Anda di halaman 1dari 39

1

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Judul Asli : Al-Bid’ah Ta’rifuha Anwa’uha Ahkamuha


Penulis : Syaikh Sholih Bin Fauzan Al-Fauzan
Penerjemah : Admin New Vas Mengaji

Pendahuluan

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم‬
‫بإحسان إلى يوم القيامة‬

Buku kecil yang ada di hadapan anda ini adalah tulisan


ringkas namun sarat akan makna, yaitu tentang Bid’ah,
pengertian, macam serta hukumnya.

Sekalipun diterjemahkan oleh orang yang miskin ilmu, namun


semoga ada manfaat yang ada di dalamnya, bagi penulis,
penerjemah, pembaca dan kaum muslimin secara umum.

Kami buka lebar-lebar kritik dan saran membangun dari anda


sekalian, semoga usaha kecil ini berbuah manis untuk kita
semua, aamiin.

2
Mukaddimah

Segala puji adalah milik Alloh, Robb semesta alam. Dia


memerintahkan kita untuk mengikuti (Sunnah) dan melarang kita
berbuat bid’ah.

Dan semoga sholawat serta salam tercurah atas Nabi kita


Muhammad shollallohu’alaihiwasallam, yang Alloh mengutus beliau
untuk diikuti dan ditaati. Dan semoga sholawat serta salam juga
tercurah kepada keluarga, sahabat serta seluruh pengikut beliau.
Waba’du :

Maka ini adalah pasal-pasal di dalam menjelaskan macam-macam


bid’ah dan larangan darinya. Menulis pasal-pasal ini menunjukkan
wajibnya nasihat bagi Alloh, bagi kitab-Nya, bagi Rosul-Nya, dan bagi
pemimpin kaum muslimin serta bagi kaum muslimin secara umum.

3
Pasal Pertama
Pengertian Bid’ah, Macam Serta Hukumnya

Pengertian Bid’ah :
Bid’ah secara bahasa diambil dari kata al-bad’u, yaitu membuat
sesuatu yang tidak ada yang sama sebelumnya. Dan termasuk
darinya, yaitu firman-Nya :

ِ ‫ت َو أاْل َ أر‬
‫ض‬ ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬
َّ ‫َبدِي ُع ال‬

“Yang Menciptakan langit dan bumi”


(Surat Al-Baqoroh ayat 117)

Maksudnya : Yang Menciptakan langit dan bumi, dalam keadaan


tidak ada yang sama seperti itu sebelumnya.

Dan firman-Nya :

‫س ِل‬
ُ ‫الر‬ ً ‫قُ أل َما ُكنتُ ِب أد‬
ُّ َ‫عا ِمن‬

“Katakanlah : Aku bukanlah Rosul pertama dari para Rosul”


(Surat Al-Ahqof ayat 9)

4
Maksudnya : “Aku bukanlah orang yang pertama kali datang
membawa risalah dari Alloh kepada para hamba, akan tetapi banyak
Rosul yang telah mendahuluiku.”

Dikatakan pula : Si fulan telah mengadakan bid’ah (sesuatu yang


baru). Yaitu dia membuat suatu cara yang belum pernah ada yang
mendahuluinya.

Dan membuat sesuatu yang baru itu ada dua macam :

Yaitu membuat sesuatu yang baru di dalam adat (kebiasaan), seperti


membuat penemuan-penemuan baru. Maka hal ini boleh, karena
asal di dalam adat (kebiasaan) itu boleh.

Dan membuat sesuatu yang baru di dalam Agama, dan hal ini haram
hukumnya. Karena sesungguhnya asal di dalam agama itu tauqif
(berhenti menunggu dalil). Nabi shollallohu’alaihiwasallam bersabda
:

َ ‫ث فِي أ َ أم ِرنَا َهذَا َما لَي‬


‫أس ِم أنهُ فَ ُه َو َرد‬ َ ‫َم أن أَحأ َد‬

“Barangsiapa mengada-adakan sesuatu yang baru di dalam urusan


kami ini, yang bukan termasuk bagian darinya, maka ia tertolak”
(HR Bukhori dan Muslim)

5
Dan dalam riwayat lain :

‫علَ أي ِه أ َ أم ُرنَا فَ ُه َو َرد‬ َ ‫ع َم ًال لَي‬


َ ‫أس‬ َ ‫َم أن‬
َ ‫ع ِم َل‬

“Barangsiapa yang beramal dengan sebuah amalan yang tidak ada


perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak”
(HR Muslim)

Macam-macam bid’ah :

Bid’ah di dalam agama ada 2 macam : Yang pertama : Bid’ah


pendapat dan keyakinan. Seperti pendapat-pendapatnya kaum
Jahmiyyah, Mu’tazilah, Rofidhoh dan seluruh firqoh yang sesat serta
keyakinan-keyakinan mereka.

Yang kedua : Bid’ah di dalam ibadah, seperti beribadah kepada Alloh


dengan ibadah yang tidak disyari’atkan, dan ini ada beberapa macam
pula :

Macam yang pertama : bid’ah yang berkaitan dengan asal ibadah,


yaitu dengan mengadakan-adakan ibadah yang tidak memiliki asal di
dalam syari’at. Seperti mengada-adakan sholat yang tidak
disyari’atkan, atau puasa yang tidak disyari’atkan, atau perayaan
yang tidak disyari’atkan, seperti perayaan-perayaan hari kelahiran
dan selainnya.

6
Macam yang kedua : Bid’ah yang ada di dalam penambahan
terhadap ibadah yang disyari’atkan. Sebagaimana menambah roka’at
ke lima pada waktu sholat Dzuhur ataupun Ashar.
Macam yang ketiga : Bid’ah yang ada pada sifat pelaksanaan ibadah,
yaitu dengan melakukan ibadah bukan dengan sifat yang
disyariatkan. Dan hal itu seperti melakukan dzikir-dzikir yang
disyari’atkan dengan suara bersama-sama yang berirama. Dan
seperti memaksa diri di dalam ibadah-ibadah, pada batas yang keluar
dari Sunnah Rosululloh shollallohu’alaihiwasallam.
Macam keempat : Bid’ah dengan mengkhususkan waktu untuk
ibadah yang disyari’atkan, yang syari’at tidak mengkhususkannya.
Seperti mengkhususkan pertengahan bulan Sya’ban dan malamnya,
yaitu dengan puasa dan sholat malam. Maka asal dari puasa dan
sholat malam itu disyari’atkan, akan tetapi mengkhususkan
waktunya itu membutuhkan dalil.

Bid’ah di dalam agama dengan seluruh macam-macamnya :

Semua bid’ah di dalam agama adalah haram hukumnya dan sesat,


karena sabda Rosululloh shollallohu’alaihiwasallam :

ٌ‫ضالَلَة‬ َ ‫عةٌ َو ُك َّل ِب أد‬


َ ‫ع ٍة‬ ِ ‫ت اْل ُ ُم‬
َ ‫ور فَإِ َّن ُك َّل ُمحأ َدثَ ٍة ِب أد‬ ِ ‫َو ِإيَّا ُك أم َو ُمحأ َدثَا‬

"Dan waspadalah kalian terhadap perkara-perkara yang baru (dalam


agama), karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah, dan setiap
bid’ah adalah kesesatan”
)HR Abu Dawud dan Timidzi, beliau mengatakan : “Hadits Hasan
Shohih”)

7
Dan karena sabda beliau shollallohu’alaihiwasallam :

َ ‫ث ِفي أَ أم ِرنَا َهذَا َما لَي‬


‫أس ِم أنهُ فَ ُه َو َرد‬ َ ‫َم أن أَحأ َد‬

“Barangsiapa mengada-adakan sesuatu yang baru di dalam urusan


kami ini, yang bukan termasuk bagian dari urusan kami tersebut,
maka ia tertolak”
(HR Bukhori dan Muslim)

Dan dalam riwayat lain :

‫علَ أي ِه أَ أم ُرنَا فَ ُه َو َرد‬ َ ‫ع َم ًال لَي‬


َ ‫أس‬ َ ‫َم أن‬
َ ‫ع ِم َل‬

“Barangsiapa yang beramal dengam sebuah amalan yang tidak ada


perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak”
(HR Muslim)

Maka hadits itu menunjukkan bahwasanya setiap perkara yang baru


di dalam agama, maka dia adalah bid’ah, dan setiap perkara yang
baru adalah kesesatan yang tertolak. Dan maknanya adalah :
Sesungguhnya bid’ah di dalam ibadah dan keyakinan adalah haram
hukumnya. Akan tetapi pengharaman itu bermacam-macam, yaitu
sesuai dengan jenis bid’ahnya.

