New Model
New Model & PN Project Control
Information
PN Information
Import Parts
Order Processing
Supply Operation
Shipping
Receiving &
Quality
Productivity
Control & Adm.
Kaizen Group
LK3 Committee
SP Relocation
Committee
Rantai Pasok dalam bisnis suku cadang asli Toyota yang dikelola PT TAM
dapat digolongkan menjadi lima kelompok yaitu Supplier (Pemasok), PT TAM
sebagai agen tunggal pemegang merek dagang (Trade Mark), Main Dealer, Sub-
Dealer/Branch/VSP-Part Shop serta End User (Pemilik/Pemakai kendaraan
bermotor merek Toyota.
Hasil identifikasi rantai pasok suku cadang asli kendaraan merek Toyota
yang dikelola PT. TAM dapat dilihat pada Gambar 7.
MATA RANTAI 1
TMC/TMAP/Local Supplier & TMMIN
MATA RANTAI 2
TAM
MATA RANTAI 3
Main Dealer
MATA RANTAI 4
Astra International
(Auto 2000) Sub Dealer/ Sub-Depot
New Ratna Motor Branch/VSP
Agung Automall
Hadji Kalla
Hasjrat Abadi Partshops
MATA RANTAI 5
Supply
End-User Order
Gambar 7. Rantai pasok dan alur distribusi order dan supply suku cadang Toyota
30
1. Supplier (Pemasok)
Supplier merupakan mata rantai pertama dalam jaringan bisnis suku
cadang PT Toyota-Astra Motor. Supplier menyediakan suku cadang yang
akan didistribusikan oleh PT Toyota-Astra Motor. Suku cadang asli Toyota
didapatkan dari beberapa sumber antara lain:
a. TMC (Toyota Motor Corp.) Jepang.
b. TMAP (Toyota Motor Asia Pacific) sebagai importir non TMC (3rd
Country) dimana barangnya bersumber dari Thailand, Taiwan, Malaysia,
Philipina dan Australia, dll.
c. Local Supplier (pabrik lokal) yaitu: PT Bando, PT Denso Indonesia, PT
Kayaba dll, termasuk diantaranya in House Product Pabrik TMMIN (body
parts).
Persentase sumber pemerolehan suku cadang dari pemasok lokal, TMC, dan
TMAP bagi TAM masing-masing adalah 54%, 36% dan 10%. Selanjutnya
supplier disebut sebagai mata rantai 1.
2. PT Toyota-Astra Motor
PT TAM merupakan mata rantai kedua yang merupakan agen tunggal
pemegang merek Toyota dan bertanggungjawab atas pelayanan purna jual
kendaraan. TAM-Service Parts Logistic Division adalah divisi yang
bertanggungjawab atas pengadaan dan distribusi suku cadang asli Toyota
untuk kebutuhan pelanggan. Semua suku cadang yang didistribusikan oleh PT
TAM telah memenuhi standar mutu yang diawasi oleh TMC.
PT TAM melakukan pengiriman ke sub depo (50%), non depo untuk
daerah Jakarta dan sekitarnya (43%), dan ekspor (7%) untuk suku cadang
Toyota yang diproduksi di Indonesia. Selanjutnya PT. TAM disebut sebagai
mata rantai 2.
3. Main Dealer
Main dealer merupakan mata rantai ketiga dalam jaringan bisnis TAM.
Lima dealer utama Toyota yaitu: PT Astra Internasional (Auto 2000), PT New
Ratna Motor, PT Agung Automall, PT Hasjrat Abadi, dan NV Hadji Kalla
Trd.Co. TAM melakukan pengiriman langsung ke main dealer tersebut atau
ke sub-depot yang dimiliki oleh main dealer. Sub-Depot adalah gudang yang
31
dimiliki oleh main dealer dan menjalankan fungsi service parts logistic, yaitu
fungsi inventory, warehousing, dan supply operation ke dealer-dealer. Ada 9
sub depo milik main dealer yang dilayani oleh TAM, yaitu depo Medan (Auto
2000), depo Pekanbaru (Agung Auto Mall), depo Bandung (Auto 2000), depo
Semarang (New Ratna Motor), depo Surabaya (Auto 2000), depo Balikpapan
(Auto 2000), depo Makasar (Hadji Kalla), depo Manado (Hasjrat Abadi), dan
depo Jayapura (Hasjrat Abadi). Selanjutnya main dealer disebut sebagai mata
rantai 3.
