Anda di halaman 1dari 15

PAU-PPAI-UT 1

A. ISLAM DAN TRADISI DI INDONESIA SEKARANG

Cilford Geertz mengkategorisasi umat Islam Indonesia


dalam bukunya The Religion of Java menjadi kelompok
priyayi, santri, dan abangan

Zaini Muhtarom dalam bukunya, Santri dan Abangan di


Jawa sebagai hal yang keliru. Karena patokan (ugeran)
yang digunakan tidak konsisten. Priyayi tidaklah sama
dengan kategori santri dan abangan. Priyayi adalah kelas
social yang lawanya adalah wong cilik atau proletar. Oleh
karena itu, baik dalam kelompok santri maupun abangan
terdapaat priyayi (elit) maupun wong cilik

PAU-PPAI-UT 2
• Islam datang di Indonesia sudah lebih dari lima
belas abad.
• Namun penghayatan dan pengamalan ajaranya
yang luhur dianggap masih sinkretik dengan
budaya local. …???
• Sampai sekarang kita masih menjumpai
kepercayaan metafisik berupa memedi,
lelembut, dan demit. Disamping itu terdapat juga
upacara selamatan yang berhubungan dengan
kelahiran, kematian, pindah rumah, panen,
pembukaan pabrik, khitanan, pertemuan politik
dan sebagainya …..????
PAU-PPAI-UT 3
Dalam merespon tradisi yang berkembang, terdapat
dua kelompok yang pada waktu dulu berhadapan
secara tajam yaitu kaum tua dan kaum muda.

Kaum tua lebih toleran terhadap tradisi dan


menjaga rasa masyarakat,
Kaum muda menentang keras-keras tradisi
local, praktik-praktik tasawuf, ketaatan kepada
madzhab-madzhab teologi dan hokum Islam.

PAU-PPAI-UT 4
PENGHAYATAN DAN TINGKAH LAKU KEAGAMAAN POPULER
1. DIKOTOMI RASA DAN RASIO
 Fasih dan tidak fasih dalam pelafalan teks
 akal dan wahyu, al-Iqtishad fi l-I’tiqad•
, al-Ghazali membuat gambaran yang
indah: Perumpamaan akal adalah laksana penglihatan yang sehat
dan tidak cacat. Sedangkan perumpamaan Al-Qur’an adalah
seperti matahari yang cahayanya tersebar merata, hingga memberi
kemudahan bagi para pencari petunjuk. Amatlah bodoh jika
seseorang mengabaikan salah satunya. Orang yang menolak akal
dan merasa cukup dengan petunjuk Al-Qur’an, seperti orang yang
mencari cahaya matahari tapi memejamkan matanya. Maka orang
ini tidak ada bedanya dengan orang buta. Akal bersama wahyu
adalah cahaya di atas cahaya. Sedangkan orang yang
memperhatikan pada salah satunya saja dengan mata sebelah,
niscaya akan terperdaya”.
PAU-PPAI-UT 5
2. PEMAKNAAN BID’AH ATAU KREASI
 Bid’ah dalam pengertian bahasa adalah:
‫ق‬
ٍ ‫سا ِب‬ َ ‫علَى‬
َ ‫غي ِْر ِمثَا ٍل‬ َ ‫ َما أ ُ ْحد‬.( ‫[فتح الباري البن حجر‬6 /292])
َ ‫ِث‬
 Dalam pengertian syari’at, bid’ah adalah:
 ِِ َّ‫ُّنن‬ ُ ََ ‫علَ ْي ِه ْالقُ ْْر‬
‫اُ ََاَ ََء ََ ِِ ْْ ال ـ‬ َّ ُ‫ي لَ ْم يَن‬
َ ‫ص‬ ُ ‫ا َ ْل ُم ْح َد‬.
ْ ‫ث الَّ ِذ‬
 “Sesuatu yang baru yang tidak terdapat
penyebutannya secara tertulis, baik di dalam
al-Qur’an maupun dalam hadits”. (Sharih al-
Bayan, 1/278)

PAU-PPAI-UT 6
Seorang ulama bahasa terkemuka, Abu Bakar Ibn al-‘Arabi menuliskan
sebagai berikut:
ٍ َ‫ث َم ْذ ُم ْو َمي ِْن ِللَ ْف ِظ ِب ْد َع ٍة َو ُم ْحد‬
‫ َو ِإنَّ َما يُذَ ُّم ِمنَ ال ِب ْد َع ِة َما‬،‫ث َوالَ َم ْعنَيَ ْي ِه َما‬ ُ َ‫ت ال ِب ْد َعةُ َو ْال ُم ْحد‬ َ ‫لَ ْي‬
ْ ‫س‬
‫ضلَلَ ِة‬ َّ ‫ت َما دَ َعا إِلَى ال‬ ِ ‫ َويُذَ ُّم ِمنَ ْال ُم ْحدَثَا‬،َ‫سـنَّة‬ ُّ ‫ف ال‬ ُ ‫يُخَا ِل‬.
“Perkara yang baru (Bid’ah atau Muhdats) tidak pasti tercela hanya karena secara
bahasa disebut Bid’ah atau Muhdats, atau dalam pengertian keduanya. Melainkan
Bid’ah yang tercela itu adalah perkara baru yang menyalahi sunnah, dan Muhdats yang
tercela itu adalah perkara baru yang mengajak kepada kesesatan”.