Maka ada dari bid’ah itu yang merupakan kekufuran secara murni,
seperti thowaf di kuburan dalam rangka mendekatkan diri kepada

8
penghuni kuburan, dan seperti menyajikan sembelihan-sembelihan
serta bernadzar untuk kuburan, dan seperti berdoa kepada penghuni
kuburan serta beristighotsah kepada mereka. Dan juga seperti
perkataan-perkataan yang melampaui batas dari kaum Jahmiyyah
dan Mu’tazilah.

Dan ada dari bid’ah itu yang bisa menghantarkan kepada kesyirikan.
Seperti membangun kuburan, serta sholat dan berdoa di sisinya.

Dan ada dari bid’ah itu yang merupakan keyakinan yang sesat.
Seperti bid’ahnya kaum Khowarij, Qodariyyah dan Murji’ah di dalam
pendapat-pendapat mereka yang bertentangan dengan dalil-dalil
syar’i.

Dan ada dari bid’ah itu yang merupakan maksiat. Seperti bid’ahnya
membujang, dan seperti puasa dengan cara berdiri di bawah
matahari, dan seperti mengebiri agar syahwat berjimak bisa hilang.

Peringatan :

Siapa saja yang membagi bid’ah menjadi bid’ah hasanah (yang baik)
dan bid’ah sayyiah (yang buruk), maka pembagian tersebut adalah
keliru dan salah, serta bertentangan dengan sabda beliau
shollallohu’alaihiwasallam :
ٌ‫ض َاللَة‬ َ ‫فَإِ َّن ُك َّل بِ أد‬
َ ‫ع ٍة‬

“Maka sesungguhnya semua bid’ah adalah kesesatan”

9
Karena Rosululloh shollalloh’alaihiwasallam telah menetapkan
bahwa semua bid’ah itu adalah kesesatan. Dan orang ini (yang
membagi bid’ah) mengatakan : “Tidak semua bid’ah, tapi disana ada
bid’ah hasanah (yang baik)”

Al-Hafidz Ibnu Rojab berkata di dalam Syarah Al-Arba’in : “Maka


sabda beliau : ‘Setiap bid’ah adalah kesesatan’ adalah termasuk dari
jawami’ al-kalim, maka satu (bid’ahpun) tidak bisa keluar darinya.
Dan hadits tersebut adalah pokok yang agung dari pokok-pokok
agama, dan ia adalah seperti sabda beliau : ‘Barangsiapa mengada-
adakan sesuatu yang baru di dalam urusan kami ini, yang bukan
termasuk bagian dari urusan kami tersebut, maka ia tertolak’, Maka
siapa saja yang membuat sesuatu yang baru lalu menisbatkannya
kepada agama, padahal tidak ada baginya asal dari agama, yang
perkara itu bisa dikembalikan kepadanya, maka perkara itu adalah
kesesatan, dan agama berlepas diri darinya. Dan sama saja seperti
itu, baik dalam masalah keyakinan, amalan maupun pendapat yang
lahir maupun yang batin” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam hal.223)

Dan tidaklah mereka memiliki hujjah atas adanya bid’ah hasanah


kecuali perkataan Umar rodhiyallohu’anhu :

‫عةُ َه ِذ ِه‬
َ ‫نِ أع َمتُ البِ أد‬

“Sebaik-baik bid’ah adalah ini”

10
Mereka juga berkata : “Sesungguhnya banyak pekara-perkara baru
yang dibuat-buat, yang kaum Salaf tidak mengingkarinya, seperti
mengumpulkan al-Qur’an di dalam satu kitab, menulis hadits dan
membukukannya.”

Jawabnya : Sesungguhnya perkara-perkara diatas mimiliki asal di


dalam syari’at. Maka sesuatu yang memiliki asal di dalam syari’at,
yang bisa dikembalikan kepada asal tersebut, apabila dia dikatakan
bid’ah, maka itu adalah bid’ah secara bahasa, bukan bid’ah secara
syari’at. Karena sesungguhnya bid’ah secara syari’at itu adalah bid’ah
yang dia tidak memiliki asal di dalam syari’at, yang dia bisa kembali
kepada asal tersebut.

Dan mengumpulkan Al-Qur’an di dalam satu kitab, maka ini ada


asalnya di dalam syari’at. Karena sesungguhnya Nabi
shollallohu’alaihiwasallam dahulu memerintahkan untuk menulis Al-
Qur’an, akan tetapi ditulis terpisah-pisah. Lalu Sahabat
rodhiyallohu’anhum mengumpulkannya dalam satu mushaf dalam
rangka untuk menjaganya.

Dan sholat Tarawih, sungguh Nabi shollallohu’alaihiwasallam telah


melakukannya (secara berjamaah) dengan para Sahabat di beberapa
malam, dan akhirnya beliau meninggalkan mereka (sholat di rumah)
karena takut sholat tarawih tersebut akan diwajibkan atas mereka.
Dan para Sahabat tetap melanjutkan sholat Tarawih dalam keadaan
berkelompok-kelompok pada masa beliau masih hidup. Dan setelah
beliau wafat, sampai Umar rodhiyallohu’anhu mengumpulkan
mereka dibelakang satu imam, sebagaimana dahulu mereka sholat
Tarawih dibelakang Nabi shollallohu’alaihiwasallam. Dan ini
bukanlah bid’ah di dalam agama.

11
Dan penulisan hadits juga memiliki asal didalam syari’at. Sungguh
Nabi shollallohu’alaihiwasallam telah memerintahkan untuk menulis
sebagian hadits-hadits beliau kepada sebagian Sahabat tatkala dia
meminta kepada beliau untuk menulisnya. Dan penghalang dari
penulisan hadits secara umum di zaman beliau adalah kekhawatiran
bercampurnya hadits dengan Al-Qur’an. Maka ketika beliau wafat,
penghalang inipun menghilang. Karena sesungguhnya Al-Qur’an
telah sempurna dan berhenti turun sebelum beliau wafat. Lalu kaum
musliminpun menulis hadist setelah wafat beliau, dalam rangka
menjaganya dari kepunahan. Maka semoga Alloh membalas mereka
dengan kebaikan, ketika mereka menjaga Kitab Robb mereka serta
Sunnah Nabi mereka dari kepunahan dan dari bercampurnya antara
keduanya.

