Anda di halaman 1dari 18

A.

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Islam merupakan agama yang toleran, yakni lebih mudah

membolehkan, memaklumi, memaafkan, perhatian terhadap

kebutuhan orang lain, tidak keras, tidak memaksa, bahkan

mengajarkan untuk mendahulukan kepentingan orang lain dari pada

kepentingan pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah

agama yang sangat peduli terhadap masalah sosial atau yang sering

disebut dengan hablun minan naas. Bahkan di dalam alqu’an, sangat

banyak sekali perintah Allah mengenai kehidupan sosial. Di

antaranya seperti memerintahkan umat Islam untuk menyantuni anak

yatim, menutup aib orang lain, dan lain-lain.

Rasulullah sendiri yang merupakan utusan Allah SWT. juga

memerintahkan kita sebagaimana dalam Alqur’an melalui hadits-

haditsnya. Hadits nabi Muhammad SAW selain sebagai penjelas

dalam menafsirkan ayat Alqur’an, juga untuk mengokohkan perintah


yang diberikan oleh Allah. Hadits-hadits mengenai perintah atas

kepedulian sosial inilah yang akan kami uraikan dengan terjemah,

perawi, penjelasan hadits dan pelajaran yang dapat kita ambil dari

hadits itu sendiri.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja Hadits mengenai Kepedulian Sosial?

2. Bagaimana terjemah Hadits tentang Kepedulian Sosial?

3. Bagaimana penjelasan mengenai hadits itu?

1
4. Hikmah apa saja yang dapat kita ambil dalam menjalankan

perintah Rasulullah itu?

B. HADITS DAN TERJEMAHNYA

1. Hadis tentang Memelihara Anak Yatim

‫ أَنَا‬: ‫لى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬َّ ‫ص‬ ِ ِ ‫َعن س ْه ِل بْ ِن س ْع ٍد ر‬


َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل‬ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ َ‫ض َي اهللُ َع ْنهُ ق‬ َ َ َ ْ
‫السبَّابِّة َواْ ُلو ْسطَى َو َف َّر َج َب ْيَن ُه َما‬
َّ ِ‫لجن َِّة َه َك َذا َوأَ َش َار ب‬ ِ ِ ِ
َ ْ‫َو َكاف ُل اْليَت ْي ِم في ا‬
(‫التساء‬ ‫)رواه البخارى و أبو داوود و الترمذي و‬

“Dari Sahal Ibn Sa’ad dari Nabi SAW berkata: Aku dan orang

yang memelihara dan menjaga anak yatim berada di surge,

demikian itu beliau berkata sambil berisyarah dengan telunjuk dan

jari tengah.” (HR. Bukhari, Abu Daud, al-Turmudzi dan al-Nasai).

2. Hadits riwayat Bukhari, Malik dan selainnya dari Abi Hurairah


ِ ‫الس‬
‫اع ُر َعلَى‬ َّ :‫ال النَّبِ ُّي صلّى اهلل عليه وسلّم‬ َ َ‫َع ْن أَبِ ْي ُه َر ْي َرةَ رضى اهلل عنه ق‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬
ِ ‫ اأْل َرملَ ِة وال ِْمس ِكين َكالْمج‬.
ِ ‫اه ِد فِي سبِْي ِل‬
‫اهلل‬ َ ْ َ ُ ُ ْ ْ َ َْ
(‫)رواه البخارى ومالك وغيرها‬

“Orang yang pergi bersegera memberi keringanan pada janda-

janda dan orang-orang miskin kedudukannya seperti orang yang

berjihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Malik dan selain

keduanya)

3. Hadits Tentang Menutup Aib Orang Lain

‫س َع ْن ُم ْسلِ ٍم ُك ْربَةٌ ِم ْن‬ َّ


َ ‫ال َم ْن َنف‬ َ َ‫َع ْن أَبِ ْي ُه َر ْي َر َة َع ِن النّبي صلى اهلل عليه وسلم ق‬
‫ر فِي‬%ٍ ‫ َو َم ْن يَ َس َر َعلَى ُم ْع ِس‬، ‫ب َي ْوِم ال ِْقيَ َام ِة‬
ِ ‫الد ْنيَا َن َّفس اهللُ َع ْنهُ ُك ْربَةٌ ِم ْن ُك ْر‬
َ ُّ ‫ب‬ِ ‫ُك ْر‬

