Pendahuluan
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم
بإحسان إلى يوم القيامة
2
Mukaddimah
3
Pasal Pertama
Pengertian Bid’ah, Macam Serta Hukumnya
Pengertian Bid’ah :
Bid’ah secara bahasa diambil dari kata al-bad’u, yaitu membuat
sesuatu yang tidak ada yang sama sebelumnya. Dan termasuk
darinya, yaitu firman-Nya :
ِ ت َو أاْل َ أر
ض ِ اوا
َ س َم
َّ َبدِي ُع ال
Dan firman-Nya :
س ِل
ُ الر ً قُ أل َما ُكنتُ ِب أد
ُّ َعا ِمن
4
Maksudnya : “Aku bukanlah orang yang pertama kali datang
membawa risalah dari Alloh kepada para hamba, akan tetapi banyak
Rosul yang telah mendahuluiku.”
Dan membuat sesuatu yang baru di dalam Agama, dan hal ini haram
hukumnya. Karena sesungguhnya asal di dalam agama itu tauqif
(berhenti menunggu dalil). Nabi shollallohu’alaihiwasallam bersabda
:
5
Dan dalam riwayat lain :
Macam-macam bid’ah :
6
Macam yang kedua : Bid’ah yang ada di dalam penambahan
terhadap ibadah yang disyari’atkan. Sebagaimana menambah roka’at
ke lima pada waktu sholat Dzuhur ataupun Ashar.
Macam yang ketiga : Bid’ah yang ada pada sifat pelaksanaan ibadah,
yaitu dengan melakukan ibadah bukan dengan sifat yang
disyariatkan. Dan hal itu seperti melakukan dzikir-dzikir yang
disyari’atkan dengan suara bersama-sama yang berirama. Dan
seperti memaksa diri di dalam ibadah-ibadah, pada batas yang keluar
dari Sunnah Rosululloh shollallohu’alaihiwasallam.
Macam keempat : Bid’ah dengan mengkhususkan waktu untuk
ibadah yang disyari’atkan, yang syari’at tidak mengkhususkannya.
Seperti mengkhususkan pertengahan bulan Sya’ban dan malamnya,
yaitu dengan puasa dan sholat malam. Maka asal dari puasa dan
sholat malam itu disyari’atkan, akan tetapi mengkhususkan
waktunya itu membutuhkan dalil.
7
Dan karena sabda beliau shollallohu’alaihiwasallam :
Maka ada dari bid’ah itu yang merupakan kekufuran secara murni,
seperti thowaf di kuburan dalam rangka mendekatkan diri kepada
8
penghuni kuburan, dan seperti menyajikan sembelihan-sembelihan
serta bernadzar untuk kuburan, dan seperti berdoa kepada penghuni
kuburan serta beristighotsah kepada mereka. Dan juga seperti
perkataan-perkataan yang melampaui batas dari kaum Jahmiyyah
dan Mu’tazilah.
Dan ada dari bid’ah itu yang bisa menghantarkan kepada kesyirikan.
Seperti membangun kuburan, serta sholat dan berdoa di sisinya.
Dan ada dari bid’ah itu yang merupakan keyakinan yang sesat.
Seperti bid’ahnya kaum Khowarij, Qodariyyah dan Murji’ah di dalam
pendapat-pendapat mereka yang bertentangan dengan dalil-dalil
syar’i.
Dan ada dari bid’ah itu yang merupakan maksiat. Seperti bid’ahnya
membujang, dan seperti puasa dengan cara berdiri di bawah
matahari, dan seperti mengebiri agar syahwat berjimak bisa hilang.
Peringatan :
Siapa saja yang membagi bid’ah menjadi bid’ah hasanah (yang baik)
dan bid’ah sayyiah (yang buruk), maka pembagian tersebut adalah
keliru dan salah, serta bertentangan dengan sabda beliau
shollallohu’alaihiwasallam :
ٌض َاللَة َ فَإِ َّن ُك َّل بِ أد
َ ع ٍة
9
Karena Rosululloh shollalloh’alaihiwasallam telah menetapkan
bahwa semua bid’ah itu adalah kesesatan. Dan orang ini (yang
membagi bid’ah) mengatakan : “Tidak semua bid’ah, tapi disana ada
bid’ah hasanah (yang baik)”
عةُ َه ِذ ِه
َ نِ أع َمتُ البِ أد
10
Mereka juga berkata : “Sesungguhnya banyak pekara-perkara baru
yang dibuat-buat, yang kaum Salaf tidak mengingkarinya, seperti
mengumpulkan al-Qur’an di dalam satu kitab, menulis hadits dan
membukukannya.”