12
Pasal Ke Dua
Bid’ah-bid’ah Yang Nampak Di Kehidupan Kaum Muslimin
Dan Sebab-sebabnya

Yang pertama : Bid’ah-bid’ah yang nampak di kehidupan kaum


muslimin :

Di sini ada dua masalah :

Masalah yang pertama : Waktu munculnya bid’ah :


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata : “Dan
ketahuilah ! Umumnya bid’ah terkait dengan ilmu dan ibadah di
tingkat ini dan selainnya hanya terjadi pada masa kepemimpinan
akhir-akhir Al-Khulafa’ Ar-Rosyidin, sebagaimana Nabi
shollallohu’alaihiwasallam telah mengabarkannya, tatkala beliau
bersabda :

ِ ‫سنَّ ِة أال ُخلَ َف‬


‫اء‬ ُ ‫ فَ َعلَ أي ُك أم ِب‬.ً‫اختِالَفا ً ًكثِيأرا‬
ُ ‫سنَّتِي َو‬ ‫س َي َرى أ‬
َ َ‫ش ِم أن ُك أم ف‬
‫َم أن َي ِع أ‬
‫اش ِديأنَ أال َم أه ِد ِييأنَ ِم أن َب أعد أ‬
‫ِي‬ ِ ‫الر‬
َّ

“Siapa diantara kalian yang hidup setelahku; maka dia akan melihat
perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian berpegang dengan
Sunnahku dan Sunnah Al-Khulafa’ Rosyidin Al-Mahdiyin setelahku”

13
(Majmu’ Al-Fatawa 10/354)

Dan bid’ah yang pertama-tama muncul adalah bid’ah Qodariyyah,


bid’ah murji’ah, Syiah, dan Khowarij. Bid’ah-bid’ah ini muncul pada
generasi ke dua, dan Sahabat masih mendapatinya, dan sungguh
mereka telah mengingkari pelakunya. Kemudian muncul bid’ah
Mu’tazilah, kemudian fitnah-fitnahpun terjadi diantara kaum
muslimin, dan terjadilah banyak perbedaan pandangan dan
kecondongan kepada bid’ah dan hawa nafsu. Dan terjadilah bid’ah
tasawwuf dan bid’ah membangun kuburan setelah tiga generasi yang
utama. Dan seperti inilah, semakin zaman akhir, maka bid’ah menjadi
bertambah dan bermacam-macam.

Masalah ke dua : Tempat-tempat munculnya bid’ah :


Negeri-negeri Islam berbeda-beda di dalam masalah munculnya
bid’ah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata : “Maka
sesungguhnya kota-kota besar yang para Sahabat Rosululloh
shollallohu’alaihiwasallam tinggal di sana, serta ilmu dan imanpun
keluar dari sana adalah ada lima tempat : Yaitu dua negeri Haram,
dua Iraq dan Syam. Dan dari lima tempat inilah keluar ilmu Al-Qur’an,
Hadits, Fiqh, ibadah dan ilmu yang mengikuti semua itu dari urusan-
urusan Islam. Dan muncul dari lima tempat ini bid’ah-bid’ah
ushuliyyah (bid’ah-bid’ah yang pokok) selain kota Madinah.

Maka keluarlah dari kota Kufah, yaitu Syi’ah dan Murji’ah. Dan
kemudian keduanya menyebar ke tempat lain. Dan keluar dari kota
Bashroh, yaitu Qodariyyah, Mu’tazilah dan Zuhud yang salah. Dan
ketiganyapun menyebar ke tempat lain. Dan di Syam muncul bid’ah
pembuatan monumen/patung dan Qodariyyah. Adapun Jahmiyyah

14
hanyalah muncul di daerah Khurosan, dan ia adalah seburuk-buruk
bid’ah.

Dan dahulu munculnya bid’ah itu sesuai dengan seberapa jauh dari
kota Nabawi (Madinah). Manakala satu firqoh ada setelah
terbunuhnya Utsman, maka munculah bid’ah Khowarij.....

Dan adapun Madinah Nabawiyyah, maka ia selamat dari munculnya


bid’ah ini. Dan jika di sana ada orang yang menyembunyikan hal itu,
maka di sana mereka akan dicela dan dihinakan. Yaitu manakala di
sana ada kaum Qodariyyah dan selainnya, akan tetapi keberadaan
mereka adalah orang-orang yang dihinakan dan ditundukkan.
Berbeda dengan Syi’ah dan Murji’ah di Kufah, dan bid’ah Mu’tazilah
dan Nussak (zuhud yang salah) di Bashroh, dan bid’ah
monumen/patung di Syam, maka itu semua nampak di sana.

Dan sungguh telah tetap di dalam Kitab Ash-Shohih, dari Nabi


shollallohu’alaihiwasallam tentang kota Madinah, bahwasanya Dajjal
tidak akan bisa masuk ke dalamnya... Dan terus menerus ilmu dan
iman itu nampak di Madinah sampai zaman Kerajaan, dan itu pada
generasi ke empat” (Majmu’ Al-Fatawa 20/300-303)

Maka adapun pada tiga generasi yang utama, maka di kota Madinah
Nabawiyyah tidak ada bid’ah yang nampak sama sekali, dan tidak
keluar darinya bid’ah di dalam Ushuluddin sama sekali sebagaimana
keluar dari negeri-negeri lain.

Yang ke dua : Sebab-sebab yang mengakibatkan munculnya bid’ah

15
Tidak diragukan lagi bahwa berpegang teguh dengan Al-Kitab dan As-
Sunnah akan mendatangkan keselamatan dari munculnya bid’ah dan
kesesatan. Alloh Ta’aalaa berfirman :

َ ‫ع أن‬
ۗ ‫س ِب أي ِل ٖه‬ ُّ ‫ي ُم أستَ ِق أي ًما فَاتَّ ِبعُ أوهُ َۚو ََل تَتَّ ِبعُوا ال‬
َ ‫سبُ َل فَتَفَ َّرقَ ِب ُك أم‬ ‫اط أ‬ ِ ‫َواَ َّن ٰهذَا‬
ِ ‫ص َر‬

“Dan bahwasanya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah jalan
itu ! Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain, karena
jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya”
(Surat Al-An’am ayat 153)

Dan sungguh Nabi shollallohu’alaihiwasallam telah menjelaskan hal


itu di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud
rodhiyallohu’anhu, beliau berkata : “Rosululloh shollallohu’alaihi
wasallam membuat sebuah garis untuk kami, lalu beliau bersabda :
‘Inilah jalan Alloh’, Kemudian beliau membuat beberapa garis di
kanan dan kiri garis tersebut, kemudian beliau bersabda : ‘Ini adalah
jalan-jalan lain, di atas setiap jalan-jalan ini ada setan yang menyeru
kepadanya’, Kemudian beliau membaca : “Dan bahwasanya ini
adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah jalan itu ! Dan janganlah
kalian mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu akan
mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Itulah yang Alloh wasiatkan
kepada kalian, agar kalian bertakwa” (HR Ahmad, Ibnu Hibban,
Hakim dan lainnya)

Maka barangsiapa berpaling dari Al-Kitab dan As-Sunnah, niscaya


jalan-jalan yang menyesatkan dan bid’ah-bid’ah yang diada-adakan
itu akan membuatnya berselisih.

