mempertahankan kemerdekaan NKRI dimaknai sebagai
panggilan jihad yang suci, lantas jihad seperti apa yang
dibutuhkan dalam era kekinian?
Hadirin, hafidhakumullah
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir terdapat
beberapa masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia,
namun problem persatuan anak bangsa adalah satu hal
yang harus diinsafi bersama. Dalam tataran normatif,
semua pihak meyakini bahwa persatuan adalah pilar bagi
kemajuan bangsa dan negara. Hanya saya, dalam tataran
praksisnya, perbedaan suku, budaya, ras, dan agama masih
mudah dijadikan sebagai pemantik konflik antar sesama.
Hal ini lebih diperparah lagi ketika motif persaingan politik
dan ekonomi ikut memperkeruh keadaan. Imbasnya adalah
masyarakat mudah terkotak dan terbelah.
Sudah barang tentu, kondisi seperti ini tidak
kondusif untuk menatap masa depan bersama. Bahkan,
isu-isu strategis lainnya, semisal pemberantasan korupsi,
pemerataan ekonomi, peningkatan kualitas pendidikan dan
kesehatan menjadi terbengkalai.
Dari titik inilah, sebagai penduduk mayoritas,
umat Islam, terlebih generasi muda harus peka terhadap

101
Khutbah Jumat Kontemporer

problem di atas. Jika di era mempertahankan kemerdekaan,


generasi muda Islam mampu menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari perjuangan di medan peperangan, maka,
di era kini, sudah semestinya generasi muda Islam mampu
menunjukkan peran nyatanya dalam menjaga kesatuan
NKRI.
Dalam ranah intern sesama Muslim, perbedaan
madzhab beragama jangan sampai dijadikan sebagai bahan
untuk saling menyalahkan dan membid’ahkan. Begitu pula,
dalam tataran eksternal, generasi muda Islam harus mampu
menjadi pelopor bagi terwujudnya persatuan sesama anak
bangsa. Mereka harus cerdas memahami keragaman suku,
budaya, ras, dan agama yang mendiami bumi Nusantara.
Tidak sedikit, ayat al-Qur’an ataupun hadis yang
menjelaskan tentang hal ini. Dalam kaitannya dengan
sesama Muslim, Nabi Muhammad saw dalam hadis sahih
riwayat Imam al-Bukhari (194-256 H) dan Imam Muslim
(204-261 H) menegaskan bahwa satu saudara Muslim
dengan Muslim lain itu ibarat satu bangunan yang saling
menopang dan mengokohkan.

ُْْ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ
‫الل صلى هللا عليه وسلم الؤ ِم ُن‬
ِ ‫ال َرسول‬ ‫عن أ ِبى مو�سى قال ق‬
ُ ُ ُ ْ ْ َ ْ ْ
)‫ِلل ُمؤ ِم ِن كال ُبن َي ِان َيش ُّد ب ْعضه ب ْعضا (رواه البخاري ومسلم‬
ً َ َ

“Tidak mau dihina, maka jangan


menghina”

(KH. Ahmad Mustofa Bisri, 1944-)

102
Memaknai Hari Pahlawan

“Terorisme dapat lahir dari


ketidakadilan, didesain, dan dipelihara
oleh pihak-pihak tertentu untuk
kepentingan tertentu, dan juga dapat
lahir karena kebodohan dalam
memahami agama”

(Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA., 1952-2016)

Artinya: Diriwayatkan dari Abi Musa ra, Rasulullah


saw bersabda; “Orang Mukmin satu dengan lainnya itu ibarat
satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya.”
(H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Begitu pula dalam prinsip hubungan antar umat
beragama yang berbeda, Islam sudah menegaskan bahwa
perbedaan agama adalah niscaya. Selain itu, juga ditegaskan
bahwa tidak boleh bagi umat Islam untuk menghina
ataupun mencerca sistem kepercayaan agama lain. Terkait
yang pertama, dapat kita temukan dalam surat al-Kafirun.
Allah swt berfirman:

ُ َُ
)6 :‫لك ْم ِد ُينك ْم َو ِل َي ِد ِين (الكافرون‬

Artinya: “Untukmu agamamu, untukku agamaku.”


(Q.S. al-Kafirun: 6)
Demikian halnya dengan larangan menghina
kepercayaan agama lain, ditegaskan dalam al-Qur’an, Allah
swt berfirman:

103
Khutbah Jumat Kontemporer
ْ َ َ َّ ‫الل َف َي ُس ُّب ْوا‬
َّ َ ُ ْ َ َ َّ ْ ُ َ َ َ
‫الل َع ْد ًوا ِبغ ْي ِر ِعل ٍم‬ ُ
ِ ‫وال تس ُّبوا ال ِذين يدعون ِمن دو ِن‬
ْ ُ َ َ َ َ ُ َ ُ ُ َ َ
‫كذ ِل َك َزَّي َّنا ِلك ِ ّل أ َّم ٍة َع َمل ُه ْم ث َّم ِإلى َ ِّرب ِهم َّم ْر ِج ُع ُه ْم ف ُين ِّب ُئ ُهم ِب َما كانوا‬
َ ُ
)108 :‫َي ْع َملون (األنعام‬

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan


yang mereka sembah selain Allah, kerena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap
umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian
kepada Tuhan, tempat kembali mereka, lalu Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
kerjakan.” (Q.S. al-An’am: 108)
Dari titik ini, dapat dipahami bahwa Islam sudah secara
utuh memberikan panduan hidup bagi penganutnya. Hidup
di tengah keragaman dan perbedaan, tidak meniscayakan
untuk merasa diri lebih benar daripada yang lain. Namun
sebaliknya, agama mengajarkan perilaku santun, toleran,
dan mengedapankan kemashlahatan bersama. Oleh karena
itu, kaum Muslim Indonesia harus mampu menunjukkan
peran aktifnya dalam mewujudkan persatuan Indonesia.
Bahaya radikalisme dan terorisme yang tidak segan-
segan mencatut ajaran agama, sudah seharusnya menjadi
salah satu konsens generasi muda. Selain dua hal ini
mengancam tenun keragaman Indonesia, keduanya juga
merupakan ancaman bagi kemanusiaan. Lantas dari mana
kita memulainya?
Hadirin, jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah
ta’ala.
Dalam perjalanannya, agama menjadi sebuah
bentuk dari pencapaian hidup manusia. Dijabarkan oleh

104
Memaknai Hari Pahlawan

Komaruddin Hidayat dalam bukunya yang berjudul The


Wisdom of Live (2008) bahwa ajaran agama diwahyukan
Tuhan, tidak lain adalah untuk kepentingan manusia. Dengan
bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan
pegangan yang pasti dan yang benar dalam menjalani hidup
dan membangun peradabannya. Dengan bimbingan agama,
manusia berjalan mendekati Tuhan dan mengharap ridha-
Nya melalui amal kebajikan yang berdimensi vertikal dan
horizontal.
Dimensi vertikal berupa penghambaan diri kepada
Allah swt dengan melaksanakan ritual ibadah yang sudah
ditentukan. Sedangkan dimensi horizontal dimaksudkan
sebagai artikulasi keberagamaan yang dapat memberi
manfaat bagi sesama manusia dan semua makhluk di muka
bumi. Dalam salah satu riwayat hadis disebutkan:

َ ُ َّ َ ْ َ ُ َ ‫َع ْن َع ْبد هللا ْبن َع ْم ُرو ْبن ْال‬


ِ ‫�ض َى هللا عن ُه َما أن َرسول‬
‫هللا‬ َ
ِ ‫اص ر‬ ِ ‫ع‬ ِ ِ ِ ِ
ْ‫الر ْح َم ُن ا ْر َح ُموا َمن‬ َ َ
َّ ‫الر ِاح ُمون ْيرح ُم ُه ُم‬
َّ ‫ال‬ َ
َ ‫صلى هللا عليه وسلم ق‬
َ
َّ ‫األ ْرض ْير َح ْم ُك ْم َم ْن فى‬
)‫الس َم ِاء (رواه البيهقي‬ ِ ِ ‫ِفى‬

Artinya: Diriwayatkan dari Abdillah bin ‘Amr bin al-


‘Ash ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Orang-
orang yang penyanyang akan disayangi oleh Allah yang Maha
Penyayang. Maka sayangilah makhluk yang ada di bumi,
niscaya makhluk yang ada di langit akan menyayangimu.”
(H.R. al-Baihaqi)
Dapat dipahami bahwa kesalehan sosial adalah
perilaku yang peduli terhadap nilai-nilai luhur agama yang
berdampak bagi kebaikan bersama. Sebagai misal ialah
bersikap santun, tolong-menolong, memperhatikan dan

105
Khutbah Jumat Kontemporer

menghargai hak sesama, mampu berpikir berdasarkan


perspektif orang lain, mampu berempati, serta mampu
merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Oleh karenanya, kesalehan sosial merupakan bentuk
nyata dari pengejawantahan misi agama. Kesalehan sosial
mengajak manusia untuk memanusiakan manusia, yakni
dengan perdamaian, kasih sayang, dan persatuan. Dalam
hal ini, kesalehan sosial dapat menjadi benteng pertahanan
ketika sesama umat berselisih paham. Perbedaan harus
dipandang sebagai titik tolak untuk saling mengenal dan
bekerja sama. Hal inilah yang dulu menjadi salah satu
landasan utama bagi para pejuang dalam kebulatan tekad
mempertahankan kedaulatan bumi pertiwi.
Dalam konteks kekinian, sudah seharusnya semangat
persatuan ini mampu kita warisi. Peringatan Hari Pahlawan
merupakan momen strategis bagi anak bangsa untuk
kembali meneguhkan semangat persatuan demi menangkal
benih-benih perpecahan. Radikalisme dan terorisme yang
mengatas namakan agama harus segera dilampaui guna
memikirkan problem-problem keumatan lainnya.
Problem korupsi, kesenjangan ekonomi, ketidak
merataan akses pendidikan, keterbatasan sarana dan
jaminan kesehatan adalah tantangan yang bisa diatasi
dengan semangat kebersamaan. Di titik inilah generasi
muda ditantang semangat juangnya.
Oleh karenanya, jangan sampai peringatan Hari
Pahlawan hanya menjadi ritual tahunan saja, akan tetapi ia
harus menjadi momentum untuk mengasah dan mengasuh
spirit persatuan. Dengan pemaknaan ini, bukan sesuatu
yang sulit bagi kita untuk optimis menatap Indonesia yang
lebih adil, makmur, dan beradab.

106
‫‪Memaknai Hari Pahlawan‬‬

‫‪Semoga Allah ta’ala senantiasa memudahkan langkah‬‬


‫‪kita. Amin ya rabbal ‘alamin.‬‬

‫َ ْ َ‬ ‫َََ َ َ ُ‬ ‫َْ‬ ‫ُْ‬ ‫َ َ ُ ََ ُ‬


‫ات‬‫با َرك هللا ِل ْي ولك ْم ِف ْي الق ْر ِآن الع ِظ ْي ِم‪ ،‬ونفع ِن ْي وِإ َّياك ْم ِف ْي ِه ِمن اآلي ِ‬
‫ْ‬ ‫الذ ْكر ْال َح ِك ْيم‪َ ،‬و َت َق َّب َل م ّن ْي َوم ْن ُك ْم ِت َل َو َت ُه‪ ،‬إ َّن ُه ُه َو َّ‬
‫الس ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‪.‬‬
‫َ ّ‬
‫و ِ‬
‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َُ ْ َ ّ‬
‫استغ ِف ُر ْو ُه ِإنه ُه َو‬ ‫الراحم ْين‪ ،‬ف ْ‬ ‫ُْ‬ ‫َ َ ْ َ‬
‫وقل ر ِب اغ ِف ْر وا ْرحم وأنت خير َّ ِ ِ‬
‫ْال َغ ُف ْو ُر َّ‬
‫الر ِح ْيم‪.‬‬

‫***‬

‫ ‬

‫‪107‬‬
‫‪13‬‬ ‫‪ISLAM‬‬
‫‪DAN KEBUDAYAAN‬‬
‫ُ‬
‫اهلل ِم ْن ش ُر ْو ِر‬
‫َ ْ ُ ُ ََ ْ َ ُْ ُ ََ ْ َ ْ ُ ََ ُْ ُ‬ ‫َّ ْ َ َ‬
‫هلل‪ ،‬نح َمده ونست ِعينه ونستغ ِف ُره ونعوذ ِب ِ‬ ‫ِإن الح ْمد ِ‬
‫ض ِل ْل‬ ‫هللا َف َل ُمض َّل َل ُه َو َم ْن ُي ْ‬ ‫َأ ْن ُفس َنا َوم ْن َس ّي َئات َأ ْع َمال َنا‪َ ،‬م ْن َي ْهده ُ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬
‫َ‬ ‫ََ‬
‫فل َه ِاد َي ل ُه‪،‬‬
‫َ‬ ‫َ َ ْ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ْ َ َ َ َّ‬
‫أش َه ُد أ ْن ل ِإل َه ِإل هللا َو ْح َد ُه ل ش ِرْي َك ل ُه‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن َس ِّي َدنا ُم َح َّم ًدا‬
‫ص ْح ِب ِه‬ ‫ص ّل َع َلى َس ّيد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آله َو َ‬ ‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل ُه‪َ ،‬ا َّلل ُه َّم َ‬
‫ِِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫الد ْين‪َ ،‬أ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬‫َو َم ْن َتب َع ُه ْم بإ ْح َسان إ َلى َي ْوم ّ‬
‫ٍ ِ ِ ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫ْ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُم ْوت َّن ِإل َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الذ ْي َخ َل َق ُك ْم منْ‬ ‫ُ ْ ُ ْ َن َ َ ُ َ َ َ َ َ ُّ َ َّ ُ َّ ُ ْ َ َّ ُ ْ َّ‬
‫ِ‬ ‫مس ِلمو ‪ ،‬قال هللا تعالى يا أيها الناس ِاتقوا ربكم‬
‫ً َ‬ ‫َّ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬
‫س َو ِاح َد ٍة َوخل َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َبث ِم ْن ُه َما ِر َجال ك ِث ْي ًرا َو ِن َس َآء َو َّات ُق ْوا‬ ‫ٍ‬ ‫ن ْف‬
‫َ َّ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ َ ُ‬
‫ان َعل ْيك ْم َر ِق ْي ًبا‪.‬‬ ‫هللا ال ِذي تسآءلون ِب ِه والرح ِام ِإن هللا ك‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan‬‬


‫‪oleh Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah‬‬
‫‪swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.‬‬

‫‪108‬‬
Islam dan Kebudayaan

Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi


Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam
semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala, yakni dengan cara menjalankan
perintah-Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Dalam beberapa tahun terakhir, upaya sebagian
pihak yang membenturkan agama dan budaya kembali
mencuat. Klaim bid’ah, syirik, murtad, dan khurafat mudah
didakwakan kepada praktik pemahaman agama. Jika hal ini
tidak ditelaah secara bijak dan cerdas, besar kemungkinan
akan menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat.
Lebih dari itu, kondisi tersebut juga dapat dimanfaatkan
oleh gerakan-gerakan radikalisme dan terorisme. Tujuannya
adalah untuk melegalkan tindak pemaksaan dan kekerasan
yang mereka jajakan.
Selain itu, keragaman suku, budaya, dan kepercayaan
yang hidup di bumi Nusantara adalah sebuah kenyataan
yang tidak dapat kita mungkiri. Kerukunan dan persatuan
Indonesia akan tercabik jika masyarakat masih mudah
dijejali doktrinasi dangkal dalam memahami pesan-pesan
mulia agama. Agama dan budaya lokal lantas dipahami secara
antagonis. Ajaran Islam diidentikkan dengan tampilan yang
serba berbau budaya jazirah Arab.
Sudah barang tentu tidaklah tepat jika Islam dipahami
secara sempit, disamakan sepenuhnya dengan tradisi Arab.
Meskipun tetap harus diakui bahwa budaya masyarakat
jazirah Arab merupakan salah satu unsur pembentuk norma

109
Khutbah Jumat Kontemporer

dan ajaran Islam.


Lantas seperti apa seharusnya kita menempatkan
relasi budaya dan agama? Dalam konteks masyarakat
multikultural Indonesia, apakah Islam datang untuk
mengikis keragamannya? Atau sebaliknya, agama dan
budaya dapat saling memberdayakan?
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah
Secara historis, kedatangan Islam ke Indonesia telah
mengakibatkan adanya perombakan masyarakat atau
transformasi sosial. Perubahan tersebut memperlihatkan
terwujudnya tata kelola masyarakat yang lebih baik.
Tidak lain karena kedatangan Islam tidak memotong
suatu masyarakat dari masa lampaunya, melainkan justru
ikut melestarikan apa saja yang baik dan benar dari masa
lampau itu.
Dakwah kultural inilah yang dulu dirintis oleh
Wali Songo. Masyarakat Nusantara yang masih diselimuti
feodalisme Majapahit, dapat digantikan dengan
egalitarianisme Islam. Dakwah ini menyebar dari kota-kota
pantai utara Jawa yang menjadi pusat-pusat perdagangan
Nusantara ke daerah-daerah pedalaman. Kemudian Wali
Songo memutuskan untuk ikut mendorong percepatan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa


Sansekerta, yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal),
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin colere, yang berarti mengolah atau
mengerjakan.
Sumber: Dikutip dari A. Forsberg, Definitions of Culture, (2006)

110
Islam dan Kebudayaan

proses transformasi itu, yakni dengan menggunakan unsur-


unsur lokal guna menopang efektifitas dakwah. Kebudayaan
dijadikan sebagai teknis operasionalnya.
Misalnya menggunakan media gamelan dan seni
wayang untuk mendakwahkan Islam. Dengan sedikit
merombak seperlunya, wayang kulit dan gamelan terbukti
dapat menjadi media dakwah yang efektif. Hingga kini,
jejak dakwah tersebut masih dapat dilihat dalam tradisi
sekatenan di pusat-pusat kekuasaan Islam, seperti Cirebon,
Demak, Yogyakarta, dan Surakarta.
Sudah barang tentu, metode dan langkah dakwah
melalui perantara budaya tersebut tidak dilakukan
oleh Wali Songo secara gegabah. Akan tetapi tetap
mempertimbangkan batas-batas ajaran dasar agama. Selain
itu juga telah dipertimbangkan masak-masak. Terkait hal
ini, terdapat hadis Mauquf yang menegaskan bahwa sesuatu
yang dinilai baik oleh komunitas Muslim, maka hal itu juga
baik di hadapan Allah swt.
Sebagaimana termaktub dalam kitab al-Mustadrak
karya Imam al-Hakim (321-405 H) disebutkan bahwa
sahabat Abdullah bin Mas’ud pernah menyatakan:

)‫هللا َح َس ٌن (رواه الحاكم‬ َْ َ َ ً َ َ َ ْ ُْ َُ َ


ِ ‫ما َرأه املس ِل ُمون حسنا ف ُهو ِعند‬
Artinya: “Sesuatu yang dinilai baik oleh masyarakat
Muslim, maka hal itu juga dinilai baik di sisi Allah.” (H.R. al-
Hakim)
Dalam ilmu ushul al-fiqih, budaya lokal dalam bentuk
adat kebiasaan itu juga disebut ‘urf, yang secara etimologis
berasal dari akar kata yang sama dengan al-ma‘ruf.
Karena ‘urf suatu masyarakat kemungkinan mengandung

111
Khutbah Jumat Kontemporer

“Karena sebagai ajaran normatif yang berasal dari


Tuhan, Islam harus mampu diakomodasi ke dalam
kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa
kehilangan identitasnya masing-masing. Arabisasi
atau proses mengidentifikasikan diri dengan
budaya Timur Tengah hanyalah menyebabkan kita
tercerabut dari akar budaya kita sendiri”

(KH. Abdurrahman Wahid, 1940-2009)

unsur yang salah dan yang benar sekaligus, maka dengan


sendirinya orang-orang Muslim harus melihatnya dengan
kritis. Tidak dibenarkan sikap menyalahkan sepenuhnya,
tetapi juga tidak membenarkan semata. Akan tetapi harus
dipilah mana yang baik dan mana yang buruk.
Terkait hal ini, terdapat kaidah fikih yang masyhur di
kalangan ulama:

ٌ َّ ُ َ
‫الع َادة ُم َحك َمة‬

Artinya: “Adat dapat dijadikan sebagai pijakan hukum”


Dalam konteks itu, lantas Wali Songo berdakwah
lebih mengutamakan metode “garam” (substansi) daripada
“gincu” (formal). Mereka sengaja mendahulukan aspek isi
daripada kulit. Selain itu, juga selalu menghindari unsur
pemaksaan terselubung. Oleh karenanya, muatan-muatan
tradisi lokal yang bertentangan dengan ajaran dasar Islam
mampu diganti secara pasti dan berlahan, tanpa memicu

112
Islam dan Kebudayaan

polemik dan pertumpahan darah. Tak aneh apabila esensi


ajaran Islam dapat merasuk dan menyebar secara cepat di
bumi Nusantara.
Hadirin, jama’ah yang dimuliakan Allah ta’ala.
Negara Indonesia memiliki 17.000 pulau, lebih dari
500 suku dan ras dengan keanekaragaman budayanya
masing-masing. Di dalamnya dianut 6 agama resmi dan
beragam sistem kepercayaan lainnya. Keragaman ini
menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan kaya
akan budaya. Keadaan multikultural ini merupakan mozaik
bagi jamrud khatulistiwa, yakni Indonesia.
Keanekaragaman budaya yang menghiasi persada
Nusantara terasa begitu indah di tangan para pekerja seni
dan budayawan. Mereka menuangkan fenomena itu ke
dalam harmoni tari, musik, syair lagu, dan bait puisi serta
lukisan. Semua itu menyadarkan para pemimpin bangsa
betapa besar keajaiban kebhinekaan budaya Ibu Pertiwi.
Indah membentang beribu-ribu kilometer memeluk bumi.
Keanekaragaman budaya diilustrasikan bagai bintang-
bintang di langit yang bertebaran bak mutiara menghiasi
jagat raya. Tenang dan tertib. Seolah memaklumkan
kedamaian abadi kepada semua makhluk di muka bumi.
Hingga kini, Indonesia dapat hadir menjadi role
model bagi relasi antara Islam dan kebangsaan. Meskipun
berpenduduk mayoritas Muslim dan memiliki jumlah umat
Islam terbesar di dunia, Indonesia mampu mendudukkan
dirinya bukan sebagai negara agama, sekaligus bukan negara
sekuler. Prinsip tauhid dan nilai-nilai keislaman justru masuk
sebagai nafas ideologi Pancasila. Hal ini tercermin dalam
sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Pancasila
inilah prinsip ketuhanan membentuk ideologi negara,
berdampingan dengan nilai-nilai humanisme, nasionalisme,

113
Khutbah Jumat Kontemporer

demokrasi, dan keadilan sosial. Masing-masing dijabarkan


dalam sila kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
Pengakuan bangsa Indonesia terhadap prinsip-
prinsip ketuhanan bahkan termaktub dalam konstitusi
dan UUD Negara RI 1945. Pembukaan konstitusi Indonesia
secara jelas menyebutkan kemerdekaan Indonesia adalah
berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Lebih dari itu,
pasal 29 konstitusi menyebutkan bahwa negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam tataran praksisnya,
negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Hal ini sejalan dengan salah satu firman Allah swt
dalam surat al-Kafirun:

ُ َُ
)6 :‫لك ْم ِد ُينك ْم َو ِل َي ِدين (الكافرون‬

Artinya: “Untukmu agamamu, untukku agamaku.”


(Q.S. al-Kafirun: 6)

“Kebudayaan popular Indonesia sesungguhnya


memiliki tradisi Islam yang kuat dan
berakar panjang dalam sejarah. Jika hendak
membangun kebudayaan Islam yang modern,
kita harus mempertimbangkan pentingnya
potensi tradisional ini”

(Kuntowijoyo, 1943-2005)

114
Islam dan Kebudayaan

Di sisi lain, secara faktual, sebenarnya Indonesia


memiliki potensi kerentanan perpecahan. Tidak lain karena
perbedaan penduduknya sangatlah kompleks. Banyak
negara yang terpecah-belah disebabkan karena perbedaan
penduduknya, meskipun tidak sekompleks Republik ini. Dari
titik inilah generasi muda perlu sadar diri untuk merawat
keharmonisan dan persatuan bangsa. Salah satunya ialah
dengan cerdas dan bijak menyikapi keragaman budaya dan
agama. Jangan sampai perbedaan agama dijadikan sebagai
bahan saling ejek.
Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an, Allah swt
berfirman:

ْ َ َ َّ ‫الل َف َي ُس ُّب ْوا‬


َّ َ ُ ْ َ َ َّ ْ ُ َ َ َ
‫الل َع ْد ًوا ِبغ ْي ِر ِعل ٍم‬ ُ
ِ ‫وال تس ُّبوا ال ِذين يدعون ِمن دو ِن‬
ْ ُ َ َ َ َ ُ َ ُ ُ َ َ
‫كذ ِل َك َزَّي َّنا ِلك ِ ّل أ َّم ٍة َع َمل ُه ْم ث َّم ِإلى َ ِّرب ِهم َّم ْر ِج ُع ُه ْم ف ُين ِّب ُئ ُهم ِب َما كانوا‬
َ ُ
)801 :‫َي ْع َملون (األنعام‬

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan


yang mereka sembah selain Allah, kerena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap
umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian
kepada Tuhan, tempat kembali mereka, lalu Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
kerjakan.” (Q.S. al-An’am: 108)
Sejarah dan budaya bangsa Indonesia memberi
pelajaran amat berharga, betapa perbedaan, pertentangan,
dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang mengantar
kita ke gerbang kemerdekaan. Melalui perdebatan tersebut,
kita banyak belajar bagaimana toleransi dan keterbukaan

115
Khutbah Jumat Kontemporer

para pendiri Republik Indonesia. Melalui pertukaran


pikiran tersebut, kita bisa berkaca betapa kuat keinginan
para pemimpin bangsa waktu itu untuk bersatu di dalam
satu identitas kebangsaan sehingga perbedaan-perbedaan
tidak menjadi persoalan.
Sudah sepatutnya, perbedaan tidak dibenturkan
sebagai titik awal perpecahan, akan tetapi sebaliknya,
perbedaan harus dipandang sebagai titik pijak untuk saling
belajar dan mengenal. Demikian halnya perbedaan agama
dan budaya. Dengan harapan, keragaman agama dan budaya
akan menjadi salah satu modal sosial untuk menatap masa
depan Indonesia yang semakin makmur, adil, dan beradab.
Semoga langkah kita senantiasa dalam bimbingan-
Nya. Amin ya rabbal ‘alamin.