11
Dan penulisan hadits juga memiliki asal didalam syari’at. Sungguh
Nabi shollallohu’alaihiwasallam telah memerintahkan untuk menulis
sebagian hadits-hadits beliau kepada sebagian Sahabat tatkala dia
meminta kepada beliau untuk menulisnya. Dan penghalang dari
penulisan hadits secara umum di zaman beliau adalah kekhawatiran
bercampurnya hadits dengan Al-Qur’an. Maka ketika beliau wafat,
penghalang inipun menghilang. Karena sesungguhnya Al-Qur’an
telah sempurna dan berhenti turun sebelum beliau wafat. Lalu kaum
musliminpun menulis hadist setelah wafat beliau, dalam rangka
menjaganya dari kepunahan. Maka semoga Alloh membalas mereka
dengan kebaikan, ketika mereka menjaga Kitab Robb mereka serta
Sunnah Nabi mereka dari kepunahan dan dari bercampurnya antara
keduanya.
12
Pasal Ke Dua
Bid’ah-bid’ah Yang Nampak Di Kehidupan Kaum Muslimin
Dan Sebab-sebabnya
“Siapa diantara kalian yang hidup setelahku; maka dia akan melihat
perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian berpegang dengan
Sunnahku dan Sunnah Al-Khulafa’ Rosyidin Al-Mahdiyin setelahku”
13
(Majmu’ Al-Fatawa 10/354)
Maka keluarlah dari kota Kufah, yaitu Syi’ah dan Murji’ah. Dan
kemudian keduanya menyebar ke tempat lain. Dan keluar dari kota
Bashroh, yaitu Qodariyyah, Mu’tazilah dan Zuhud yang salah. Dan
ketiganyapun menyebar ke tempat lain. Dan di Syam muncul bid’ah
pembuatan monumen/patung dan Qodariyyah. Adapun Jahmiyyah
14
hanyalah muncul di daerah Khurosan, dan ia adalah seburuk-buruk
bid’ah.
Dan dahulu munculnya bid’ah itu sesuai dengan seberapa jauh dari
kota Nabawi (Madinah). Manakala satu firqoh ada setelah
terbunuhnya Utsman, maka munculah bid’ah Khowarij.....
Maka adapun pada tiga generasi yang utama, maka di kota Madinah
Nabawiyyah tidak ada bid’ah yang nampak sama sekali, dan tidak
keluar darinya bid’ah di dalam Ushuluddin sama sekali sebagaimana
keluar dari negeri-negeri lain.
15
Tidak diragukan lagi bahwa berpegang teguh dengan Al-Kitab dan As-
Sunnah akan mendatangkan keselamatan dari munculnya bid’ah dan
kesesatan. Alloh Ta’aalaa berfirman :
َ ع أن
ۗ س ِب أي ِل ٖه ُّ ي ُم أستَ ِق أي ًما فَاتَّ ِبعُ أوهُ َۚو ََل تَتَّ ِبعُوا ال
َ سبُ َل فَتَفَ َّرقَ ِب ُك أم اط أ ِ َواَ َّن ٰهذَا
ِ ص َر
“Dan bahwasanya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah jalan
itu ! Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain, karena
jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya”
(Surat Al-An’am ayat 153)
16
Maka sebab-sebab yang mengakibatkan munculnya bid’ah akan
diringkas pada perkara-perkara berikut ini : Yaitu bodoh dengan
hukum-hukum agama, mengikuti hawa nafsu, fanatik terhadap
pendapat-pendapat dan tokoh-tokoh, serta menyerupai dan
mengikuti orang-orang kafir. Kami akan membicarakan sebab-sebab
ini secara terperinci :
ًاختِالَفا ً ًكثِيأرا
س َي َرى أ
َ َش ِم أن ُك أم ف
َم أن َي ِع أ
“Siapa diantara kalian yang hidup setelahku, maka dia akan melihat
perselisihan yang banyak”