5. End-User
End-user merupakan mata rantai terakhir dalam jaringan bisnis PT TAM.
End-user adalah pemilik mobil Toyota yang menggunakan suku cadang asli
Toyota. End-user bisa mendapatkan suku cadang asli Toyota pada sub-dealer
dan parts shop yang tersebar di seluruh Indonesia. Selanjutnya end-user
disebut sebagai mata rantai 5.
32
Analisis model SCOR dibahas pada setiap mata rantai pasok bisnis suku cadang
PT TAM. Namun, pembahasan model SCOR yang lebih kritis ditekankan pada
arus supply mata rantai 2 ke mata rantai 3 (PT TAM kepada main dealer Toyota).
Pada penelitian ini, model SCOR digunakan untuk mengukur kinerja dan
mendefinisikan aliran kerja dan informasi pada TAM-SPLD dalam
menyampaikan suku cadang asli Toyota (lihat Gambar 9).
MATA RANTAI 1
TMC/TMAP/Local Supplier & TMMIN
MATA RANTAI 2
TAM
MATA RANTAI 3
Main Dealer
MATA RANTAI 4
Astra International
(Auto 2000) Sub Dealer/ Sub-Depot
New Ratna Motor Branch/VSP
Agung Automall
Hadji Kalla
Hasjrat Abadi Partshops
MATA RANTAI 5
Supply
End-User Order
1. Perencanaan (Plan)
Ruang lingkup proses perencanaan (plan), yaitu:
a) menyeimbangkan sumberdaya dan membuat rencana untuk rantai pasok
secara keseluruhan, termasuk rencana pengembalian, dan rencana
pelaksanaan proses dari kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman
b) mengelola aturan bisnis, kinerja rantai pasok, pengumpulan data,
persediaan, modal aset, transportasi, merencanakan bentuk, dan
pengaturan persyaratan dan pelaksanaan
c) menyelaraskan rencana kesatuan rantai pasok dengan rencana keuangan
Setiap mata rantai melakukan proses perencanaan, dan secara periodik atau
pada saat diperlukan, mata rantai tertentu melakukan perencanaan bersama
PT TAM.
Mata rantai 1 (supplier), kegiatan perencanaan berkaitan dengan
penyediaan bahan baku dan fasilitas, kegiatan memproduksi suku cadang dan
proses pengiriman suku cadang yang dihasilkan ke PT TAM, yang secara
keseluruhan disesuaikan dengan keadaan keuangan perusahaan. Bagi mata
rantai 2 (PT TAM), kegiatan perencanaan ini berkaitan dengan penerimaan
suku cadang dari supplier, mengelola persediaan di gudang, kegiatan proses
melayani pesanan dari pelanggan, kegiatan pengiriman suku cadang kepada
pelanggan maupun pengukuran dan pengontrolan, sehingga dapat diketahui
35
2. Pengadaan (Source)
Elemen pengadaan (source) berkaitan dengan jadwal pengiriman suku
cadang, mengelola persediaan, memilih dan menilai kinerja supplier, dan
membuat jaringan dan kesepakatan dengan supplier.
Pada mata rantai 1, yaitu supplier elemen ini berperan dalam
pemerolehan bahan baku untuk memproduksi suku cadang. Pada mata rantai
2, PT TAM, melakukan pemesanan, pengiriman, pemeriksaan, dan
pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan suku cadang dari supplier.