ُ ََ ْ ْ َُ ُ ‫َبا َر َك‬
‫ َونف َع ِن ْي َوِإ َّيك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِمن‬،‫هللا ِل ْي َولك ْم ِفي ال ُق ْر ِآن ال َع ِظ ْي ِم‬
َ َ ُ ُ ‫ َو َت َق َّب َل‬،‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‬
‫هللا ِم ِ ّني َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬
ّ َ َ
ِ ِ ِ ِ ‫ات و‬ ِ ‫اآلي‬
َ ُ
ْ ّ َ ْ َ ُ ْ َ ُ ْ َّ
َّ ‫اغ ِف ْر َوا ْر َح ْم َوأ ْن َت ُخ ْي ُر‬ ْ
.‫الر ِاح ِم ْي َن‬ ‫ وقل رِبي‬،‫الس ِميع الع ِليم‬

***

116
‫‪14‬‬ ‫‪HOAX DAN‬‬
‫‪KEADABAN PUBLIK‬‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ْ ُ َّ َّ‬
‫ل ال ِذي َوف َق ِب َر ْح َم ِت ِه َم ْن ش َاء ِم ْن ِع َب ِاد ِه‪،‬‬ ‫ل‪ ،‬الحمد ِ ِ‬ ‫الحمد ِ ِ‬
‫ات‪،‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َف َع َر ُف ْوا َأ ْق َد َار َم َواسم ال َخ ْي َرات‪َ ،‬و َع َّم ُر ْو َ‬
‫ْ‬
‫الكث ِار ِمن الطاع ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُْ‬
‫وخدل من شاء ِب ِحكم ِت ِه‪ ،‬فع ِميت ِمنهم القلوب والبصا ِئر‪ ،‬وفرطوا‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ِفى ِتل َك ال َو ِاس ِم ف َب ُاء ْوا ِبالخ َسا ِئ ِر‪.‬‬
‫َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َأ ْش َه ُد َأ ْن َل إ َل َه إ َّل ُ‬
‫هللا َو ْح َد ُه لش ِرْي َك ل ُه ال َع ِزْي ُز ال َح ِك ْي ُم‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ‬
‫اط ِن‬ ‫اس ِبطاع ِة رِب ِه ِفى البو ِ‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أقوم َالن ِ‬
‫َ‬ ‫َّ َ‬
‫ص َح ِاب ِه َو َسل َم ت ْس ِل ْي ًما ك ِث ْي ًرا‪،‬‬ ‫هللا َع َل ْيه َو َع َلى آله َوأ ْ‬ ‫ص َّلى ُ‬ ‫الظ َواهر‪َ ،‬‬ ‫َ َّ‬
‫و‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ‬ ‫هللا‪ُ ،‬أ ْو َ ْ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ْالُ ْسل ُم ْو َن َحف َظ ُك ُم ُ‬
‫�ص ْي نف ِ�س ْي وِإياكم بتقوى ِ‬
‫هللا‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َق ْد َف َاز ْالُ َّت ُق ْون‪ .‬ق َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ال هللا تعالى ِفي ِكت ِاب ِه الك ِري ِم‪ ،‬يا أ ُّي َها ال ِذين َآمنوا‬
‫َ‬ ‫َ َ ُ َّ َ‬ ‫َُ‬ ‫َّات ُقوا َّ َ‬
‫الل َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُموت َّن ِإل َوأ ُنتم ُّم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪117‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

Hadirin, jama’ah shalat Jumat hafidhakumullah.


Puji syukur hanyalah milik Allah, Dzat yang telah
memberikan nikmat iman, Islam, dan kesehatan bagi kita
semua. Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada
Baginda Nabi Muhammad saw, panutan hidup terbaik bagi
umat manusia.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan kualitas
ketakwaan kepada Allah ta’ala, yakni dengan cara senantiasa
menjalankan perintah-Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan
kemajuan teknologi informasi dan media, masyarakat
dihadapkan pada sejumlah tantangan. Berita dengan
berbagai muatan pesan dapat dengan mudah diproduksi dan
disebarkan. Bahkan melalui jejaring media sosial, sebaran
berita tersebut dapat leluasa menjangkau berbagai elemen
masyarakat. Sudah barang tentu, jika informasi tersebut
bermuatan pesan positif, khalayak sangatlah diuntungkan.
Hanya saja, jika pesan yang disebarkan berupa hal-hal yang
negatif, pasti masyarakatlah yang akan dirugikan. Sebagai
misal adalah berita bohong (hoax), ujaran kebencian (hate
speech), dan radikalisme agama.
Sebagaimana temuan hasil survei Pusat Pengkajian
Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang dirilis pada awal November 2017 menunjukkan
bahwa intoleransi dan radikalisme di kalangan generasi
muda cukup mengkhawatirkan. Dari sejumlah responden
yang terdiri dari 1522 siswa dan 337 mahasiswa, terdapat
opini radikal 58,5 persen, opini intoleransi internal 51,1

118
Hoax dan Keadaban Publik

persen, dan opini intoleran eksternal 34,3 persen.


Tabel: Sumber Pengetahuan Agama Generasi Muda

Sumber: Hasil Survei Nasional PPIM UIN Syarif Jakarta 2017

Survei yang dilakukan secara nasional di 34 provinsi


tersebut juga menemukan bahwa anak-anak muda gemar
mencari sumber pengetahuan agama melalui internet, mulai
dari blog, website, dan media sosial lainnya. Hal ini terlihat
dari angka 54,87 persen rujukan generasi muda mencari
pengetahuan agama adalah internet. 48,57 persen melalui
buku atau kitab, dan 33,73 persen dari channel televisi.
Data ini mengisyaratkan bahwa sudah seharusnya,
masyarakat muslim Indonesia yang dikenal dengan nilai
moderasi dan toleransi tergugah hatinya untuk bersama-
sama menyebarkan pesan damai yang menjadi ruh
agama Islam. Baik melalui jejaring media sosial, institusi
pendidikan, maupun pengajian di mimbar-mimbar masjid.
Jangan sampai masyarakat lengah, sehingga budaya moderat
dan toleran terkikis dari jiwa generasi penerus bangsa.
Dari titik inilah, penting kiranya, kita kembali menengok
ulang ajaran-ajaran agama terkait dengan etika dan norma
keadaban publik.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan Allah
‘azza wajalla.
Salah satu ajaran dasar Islam adalah membimbing
pemeluknya untuk tidak berbuat buruk bagi sesama.

119
Khutbah Jumat Kontemporer

Sebagaimana ditegaskan oleh Nabi Muhammad saw, seorang


muslim adalah mereka yang tidak merugikan orang lain, baik
melalui perkataan maupun perbuatannya. Dalam sebuah
hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari
(194-256 H) ditegaskan bahwa ukuran kualitas keislaman
seseorang dapat dilihat dari sikap dan perilakunya, yakni
apakah ia mudah menyakiti sesama muslim dengan lisan
dan tangannya atau tidak.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam riwayat:

َّ َ َّ َ َ
‫صلى هللا َعل ْي ِه َو َسل َم‬ ‫�ض َي هللا َع ْن ُه قا َل َس ِم ْع ُت َر ُسو َل هللا‬ َ َ ْ َ
ِ ‫عن ج ِاب ٍر ر‬
َ ُْ ُْ
)‫َي ُق ْو ُل ال ْس ِل ُم َم ْن َس ِل َم ال ْس ِل ُمون ِم ْن ِل َسا ِن ِه َو َي ِد ِه (رواه البخاري‬

Artinya: Dari Shahabat Jabir ra, saya mendengar


Rasulullah saw bersabda: “Seorang muslim adalah seseorang
yang orang muslim lain merasa aman (tidak terganggu) dari
lisan dan tangannya.” (H.R. al-Bukhari)

“Salah satu upaya mensyukuri kesatuan Indonesia


adalah dengan mempertahankan dan memelihara
kemajemukan bangsa dengan mengembangkan budaya
siap hidup berdampingan secara damai dengan seluruh
kelompok bangsa dari pelbagai agama, suku, bahasa,
dan budaya, serta menyelesaikan segala masalah
dengan semangat musyawarah dan penuh toleransi”

(Prof. Dr. Din Syamsuddin, 1958-)

120
Hoax dan Keadaban Publik

Lebih lanjut, Imam Badr al-Din al-‘Aini (885 H) dalam


kitab ‘Umdah al-Qari, syarah dari kitab Shahih al-Bukhari
menjelaskan bahwa hadis di atas memberi penegasan
bahwa perilaku tidak menyakiti kepada sesama muslim
merupakan bagian integral dari keimanan seseorang. Dalam
artian, kuat lemahnya iman di lubuk hati dapat dilihat
dari apakah ia terbiasa menyakiti orang lain, baik melalui
perkataannya maupun melalui perbuatannya.
Dalam konteks kekinian, ajaran ini sangat relevan
sekali untuk diteguhkan kembali, terlebih untuk
meminimalisasi sebaran ujian kebencian dan tindak
kekerasan yang mengatas namakan agama. Masyarakat
muslim harus sadar dan dapat menahan diri untuk tidak
terseret dalam arus sebaran kebencian dan radikalisme.
Lebih dari itu, diharapkan juga mampu berperan aktif untuk
memerangi maraknya radikalisme dan ekstrimisme.
Seruncing dan serumit apapun perbedaan yang ada,
harus diselesaikan secara beradab sebagaimana telah
diajarkan oleh agama. Bukan malah sebaliknya. Perbedaan
yang sudah menjadi sunnatullah harus dipahami sebagai
titik pijak untuk saling mengenal dan saling menasehati.
Bukan untuk saling mencaci dan mendengki.
Hal ini sebagaimana telah diwasiatkan oleh Nabi
Muhammad saw dalam banyak redaksi hadis. Salah satunya
ialah:
َ ‫الل صلى هللا عليه وسلم َال َت َح‬ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
‫اس ُدوا‬ ِ ‫ال َرسول‬ ‫عن أ ِبى هريرة قال ق‬
َ‫اج ُشوا َو ُك ُونوا ع َباد‬
َ ‫ضوا َو َال َت َج َّس ُسوا َوال ت َح َّس ُسوا َوال تن‬
َ َ َ َ َ َ ََ َ َ
ُ ‫اغ‬ ‫وال تب‬
ِ
ْ َّ
)‫الل ِإخ َو ًانا (رواه مسلم‬ ِ

121
Khutbah Jumat Kontemporer

“Pemahaman, pengalaman, dan metode


dakwah ulama Nusantara, sejauh ini, telah
memberikan kesan yang baik, yaitu Islam yang
tampil dengan wajah sumringah dan tidak
pongah, toleran tapi tidak plin-plan, serta
permai nan damai”
(KH. Afifuddin Muhajir, Katib Syuriah PBNU)

Artinya: Dari shahabat Abi Hurairah ra, berkata


Rasulullah saw: “Janganlah kalian saling mendengki, saling
membenci, saling memata-matai, dan saling bersaing dalam
penawaran jual beli. Adalah kalian semua sebagai hamba-
hamba Allah yang bersaudara.” (H.R. Muslim)
Imam al-Nawawi (676 H) dalam kitab Syarh Muslim
menyatakan bahwa hadis di atas tidak hanya sekedar
melarang umat Islam untuk saling mendengki dan
mencaci, tetapi juga melarang ragam tindakan yang dapat
menyebabkan dan menyulut kedua perilaku buruk tersebut.
Oleh karenanya, tindak kekerasan yang dilakukan oleh
sebagian pihak yang mengatas namakan agama tidaklah
dapat dibenarkan.
Hadirin, sidang shalat Jumat yang dimuliakan
Allah ta’ala.
Mendakwahkan ajaran agama kepada orang lain
adalah tindakan mulia. Namun perlu dipahami bahwa agama
juga telah mengajarkan bagaimana etika berdakwah. Jangan
sampai tujuan dan keinginan mulia menyebarkan pesan-
pesan luhur agama berubah menjadi mala petaka bagi
masyarakat. Oleh karenanya, tidak dapat dibenarkan jika

122
Hoax dan Keadaban Publik

dakwah dilakukan dengan cara menebar ujaran kebencian


dan teror kekerasan. Ujaran saling membid’ahkan ataupun
saling mengafirkan adalah salah satu hal yang secara tegas
dilarang oleh Rasulullah saw.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam hadis shahih
yang diriwatkan oleh Imam al-Bukhari (194-256 H) dalam
kitab Shahih al-Bukhari:

َ َ َ َ ‫الل َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َق‬


ُ َّ ‫ص َّلى‬
‫ال َم ْن ك َّف َر أخ ُاه‬ َّ ْ َ َ َ ُ ْ َ
َ ‫النب ّي‬
ِ ِ َ ‫ع ِن اب ِن عمَر عن‬
ََ
)‫فق ْد َب َاء ِب َها أ َح ُد ُه َما (رواه البخاري‬

Artinya: Dari shahabat Ibni Umar ra. dari Nabi


Muhammad saw bersabda: “Barang siapa mengafirkan
saudaranya, maka sungguh telah kafir salah satu di antara
keduanya.” (H.R. al-Bukhari)
Dalam penjabarannya, Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani
(852 H) dalam kitab Fath al-Bari menyatakan bahwa hadis
di atas oleh sebagian ulama dipahami sebagai bentuk
larangan keras terhadap ujaran saling mengafirkan antar
sesama muslim. Sebaliknya, Islam senantiasa mengajarkan
kepada umatnya untuk berdakwah dengan menggunakan
cara yang beradab dan bermartabat. Ajakan kepada jalan
kebenaran harus dilakukan dengan hikmah dan nasihat.
Etika berdakwah ini, salah satunya dapat ditemukan
dalam surat al-Nahl ayat 125:
َّ ْ ْ َ َْ ْ ْ
‫ْاد ُع ِإ ِلى َس ِب ِيل َرِّب َك ِبال ِحك َم ِة َوال ْو ِعظ ِة ال َح َس َن ِة َو َج ِادل ُهم ِبال ِتي ِه َي‬
‫ين‬َ ‫ض َّل َعن َسبيله َو ُه َو َأ ْع َل ُم ب ْالُ ْه َتد‬َ ‫َأ ْح َس ُن إ َّن َ َّب َك ُه َو َأ ْع َل ُم ب َمن‬
‫ِ ر‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
)125 :‫(النحل‬

123
Khutbah Jumat Kontemporer

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu


dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah
dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.” (Q.S. al-Nahl: 125)
Sekali lagi, dari uraian ini, dapat dipahami bahwa
sebaran ujian kebencian dan tindak kekerasan yang
dilakukan oleh sebagian kalangan yang mengatas namakan
agama adalah tindakan yang akan merusak citra kemuliaan
agama itu sendiri. Oleh karenanya, masyarakat dan generasi
muda harus diajak untuk memahami hal ini. Salah satu
langkah sederhananya adalah kita tidak menjadi bagian
dari arus penyebar ujaran kebencian.
Selain itu, dakwah yang sejuk dan santun harus kita
perankan, baik melalui kehidupan keseharian maupun
melalui jejaring media sosial. Internet yang menjadi sumber
pengetahuan agama anak-anak muda harus diisi dengan
pesan dan pemahaman agama yang baik dan benar.
Sebaran berita bohong (hoax), ujaran kebencian (hate
speech), dan radikalisme tidak boleh dibiarkan memenuhi
laman-laman media sosial. Sebaliknya, masyarakat harus
terpanggil untuk berpartisipasi aktif meneguhkan nilai-
nilai moderasi, toleransi, dan saling menghormati antar
sesama anak bangsa. Keragaman suku dan budaya yang
dimiliki oleh Indonesia harus dijadikan sebagai titik tolak
untuk saling berlomba dalam berbuat kebaikan.
Dengan upaya ini, tingginya angka opini radikalisme
dan intoleran yang cukup mengkhawatirkan di kalangan
generasi muda penerus bangsa, sebagaimana dalam hasil
survei di atas, akan segera dapat teratasi.

124
‫‪Hoax dan Keadaban Publik‬‬

‫‪Semoga Allah ta’ala senantiasa membimbing langkah‬‬


‫‪kita. Amin ya rabbal ‘alamin.‬‬

‫َ ْ َ‬ ‫َََ َ َ ُ‬ ‫َْ‬ ‫ُْ‬ ‫َ َ ُ ََ ُ‬


‫ات‬‫با َرك هللا ِل ْي ولك ْم ِف ْي الق ْر ِآن الع ِظ ْي ِم‪ ،‬ونفع ِن ْي وِإ َّياك ْم ِف ْي ِه ِمن اآلي ِ‬
‫ْ‬ ‫الذ ْكر ْال َح ِك ْيم‪َ ،‬و َت َق َّب َل م ّن ْي َوم ْن ُك ْم ِت َل َو َت ُه‪ ،‬إ َّن ُه ُه َو َّ‬
‫الس ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‪.‬‬
‫َ ّ‬
‫و ِ‬
‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َُ ْ َ ّ‬
‫استغ ِف ُر ْو ُه ِإنه ُه َو‬ ‫الراحم ْين‪ ،‬ف ْ‬ ‫ُْ‬ ‫َ َ ْ َ‬
‫وقل ر ِب اغ ِف ْر وا ْرحم وأنت خير َّ ِ ِ‬
‫ْال َغ ُف ْو ُر َّ‬
‫الر ِح ْيم‪.‬‬

‫***‬

‫‪125‬‬
‫‪15‬‬ ‫‪SPIRIT‬‬
‫‪MAULID NABI‬‬

‫ض ِب ِه‬ ‫َا ْل َح ْم ُد َّل َّالذ ْي َأ ْك َر َم َم ْن ا َّت َقى ب َم َح َّبته َو َأ ْو َع َد َم ْن َخ َال َف ُه ب َغ َ‬


‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ ِ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ ِ َ ُ ََّ‬ ‫َ‬
‫َو َعذ ِاب ِه‪ ،‬أشهد أن ل ِاله ِال هللا وحده ل ش ِريك له‪ ،‬وأشهد أن‬
‫ْ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ ّ ْ‬
‫الد ْي ِن ال َح ِ ّق ِل ُيظ ِه َر ُه‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أرسله ِبالهدى و ِ‬
‫ََ ّ ُّ‬
‫الد ْي ِن ك ِل ِه‪،‬‬‫على ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َا َّلل ُه َّم َ‬
‫ص ِ ّل َو َس ِل ْم َعلى َس ِّي ِدنا َو َح ِب ْي َب َنا َوش ِف ْي ِع َنا َوق َّر ِة أ ْع ُي ِن َنا ُم َح َّم ٍد‬
‫َّ‬
‫ص ْح ِب ِه ال ِذ ْي َن َج َاه ُد ْوا ِف ْي َس ِب ْي ِل ِه‪،‬‬ ‫َر ُس ْول هللا َو َخ ْير َخ ْلقه‪َ ،‬و َع َلى َأله َو َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َ ُ َّ َ ْ‬ ‫َُ‬ ‫َف َيا َا ُّي َها ْال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َولت ُم ْوت َّن ِال َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ُم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan‬‬


‫‪oleh Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah‬‬
‫‪swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.‬‬
‫‪Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi‬‬

‫‪126‬‬
Spirit Maulid Nabi

Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam


semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Di salah satu sudut pasar kota Madinah, ada seorang
pengemis buta yang selalu berseru untuk menjauhi
Muhammad. Pengemis itu tak henti-hentinya mengatakan
bahwa Muhammad adalah orang gila dan seorang penyihir.
Hampir tiap hari, pengemis buta ini ditemani
dan disuapi oleh orang yang lemah lembut dan sabar
mendengarkan hinaan dan cacian yang tak henti-hentinya.
Akan tetapi orang tersebut hanya diam saat teriakan dan
makian itu keluar dari mulut pengemis itu. Dan ia terus
menyuapi sampai pengemis itu merasa kenyang.
Sampai pada suatu hari, si pengemis Yahudi buta tidak
lagi ditemani lagi oleh orang yang menyuapinya. Kemudian
datanglah orang lain yang membawakan nasi bungkus
untuknya dan menawarkan diri untuk menyuapinya.
Orang yang menawarkan diri untuk menyuapi
pengemis buta itu tak lain adalah Abu Bakar al-Shidiq. Saat
menyuapinya, hati dan kepala Abu Bakar mendidih saat
mendengar makian dan cacian yang ditujukan kepada Nabi
Muhamad saw. Selama ini pengemis buta itu tidak sadar
siapa sebenarnya yang menemani dan menyuapinya tiap
hari.
Namun ada sesuatu yang berbeda menurut pengemis
itu, tangan yang menyuapinya dirasakan bukanlah

127
Khutbah Jumat Kontemporer

tangan yang seperti orang biasanya. Lalu Abu Bakar al-


Shidiq mengatakan bahwa pemilik tangan yang biasanya
menyuapinya bernama Muhammad. Si pengemis buta
tersentak kaget dan tersadar, betapa orang yang selama ini
ia hinakan justru memperlakukannya dengan lemah lembut
dan penuh kasih sayang. Dan pada akhirnya si pengemis
buta itu mengucapkan dua kalimah syahadat.
Hadirin, jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah
ta’ala.
Kisah di atas adalah salah satu dari gambaran
sederhana dari keteladanan Nabi Muhammad saw.
Sebuah keteladanan yang menjadi rujukan umat manusia
di manapun berada. Di era sekarang ini, kian langka
keteladanan yang mampu menginspirasi umat. Bahkan,
justeru kita kian miris mendengarkan kisah yang bertolak
belakang dengan nilai-nilai kasih sayang yang diajarkan
Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, kita merasa rindu
akan sifat-sifat mulia itu. Salah satunya adalah cara dakwah
yang santun, sabar, dan komunikatif, sehingga orang yang
sebelumnya menghina dan menentang, justeru berbalik
arah, membela dan mengikutinya.
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, umat Islam di seluruh
dunia memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw.
Peringatan ini tak lain adalah bertujuan untuk mengingat
kembali jejak kehidupan dan perjuangan Rasulullah saw,
sejak lahir hingga beliau diutus menjadi Rasul untuk
menjadi rahmat bagi alam semesta. Hal ini sebagaimana
ditegaskan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya:
َ ّْ ً َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َ
)107 :‫اك ِإال َر ْح َمة ِلل َع ِال َين (األنبياء‬ ‫وما أرسلن‬

128
Spirit Maulid Nabi

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau


(Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh
alam.” (Q.S. al-Anbiya’: 107)
Perayaan Maulid Nabi tersebut sudah menjadi
budaya umat Islam pada umumnya. Peringatan Maulid ini
merupakan ungkapan kegembiraan umat Islam terhadap
Nabinya yang telah menuntun ke jalan kebenaran melalui
ajaran-ajaran Islam. Selain menjadi momentum untuk
selalu mengingat dan mengontekstualisasikan keteladanan
baginda Nabi, sudah barang tentu ekspresi kecintaan
tersebut adalah sebuah kebaikan tersendiri.
Bahkan Abu Lahab, paman Nabi yang selalu
menentang dan menghalang-halangi dalam dakwah Islam,
suatu saat pernah menyampaikan berita gembira tentang
kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu. Abu Lahab pun
memerdekakan seorang budak sebagai tanda suka cita.
Dan karena kegembiraannya, siksa atas dirinya diringankan
setiap hari Senin tiba.
Nabi lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah.
Dinamakan tahun Gajah karena kelahiran Nabi bertepatan
dengan pasukan Abrahah yang ingin menghancurkan
Ka’bah, namun dalam serangannya itu digagalkan oleh
sekelompok burung atas perintah Allah swt.
Peringatan hari lahir Nabi Muhammad saw dirayakan
dengan berbagai cara oleh umat Islam di Indonesia.
Beragam cara dalam merayakannya sesuai dengan ciri khas
daerahnya masing-masing. Umumnya adalah menggelar
pengajian di masjid-masjid, menggelar lomba yang
berhubungan dengan Islam, seperti lomba baca al-Qur’an,
lomba adzan, ceramah, hingga lomba qasidah. Kesemuanya
adalah sebagai wujud rasa bersuka cita dalam merayakan
Maulid Nabi Muhamamad saw.

129
Khutbah Jumat Kontemporer

Hadirin, jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah


ta’ala.
Makna perayaan Maulid Nabi saw adalah meneladani
sikap dan perbuatan, terutama akhlak mulia nan agung
dari baginda Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw
memiliki akhlak sangat mulia. Nabi memiliki sifat shiddiq
(benar), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas),
dan tabligh (menyampaikan). Oleh karena itu, tidak aneh
jika al-Qur’an menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw
adalah suri tauladan terbaik bagi orang-orang yang hendak
menginginkan ridha-Nya. Sebagaimana firman Allah swt:

ْ َ َّ ُ ْ َ َ َ َ ّ ٌ َ َ َ ٌ َ ْ ُ َّ َُ َ َ ْ ََ
‫الل َوال َي ْو َم‬ ‫الل أسوة حسنة ِلن كان يرجو‬ ُ
ِ ‫لقد كان لك ْم ِفي َرسو ِل‬
َ َ َّ َ َ َ َ َ
)21( ‫الل ك ِث ًيرا‬ ‫اآلخر وذكر‬ِ
Artinya: “Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang
mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari Kiamat
dan yang banyak mengingat Allah.” (Q.S. al-Ahzab: 21)
Ayat di atas jelas sekali menunjukkan bahwa suri
tauladan umat manusia adalah Nabi Muhammad saw.
Seluruh perbuatan Nabi sesungguhnya tercermin dalam
setiap langkah dan perbuatannya. Baik dalam urusan
beribadah kepada Allah, urusan dengan sesama makhluk,
urusan mengatur masyarakat, hingga urusan rumah tangga.
Sikap dan tindakan keseharian Nabi adalah bentuk nyata
dari ajaran-ajaran mulia al-Qur’an. Hal ini sebagaimana
diakui oleh Sayidah Aisyah ra, salah satu istri Rasulullah
saw, bahwa akhlak Rasulullah tidak lain adalah perwujudan
nilai-nilai luhur al-Qur’an.

130
Spirit Maulid Nabi

Dakwah Nabi memiliki peran yang strategis dalam


mensyiarkan agama Islam di tengah masyarakat jahiliyah
pada masa itu. Dalam sejarahnya, dakwah Nabi Muhammad
saw menunjukkan tentang sifat istimewa beliau. Sifat
istimewa Nabi tersebut tampak dalam menjalankan
amanahnya. Di antaranya adalah sifat ikhlas, sabar, dan
penuh kasih sayang.
Dalam berdakwah, Rasulullah saw mendahulukan
prinsip kasih sayang, karena beliau diutus ke muka bumi ini
sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebab, dengan cara ini,
metode dakwah lebih berjalan efektif untuk memberikan
kesadaran umat. Sebab, sejatinya dakwah adalah menyeru
dan mengajak umat manusia untuk menjadi lebih baik.
Bukan menakut-nakuti mereka dengan berbagai ancaman.
Allah ta’ala berfirman:

َّ ْ ْ َ َْ ْ ْ
‫ْاد ُع ِإ ِلى َس ِب ِيل َرِّب َك ِبال ِحك َم ِة َوال ْو ِعظ ِة ال َح َس َن ِة َو َج ِادل ُهم ِبال ِتي ِه َي‬
‫ين‬َ ‫ض َّل َعن َسبيله َو ُه َو َأ ْع َل ُم ب ْالُ ْه َتد‬َ ‫َأ ْح َس ُن إ َّن َ َّب َك ُه َو َأ ْع َل ُم ب َمن‬
‫ِ ر‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
)125 :‫(النحل‬

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu


dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah
dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.” (Q.S. al-Nahl: 125)
Ayat di atas merupakan dasar berdakwah dengan
menggunakan hikmah dan kebijakan. Antara lisan dan
perbuatan harus seirama dan tidak bertolak belakang.
Islam tidak mengajarkan dakwah yang kasar karena justeru

131
Khutbah Jumat Kontemporer

“Dakwah bukanlah penyampaian


semata, tetapi moralitas dan perilaku”
(Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA., 1952-2016)

akan bertolak belakang dengan esensi dan tujuan dakwah.


Lemah lembut merupakan salah satu akhlak yang diajarkan
oleh Islam. Sebagaimana termaktub dalam hadis shahih
yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud (202-275 H)
dalam kitab Sunan Abi Dawud:

َّ َ َّ َ ُ ْ ُ َ ‫َع ْن َعائ َشة َر�ض َي هللا َع ْن َها َق‬


‫صلى هللا َعل ْي ِه َو َسل َم َيا‬ ِ ‫ال َرسول‬
‫هللا‬ ِ ِ
َّ ُّ َ ْ َ ْ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ّْ َ َ ْ َ ْ ََ َ َ
‫الرفق لم يكن ِفي �شي ٍء قط ِإل‬ ِ ‫الرفق فإن‬َِّ ‫عا ِئشة علي ِك ِبتقوى هللا ُّو‬
َ َ َ َ ْ َ ُ ََ ََُ
)‫�ش ْي ٍء قط ِإل شان ُه (رواه أبو داود‬ ‫ وما ن ِزع ِمن‬،‫زانه‬

Artinya: Diriwayatkan dari Sayidah ‘Aisyah ra,


Rasulullah saw berkata: “Wahai ‘Aisyah, bertakwalah
kepada Allah dan bersikaplah lemah lembut. Sesungguhnya
lemah lembut tidak berada pada sesuatu perkara kecuali
menghiasinya. Dan tidaklah tercabut darinya, kecuali akan
membuat sesuatu itu menjadi buruk.” (H.R. Abu Dawud)
Hadirin, hafidhakumullah.
Karakter dan kepribadian Nabi Muhammad saw tak
diragukan lagi. Nabi merupakan sosok ideal yang menjadi
panutan atau suri tauladan dalam lisan dan perbuatan, tak
terkecuali dalam mensyiarkan kebenaran Islam. Dengan

132
Spirit Maulid Nabi

sikapnya yang ramah, lembut dan kasih sayang, Nabi mampu


memikat orang orang di sekitarnya, baik kawan maupun
lawan. Sejarah telah membuktikan kepada dunia betapa
Rasulullah saw selalu berhasil menaklukkan lawan bicara
dan akhirnya mereka tertarik serta masuk Islam dengan
penuh kesadaran.
Keberhasilan dakwah Rasulullah dengan
menggunakan akhlak yang mulia, bukan pemaksaan dan
kekerasan kepada obyek dakwah pada masa itu. Dalam
konteks sekarang, di mana perkembangan teknologi dan
komunikasi kian pesat, objek dan tantangan dakwahpun
juga kian kompleks, sehingga para penggiat dakwah harus
mampu beradaptasi dengan bebagai perubahan yang ada.
Derasnya arus informasi menuntut kita lebih giat
menyuarakan kebenaran dan waspada atas berbagai efek
negatif era global. Teknologi ibaratnya sebuah pisau tajam,
bisa memberikan manfaat bagi penggunanya dan pun bisa
memberikan mudharat jika tidak dimanfaatkan secara baik.
Berapa banyak orang yang menggunakan media untuk
menebarkan kebencian, adu domba dan memprovokasi
umat. Belum lagi maraknya berita bohong (hoax) yang
bertebaran di mana-mana.
Dan kemudian fenomena yang akhir-akhir ini terjadi
di sekitar kita adalah maraknya gerakan radikalisme
dan terorisme atas nama agama. Media sosial dan
kemajuan teknologi menjadi salah satu piranti dakwah
bagi kelompok Islam radikal. Dalam berdakwah, meraka
bukan mengedepankan toleransi dan kasih sayang, akan
tetapi malah menggunkan cara-cara yang provokatif dan
menyerang sana sini karena dianggap tidak sesuai dengan
tuntunan Islam.