16
Maka sebab-sebab yang mengakibatkan munculnya bid’ah akan
diringkas pada perkara-perkara berikut ini : Yaitu bodoh dengan
hukum-hukum agama, mengikuti hawa nafsu, fanatik terhadap
pendapat-pendapat dan tokoh-tokoh, serta menyerupai dan
mengikuti orang-orang kafir. Kami akan membicarakan sebab-sebab
ini secara terperinci :

Sebab pertama : Bodoh dengan hukum-hukum agama :

Setiap kali zaman semakin bertambah dan manusia jauh dari


pengaruh risalah, maka ilmu semakin kecil dan kebodohan semakin
menyebar. Sebagaimana Nabi shollallohu’alaihiwasallam telah
mengabarkan :

ً‫اختِالَفا ً ًكثِيأرا‬
‫س َي َرى أ‬
َ َ‫ش ِم أن ُك أم ف‬
‫َم أن َي ِع أ‬

“Siapa diantara kalian yang hidup setelahku, maka dia akan melihat
perselisihan yang banyak”
(HR Abu Dawud dan Tirmidzi, beliau berkata : Hadits Hasan Shohih)

Dan sabda beliau :

ِ ‫ض ال ِع أل َم ِبقَب‬
‫أض‬ ُ ‫ َولَ ِك أن يَ أق ِب‬،ِ‫عهُ مِنَ ال ِعبَاد‬ُ ‫عا يَ أنت َِز‬ ً ‫ض ال ِع أل َم ا أنتِزَ ا‬
ُ ‫َل يَ أق ِب‬
َ ‫َّللا‬
َ َّ ‫ِإ َّن‬
‫سئِلُوا فَأ َ أفت أَوا‬
ُ َ‫ ف‬،‫اَل‬ً ‫سا ُج َّه‬ ً ‫اس ُر ُءو‬ ُ َّ‫عا ِل ًما اتَّ َخذَ الن‬َ ‫ق‬ ِ ‫ َحتَّى ِإذَا لَ أم يُ أب‬،‫اء‬ ِ ‫العُلَ َم‬
‫ضلُّوا‬ َ َ‫ ف‬،‫ِبغَي ِأر ِع أل ٍم‬
َ َ‫ضلُّوا َوأ‬

17
“Sesungguhnya Alloh tidak akan mencabut ilmu dengan satu kali
cabut dari para hamba, akan tetapi Alloh akan mencabut ilmu
dengan mewafatkan para ulama, sampai apabila tidak tersisa
seorang alimpun, maka manusia menjadikan orang-orang bodoh
sebagai pemimpin, lalu merekapun ditanya, lalu mereka berfatwa
dengan tanpa ilmu, lalu mereka pun tersesat dan menyesatkan”
(HR Bukhori)

Maka tidak ada yang bisa menahan laju bid’ah kecuali ilmu dan
ulama. Maka apabila ilmu dan ulama telah tiada, maka bid’ah telah
diberi peluang untuk muncul dan menyebar, dan ahli bid’ah telah
diberi peluang untuk leluasa melakukan bid’ahnya.

Sebab yang ke dua : Mengikuti hawa nafsu

Barangsiapa berpaling dari Al-Qur’an dan Sunnah, maka dia telah


mengikuti hawa nafsunya, sebagaimana Alloh Ta’aalaa berfirman :

َ َ‫فَإِن لَّ أم يَ أست َِجيبُوا لَكَ فَا أعلَ أم أَنَّ َما يَتَّبِعُونَ أَ أه َوا َءهُ أم ۚ َو َم أن أ‬
‫ض ُّل ِم َّم ِن اتَّبَ َع‬
ِ َّ َ‫ه ََواهُ بِغَي ِأر هُدًى مِن‬
‫َّللا‬

“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), maka ketahuilah


bahwasanya apa yang mereka ikuti adalah hawa nafsu mereka. Dan
siapakah yang lebih sesat dari orang yang mengikuti hawa nafsunya
dengan tanpa petunjuk dari Alloh ?”
(Surat Al-Qoshosh ayat 49)

18
Dan Alloh Ta’aalaa berfirman :

‫س أم ِع ِه َوقَ أل ِب ِه‬
َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫علَ ٰى ِع أل ٍم َو َخت ََم‬ َ َ‫أَفَ َرأَيأتَ َم ِن اتَّ َخذَ ِإ ٰلَ َههُ ه ََواهُ َوأ‬
ُ َّ ُ‫ضلَّه‬
َ ‫َّللا‬
ِ َّ ‫َاوةً فَ َمن َي أهدِي ِه ِمن َب أع ِد‬
ۚ ‫َّللا‬ َ ‫علَ ٰى َب‬
َ ‫ص ِر ِه ِغش‬ َ ‫َو َج َع َل‬

“Maka apakah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya


sebagai tuhannya ? Dan yang Alloh telah menyesatkannya atas ilmu
(yang telah sampai kepadanya), dan Alloh menutup pendengaran
dan hatinya, dan Alloh jadikan di atas penglihatannya ada penutup.
Maka siapa yang bisa memberinya petunjuk setelah Alloh
(menyesatkannya) ?”
(Surat Al-Jatsiyah ayat 23)

Dan bid’ah hanyalah rajutan hawa nafsu yang diikuti.

Sebab yang ketiga : Fanatik kepada pendapat manusia

Sikap fanatik kepada pendapat manusia akan menghalangi antara


seseorang dengan mengikuti dalil dan mengenal kebenaran, Alloh
Ta’aalaa berfirman :

َ ‫َّللا قَالُوا بَ أل نَتَّبِ ُع َما أَ ألفَ أينَا‬


‫علَ أي ِه آبَا َءنَا‬ ُ َّ ‫َو ِإذَا قِي َل لَ ُه ُم اتَّبِعُوا َما أَنزَ َل‬

“Dan apabila dikatakan kepada mereka : ‘Ikutilah apa yang


diturunkan oleh Alloh’, maka mereka berkata : ‘Bahkan kami akan
mengikuti apa kami dapati nenek moyang kami berada di atasnya’”

19
(Al-Baqoroh ayat 170)

Dan inilah keadaan orang-orang yang fanatik pada hari ini, dari
sebagian para pengikut Madzhab, Sufi dan para penyembah kubur.
Apabila mereka diseru agar mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah dan
agar mereka meninggalkan perbuatan mereka yang menyelisihi Al-
Qur’an dan Sunnah, maka merekapun menolaknya dengan
menggunakan pendapat madzhab, syaikh dan nenek moyang
mereka.

Sebab yang keempat : Menyerupai kaum kafir.

Menyerupai kaum kafir adalah termasuk dari sesuatu yang paling


parah yang di dapati di dalam bid’ah, sebagaimana didalam hadits
Abu Waqid Al-Laits, dia berkata : Kami keluar bersama Rosululloh
shollallohu’alaihiwasallam menuju Hunain, sedangkan kami adalah
orang-orang yang baru keluar dari kekafiran. Dan orang-orang
musyrik memiliki sebuah pohon yang mereka senantiasa beri’tikaf
disisinya, pohon itu dinamakan Dzatu Anwath. Dan mereka juga
biasa menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut.
Lalu kamipun berkata : “Wahai Rosululloh, jadikanlah untuk kami
Dzatu Anwath sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwath !”, Lalu
Rosululloh shollallohu’alaihiwasallam bersabda : “Allohu Akbar ! Ini
adalah kebiasaan itu. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
kalian telah mengatakan apa yang pernah dikatakan oleh Banu Isroil
kepada Musa :

َ‫اجأ عَل لَّنَا إِ ٰلَ ًها َك َما لَ ُه أم آ ِل َهةٌ ۚ قَا َل إِنَّكُ أم قَ أو ٌم تَجأ َهلُون‬

20
“Jadikanlah untuk kami tuhan, sebagaimana mereka mereka memiliki
tuhan-tuhan”, Musa menjawab : “Sesungguhnya kalian adalah kaum
yang bodoh”
(Surat Al-A’rof ayat 138)

Sungguh kalian akan benar-benar mengikuti kebiasaan-kebiasaan


orang-orang sebelum kalian” (HR Tirmdzi dan beliau
menshohihkannya)

Dan didalam hadits ini ada sikap menyerupai kaum kafir, yaitu
mengandung kisah Bani Isroil dan sebagian sahabat Muhammad
shollallohu’alaihiwasallam yang menuntut permintaan yang buruk ini
kepada Nabi mereka. Permintaan itu adalah agar Nabi mereka
menjadikan untuk mereka tuhan-tuhan yang mereka bisa
mengibadahinnya dan mengambil berkah dengannya dari selain
Alloh. Dan inipun terjadi pada hari ini. Karena sesungguhnya
umumnya kaum muslimin mengikuti kaum kafir di dalam
mengerjakan bid’ah dan kesyirikan. Seperti peryaan hari-hari
kelahiran dan menetapkan hari-hari dan pekan-pekan untuk amalan-
amalan yang dikhususkan, serta perayaan yang dihubungkan dengan
agama dan peringatan-peringatan, dan membuat gambar-gambar
dan patung-patung monumental, dan menetapkan pakaian
berkabung, dan bid’ah seputar jenazah, membangun kuburan dan
selainnya.