Untuk itu diperlukan strategi yang tepat sehingga proses pemesanan suku
cadang dapat dilakukan secara efektif dan efisien yang berguna untuk
meminimalisasikan biaya penyimpanan suku cadang di gudang dengan tetap
dapat melayani semua permintaan pelanggan. Begitu pula yang dilakukan
oleh mata rantai 3 dan 4. Pemilik/pemakai mobil Toyota (mata rantai 5)
sebagai pelanggan akhir membeli suku cadang asli Toyota yang diperlukan
pada sub-dealer dan parts shop.
3. Pembuatan (Make)
Proses make berkaitan dengan proses produksi maupun kegiatan
sebelum atau sesudahnya meliputi penjadwalan kegiatan produksi, evaluasi
produk, quality controls, mengemas dan menyiapkan produk yang akan
dikirim. Kegiatan pembuatan atau make ini hanya dilakukan pada mata
rantai 1 dalam rantai pasok perusahaan yang melakukan proses produksi
36
suku cadang dan mata rantai 2 yaitu PT TAM dalam hal pengemasan produk
untuk beberapa suku cadang dimana supplier belum memiliki standar untuk
pengemasan. Pada mata rantai 3 dan selanjutnya tidak terjadi proses
produksi terhadap produk suku cadang lagi.
4. Penyampaian (Deliver)
Proses deliver merupakan proses penyampaian barang berkaitan dengan
pemrosesan pesanan pelanggan, invoicing customer, manajemen
penggudangan mulai dari penerimaan produk sampai pengiriman produk,
melihat rute pengiriman, memilih perusahaan ekspedisi, syarat impor dan
ekspor. Mata rantai 1 sampai dengan 4 melakukan proses deliver. Supplier
sebagai mata rantai 1 mengirimkan suku cadang kepada PT. TAM dengan
pemilihan sistem transportasi yang tepat dan memperhatikan persyaratan
ekspor (untuk TMC dan TMAP).
Mata rantai 2, PT. TAM melakukan proses deliver ke workshop dan
parts shop di wilayah Jabotabek, sembilan sub-depot milik main dealer
Toyota, dan workshop di daerah yang tidak punya depo yang tersebar di
seluruh Indonesia dengan pemilihan sarana transportasi yang sesuai dengan
tipe order dan daerah tujuan. Pengiriman langsung dilakukan untuk daerah
Jakarta dan sekitarnya. Pengiriman order tipe 1 biasanya menggunakan
sepeda motor untuk suku cadang berukuran kecil karena dapat lebih cepat
sampai ke tujuan dan dengan mobil untuk suku cadang berukuran besar.
Sedangkan untuk wilayah luar Jakarta, pengiriman dilakukan lewat darat,
laut dan udara. Untuk tipe 1, pengiriman dilakukan oleh ekspedisi melalui
udara kecuali untuk depo Bandung. Sedangkan untuk tipe 2 dan 3,
pengiriman dilakukan oleh ekspedisi melalui darat/laut tergantung pada depo
tujuan.
Mata rantai 3 (main dealer) melakukan pengiriman ke cabang dealer,
bengkel dan toko di daerah sekitarnya. Mata rantai 4, cabang dealer, bengkel
dan toko melakukan transaksi langsung dengan pelanggan akhir yaitu
pemilik/pemakai mobil Toyota yang menggunakan suku cadang asli Toyota
(Toyota Genuine Parts/TGP). Pada mata rantai 5 tidak terdapat lagi proses
deliver produk.
37
5. Pengembalian (Return)
Proses return berkaitan dengan pengembalian produk karena kesalahan
pengiriman atas jumlah maupun jenis barang, adanya kecacatan pada produk,
atau terjadi kerusakan produk dalam jangka waktu garansi yang terjadi bukan
karena kesalahan pengguna. Kegiatan return ini meliputi pemeriksaan kondisi
produk, meminta/memberi hak pengembalian produk, membuat jadwal
pengiriman kembali produk dan pengiriman kembali produk yang salah/cacat.