133
Khutbah Jumat Kontemporer

Di sinilah relevansi sikap Rasulullah harus diteladani.


Sikap Rasulullah saw dalam memperlakukan musuh harus
kita jadikan rujukan dalam dakwah era global. Demi
keharmonisan dan keutuhan umat Islam dan umat beragama
lain, dakwah persuasif yang mendahulukan keluhuran budi
pekerti mesti kita tonjolkan. Jangan sampai umat terkoyak-
koyak dengan berbagai hasutan yang mengarah pada
kebencian dan permusuhan. Apa jadinya bangsa ini jika
umat beragama hidup dalam ketidak harmonisan.
Oleh karena itu, momentum peringatan Maulid
Nabi Muhammad saw harus dapat dijadikan titik pijak
untuk meneguhkan kembali komitmen untuk senantiasa
mencontoh perilaku Nabi.
Semoga Allah ta’ala senantiasa membimbing langkah
kita. Amin ya rabbal ’alamin.

ُ ََ َْ َ ْ َُ
‫ َونف َع ِن ْي َوِإ َّياك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬،‫هللا ِل ْي َولك ْم ِف ْي ال ُق ْرأ ِن الك ِرْي ِم‬
ُ ‫َبا َر َك‬
َ َ ُ ُ ‫ َو َت َق َّب َل‬،‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‬ ّ َ ََ ْ
‫هللا ِم ِ ّن ْي َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ِ ِ ِ ِ ‫ات و‬ ِ ‫الي‬
ُ َ ْ ُ ُ َّ
َّ ‫استغ ِف ُر ْو ُه إنه ه َو الغف ْو ُر‬ ْ َ ْ
ْ ‫ َو‬،‫السم ْي ُع ال َعل ْيم‬
.‫الر ِح ْي ُم‬ ِ ِ ِ ِ
َّ

134
‫‪16‬‬ ‫‪MENGHINDARKAN‬‬
‫‪DIRIDARI PRILAKU‬‬
‫‪KORUPTIF‬‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ْ ُ َّ َّ‬
‫ل ال ِذي َوف َق ِب َر ْح َم ِت ِه َم ْن ش َاء ِم ْن ِع َب ِاد ِه‪،‬‬ ‫ل‪ ،‬الحمد ِ ِ‬ ‫الحمد ِ ِ‬
‫ات‪،‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َف َع َر ُف ْوا َأ ْق َد َار َم َواسم ال َخ ْي َرات‪َ ،‬و َع َّم ُر ْو َ‬
‫ْ‬
‫الكث ِار ِمن الطاع ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُْ‬
‫وخدل من شاء ِب ِحكم ِت ِه‪ ،‬فع ِميت ِمنهم القلوب والبصا ِئر‪ ،‬وفرطوا‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ِفى ِتل َك ال َو ِاس ِم ف َب ُاء ْوا ِبالخ َسا ِئ ِر‪.‬‬
‫َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َأ ْش َه ُد َأ ْن َل إ َل َه إ َّل ُ‬
‫هللا َو ْح َد ُه لش ِرْي َك ل ُه ال َع ِزْي ُز ال َح ِك ْي ُم‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ‬
‫اط ِن‬ ‫اس ِبطاع ِة رِب ِه ِفى البو ِ‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أقوم َالن ِ‬
‫َ‬ ‫َّ َ‬
‫ص َح ِاب ِه َو َسل َم ت ْس ِل ْي ًما ك ِث ْي ًرا‪،‬‬ ‫هللا َع َل ْيه َو َع َلى آله َوأ ْ‬ ‫ص َّلى ُ‬ ‫الظ َواهر‪َ ،‬‬ ‫َ َّ‬
‫و‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ‬ ‫هللا‪ُ ،‬أ ْو َ ْ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ْالُ ْسل ُم ْو َن َحف َظ ُك ُم ُ‬
‫�ص ْي نف ِ�س ْي وِإياكم بتقوى ِ‬
‫هللا‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َق ْد َف َاز ْالُ َّت ُق ْون‪ .‬ق َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ال هللا تعالى ِفي ِكت ِاب ِه الك ِري ِم‪ ،‬يا أ ُّي َها ال ِذين َآمنوا‬
‫َ‬ ‫َ َ ُ َّ َ‬ ‫َُ‬ ‫َّات ُقوا َّ َ‬
‫الل َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُموت َّن ِإل َوأ ُنتم ُّم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪135‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

“Sebagai makhluk sosial dalam komunitas


berbangsa, umat Islam dituntut memberikan
manfaat kepada orang lain dalam kerangka
ibadah sosial dan membangun bumi dalam
arti mengelola, mengembangkan, dan
melestarikannya”
(KH. Sahal Mahfudh, 1937-2014)

Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan


oleh Allah ta’ala.
Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah
swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.
Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi
Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam
semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah.
Tanggal 9 Desember adalah hari yang ditetapkan oleh
PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) sebagai hari antikorupsi
sedunia. Resonansi antirasuah internasional ini penting
didengungkan tidak lain karena korupsi adalah perilaku
yang dapat merusak tatanan hidup bermasyarakat. Merujuk
pada hasil konvensi PBB tentang antikorupsi (United Nation
Convention Against Corruption) yang diadakan di Meksiko
pada 2005 bahwa perilaku korupsi adalah kejahatan luar

136
Menghindarkan Diri dari Perilaku Koruptif

biasa (extra ordinary crimes) dan wabah mara bahaya


(common enemy).
Dalam konteks Indonesia, korupsi tidak hanya
berimplikasi pada tersanderanya kesejahteraan rakyat,
akan tetapi juga berpotensi menyulut problem-problem
lain yang lebih kompleks, semisal melemahnya kepercayaan
masyarakat kepada aparatur negara. Hal ini jika tidak
diwaspadai, sangat dimungkinkan menjadi pintu masuk
bagi gerakan-gerakan radikalisme untuk menyulut emosi
masyarakat.
Bila merujuk realitas mutakhir menyoal gerakan
antikorupsi, terutama di Indonesia, maka kita akan
temukan dua poin penting. Pertama, modus operandi
korupsi terus bermetamorfosis dan adaptif. Misalnya,
mulai dari teknik operasi bayangan lewat lelang jabatan
dan gratifikasi jasa, money laundring melalui sumbangan
amal, hingga sandi komunikasi korupsi semisal penggunaan
pesan-pesan agamis. Kedua, masifnya gerakan antikorupsi
yang dinahkodai Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) menemukan momentum kohesivitas dukungan
dan frekuensi gerakan yang sama tentang pentingnya
pemberantasan korupsi.
Hasil survei Transparency International Indonesia
(TII) yang dirilis pada 22 November 2017 menunjukkan
adanya perubahan positif terkait Indeks Persepsi Korupsi
(IPK) Indonesia. Sebagai misal, di 12 kota dalam dua tahun
terakhir menunjukkan rata-rata kota mencapai poin 60,8.
Angka tersebut meningkat bila dibandingkan tahun 2015
yakni 54,7 poin. Skala pengukuran yang digunakan (TII)
dalam survei kali ini, yaitu 0 berarti paling korup dan 100
berarti paling bersih. Hal ini terjadi lantaran terdapat
banyak peningkatan di sektor pelayanan publik, baik
dari sisi reformasi regulasi maupun birokrasi di 12 kota

137
Khutbah Jumat Kontemporer

yakni Jakarta Utara, Pontianak, Pekanbaru, Balikpapan,


Banjarmasin, Padang, Manado, Surabaya, Semarang,
Bandung, Makassar, dan Medan.
Meskipun sudah mengalami kemajuan, akan tetapi
gaung antikorupsi masih sangat perlu untuk digalakkan.
Karena meskipun terkikis, angka tingkat korupsi di Indonesia
masih tinggi. Lantas dari mana kita mengupayakannya?
Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, bagaimana
seharusnya nilai-nilai agama dimaksimalkan guna
menopang gerakan antikorupsi?
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan Allah
ta’ala.
Menilik serangkaian peristiwa korupsi dengan
beragam modus operandi di atas, setidaknya ada dua
bentuknya, yakni korupsi sistemik dan nonsistemik.
Korupsi sistemik merupakan perilaku suap atau gratifikasi
yang dilakukan dengan memanfaatkan kekuasaan dan
birokrasi pemerintahan. Di masa Rasul, seorang petugas
penarik zakat di daerah Bani Sulaim bernama Abdullah Ibn
al-Lutbiyyah dinyatakan korupsi karena menerima hadiah
dari warga Bani Sulaim.
Mengetahui perilaku Ibn al-Lutbiyyah, Rasul pun
langsung bersabda di hadapan para sahabat bahwa tidak
patut dan layak seorang pejabat negara menerima hadiah
(gratifikasi) dari masyarakat. Nabi bahkan mewacanakan
bentuk-bentuk korupsi sistemik lainnya seperti pengambilan
uang di luar gaji resmi, penggelapan hasil pekerjaan atau
kekayaan negara (money laundring), dan penguasaan lahan
secara tidak sah.
Hal ini sebagaimana terdapat dalam ayat berikut:

138
Menghindarkan Diri dari Perilaku Koruptif
ُ َ َ ‫ين َآم ُن ْوا َال َت ْأ ُك ُل ْوا َأ ْم َو َال ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ب ْال‬
َ ‫َيا َأ ُّي َها َّالذ‬
‫اط ِل ِإ َّال أن َتكو َن‬ ‫ب‬
ِ ِ ِ
ُ َ َ ُ ُ َ ْ ُ ْ َ ُ
َ ‫ت َجا َر ًة َعن ت َراض ّمنك ْم َوال تق ُتلوا أنف َسك ْم إ َّن‬
َ َ
‫هللا كان ِبك ْم َر ِح ًيما‬ ِ ِ ٍ ِ
)2 9:‫(النساء‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah


kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
tidak benar, kecuali dalam perdagangan yang berlaku
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu.” (Q.S. An-Nisa’: 29)
Sedangkan korupsi nonsistemik, merupakan korupsi
yang dilakukan di luar kanal-kanal pemerintahan dan
birokrasi. Diriwayatkan, seorang sahabat bernama Mid’am
atau Kirkirah diperintahkan mengantar harta rampasan
perang namun mati terkena panah musuh atau orang tak
dikenal. Sontak para sahabat menyebut Mid’am syahid dan
akan masuk surga.
Namun di luar dugaan, Nabi yag saat itu berada dalam
majelis bersama para sahabat, tiba-tiba berdiri dan berkata
bahwa Mid’am masuk neraka. Para sahabat yang melakukan
investigasi atas pernyataan Nabi, menemukan fakta bahwa
Mid’am mengambil sebuah mantel dari hasil rampasan
perang. Dalam kisah lain, seorang sahabat yang mendengar
pernyataan Nabi atas Mid’am langsung mengembalikan tali
sepatu yang diambilnya.
Beragam korupsi yang dilakukan koruptor saat
ini, sebenarnya sudah jauh-jauh hari diperangi oleh Nabi
Muhammad saw pada periode Islam awal. Dengan tegas,
Rasulullah saw melarang pengikutnya untuk mendekati
perilaku korup, sekecil apapun itu. Tidak lain, karena
korupsi adalah tindak khianat kepada amanat. Oleh karena

139
Khutbah Jumat Kontemporer

itu, tidak aneh jika dalam sebuah riwayat hadis shahih


dinyatakan bahwa Nabi Muhammad saw melaknat pelaku
suap, baik yang menyuap ataupun yang menerima suap. Hal
ini sebagaimana termaktub dalam kitab Sunan Abi Dawud
karya Imam Abu dawud (202-275 H).

َ ُْ ُ ‫ال َل َع َن َر ُسو‬
َ ‫هللا ْبن َع ْمرو َق‬ َْ ْ َ
‫ا�ش َى َوال ْرت ِ�ش َى (رواه‬
ِ َّ
‫الر‬ ‫هللا‬
ِ ‫ل‬ ٍ ِ ِ ‫عن عب ِد‬
)‫أبو داود‬

Artinya: Diriwayatkan dari sahabat Abdillah bin Amr


ra, beliau berkata, Rasulullah saw melaknat orang yang
menyuap dan orang yang menerima suap. (H.R. Abu Dawud)
Ma’asyiral Muslimin, sidang Jumat yang
dimuliakan Allah ta’ala.
Ada tiga faktor penting yang dapat dijadikan modal
dasar pemberatasan korupsi. Pertama, internalisasi
nilai-nilai keberagamaan. Beragama, bukan persoalan
simbolikum. Keimanan tak bisa dianggap terwakilkan lewat
penggunaan simbol-simbol religiusitas semata, semisal
peci dan koko. Sekalipun tidak salah menggunakan simbol-
simbol tersebut, namun tak sedikit dari kita terjebak

“Seorang Muslim harus aktif melibatkan


diri dalam usaha bersama mengembangkan
masyarakat ke arah yang lebih baik”
(Nurcholish Madjid, 1939-2005)

140
Menghindarkan Diri dari Perilaku Koruptif

“keimanan kemasan”.
Oleh sebab itu, perilaku koruptif bisa dihindari
jikalau setiap pemeluk agama, termasuk Muslim, mampu
mengekstrasi nilai-nilai ajaran agama ke dalam dirinya, dan
mengartikulasikannya menjadi sebentuk perkataan dan
perbuatan baik. Seperti, bersikap zuhud atau menghindari
kehidupan duniawi yang berlebihan serta menjaga
amanah. Ketidaksadaran akan sikap-sikap dasar inilah
yang membuat seseorang tak lagi malu melakukan korupsi.
Oleh karenanya, keimanan harus diejawantahkan ke dalam
kehidupan sehari-hari juga dalam perilaku berbangsa dan
bernegara.
Kedua, memperluas resonansi gerakan antikorupsi
lewat kanal digital. Di awal periode kepemimpinan khalifah
Ummar Bin Khattab, tindakan awal yang dilakukan Umar
adalah membersihkan borok-borok korupsi pejabat
internal. Umar dikenal keras dalam memberantas korupsi.
Ia memerintahkan seluruh pejabat di bawah kekuasaannya
dari hulu hingga hilir untuk melaporkan kekayaan pribadi.
Dalam fase ini, Gubernur Mesir Amru Bin Ash pun
terkena imbas sebab kedapatan memiliki harta di luar
jabatan yang dinilai tidak halal. Harta Amru Bin Ash akhirnya
dikembalikan ke kas negara. Bahkan, istri Khalifah Umar
sendiri pun diminta mengembalikan hadiah dari Kaisar
Romawi Timur kepada Baitul Mal melalui perbendaharaan
negara.
Di masa kini, meskipun metode serupa memang sudah
diadopsi pemerintah Indonesia dalam mencegah tindak
pidana korupsi, namun masifitas dan transparansinya
masih perlu ditingkatkan. Seluruh kekayaan pejabat
negara, sudah seharusnya masuk dalam sistem modern
yang serba digitalisasi. Akses terhadap informasi kekayaan

141
Khutbah Jumat Kontemporer

pejabat negara harus dibuka seluas-luasnya kepada publik


lewat kanal-kanal digital. Poros waga millenial Indonesia
yang tembus 88 juta di tahun ini, sudah seharusnya turut
dilibatkan dalam proses masifikasi gerakan antikorupsi
sekaligus sebagai pengawas, sehingga resonansi gerakannya
bisa dirasakan sampai ke pelosok daerah.
Ketiga, memperkuat kohesivitas kelompok gerakan.
Sebenarnya, Indonesia punya banyak kelompok gerakan
antikorupsi yang secara sukarela berdiri di belakang KPK.
Namun faktor apa saja yang bakal membuat kelompok ini
tak goyah dan kokoh sebagai garda publik dalam gerakan
antirasuah ini, tentu saja di antaranya adalah pendekatan
moralitas-teologis. Pendekatan ini di masa Nabi dan
kekhalifaan pertama, publik dan kelompok kepentingan
diarahkan untuk memahami teks-teks agama sekaligus
mematuhi tokoh utama, yang dalam hal ini adalah Nabi
Muhammad saw dan ajaran Islam terkait larangan-larangan
korupsi.
Dari ketiga langkah ini, masyarakat Muslim Indonesia
memiliki tanggung jawab untuk tergerak dan ambil bagian.
Ajaran-ajaran luhur agama, semisal amanat, adil, pantang
merugikan dan mengambil hak orang lain adalah beberapa
contoh nilai-nilai yang perlu diejawantahkan. Bukan saatnya
lagi, agama hanya dipahami secara simbolik semata. Apalagi,
doktrin agama digunakan untuk menyulut kebencian dan
ketakutan antar sesama.
Semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya. Amin
ya rabbal ‘alamin.

142
‫‪Menghindarkan Diri dari Perilaku Koruptif‬‬

‫َ ْ َ‬ ‫َََ َ َ ُ‬ ‫َْ‬ ‫ُْ‬ ‫َ َ ُ ََ ُ‬


‫ات‬‫با َرك هللا ِل ْي ولك ْم ِف ْي الق ْر ِآن الع ِظ ْي ِم‪ ،‬ونفع ِن ْي وِإ َّياك ْم ِف ْي ِه ِمن اآلي ِ‬
‫ْ‬ ‫الذ ْكر ْال َح ِك ْيم‪َ ،‬و َت َق َّب َل م ّن ْي َوم ْن ُك ْم ِت َل َو َت ُه‪ ،‬إ َّن ُه ُه َو َّ‬
‫الس ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‪.‬‬
‫َ ّ‬
‫و ِ‬
‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫الراحم ْي َن‪ ،‬ف ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َُ ْ َ ّ‬
‫استغ ِف ُر ْو ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ‫ُْ‬ ‫َ َ ْ َ‬
‫وقل ر ِب اغ ِف ْر وا ْرحم وأنت خير َّ ِ ِ‬
‫ْال َغ ُف ْو ُر َّ‬
‫الر ِح ْيم‪.‬‬

‫***‬

‫‪143‬‬
‫‪MENINGKATKAN‬‬
‫‪17‬‬ ‫‪KEMULIAAN AKHLAK‬‬
‫‪GENERASI MILENIAL‬‬

‫ض ِب ِه‬ ‫َا ْل َح ْم ُد َّل َّالذ ْي َأ ْك َر َم َم ْن ا َّت َقى ب َم َح َّبته َو َأ ْو َع َد َم ْن َخ َال َف ُه ب َغ َ‬


‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ ِ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ ِ َ ُ ََّ‬ ‫َ‬
‫َو َعذ ِاب ِه‪ ،‬أشهد أن ل ِاله ِال هللا وحده ل ش ِريك له‪ ،‬وأشهد أن‬
‫ْ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ ّ ْ‬
‫الد ْي ِن ال َح ِ ّق ِل ُيظ ِه َر ُه‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أرسله ِبالهدى و ِ‬
‫ََ ّ ُّ‬
‫الد ْي ِن ك ِل ِه‪،‬‬‫على ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َا َّلل ُه َّم َ‬
‫ص ِ ّل َو َس ِل ْم َعلى َس ِّي ِدنا َو َح ِب ْي ِب َنا َوش ِف ْي ِع َنا َوق َّر ِة أ ْع ُي ِن َنا ُم َح َّم ٍد‬
‫َّ‬
‫ص ْح ِب ِه ال ِذ ْي َن َج َاه ُد ْوا ِف ْي َس ِب ْي ِل ِه‪،‬‬ ‫َر ُس ْول هللا َو َخ ْير َخ ْلقه‪َ ،‬و َع َلى َأله َو َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َ ُ َّ َ ْ‬ ‫َُ‬ ‫َف َيا َا ُّي َها ْال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َولت ُم ْوت َّن ِال َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ُم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan‬‬


‫‪oleh Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah‬‬
‫‪swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.‬‬
‫‪Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi‬‬

‫‪144‬‬
Meningkatkan Kemuliaan Akhlak Generasi Milenial

Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam


semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Dewasa ini banyak orang memperbincangkan generasi
milenial. Generasi milenal adalah generasi yang lahir di
era kemajuan teknologi komunikasi yang semakin pesat.
Mulai dari ia tumbuh, kemajuan teknologi media sudah
menjadi bagian hidupnya. Tak pelak jika, media komunikasi
memengaruhi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
generasi milenial ini. Oleh karena itu, generasi ini memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap teknologi.
Di satu sisi, generasi milenial adalah generasi yang
memiliki keunikan tersendiri, khususnya dalam menerima
dan menstransfer informasi. Hal ini berbeda dengan
generasi-generasi sebelumnya. Rentang usianya generasi
milenial itu, kini di kisaran antara 15–34 tahun. Umumnya
mereka saat ini menginjak remaja dan pemuda.
Pada intinya, generasi milenial adalah generasi
yang dilahirkan dalam konteks masyarakat yang sudah
terkepung oleh kemajuan teknologi media. Karena
karakterisitik generasi ini memang tidak bisa dipisahkan
oleh media, tentu media sosial yang kini tengah booming
menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam sikap dan
perilakunya. Namun perlu memperoleh perhatian, media
sosial pun rentan terhadap ajaran radikalisme, intoleransi,
dan fanatisme. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

145
Khutbah Jumat Kontemporer

generasi milenial merupakan sebuah kelompok yang rentan


terhadap pengaruh ajaran radikalisme dan intoleransi.
Sebagaimana temuan hasil survei Pusat Pengkajian
Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang dirilis pada awal November 2017 menunjukkan bahwa
intoleransi dan radikalisme di kalangan generasi muda
cukup mengkhawatirkan. Dari sejumlah responden yang
terdiri dari 1522 siswa dan 337 mahasiswa, terdapat opini
radikal 58,5 persen, opini intoleransi kepada kelompoknya
sendiri (internal) 51,1 persen, dan opini intoleran kepada
kelompok lain (eksternal) 34,3 persen.
Survei yang dilakukan secara nasional di 34 provinsi
tersebut juga menemukan bahwa anak-anak muda gemar
mencari sumber pengetahuan agama melalui internet, mulai
dari blog, website, dan media sosial lainnya. Hal ini terlihat
dari angka 54,87 persen rujukan generasi muda mencari
pengetahuan agama adalah internet. 48,57 persen melalui
buku atau kitab, dan 33,73 persen dari channel televisi.
Data di atas menunjukkan bahwa banyak dari generasi
milenial belum mampu dalam menyikapi keberagaman
secara arif dan bijaksana. Padahal keberagaman merupakan
realitas sosial yang seharusnya dapat memperkaya sudut
pandang. Bukan sebaliknya untuk saling membenci satu
sama lain.
Hadirin, hafidhakumullah.
Di satu sisi, gerakan radikalisme dan intoleransi di
atas kerapkali berlindung di balik agama, bahkan mereka
menggunakan sosial media untuk menebarkan ajaran-
ajarannya. Kelompok radikal sangat paham bahwa generasi
milenial adalah generasi yang masih memungkinkan
bisa dipengaruhi dengan ajaran radikalisme. Akibatnya,
radikalisme dan intoleransi ini pun menjamur di media
sosial.
146
Meningkatkan Kemuliaan Akhlak Generasi Milenial

“Jika semua orang terus belajar, dan mau


mendengarkan yang lain, maka mereka
akan semakin baik dan menyeluruh dalam
memahami Islam, mereka tidak akan
mereduksi keluasan rahmat Islam”

(KH. A. Mustofa Bisri, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut


Thalibin Rembang)

Misalnya, media sosial digunakan sebagai alat untuk


melakukan ujaran kebencian. Kita miris jika mengamati
berbagai komentar netizen (warga pengguna internet) yang
kerapkali tidak menjunjung nilai etika komunikasi yang
baik. Malah media sosial dijadikan sarana untuk melakukan
ruang ujaran kebencian dan provokasi sana sini.
Perilaku di atas, salah satunya terjadi karena
pemahaman agama yang kurang utuh dan mendalam.
Tren ini sering ditemukan pada generasi yang belajar
agama secara instan dan literalis, sehingga menimbulkan
pemahaman yang dangkal dan radikal.
Banyaknya kelompok-kelompok agama yang
berkarakter demikian menandakan semakin tidak sedikit
orang-orang yang mudah dikader dan direkrut menjadi
bagian dari gerakan radikalisme. Radikalisme, ekstrimisme,
serta ujaran kebencian tentu saja bertentangan dengan
nilai-nilai kasih sayang yang diajarkan agama. Dalam
konteks agama Islam, diajarkan bahwa keberagaman
bukanlah menjadi dalih sebagai pengabsah konflik dan
kekerasan. Akan tetapi, justeru perbedaan harus disikapi
secara bijaksana dan sebagai sarana untuk saling mengenal.

147
Khutbah Jumat Kontemporer

Terkait hal ini, Allah ta’ala berfirman:

َ ُ ُ ْ َ ُ ََ ُ ََ
‫اس ِإ َّنا خل ْق َناكم ِّمن ذك ٍر َوأنثى َو َج َعل َناك ْم ش ُع ًوبا َوق َبا ِئ َل‬ َّ ‫َيا َأ ُّي َها‬
ُ ‫الن‬
َ ٌ َ َ َّ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َّ ُ َ َ َ
:‫يم خ ِب ٌير (الحجرات‬ ‫هللا أتقاكم ِإن هللا ع ِل‬
ِ ‫ِلتعارفوا ِإن أكرمكم ِعند‬
)13

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah


menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh,
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Maha Teliti.” (Q.S. Al- Hujurat: 13)
Ayat di atas memberikan penekanan pada perlunya
untuk saling mengenal. Karena semakin kuat pengenalan
satu pihak kepada selainnya, maka akan semakin terbuka
peluang untuk saling memberi manfaat. Perkenalan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah
dengan cara saling menarik pelajaran dan pengalaman dari
pihak lain.
Di era global yang serba maju ini, tantangan generasi
milenial kian kompleks. Jika mereka tidak membekali
diri dengan pemahaman agama yang benar, mereka akan
mudah dipengaruhi oleh ajakan yang menyesatkan. Oleh
karena itu, generasi milenial perlu membekali diri dengan
pemahaman agama yang baik dan komprehensif agar tidak
mudah dipengaruhi dan direkrut oleh kelompok radikal.
Oleh karena itu, jadilah generasi yang inklusif dan
aktif memberikan bibit kebaikan dan kedamaian. Jangan
menjadi generasi yang aktif memberikan bibit kebencian,

148
Meningkatkan Kemuliaan Akhlak Generasi Milenial

yang berpotensi memicu terjadinya konflik. Untuk itulah,


bijak bermedia sosial perlu diimpelementasikan dalam
keseharian. Santun dalam bertutur kata juga harus
diterapkan. Jangan merasa benar sendiri, karena manusia
itu pada dasarnya makhluk yang berproses, yang bisa
melakukan kesalahan. 
Ma’asyiral Muslimin, jama’ah Jumat yang
dimuliakan Allah ta’ala.
Di negara ini, suatu hal yang tidak dapat kita pungkiri
bersama adalah bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang plural dan multikultural. Baik dari segi suku, ras,
agama, adat-istiadat, dan budaya. Dalam satu suku pun,
masih ada perbedaan dialek bahasa, tata nilai, norma, dan
sebagainya. Demikian halnya dalam beragama, sesama
Muslim pun berbeda-beda pula dalam praktik keagamaan,
penafsiran, dan metode dakwahnya.
Oleh karena itu, sikap inklusif sangat perlu untuk
diejawantahkan. Sikap ini memperoleh dalihnya karena
realitas bangsa ini yang heterogen. Sikap inklusif ini akan
mendorong perbuatan yang terbuka terhadap berbagai
perbedaan di sekitar kita. Tidak mudah menjustifikasi,
menuduh, dan menyesatkan terhadap mereka yang berasal

“Masalah Indonesia, bangsa Muslim terbesar di


muka bumi, tidak mungkin dipecahkan oleh otak-
otak sederhana yang lebih memilih jalan pintas,
kadang-kadang dalam bentuk kekerasan”
(Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, Presiden World Conference on
Religion for Peace)

149
Khutbah Jumat Kontemporer

dari kelompok yang berbeda.