(HR Abu Dawud dan Tirmidzi, beliau berkata : Hadits Hasan Shohih)
ِ ض ال ِع أل َم ِبقَب
أض ُ َولَ ِك أن يَ أق ِب،ِعهُ مِنَ ال ِعبَادُ عا يَ أنت َِز ً ض ال ِع أل َم ا أنتِزَ ا
ُ َل يَ أق ِب
َ َّللا
َ َّ ِإ َّن
سئِلُوا فَأ َ أفت أَوا
ُ َ ف،اَلً سا ُج َّه ً اس ُر ُءو ُ َّعا ِل ًما اتَّ َخذَ النَ ق ِ َحتَّى ِإذَا لَ أم يُ أب،اء ِ العُلَ َم
ضلُّوا َ َ ف،ِبغَي ِأر ِع أل ٍم
َ َضلُّوا َوأ
17
“Sesungguhnya Alloh tidak akan mencabut ilmu dengan satu kali
cabut dari para hamba, akan tetapi Alloh akan mencabut ilmu
dengan mewafatkan para ulama, sampai apabila tidak tersisa
seorang alimpun, maka manusia menjadikan orang-orang bodoh
sebagai pemimpin, lalu merekapun ditanya, lalu mereka berfatwa
dengan tanpa ilmu, lalu mereka pun tersesat dan menyesatkan”
(HR Bukhori)
Maka tidak ada yang bisa menahan laju bid’ah kecuali ilmu dan
ulama. Maka apabila ilmu dan ulama telah tiada, maka bid’ah telah
diberi peluang untuk muncul dan menyebar, dan ahli bid’ah telah
diberi peluang untuk leluasa melakukan bid’ahnya.
َ َفَإِن لَّ أم يَ أست َِجيبُوا لَكَ فَا أعلَ أم أَنَّ َما يَتَّبِعُونَ أَ أه َوا َءهُ أم ۚ َو َم أن أ
ض ُّل ِم َّم ِن اتَّبَ َع
ِ َّ َه ََواهُ بِغَي ِأر هُدًى مِن
َّللا
18
Dan Alloh Ta’aalaa berfirman :
س أم ِع ِه َوقَ أل ِب ِه
َ علَ ٰى َ علَ ٰى ِع أل ٍم َو َخت ََم َ َأَفَ َرأَيأتَ َم ِن اتَّ َخذَ ِإ ٰلَ َههُ ه ََواهُ َوأ
ُ َّ ُضلَّه
َ َّللا
ِ َّ َاوةً فَ َمن َي أهدِي ِه ِمن َب أع ِد
ۚ َّللا َ علَ ٰى َب
َ ص ِر ِه ِغش َ َو َج َع َل
19
(Al-Baqoroh ayat 170)
Dan inilah keadaan orang-orang yang fanatik pada hari ini, dari
sebagian para pengikut Madzhab, Sufi dan para penyembah kubur.
Apabila mereka diseru agar mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah dan
agar mereka meninggalkan perbuatan mereka yang menyelisihi Al-
Qur’an dan Sunnah, maka merekapun menolaknya dengan
menggunakan pendapat madzhab, syaikh dan nenek moyang
mereka.
َاجأ عَل لَّنَا إِ ٰلَ ًها َك َما لَ ُه أم آ ِل َهةٌ ۚ قَا َل إِنَّكُ أم قَ أو ٌم تَجأ َهلُون
20
“Jadikanlah untuk kami tuhan, sebagaimana mereka mereka memiliki
tuhan-tuhan”, Musa menjawab : “Sesungguhnya kalian adalah kaum
yang bodoh”
(Surat Al-A’rof ayat 138)
Dan didalam hadits ini ada sikap menyerupai kaum kafir, yaitu
mengandung kisah Bani Isroil dan sebagian sahabat Muhammad
shollallohu’alaihiwasallam yang menuntut permintaan yang buruk ini
kepada Nabi mereka. Permintaan itu adalah agar Nabi mereka
menjadikan untuk mereka tuhan-tuhan yang mereka bisa
mengibadahinnya dan mengambil berkah dengannya dari selain
Alloh. Dan inipun terjadi pada hari ini. Karena sesungguhnya
umumnya kaum muslimin mengikuti kaum kafir di dalam
mengerjakan bid’ah dan kesyirikan. Seperti peryaan hari-hari
kelahiran dan menetapkan hari-hari dan pekan-pekan untuk amalan-
amalan yang dikhususkan, serta perayaan yang dihubungkan dengan
agama dan peringatan-peringatan, dan membuat gambar-gambar
dan patung-patung monumental, dan menetapkan pakaian
berkabung, dan bid’ah seputar jenazah, membangun kuburan dan
selainnya.