21
Pasal Ke Tiga
Sikap Umat Islam Terhadap Ahli Bid’ah Dan Manhaj Ahlus
Sunnah Waljama’ah Di Dalam Membantah Mereka

Sikap Umat Islam Terhadap Ahli Bid’ah

Terus menerus Ahlus Suunnah Waljama’ah membantah ahli bid’ah


dan mengingkari bid’ah mereka, contoh-contohnya adalah :

1. Dari Ummud Dar’da, dia berkata : Abu Darda pernah


masuk kepadaku dalam keadaan marah, lalu akupun
bertanya : “Ada apa denganmu ?”, lalu Abu Darda
menjawab : “ Demi Alloh ! Aku tidaklah mengetahui
sesuatupun dari mereka (umat Islam) yang sesuai dengan
agama Muhammad shollallohu’alaihi wasallam, selain
mereka sholat secara berjamaah”

2. Dari ‘Amr bin Yahya, dia berkata : Aku mendengar


bapakku bercerita, dari bapaknya, dia berkata : Dahulu
kami pernah duduk di depan pintu Abdulloh bin Mas’ud
sebelum sholat subuh. Lalu apabila dia keluar, kami pun
bisa berjalan bersamanya menuju masjid. Lalu datang
kepada kami Abu Musa Al-Asy’ari seraya berkata :
“Apakah Abu Abdirrohman telah keluar menemui kalian
?”, kami menjawab : “Belum”, maka diapun duduk
bersama kami sampai Ibnu Mas’ud keluar. Maka ketika

22
Ibnu Mas’ud keluar, kamipun berdiri semua menuju
kepadanya, Lalu Abu Musa berkata : “Wahai Abu
Abdirrohman, sesungguhnya aku melihat di masjid baru-
baru ini suatu perkara yang aku mengingkarinya. Dan aku
tidaklah melihat -Alhamdulillah- kecuali kebaikan.”, Ibnu
Mas’ud bertanya : “Apa itu ?”, dia menjawab : “Jika kamu
berumur panjang nisacaya kamu akan melihatnya.”, dia
melanjutkan : “Aku melihat di masjid sebuah kaum duduk
berhalaqoh-halaqoh yang mereka menunggu waktu
sholat, pada setiap halaqoh ada seseorang, dan di kedua
tangan mereka ada kerikil-kerikil. Lalu orang itu
mengatakan : “Bertakbirlah seratus kali !”, maka
merekapun bertakbir seratus kali. Lalu orang itu berkata
lagi : “Bertahlillah seratus kali !”, maka merekapun
bertahlil seratus kali. Lalu orang itu berkata lagi :
“Bertasbihlah seratus kali !”, maka merakapun bertasbih
seratus kali. Ibnu Mas’ud berkata : “Apakah kamu tidak
memerintahkan mereka untuk menghitung kesalahan
mereka dan kamu menjamin bagi meraka bahwa satupun
kebaikan mereka tidak akan disia-siakan ?”, kemudian
Ibnu Mas’udpun pergi, dan kami ikut bersamanya, sampai
dia mendatangi sebuah halaqoh dari halaqoh-halaqoh itu,
lalu dia berhenti dihadapan merekan seraya berkata :
“Apa ini, yang aku melihat kalian melakukannya ?”,
mereka menjawab : “Wahai Abu Abdirrohman, kami
menghitung dengan kerikil untuk bertakbir, bertahlil,
bertasbih dan bertahmid”, Ibnu Mas’ud berkata : “Maka
hitunglah kesalahan-kesalahan kalian, lalu aku akan
menjamin bahwa kebaikan-kebaikan kalian tidak akan
disia-siakan. Celakalah kalian wahai umat Muhammad
shollallohu’alaihiwasallam betapa cepatnya kebinasaan
kalian ! Mereka para Sahabat beliau masih melimpah, dan
ini baju beliau belumlah usang, dan bejana beliau belum

23
pecah. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya !
Sesungguhnya kalian itu berada di atas agama yang lebih
memberi petunjuk dari pada agama Muhammad
shollallohu’alaihi wasallam, atau kalian sedang membuka
pintu kesesatan ?”, mereka berkata : “Demi Alloh wahai
Abu Abdirrohman, kami tidak menginginkan kecuali
kebaikan”, Ibnu Mas’ud berkata : “Betapa banyak orang
yang menginginkan kebaikan, tapi dia tidak
mendapatkannya. Sesungguhnya Rosululloh
shollallohu’alaihi wasallam pernah menceritakan kepada
kami bahwa ada kaum yang mereka membaca Al-Qur’an,
akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka. Demi
Alloh ! Aku tidak tau, boleh jadi kebanyakan mereka
adalah dari kalian.”, kemudian Ibnu Mas’ud meninggalkan
mereka. Lalu ‘Amr bin Salamah berkata : “Kami melihat
banyak dari mereka itu memerangi kami di perang
Nahrowan bersama orang-orang Khowarij” (Diriwayatkan
oleh Imam Tirmdzi)

3. Seseorang pernah datang kepada Imam Malik bin Anas


rohimahulloh, lalu berkata : “Darimana aku birihrom ?”,
beliau menjawab : “Dari miqot yang dulu Rosululloh
shollallohu’alaihi wasallam bermiqot disana, berihromlah
dari sana !”, Lalu orang itu bertanya : “Lalu jika aku
berihrom lebih jauh dari itu ?”, Imam Malik menjawab :
“Aku tidak sependapat dengan hal itu”, dia bertanya lagi :
“Apa kamu tidak suka perbuatan itu ?”, Imam Malik
menjawab : “Aku tidak suka kamu terkena fitnah”, dia
bertanya lagi : “Fitnah mana di dalam menambah
kebaikan ?”, lalu Imam Malik menjawab : “Sesungguhnya
Alloh Ta’aalaa berfirman :

24
‫عذَابٌ أَ ِلي ٌم‬ ِ ‫صي َب ُه أم فِتأنَةٌ أَ أو ي‬
َ ‫ُصي َب ُه أم‬ َ َ‫فَ أل َيحأ ذَ ِر الَّذِينَ يُخَا ِلفُون‬
ِ ُ ‫ع أن أَ أم ِر ِه أَن ت‬

“Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Rosul itu


senantiasa takut akan tertimpa fitnah dan akan ditimpa adzab yang
pedih”
(Surat An-Nur ayat 63)

Fitnah mana yang lebih besar dari kamu mengkhususkan sebuah


keutamaan yang Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam tidak pernah
mengkhususkanya ?”

Dan ini adalah contoh-contoh. Dan para ulama terus menerus


mengingkari ahli bid’ah di setiap zaman, walhamdulillah.