Nabi Muhammad dalam kehidupannya telah
mencontohkan bagaimana hidup rukun dengan umat lain.
Misalnya melalui kesepakatan piagam Madinah. Piagam ini
diwujudkan guna menjamin dan melindungi masing-masing
agama dan kepercayaan yang ada di Madinah pada masa
itu. Nabi Muhammad saw sama sekali tidak menggunakan
pemaksaan dan kekerasan kepada umat lain. Lebih dari
itu, Nabi Muhammad mencontohkan akhlak dan etika yang
luhur dan mulia.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi (384-458 H) dalam
karyanya yang berjudul al-Sunan al-Kubra:

ُ ‫ال َر ُسو‬
َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ َْ ُ َ ْ َ
‫هللا صلى هللا عليه‬
ِ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫�ضى هللا عنه قال‬ ِ ‫عن أبى هريرة ر‬
َ ْ َ َ َ َ َ ّ َ ُ ُ ْ ُ َ َّ ِ
)‫وسلم ِإنما ب ِعثت ألت ِمم مكا ِرم األخال ِق (رواه البيهقي‬

Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, Rasulullah


saw bersabda: “Sungguh, aku diutus tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak mulia.” (H.R. al-Baihaqi)
Oleh karena itu, sudah saatnya generasi milenial
memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap
ajaran agamanya. Menjadi kelompok masyarakat yang
berperhatian terhadap literasi media dan berkontribusi
terhadap tumbuhnya budaya yang saling menghormati dan
terbuka terhadap berbagai keberagaman. Tidak lain karena,
masa depan bangsa ini akan ditentukan oleh generasi
milenial yang kini tengah berproses.
Jika mereka cakap bermedia serta memiliki
pemahaman keagamaan yang baik, maka ruang-ruang
publik dan media sosial akan bertebaran pesan kedamaian
150
Meningkatkan Kemuliaan Akhlak Generasi Milenial

dan persatuan. Sebaliknya jika, kedua sikap tersebut tidak


dimiliki oleh generasi muda, maka keragaman Indonesia
serta NKRI akan terancam.
Oleh karena itu, kemajuan teknologi dan informasi
harus disambut dengan positif, aktif, dan inklusif. Gejala
merebaknya ujaran kebencian dan radikalisme yang
mengatasnamakan agama harus disadari dan ditanggapi
oleh generasi milenial itu sendiri.
Dengan harapan, kita dan anak cucu bangsa Indonesia
kelak dapat menikmati dan menatap Indonesia yang adil,
bermartabat, dan harmonis.
Semoga Allah ta’ala senantiasa membimbing langkah
kita. Amiin ya rabbal’alamin.

ُ ََ َْ َ ْ َُ
‫ َونف َع ِن ْي َوِإ َّياك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬،‫هللا ِل ْي َولك ْم ِف ْي ال ُق ْرأ ِن الك ِرْي ِم‬ ُ ‫َبا َر َك‬
َ َ ُ ُ ‫ َو َت َق َّب َل‬،‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‬ ّ َ ََ ْ
‫هللا ِم ِ ّن ْي َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ِ ِ ِ ِ ‫ات و‬ ِ ‫الي‬
ْ
َّ ‫اس َت ْغ ِف ُر ْو ُه إ َّن ُه ُه َو ال َغ ُف ْو ُر‬ ْ
ْ ‫ َو‬،‫السم ْي ُع ال َعل ْيم‬
.‫الر ِح ْي ُم‬ ِ ِ ِ ِ
َّ

***

151
‫‪SPIRIT‬‬
‫‪18‬‬ ‫‪HARI IBU‬‬

‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ْ ُ َّ َّ‬


‫ل ال ِذي َوف َق ِب َر ْح َم ِت ِه َم ْن ش َاء ِم ْن ِع َب ِاد ِه‪،‬‬ ‫ل‪ ،‬الحمد ِ ِ‬ ‫الحمد ِ ِ‬
‫ات‪،‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َف َع َر ُف ْوا َأ ْق َد َار َم َواسم ال َخ ْي َرات‪َ ،‬و َع َّم ُر ْو َ‬
‫ْ‬
‫الكث ِار ِمن الطاع ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُْ‬
‫وخدل من شاء ِب ِحكم ِت ِه‪ ،‬فع ِميت ِمنهم القلوب والبصا ِئر‪ ،‬وفرطوا‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ِفى ِتل َك ال َو ِاس ِم ف َب ُاء ْوا ِبالخ َسا ِئ ِر‪.‬‬
‫َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َو َأ ْش َه ُد َأ ْن َل إ َل َه إ َّل ُ‬
‫هللا َو ْح َد ُه لش ِرْي َك ل ُه ال َع ِزْي ُز ال َح ِك ْي ُم‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ‬
‫اط ِن‬ ‫اس ِبطاع ِة رِب ِه ِفى البو ِ‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أقوم َالن ِ‬
‫َ‬ ‫َّ َ‬
‫ص َح ِاب ِه َو َسل َم ت ْس ِل ْي ًما ك ِث ْي ًرا‪،‬‬ ‫هللا َع َل ْيه َو َع َلى آله َوأ ْ‬ ‫ص َّلى ُ‬ ‫الظ َواهر‪َ ،‬‬ ‫َ َّ‬
‫و‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ‬ ‫هللا‪ُ ،‬أ ْو َ ْ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ْالُ ْسل ُم ْو َن َحف َظ ُك ُم ُ‬
‫�ص ْي نف ِ�س ْي وِإياكم بتقوى ِ‬
‫هللا‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َق ْد َف َاز ْالُ َّت ُق ْون‪ .‬ق َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ال هللا تعالى ِفي ِكت ِاب ِه الك ِري ِم‪ ،‬يا أ ُّي َها ال ِذين َآمنوا‬
‫َ‬ ‫َ َ ُ َّ َ‬ ‫َُ‬ ‫َّات ُقوا َّ َ‬
‫الل َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُموت َّن ِإل َوأ ُنتم ُّم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪152‬‬
Spirit Hari Ibu

Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan


oleh Allah ta’ala.
Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah
swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat kesehatan jasmani
maupun rohani kepada kita semua. Shalawat teriring salam
semoga tersanjugkan kepada Nabi Muhammad saw, utusan
yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah.
Setiap tanggal 22 Desember, masyarakat Indonesia
memperingati Hari Ibu. Tradisi ini dimulai sejak
dikeluarkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia
No. 316 Tahun 1959 yang ditandatangani oleh Presiden
Ir. Soekarno. Hari Ibu Nasional ini diwujudkan guna
mengenang pahlawan dari kaum perempuan, di antaranya
ialah Martha Cristina Tiahahu (1800-1818), Cut Nyak
Meutia (1870-1910), Maria Walanda Maramis (1872-1924),
Kartini (1879-1904), Dewi Sartika (1884-1947), Nyai
Ahmad Dahlan (1872-1946), Rasuna Said (1910-1965), dan
lain sebagainya.
Hari Ibu merupakan momen bangsa Indonesia untuk
sejenak mengingat dan menyadari arti penting seorang
ibu, baik bagi keluarga maupun untuk lingkungan sosial
masyarakat luas. Peran seorang ibu adalah hal yang tidak
dapat dimungkiri adanya. Dalam konteks kekinian, lantas
makna apa yang dapat kita petik dari peringatan hari Ibu
Nasional tahun ini?

153
Khutbah Jumat Kontemporer

Dalam beberapa tahun terakhir, salah satu tantangan


masyarakat Indonesia adalah maraknya kasus korupsi,
penyalahgunaan narkoba, terorisme, ekstrimisme, dan
radikalisme. Tanpa disadari, tidak sedikit generasi muda
Indonesia terjebak dalam kasus penyalahgunaan narkoba
dan menjadi pelaku bom bunuh diri yang direkrut oleh
gerakan-gerakan radikalisme dan terorisme.
Dari titik inilah, perlu kiranya peran kaum ibu kembali
diperkuat dan ditempatkan di garda terdepan untuk
mendidik dan menangkal bahaya meluasnya paham-paham
radikalisme dan ekstrimisme. Kaum ibu adalah madrasah
pertama bagi tersemainya nilai-nilai luhur bagi anak. Jika
seorang ibu mampu mengajarkan dan mencontohkan
pemahaman pengetahuan dan keagamaan yang baik,
niscaya akan lahir generasi-generasi yang kebal terhadap
hasutan paham radikalisme dan terorisme. Lantas dari
mana kita memulainya?
Ma’asyiral muslimin yang dimuliakan Allah ta’ala.
Islam adalah agama yang senantiasa mengajarkan
manusia pada tata cara kehidupan sosial yang baik. Tidak
hanya mengenai kehidupan sosial, namun juga kehidupan
ekonomi, budaya, bahkan hingga sosial politik. Berbicara
tentang politik, Islam mengatur pula bagaimana tata cara
mewujudkan pemerintahan yang baik, adil, dan sejahtera,
sehingga dapat menjadi negara yang disebut “baldatun
thayyibatun wa rabbun ghafuur”. Beberapa prinsip
yang perlu diejawantahkan oleh kaum Muslimin adalah
penegakkan keadilan, kejujuran, kedisiplinan, kesetaraan,
persaudaraan, saling menghormati, dan saling bekerja sama
dalam kebaikan.
Berbicara tentang penguasa yang adil dan baik,
maka berbicara pula tentang kepemimpinan (leadership).
Kepemimpinan, dapat dimaknai perihal pemimpin atau cara
154
Spirit Hari Ibu

memimpin. Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin tidak


pernah membedakan posisi, kedudukan, dan peran antara
laki-laki dan perempuan dalam aspek kehidupan, termasuk
menjadi seorang pemimpin, menjadi anggota parlemen,
menjadi ketua kegiatan dan sebagainya.
Terkait hal ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat
At-Taubah ayat 71:

‫وف َو َي ْن َه ْو َن‬ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ‫ض ُه ْم َأ ْول َياء َب ْع‬ ُ ‫ات َب ْع‬ُ ‫َو ْالُ ْؤم ُنو َن َو ْالُ ْؤم َن‬
ِ ‫ض يأم ُرون ِبالع ُر‬ ٍ ِ ِ ِ
ُ‫هللا َو َر ُس َوله‬َ ‫يعو َن‬ ُ ‫الز َك َاة َو ُيط‬ َّ ‫الص َال َة َو ُي ْؤ ُتو َن‬ َ
َّ ‫َعن النكر وي ِق ُيمون‬
ُ َ َ ُ ْ
ِ ِ ِ ُ
َ ٌ َ َ َّ ُ َ َ َ َ
)71 :‫أ ْول ِئك سيرحمهم هللا ِإن هللا ع ِزيز ح ِكيم (التوبة‬
ٌ ُ ُ ُ ْ َ

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman lelaki


dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi
sebagian yang lain. Mereka menyuruh berbuat yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa,
lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. At-Taubah: 71)
Ayat tersebut memberikan pemahaman pada kaum
Muslim bahwa Islam bukan agama yang membeda-bedakan
antara lelaki dan perempuan dalam hal berbuat kebaikan,
baik untuk keluarga maupun untuk masyarakat. Kata
beriman dan menyuruh pada yang ma’ruf, mencegah dari
yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
taat kepada Allah serta Rasul-Nya, menjadi kata yang lebih
ditekankan dalam kepeloporan mewujudkan kebajikan
publik.
Dengan demikian, kita dapat memahami bahwa
kepeloporan dan partisipasi tidak merujuk pada kaum

155
Khutbah Jumat Kontemporer

“Salah satu daripada cita-cita yang hendak ku


sebarkan ialah: hormatilah segala yang hidup,
hak-haknya, perasaannya, baik tidak terpaksa
baikpun karena terpaksa, haruslah juga segan
menyakiti mahkluk lain, sedikitpun jangan
sampai menyakitinya”
R. A. Kartini (1879-1904)

laki-laki saja, namun selama orang tersebut beriman, dapat


mengajak pada kebaikan dan mempunyai kemampuan dan
kualitas diri yang baik, maka perempuan pun dapat menjadi
seorang pemimpin, anggota parlemen, perdana menteri,
dan lainnya.
Dalam kaitannya dengan Hari Ibu, sudah seharusnya
spirit di atas dijadikan sebagai pijakan bagi kaum perempuan
untuk berani menginisiasi dan berada di garda depan untuk
aktif menyelamatkan generasi muda dari bahaya paham
radikalisme dan terorisme.
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah.
Di Indonesia, kita dapat melihat bahwa keterlibatan
perempuan dalam dunia sosial, ekonomi, budaya, dan politik
sudah semakin maju. Perempuan menduduki peran-peran
penting dan dapat berkontribusi bagi masyarakat sekitar.
Kehidupan di masa reformasi tentu lebih memberikan
ruang yang besar bagi perempuan dibanding pada masa
pemerintahan sebelumnya. Sebagai contoh di dalam
kehidupan politik parlemen Indonesia, angka representasi
perempuan terus bergerak dari waktu ke waktu.

Kenaikan tingkat keterwakilan tersebut

156
Spirit Hari Ibu

menunjukkan bahwa persentase kehadiran dan


keikutsertaan perempuan dalam politik terus meningkat
dari masa ke masa. Penyebaran perwakilan perempuan di
tiap komisi dalam tubuh DPR RI adalah penting. Perempuan
dapat membawa pesan kebutuhan perempuan lainnya, baik
dalam bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan lain
sebagainya. Ketika perempuan masuk dalam dunia publik,
maka ia dapat menjadi contoh bagi perempuan lainnya, ia
dapat menyuarakan kebutuhan perempuan lainnya.
Pandangan masyarakat baik secara sosial maupun
budaya yang menempatkan perempuan dalam posisi lemah
dan dinilai tak layak masuk dalam dunia politik, bukanlah
sikap yang ditunjukkan oleh Islam. Kesetaraan laki-laki
dan perempuan untuk berkiprah dalam dunia publik,
merupakan nilai yang terkandung dalam Islam.
Kesetaraan ini juga sesuai dengan nafas Pancasila
yang merupakan ideologi bangsa. Sila ke 5 dari Pancasila

“Segeralah berangkat dan supaya kamu berikan


contoh teladan. Sebagai kaum wanita yang di garis
belakang, kamu harus menyiapkan segala yang
dapat dibantukan kepada garis depan, seperti
penyelenggaraan dapur umum, pemeliharaan
kesehatan, pengobatan yang sakit, pengawaspadaan
orang banyak, menyabartenangkan masyarakat dan
sebagainya dan berpantang kalut”
(Nyai Ahmad Dahlan, 1872-1946)

157
Khutbah Jumat Kontemporer

berbunyi: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


Meski demikian, dalam aturan-aturan atau hukum yang
ditetapkan oleh al-Qur’an dan Sunnah juga harus kita
perhatikan. Ketika seorang perempuan aktif dalam ruang
publik, maka jangan sampai melupakan tanggungjawabnya
dalam rumah tangga, memberikan perhatian untuk suami
dan anak. Meminta izin dan ridho suami juga merupakan
hal yang diajarkan dalam agama, agar perempuan dapat
terhindar dari efek negatif terhadap diri dan agama.
Dari peran dan tugas mulia seorang ibu inilah, tidak
heran jika terdapat riwayat hadis shahih yang diriwayatkan
oleh Imam al-Bukhari (194-256 H) dan Imam Muslim (204-
261 H), sebagai berikut:

‫اس‬ َّ ‫ال َم ْن َأ َح ُّق‬


‫الن‬ َ ‫هللا َف َق‬ ‫ل‬ ‫و‬ ُ ‫ال َج َاء َر ُج ٌل إ َلى َر‬
‫س‬ َ ‫َع ْن َأبى ُه َرْي َر َة َق‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ال ُث َّم ُأ ُّم َك َق‬
َ‫ال ُث َّم َم ْن َقال‬ َ ‫ال ُث َّم َم ْن َق‬َ ‫ال ُأ ُّم َك َق‬
َ ‫ص َح َابتى َق‬ َ ‫ب ُح ْسن‬
َ ُ َ َّ ُ َ َ ْ َ َّ ِ ُ َ َ َ ِ ُّ ُ َّ ُِ
)‫ثم أمك قال ثم من قال ثم أبوك (رواه البخاري ومسلم‬

Artinya: Diriwayatkan dari shahabat Abi Hurairah


ra, datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw, lantas
bertanya: “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling
berhak saya muliakan?” Rasulullah menjawab: “ibumu”,
seorang laki-laki tersebut kembali bertanya: “Kemudian
siapakah?” Rasulullah menjawab: “ibumu”, seorang laki-
laki tersebut kembali bertanya: “Kemudian siapa lagi?”
Rasulullah menjawab: “ibumu”, seorang laki-laki tersebut
kembali bertanya: “Kemudian siapa lagi? Rasulullah lantas
menjawab; “Bapakmu” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).

158
Spirit Hari Ibu

Hadirin, Jama’ah Jumat yang dimuliakan allah


ta’ala.
Peran penting perempuan dalam kepeloporan dapat
dilihat sejak masa Rasulullah saw. Diceritakan, Aisyah
ra sebagai istri Nabi saw juga memainkan peran dalam
kepemimpinan. Aisyah pernah menjadi panglima perang
sepeninggal Rasulullah saw dalam sebuah permasalahan
politik di masa Khalifah Ali ra. Hal yang juga istimewa, bahwa
beliau juga menjadi salah satu referensi hadis Rasulullah
saw yang menjadi pegangan utama kaum Muslimin hingga
sekarang.
Dalam bidang pendidikan, terdapat figur seperti As-
Syifa’ atau dikenal dengan nama Ummu Sulaiman. Tokoh ini
merupakan guru perempuan pertama dalam Islam, dimana
Hafshah binti Umar adalah salah satu muridnya. Sedangkan
pada bidang kesehatan, terdapat sosok Rufaidah yang
merupakan pendiri rumah sakit dan palang merah pertama
masa Rasulullah.
Selain itu, terdapat pula sosok Nusaibah binti Ka’ab
yang mendapat panggilan Ummu Imarah. Ia adalah seorang
sahabat Rasulullah saw dari kalangan perempuan yang
telah mengukir banyak jasa untuk dakwah Islam. Sosok
lainnya adalah Khaulah binti Azur yang dijuluki “Pedang
Allah” dari kalangan perempuan. Julukan yang ia dapat sama
dengan julukan yang dimiliki oleh Khalid bin Walid. Julukan
Pedang Allah untuk Khaulah berawal saat kaum Muslimin
berhadapan dengan pasukan Romawi.
Dari pemaparan ini, dapat dipahami bahwa Islam
merupakan agama yang menempatkan kaum perempuan
sebagai bagian integral untuk mengurai problematika
masyarakat. Sebagaimana disinggung di awal, tantangan
merebaknya paham radikalisme, ekstrimisme, hingga

159
Khutbah Jumat Kontemporer

terorisme akan dapat diredam dengan keterlibatan kaum


Ibu. Oleh karena itu, Hari Ibu yang kita peringati pada 22
Desember ini harus menjadi momentum untuk menghargai
peran serta meningkatkan partisipasi kaum ibu dalam
mewujudkan keadaban publik.
Semoga Allah ta’ala senantiasa membimbing langkah
kita. Amin ya rabbal ’alamin.

َ ْ َ ُ َ َ َََ َْ ُْ ُ ََ ُ َ َ
‫ات‬ِ ‫ ونفع ِن ْي وِإ َّياك ْم ِف ْي ِه ِمن اآلي‬،‫با َرك هللا ِل ْي ولك ْم ِف ْي الق ْر ِآن الع ِظ ْي ِم‬
ْ َّ ‫ إ َّن ُه ُه َو‬،‫ َو َت َق َّب َل م ّن ْي َوم ْن ُك ْم ِت َل َو َت ُه‬،‫الذ ْكر ْال َح ِك ْيم‬
.‫الس ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‬
ّ َ
ِ ‫و‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
ْ َ َ ْ َ ْ ّ َ ْ َُ
‫اس َتغ ِف ُر ْو ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬
ْ ‫ ف‬،‫الراحم ْي َن‬ ُْ َ َ ْ َ َ
ِ ِ َّ ‫وقل ر ِب اغ ِف ْر وا ْرحم وأنت خير‬
َّ ‫ْال َغ ُف ْو ُر‬
.‫الر ِح ْيم‬

***

160
‫‪TAHUN BARU‬‬
‫‪19‬‬ ‫‪DAN PERBAIKAN‬‬
‫‪DIRI‬‬
‫ض ِب ِه‬ ‫َا ْل َح ْم ُد َّل َّالذ ْي َأ ْك َر َم َم ْن ا َّت َقى ب َم َح َّبته َو َأ ْو َع َد َم ْن َخ َال َف ُه ب َغ َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ ِ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ ِ َ ُ ََّ‬ ‫َ‬
‫َو َعذ ِاب ِه‪ ،‬أشهد أن ل ِاله ِال هللا وحده ل ش ِريك له‪ ،‬وأشهد أن‬
‫ْ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ ّ ْ‬
‫الد ْي ِن ال َح ِ ّق ِل ُيظ ِه َر ُه‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أرسله ِبالهدى و ِ‬
‫ََ ّ ُّ‬
‫الد ْي ِن ك ِل ِه‪،‬‬‫على ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َا َّلل ُه َّم َ‬
‫ص ِ ّل َو َس ِل ْم َعلى َس ِّي ِدنا َو َح ِب ْي ِب َنا َوش ِف ْي ِع َنا َوق َّر ِة أ ْع ُي ِن َنا ُم َح َّم ٍد‬
‫َّ‬
‫ص ْح ِب ِه ال ِذ ْي َن َج َاه ُد ْوا ِف ْي َس ِب ْي ِل ِه‪،‬‬ ‫َر ُس ْول هللا َو َخ ْير َخ ْلقه‪َ ،‬و َع َلى َأله َو َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َ ُ َّ َ ْ‬ ‫َُ‬ ‫َف َيا َا ُّي َها ْال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َولت ُم ْوت َّن ِال َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ُم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat hafidhakumullah.‬‬


‫‪Puji syukur hanyalah milik Allah, Dzat yang telah‬‬
‫‪memberikan nikmat iman, Islam, dan kesehatan bagi kita‬‬
‫‪semua. Shalawat dan salam kita haturkan kepada baginda‬‬
‫‪Nabi Muhammad saw, panutan hidup terbaik bagi umat‬‬

‫‪161‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

manusia.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan kualitas
ketakwaan kepada Allah ta’ala, yakni dengan cara senantiasa
menjalankan perintah-Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Setiap bertemu dengan tahun baru, orang-orang pada
umumnya bergembira ria dan bersuka cita. Berbagai acara
diselenggarakan sedemikian rupa demi menyambut momen
tahunan tersebut, yang notabene tidak lebih dari sekadar
perayaan yang penuh dengan hura-hura: hiburan musik,
tarian, tiupan trompet, dan sejenisnya. Kecenderungan
seperti ini berlangsung tentu bukan hanya di Indonesia,
melainkan juga di seluruh dunia.
Memang sah-sah saja orang menyambut tahun baru
dengan cara tersebut. Namun, sesungguhnya ada yang lebih
penting atau subtansial dari sekadar perayaan seremonial
seperti itu, yakni bagaimana menjadikan tahun yang baru
lewat itu sebagai momentum untuk melakukan introspeksi
diri (muhasabatun nafsi) untuk selanjutnya melakukan
perbaikan diri (ishlahun nafsi) di tahun baru.
Di satu sisi, dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat
Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Baik
dalam ranah sosial, budaya, ekonomi, politik, dan keamanan.
Terkait yang terakhir, acaman penyebaran doktrinasi
intoleran, radikalisme, dan ekstrimisme nampak semakin
vulgar di ruang publik dan di media sosial.
Contoh kongkritnya adalah maraknya penyebaran
berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech).
Imbasnya adalah mudahnya masyarakat saling buruk

162
Tahun Baru dan Perbaikan Diri

“Kehidupan itu laksana tenunan yang bersambung


menjadi kain. Sekalian makhluk di muka bumi ini
seakan-akan tidak kelihatan di dalam tenunan ini,
karena sangat kecil. Maka tenunan hayat yang kita
lihat ini adalah ujung daripada pangkal kain yang
telah lalu, yang bersambung, tiada putus, sejak
dari awal yang tiada diketahui kapankah sampai
kepada akhir yang belum diketahui”
(Buya Hamka, 1908-1981)

sangka dan kurang dewasa dalam menghadapi perbedaan.


Jika hal ini tidak disadari bersama, sudah barang tentu,
keragaman Indonesia akan mudah dibenturkan.
Dari titik inilah, penting kiranya kita sebagai warga
negara untuk introspeksi diri. Apakah sikap dan karya
hidup kita selama ini sudah selaras untuk kemajuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), atau sebaliknya,
berpotensi merusaknya.
Ma’asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah ta’ala.
Dalam bahasa Arab ada ungkapan yang sangat
terkenal mengenai formula perbaikan diri, yaitu sebagai
berikut:

ً ْ
‫ان َي ْو ُم ُه ِمث َل أ ْم ِس ِه‬َ ‫ان َي ْو ُم ُه َخ ْي ًرا م ْن َأ ْمسه َف ُه َو َ اب ٌح َو َم ْن َك‬
َ ‫َم ْن َك‬
ِ ‫ر‬ ِ ِ ِ
ٌ‫ان َي ْو ُم ُه َش ًّرا م ْن َأ ْمسه َف ُه َو َهالك‬َ ‫َف ُه َو َخاس ٌر َو َم ْن َك‬
ِ ِ ِ ِ ِ

163
Khutbah Jumat Kontemporer

Barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin,


ia orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini sama
dengan kemarin, ia orang yang merugi; dan barang siapa
yang hari ini lebih buruk dari kemarin, ia orang yang celaka.
Pekan ini adalah minggu terakhir di tahun 2017.
Sudah genap satu tahun kita lewati terhitung dari awal
Januari tahun ini. Selama kurun waktu tersebut tentu telah
banyak yang kita lakukan dan kita alami dengan berbagai
situasinya. Saatnya kini kita merenungkan dan kemudian
mengevaluasi segala karya kita sebagai bahan untuk
memasuki tahun baru 2018.
Menyitir formula perbaikan diri di atas agaknya kita
memang mesti pandai-pandai menyiasati perjalanan hidup
ini, mau dibawa ke manakah diri kita sebenarnya? Sudah
pasti, jika setiap orang ditanya, jawabannya ingin menjadi
orang yang termasuk jenis pertama: hari ini lebih baik dari
kemarin. Inilah orang yang beruntung dalam hidupnya.
Jika di tahun 2017 catatan perjalanan hidup kita
kurang baik, sudah sepatutnya kita meningkatkannya
menjadi lebih baik di tahun 2018. Apabila rekam jejak
muamalah kita, baik secara vertikal maupun secara
horizontal, kurang mengesankan, seyogianya kita
berusaha agar lebih mengesankan. Dalam hal ini, kita
mesti mempergunakan waktu yang sebaik-baiknya untuk
perbaikan diri.
Bukankah setiap orang dari kita tidak mau hidup
stagnan atau berjalan di tempat, tidak maju meski juga
tidak mundur? Memang tidak buruk, namun demikian,
kita juga tidak mengalami peningkatan sama sekali. Inilah
jenis orang yang hari ini sama dengan hari kemarin. Orang
dengan karakter seperti ini disebut merugi.