Dalam riwayat lain al-Imam asy-Syafi’i berkata:


ِ َ ‫ا َ ْل ِب ْد َعةُ ِب ْد َعت‬
ُّ ‫ فَ َما َوافَقَ ال‬،ٌ‫ ِب ْد َعةٌ َم ْح ُم ْودَة ٌ َو ِب ْد َعةٌ َم ْذ ُم ْو َمة‬:‫ان‬
‫سـنَّةَ فَ ُه َو َم ْح ُم ْودٌ َو َما خَالَفَ َها فَ ُه َو‬
‫ َم ْذ ُم ْو ٌم‬.
“Bid’ah ada dua macam: Bid’ah yang terpuji dan bid’ah yang tercela. Bid’ah yang sesuai
dengan Sunnah adalah bid’ah terpuji, dan bid’ah yang menyalahi Sunnah adalah bid’ah
tercela”. (Dituturkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar dalam Fath al-Bari)

PAU-PPAI-UT 7
ِ ‫علَ ْي َها ال ت َ ْب ِدي َل ِلخ َْل‬
‫ق‬ َ َ‫َّللاِ الَّتِي ف‬
َ َّ‫ط َر الن‬
َ ‫اس‬ َّ َ ‫ط َرة‬ ْ ِ‫ين َحنِيفًا ف‬ ِ ِّ‫ف ََأَقِ ْم َو ْج َه َك ِلل ِد‬
َ ‫اس ال يَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬ ِ َّ‫ين ْالقَ ِيِّ ُم َولَ ِك َّن أ َ ْكث َ َر الن‬
ُ ِّ‫َّللاِ ذَ ِل َك ال ِد‬
َّ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. QS. Ar-Rum: 30

Bid’ah dan muhdats adalah semua perbuatan yang bertentangan dengan


fitrah

PAU-PPAI-UT 8
Mudah Mengkafirkan Sesama Muslim (Takfir) dan Buruk
Sangka
Tidak Bisa Menerima Perbedaan Pendapat
Merasa Paling Benar Sendiri
Gemar Berdebat Masalah Furu’iyah dan Khilafiyah

( ingat-ingat!!!....semua perbuatan dosa adalah bid’ah

PAU-PPAI-UT 9
B. REAKSI PEMIKIRAN UMAT ISLAM TERHADAP
GLOBALISASI

Dunia sekarang ini telah mengalami kemajuan yang


sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sayangnya umat Islam belum bisa mengikuti
perkembangan sains dan teknologi.
Di sisi lain umat lain sudah sangat maju dari teknologi
pengamatan luar angkasa sampai teknologi pertanian.
PAU-PPAI-UT 10
Reaksi umat Islam dalam memahami arus globalisasi dan
ketertinggalan mereka dari umat-umat lain.

1. Tradisionalis
Pemikiran tradisionalis percaya bahwa kemunduran umat
Islam adalah ketentuan dan rencana Tuhan. Hanya Tuhan yang
Mahatahu tentang arti dan hikmah di balik kemunduran dan
keterbelakangan umat Islam. Makhuk, termasuk umat Islam
tidak tahu tentang gambaran besar scenario Tuhan, dari
perjalanan panjang umat manusia. Kemunduran dan
keterbelakangan umat Islam dinilai sebagai ujian atas
keimanan, dan kita tidak tahu malapetaka apa yang akan
terjadi di balik kemajuan dan pertumbuhan umat manusia.
(Mansyur Faqih, 1997: 11)
PAU-PPAI-UT 11
2. Modernis

Kaum modernis percaya bahwa


kemunduran umat Islam dikarenakan
kesalahan sikap mental, budaya atau
teologi mereka. Mereka menyerang
teologi Sunni (Asy’ariyah) yang dijuluki
sebagai paham fatalistic #?!

PAU-PPAI-UT 12
3. Revivalis

Bagi revivalis, umat Islam terbelakang karena factor dalam


(internal) dan factor luar (eksternal) sebagai dasar analisis
tentang kemunduran umat Islam.
Baginya, umat Islam terbelakang karena mereka justru
menggunakan isme lain sebagai dasar pijakan daripada
menggunakan Al-Qur’an sebagai acuan dasar.
Pandangan ini berangkat dari asumsi bahwa Al-Qur’an pada
dasarnya teah menyediakan petunjuk secara komplit, jelas
dan sempurna sebagai dasar kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Disamping itu, isme marxisme, kapitalisme, dan zionisme
sebagai agenda Barat dan konsep non Islami yang sengaja
dipaksakan pada masyarakat muslim
PAU-PPAI-UT 13
4. Transformatif

Para penggagas transformative percaya bahwa


keterbelakangan umat Islam disebabkan oleh
ketidakadilan system dan struktur ekonomi, politik,
dan kultur.
Oleh karena itu mereka mengagendakan transformasi
terhadap struktur melalui penciptaan relasi yang secara
fundamental baru dan lebih adil dalam bidang budaya,
politik dan kultur.
Focus kerja mereka adalah mencari akar teologi,
metodologi, dan aksi yang memungkinkan terjadinya
transformasi social.
PAU-PPAI-UT 14
PAU-PPAI-UT 15

Anda mungkin juga menyukai