Manhaj Ahlus Sunnah Waljama’ah Didalam Membantah Ahli Bid’ah

Manhaj mereka didalam membantah ahli bid’ah dibangun di atas Al-


Kitab dan Sunnah, di itu adalah manhaj yang meyakinkan lagi
memahamkan, manakala mereka menyebutkan syubhat-syubhat
ahli bid’ah dan membantahnya, dan mereka mengambil kesimpulan
dengan Kitab dan Sunnah tentang wajibnya berpegang teguh dengan
Sunnah dan larangan berbuat bid’ah serta hal-hal baru dalam agama.
Dan sungguh mereka telah menulis tulisan-tulisan yang banyak
tentang masalah ini. Dan didalam kitab-kitab mereka, mereka juga
membantah Syi’ah, Khowarij, Jahmiyyah, Mu’tazilah dan Asy’ariyyah
terhadap pendapat-pendapat bid’ah mereka di dalam pokok iman
dan aqidah. Mereka juga menulis kitab-kitab khusus masalah itu,
sebagaimana Imam Ahmad pernah menulis kitab “Bantahan

25
Terhadap Jahmiyyah”. Imam-imam selain beliau juga menulis dalam
masalah itu, seperti Utsman bin Sa’id Ad-Darimiy, dan sebagaimana
di dalam kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah serta murid
beliau, yaitu Ibnul Qoyyim, juga Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab dan selain mereka didalam membantah firqoh-firqoh itu,
penyembah kubur dan kaum Sufi. Dan adapun kitab-kitab yang
khusus didalam membantah ahli bid’ah, maka itu banyak sekali.
Termasuk darinya, sebagai contoh :

Dari kitab-kitab yang terdahulu :

1. Kitab Al-I’tishom milik Imam Asy-Syatibi.


2. Kitab I’tidho’ Ash-Shiroth Al-Mustaqim milik Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah, maka sungguh beliau telah menghabiskan waktu
untuk membantah ahli bid’ah, yang merupakan bagian besar
dari beliau.
3. Kitab Inkar Al-Hawadits Walbida’ milik Ibnu Wadhdhoh.
4. Kitab Al-Hawadits Walbida’ milik Ath-Thurthusyi.
5. Kitab Al-Ba’its ‘Ala Inkar Albida’ Walhawadits milik Abi
Syammah
6. Kitab Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah Firoddi ‘Alaa Ar-
Rofidhoh Walqodariyyah milik Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

Dan dari kitab-kitab zaman ini :

1. Kitab Al-Ibda’ Fii Madhorr Al-Ibtida’ milik Syaikh Aliy Mahfudz


2. Kitab As-Sunan Walmubtadi’at Al-Muta’alliqoh Biladzkar
Washsholawat milik Syaikh Muhammad bin Ahmad Asy-
Syaqiriy Al-Hawamidiy
3. Risalah At-Tahdzir Minalbida’ milik Syaikh Abdul Aziz bin Bazz

26
Dan terus-menerus Ulama muslimin -walhamdulillah- mengingkari
bid’ah dan membantah ahli bid’ah melalui surat kabar, majalah,
radio, khuthbah jum’at, seminar dan muhadhoroh untuk
memberikan pengaruh besar didalam mengajarkan kaum muslimin
serta membasmi bid’ah dan menundukkan ahli bid’ah.

27
Pasal Keempat
Contoh-Contoh Bid’ah Di Zaman Ini

Bid’ah di zaman ini sangatlah banyak dengan sebab zaman yang telah
akhir, sedikitnya ilmu, banyaknya da’i-da’i menyimpang dan penyeru
bid’ah, serta dengan sebab perjalanan hidup mereka menyerupai
kaum kafir di dalam adat serta cara beragama mereka. Dan itu
adalah bukti sabda Nabi shollallohu’alaihi wasallam :

‫سن َُن َم أن َكانَ قَ أبلَ ُك أم‬


ُ ‫لَتَتَّبِ َع َّن‬

“Sungguh kalian akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kalian”


(HR Tirmidzi)

Maka termasuk dari bid’ah-bid’ah ini :

1. Peringatan maulid Nabi.


2. Bertabarruk (mencari berkah) kepada tempat-tempat,
petilasan-petilasan, orang-orang mati dan lainnya.
3. Bid’ah didalam lingkup ibadah dan pendekatan diri kepada
Alloh.

1. Perayaan Yang Dinisbatkan Kepada Hari Kelahiran Nabi Di


Bulan Robi’ul Awwal :

28
Dan termasuk dari sikap menyerupai orang-orang Nasrani adalah apa
yang dinamakan dengan perayaan Maulid Nabi. Orang-orang bodoh
dari kalangan kaum muslimin ataupun ulama penyesat
memperingatinya di bulan Robi’ul Awwal di setiap tahunnya, yang
dinisbatkan sebagai hari kelahiran Rosululloh shollallohu’alaihi
wasallam. Maka ada dari mereka yang melakukan peringatan ini di
masjid. Dan ada juga dari mereka yang melakukannya di rumah-
rumah atau tempat-tempat yang telah disiapkan untuk peringatan
ini. Dan datanglah kumpulan-kumpulan manusia dalam jumlah
banyak ke tempat itu. Mereka melakukan itu dalam keadaan
menyerupai kaum Nasrani di dalam bid’ah mereka, yaitu peringatan
hari lahir Isa Al-Masih ‘alaihissalam. Dan umumnya sesungguhnya
peringatan ini boleh dikatakan sebagai bid’ah dan menyerupai kaum
Nasrani, karena sesungguhnya dia berisikan amalan-amalan
kesyirikan dan kemungkaran, seperti mengarang qosidah-qosidah
yang berisikan sikap berlebih-lebihan terhadap hak Nabi
shollallohu’alaihi wasallam, sampai kepada taraf berdoa kepada
beliau dari selain Alloh, serta beristighotsah kepada beliau. Dan
sungguh Nabi shollallohu’alaihi wasallam telah melarang dari
berbuat ghuluw (berlebih-lebihan) di dalam memuji beliau, beliau
bersabda :

ِ‫َّللا‬
َّ ‫ع أب ُد‬ َ ‫ارى ابأنَ َم أر َي َم ِإنَّ َما أَنَا‬
َ ‫ع أب ٌد فَقُولُوا‬ َ َّ‫ت الن‬
َ ‫ص‬ ‫ط ُرونِي َك َما أَ أ‬
‫ط َر أ‬ ‫َلَ ت ُ أ‬
ُ‫سولُه‬
ُ ‫َو َر‬

“Jangan kalian memujiku sebagaimana kaum Nasrani memuji Isa bin


Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah : Hamba
Alloh dan Rosul-Nya”

29
Al-Ithro’ (dalam hadits di atas) maknanya adalah berlebihan dalam
memuji. Dan kerap kali mereka meyakini bahwa Rosululloh
shollallohu’alaihi wasallam hadir dalam perayaan-perayaan mereka.

Dan termasuk dari kemungkaran-kemungkaran yang mengiringi


perayaan-perayaan ini adalah nyanyian-nyanyian bersama yang
disenandungkan, serta ditabuhnya gendang, dan selain hal itu dari
mengamalkan dzikir-dzikir shufi yang bid’ah.

Dan terkadang, didalamnya juga bercampur antara lelaki dan wanita


yang bisa menyebabkan fitnah, dan bisa menyeret mereka kepada
perbuatan keji. Dan sekiranyapun di dalam perayaan-perayaan itu
tidak dijumpai bahaya-bahaya di atas, dan hanya sebatas makan
bersama dan menampakkan kegembiraan atas kelahiran Nabi
shollallohu’alaihi wasallam (sebagaimana yang mereka senantiasa
katakan), maka sesungguhnya ia tetaplah bid’ah yang dibuat-buat.