164
Tahun Baru dan Perbaikan Diri

Mengapa merugi? Untuk lebih mudah memahami,


kita ambil saja contoh seorang pedagang. Jika yang
diperolehnya selama berdagang hanya kembali modal, maka
sebenarnya ia rugi. Ia memang tidak rugi dalam pengertian
kehilangan modal dagangnya, namun sebenarnya ia telah
merugi dalam arti yang lain. Ia jelas sudah menghabiskan
banyak waktu dan tenaga, tetapi hasilnya tidak sepadan.
Celakanya, ia tidak memiliki semangat untuk melakukan
perbaikan diri. Ia menerima saja dengan kondisi yang ada.
Di situlah terletak kerugian yang paling nyata.
Mungkin saja ada orang yang memegang prinsip
“asal tidak rugi”, sehingga mereka tidak begitu terdorong
untuk memperbaiki diri. Padahal kalau direnungkan secara
mendalam, prinsip “asal tidak rugi” sesungguhnya sebuah
“kerugian”. Saat orang-orang lain, yang notabene rivalnya,
berlomba-lomba untuk meraih keuntungan berdagang,
maka mereka yang berprinsip asal tidak rugi akan
ketinggalan. 
Paling buruk dari itu semua adalah orang yang
digolongkan ke dalam jenis: hari ini lebih buruk dari yang
kemarin. Tidak tanggung-tanggung formula perbaikan diri

“Tarich telah menundjukkan bahwa tiap-tiap


bangsa jang telah menempuh udjian hidup
jang sakit dan pedih, tapi tak putus bergiat
menentang marabahaja, berpuluh, bahkan
beratus tahun lamanya, pada satu masa akan
mentjapai satu tingkat kebudajaan”
(M. Natsir, 1908-1993)

165
Khutbah Jumat Kontemporer

di atas menyebutnya sebagai orang yang celaka. Bagaimana


tidak celaka, hidupnya benar-benar terdegradasi jika yang
dilakukannya saat ini malah lebih buruk dari kemarin.
Bayangkan saja, jika kita seorang mahasiswa atau
pelajar. Di semester kemarin, misalnya, nilai-nilai kita rata-
rata A dan B, lalu di semester ini banyak dihiasi nilai-nilai
C dan D. Pasti kita merasa kecewa, tersiksa, atau bisa-bisa
frustasi. Kita akan merasa sebagai orang yang paling tidak
berguna dan berharga.
Demikian pula dengan para pedagang, baik besar
maupun kecil, pegawai kantoran, para pekerja lepas, buruh,
dan berbagai profesi lainnya. Mereka akan merasa sebagai
orang yang celaka jika apa yang mereka lakukan sekarang
justeru lebih buruk dari sebelum-sebelumnya. Mereka akan
seperti orang-orang yang kehilangan arah, tidak tahu harus
pergi ke mana dan melakukan apa.
Dan yang lebih fatal lagi adalah dalam kehidupan
keagamaan. Misalnya sepanjang tahun kemarin amaliah
ubudiah kita terhadap Allah swt kurang maksimal atau
banyak bolongnya. Ternyata di tahun ini justeru lebih
banyak lagi bolongnya, entah karena kesibukan yang
melalaikan atau karena karena faktor kemalasan diri. Maka,
jika demikian, kita termasuk orang yang benar-benar celaka.
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah.
Oleh karena itu, seyogianya kita yang masih diberikan
kesempatan hidup sampai saat ini oleh Allah swt hendaknya
berusaha untuk selalu melakukan perbaikan diri. Dari
waktu ke waktu kita harus terus berupaya untuk menjadi
lebih baik. Memang mungkin kita tidak selalu mendapatkan
hasil yang lebih baik, tetapi setidaknya kita telah berusaha
dengan keras menuju ke sana.

166
Tahun Baru dan Perbaikan Diri

Ingatlah bahwa setiap kita diminta untuk selalu


mempersiapkan hari esok secara lebih baik. Allah swt
berfirman:

َ ‫س َّما َق َّد َم ْت ل َغد َو َّات ُقوا‬ ُ َ ْ َ َ ُ َّ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ


ٌ ‫نظ ْر َن ْف‬
‫هللا‬ ٍ ِ ‫يا أيها ال ِذين آمنوا اتقوا الل ولت‬
َ ُ َ َ َ َّ
)18 :‫هللا خ ِب ٌير ِب َما ت ْع َملون (الحشر‬ ‫ِإن‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman!


Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah
Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.
al-Hasyr: 18)
Hari esok pada ayat di atas umumnya ditafsirkan
sebagai hari akhirat, tetapi bisa juga sebagai hari esok dalam
pengertian hari setelah hari ini. Baik dalam konteks hari
esok biasa maupun hari akhirat, kita sebagai hamba Allah
dituntut untuk selalu mempersiapkan diri menyongsongnya.
Dan itu dilakukan dengan cara selalu memperbaiki diri, dari
waktu ke waktu, sampai hari akhir benar-benar tiba.
Sebagaimana telah disinggung di atas, dalam beberapa
tahun terakhir, tantangan masyarakat Indonesia berupa
maraknya ujaran kebencian, berita bohong, ektrimisme,
radikalisme, hingga terorisme harus dapat dijawab secara
nyata oleh umat Islam. Dengan senantiasa berintropeksi diri
dan memperbaiki diri, masyarakat Muslim Indonesia harus
aktif mengambil peran dan inisiasi untuk mendakwahkan
keluhuran ajaran agama.
Keragaman Indonesia harus dijadikan sebagai titik
pijak untuk berlomba-lomba mewujudkan keadaban dan
peradaban. Oleh karena itu, masyarakat Muslim Indonesia

167
Khutbah Jumat Kontemporer

yang setidaknya memiliki dua momen libur tahun baru,


yakni tahun baru Masehi dan Hijriyah, sudah sepantasnya
dapat merengkuh kedua momen tersebut sebagai media
untuk selalu memperbaiki diri.
Dengan harapan, akan senantiasa memiliki arti
hidup. Menjadi manusia yang beruntung, yakni individu
yang senantiasa mengisi hari-harinya dengan sesuatu yang
positif, serta menebar kebaikan untuk sesama.
Semoga langkah kita senantiasa dimudahkan oleh
Allah subhanahu wa ta’ala. Amin ya rabbal’alamin.

ُ ََ َْ َ ْ َُ
‫ َونف َع ِن ْي َوِإ َّياك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬،‫هللا ِل ْي َولك ْم ِف ْي ال ُق ْرأ ِن الك ِرْي ِم‬ ُ ‫َبا َر َك‬
َ َ ُ ُ ‫ َو َت َق َّب َل‬،‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‬ ّ َ ََ ْ
‫هللا ِم ِ ّن ْي َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ِ ِ ِ ِ ‫ات و‬ ِ ‫الي‬
ْ
َّ ‫اس َت ْغ ِف ُر ْو ُه إ َّن ُه ُه َو ال َغ ُف ْو ُر‬ ْ
ْ ‫ َو‬،‫السم ْي ُع ال َعل ْيم‬
.‫الر ِح ْي ُم‬ ِ ِ ِ ِ
َّ

168
‫‪KESALEHAN‬‬
‫‪20‬‬ ‫‪SOSIAL DI TAHUN‬‬
‫‪POLITIK‬‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ْ ُ َّ َّ‬
‫ل ال ِذي َوف َق ِب َر ْح َم ِت ِه َم ْن ش َاء ِم ْن ِع َب ِاد ِه‪،‬‬ ‫ل‪ ،‬الحمد ِ ِ‬ ‫الحمد ِ ِ‬
‫ات‪،‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َف َع َر ُف ْوا َأ ْق َد َار َم َواسم ال َخ ْي َرات‪َ ،‬و َع َّم ُر ْو َ‬
‫ْ‬
‫الكث ِار ِمن الطاع ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُْ‬
‫وخدل من شاء ِب ِحكم ِت ِه‪ ،‬فع ِميت ِمنهم القلوب والبصا ِئر‪ ،‬وفرطوا‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ِفى ِتل َك ال َو ِاس ِم ف َب ُاء ْوا ِبالخ َسا ِئ ِر‪.‬‬
‫َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َو َأ ْش َه ُد َأ ْن َل إ َل َه إ َّل ُ‬
‫هللا َو ْح َد ُه لش ِرْي َك ل ُه ال َع ِزْي ُز ال َح ِك ْي ُم‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ‬
‫اط ِن‬ ‫اس ِبطاع ِة رِب ِه ِفى البو ِ‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أقوم َالن ِ‬
‫َ‬ ‫َّ َ‬
‫ص َح ِاب ِه َو َسل َم ت ْس ِل ْي ًما ك ِث ْي ًرا‪،‬‬ ‫هللا َع َل ْيه َو َع َلى آله َوأ ْ‬ ‫ص َّلى ُ‬ ‫الظ َواهر‪َ ،‬‬ ‫َ َّ‬
‫و‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ‬ ‫هللا‪ُ ،‬أ ْو َ ْ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ْالُ ْسل ُم ْو َن َحف َظ ُك ُم ُ‬
‫�ص ْي نف ِ�س ْي وِإياكم بتقوى ِ‬
‫هللا‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َق ْد َف َاز ْالُ َّت ُق ْون‪ .‬ق َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ال هللا تعالى ِفي ِكت ِاب ِه الك ِري ِم‪ ،‬يا أ ُّي َها ال ِذين َآمنوا‬
‫َ‬ ‫َ َ ُ َّ َ‬ ‫َُ‬ ‫َّات ُقوا َّ َ‬
‫الل َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُموت َّن ِإل َوأ ُنتم ُّم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪169‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan


oleh Allah ta’ala.
Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah
swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.
Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi
Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam
semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Waktu tak bisa diputar. Setiap detik, menit, jam dan
hari terus bergerak maju dengan beragam aneka rupa
ceritanya. Banyak orang menciptakan sejarahnya sendiri-
sendiri. Ada yang turut menguatkan peradaban, ada
juga yang berupaya menghancurkannya. Di situlah letak
perbedaan sesungguhnya muncul. Saat pikiran dan kegiatan
digerakkan oleh iman yang kuat, hati yang bening, dan

“Sebagai makhluk sosial dalam komunitas


berbangsa, umat Islam dituntut memberikan
manfaat kepada orang lain dalam kerangka
ibadah sosial dan membangun bumi dalam
arti mengelola, mengembangkan, dan
melestarikannya”
(KH. Sahal Mahfudh, 1937-2014)

170
Kesalehan Sosial di Tahun Politik

kesalehan personal serta kesalehan sosial, maka hasilnya


tentu saja kebermanfaatan bukan semata untuk kelompok
seiman tetapi bagi universalitas kemanusiaan.
Tahun baru Masehi telah tiba. Bukan soal Masehi
atau Hijriyah, bukan juga soal tahun 2017 atau 2018. Ini
soal memaknai waktu yang terus bergerak tanpa jeda dan
tanpa bisa dihentikan kecuali dengan suratan kuasa Ilahi.
Setiap perubahan tahun, tradisi banyak orang termasuk
umat Islam selalu memunculkan banyak harapan, cita-cita
dan target yang hendak dicapai. Di situlah refleksi dari yang
sudah dilalui dan motivasi untuk bergerak ke masa depan
yang harus dikokohkan ulang.
Ma’asyiral Muslimin, hafidhakumullah.
Sebuah bangunan yang kokoh, selalu memerlukan
fondasi yang kuat agar memiliki daya tahan saat ada
goncangan. Fondasi itu bernama iman dan niat perilaku.
Iman adalah keniscayaan yang menjadi tempat manusia
berpegang pada buhul tali yang kokoh. Sebagaimana firman
Allah swt dalam surat Luqman ayat 22:

ْ ْ ‫َو َم ْن ُي ْسل ْم َو ْج َه ُه إ َلى هللا َو ُه َو ُم ْحس ٌن َف َقد‬


‫اس َت ْم َس َك ِبال ُع ْر َو ِة‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ْ ُ َ َ َُْْ
)22 :‫هللا َع ِق َبة ال ُم ْو ِر (لقمان‬ِ ‫الوثقى وِإلى‬
Artinya: “Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya
kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka
sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang kokoh
dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (Q.S.
Luqman: 22)
Dalam iman kepada Allah swt, tercermin dorongan
untuk berbuat kebaikan karena sesungguhnya iman dan

171
Khutbah Jumat Kontemporer

kehadiran Islam untuk menebar kebaikan, keselamatan, dan


perdamaian. Oleh karenanya, kita harus meluruskan niat
dalam menjalani kehidupan. Niat yang harus dipancangkan
adalah kehidupan yang bermanfaat bagi banyak orang.
Apapun yang dilakukan, harus punya nilai manfaat untuk
diri, keluarga, agama, dan negara. Aspek manfaat bukan
dipandu oleh kerakusan, keakuan, keangkuhan, dan
penindasan. Manfaat selalu dipandu oleh keluhuran budi,
etika, hukum, dan keadaban publik. Manfaat yang bisa
dirasakan oleh siapapun di muka bumi.
Manusia beragama harus memiliki dua kesalehan
sekaligus, yakni kesalehan personal dan kesalehan sosial.
Kesalehan personal, sudah barang tentu menjadi sandaran
penting untuk menguatkan diri di tengah derasnya arus
perubahan kehidupan. Saat ini, kerapkali disebut era
keberlimpahan komunikasi (communicative  abundance)
. Hampir setiap saat orang terterpa banyak informasi
termasuk kabar menyesatkan. Godaan untuk melakukan
banyak hal termasuk yang melanggar aturan datang
bergelombang. Kita harus menyiapkan saringan kontrol
pribadi (self control) agar tak goyah diterpa banyak godaan.
Hanya saja, kesalehan individual saja tak cukup. Butuh
kesalehan sosial sebagai representasi sekaligus manifestasi
keimanan dan keislaman dalam ruang kehidupan sosial
sehari-hari. Banyak sekali firman Allah swt yang menyuruh
kita berbuat kebajikan setelah kita menunaikan ibadah.
Salah satunya terdapat dalam firman Allah swt, surat Al-
Hajj, ayat 77:
َ ْ ُ ْ ُ
‫اع ُب ُد ْوا َرَّبك ْم َواف َعل ْوا الخ ْي َر‬ ْ ‫َي َأ ُّي َها َّالذ ْي َن َء َام ُن ْوا ْار َك ُع ْوا َو‬
ْ ‫اس ُج ُد ْوا َو‬
ِ
َ‫َ َ َّ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ن‬
)77 :‫لعلكم تف ِلحو (الحج‬

172
Kesalehan Sosial di Tahun Politik

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah


kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah
kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Q.S. Al-
Hajj:77)
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu
wa ta’ala.
Tahun 2018 hingga tahuh 2019 merupakan ujian bagi
kesalehan sosial umat Islam. Orang sering menyebut tahun
ini hingga tahun depan sebagai tahun politik mengingat
ada agenda politik nasional yang berhimpitan. Di tahun
2018 kita akan melalui pilkada serentak di 171 daerah.
Di dalamnya ada daerah-daerah yang menjadi lumbung
besar suara nasional seperti Jawa Barat dengan 32,8 juta
pemilih, Jawa Tengah dengan potensi 27 juta pemilih dan
Jawa Timur kurang lebih 30 juta pemilih. Selain itu, akan
ada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden yang waktunya
diselenggarakan secara bersamaan. Mayoritas dari
pemilih sudah dipastikan muslim karena Indonesia sendiri
merupakan negeri dengan jumlah penduduk muslimnya
terbesar di dunia.
Dengan demikian, umat Islam punya tanggungjawab
sosial untuk menghadirkan contoh Islam sebagai rahmatan
lilalamin. Kompetisi wajar adanya di negara demokrasi.
Hanya saja, kompetisi tak cukup sekedar prosedural. Butuh

“Seorang Muslim harus aktif melibatkan


diri dalam usaha bersama mengembangkan
masyarakat ke arah yang lebih baik”
(Nurcholish Madjid, 1939-2005)

173
Khutbah Jumat Kontemporer

perbaikan kualitas berdemokrasi dengan berlandaskan


salah satunya pada kebajikan dan kesalehan sosial. Saat
kontestasi elektoral berlangsung, tiap tahapannya selalu
menggoda umat untuk melakukan tindakan-tindakan
yang melanggar etika, hukum bahkan ajaran agama itu
sendiri. Oleh karenanya, penting bagi kita semua, untuk
mengingatkan ulang beberapa hal yang harusnya dihindari
bahkan ditinggalkan di tahun politik ini.
Pertama, hindari ujaran kebencian (hatespeech).
Ujaran kebencian sebagai ucapan dan atau tulisan yang
dibuat seseorang di muka umum untuk tujuan menyebar atau
menyulut kebencian suatu kelompok terhadap kelompok
lain yang berbeda baik karena ras, agama keyakinan, gender,
etnisitas, dan kecacatan. Dunia itu tercipta dengan hal yang
berbeda-beda. Kehidupan mengharuskan kita menerima
dan rela hidup berdampingan dengan orang yang berbeda
suku, agama, dan lain-lain. Islam tidak alergi dengan
perbedaan, dan tidak menyulut kebencian pada para pihak
yang berbeda tersebut. Termasuk dalam hal perbedaan
pilihan politik. Jangan membenci orang yang berbeda
dengan memprovokasi orang lain sehingga berpotensi
merusak suasana damai dalam kehidupan masyarakat.
Kebencian hanya akan melahirkan kebencian juga.
Kedua, jauhi kampanye hitam atau propaganda yang
merusak kohesi sosial dan kohesi politik warga. Dalam
perspektif komunikasi politik, ada kampanye positif (positive
campaign) dan kampanye menyerang (attacking campaign).
Kampanye positif fokusnya pada upaya memengaruhi
pemilih dengan mengaitkan persepsi dan emosi khalayak
pada hal-hal positif yang terhubung dengan kandidat.
Tujuannya, tentu untuk menaikan tingkat popularitas,
keterpilihan, kesukaan dan penerimaan pemilih. Sementara
kampanye hitam menyerang pihak lain dengan gosip atau

174
Kesalehan Sosial di Tahun Politik

rumors yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Sumber


penyebar sengaja bergerak dalam operasi gelap dan tak
tersentuh proses dialektika. Pesan kampanye tidak jelas,
samar bahkan seringkali menggunakan teknik-teknik
propaganda.
Selama masa kampanye yang akan intens
berlangsung di tahun 2018 dan 2019 sebaiknya umat Islam
mengedepankan perkataan yang baik dan gemar memberi
maaf, sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah
ayat 263:

َ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ ٌ ْ َ ٌ َ ْ َ َ ٌ ْ ُ ْ َ ‫َ ْ ٌل‬
‫هللا غ ِن ٌّي َح ِل ْي ٌم‬‫قو معروف ومغ ِفرة خير ِمن صدق ٍة يتبعها أذى و‬
)263 :‫(البقرة‬

Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf


lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi
Maha Penyantun.” (Q.S. Al-Baqarah: 263)
Ketiga, jangan ikut serta melakukan persekusi.
Persekusi umumnya dilakukan oleh sekelompok orang
yang mengatasnamakan ormas tertentu dan umumnya
secara beramai-ramai mendatangi target buruannya
untuk menghentikan perbuatan yang menurut pemburu
melanggar hukum. Niatan baik tak selalu dilakukan dengan
proses yang baik. Lebih lanjut, belum tentu berdampak
baik pada terciptanya keteraturan sosial (social order).
Bahkan, jika tak diwaspadai bisa menstimulasi masalah
baru yakni pertentangan bahkan pelanggaran hukum
lainnya. Fenomena persekusi semakin menjadi-jadi antara
lain seiring dengan agenda-agenda politik seperti pilkada
maupun pilpres. Menahan diri dan mengedepankan koridor

175
Khutbah Jumat Kontemporer

hukum jauh lebih baik dan bermartabat daripada main


hakim sendiri.
Keempat, jangan pernah menjadi bagian dari tindakan
kekerasan dan konflik fisik yang didesain sekelompok
orang tak bertanggungjawab untuk membuat suasana
chaos dan tidak kondusif. Pemahaman keagamaan kerap
dijadikan senjata oleh orang yang tidak bertanggungjawab
untuk memobilisasi massa. Selalu ada pihak yang mengail
di air keruh dengan membentur-benturkan warga.
Perbedaan pilihan dan kendaraan politik jangan sampai
membuat warga saling bermusuhan apalagi bertikai secara
fisik. Konflik wajar adanya, yang tak boleh adalah konflik
berubah wajah menjadi pertikaian antarwarga terlebih
kalau menjadi kekerasan fisik.
Sepanjang tahun ini, dan juga tahun-tahun ke depan, umat
Islam harus senantiasa saling mengingatkan dan saling memberi
nasihat dalam kebaikan dan ketakwaan. Tahun politik ibarat
musim pancaroba, akan banyak “virus” datang dan ujian atas daya
tahan keimanan kita. Kita memerlukan inokulasi komunikasi.
Ibarat menyuntikkan vaksin kekebalan tubuh, maka mental kita
juga perlu vaksin agar tak terjangkit mental bigot. Mental yang
selalu menyalahkan pihak lain yang berbeda pandangan dan
selalu merasa dirinya atau kelompoknya semata yang paling
benar. Saatnya persenyawaan kesalehan personal dan sosial hadir
dalam kesaharian kita, tahun ini dan selamanya.
Semoga Allah ta’ala senantiasa membimbing
langkah kita. Amin ya rabba’alamin.

َ ْ َ ُ َ َ َََ َْ ُْ ُ ََ ُ َ َ
‫ات‬ِ ‫ ونفع ِن ْي وِإ َّياك ْم ِف ْي ِه ِمن اآلي‬،‫با َرك هللا ِل ْي ولك ْم ِف ْي الق ْر ِآن الع ِظ ْي ِم‬
ْ َّ ‫ إ َّن ُه ُه َو‬،‫ َو َت َق َّب َل م ّن ْي َوم ْن ُك ْم ِت َل َو َت ُه‬،‫الذ ْكر ْال َح ِك ْيم‬
.‫الس ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‬
ّ َ
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ‫و‬

176
‫‪Kesalehan Sosial di Tahun Politik‬‬
‫َ ُ ْ َ ّ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ُ َّ ْ َ َ ْ ْ‬
‫اس َتغ ِف ُر ْو ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ‫وقل ر ِب اغ ِفر وارحم وأنت خير الر ِاح ِمين‪ ،‬ف‬
‫ْال َغ ُف ْو ُر َّ‬
‫الر ِح ْيم‪.‬‬

‫***‬

‫‪177‬‬
‫‪ISLAM DAN‬‬
‫‪21‬‬ ‫‪KEARIFAN LOKAL‬‬

‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ْ ُ َّ َّ‬


‫ل ال ِذي َوف َق ِب َر ْح َم ِت ِه َم ْن ش َاء ِم ْن ِع َب ِاد ِه‪،‬‬ ‫ل‪ ،‬الحمد ِ ِ‬ ‫الحمد ِ ِ‬
‫ات‪،‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َف َع َر ُف ْوا َأ ْق َد َار َم َواسم ال َخ ْي َرات‪َ ،‬و َع َّم ُر ْو َ‬
‫ْ‬
‫الكث ِار ِمن الطاع ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُْ‬
‫وخدل من شاء ِب ِحكم ِت ِه‪ ،‬فع ِميت ِمنهم القلوب والبصا ِئر‪ ،‬وفرطوا‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ِفى ِتل َك ال َو ِاس ِم ف َب ُاء ْوا ِبالخ َسا ِئ ِر‪.‬‬
‫َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َأ ْش َه ُد َأ ْن َل إ َل َه إ َّل ُ‬
‫هللا َو ْح َد ُه لش ِرْي َك ل ُه ال َع ِزْي ُز ال َح ِك ْي ُم‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ‬
‫اط ِن‬ ‫اس ِبطاع ِة رِب ِه ِفى البو ِ‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أقوم َالن ِ‬
‫َ‬ ‫َّ َ‬
‫ص َح ِاب ِه َو َسل َم ت ْس ِل ْي ًما ك ِث ْي ًرا‪،‬‬ ‫هللا َع َل ْيه َو َع َلى آله َوأ ْ‬ ‫ص َّلى ُ‬ ‫الظ َواهر‪َ ،‬‬ ‫َ َّ‬
‫و‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ‬ ‫هللا‪ُ ،‬أ ْو َ ْ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ْالُ ْسل ُم ْو َن َحف َظ ُك ُم ُ‬
‫�ص ْي نف ِ�س ْي وِإياكم بتقوى ِ‬
‫هللا‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َق ْد َف َاز ْالُ َّت ُق ْون‪ .‬ق َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ال هللا تعالى ِفي ِكت ِاب ِه الك ِري ِم‪ ،‬يا أ ُّي َها ال ِذين َآمنوا‬
‫َ‬ ‫َ َ ُ َّ َ‬ ‫َُ‬ ‫َّات ُقوا َّ َ‬
‫الل َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُموت َّن ِإل َوأ ُنتم ُّم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪178‬‬
Islam dan Kearifan Lokal

Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan


oleh Allah ta’ala.
Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah
swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.
Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi
Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam
semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Indonesia memiliki beragam kearifan lokal di berbagai
daerahnya. Kearifan lokal terbentuk dari akulturasi budaya.
Kenyataan ini menjadi tanda bahwa dari dulu, Indonesia
adalah bangsa yang terbuka. Berbagai silang budaya dan
ajaran agama diberi ruang oleh masyarakat Nusantara.
Tentunya, sepanjang unsur tersebut membawa kebaikan
dan tidak merusak keharmonisan. Tidak aneh jika hingga
kini, ajaran agama Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen dianut
oleh penduduk Indonesia.
Berbagai agama tersebut, dianut dan diamalkan di
Indonesia dengan bentuk yang mungkin sudah tidak sama
persis dengan praktik keagamaan di wilayah asalnya. Nilai-
nilai luhur agama dan budaya dari luar lantas membaur
dan berdialog dengan budaya yang sudah berkembang
sebelumnya.
Sebagai misal adalah tradisi Sekaten di Surakarta dan
Yogyakarta. Sekaten merupakan salah satu kearifan lokal
yang masih lestari hingga saat ini. Acara tersebut diadakan

179
Khutbah Jumat Kontemporer

dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad saw.


