ت َويُؤْ ِه ْۢ ْي ِب ه
ِاّٰلل َّ ي ِ ۚ فَ َو ْي يَّ ْكفُ ْس ِب
ُ الطا
ِ غ ْى ّ َالس ْشد ُ ِهيَ ْالغ ُّ ََل اِ ْك َساهَ فِى ال ِدّي ِۗ ِْي قَ ْد ت َّ َبيَّي
َٓ
س ِو ْي ٌع َع ِل ْي ٌن ام لَ َها َِۗو ه
َ ُّٰللا َ صَ س َك ِب ْالعُ ْس َو ِة ْال ُىثْ ٰقى ََل ا ًْ ِف َ فَقَ ِد ا ْست َ ْو
Namun hal ini seakan bertolak belakang dengan apa yang ada dalam QS. At-Taubah
Ayat 5 :
ْث َو َجدت ُّ ُوىهُ ْن َو ُخرُو ُه ْنُ سلَ َخ األ َ ْش ُه ُس ْال ُح ُس ُم فَا ْقتُلُىاْ ْال ُو ْش ِس ِكييَ َحي َ ًْ فَئِذَا ا
َ الز َكاة َّ فَئِى تَابُىاْ َوأَقَا ُهىاْ ال،ٍصد
َّ ْصالَة َ َوآت َ ُىا َ ص ُسو ُه ْن َوا ْقعُدُواْ لَ ُه ْن ُك َّل َه ْسُ اح
ْ َو
َ ْفَخَلُّىا
ٌ ُ إِ َّى هللاَ َغف،سبِيلَ ُه ْن
ىز َّز ِحي ٌن
Bagaimana maksud dari kedua ayat tersebut jika dilihat dari sudut kerukunan dan
toleransi antar umat beragama? Jelaskan!
LEMBAR JAWABAN
1. Di dalam QS. Al-baqarah ayat 256, yang artinya “Tidak ada paksaan dalam (menganut)
agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan
yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia
telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui”.
Bahwa Islam tidak membenarkan adanya paksaan dalam memeluk suatu agama..
Meski memiliki kekuasaan yang sangat luas, Allah tidak memaksa seseorang untuk mengikuti
ajaran-Nya. Tidak ada paksaan terhadap seseorang dalam menganut agama Islam. Mengapa
harus ada paksaan, padahal sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar
dengan jalan yang sesat. Oleh karena itu, janganlah kamu menggunakan paksaan apalagi
kekerasan dalam berdakwah. Ajaklah manusia ke jalan Allah dengan cara yang terbaik. Dan
Barang siapa ingkar kepada Tagut, yaitu setan dan apa saja yang dipertuhankan selain Allah,
dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada ajaran agama yang
benar sehingga tidak akan terjerumus dalam kesesatan, sama halnya dengan orang yang
berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus sehingga dia tidak akan
terjatuh. Agama yang benar ibarat tali yang kuat dan terjulur menuju Allah, dan di situ
terdapat sebab-sebab yang menyelamatkan manusia dari murka-Nya. Allah Maha Mendengar
segala yang diucapkan oleh hamba-Nya, Maha Mengetahui segala niat dan perbuatan mereka,
sehingga semua itu akan mendapat balasannya di hari kiamat.
Dan dalam QS. At-Taubah Ayat 5, yang artinya : “Apabila telah habis bulan-bulan haram,
maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah
mereka, dan awasilah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan melaksanakan salat
serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka. Sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang”.
Ayat ini memerintahkan apa yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslim setelah
habisnya masa tenggang tersebut. Apabila telah habis bulan-bulan haram, yakni masa
tenggang waktu empat bulan yang diberi kepada kaum musyrik itu, maka perangilah orang-
orang musyrik di mana saja kalian temui saat itu, baik di luar tanah Haram maupun di wilayah
tanah Haram, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian sehingga
mereka tidak mampu bergerak dan meloloskan diri. Jika mereka bertobat dari kemusyrikan
dan kekufuran yang membuat mereka memerangi umat Islam, dan memenuhi ketentuan-
ketentuan agama secara konsekuen, seperti mendirikan salat serta menunaikan zakat, maka
berilah kebebasan kepada mereka, dan jangan ditangkap atau diawasi gerak-geriknya lagi.
Sebab jika mereka benar-benar bertobat, Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Sungguh,
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
2 Ayat di atas memuat dua perspektif hukum dan makna yang bertolak belakang. Pertama,
hukum/makna agama menggaris bawahi tidak boleh ada sedikit pun paksaan dalam beragama. Kedua,
hukum agama mengharamkan menekan atau membebani manusia untuk beriman dan berkeyakinan
dalam kondisi terpaksa. Sejalan dengan hakikat pembentukan iman, paksaan akan mengakibatkan
manusia bekerja karena pengaruh luar, bukan keinginan dari hati Nurani. Dan di dalam islam juga
tidak memaksa siapa pun untuk memeluk agama islam melainkan dengan keputusan dan kemantapan
hati seseorang yang ingin memeluk aga islam dan itu pun sudah ditekankan pada suatu hadits, dan
ungkapan Nabi Muhammad SAW yang juga menghormati orang yang beda agama dan bertoleransi.
Sehingga dengan keterkaitan 2 ayat tersebut perlu dipahami lagi. Sebagai salah satu prinsip pokok
terbesar dan salah satu pilar agung toleransi agama Islam.