Proses return ini dapat terjadi di semua mata rantai meliputi source
return dan deliver return. Source return adalah pengembalian barang
salah/cacat atau kelebihan produk kepada supplier. Deliver return adalah
penerimaan barang salah/cacat atau kelebihan produk dari pelanggan.
Lingkup rantai pasok PT. TAM dapat dilihat pada Tabel 5.
38
39
40
ketentuan yang telah ditetapkan yaitu untuk order tipe 1 dan 2 untuk semua
tujuan (Jakarta dan luar Jakarta), bila pemesanan dilakukan pagi hari maka
pengiriman dilakukan pada hari yang sama (N) sehingga lead time pemrosesan
order adalah nol hari dan bila pemesanan dilakukan sore hari maka
pengiriman akan dilakukan esok hari (N+1) sehingga lead time pemrosesan
order adalah satu hari. Sedangkan lead time pemrosesan order tipe 3 untuk
Jakarta dan luar Jakarta adalah satu hari karena order diproses pada siang hari.
Lead time pengiriman adalah waktu yang diperlukan untuk mengirimkan
barang kepada pelanggan, yaitu setelah pemrosesan order selesai hingga
barang sampai di tempat pelanggan. Lead time pengiriman tergantung kepada
tujuan dan tipe ordernya. Lead time pengiriman tujuan Jakarta adalah satu
hari, baik untuk order tipe 1, 2, dan 3. Lead time pengiriman tujuan luar
Jakarta sebagai berikut (Tabel 7).
Dari hasil pengolahan data order tipe 1, 2 dan 3 tujuan Jakarta serta tipe 3
tujuan luar Jakarta dan waktu pengirimannya, order fulfillment lead time yang
dicapai TAM-SPLD adalah seperti pada Tabel 9.
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa lead time hampir semua
tujuan telah mencapai target kecuali untuk tujuan depo Jayapura pada bulan
September. Tidak tercapainya target lead time tersebut disebabkan oleh faktor
jadwal pelayaran kapal yang tidak pasti karena cuaca yang buruk pada kurun
bulan itu.
Hal ini menandakan bahwa pemilihan ekspedisi dan cara pengiriman
yang dilakukan oleh bagian Shipping sudah tepat sehingga pengiriman suku
cadang dapat sampai ke gudang pelanggan sesuai lead time pengiriman yang
tergantung pada tipe order dan tempat tujuan. Hal ini didukung dengan
komunikasi dan hubungan kerjasama yang baik dengan pihak ekspedisi.
Selain itu lead time pemrosesan order yang mencakup area kerja bagian
supply operation dan gudang juga dapat dipersingkat dengan implementasi
sistem barcode sehingga menghilangkan pengerjaan dan pengecekan secara
manual yang menyita banyak waktu.
c. Flexibility
Variabel flexibility diukur dengan menghitung Supply Chain Response
Time (Waktu Merespon Rantai Pasok) yang mengukur banyaknya hari yang
digunakan suatu rantai pasok dalam bereaksi terhadap perubahan jumlah
44
permintaan yang nyata (signifikan) yang tidak terduga sebelumnya tanpa biaya
tambahan atau denda (meliputi aspek perencanaan, penelusuran pemasok,
produksi, dan pengiriman pesanan).
Abnormal order dapat terjadi apabila order dari pelanggan sangat besar,
melebihi parameter yang telah ditentukan. Penyebabnya terjadinya abnormal
order ini berasal dari dealer yang tidak dapat mengatur persediaan dan sistem
pengorderannya dengan baik. Selain itu abnormal order dapat terjadi dalam
situasi tidak biasa, misalnya ketika perpindahan kantor dan gudang TAM-
SPLD dari Sunter ke Cibitung pada bulan Desember 2007.