Nama Sekaten diambil dari istilah Arab, syahadatain yang
memiliki arti “persaksian dua”.
Percampuran kedua unsur kebudayaan ini
menghasilkan kombinasi yang indah. Masyarakat Surakarta
dan Yogyakarta merayakan hari lahir Rasulullah dengan
mengadakan upacara adat yang dipimpin oleh sang raja.
Masyarakat berkumpul guna mengenang momen kelahiran
Nabi saw. Ajaran untuk memuliakan dan mencintai Nabi
Muhammad saw diartikulasikan dalam bentuk seremonial
tersebut. Sudah barang tentu, hal ini mungkin tidak terjadi
di negara lain.
Oleh karenanya, tidak mengherankan jika Indonesia
memiliki aspek kebudayaan yang sangat kaya. Ketiga puluh
empat provinsi di Indonesia masing-masing memiliki
garis sejarah yang berkesinambungan dengan unsur-unsur
kearifan lokal. Hanya saja, tidak dapat dimungkiri bahwa
hal ini terkadang disalahpahami. Klaim bid’ah dan khurafat
sering ditujukan dan didakwakan oleh sekelompok orang.
Jauh lebih pelik lagi, tidak sedikit gerakan radikalisme,
ekstrimisme, dan terorisme sering memanfaatkannya untuk
menuduh sesat masyarakat dan pemerintah.
Oleh karena itu, sudah seharusnya jika masyarakat
mampu menyikapi keragaman budaya tersebut secara bijak.
Dengan berbagai perbedaannya, ragam budaya dan agama
tetaplah memiliki titik temu. Salah satunya ialah untuk
mewujudkan kebaikan dan keluhuran peradaban manusia
itu sendiri. Lantas dari mana kita memulainya?
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan Allah
ta’ala.
Dalam konteks masuknya agama Islam di Nusantara,
kebudayaan dan kearifan lokal merupakan sarana penting

180
Islam dan Kearifan Lokal

untuk mendakwahkan ajaran-ajaran Islam. Dalam


sejarahnya, Walisongo dapat berhasil menyebarkan Islam
berkat kepiawaiannya dalam menggunakan budaya dan
kearifan lokal untuk mengenalkan nilai-nilai Islam.
Islam diajarkan tidak menggunakan kekerasan
ataupun peperangan, akan tetapi melalui sistem budaya
yang ada. Sebagai misal ialah penggunakan alat-alat
gamelan, tembang atau lagu daerah, dan wayang. Kenyataan
ini menunjukkan bahwa kedatangan Islam tidak untuk
memotong suatu masyarakat dari masa lampaunya,
melainkan justru ikut melestarikan apa saja yang baik dan
benar dari masa lampau itu.
Dakwah kultural inilah yang dulu berhasil dirintis
oleh Walisongo. Masyarakat Nusantara yang masih
diselimuti feodalisme Majapahit, dapat digantikan dengan
egalitarianisme Islam. Dakwah ini menyebar dari kota-kota
pantai utara Jawa yang menjadi pusat-pusat perdagangan
Nusantara ke daerah-daerah pedalaman. Kemudian
Walisongo memutuskan untuk ikut mendorong percepatan

“Karena sebagai ajaran normatif yang berasal dari


Tuhan, Islam harus mampu diakomodasi ke dalam
kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa
kehilangan identitasnya masing-masing. Arabisasi
atau proses mengidentifikasikan diri dengan
budaya Timur Tengah hanyalah menyebabkan kita
tercerabut dari akar budaya kita sendiri”

(KH. Abdurrahman Wahid, 1940-2009)

181
Khutbah Jumat Kontemporer

proses transformasi itu, yakni dengan menggunakan unsur-


unsur lokal guna menopang efektifitas dakwah. Kebudayaan
dijadikan sebagai teknis operasionalnya.
Sudah barang tentu, metode dan langkah dakwah
melalui perantara budaya tersebut tidak dilakukan oleh Wali
Songo secara gegabah. Akan tetapi tetap mempertimbangkan
batas-batas ajaran dasar agama. Terkait hal ini, terdapat
hadis mauquf yang menegaskan bahwa sesuatu yang dinilai
baik oleh komunitas Muslim, maka hal itu juga baik di
hadapan Allah swt.
Sebagaimana termaktub dalam kitab al-Mustadrak
karya Imam al-Hakim (321-405 H) disebutkan bahwa
sahabat Abdullah bin Mas’ud pernah menyatakan:

)‫هللا َح َس ٌن (رواه الحاكم‬ َ ‫َما َ َأ ُه املُ ْسل ُم ْو َن َح َس ًنا َف ُه َو ع ْن‬


‫د‬
ِ ِ ِ ‫ر‬

Artinya: “Sesuatu yang dinilai baik oleh masyarakat


Muslim, maka hal itu juga dinilai baik di sisi Allah.” (H.R. al-
Hakim)
Dalam ilmu ushul al-fiqih, budaya lokal dalam bentuk
adat kebiasaan itu juga disebut ‘urf, yang secara etimologis
berasal dari akar kata yang sama dengan al-ma‘ruf.
Karena ‘urf suatu masyarakat kemungkinan mengandung
unsur yang salah dan yang benar sekaligus, maka dengan
sendirinya orang-orang Muslim harus melihatnya dengan
kritis. Tidak dibenarkan sikap menyalahkan sepenuhnya,
tetapi juga tidak membenarkan semata. Akan tetapi harus
dipilah mana yang baik dan mana yang buruk.
Terkait hal ini, terdapat kaidah fikih yang masyhur di
kalangan ulama:

182
Islam dan Kearifan Lokal
ٌ َّ ُ َ
‫الع َادة ُم َحك َمة‬

Artinya: “Adat dapat dijadikan sebagai pijakan hukum”


Dari titik ini, dapat dipahami bahwa tradisi dan
kearifan lokal tidaklah harus diposisikan secara antagonis
dengan agama. Sebagaimana kebijakan Walisongo di atas,
penting kiranya, kita lebih mengutamakan isi daripada
sekedar tampilan formalitas semata.
Hadirin, hafidhakumullah.
Negara Indonesia memiliki 17.000 pulau, lebih dari
500 suku dan ras dengan keanekaragaman budayanya
masing-masing. Di dalamnya dianut 6 agama resmi dan
beragam sistem kepercayaan lainnya. Keragaman ini
menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan kaya
akan budaya. Di dalamnya tumbuh berbagai kearifan lokal.
Keadaan multikultural ini merupakan mozaik bagi jamrud
khatulistiwa, yakni Indonesia.
Keanekaragaman budaya dan kearifan lokal tersebut
menghiasi persada Nusantara terasa begitu indah di tangan
para pekerja seni dan budayawan. Mereka menuangkan
fenomena itu ke dalam harmoni tari, musik, syair lagu,
dan bait puisi serta lukisan. Semua itu menyadarkan para
pemimpin bangsa betapa besar keajaiban kebhinekaan
budaya Ibu Pertiwi. Indah membentang beribu-ribu
kilometer memeluk bumi. Keanekaragaman budaya
diilustrasikan bagai bintang-bintang di langit yang
bertebaran bak mutiara menghiasi jagat raya. Tenang dan
tertib. Seolah memaklumkan kedamaian abadi kepada
semua makhluk di muka bumi.
Kekayaan dan keragaman ini sudah seharusnya
dapat dijaga oleh generasi penerus bangsa. Generasi muda

183
Khutbah Jumat Kontemporer

“Kebudayaan popular Indonesia sesungguhnya


memiliki tradisi Islam yang kuat dan berakar
panjang dalam sejarah. Jika hendak membangun
kebudayaan Islam yang modern, kita harus
mempertimbangkan pentingnya potensi
tradisional ini”

(Kuntowijoyo, 1943-2005)

harus bijak dan cerdas menyikapi perbedaan kebudayaan


dan kearifan lokal. Meskipun perbedaan dapat berpotensi
menjadi benih konflik dan perpecahan, akan tetapi jika
disikapi secara baik, perbedaan bisa dijadikan titik pijak
untuk saling bekerja sama. Berlomba-lomba dalam berbuat
kebaikan bersama.
Harus disyukuri bahwa hingga kini, Indonesia dapat
hadir menjadi role model bagi relasi antara Islam dan
kebangsaan. Meskipun berpenduduk mayoritas Muslim dan
memiliki jumlah umat Islam terbesar di dunia, Indonesia
mampu mendudukkan dirinya bukan sebagai negara
agama, sekaligus bukan negara sekuler. Prinsip tauhid dan
nilai-nilai keislaman justru masuk sebagai nafas ideologi
Pancasila. Hal ini tercermin dalam sila pertama, Ketuhanan
Yang Maha Esa. Dalam Pancasila inilah prinsip ketuhanan
membentuk ideologi negara, berdampingan dengan nilai-
nilai humanisme, nasionalisme, demokrasi, dan keadilan
sosial. Masing-masing dijabarkan dalam sila kedua, ketiga,
keempat, dan kelima.
Pengakuan bangsa Indonesia terhadap prinsip-
prinsip ketuhanan bahkan termaktub dalam konstitusi
184
Islam dan Kearifan Lokal

dan UUD Negara RI 1945. Pembukaan konstitusi Indonesia


secara jelas menyebutkan kemerdekaan Indonesia adalah
berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Lebih dari itu,
pasal 29 konstitusi menyebutkan bahwa negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam tataran praksisnya,
negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Hal ini sejalan dengan salah satu firman Allah swt
dalam surat al-Kafirun:

ُ َُ
)6 :‫لك ْم ِد ُينك ْم َو ِل َي ِدين (الكافرون‬

Artinya: “Untukmu agamamu, untukku agamaku.”


(Q.S. al-Kafirun: 6)
Di sisi lain, secara faktual, sebenarnya Indonesia
memiliki potensi kerentanan perpecahan. Tidak lain karena
perbedaan penduduknya sangatlah kompleks. Banyak
negara yang terpecah-belah disebabkan karena perbedaan
penduduknya, meskipun tidak sekompleks Republik ini. Dari
titik inilah generasi muda perlu sadar diri untuk merawat
keharmonisan dan persatuan bangsa. Salah satunya ialah
dengan cerdas dan bijak menyikapi keragaman budaya dan
agama. Jangan sampai perbedaan agama dijadikan sebagai
bahan saling ejek.
Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an, Allah swt
berfirman:
ْ َ َ ‫ين َي ْد ُعو َن من ُدون هللا َف َي ُس ُّب ْوا‬
َ ‫َو َال َت ُس ُّب ْوا َّالذ‬
‫هللا َع ْد ًوا ِبغ ْي ِر ِعل ٍم‬ ِ ِ ِ ِ
ْ ُ َ َ ُ ُ ّ َ ُ َ ْ ُ ُ ْ َّ ّ َ َ َّ ُ ْ ُ َ َ َ َّ ُ ّ ُ َّ َّ َ َ َ َ
‫كذ ِلك زينا ِلك ِل أم ٍة عملهم ثم ِإلى ِرب ِهم مر ِجعهم فين ِبئهم ِبما كانوا‬

185
Khutbah Jumat Kontemporer
َ ُ
)108 :‫َي ْع َملون (األنعام‬

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan


yang mereka sembah selain Allah, kerena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap
umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian
kepada Tuhan, tempat kembali mereka, lalu Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
kerjakan.” (Q.S. al-An’am: 108)
Dari titik ini, keragaman tradisi, budaya, dan kearifan
lokal yang dimiliki Indonesia tidak sepatutnya dibenturkan
dengan agama. Perbedaan harus dipandang sebagai titik
pijak untuk saling belajar dan mengenal. Demikian halnya
perbedaan agama dan kearifan lokal. Dengan harapan,
keragaman agama, budaya, dan kearifan lokal akan menjadi
salah satu modal sosial untuk menatap masa depan
Indonesia yang semakin harmonis, sejahtera, dan beradab.
Semoga Allah ta’ala senantiasa membimbing langkah
kita. Amin ya rabbal’alamin.

َ ْ َ ُ َ َ َََ َْ ُْ ُ ََ ُ َ َ
‫ات‬ِ ‫ ونفع ِن ْي وِإ َّياك ْم ِف ْي ِه ِمن اآلي‬،‫با َرك هللا ِل ْي ولك ْم ِف ْي الق ْر ِآن الع ِظ ْي ِم‬
ْ َّ ‫ إ َّن ُه ُه َو‬،‫ َو َت َق َّب َل م ّن ْي َوم ْن ُك ْم ِت َل َو َت ُه‬،‫الذ ْكر ْال َح ِك ْيم‬
.‫الس ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‬
ّ َ
ِ ‫و‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
ْ ْ َ َ
َّ ‫اغ ِف ْر َوا ْر َح ْم َوأ ْن َت َخ ْي ُر‬ ْ ّ َ ْ َُ
‫اس َتغ ِف ُر ْو ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ‫ ف‬،‫الر ِاح ِم ْي َن‬ ‫وقل ر ِب‬
َّ ‫ْال َغ ُف ْو ُر‬
.‫الر ِح ْيم‬

186
‫‪MEMBUMIKAN‬‬
‫‪22‬‬ ‫‪MODERASI ISLAM‬‬

‫ُ‬
‫اهلل ِم ْن ش ُر ْو ِر‬
‫َ ْ ُ ُ ََ ْ َ ُْ ُ ََ ْ َ ْ ُ ََ ُْ ُ‬ ‫َّ ْ َ َ‬
‫هلل‪ ،‬نح َمده ونست ِعينه ونستغ ِف ُره ونعوذ ِب ِ‬ ‫ِإن الح ْمد ِ‬
‫ض ِل ْل‬ ‫هللا َف َل ُمض َّل َل ُه َو َم ْن ُي ْ‬ ‫َأ ْن ُفس َنا َوم ْن َس ّي َئات َأ ْع َمال َنا‪َ ،‬م ْن َي ْهده ُ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬
‫َ‬ ‫ََ‬
‫فل َه ِاد َي ل ُه‪،‬‬
‫َ‬ ‫َ َ ْ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ْ َ َ َ َّ‬
‫أش َه ُد أ ْن ل ِإل َه ِإل هللا َو ْح َد ُه ل ش ِرْي َك ل ُه‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن َس ِّي َدنا ُم َح َّم ًدا‬
‫ص ْح ِب ِه‬ ‫ص ّل َع َلى َس ّيد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آله َو َ‬ ‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل ُه‪َ ،‬ا َّلل ُه َّم َ‬
‫ِِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫الد ْين‪َ ،‬أ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬‫َو َم ْن َتب َع ُه ْم بإ ْح َسان إ َلى َي ْوم ّ‬
‫ٍ ِ ِ ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫ْ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُم ْوت َّن ِإل َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الذ ْي َخ َل َق ُك ْم منْ‬ ‫ُ ْ ُ ْ َن َ َ ُ َ َ َ َ َ ُّ َ َّ ُ َّ ُ ْ َ َّ ُ ْ َّ‬
‫ِ‬ ‫مس ِلمو ‪ ،‬قال هللا تعالى يا أيها الناس ِاتقوا ربكم‬
‫ً َ‬ ‫َّ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬
‫س َو ِاح َد ٍة َوخل َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َبث ِم ْن ُه َما ِر َجال ك ِث ْي ًرا َو ِن َس َآء َو َّات ُق ْوا‬ ‫ٍ‬ ‫ن ْف‬
‫َ َّ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ َ ُ‬
‫ان َعل ْيك ْم َر ِق ْي ًبا‪.‬‬ ‫هللا ال ِذي تسآءلون ِب ِه والرح ِام ِإن هللا ك‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan‬‬


‫‪oleh Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah‬‬
‫‪swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.‬‬

‫‪187‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi


Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam
semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala, yakni dengan cara menjalankan
perintah-Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Dalam beberapa tahun terakhir, salah satu tantangan
masyarakat Muslim adalah menguatnya ekstrimisme,
radikalisme, dan terorisme. Jika dilihat dari prespektif
sosiologi agama, ekstrimisme dan radikalisme berpotensi
menjangkiti semua pemeluk agama, tidak hanya Islam
saja. Meskipun agama pada dasarnya tidak mengajarkan
kekerasan dan kebengisan, akan tetapi harus diakui bahwa
sebagian oknum umat beragama yang menjadi pelaku
tindakan kekerasan dan teror sering menyandarkan
tindakannya pada teks-teks suci agama. Sebagai misal
ialah kemunculan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) dan
jaringan-jaringan terorisme lainnya.
Dalam praktinya, mereka tidak segan-segan
melakukan perengkrutan dan doktrinasi kepada generasi
muda. Baik melalui lembaga pendidikan, buku, buletin,
hingga kecanggihan teknologi internet. Dengan tafsir yang
ektrim dan parsial, mereka menawarkan janji surga kepada
pengikutnya, serta memberikan tuduhan kafir dan bid’ah
kepada kelompok lain. Sehingga, kelompok di luar mereka
dianggap sah untuk dijadikan sebagai musuh yang halal
diperangi. Dalam konteks masyarakat Indonesia, lantas
darimana kita memulai untuk menanggulanginya?

188
Membumikan Moderasi Islam

Hadirin, hafidhakumullah.
Indonesia merupakan negara yang berpenduduk
mayoritas Muslim. Tetapi kondisi ini tidak menjadikan
Indonesia sebagai negara agama. Konsensus yang telah
terbangun adalah republik. Dengan demikian, negara dan
masyarakat harus mengayomi dan melindungi keragaman
agama. Perbedaan harus disikapi dan diterima sebagai
sunnatullah. Keragaman harus dijadikan sebagai ladang
ibadah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggungjawab
untuk turut serta menciptakan kondisi tentram dan damai.
Dengan kondisi yang damai, sangat dimudahkan untuk
mewujudkan kemaslahatan umat manusia. Di sisi lain,
Islam dengan tegas menolak sikap terorisme, radikalisme,
anarkisme, keberingasan, dan pengrusakan yang
mengatasnamakan agama. Tidak lain, karena hal tersebut
sangat bertentangan dengan nilai-nilai dan watak dasar
Islam.
Kita sebagai kaum Muslim Indonesia yang menjadi
mayoritas sangat mafhum bahwa Indonesia bukanlah negara
agama, melainkan negara yang memiliki banyak agama serta

“Masalah Indonesia, bangsa Muslim terbesar di


muka bumi, tidak mungkin dipecahkan oleh otak-
otak sederhana yang lebih memilh jalan pintas,
kadang-kadang dalam bentuk kekerasan”
(Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, Presiden World Conference on
Religion for Peace)

189
Khutbah Jumat Kontemporer

suku bangsa. Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa


dan bernegara juga mengambil intisari dari kitab suci al-
Qur’an. Tokoh-tokoh pendiri bangsa, dengan berbagai latar
belakang agama yang dianut telah bahu membahu berperan
penting dalam mendirikan sebuah negara bernama
Indonesia. Oleh karenanya, Indonesia bukanlah dimiliki
oleh satu agama, tetapi dimiliki oleh semua agama.
Baik umat Islam maupun penganut agama lain
harus berupaya memahami dan mengamalkan ajarannya
masing-masing dalam bingkai merawat kemajemukan dan
kemajuan Indonesia. Hal ini tidaklah berlebihan, mengingat
setiap agama pasti mengajarkan nilai dan budi luhur. Oleh
karenanya, hidup damai dan toleran sudah semestinya
menjadi komitmen bersama. Dalam konteks ajaran Islam,
toleransi antar agama juga telah ditegaskan dalam al-Qur’an:

ُ َُ
)6 :‫لك ْم ِد ُينك ْم َو ِل َي ِدين (الكافرون‬

Artinya: “Untukmu agamamu, untukku agamaku.”


(Q.S. al-Kafirun: 6)
Umat Islam harus berupaya mewujudkan ajaran-
ajaran mulianya guna berlomba dalam kebaikan,
menciptakan keadaban publik, serta mewujudkan
kemaslahatan umat manusia. Hal ini bisa dimungkinkan
jika sikap toleran dan moderat menjadi prinsip dasar dalam
kehidupan bermasyarakat. Tidak aneh bila terdapat hadis
shahih yang diriwatkan oleh Imam al-Bukhari (194-256 H)
dalam kitab al-Adab al-Mufrad dan kitab Shahih al-Bukhari,
Rasulullah saw menyatakan bahwa agama yang paling
dicintai oleh Allah ta’ala adalah agama yang lurus dan

190
Membumikan Moderasi Islam

moderat.

َ َّ ُ َ ‫ ق‬:‫ال‬ َ َّ َ ْ َ
‫ أ ُّى‬:‫الل صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫يل ِل َرسو ِل‬ ِ َ ‫اس ق‬
ٍ ‫ع َ ِن اب ِن َ عب‬
ُ َّ ُ َّ َ ْ َ َ َّ َ ُّ َ َْ
)‫الس ْم َحة (رواه البخاري‬ ‫ الح ِن ِيفية‬:‫الل؟ قال‬
ِ ‫األدي ِان أحب ِإلى‬
Artinya: Diriwayatkan dari Shahabat Ibnu ‘Abbas ra,
suatu ketika ditanyakan kepada Rasulullah saw: “Agama
apa yang paling dicintai oleh Allah?” Maka Rasulullah saw
menjawabnya: “Agama yang lurus dan moderat.” (H.R. al-
Bukhari)
Hadis ini mengabari pada kita bahwa Nabi Muhammad
saw secara eksplisit menjelaskan posisi toleransi dan
moderasi dalam Islam. Moderasi dan toleransi merupakan
esensi Islam. Allah menciptakan manusia untuk dicintai
dan saling mencintai. Kita mencintai makhluk berarti kita
menghargai dan mencintai ciptaan Allah.
Dari penjelasan ini, kita bisa mengambil intisari
bahwa toleransi dan moderasi telah dan harus menjadi
bagian yang tak terpisahkan dalam lingkup intra-agama
dan antar-agama. Meskipun memiliki perbedaan konsep
teologis, bukan berarti lantas membuat kita saling curiga

“Perbedaan keyakinan tidak membatasi atau


melarang kerjasama antara Islam dan agama-
agama lain, terutama dalam hal-hal yang
menyangkut kepentingan umat manusia”

Abdurrahman Wahid (1940-2009)

191
Khutbah Jumat Kontemporer

dan bermusuhan. Sebaliknya, komitmen untuk berlomba-


lomba berbuat baik untuk sesama haruslah menjadi
konsensus bersama. Salah satunya ialah dengan memahami
arti penting toleransi dan saling menghormati. Memahami
toleransi berarti memahami Islam itu sendiri. Bahkan juga
dapat dimaknai sebagai upaya memahami agama-agama
lain karena agama-agama lain juga mempunyai ajaran yang
sama tentang toleransi, cinta kasih, dan kedamaian.
Realitasnya, kesadaran toleransi belum sepenuhnya
disadari sebagai misi beragama, sehingga sikap intoleran
kerap dijumpai di tengah-tengah masyarakat. Seakan-akan
menjadi intoleran lebih mudah dibandingkan menjadi
toleran. Sikap intoleransi tercermin pada tindakan
kekerasan, perundungan, kata-kata kasar di media sosial,
intimidasi, membakar rumah ibadah orang lain, dan
tindakan terorisme sebagai puncak aktifitasnya.
Upaya membangun toleransi harus menjadi prioritas,
terutama dalam konteks masyarakat yang majemuk.
Pemahaman atas pentingnya toleransi mesti menjadi
sebuah keniscayaan dalam rangka membangun masa depan
yang lebih baik. Hanya dengan itu, hidup kita berbangsa
dan bernegara akan lebih bermanfaat. Agama akan sangat
bermanfaat apabila berperan membangun nilai-nilai
keadaban publik dan sosial.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan Allah
subhanahu wa ta’ala.
Pada dasarnya, sikap moderat dan toleran adalah
dua hal yang menjadi pijakkan dasar untuk hidup di
tengah keragaman. Dengan dikembangkannya dua prinsip
tersebut, kerjasama untuk membangun peradaban sangat
dimungkinkan. Baik secara normatif maupun praksis,
Nabi Muhammad saw sudah menekankan urgensinya.

192
Membumikan Moderasi Islam

Risalah yang beliau dakwahkan tidak lain adalah sebagai


penyempurna bagi ajaran-ajaran sebelumnya. Oleh
karenanya, Islam datang bukan untuk merusak tetapi untuk
memperbaiki dan menyempurnakan.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam riwayat hadis
dalam kitab Shahih Muslim:

َ َ َ َ
‫ َمث ِلى َو َمث ُل‬:‫ال‬ ‫الن ِب ِ ّى صلى هللا عليه وسلم ق‬ َّ ‫َع ْن َأبى ُه َرْي َر َة َعن‬
ِ ِ َ
ُ‫الناس‬ َّ ‫األ ْنب َياء َك َم َثل َر ُجل َب َنى ُب ْن َي ًانا َف َأ ْح َس َن ُه َو َأ ْج َم َل ُه َف َج َع َل‬
ٍ ِ ِ ِ
َ َ َّ َ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ ً َ َ َ َ َ ‫ُ ُ َن َ ُ ُ َن‬
‫ي ِطيفو ِب ِه يقولو ما رأينا بنيانا أحسن ِمن هذا ِإال ه ِذ ِه الل ِبنة‬
َ َّ ْ َ َ ُ َ
)‫فك ْن ُت أنا ِتل َك الل ِب َنة (رواه مسلم‬

Artinya: Diriwayatkan dari Shahabat Abu Hurairah


ra, Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaanku dan
perumpamaan para nabi-nabi terdahulu itu ialah ibarat
seseorang membangun rumah lalu menyempurnakan dan
memperindahnya. Kemudian orang-orang mengelilinginya
dan mengaguminya, seraya berkata: “Kita tidak pernah
melihat bangunan yang lebih indah dari bangunan ini
sebelumnya, hanya saja ada satu bata (yang belum
diletakkan)”, satu bata tersebut adalah aku.” (H.R. Muslim)
Hadis ini penting dilihat dan masih sangat relevan
dalam kehidupan. Nabi Muhammad saw mengibaratkan
agama-agama sebelum Islam layaknya sebuah rumah.
Rumah tersebut sudah dibangun. Ajaran Islam yang
dibawa nabi Muhammad saw bukan untuk merusak atau
menghancurkan rumah tersebut. Nabi bahkan meneguhkan
kembali bahwa Islam hadir ke muka bumi untuk
menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya.

193
Khutbah Jumat Kontemporer

Di Madinah, Nabi Muhammad saw telah


mempraktikkan toleransi di tengah masyarakat yang plural.
Hal ini sebagaimana tercermin dalam Piagam Madinah.
Dimana perbedaan agama dan kepercayaan tidaklah
menjadi penghalang untuk saling hidup berdampingan dan
bekerja sama. Oleh karena itu, sikap dan keteladanan Nabi
Muhammad saw ini mesti dicontoh dalam kehidup sehari-
hari kaum Muslim. Tidak mudah menafikan keberadaan
orang lain, penuh kasih sayang dan menghargai non-muslim.
Al-Qur’an sebagai pedoman dan pegangan hidup
Muslim, banyak menceritakan perihal sikap toleransi dan
moderasi. Jika kita percaya pada isi serta kandungan al-
Qur’an sebagai kitab toleransi semestinya kita memahami
dan meresapi pesan-pesan toleransi yang terkandung di
dalamnya. Selain itu, kita sebagai Muslim harus secara sadar
dan aktif membumikan pesan-pesan toleransi al-Qur’an
pada kehidupan nyata. Ajaran cinta kasih merupakan ajaran
yang mendasar dalam agama-agama samawi terdahulu.
Apa yang disampaikan al-Qur’an, pada hakikatnya hendak
menyempurnakan dan melanjutkan ajaran yang mulia
tersebut. Karena itu, meletakkan toleransi sebagai nilai
utama dalam keberagamaan umat Islam merupakan salah
satu upaya menghadirkan sesuatu yang fundamental dalam
Islam.
Dengan menguatnya toleransi dan moderasi,
masyarakat dan generasi muda tidak akan mudah untuk
disusupi oleh doktrinasi gerakan-gerakan radikalisme,
ektrimisme, dan terorisme. Bahkan sebaliknya, masyarakat
akan menjadi tembok kokoh untuk menangkal gejala
pendangkalan agama tersebut. Agama yang menjadi
petunjuk manusia, tidak mungkin bisa diterima jika di
dalamnya mengajarkan kekerasan dan kebengisan. Tidak
lain karena, agama adalah cahaya dan petunjuk bagi

194
‫‪Membumikan Moderasi Islam‬‬

‫‪keadaban dan peradaban.‬‬


‫‪Semoga Allah ta’ala senantiasa memudahkan langkah‬‬
‫‪kita.‬‬

‫ُ‬ ‫ََ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َُ‬ ‫َبا َر َك ُ‬


‫هللا ِل ْي َولك ْم ِفي ال ُق ْر ِآن ال َع ِظ ْي ِم‪َ ،‬ونف َع ِن ْي َوِإ َّيك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِمن‬
‫َ َ‬ ‫ُ‬ ‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‪َ ،‬و َت َق َّب َل ُ‬
‫هللا ِم ِ ّني َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬
‫َ َ ّ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ات و ِ‬ ‫اآلي ِ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫الس ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‪َ ،‬وق ْل َرّبي اغ ِف ْر َوا ْر َح ْم َوأن َت خ ْي ُر َّ‬
‫الر ِاح ِم ْي َن‪.‬‬ ‫ِ‬
‫َّ‬

‫***‬

‫‪195‬‬
‫‪DAKWAH‬‬
‫‪23‬‬ ‫‪GENERASI‬‬
‫‪MILENIAL‬‬
‫ض ِب ِه‬ ‫َا ْل َح ْم ُد َّل َّالذ ْي َأ ْك َر َم َم ْن ا َّت َقى ب َم َح َّبته َو َأ ْو َع َد َم ْن َخ َال َف ُه ب َغ َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ ِ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ ِ َ ُ ََّ‬ ‫َ‬
‫َو َعذ ِاب ِه‪ ،‬أشهد أن ل ِاله ِال هللا وحده ل ش ِريك له‪ ،‬وأشهد أن‬
‫ْ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ ّ ْ‬
‫الد ْي ِن ال َح ِ ّق ِل ُيظ ِه َر ُه‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أرسله ِبالهدى و ِ‬
‫ََ ّ ُّ‬
‫الد ْي ِن ك ِل ِه‪،‬‬‫على ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َا َّلل ُه َّم َ‬
‫ص ِ ّل َو َس ِل ْم َعلى َس ِّي ِدنا َو َح ِب ْي َب َنا َوش ِف ْي ِع َنا َوق َّر ِة أ ْع ُي ِن َنا ُم َح َّم ٍد‬
‫َّ‬
‫ص ْح ِب ِه ال ِذ ْي َن َج َاه ُد ْوا ِف ْي َس ِب ْي ِل ِه‪،‬‬ ‫َر ُس ْول هللا َو َخ ْير َخ ْلقه‪َ ،‬و َع َلى َأله َو َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َ ُ َّ َ ْ‬ ‫َُ‬ ‫َف َيا َا ُّي َها ْال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َولت ُم ْوت َّن ِال َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ُم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan‬‬


‫‪oleh Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah‬‬
‫‪swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.‬‬
‫‪Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi‬‬
‫‪Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam‬‬

‫‪196‬‬
Dakwah Generasi Milenial

semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah.
Sekitar 14 abad yang lalu, tanda-tanda kemunculan
Islam di Nusantara sudah ditemukan. Nisan makam
perempuan bernama Fatimah Binti Maimun di Gresik
menjadi salah satu bukti bahwa Islam telah masuk ke
Nusantara. Keberadaan Islam berkembang di tengah
animisme, dinamisme, Hindu, dan Buddha yang sudah
terlebih dahulu dianut penduduk Nusantara. Perlahan,
Islam menyebar dengan proses yang damai dan elegan.
Dalam kajian sosiologi agama, masuknya Islam digolongkan
sebagai penetration pacifique, yakni dengan cara yang
damai. Hal ini sedikit berbeda dengan semangat gold, glory,
gospel yang diusung oleh para penjajah dari Eropa.
Penyebaran Islam secara damai di Nusantara
tentunya harus dipahami oleh masyarakat Muslim Indonesia,
terlebih generasi muda. Islam dapat disambut hangat dan
diterima dengan tangan terbuka. Cara-cara yang dilakukan
oleh para pedagang Gujarat dan Persia dalam menyebarkan
ajaran Islam menuai respon baik dari beragam kalangan.
Setelah itu, Islam pun menyebar melalui jalur-jalur lain
seperti pernikahan, kesenian, dan budaya lokal. Bahkan ada
kalangan yang menggabungkan beberapa aspek tersebut
menjadi satu.
Seperti di Pulau Jawa, misalnya. Masyarakat Jawa
hampir pasti mengenal Wali Songo. Sembilan Sunan yang
memiliki karakteristik masing-masing mampu menjadi
figur yang dikagumi oleh sebagian besar masyarakat Jawa.