2
ِ ‫الد ْنيا و‬
ُّ ‫ َو َم ْن َسَت َر َعلَى ُم ْسلِ ٍم فِي‬، ‫اآلخ َر ِة‬ ِِ
ُ‫الد ْنيَا َسَت َر اهلل‬ َ َ ُّ ‫الد ْنيَا يَ َس َر اهللُ َعلَْيه في‬
ُّ
ِ ‫ واهلل فِي عو ِن الْعب ِد ما َكا َن الْعب ُد فِي عو ِن أ‬، ‫اآلخر ِة‬
‫َخ ْي ِه‬ ِ ُّ ‫ َعلَْي ِه فِي‬1
ْ َ ْ َْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ َ ‫الد ْنيَا َو‬
“Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, “Barang siapa

melepaskan dari seorang dari seorang muslim satu kesusahan dari

kesusahan-kesusahan di dunia, niscaya Allah melepaskan dia dari

kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barang siapa member

kelonggaran kepada seorang susah, niscaya Allaakan memberi

kelonggaran baginya di dunia dan akhirat; dan barang siapa yang

menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aib dia

di dunia dan di akhirat. Dan Allah selamanya menolong hanba Nya

selama hamba NYa menolong saudarany.” (H.R. Muslim)

C. ANALISIS HADITS

D. KANDUNGAN HADIS TENTANG KEPEDULIAN SOSIAL

1. Kandungan Hadis 1

a. Yatim yang digambarkan dalam hadits di atas adalah orang

yang kehilangan ayahnya yang memelihara dan menjaga diri


dan hartanya dan juga mencintainya dari dalam lubuk hatinya.

b. Dikhawatikan karena ia masih kecil, terseret oleh pengaruh

buruk dari lingkungannya, maka diperlukan ada orang yang bias

memelihara dan mengaturnya, menanamkan rasa yang baik dan

menyambungkannya, melapangkanhatinyadanmemenuhi air

matanya.

c. Para pemelihara anak yatim, akan memperoleh kedudukan di

sisi Allah SWT. Ia akan memperoleh anugerah surge serta

1
Dalam kitab ‫ اآلداب الشرعيّة‬juz 1 dalam ‫ فصل في اآلستئذان في الدخول على الناس‬hal. 489

3
berbagai kenikmatan sebagaimana Rasul SAW menjanjikannya

(al-Adab al-Nabawi: 116).

d. Secara kejiwaan anak sebelum baligh, kemampuan akalnya

belum begitu kuat untuk bias menyelesaikan persoalan yang

dihadapinya, bahkan bertanya atau mengungkapkan

perasaannya pun belum begitu baik sebagaimana orang yang

telah baligh. Karena itu, posisi pemelihara anak yatim sama

halnya denagn posisis orang yang membebaskan kesulitan orang

lainnya. Dijelaskan juga oleh hadits Nabi SAW yang lainnya:

man farraja‘an muslimin kurbatan farrajahullahu yawn al-

qiyamah.

e. Kewajiban pemeliharaan terhadap anak yatim merupakan wujud

kepedulian sosial yang ditegaskan Allah SWT, sebagaimana

dalam QS. Al-Ma’un: 1-7

‫يحض على طعام‬


ّ ‫) وال‬٢( ‫ع اليتيم‬
ّ ‫) فذلك الذي يد‬١( ‫أريت الذي يك ّذب بال ّدين‬
‫) الذين هم‬٥( ‫) الذين هم عن صالتهم ساهون‬٤( ‫) فويل للمصلّين‬٣( ‫المسكين‬
)٧( ‫) ويمنعون الماعون‬٦( ‫يراءون‬
Artinya: “Tahukah kamu orang-orang yang mendustakan

agama?Itulah orang yang membiarkan anak yatim. Maka

celakalah orang-orang yang salat. Yang mereka itu salatnya

dalam keadaan lalai. Mereka yang berbuat riya dan

menghalangi orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al Ma’un :