Supply chain response time yang dibutuhkan ketika ada perubahan
jumlah permintaan yang signifikan (sampai 20%) adalah nol hari. Waktu
merespon yang singkat ini dapat dicapai karena TAM-SPLD menggunakan
konsep order division untuk menangani order dari pelanggan yang memiliki
fluktuasi order yang tinggi, dengan cara melakukan partial supply. Partial
supply adalah penyuplaian suku cadang secara bertahap ke satu pelanggan
ketika order dari pelanggan tersebut jumlahnya sangat besar.
Dengan sistem order division ini, maka TAM-SPLD dapat melayani
order dari seluruh pelanggan secara merata dan proporsional dan
menghindari fluktuasi pekerjaan di gudang. Sistem order division ini
diterapkan hanya untuk order penggantian persediaan (stock replenishment
order).
Waktu merespon yang singkat juga disebabkan oleh adanya komunikasi
dan koordinasi yang baik antara bagian Inventory Control sebagai pihak yang
melakukan pengadaan suku cadang dengan suppliers dan dengan bagian
Order Processing yang menerima order dari pelanggan. Dengan kesamaan
informasi yang dimiliki, maka rantai pasok akan cepat tanggap terhadap
fluktuasi jumlah permintaan.
Bagian Inventory Control melakukan pengawasan persediaan yang
sifatnya terus-menerus dengan metode-metode standar yang telah ditentukan
dalam sistem persediaan Toyota Genuine Parts (TGP), sehingga dapat
mengatur jumlah persediaan untuk setiap jenis part disesuaikan dengan
kondisi permintaan dan jenis parts-nya. Inventory Control diperlukan oleh
45
seluruh mata rantai saluran distribusi TGP. Selain itu, bagian Shipping juga
harus pandai memilih ekspedisi yang dapat mengirimkan parts kepada
pelanggan dengan tepat waktu dan dapat merespon ketika ada perubahan
dalam permintaan.
c. Enable
Sistem informasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan sangat
penting. TAM-SPLD telah memiliki sistem manajemen informasi yang baik
dengan supplier dan dealer-dealer Toyota maupun di dalam TAM itu sendiri.
Sistem baru yang terkait dengan implementasi Sistem Barcode menghilangkan
proses pengecekan manual, sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan
akurasi. Sistem yang terkait dengan persediaan, order parts dan pengiriman
juga telah dimiliki oleh TAM-SPLD, yaitu TOPAS. Selain itu untuk
mewujudkan manajemen informasi yang baik, perlu adanya komunikasi dan
hubungan yang baik dengan supplier, dealer dan antar departemen dalam
perusahaan. TAM juga memberikan pelatihan kepada para dealer Toyota,
terutama jika ada perubahan dalam sistem.
Dengan melihat hubungan antara Proses SCOR dengan Tipe Proses dalam
SCOR Configuration Toolkit (Gambar 10), maka proses dalam sebuah rantai
pasok pada perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi 30 Kategori Proses inti
pada Level 2 (Gambar 11). Perusahaan menerapkan strategi operasi sesuai bentuk
rantai pasoknya.
1. Plan
Plan supply chain (P1) adalah proses mengambil data permintaan aktual dan
membangun suatu rencana supply untuk rantai pasok, didefinisikan oleh ruang
lingkup rencana rantai pasok. Tipe proses planning ini berhubungan dengan
memulai praktek perencanaan operasi dan penjualan.
Langkah-langkah dasar memerlukan:
Unit peramalan yang biasa untuk pemasaran dan penjualan
Rencana supply yang membatasi peramalan berdasarkan ketersediaan atau
sumber daya, seperti persediaan, kapasitas produksi dan transportasi
Suatu langkah seimbang dimana pengecualian demand/supply diselesaikan
dan diperbarui pada sistem
Plan source (P2) adalah proses membandingkan persyaratan total
material dengan batasan peramalan P1 yang dibuat dan membangun sebuah
perencanaan sumber daya persyaratan material berdasarkan P3 untuk
memuaskan landed cost dan tujuan persediaan menurut tipe komoditas.