197
Khutbah Jumat Kontemporer

Tidak lain, karena mereka mampu mengenalkan Islam


lewat dakwah dengan cara-cara yang cerdas. Seperti Sunan
Kalijaga, beliau berdakwah dengan media wayang kulit. Alur
cerita wayang kulit memang dipengaruhi unsur Mahabarata
dan Ramayana dari India, namun beliau mampu memasukan
unsur Islam di dalamnya.
Dengan budaya dan seni, dakwah menjadi sesuatu
yang menarik. Dakwah sebagai perantara dalam menyerukan
kebaikan dan keislaman tidak terkesan menakutkan
atau hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu. Figur
pendakwah yang cerdas dan bijak menggunakan budaya
dan kearifan lokal terbukti menjadi penyuluh masyarakat.
Mereka mampu mengenalkan dan mengajarkan nilai-
nilai luhur agama secara baik dan persuasif. Manfaat dan
pengaruhnya terbukti langgeng hingga sekarang. Lantas
spirit dakwah seperti apa yang dapat dipetik oleh generasi
milenial?
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah.
Secara garis besar, terdapat tiga bentuk dakwah
yang selama ini telah dikenal. Ketiga bentuk tersebut adalah
dakwah melalui ucapan (bil lisan), dakwah melalui tulisan

“Pemahaman, pengalaman, dan metode dakwah


ulama Nusantara, sejauh ini, telah memberikan
kesan yang baik, yaitu Islam yang tampil dengan
wajah sumringah dan tidak pongah, toleran tapi
tidak plin-plan, serta permai nan damai”
(KH. Afifuddin Muhajir, Katib Syuriah PBNU)

198
Dakwah Generasi Milenial

(bil qalam) dan dakwah melalui perbuatan (bil hal). Dakwah


bukan hanya sekadar berupa penyampaian materi saja,
tetapi juga bagaimana ajaran yang didakwahkan tersebut
dapat dipahami dengan mudah oleh umat. Selain itu, yang
paling penting adalah bagaimana masyarakat dapat tergerak
untuk menjalankan kebaikan sesuai dengan tuntunan.
Dari seruan dakwah, masyarakat mampu memahami
dan menerjemahkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan.
Selain memiliki kesalehan individual, umat juga terpatri
semangat untuk berbuat baik bagi sesama. Mereka dengan
senang hati dan sadar berbuat kebajikan dan berlomba-
lomba dalam kebaikan. Hati mereka terang dengan
keimanan, tindakan mereka terbalut dengan semangat
saling menasehati dan mengajak dalam kebaikan.
Terkait hal ini, Allah berfirman dalam al-Qur’an
surat at-Taubah ayat 71:

‫وف َو َي ْن َه ْو َن‬ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ‫ض ُه ْم َأ ْول َياء َب ْع‬ ُ ‫ات َب ْع‬ُ ‫َو ْالُ ْؤم ُنو َن َو ْالُ ْؤم َن‬
ِ ‫ض يأم ُرون ِبالع ُر‬ ٍ ِ ِ ِ
ُ‫هللا َو َر ُس َوله‬َ ‫يعون‬َ َ َ
ُ ‫الزكاة َو ُيط‬ َ ُ ْ َ
َّ ‫الصالة َو ُيؤتون‬ َ َ
َّ ‫َعن النكر َو ُي ِق ُيمون‬ َ ُ ْ
ِ ِ ِ ُ
َ ٌ َ َ َّ ُ َ َ َ َ
)71 :‫أ ْول ِئك سي ْرحم ُهم هللا ِإن هللا ع ِزيز ح ِكيم (التوبة‬
ٌ ُ ُ َ

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman lelaki


dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi
sebagian yang lain. Mereka menyuruh berbuat yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa,
lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. at-Taubah: 71)
Dalam praktiknya, dakwah melalui lisan bisa
disampaikan melalui ceramah atau halaqah di masjid,
majelis taklim, bahkan dapat juga melalui media televisi

199
Khutbah Jumat Kontemporer

dan radio. Model dakwah ini, jamaah menerima pesan satu


arah, meskipun di beberapa kesempatan jamaah dapat
bertanya kepada dai. Sehingga terjadi dialog interaktif.
Terkait dakwah dengan tulisan, dapat disalurkan di media
cetak, semisal buletin, koran, majalah, dan buku.
Selanjutnya adalah dakwah melalui perbuatan.
Bentuk dakwah ini mungkin tidak terlihat secara langsung
dengan ajakan tutur kata. Namun, dengan perbuatan yang
dilakukan langsung oleh pendakwah, dapat memberikan
efek yang lebih terasa kepada jamaah atau orang di
sekitarnya untuk mengikuti apa yang sudah dicontohkan di
kehidupan sehari-hari.
Dari ketiga bentuk dakwah di atas, satu hal yang
harus diperhatikan adalah etika berdakwah. Islam telah
memberikan panduan bahwa dakwah hendaknya dilakukan
dengan bijak, ramah, berdasar pada ilmu dan kebenaran.
Etika berdakwah ini, salah satunya dapat ditemukan dalam
surat al-Nahl ayat 125:

َّ ْ ْ َ َْ ْ ْ
‫ْاد ُع ِإ ِلى َس ِب ِيل َرِّب َك ِبال ِحك َم ِة َوال ْو ِعظ ِة ال َح َس َن ِة َو َج ِادل ُهم ِبال ِتي ِه َي‬
‫ين‬َ ‫ض َّل َعن َسبيله َو ُه َو َأ ْع َل ُم ب ْالُ ْه َتد‬َ ‫َأ ْح َس ُن إ َّن َ َّب َك ُه َو َأ ْع َل ُم ب َمن‬
‫ِ ر‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
)125 :‫(النحل‬
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah
dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.” (Q.S. al-Nahl: 125)
Selain itu, dakwah juga tidak dilakukan dengan cara
mudah menyalahkan kelompok lain, atau bahkan menuduh

200
Dakwah Generasi Milenial

bid’ah ataupun kafir. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam


hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad (164-241 H)
dalam kitab al-Musnad:

َ َ َ َ ‫الل َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َق‬


ُ َّ ‫ص َّلى‬
‫ال َم ْن ك َّف َر أخ ُاه‬ َّ ْ َ َ َ ُ ْ َ
َ ‫النب ّي‬
ِ ِ َ ‫ع ِن اب ِن عمَر عن‬
ََ
‫فق ْد َب َاء ِب َها أ َح ُد ُه َما‬

Artinya: Dari Shahabat Ibni Umar ra. dari Nabi


Muhammad saw. bersabda: “Barang siapa mengafirkan
saudaranya, maka sungguh telah kafir salah satu di antara
keduanya.”
Hadirin, jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah
ta’ala.
Sebagaimana telah disinggung di atas, dakwah
Islam yang damai dan bijak terhadap budaya dan kearifan
lokal ternyata menjadi salah satu kunci keberhasilannya.
Jika dulu, sekitar lima ratus tahun yang lalu, Sunan Kalijaga
mengajarkan Islam di Nusantara dengan cara yang unik
melalui kesenian wayang kulit, maka di era sekarang,

“Allah menciptakan manusia berjenis lelaki dan


perempuan, dan menjadikan mereka berbeda-
beda suku, bangsa dan budaya, perbedaan yang
dimaksudkan agar mereka saling mengenal dan
saling memberi manfaat”
KH. Ali Yafie (1926-)

201
Khutbah Jumat Kontemporer

metode dakwah beliau harus dilanjutkan. Khususnya


adalah spirit cerdas membaca budaya dan perkembangan.
Tujuannya satu, untuk menciptakan generasi bangsa yang
cinta agama dan negara.
Sudah pasti cara yang digunakan dalam berdakwah
berubah dan berkembang seiring dengan perubahan
masyarakat. Era kemajuan teknologi bukanlah hambatan,
akan tetapi merupakan tantangan. Generasi muda harus
mampu memaksimalkan kemajuan teknologi untuk sesuatu
yang bermanfaat. Bukan sebaliknya, menyalahgunakannya
untuk memicu keributan atau menimbulkan keresahan.
Dewasa ini, pemanfaatan teknologi media sosial
sangat santer menyentuh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia. Usia remaja hingga menginjak dewasa dapat
dipastikan pernah mencecap berbagai macam media sosial
yang tersedia, mulai dari Facebook, Twitter, Instagram,
ataupun Youtube. Beragam media ini sangatlah baik
jika digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti
contohnya adalah berdakwah.
Dakwah memiliki ruang tersendiri yang tidak
akan kehilangan konsumen maupun luput dari perhatian
masyarakat. Jika bicara segmentasi, berdakwah lewat
televisi atau majelis taklim masih sering ditemui. Namun,
ada ranah baru yang harus digalakkan dalam berdakwah,
khususnya bagi para pemuda Indonesia. Istilah yang santer
terdengar adalah dakwah zaman now.
Para pemuda seyogjanya memiliki kreativitas dalam
menciptakan produk dakwah yang menarik bagi pemuda
masa kini, contohnya adalah lewat lagu, buku, maupun
video. Penyebaran produk-produk dakwah ini dapat
memanfaatkan media sosial yang kini lebih dekat dengan
para pemuda. Sebagai misal, beberapa pendakwah ada yang
berhasil menjadi ikon di kalangan pemuda saat ini, mereka

202
Dakwah Generasi Milenial

berhasil menyentuh angka hampir dua juta followers


(pengikut) dengan video yang ditonton hampir satu juta
setiap kali tayang. Tentu saja fenomena ini diharapkan tidak
cepat menguap.
Oleh karenanya, generasi muda Indonesia harus
terus memacu diri untuk dapat memaksimalkan media
sosial dalam upaya menyebarkan pesan-pesan mulia agama.
Dengan kemampuan ini, secara tidak langsung, kita sudah
berusaha untuk mencintai agama, nusa dan bangsa. Kita
tidak boleh berpangku tangan membiarkan ruang publik
di media sosial hanya dipenuhi oleh berita bohong (hoax),
ujaran kebencian (hate speech), ataupun virus radikalisme
dan esktrimisme lainnya.
Dakwah Islam yang cerdas dan ramah di jagat media
sosial inilah yang saat ini perlu dipelopori oleh generasi
muda. Dengan potensi kreativitasnya, sudah seharusnya
generasi milenial mampu berpartisipasi menebar pesan
damai Islam. Dengan harapan, Indonesia akan menjadi
negara yang maju dan beradab.
Semoga Allah ta’ala senantiasa meridhai langkah
kita. Amin ya rabbal’alamin.

ُ ََ َْ َ ْ َُ
‫ َونف َع ِن ْي َوِإ َّياك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬،‫هللا ِل ْي َولك ْم ِف ْي ال ُق ْرأ ِن الك ِرْي ِم‬
ُ ‫َبا َر َك‬
َ َ ُ ُ ‫ َو َت َق َّب َل‬،‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‬ ّ َ ََ ْ
‫هللا ِم ِ ّن ْي َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ِ ِ ِ ِ ‫ات و‬ ِ ‫الي‬
ُ َ ْ ُ َّ
َّ ‫استغ ِف ُر ْو ُه إنه ُه َو الغف ْو ُر‬ ْ َ ْ
ْ ‫ َو‬،‫السم ْي ُع ال َعل ْيم‬
.‫الر ِح ْي ُم‬ ِ ِ ِ ِ
َّ

203
Khutbah Jumat Kontemporer

“Islam bersifat “demokratis” dengan arti bahwa


Islam itu anti istibdad, anti absolutisme, anti
sewenang-wenang, dan ditegaskannja hak-
hak azasi manusia sebagai machluk sosial dan
digariskan hubungan hak serta kewajiban
antara pemerintah dan jang diperintah timbal-
balik”

(M. Natsir, 1908-1993)

204
‫‪DERADIKALISASI‬‬
‫‪24‬‬ ‫‪DI KALANGAN‬‬
‫‪REMAJA‬‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ْ ُ َّ َّ‬
‫ل ال ِذي َوف َق ِب َر ْح َم ِت ِه َم ْن ش َاء ِم ْن ِع َب ِاد ِه‪،‬‬ ‫ل‪ ،‬الحمد ِ ِ‬ ‫الحمد ِ ِ‬
‫ات‪،‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َف َع َر ُف ْوا َأ ْق َد َار َم َواسم ال َخ ْي َرات‪َ ،‬و َع َّم ُر ْو َ‬
‫ْ‬
‫الكث ِار ِمن الطاع ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُْ‬
‫وخدل من شاء ِب ِحكم ِت ِه‪ ،‬فع ِميت ِمنهم القلوب والبصا ِئر‪ ،‬وفرطوا‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ِفى ِتل َك ال َو ِاس ِم ف َب ُاء ْوا ِبالخ َسا ِئ ِر‪.‬‬
‫َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َو َأ ْش َه ُد َأ ْن َل إ َل َه إ َّل ُ‬
‫هللا َو ْح َد ُه لش ِرْي َك ل ُه ال َع ِزْي ُز ال َح ِك ْي ُم‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ‬
‫اط ِن‬ ‫اس ِبطاع ِة رِب ِه ِفى البو ِ‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أقوم َالن ِ‬
‫َ‬ ‫َّ َ‬
‫ص َح ِاب ِه َو َسل َم ت ْس ِل ْي ًما ك ِث ْي ًرا‪،‬‬ ‫هللا َع َل ْيه َو َع َلى آله َوأ ْ‬ ‫ص َّلى ُ‬ ‫الظ َواهر‪َ ،‬‬ ‫َ َّ‬
‫و‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ‬ ‫هللا‪ُ ،‬أ ْو َ ْ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ْالُ ْسل ُم ْو َن َحف َظ ُك ُم ُ‬
‫�ص ْي نف ِ�س ْي وِإياكم بتقوى ِ‬
‫هللا‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َف َق ْد َف َاز ْالُ َّت ُق ْون‪ .‬ق َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ال هللا تعالى ِفي ِكت ِاب ِه الك ِري ِم‪ ،‬يا أ ُّي َها ال ِذين َآمنوا‬
‫َ‬ ‫َ َ ُ َّ َ‬ ‫َُ‬ ‫َّات ُقوا َّ َ‬
‫الل َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُموت َّن ِإل َوأ ُنتم ُّم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪205‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

Hadirin, jama’ah shalat Jumat hafidhakumullah.


Puji syukur hanyalah milik Allah, Dzat yang telah
memberikan nikmat iman, Islam, dan kesehatan bagi kita
semua. Shalawat dan salam kita haturkan kepada baginda
Nabi Muhammad saw, panutan hidup terbaik bagi umat
manusia.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan kualitas
ketakwaan kepada Allah ta’ala, yakni dengan cara senantiasa
menjalankan perintah-Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah
ta’ala.
Pada hari sabtu 27 Januari 2018, khalayak terhenyak
dengan berita tindak kekerasan terhadap tokoh agama di
Bandung. Kini, kasus penganiayaan tersebut telah ditangani
oleh pihak berwenang. Dalam laporan tertulisnya, saksi
menyatakan bahwa pelaku sempat merusak alat pengeras
suara seraya mengumpat klaim neraka bagi jama’ah masjid.
Setelah itu, penganiayaan fisik terjadi hingga korban harus
dirawat di rumah sakit.
Dari kasus ini, di samping kita harus bisa menahan
diri untuk tidak terprovokasi, namun setidaknya ada dua
hal penting yang harus kita pikirkan bersama. Pertama,
peristiwa tersebut memberi lampu kuning terhadap
melemahnya sikap toleran di kalangan masyarakat.
Meskipun perbedaan adalah sesuatu yang biasa dan wajar
adanya, namun dalam menyikapinya, kita perlu untuk terus
saling belajar dan memperkokoh rasa toleransi. Perbedaan
jangan sampai dijadikan pemicu permusuhan, apalagi
dengan menggunakan kekerasan.

206
Deradikalisasi di Kalangan Remaja

Kedua, menimbang kenyataan bahwa Indonesia


adalah negara yang plural, maka penting kiranya generasi
muda penerus bangsa dibekali kesadaran akan keragaman
Indonesia. Keragaman merupakan urat nadi bangsa
Indonesia sedari dulu. Hal ini tersimpul dalam semboyan
BhinekaTunggal Ika. Selain itu, semua agama yang dianut
oleh penduduk Indonesia, pastinya juga mengajarkan
norma hidup bersama. Meskipun tidak dapat dimungkiri,
perbedaan agama dapat berpotensi menimbulkan konflik,
bukan berarti lantas menutup mata bahwa agama juga
mengajarkan harmoni dan kasih sayang antar sesama.
Lantas bagaimana kita memaksimalkan peran agama
untuk menyiapkan generasi muda yang cerdas dan bijak
menyikapi keragaman Indonesia?
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan Allah
ta’ala.
Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia,
khususnya dalam jejang pendidikan menengah atas, dikenal
organisasi siswa yang disebut dengan OSIS (Organisasi
Siswa Intra Sekolah). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No 39 tahun 2008, salah satu tujuan pembinaan
kesiswaan adalah menyiapkan siswa agar menjadi
warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis,
menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka
mewujudkan masyarakat madani.
Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir, keberadaan
organisasi kesiswaan sedikit berada di persimpangan jalan.
Dalam artian, organisasi kesiswaan yang awalnya diniatkan
untuk menempa generasi penerus bangsa malah dijadikan
sebagai wadah doktrinasi. Mengenalkan siswa pada
pemahaman keagamaan yang ekslusif dan tak bijak hidup di
tengah kemajemukan. Hal ini sebagaimana ditemukan oleh

207
Khutbah Jumat Kontemporer

“Masalah Indonesia, bangsa Muslim terbesar


di muka bumi, tidak mungkin dipecahkan
oleh otak-otak sederhana yang lebih memilih
jalan pintas, kadang-kadang dalam bentuk
kekerasan”
(Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, Presiden World Conference on
Religion for Peace)

penelitian nasional yang diadakan oleh Maarif Institute.


Dari penelitian 6 kota di 5 provinsi yang dilakukan
pada Oktober-Desember 2017 tersebut, ditemukan
beberapa organisasi kesiswaan yang dibina oleh mentor
yang kurang tepat. Siswa diajarkan pemahaman agama
yang menjurus pada fundamentalisme dan radikalisme.
Imbasnya, anak didik menjadi anti terhadap keragaman
pemahaman dan keagamaan yang dianut oleh penduduk
Indonesia. Orang atau kelompok yang tidak sepaham lantas
mudah dicap bid’ah dan salah. Jika hal ini tidak segera kita
carikan solusinya, besar kemungkinan peristiwa tindak
kekerasan karena dilatar belakangi perbedaan pendapat
dan pemahaman sebagaimana di atas akan terus berulang
dan meluas.
Hadirin, hafidhakumullah.
Dari pemaparan di atas, penting kiranya menjadi
tanggung jawab bersama untuk melakukan pencegahan
meluasnya infiltrasi radikalisasi di di kalangan remaja. Ada
tiga upaya taktis yang bisa diupayakan bersama. Pertama,
menumbuhkan suasana dan budaya sekolah inklusif.
Baik komite sekolah, guru, tenaga pendidikan, siswa,

208
Deradikalisasi di Kalangan Remaja

maupun masyarakat sekitar sekolah harus bersama-sama


mengembangkan keterbukaan terhadap perbedaan. Setiap
pendapat diberi ruang untuk dimusyawarahkan bersama.
Perbedaan latar belakang ekonomi, budaya, politik, dan
agama tidak dipandang sebagai penghalang untuk saling
bertegur sapa, bertukar pendapat, dan bekerja sama.
Kedua, memujudkan sekolah harmoni dan cinta
kebhinekaan. Upaya ini dapat mulai diwujudkan dalam
bentuk pembelajaran kelompok di kelas, saling mengunjungi
antar teman, atau mengadakan rekreasi bersama ke situs
sejarah. Dari peninggalan sejarah tersebut, generasi muda
akan dapat menimba kesadaran akan keragaman budaya
Nusantara. Dengan begitu, meskipun berbagai silang budaya
asing dan gerakan-gerakan transnasional gencar menerpa,
namun generasi penerus akan sigap untuk memilah dan
memilihnya.
Ketiga, menghadirkan sekolah kebangsaan dan
nasionalisme. Rasa cinta tanah air merupakan sebuah
keniscayaan yang harus diinternalisasikan kepada generasi
muda. Rasa kebangsaan merupakan garansi penting untuk
keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Masuknya gerakan transnasionalisme yang sempat
meresahkan masyarakat akan dengan sendirinya padam
jika generasi penerus memiliki pemahaman kebangsaan
yang baik.
Dengan kesadaran bersama untuk melakukan
revitalisasi peran organisasi kesiswaan di sekolah, layak kita
berharap akan tumbuh generasi yang inklusif, menghargai
kebhinekaan, serta bangga terhadap bangsa dan negaranya.
Di negara ini, suatu hal yang tidak dapat kita pungkiri
bersama adalah bahwa bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang plural dan multikultural. Baik dari segi suku,
ras, agama, adat-istiadat, dan budaya. Dalam satu suku

209
Khutbah Jumat Kontemporer

pun, masih ada perbedaan dialek bahasa, tata nilai, norma,


dan sebagainya. Demikian halnya dalam beragama, sesama
Muslim pun berbeda-beda pula dalam praktik keagamaan
(madzhab), penafsiran, dan metode dakwahnya.
Oleh karena itu, sikap inklusif sangat perlu untuk
diejawantahkan. Sikap ini memperoleh dalihnya karena
realitas bangsa ini yang heterogen. Sikap inklusif ini akan
mendorong perbuatan yang terbuka terhadap berbagai
perbedaan di sekitar kita. Tidak mudah menjustifikasi,
menuduh, dan menyesatkan terhadap mereka yang berasal
dari kelompok yang berbeda. Kehadiran Islam harus
dibumikan sebagai rahmat bagi semesta alam. Misi menebar
kasih sayang inilah yang menjadi esensi agama Islam. Nabi
Muhammad saw sebagai pembawa risalah diutus oleh Allah
ta’ala tidak lain adalah untuk menjadi rahmat bagi alam
semesta. Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an:

َ ّْ ً َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َ
)107:‫اك ِإال َر ْح َمة ِلل َع ِال َين (األنبياء‬ ‫وما أرسلن‬

“Status Islam sebagai ajaran yang universal,


dalam artian dapat dilaksanakan untuk
melindungi kehidupan manusia secara
menyeluruh tanpa harus terganggu oleh sekat-
sekat regional, hanya mungkin dipertahankan
bila ia dapat kita pahami sebagai ajaran yang
justeru bersifat terbuka”
(KH. Sahal Mahfudz, 1937-2014)

210
Deradikalisasi di Kalangan Remaja

Artinya: “Dan Kami tidak mengutusmu (wahai


Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh
alam.” (Q.S. Al-Anbiya: 107)
Nabi Muhammad saw dalam kehidupannya telah
mencontohkan bagaimana hidup rukun dengan umat lain.
Misalnya melalui kesepakatan piagam Madinah. Piagam ini
diwujudkan guna menjamin dan melindungi masing-masing
agama dan kepercayaan yang ada di Madinah pada masa
itu. Nabi Muhammad saw sama sekali tidak menggunakan
pemaksaan dan kekerasan kepada umat lain. Lebih dari itu,
Nabi Muhammad saw mencontohkan akhlak dan etika yang
luhur dan mulia.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi (384-458 H) dalam
karyanya yang berjudul al-Sunan al-Kubra:

ُ ‫ال َر ُسو‬
َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ َْ ُ َ ْ َ
‫هللا صلى هللا عليه‬
ِ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫�ضى هللا عنه قال‬ ِ ‫عن أبى هريرة ر‬
َ ْ َ َ َ َ َ ّ َ ُ ُ ْ ُ َ َّ ِ
)‫وسلم ِإنما ب ِعثت ألت ِمم مكا ِرم األخال ِق (رواه البيهقي‬

Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, Rasulullah


saw bersabda: “Sungguh, aku diutus tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak mulia.” (H.R. al-Baihaqi)
Hadis di atas perlu kita jadikan sebagai panduan etis
dalam mendidik dan menanamkan karakter kepada generasi
muda. Dengan memiliki akhlak yang mulia, maka mereka
akan imun terhadap hasutan dan ajakan yang didoktrinkan
oleh gerakan-gerakan radikalisme yang berkedok dalil-dalil
agama.
Jika ditemukan dakwah yang mengajak untuk
membenci, memusuhi, bahkan menghalalkan darah sesama,
pasti dakwah ini tidak dapat dibenarkan. Generasi penerus
211
Khutbah Jumat Kontemporer

bangsa yang kini sedang berproses dalam mencari jadi diri,


tentunya harus diberikan pemahaman hakiki dari agama.
Tidak mungkin jika agama diaplikasikan sebagai dalih
pembenar tindak aniaya dan kekerasan.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita kembali menata
diri, khusunya melalui organisasi kesiswaan yang sudah
dimiliki oleh sekolah. Upaya revitalisasi di atas perlu
mendapatkan dukungan bersama, mengingat dari sanalah
kita berharap akan terbentuk generasi penerus bangsa
yang cerdas dan bijak menyikapi keragaman Indonesia.
Keragaman dan kekayaan adat, budaya, dan kepercayaan
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia harus dijadikan
sebagai titik pijak untuk saling belajar dan berlomba-lomba
dalam kebaikan.
Semoga Allah ta’ala senantiasa membimbing
langkah kita. Amin ya rabbal’alamin.