1-7)

f. Apa yang diisyaratkan dalam point 5 di atas menunjukkan

adanya keseimbangan kewajiban antara salat dan menyantuni

4
anak yatim dan orang miskin. Salat sebagai wujud kewajiban

yang berkaitan dengan habl min Allah, sedangkan menyantuni

anak yatim dan orang miskin sebagai wujud kewajiban yang

berkaitan dengan habl min al-nas.

g. Bila salat diklaim ibadah mahdhah atau ta’abbudi, maka klaim

terhadap aktivitas menyantuni anak yatim dan orang miskin

adalah mahdhah atau ta’abudi juga. Karena ketidak mungkinan

sesuatu yang mahdhaha tauta’abudi gugur oleh yang tidak

sederajat tingkatannya. Hanya perlu dibedakan mahdhaha

tauta’abu disalat dengan mahdhaha tauta’abudi-nya menyantuni

anak yatim dan orang miskin itu.

h. Demikian pula kedua hal tersebut bila dilihat dari konsep fardl

‘ain dan fardl kifayah. Salat sebagai farld ‘ain karena

kemusliman seseorang, dan menyantuni anak yatim dan orang

miskin sebagai fardl kifayah perlu dipahami tidak terpisah

berdiri sendiri. Namun, keduanya saling mendukung dan


menguatkan. Fardl ‘ain mewujudkan fardl kifayah dan fardl

kifayah mewujudkan fardl ‘ain baru. Demikian seterusnya

secara berkesinambungan.

i. Dipertimbangkannya rumusan point 8 di atas adalah berkaitan

dengan keyakinan konsep al-Islam itu adalah al-Din dan al-

Dunya, al-Azwaj. Dari aturan agama melahirkan kehidupan

dunia yang baik, dari kehidupan dunia yang melahirkan semakin

kuatnya ajaran agama sebagai rujukan dalam kehidupan umat.

Demikian pula dari pribadi yang kuat melahirkan jamaah yang

5
kuat pula juga sebaliknya. Pandangan dan sikap seperti inilah

yang dikatakan tauhid. Inilah rahasia Allah mengutus

Muhammad sebagai Rasul-Nya dari seorang anak yatim piatu.

2. Kandungan Hadis 2

a. Seorang mujtahid di jalan Allah, karena mengkhidmati

agamanya melalui jiwa dan hartanya, kedudukan dan

kekuasaannya, ilmu dan seninya, tegasnya melalui segala yang

dimilikinya, maka baginya tidak ada pahala kecuali surga.

b. Pahala surga juga bagi seseorang yang segera membantu para

janda dan orang-orang miskin, dalam keadaan sulit dan lelah,

mencurahkan segala kesungguhan agar mereka tercukupi

kebutuhannya, karena telah ditinggal suami yang memelihara

dan menafkahinya. Segala kesulitan dan kesedihan mereka

diringankannya, tangan mereka dijaganya jangan sampai

meminta-minta, demikian pula perawatan terhadap dirinya.


c. Orang miskin sebagai perantara bagi saudaranya yang

berkemampuan untuk memperoleh surge melalui kemampuan

yang diberikan kepada orang miskinitu, karena mereka

kehilangan harta yang diperlukan, lemah SDM, tidak memiliki

pekerjaan, harta terkumpul melalui kerja keras secara fisik.

Walaupun mereka berusaha maksimal; perolehannya tidak bisa

mencukupi kebutuhan dan kesenangan untuk diri dan anaknya.

Ia berusaha menutupi kelaparan orang miskin itu, hartanya

dipakai untuk memelihara rasa malunya, maka ia itu akan

6
berkedudukan semartabat seperti para mujahidin dan

muqarrabin. (Al-Adab al-Nabawi: 117)

d. Karena itu, sangat dianjurkan bagi siapa saja yang memiliki

harta, waktu, kekuatan, danusaha, untuk menginfakkan sebagian

dari miliknya kepada mereka yang memerlukan, maka orang

yang seperti itu termasuk orang yang memiliki kepedulian

sosial.

e. Al-Armilah/janda, yang dimaksud bagi situasi sekarang ini

dapat dibagi empat bagian: a) janda yang tidak bekerja kecuali

pekerjaan rumah tangga; b) janda yang secara ekonomis

kekurangan tapi secara social mencukupi; c) janda yang secara

ekonomis mencukupi bahan lebih, tetapi secara social

berkurang; d) janda yang secara ekonomis cukup karena

memiliki pekerjaan tetap, juga secara social memadai karena

aktivis. Prioritas pertolongan kepada mereka itu akan berbeda-

beda, yang jelas bagaimana kemanusiaan mereka itu tidak


terganggu.