ٌ‫ضالَلَة‬ َ ‫عةٌ َو ُك ُّل بِ أد‬


َ ‫ع ٍة‬ َ ‫َو ُك ُّل ُمحأ َدثَ ٍة بِ أد‬

“Dan setiap perkara yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah
adalah kesesatan.”

Dan juga, ia adalah perantara kepada munculnya perayaan-


perayaan mungkar yang lainnya.

Dan kami katakan : Sesungguhnya itu adalah bid’ah, karena


sesungguhnya perayaan maulid itu tidak ada asalnya di dalam
Kitab, Sunnah serta amalan Salafush Sholih dan tiga qurun
yang utama. Hanyalah perayaan maulid itu terjadi pertama kali

30
di akhir-akhir setelah qurun ke empat Hijriyyah, yang
membuatnya adalah Syi’ah Fathimiyyah.

Imam Abu Hafsh Tajuddin Al-Faqihaniy rohimahulloh berkata :


“Amma ba’du, maka sungguh pertanyaan dari jama’ah yang
diberkahi telah berulang-ulang, yaitu tentang perkumpulan
yang sebagian manusia melakukannya di bulan Robi’ul Awwal,
dan yang mereka namakan dengan Maulid, apakah Maulid ini
ada asalnya di dalam agama ? Dan mereka butuh jawaban
yang jelas dan penjelasan yang spesifik. Maka aku jawab
(dengan taufiq dari Alloh) : Aku tidak tau Maulid ini memiliki
asal di dalam Kitab dan Sunnah. Dan mengamalkannya tidak
pernah dinukilkan dari seorangpun ulama dan para imam yang
mereka adalah teladan di dalam agama dan orang-orang yang
berpegang teguh dengan atsarnya para pendahulu agama ini.
Bahkan Maulid itu adalah bid’ah yang dibuat oleh para
pengangguran, dan adalah syahwat jiwa yang memperkaya
orang-orang yang rakus makannya”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata : “Dan


seperti itu pula, apa yang dibuat-buat oleh sebagian manusia,
adakalanya menyerupai kaum Nasrani di dalam perayaan
kelahiran Isa ‘alaihissalam, dan adakalanya bentuk kecintaan
dan pengagungan terhadap Nabi shollallohu’alaihiwasallam.
Barangsiapa yang menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai
perayaan, dan bersamaan dengan itu ulama berbeda pendapat
tentang kapan tanggal lahir beliau, maka perayaan ini tidak
pernah dilakukan oleh kaum Salaf. Kalaulah perayaan maulid
itu murni sebuah kebaikan atau keutamaan, maka sungguh
kaum Salaf rodhiyallohu’anhum lebih berhak merayakannya
daripada kita. Karena mereka adalah orang-orang yang lebih
besar cintanya kepada Nabi shollallohu’alaihi wasallam, dan
lebih besar pengagungannya kepada beliau daripada kita, serta

31
mereka adalah orang-orang yang paling semangat meraih
kebaikan. Dan mencintai dan mengagungkan beliau hanya bisa
dengan mengikuti dan mentaati beliau, yaitu mentaati perintah
beliau, menghidupkan Sunnah beliau, baik yang lahir maupun
yang batin, serta menyebarkan ajaran yang beliau diutus
dengannya, dan juga bersungguh-sungguh melakukan semua
itu, baik dengan hati, tangan dan juga lisan. Sesungguhnya
inilah jalannya orang-orang yang pertama-tama masuk Islam
dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik.”

Dan sungguh kitab-kitab yang terdahulu maupun yang terkini


telah ditulis dalam mengingkari bid’ah ini. Dan ini
menambahkan bukti bahwasanya maulid ini adalah bid’ah dan
tasyabbuh. Lalu maulid ini juga memicu pada maulid-maulid
yang lain, seperti maulid para wali, para syaikh dan para
pemimpin. Maka pintu-pintu keburukanpun banyak terbuka.

2. Bertabarruk Kepada Tempat-Tempat, Petilasan-


Petilasan Dan Orang-Orang Yang Hidup Maupun Yang
Mati :

Tabarruk : Mencari berkah. Dan berkah sendiri adalah tetapnya


kebaikan pada sesuatu dan bertambahnya kebaikan tersebut.
Dan mencari tetapnya kebaikan dan bertambahnya kebaikan
tersebut hanyalah kepada yang memilikinya dan mampu
mewujudkannya. Dialah Alloh subhanahu, Dialah Dzat yang
mampu menurunkan berkah dan menetapkannya. Adapun
makhluk, maka mereka tidak mampu memberikan berkah dan
mewujudkannya, tidak pula mampu mengekalkan serta
menetapkannya.

32
Maka bertabarruk kepada tempat-tempat, petilasan-petilasan,
orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati adalah
tidak diperbolehkan. Karena sesungguhnya ia, adakalanya
merupakan kesyirikan, apabila dia meyakini bahwa hal itu
mampu memberikan berkah. Atau adakalanya merupakan
perantara menuju kepada kesyirikan, apabila dia meyakini
bahwa menziarahi, menyentuh atau mengusapnya bisa
menyebabkan berkah dari Alloh bisa diperoleh.

Dan adapun tabarruk yang dahulu para sahabat pernah


lakukan dengan rambut Nabi shollallohu’alaihi wasallam, ludah
beliau dan apa saja yang berpisah dari tubuh beliau, maka itu
adalah khusus kepada Nabi shollallohu’alaihi wasallam di masa
hidup beliau. Dalilnya adalah bahwa para sahabat tidak
bertabarruk dengan kamar dan kuburan beliau setelah beliau
wafat. Dan mereka tidak pergi ketempat-tempat yang beliau
pernah sholat di sana, atau duduk di sana untuk bertabarruk
dengannya. Dan begitu pula makam-makam para wali yang
pertama.

Mereka tidak pernah bertabarruk dengan orang-orang sholih


seperti Abu Bakar, Umar dan selain keduanya dari para
sahabat yang utama, tidak ketika mereka masih hidup, tidak
pula ketika mereka sudah meninggal. Mereka tidak pernah
pergi ke gua Hiro untuk sholat dan berdoa di dalamnya. Mereka
tidak pernah pergi untuk sholat dan berdoa ke bukit Thur yang
disana Alloh mengajak berbicara Nabi Musa ‘alaihissalam, atau
pergi ke tempat-tempat lain, seperti gunung-gunung yang
dikatakan sesungguhnya di sana ada makam-makam para
Nabi atau selain mereka, atau pergi ke petilasan para Nabi
yang dibangun. Dan juga sesungguhnya tempat yang dahulu
Nabi shollallohu’alaihi wasallam sholat di sana secara terus
menerus di kota Madinah, maka tidak ada seorang Salafpun

33
yang mengusap-usap dan menciuminya. Tidak pula tempat
sholat beliau di Makkah maupun selainnya. Dan jika tempat
yang dahulu beliau berjalan dengan kedua kaki beliau yang
mulia dan beliau sholat di atasnya tidaklah disyari’atkan kepada
umatnya untuk mereka mengusap-usapnya dan menciumnya,
lalu bagaimana dengan tempat yang dikatakan bahwa selain
beliau pernah sholat di sana atau tidur di atasnya lalu mencium
dan mengusap-usapnya ? Maka sungguh para ulama telah
mengetahui bahwa ini tidak termasuk dari syariat beliau
shollallohu’alaihi wasallam.