21
Pasal Ke Tiga
Sikap Umat Islam Terhadap Ahli Bid’ah Dan Manhaj Ahlus
Sunnah Waljama’ah Di Dalam Membantah Mereka
22
Ibnu Mas’ud keluar, kamipun berdiri semua menuju
kepadanya, Lalu Abu Musa berkata : “Wahai Abu
Abdirrohman, sesungguhnya aku melihat di masjid baru-
baru ini suatu perkara yang aku mengingkarinya. Dan aku
tidaklah melihat -Alhamdulillah- kecuali kebaikan.”, Ibnu
Mas’ud bertanya : “Apa itu ?”, dia menjawab : “Jika kamu
berumur panjang nisacaya kamu akan melihatnya.”, dia
melanjutkan : “Aku melihat di masjid sebuah kaum duduk
berhalaqoh-halaqoh yang mereka menunggu waktu
sholat, pada setiap halaqoh ada seseorang, dan di kedua
tangan mereka ada kerikil-kerikil. Lalu orang itu
mengatakan : “Bertakbirlah seratus kali !”, maka
merekapun bertakbir seratus kali. Lalu orang itu berkata
lagi : “Bertahlillah seratus kali !”, maka merekapun
bertahlil seratus kali. Lalu orang itu berkata lagi :
“Bertasbihlah seratus kali !”, maka merakapun bertasbih
seratus kali. Ibnu Mas’ud berkata : “Apakah kamu tidak
memerintahkan mereka untuk menghitung kesalahan
mereka dan kamu menjamin bagi meraka bahwa satupun
kebaikan mereka tidak akan disia-siakan ?”, kemudian
Ibnu Mas’udpun pergi, dan kami ikut bersamanya, sampai
dia mendatangi sebuah halaqoh dari halaqoh-halaqoh itu,
lalu dia berhenti dihadapan merekan seraya berkata :
“Apa ini, yang aku melihat kalian melakukannya ?”,
mereka menjawab : “Wahai Abu Abdirrohman, kami
menghitung dengan kerikil untuk bertakbir, bertahlil,
bertasbih dan bertahmid”, Ibnu Mas’ud berkata : “Maka
hitunglah kesalahan-kesalahan kalian, lalu aku akan
menjamin bahwa kebaikan-kebaikan kalian tidak akan
disia-siakan. Celakalah kalian wahai umat Muhammad
shollallohu’alaihiwasallam betapa cepatnya kebinasaan
kalian ! Mereka para Sahabat beliau masih melimpah, dan
ini baju beliau belumlah usang, dan bejana beliau belum
23
pecah. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya !
Sesungguhnya kalian itu berada di atas agama yang lebih
memberi petunjuk dari pada agama Muhammad
shollallohu’alaihi wasallam, atau kalian sedang membuka
pintu kesesatan ?”, mereka berkata : “Demi Alloh wahai
Abu Abdirrohman, kami tidak menginginkan kecuali
kebaikan”, Ibnu Mas’ud berkata : “Betapa banyak orang
yang menginginkan kebaikan, tapi dia tidak
mendapatkannya. Sesungguhnya Rosululloh
shollallohu’alaihi wasallam pernah menceritakan kepada
kami bahwa ada kaum yang mereka membaca Al-Qur’an,
akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka. Demi
Alloh ! Aku tidak tau, boleh jadi kebanyakan mereka
adalah dari kalian.”, kemudian Ibnu Mas’ud meninggalkan
mereka. Lalu ‘Amr bin Salamah berkata : “Kami melihat
banyak dari mereka itu memerangi kami di perang
Nahrowan bersama orang-orang Khowarij” (Diriwayatkan
oleh Imam Tirmdzi)
24
عذَابٌ أَ ِلي ٌم ِ صي َب ُه أم فِتأنَةٌ أَ أو ي
َ ُصي َب ُه أم َ َفَ أل َيحأ ذَ ِر الَّذِينَ يُخَا ِلفُون
ِ ُ ع أن أَ أم ِر ِه أَن ت
25
Terhadap Jahmiyyah”. Imam-imam selain beliau juga menulis dalam
masalah itu, seperti Utsman bin Sa’id Ad-Darimiy, dan sebagaimana
di dalam kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah serta murid
beliau, yaitu Ibnul Qoyyim, juga Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab dan selain mereka didalam membantah firqoh-firqoh itu,
penyembah kubur dan kaum Sufi. Dan adapun kitab-kitab yang
khusus didalam membantah ahli bid’ah, maka itu banyak sekali.