f. Kondisi hubungan yang seperti itu pula merupakan wujud dari

rasa kesatuan umat. Hubungan mereka bagaikan satu tubuh bila

satu bagian sakit, maka bagian yang lainnya akan merasakan

sakitnya dan berusaha untuk menolongnya.

g. Baik dan terpeliharanya hubungan social seseorang, akan

mengokohkan kualitas hubungan dengan Tuhannya. Implikasi

positif yang diperolehnya adalah Allah akan memeliharanya

baik di dunia maupun di akhirat.

7
3. Kandungan Hadis 3

Hadis di atas mengajarkan kepada kita untuk selalu

memperhatikan sesame muslim dan memberikan pertolongan jika

seseorang mendapatkan kesulitan.

a. Melepaskan berbagai kesusahan orag muslim

Melepaskan kesusahan orang lain sangat luas

maknanya, bergantung pada kesusahan yang sedang diderita

oleh saudaranya seiman tersebut.jika saudaranya termasuk

orang yang miskin, sedangkan ia termasuk orang yang

berkecukupan atau orang kaya, ia harus berusaha menolong

dengan caara memberikan pekerjaan atau memberikan bantuan

sesuai kemampunnya. Jika saudaranya sakit, ia berusaha

menolongnya, antara lain dengan membantu memanggilkan

dokte au memberikan bantuan uang alakadarnya gna

meringankan biaya pengobatannya. Jika saudaranya dililit


huang, ia berusaha untuk mencarikan jalan keluar, baik dengan

memberikan bantuan agar hutangnya cepat telunasi, maupun

sekedar memberikan araha-arahan yang akan membantu

saudaranya dalam mengatasi hutangnya tersebut dan lain-lain.

Orang muslim yang membantu meringankan atau

melonggarkan kesusahan saudaranya seiman berarti telah

menolong hamba Allah yang sangat disukai oleh NYa dan

Allah pun akan memberikan pertolonganNya serta

menyelamatkannya dari berbagai kesusahan, baik di dunia

8
maupu di akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S.

Muhammad ayat 7:

‫ت أَقْ َد َام ُك ْم‬ ُ ‫ص ُروا اللَّهَ َي ْن‬


ْ ِّ‫ص ْر ُك ْم َو ُيثَب‬ ُ ‫إِ ْن َت ْن‬...
Artinya: “...jika kamu (agama) Allah, niscaya Allah pun akan

menolong kamu….”

Begitu pula orang yang membantu kaum muslimin

agama terlepas dari berbagai cobaan dan bahaya, ia akna

mendapat pahala yang lebh besar dari Allah dan Allah pun akan

melepaskannya dari berbagai kesusahan yang akan

dihadapinya, baik di dunia maupu di akhirat, pada hari ketika

harta benda, anak, maupun benda-benda yang selama ini

dibanggakan di dunia tidak lagi bermanfaat. Pada waktu itu

hanya pertolongan Allah saja yang akan menyelamatkan

manusia.

Berbahagialah bagi mereka yang bersedia untuk


melepaskan penderitaan sesame orang mukmin karena pada

hair kiamat nanti, Allah akan menyelamatkannya.

b. Melonggarkan kesusahan orang lain

Adakalanya suatu masalah sangat sulit untuk diatasi atau

hanya dapat diselesaikan oleh yan bersangkutan. Terhadap

masalah seperti ini. Seorang mukmin melonggarkannya atau

memberikan pandangan dan jalan keluar, meskipun ia sendiri

tidak terlibat secara langsung. Bahkan, dengan hanya

9
mendengarkan keluhannya saja sudah cukup untuk mengurangi

beban yang dihadapi olehnya.