َ ْ َ ُ َ َ َََ َْ ُْ ُ ََ ُ َ َ
‫ات‬ِ ‫ ونفع ِن ْي وِإ َّياك ْم ِف ْي ِه ِمن اآلي‬،‫با َرك هللا ِل ْي ولك ْم ِف ْي الق ْر ِآن الع ِظ ْي ِم‬
ْ َّ ‫ إ َّن ُه ُه َو‬،‫ َو َت َق َّب َل م ّن ْي َوم ْن ُك ْم ِت َل َو َت ُه‬،‫الذ ْكر ْال َح ِك ْيم‬
.‫الس ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‬
ّ َ
ِ ‫و‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
ْ ْ َ َ
َّ ‫اغ ِف ْر َوا ْر َح ْم َوأ ْن َت َخ ْي ُر‬ ْ ّ َ ْ َُ
‫اس َتغ ِف ُر ْو ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ‫ ف‬،‫الر ِاح ِم ْي َن‬ ‫وقل ر ِب‬
َّ ‫ْال َغ ُف ْو ُر‬
.‫الر ِح ْيم‬

***

212
‫‪MENUMBUHKAN SIKAP‬‬
‫‪25‬‬ ‫‪EMPATI DAN KESALEHAN‬‬
‫‪SOSIAL‬‬

‫ض ِب ِه‬ ‫َا ْل َح ْم ُد َّل َّالذ ْي َأ ْك َر َم َم ْن ا َّت َقى ب َم َح َّبته َو َأ ْو َع َد َم ْن َخ َال َف ُه ب َغ َ‬


‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ ِ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ ِ َ ُ ََّ‬ ‫َ‬
‫َو َعذ ِاب ِه‪ ،‬أشهد أن ل ِاله ِال هللا وحده ل ش ِريك له‪ ،‬وأشهد أن‬
‫ْ‬ ‫َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ ّ ْ‬
‫الد ْي ِن ال َح ِ ّق ِل ُيظ ِه َر ُه‬ ‫س ِيدنا محمدا عبده ورسوله‪ ،‬أرسله ِبالهدى و ِ‬
‫ََ ّ ُّ‬
‫الد ْي ِن ك ِل ِه‪،‬‬‫على ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َا َّلل ُه َّم َ‬
‫ص ِ ّل َو َس ِل ْم َعلى َس ِّي ِدنا َو َح ِب ْي ِب َنا َوش ِف ْي ِع َنا َوق َّر ِة أ ْع ُي ِن َنا ُم َح َّم ٍد‬
‫َّ‬
‫ص ْح ِب ِه ال ِذ ْي َن َج َاه ُد ْوا ِف ْي َس ِب ْي ِل ِه‪،‬‬ ‫َر ُس ْول هللا َو َخ ْير َخ ْلقه‪َ ،‬و َع َلى َأله َو َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫َأ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬
‫َ َ ُ َّ َ ْ‬ ‫َُ‬ ‫َف َيا َا ُّي َها ْال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َولت ُم ْوت َّن ِال َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ُم ْس ِل ُم ْون‪.‬‬

‫‪Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan‬‬


‫‪oleh Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah‬‬
‫‪swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya.‬‬
‫‪Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi‬‬

‫‪213‬‬
Khutbah Jumat Kontemporer

Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam


semesta.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat
kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah
kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-
Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Hadirin, sidang Jumat hafidhakumullah.
Seringkali kita dengar dalam keseharian hidup umat
Islam, ada beberapa pihak yang mencoba mendikotomikan
antara kesalehan invidu dan kesalehan sosial.
Perdebatannya berpusat pada skala prioritas ibadah yang
perlu didahulukan, ibadah individual atau ibadah sosial.
Seakan dua bentuk kesalehan tersebut berjarak secara
diametral yang saling berjauhan.
Perdebatan soal kesalehan individu dan kesalehan
sosial tentu saja tak lahir dalam ruang hampa. Melainkan
hadir dari sebuah fakta tentang prilaku umat Islam dengan
derajat keimanan terlihat matang namun sikap sosialnya
jauh panggang dari api. Bukan sekadar memandang pihak
lain yang tak sejalan penuh curiga, lebih dari itu kerap
memosisikan kelompok berbeda sebagai entitas layak
dimusuhi. Bahkan diperangi.
Kesalehan individu merupakan bentuk ibadah
yang memprioritaskan ritus keagamaan personal sebagai
jembatan komunikasi langsung dengan Allah (hablum
minallah) demi supremasi diri sebagai hamba beriman
seperti shalat, puasa, haji, zikir, dan seterusnya. Insentif
pahalanya pun hanya dikonsumsi untuk kebaikan diri
sebagai bekal di akhirat kelak.
Dalam praktiknya, kesalehan individu terkadang tak
berbanding lurus dengan kepekaan sosial. Bahkan sering

214
Menumbuhkan Sikap Empati dan Kesalehan Sosial

kali mengabaikan nilai-nilai humanisme Islam dalam


kehidupan sosial di masyarakat.  Dengan kata lain, kesalehan
individu bukan jaminan dalam menghadapi kehidupan
serba kompleks yang membutuhkan nalar agama yang lebih
responsif dan budaya saling menghormati.
Sedangkan kesalehan sosial menunjuk pada perilaku
seseorang yang sangat peduli dengan nilai-nilai Islami
yang bersifat sosial. Misalnya sikap ramah kepada sesama,
peduli terhadap problem umat, menjunjung tinggi toleransi,
menumbuhkan sikap empati, serta menghargai segala
bentuk perbedaan.
Oleh karena itu, dikotomi antara kesalehan individu
dan kesalehan sosial sebenarnya tak relevan. Sebab, tindakan
baik sejatinya sebagai implementasi dari penghayatan nilai-
nilai yang diajarkan dalam ritual individual. Apalagi dalam
ritus individu sesungguhnya mengandung banyak aspek
sosial seperti shalat berjamaah, memberi zakat, maupun
ibadah puasa.
Dengan demikian, kesalehan sosial dapat dimaknai
sebagai manifestasi dari penghayatan ibadah individual
yang dipraktikkan dalam bentuk kepekaan sosial berupa

“Pengetahuan tentang kesatuan hidup manusia


adalah sebuah pengetahuan yang amat besar
yang meliputi bumi dan kemanusiaan. Apabila
manusia mengabaikan prinsip kesatuan
tersebut, maka mereka akan menjadi hancur dan
menghancurkan”
(Kiai Ahmad Dahlan, 1868-1923)

215
Khutbah Jumat Kontemporer

tindakan baik bagi masyarakat sekitar. Sehingga timbul


perasaan nyaman dan damai antar sesama. Kombinasi
keduanya disebut sebagai kesalehan total.
Karena itu, kesalehan total dalam Islam mencakup
hubungan baik dengan Allah (hablum minallah) serta
relasi hangat dengan sesama manusia (hablum minan
nas). Keduanya harus dinarasikan seimbang. Sabda Nabi
Muhammad saw mengatakan sebaik-baiknya manusia
adalah yang berguna bagi orang lain. Selain itu, tanda
kita dirahmati oleh Allah ta’ala, salah satunya adalah kita
senang mengasihi sesama makhluk ciptaan-Nya. Hal ini
sebagaimana termaktub dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Imam al-Baihaqi (384-458 H) dalam kitab al-Sunan al-
Kubra:

‫هللا‬ ‫ل‬َ ‫هللا َع ْن ُه َما َأ َّن َر ُسو‬


ُ ‫َع ْن َع ْبد هللا ْبن َع ْمرو ْبن ْال َعاص َر�ض َى‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ‫الر ِاح ُمو َن ْير َح ُم ُه ُم‬
ْ‫الر ْح َم ُن ا ْر َح ُموا َمن‬ َّ ‫ال‬ َ ‫صلى هللا عليه وسلم َق‬
َ
َّ ‫األ ْرض ْير َح ْم ُك ْم َم ْن فى‬
)‫الس َم ِاء (رواه البيهقي‬ ِ ِ ‫ِفى‬

Artinya: Diriwayatkan dari Abdillah bin ‘Amr bin al-


‘Ash ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Orang-
orang yang penyanyang akan disayangi oleh Allah yang Maha
Penyayang. Maka sayangilah makhluk yang ada di bumi,
niscaya makhluk yang ada di langit akan menyayangimu.”
(H.R. al-Baihaqi)
Selain itu, perbuatan baik bagi orang lain hakikatnya
manfaatnya juga akan kembali juga pada diri pribadi.
Begitu juga berbuat tidak baik kepada orang lain, juga akan
berimbas buruk pada diri sendiri. Hal ini sebagaimana
ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Isra’:

216
Menumbuhkan Sikap Empati dan Kesalehan Sosial

ََ ُْ َ ُ َ َ َ
)7 :‫ِإ ْن أ ْح َس ُنت ْم أ ْح َس ُنت ْم أل ُنف ِسك ْم َوِإ ْن أ َسأت ْم فل َها (اإلسراء‬

Artinya: Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat


baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat jahat, maka
kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri. (Q.S. al-isra’: 7)
Saat ini, diskursus kesalehan sosial menjadi penting
dikumandangkan di tengah fragmenasi masyarakat yang
kian ekstrim, faksi kita (minna) dan faksi mereka (minhum)
makin mengeras seiring perbedaan pilihan hidup. Padahal
Islam mengajarkan tata pola menyikapi perbedaan dengan
bijak. Tidak lain karena perbedaan adalah rahmat Allah
yang mesti disyukuri.
Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan
Allah ta’ala.
Islam bukan sebatas agama ritual yang memediasi
manusia dekat dengan Allah. Lebih dari itu, Islam merupakan
sistem nilai komprehensif yang memuat tuntunan tatakrama
(akhlak) dalam tindakan keseharian hidup bermasyarakat.
Islam mengajarkan kesantunan dan cinta kasih terhadap
sesama. Nyaris tak ada guna memperbanyak nilai ibadah

“Perbedaan keyakinan tidak membatasi atau


melarang kerjasama antara Islam dan agama-
agama lain, terutama dalam hal-hal yang
menyangkut kepentingan umat manusia”

Abdurrahman Wahid (1940-2009)

217
Khutbah Jumat Kontemporer

personal jika dalam keseharian hidup kita masih sering


memfitnah, menebarkan kebencian (hate speech), dan
menimbulkan ketakutan pada pihak lain. Tak berlebihan
kiranya jika Islam selalu diasosiasikan sebagai akhlak,
prilaku, dan tindakan yang terintegrasi sekaligus.
Sejak awal Islam memiliki doktrin moral agama
sebagai basis membangun kohesivitas sosial. Nabi
Muhammad diutus ke muka bumi tujuan utamanya untuk
menyempurnakan akhlak umat manusia (innama bu’istu
li utammima makarimal akhlak). Inilah bekal keagamaan
yang diyakini umat Islam dalam prinsip tindakan sosial.
Perbaikan akhlak mencakup upaya menghilangkan
sikap saling memusuhi, diskriminatif terhadap kelompok
minoritas, mengangkat derajat wanita, menentang sikap
mengkafirkan pihak lain yang tak seiman, menumbuhkan
sikap toleran dan menghargai perbedaan. Hanya kadar
ketakwaan kepada Allah yang membedakan kita dengan
yang lain, bukan kelas sosial, ras, maupun jabatan politik.
Berbagai kejadian di negara ini memberi banyak
pelajaran penting betapa rasa simpati, persahabatan, dan
interpersonal trust tercerabut dari akar budaya keagamaan
kita. Saling memfitnah terjadi secara brutal. Tindakan sosial
semacam ini pada gilirannya mendistorsi nilai humanisme
yang menyuburkan permusuhan.
Padahal sikap empati penuh persahabatan mendarah
daging dalam pesan keagamaan kita yang secara intrinsik
melekat dalam setiap teks kitab suci. Di tahun politik ini kita
harus menanggalkan tradisi lama barbar sembari mengajak
kembali pada ajaran Islam hanif yang beradab di tengah
gersangnya etika sosial.
Sikap empati dan menjunjung tinggi perbedaan
inilah yang mengantarkan Indonesia hidup damai sentosa.

218
Menumbuhkan Sikap Empati dan Kesalehan Sosial

Beragam friksi sosial politik bahkan konflik komunal


terkendali karena bangsa ini memiliki bekal modal sosial
yang sudah teruji dengan matang.
Pasca reformasi nyaris tak ada pertumpahan darah
akibat fragmentasi rakyat yang ekstrim. Jika pun terjadi
letupan masih dalam batas kewajaran sebagai bangsa yang
baru terbebas dari otoritarianisme Orba. Itu artinya, umat
Islam di Indonesia sejak awal menjadikan modal sosial
sebagai bekal menjaga stabilitas demokrasi.
Praktik demokrasi yang tumbuh subur
menjungkalkan klaim bahwa Islam memusuhi perabadan.
Meski dalam banyak hal nilai-nilai Islam dan demokrasi
saling bertabrakan namun masih bisa berjalan seiring
bersama. Sebab itu modal sosial harus menjadi bekal utama
menghadapi dinamika kebangsaan.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan Allah
ta’ala.
Indonesia serupa rumah besar di dalamnya terdiri
banyak kamar yang mesti dirawat harmoni kehidupan
penghuninya yang beda rupa. Kamar-kamar itu adalah
representasi kemajemukan yang secara alamiah melekat
pada jati diri bangsa. Tak perlu dipertentangkan apalagi
diseragamkan. Tak perlu pula ada rasa paling benar. Semua
kamar adalah cerminan rakyat yang patut dihormati hak
dan kewajibananya.
Islam mengajarkan pentingnya akhlak sosial dalam
menghadapi perbedaan. Nilai-nilai humanis diletakkan di
atas segalanya dalam membangun relasi harmonis antar
penghuni kamar rumah kebangsaan. Akhlak sosial itu
merupakan manifestasi dari ritual keagamaan personal
yang kita anut, diyakini, dan diimplememtasikan dalam
kehidupan nyata. Inilah esensi dari kesalehan sosial dalam

219
Khutbah Jumat Kontemporer

Islam.
Tautan hati kebangsaan direkatkan oleh nilai-
nilai inklusif yang disepakati bersama untuk meletakkan
kepentingan umum di atas segalanya. Menjadikan
rasa empati sebagai komitmen utuh membangun
persaudaraan sejati tanpa sekat-sekat primordial. Karena
Islam menerabas sekat-sekat yang membuat perbedaan
selalu dipertentangkan. Islam menjelma serupa teologi
pembebasan yang mengikis habis praktik ketimpangan
yang didasarkan pada klaim superioritas klan tertentu.
Pada tahap ini kesalehan sosial mesti menjadi spirit
membangun pluralisme Indonesia guna mewujudkan
kehidupan yang rukun dan harmonis. Sikap saling
menghormati terbangun karena doktrin agama yang
menganjurkan perdamaian, persaudaran, dan kerukunan.
Islam merupakan agama universal rahmatan lil’alamin
yang secara definitif menentang bentuk diskriminasi dalam
semua level kehidupan.
Oleh karena itu, mari rawat suasana hati kebangsaan
yang dibangun susah payah dengan bekal modal sosial
sesuai doktrin Islam. Sebuah doktrin yang tiada henti
mendakwahkan pentingnya menjunjung tinggi perasaan
ukhuwah Islamiyah guna membangun solidaritas
kemanusiaan paripurna.
Doktrin kesalehan sosial bukan semata konsumsi
domestik kalangan umat Islam. Namun jauh melampaui
tujuan mulia yang melintas batas negara, lintas batas agama,
serta lintas batas rasial. Inilah salah satu misi penting dari
kontekstualisasi kesalehan sosial saat ini.
Semoga Allah senantiasa membimbing langkah kita.
Amin ya rabbal’alamin.

220
‫‪Menumbuhkan Sikap Empati dan Kesalehan Sosial‬‬

‫ُ‬ ‫ََ‬ ‫ْ َ َْ‬ ‫َُ‬


‫هللا ِل ْي َولك ْم ِف ْي ال ُق ْرأ ِن الك ِرْي ِم‪َ ،‬ونف َع ِن ْي َوِإ َّياك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬
‫َبا َر َك ُ‬
‫َ َ‬ ‫ُ‬ ‫الذ ْكر ْال َحك ْيم‪َ ،‬و َت َق َّب َل ُ‬‫ْ ََ َ ّ‬
‫هللا ِم ِ ّن ْي َو ِم ْنك ْم ِتال َوت ُه ِإ َّن ُه ُه َو‬ ‫ِ ِ‬ ‫ات و ِ ِ‬ ‫الي ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬
‫استغ ِف ُروه إنه ه َو الغف ْو ُر َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫السم ْي ُع ال َعل ْيم‪َ ،‬و ْ‬
‫الر ِح ْي ُم‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َّ‬

‫***‬
‫ ‬

‫‪221‬‬
‫‪TEKS KHUTBAH‬‬
‫‪26‬‬ ‫‪KE-II‬‬

‫ ‪A.‬‬ ‫‪Contoh I‬‬


‫َّ‬ ‫َ ْ َ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َْ َ ُ‬
‫هلل َح ْم ًدا ك ِث ْي ًرا ك َما أ َم َر‪ ،‬أش َه ُد أ ْن ال ِا َله ِاال هلل َو ْح َده‬ ‫الح ْمد ِ‬
‫َ‬ ‫ََ َ ْ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ََ‬
‫الش ِرْي َك ل ُه‪ِ ،‬ا ْرغ ًاما ِل ْن َج َح َد ِب ِه َوكف َر‪َ ،‬وأش َه ُد ا َّن َس ِّي َدنا ُم َح َّم ًدا‬
‫َ‬ ‫ّ‬
‫ص ِ ّل َو َس ِل ْم َع َلى َس ِّي ِدنا‬‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل ُه َس ّي ُد ْا ِال ْنس َو ْال َب َشر‪َ ،‬ا ّلل ُه َّم َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫بعد‪ُ.‬‬‫ص ْحبه َأ ْج َمع ْي َن‪َ ،‬ا َّما ْ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َو َع َلى َاله َو َ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ش َما ظ َه َر َو َما َبط َن‬ ‫الى َو َذ ُر ْوا ْال َف َو ِاح َ‬ ‫اس ِا َّت ُق ْوا هللا َت َع َ‬ ‫الن ُ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها َّ‬
‫اع َل ُم ْوا َا َّن َ‬ ‫اعة َو ْ‬ ‫َّ َ َ ُ ُ ْ ْ ُ َ َ ْ َ َ‬ ‫َ َ ُْ َ‬
‫هللا‬ ‫وحا ِفظوا ع َلى الطاع ِة وحضو ِر الج ْمع ِة والج َم ِ‬
‫ََ َ ََ َ َ‬ ‫َ َ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ َ‬
‫الى َول ْم‬ ‫أ َم َرك ْم ِبأ ْم ٍر َب َدأ ِف ْي ِه ِب َن ْف ِس ِه َوث َّنى ِب َمال ِئك ِة ق ْد ِس ِه فقال تع‬
‫َّ‬ ‫َ َ ْ َ ً َ ْ ً َّ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ُّ ْ َ َ َ َّ َ‬
‫الن ِب ْى َيا ُّأي َها ال ِذ ْي َن‬ ‫يزل قا ِئال ع ِليما ِإن هللا ومال ِئكته يصلون على‬
‫َ‬ ‫ّ‬
‫ص ِ ّل َو َس ِل ْم َع َلى َس ِّي ِدنا‬ ‫ص ُّل ْوا َع َل ْيه َو َس ّل ُم ْوا َت ْسل ْي ًما‪َ ،‬ا ّلل ُه َّم َ‬ ‫َآم ُن ْوا َ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫ُ َ َّ َ َ َ َ َ ّ َ ُ َ َّ َ َ َ َّ‬
‫صل ْي َت َع َلى َس ِّي ِدنا ِا ْب َر ِاه ْي َم َو َع َلى‬ ‫محم ٍد وعلى ا ِل س ِي ِدنا محم ٍد كما‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ا ِل َس ِّي ِدنا ِا ْب َر ِاه ْي َم في ِال َع ِال ْي َن ِإ َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪.‬‬

‫‪222‬‬
‫‪Teks Khutbah ke-II‬‬
‫الراشد ْي َن َس ّيد َنا َأبى َب ْكر َو ُع َم َر َو ُع ْث َم َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ّ ُ َّ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ‬
‫ان‬ ‫ٍ‬ ‫اللهم وارض ع ِن الَخلف ِاء ِ ِ َ ِ ِ ِ‬
‫َ‬ ‫ص َحاب َنب ّي َك أ ْج َمع ْي َن َو َعن َّ‬
‫الت ِاب ِع ْي َن َوت ِاب ِعى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬
‫َو َعل ّي َو َع ْن َسائر أ ْ‬
‫ِِ‬ ‫ِ ٍ‬
‫اغف ْر ل ْل ُم ْسلم ْينَ‬ ‫َ َ ْ ّ ْ َ ّ ُ َّ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬
‫الدي ِن اللهم ِ ِ ِ ِ‬ ‫الت ِاب ِعين ومن ت ِبع ُه ْم ِب ِاحس ٍان ِالى يو ِم ِ‬
‫ات ِب َر ْح َم ِت َك‬ ‫ْ َْ َ َ‬ ‫َو ْالُ ْسل َمات َو ْالُ ْؤمن ْي َن َو ْالُ ْؤم َن ْ َ ْ‬
‫ات األح َي ِاء ِمن ُه ْم واأل ْمو ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬
‫الز َالزلَ‬ ‫َيا َواه َب ْال َعط َّيات‪َ ،‬ا ّلل ُه َّم ْاد َف ْع َع َّنا ْال َغ َال َء َو ْال َو َب َاء َو ّ‬
‫الزَنا َو َّ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ً‬
‫الحن وسوء ال ِفت ِن ما ظهر ِمنها وما بطن عن بل ِدنا هذا خاصة‬ ‫و ِ‬
‫ُّ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬ ‫َ ُ‬‫ْ‬
‫الدن َيا‬ ‫َو َع ْن َسا ِئ ِرَبال ِد ال ْس ِل ِم ْي َن َع َّامة‪َ ،‬يا َر َّب ال َع ِال ْي َن َرَّب َنا ا ِت َنا ِفى‬
‫الن ِار‪.‬‬ ‫اب َّ‬‫َح َس َن ًة َوفى ْا َالخ َرة َح َس َن ًة َوق َنا َع َذ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬

‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َّ َ ْ‬


‫هللا َيأ ُم ُر ِبال َع ْد ِل َوا ِال ْح َس ِان َوِا ْي َت ِاء ِذى ال ُق ْرَبى َو َي ْن َهى‬ ‫ِع َب َاد هللا ِإن‬
‫َعن ْال َف ْح َشاء َو ْالُ ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع ُظ ُك ْم َل َع َّل ُك ْم َت َذ َّك ُر ْو َن َف ْاذ ُك ُروا َ‬
‫هللا‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫هللا اكب ُر‪.‬‬ ‫الع ِظي ِم يذك ْركم واشك ُروه ع َلى ِنع ِم ِه ي ِزدكم ول ِذك ُر ِ‬
‫***‬
‫ ‪B.‬‬ ‫‪Contoh II‬‬
‫َ‬ ‫َ َ َ َ ْ َ َ َ َّ‬ ‫َ ْ َ ُ َّ‬
‫ل َح ْم ًدا ك ِث ْي ًرا ك َما أ َم َر‪ ،‬أش َه ُد أ ْن ل ِال َه ِال هللا َو ْح َد ُه ل‬ ‫الح ْمد ِ ِ‬
‫ُ‬ ‫ََ َ ْ َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ‬
‫ش ِرْي َك ل ُه ِإ ْرغ ًاما ِل ْن َج َح َد َوكف َر‪َ ،‬وأش َه ُد أ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْول ُه‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ َ‬
‫ص ِ ّل َو َس ِل ْم َعلى َس ِّي ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى‬ ‫َس ّي ُد ْال َخ َلئق َو ْال َب َشر‪َ ،‬ا َّلل ُه َّم َ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ص ْحبه َأ ْج َمع ْي َن‪َ ،‬أ َّما َب ْعد‪ُ،‬‬ ‫َأله َو َ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ‬

‫َ َ ُ َّ َ ْ‬ ‫َُ‬ ‫َف َيا َأ ُّي َها ْال َحاض ُر ْو َن‪ ،‬ا َّت ُق ْوا َ‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َول ت ُم ْوت َّن ِال َوأن ُت ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬

‫‪223‬‬
‫‪Khutbah Jumat Kontemporer‬‬
‫ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َّ َّ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ُّ‬ ‫ُ ْ ُْ َ ََ َ َُ َ‬
‫صلو َن‬ ‫هللا ت َعالى ِفي القرأ ِن الك ِري ِم ِإن الل ومال ِئكته ي‬ ‫مس ِلمون‪ .‬وقال‬
‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬
‫صلوا َعل ْي ِه َو َس ِل ُموا ت ْس ِل ًيما‪،‬‬ ‫النب ّي َيا َأ ُّي َها الذ َ‬
‫ين َآم ُنوا َ‬ ‫َّ‬ ‫َع َلى َّ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫ص ّل َو َس ّل ْم َع َلى َس ّيد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى َأله َو َ‬ ‫َ َّ‬
‫ص ْح ِب ِه أ ْج َم ِع ْي َن‪،‬‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ‬
‫َ‬
‫الل ُه َّم ِ ِ‬
‫َ َّ ُ َّ ْ ْ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ‬
‫ات ال ْح َي ِاء ِم ْن ُه ْم‬ ‫ات والس ِل ِمين والس ِلم ِ‬ ‫اللهم اغ ِفر ِللمؤ ِم ِنين والؤ ِمن ِ‬
‫ُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫َ‬ ‫ََ َْ‬ ‫َ َْ َ‬
‫ات‪َ ،‬رَّب َنا ظل ْم َنا أن ُف َس َنا َوِا ْن ل ْم تغ ِف ْر ل َنا َوت ْر َح ْم َنا ل َنك ْون َّن ِم َن‬ ‫وال ْمو ِ‬
‫َ َّ‬ ‫ُ ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َّ َ‬ ‫ْ َ‬
‫اس ِرْي َن‪ ،‬الل ُه َّم أ ِع َّنا َعلى ِذك ِر َك َوشك ِر َك َو ُح ْس ِن ِع َب َاد ِت َك‪ ،‬الل ُه َّم‬ ‫الخ ِ‬
‫َ‬ ‫َّ َ‬ ‫َّ َ َ َ‬ ‫َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َ‬
‫ل ت َد ْع ل َنا ذن ًبا ِال غف ْرت ُه َول َع ْي ًبا ِال َست ْرت ُه َول َه ًّما ِال ف َر ْج َت ُه َول‬
‫ُّ ْ ْ َ‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫َّ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َّ َ َ‬
‫الدن َيا َوال ِخ َر ِة‬ ‫ض ًّرا ِال كش ْف َت ُه َول َد ْي ًنا ِال أ َد ْي َت ُه َول َح َجة ِم ْن َح َوا ِئ ِج‬
‫ضا ِا َّل َش َف ْي َت ُه ب َر ْح َم ِت َك َيا َأ ْر َح َم َّ‬
‫الر ِاح ِم ْي َن‪.‬‬ ‫ض ْي َت َها َوَل َمرْي ً‬‫ا َّل َق َ‬
‫ِ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬

‫هللا َي ْأ ُم ُر ب ْال َع ْدل و ْال ْح َسان َوا ْي َتاء ذ ْي ُ‬


‫الق ْرَبى َو َي ْن َهى‬ ‫ع َب َاد هللا إ َّن َ‬
‫ِ ِ ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َعن ْال َف ْح َشاء َو ْالُ ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع ُظ ُك ْم َل َع َّل ُك ْم َت َذ َّك ُر ْو َن‪َ ،‬ف ْاذ ُك ُروا هللاَ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ َ ْ َ َ ْ ُ ُْ ْ َ ْ ُ ُْ ُ ََ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َُ ْ ُ ْ َ‬
‫الع ِظيم يذكركم واشكروه على ِنع ِم ِه ي ِزدكم واسألوه ِمن فض ِل ِه‬
‫ُ ْ ُ ْ ََ ْ ُ َْ‬
‫هللا أك َب ُر‪.‬‬
‫يع ِطكم‪ ،‬ول ِذكر ِ‬

‫***‬

‫‪224‬‬
Catatan:

225
Catatan:

226

Anda mungkin juga menyukai