Termasuk darinya, sebagai contoh :
26
Dan terus-menerus Ulama muslimin -walhamdulillah- mengingkari
bid’ah dan membantah ahli bid’ah melalui surat kabar, majalah,
radio, khuthbah jum’at, seminar dan muhadhoroh untuk
memberikan pengaruh besar didalam mengajarkan kaum muslimin
serta membasmi bid’ah dan menundukkan ahli bid’ah.
27
Pasal Keempat
Contoh-Contoh Bid’ah Di Zaman Ini
Bid’ah di zaman ini sangatlah banyak dengan sebab zaman yang telah
akhir, sedikitnya ilmu, banyaknya da’i-da’i menyimpang dan penyeru
bid’ah, serta dengan sebab perjalanan hidup mereka menyerupai
kaum kafir di dalam adat serta cara beragama mereka. Dan itu
adalah bukti sabda Nabi shollallohu’alaihi wasallam :
28
Dan termasuk dari sikap menyerupai orang-orang Nasrani adalah apa
yang dinamakan dengan perayaan Maulid Nabi. Orang-orang bodoh
dari kalangan kaum muslimin ataupun ulama penyesat
memperingatinya di bulan Robi’ul Awwal di setiap tahunnya, yang
dinisbatkan sebagai hari kelahiran Rosululloh shollallohu’alaihi
wasallam. Maka ada dari mereka yang melakukan peringatan ini di
masjid. Dan ada juga dari mereka yang melakukannya di rumah-
rumah atau tempat-tempat yang telah disiapkan untuk peringatan
ini. Dan datanglah kumpulan-kumpulan manusia dalam jumlah
banyak ke tempat itu. Mereka melakukan itu dalam keadaan
menyerupai kaum Nasrani di dalam bid’ah mereka, yaitu peringatan
hari lahir Isa Al-Masih ‘alaihissalam. Dan umumnya sesungguhnya
peringatan ini boleh dikatakan sebagai bid’ah dan menyerupai kaum
Nasrani, karena sesungguhnya dia berisikan amalan-amalan
kesyirikan dan kemungkaran, seperti mengarang qosidah-qosidah
yang berisikan sikap berlebih-lebihan terhadap hak Nabi
shollallohu’alaihi wasallam, sampai kepada taraf berdoa kepada
beliau dari selain Alloh, serta beristighotsah kepada beliau. Dan
sungguh Nabi shollallohu’alaihi wasallam telah melarang dari
berbuat ghuluw (berlebih-lebihan) di dalam memuji beliau, beliau
bersabda :
َِّللا
َّ ع أب ُد َ ارى ابأنَ َم أر َي َم ِإنَّ َما أَنَا
َ ع أب ٌد فَقُولُوا َ َّت الن
َ ص ط ُرونِي َك َما أَ أ
ط َر أ َلَ ت ُ أ
ُسولُه
ُ َو َر
29
Al-Ithro’ (dalam hadits di atas) maknanya adalah berlebihan dalam
memuji. Dan kerap kali mereka meyakini bahwa Rosululloh
shollallohu’alaihi wasallam hadir dalam perayaan-perayaan mereka.
“Dan setiap perkara yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah
adalah kesesatan.”
30
di akhir-akhir setelah qurun ke empat Hijriyyah, yang
membuatnya adalah Syi’ah Fathimiyyah.
31
mereka adalah orang-orang yang paling semangat meraih
kebaikan. Dan mencintai dan mengagungkan beliau hanya bisa
dengan mengikuti dan mentaati beliau, yaitu mentaati perintah
beliau, menghidupkan Sunnah beliau, baik yang lahir maupun
yang batin, serta menyebarkan ajaran yang beliau diutus
dengannya, dan juga bersungguh-sungguh melakukan semua
itu, baik dengan hati, tangan dan juga lisan. Sesungguhnya
inilah jalannya orang-orang yang pertama-tama masuk Islam
dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik.”