Dengan demikian, melonggarkan kesusahan orang lain

haruslah sesuai dengan kemampuan saja dan bergantung kepada

kesusahan apa yang sedang dialami oleh saudaranya seiman

tersebut. Jika mampu meringankan kesusahannya, dengan

memberikan materi berilah materi kepadanya. Dengan demikian,

kesusahannya dapat berkurang bahkan dapat teratasi. Namun jika

tidak memiliki materi, berilah saran atau jalan keluar agar

masalah yang dihadapinya cepat seleai. Bahkan jika tidak

mempunyai idea tau saran, doakannlah agar kesusahannya dapat

teratasi dengan pertolongan Allah SWT. Termasuk doa paling

baik jika mendoakan orang lain dan orang yang didoakan tidak

mengetahuinya.

c. Menutupi aib seorang mukmin serta menjaga orang lain berbuat


dosa

Orang mukmin pun harus berusaha menutupi aib saudaranya.

Ia harus berusaha menjaga rahasia saudaranya. Apalagi jika ia

tahu bahwa orang yang bersangkutan tidak akan senang kalau aib

atau rahasianya diketahui orang lain. Namun demikian, jika aib

tesebut dengan kejahata yang telah dilakukannya, ia tidak boleh

menutupinya. Jika h itu dilakukan, berarti ia telah menolong

orang lain dalam hal kejahatan, sehingga orang tersebut terhindar

10
dari hukuman. Perbuatan yang sepert itu sangat dicela dan tidak

dibenarkan dalam islam. Sebagaimana firman Nya:

ِ ‫واَل َتعاونُوا َعلَى اإْلِ ثْ ِم والْع ْدو‬......


‫ان‬ َ ُ َ ََ َ
Artinya: “janganlah kamu saling menolong dalam dosa dan

permusuhan.” (Q.S. Al Maidah: 2)

Dengan demikian jika melihat seseorang akan melakukan

kejahatan atau dosa, setiap mukmin harus berusaha mencegahnya

danmenasehatinya. Jika orang tersebut sudah terlanjur melakukan

dosa, suruhlah untuk bertaubat karena Allah SWT Maha

Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Tindakan itu termasuk

pertolongan juga, karena berusaha menyelamatkan seseorang dari

azab Allah SWT. Ornag yang berusaha untuk menutupi aib

saudaranya, maka Allah pun akan menutupinya agar tidak

melakuan perbuatan yang dilarang Allah di dunia, sehingga ia

tidak mendapatkan siksa di akhirat.

d. Allah SWT senantiasa menolong hamba Nya, selagi hamba

menolong saudaranya

Jika ditelaah secara seksama, pertolongan yang diberikan

orang mukmin kepada saudaranya, pada hakikatnya adalah

menolong dirinya sendiri. Hal ini karena Allah pun akan

menolongnya, baik di dunia maupun di akhirat selama hambaNya

mau menolong saudaranya. Dengan kata lian, dia telah

11
menyelamatkan dirinya sendiri dari berbagai kesusahan dunia dan

akhirat.

Maka orang yang suka menolong orang lain, misalnya,

dengan memberikan bantuan materi, hendaknya tidak merasa

khawatir bahwa ia akan jatuh miskin atau tertimpa kesusahan.

Sebaliknya, dia harus berpikir bahwa segala sesuatu yang ia

miliki adalah milik Allah. Jika dia bermaksud mengambilnya

makka harta itu habis. Begitu juga jika dia bermaksud

menambahnya, maka seketika akan bertambah banyak.

Mereka yang suka menolong orang lain dijanjikan akan

mendapatkan penggantnya sesuai perbuatannya, baik di dunia

maupun di akhirat. Tentu saja dalam memberikan pertolongan

kepada orang lain jangan berlebihan seperti telah dibahas pada

bahasan yang lalu.

Yang paling penting dalam melakukan perbuatan yang

dianjurkan syara’, seperti menolong atau melonggarkan


kesusahan orang lain, adalah tidak mengarapkan pamrih tertentu

dari orang lain, adala tidak mengharapkan pamrih tertentu dari

orang yang ditolong, melainkan ikhlas adalah semata-mata

didasari rasa iman dan ingin mendapatkan rida-Nya. Sebenarnya,

inti dari hadis di atas adalah agar umat Islam memiliki

kepedulian dan kepekaan sosial atas saudara-saudaranya seiman.

Dalam islam berlaku egos atau hanya mementingkan diri sendiri

tifak dibenarkan.