Perubahan bentuk menjadi suatu material ini melepaskan jadwal yang
membiarkan pembeli mengetahui berapa banyak produk yang harus terbeli
berdasarkan order yang biasa, persediaan, dan persyaratan ke depan. Hal ini
dilakukan untuk item pada tagihan material dan dikelompokkan berdasarkan
supplier atau tipe komoditas. Tipe proses planning ini berhubungan dengan
memulai praktek perencanaan persyaratan material.
Plan make (P3) adalah proses membandingkan pesanan produksi aktual
sekaligus pesanan replenishment yang berasal dari P4 terhadap perkiraan
terbatas P1 yang telah dihasilkan dan menghasilkan rencana sumber jadwal
induk produksi untuk memenuhi pelayanan, biaya dan tujuan persediaan. Ini
berarti bahwa keperluan material, P2, berdasarkan item dan jadwal induk
produksi. Hal ini dilakukan untuk setiap plant location dan bisa digabungkan
berdasarkan tipe daerah atau tipe geografi lainnya. Tipe proses planning ini
sangat dekat dengan praktek-praktek penjadwalan induk produksi.
Plan deliver (P4) adalah proses membandingkan pesanan aktual yang
telah disepakati dengan P1 dan mengembangkan rencana sumber distribusi
untuk memenuhi pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini
49
Faktor utama dalam menentukan tipe proses deliver memicu kejadian dari
plan atau pelanggan dan keadaan material ketika pemesanan dilakukan.
D1 dipicu oleh peramalan dari plan yang menempatkan barang jadi
dalam persediaan diatas basis yang dijanjikan ada sebelum pesanan pelanggan.
Tingkat persediaan tidak tergantung pada jumlah pesanan pelanggan tertentu.
D2 biasanya dipicu oleh suatu persyaratan pesanan pelanggan tertentu pada
barang jadi yang direncanakan untuk diubah, dikumpulkan atau dibentuk
setelah penerimaan pesanan pelanggan. D3 biasanya dipicu oleh suatu
persyaratan pesanan pelanggan tertentu dan desain atau spesifikasi manufaktur
yang sudah lengkap sebelum penjualan pesanan dilakukan. Jumlah penjualan
pesanan sama dengan jumlah pesanan pelanggan dan biasanya hanya sekali
dilakukan. Item barang jadi dapat berkembang melalui tiap tipe proses selama
berjalannya siklus hidup produk dan sebuah lokasi dapat menggunakan satu,
dua, atau ketiga tipe proses deliver.
5. Return
Tipe proses return level 2, yaitu return defective product (R1), return
maintenance, repair and overhaul (MRO) product (R2), dan deliver return
excess product (D3), mencirikan suatu perusahaan dalam mengembalikan
barang jadi dalam merespon hak pengembalian pelanggan. Proses return
seringkali terdapat pada gudang, tetapi dapat pula diterapkan pengiriman
langsung pada pabrikan atau supplier.
Ada dua perspektif terbentuk dalam tipe proses return, yaitu returns from
customer (DRx) dan returns to suppliers (SRx). Faktor utama dalam
menentukan tipe proses memicu kejadian plan pelanggan dan keadaan barang
ketika pesanan pelanggan dilakukan.
R1 dipicu oleh warranty claim oleh pelanggan yang skalanya kecil dan
product recall oleh sumber daya internal yang skalanya besar. Keduanya,
pelanggan dan sumber daya internal, melaksanakan langkah proses dalam plan
return. R2 dipicu oleh kejadian pemeliharaan yang direncanakan oleh plan
return atau kejadian pemeliharaan yang tidak direncanakan oleh engineering,
maintenance, atau technical resources lain. R3 dipicu oleh pengembalian
persediaan yang direncanakan berdasarkan perjanjian kontrak dengan
52