32
Maka bertabarruk kepada tempat-tempat, petilasan-petilasan,
orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati adalah
tidak diperbolehkan. Karena sesungguhnya ia, adakalanya
merupakan kesyirikan, apabila dia meyakini bahwa hal itu
mampu memberikan berkah. Atau adakalanya merupakan
perantara menuju kepada kesyirikan, apabila dia meyakini
bahwa menziarahi, menyentuh atau mengusapnya bisa
menyebabkan berkah dari Alloh bisa diperoleh.
33
yang mengusap-usap dan menciuminya. Tidak pula tempat
sholat beliau di Makkah maupun selainnya. Dan jika tempat
yang dahulu beliau berjalan dengan kedua kaki beliau yang
mulia dan beliau sholat di atasnya tidaklah disyari’atkan kepada
umatnya untuk mereka mengusap-usapnya dan menciumnya,
lalu bagaimana dengan tempat yang dikatakan bahwa selain
beliau pernah sholat di sana atau tidur di atasnya lalu mencium
dan mengusap-usapnya ? Maka sungguh para ulama telah
mengetahui bahwa ini tidak termasuk dari syariat beliau
shollallohu’alaihi wasallam.
34
ketika sholat, dengan mengucapkan : “Aku berniat untuk sholat
karena Alloh seperti ini dan itu”. Ini adalah bid’ah, karena tidak ada
sunnahnya dari Nabi shollallohu’alaihi wasallam. Dan sesungguhnya
Alloh ta’aalaa berfirman :
Dan niat itu tempatnya adalah hati, maka ia adalah amalan hati,
bukan amalan lisan.
Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Dzikir berjama’ah
setelah sholat. Karena sesungguhnya yang disyari’atkan adalah
bahwasanya setiap orang mengucapkan dzikir yang ada tuntunannya
secara sendiri-sendiri.
Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Meminta bacaan Al-
Fatihah di kesempatan-kesempatan, setelah berdo’a dan hadiah
untuk mayit.
35
Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : mengadakan tempat-
tempat berkumpul atas orang-orang yang meninggal, serta membuat
jamuan makanan, dan menyewa pembaca Al-Qur’an yang dianggap
bisa menghibur, atau yang dianggap bisa bermanfaat bagi mayit. Dan
semua ini bid’ah yang tidak ada asal-usulnya, serta adalah dosa dan
belenggu yang Alloh tidak menurunkan hujjah padanya.
Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Perayaan yang
dihubungkan dengan agama, seperti perayaan Isro’ Mi’roj dan
hijrahnya Nabi shollallohu’alaihi wasallam. Perayaan ini tidak ada
asalnya di dalam syari’at.
Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Bid’ah yang dilakukan
di bulan Rojab, seperti Umroh Rojab. Dan ibadah apa saja yang
dikhususkan dilakukan dibulan Rojab, seperti ibadah-ibadah sunnah,
dengan sholat dan puasa dibulan itu. Maka sesungguhnya ia tidak
menguntungkan sama sekali bagi pelakunya, karena tidak
disyari’atkan umroh, puasa, sholat atau menyembelih di bulan
tersebut.
Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Dzikir-dzikir kaum
Shufi, dengan berbagai macamnya. Semua itu bid’ah dan perkara
yang dibuat-buat. Karena sesunggunya dzikir-dzikir tersebut
menyelisihi dzikir-dzikir yang disyari’atkan, dari sisi cara, bentuk
maupun waktunya.
36
Dan termasuk dari bid’ah pada zaman ini juga : Membangun di atas
kuburan dan menjadikannya sebagai masjid, menziarahinya untuk
tujuan mencari berkah dan bertawassul kepada mayit, dan selainnya
dari kebiasaan-kebiasaan syirik. Dan juga berziarahnya wanita ke
kuburan. Bersamaan dengan itu, sesungguhnya Rosululloh
shollallohu’alaihi wasallam melaknat wanita-wanita yang menziarahi
kubur, dan melaknat orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai
masjid dan lampu-lampu.
Penutup
37
Berhubungan dengan Ahli Bid’ah :
38
dan lainnya. Bahkan kita wajib berbuat baik kepada
mereka, menjenguk mereka tatkala sakit atau
membantu mereka di saat susah dan semisalnya.
39