12
Beberapa syariat Islam, seperti zakat fitrah, antara lain

dimaksudkan untuk memupuk jiwa kepedulian terhadap sesama

mukmin yang berada dalam kemiskinan. Sebagaimana

dinyatakan dalam hadis:

َّ ِ‫اهلل صلى اهللُ عليه وسلّم َز َكا َة ال ِْفطْ ِر طُ ْه َر ًة ل‬


‫لصائِ ِم‬ ِ ‫ض رسو ُل‬
ْ ُ َ %َ ‫َف َر‬
‫ لِل َْم َساكِ ْي ِن‬%ٌ‫ث َوطُ ْع َمة‬ َّ ‫ِم َن اللَّ ْغ ِو َو‬
ِ َ‫الرف‬

Artinya: “Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai

pembersih untuk orang yang shaum dari ucapan dan perbuatan

yang tidak baik dan sebagai jamuan bagi orang miskn.” (HR.

Abu Dawud)

Orang yang memiliki kedudukan atau harta yang melebihi

orang lain, hendaknya tidak enjadikannya sombong atau tinggi

hati serta tidak mau menolong orang yang sangat membutuhkan

pertolongannya. Pada hakikatnya, Allah SWT. menjadikan

adanya perbedaan seseorang dengan yang lainnya adalah untuk


saling melengkapi, saling membantu, dan saling menolong sat

sama lain. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

ٍ ‫ض ُه ْم َف ْو َق َب ْع‬
‫ض‬ ُّ ‫ْحيَ ِاة‬
َ ‫ َب ْع‬%‫الد ْنيَا َو َر َف ْعنَا‬ ِ ِ
َ ‫نَ ْح ُن قَ َس ْمنَا َب ْيَن ُه ْم َمعي َشَت ُه ْم في ال‬
‫ضا ُس ْخ ِريًّا‬ ً ‫ض ُه ْم َب ْع‬ ِ ‫ات لِيت‬
ُ ‫َّخ َذ َب ْع‬ ٍ
َ ‫َد َر َج‬
Artinya : “…..Kami telah menentukan di antara mereka

penghidupan merea dalam kehidupan dunia. Dan Kami telah

meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lainnya

13
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan

sebagian yang lain…” (QS. Az-Zukhruf: 32)

Di dunia ini, adanya orang-orang yang senang dengan

kekeyaannya atau kedudukannya dan ada pula orang-orang yang

sangat susah karena kemiskinannya. Hal ini merupakan

kehendak Allah SWT. untuk keseimbangan kehidupan di dunia.

Dapat dibayangkan jika semua orang kaya, siapa yang akan

menjadi petani atau mengerjakan pekerjaan kasar yang biasa

dilakukan oleh orang-orang kecil. Begitu pun jika sema oarng

miskin, kehidupan dunia akan kacau.

Dengan demikian, pada hakikatnya hidup di dunia adalah

saling membantu dan mengisi. Orang kaya tidak akan menjadi

kaya jika tidak ada orang-orang miskin. Semakin kaya

seseorang, ia semakin membutuhkan orang-orang miskin.

Rasulullah SAW. bersabda:

‫ض َع َفائِ ُك ْم‬
ُ ِ‫ص ُرو َن َو ُت ْر َزقُو َن إِال ب‬
َ ‫َه ْل ُت ْن‬
Artinya: "Kalian ditolong dan diberi rezeki hanyalah oleh kaum

lemah di antara kalian.” (HR. Bukhari)

Ketentraman pun hanya akan dapat diciptakan jika masig-

masing golongan saling memperhatikan dan menolong satu sama

lain sehingga kesejahteraan tidk hanya berada pada satu

golongan saja. Perintah agar kaum muslimin peka dan peduli

14
terhadap orang lain juga dicerminkan melalui syari’at

penyembelihan hewan kurban. Hal itu tergambar dari doa yang

tela dibaca setelah hewan disembelih, yang berbeda dengan

bacaan penyembelihan biasa. Ketika itu sebagaimana

diriwayatkan oleh Muslim dari Siti Aisyah, disunahkan

membaca:

‫آل ُم َح َّم ٍد َو ِم ْن أ َُّم ِة ُم َح َّم ٍد‬


ِ ‫اهلل الل ُّه َّم َت َقبَّل ِم ْن ُم َح َّم ٍد و‬
َ ْ
ِ ‫بِس ِم‬
ْ
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah terimalah

(kurban ini) dari Muhammad, keluarga Muhammad dan umat

Muhammad SAW.”