3. Bid’ah-Bid’ah Dalam Lingkup Ibadah Dan Pendekatan


Diri Kepada Alloh :

Bid’ah-bid’ah yang dibuat-buat dalam lingkup ibadah di zaman


ini sangatlah banyak. Karena sesungguhnya asal di dalam
ibadah itu bersifat tauqifiyyah (berhenti menunggu dalil). Maka
tidaklah satu ibadahpun disyari’atkan, kecuali harus dengan
dalil. Dan ibadah yang tidak berdalil, maka itu adalah bid’ah,
karena sabda Nabi shollallohu’alaihi wasallam :

‫علَ أي ِه أ َ أم ُرنَا فَ ُه َو َرد‬ َ ‫ع َم ًال لَي‬


َ ‫أس‬ َ ‫َم أن‬
َ ‫ع ِم َل‬

“Barangsiapa yang beramal dengan sebuah amalan yang tidak ada


perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak”
(HR Muslim)

Dan ibadah-ibadah yang dipraktekkan saat ini, yang tanpa disertai


dalil sangatlah banyak. Termasuk darinya : Mengeraskan bacaan niat

34
ketika sholat, dengan mengucapkan : “Aku berniat untuk sholat
karena Alloh seperti ini dan itu”. Ini adalah bid’ah, karena tidak ada
sunnahnya dari Nabi shollallohu’alaihi wasallam. Dan sesungguhnya
Alloh ta’aalaa berfirman :

ُ‫َّللا‬ ِ ‫ت َو َما فِي أاْل َ أر‬


َّ ‫ض ۚ َو‬ ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ َّ ‫َّللا يَ أعلَ ُم َما فِي ال‬ َ َّ َ‫قُ أل أَتُعَ ِل ُمون‬
ُ َّ ‫َّللا بِدِينِ ُك أم َو‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ٍ‫يء‬ َ ‫بِ ُك ِل‬
‫ش أ‬

“Katakanlah : Apakah kalian akan mengajari Alloh tentang agama


kalian, dan padahal Alloh mengetahui apa saja yang ada di langit dan
apa saja yang ada di bumi ? Dan Alloh Maha Mengetahui segala
sesuatu”
(Surat Al-Hujurot ayat 16)

Dan niat itu tempatnya adalah hati, maka ia adalah amalan hati,
bukan amalan lisan.

Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Dzikir berjama’ah
setelah sholat. Karena sesungguhnya yang disyari’atkan adalah
bahwasanya setiap orang mengucapkan dzikir yang ada tuntunannya
secara sendiri-sendiri.

Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Meminta bacaan Al-
Fatihah di kesempatan-kesempatan, setelah berdo’a dan hadiah
untuk mayit.

35
Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : mengadakan tempat-
tempat berkumpul atas orang-orang yang meninggal, serta membuat
jamuan makanan, dan menyewa pembaca Al-Qur’an yang dianggap
bisa menghibur, atau yang dianggap bisa bermanfaat bagi mayit. Dan
semua ini bid’ah yang tidak ada asal-usulnya, serta adalah dosa dan
belenggu yang Alloh tidak menurunkan hujjah padanya.

Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Perayaan yang
dihubungkan dengan agama, seperti perayaan Isro’ Mi’roj dan
hijrahnya Nabi shollallohu’alaihi wasallam. Perayaan ini tidak ada
asalnya di dalam syari’at.

Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Bid’ah yang dilakukan
di bulan Rojab, seperti Umroh Rojab. Dan ibadah apa saja yang
dikhususkan dilakukan dibulan Rojab, seperti ibadah-ibadah sunnah,
dengan sholat dan puasa dibulan itu. Maka sesungguhnya ia tidak
menguntungkan sama sekali bagi pelakunya, karena tidak
disyari’atkan umroh, puasa, sholat atau menyembelih di bulan
tersebut.

Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Dzikir-dzikir kaum
Shufi, dengan berbagai macamnya. Semua itu bid’ah dan perkara
yang dibuat-buat. Karena sesunggunya dzikir-dzikir tersebut
menyelisihi dzikir-dzikir yang disyari’atkan, dari sisi cara, bentuk
maupun waktunya.

Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Mengkhususkan


malam pertengahan Sya’ban dengan sholat malam dan siangnya
untuk puasa. Maka ini tidaklah tetap dari Nabi shollallohu’alaihi
wasallam di bulan tersebut untuk mengkhususkannya.

36
Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Membangun di atas
kuburan dan menjadikannya sebagai masjid, menziarahinya untuk
tujuan mencari berkah dan bertawassul kepada mayit, dan selainnya
dari kebiasaan-kebiasaan syirik. Dan juga berziarahnya wanita ke
kuburan. Bersamaan dengan itu, sesungguhnya Rosululloh
shollallohu’alaihi wasallam melaknat wanita-wanita yang menziarahi
kubur, dan melaknat orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai
masjid dan lampu-lampu.

Penutup

Dan sebagai penutup : Aku katakan : Bid’ah bisa menyebabkan


kekufuran, dan akan menambah agama yang tidak disyari’atkan oleh
Alloh dan Rosul-Nya shollallohu’alaihi wasallam. Dan bid’ah lebih
buruk dari dosa-dosa besar. Dan setan lebih berbahagia dengannya
dari rasa bahagianya terhadap dosa-dosa besar. Karena
sesungguhnya pelaku maksiat itu mengetahui bahwasanya yang
dilakukannya adalah maksiat, lalu diapun bisa bertaubat darinya. Dan
Ahli bid’ah melakukan bid’ah dalam keadaan meyakini bid’ah itu
bagian dari agama yang akan mendekatkan dia kepada Alloh, maka
diapun tidak mau bertaubat darinya. Dan bid’ah juga akan menutup
sunnah, dan juga menyebabkan pelakunya benci untuk melakukan
sunnah dan membenci Ahlus Sunnah. Dan bid’ah akan menjauhkan
pelakunya dari Alloh, serta akan mengharuskannya mendapat adzab
serta hukuman Alloh. Dan bid’ah akan membuat hati menyimpang
serta akan merusaknya.

37
Berhubungan dengan Ahli Bid’ah :

Haram hukumnya menziarohi Ahli bid’ah dan majelis-majelis mereka


kecuali untuk tujuan menasehati dan mengingkarinya. Karena
bergaul dengannya akan menimbulkan pengaruh keburukan kepada
sahabatnya, dan akan menyebarkan penularan bid’ahnya kepada
selainnya. Dan wajib mentahdzir (memperingatkan orang) dari
mereka dan kesalahan mereka apabila tidak memungkinkan untuk
mencegah mereka dari mempraktekkan bid’ah mereka. Dan jika
tidak, maka wajib atas ulama dan pemimpin kaum muslimin untuk
mencegah bid’ah dan membelenggu tangan-tangan Ahli bid’ah serta
menghalangi mereka berbuat kerusakan. Karena sesungguhnya
bahaya mereka terhadap Islam sangatlah berat. Kemudian wajib
untuk mengetahui bahwa negeri-negeri kafir sangat mendukung Ahli
bid’ah untuk mereka menyebarkan bid’ah mereka. Serta negeri-
negeri itu senantiasa membantu mereka dalam penyebaran bid’ah
dengan berbagai cara, agar Islam bisa dikuasai dan citra Islam bisa
terganggu.

Kami meminta kepada Alloh Azza WaJalla untuk menolong agama-


Nya, meninggikan kalimat-Nya dan menelantarkan musuh-musuh-
Nya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم‬

Catatan : Tidak mengapa berhubungan dengan ahli


bid’ah dalam urusan-urusan dunia, seperti jual beli

38
dan lainnya. Bahkan kita wajib berbuat baik kepada
mereka, menjenguk mereka tatkala sakit atau
membantu mereka di saat susah dan semisalnya.

Kritik dan saran : 085727157438

39

Anda mungkin juga menyukai