Hal itu antara lain menunjukkan bahwa daging hewan kurban

berasal dari umat Muhammad dan diperuntukkan untuk semua

pengikut Muhammad SAW. tanpa mengenal golongan, ras, suku

bangsa, partai, dan lain-lain, bahkan kepada orang yang sudah

kaya. Semunya berhak menikmati dan merasakan kesejahteraan.


Rasa sejahterahlah yang merupakan benteng utama untuk

menghindari perpecahan dan berbagai penyakit sosial yang ada

di masyarakat. Dalam hal ini, kepekaan para pemimpin, para

wakil rakyat, dan semua umat Islam yan mampu sangat

dibutuhkan untuk menyejahterakan kaum yang lemah.

Memperbaiki kesejahteraan merupakan salah satu di antara

tiga cara dalam memperbaiki keadaan keadaan masyarakat,

sebagaimana diungkapkan oleh Abu Hasan dalam “Kitab Adab

Ad-Dunya wa ad-Din,” yakni: menjadikan manusia taat;

15
menyatukan rasa dalam hal kesenangan dan penderitaan,; dan

menjga dari hal-hal yang akan mengganggu stabilitas kehidupan.

Semua itu tercapai jika semua komponen dalam masyaakat

peduli terhadap komponen ynag lainya, tidak egois dalam

mementingkan keakuan semata yang sangat ditentang Islam.

Kiranya dapat dipahami, mengapa tokoh Qarun –seorang kaya

raya pada masa Musa as. yang tidak mau merasakan derita orang

lain– dikecam Al-Quran ketika menonjolkan keakuannya dengan

berkata:

‫إِنَّ َما أُوتِيتُهُ َعلَى ِعل ٍْم ِع ْن ِدي‬

“Sesungguhnya aku hanyalah diberi harta itu, karena ilmu

yang ada padaku.” (QS. 28: 78).

Padahal salah satu ciri agama Islam adalah kebersamaan yang

harus mewarnai seluruh aktivitas setiap muslim. Sebagaimana

dibahas sebelumnya, peduli terhadap sesame tidak hanya dalam


masalah materi saja, tetapi dalam berbagai hal yang

menyebabkan orang lain susah. Jika mampu, setiap muslim harus

berusaha untuk saling menolong sesamanya.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Islam sangat memperhatikan umatnya dalam masalah sosial.

Melalui nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, beliau juga

memerintahkan umatnya untuk peduli terhadap masalah sosial di

sekitarnya. Di antara hadits beliau adalah:

1. HADITS TENTANG MEMELIHARA ANAK YATIM

Bahwasanya adanya keseimbangan kewajiban antara salat dan

menyantuni anak yatim dan orang miskin. Salat sebagai wujud

kewajiban yang berkaitan dengan habl min Allah, sedangkan

menyantuni anak yatim dan orang miskin sebagai wujud kewajiban

yang berkaitan dengan habl min al-nas. Dengan hal tersebut,

Rasulullah mengibaratkan beliau dan orang yang memelihara dan

17
menjaga anak yatim berada di surge, demikian itu beliau berkata

sambil berisyarah dengan telunjuk dan jari tengah.

2. Hadits Tentang Menutup Aib Orang Lain

Orang mukmin harus berusaha menutupi aib saudaranya. Ia harus

berusaha menjaga rahasia saudaranya. Apalagi jika ia tahu bahwa

orang yang bersangkutan tidak akan senang kalau aib atau

rahasianya diketahui orang lain. Namun demikian, jika aib tersebut

dengan kejahatan yang telah dilakukannya, ia tidak boleh

menutupinya. Jika hal itu dilakukan, berarti ia telah menolong orang

lain dalam hal kejahatan, sehingga orang tersebut terhindar dari

hukuman. Perbuatan yang seperti itu sangat dicela dan tidak

dibenarkan dalam islam.

DAFTAR PUSTAKA

Syafe’i, Rachmat. 2000. Al-hadits. Bandung: Pustaka Setia

Dimyati, Ayat. 2001. Hadits Arba’in. Bandung: Marja

18

Anda mungkin juga menyukai