Anda di halaman 1dari 16

Felajaran tentang BID'AH

Biasanya yang bicara bid'ah-bid'ah itu kan Ngulama Wahabi ,nah sekrang kita akan mencoba
membedah tentang BID'AH dengan beberapa Aspek Ilmu.

-Ilmu Balaghoh
-Nahwu
-Shorof
-Ushul Fiqih

Fendahuluan

Sebagaimana kita ketahui, belakangan banyak sekali orang yang berfatwa bahwa Maulidan
Bidah, tahlilan Bidah, Haul bidah, dll. Bahkan sampai bilang kentongan Bid'ah, ckckckck
Mereka merujuk sebuah hadis

ِ َّ‫ضالَ لَ ٍة فِى الن‬


‫ار‬ َ ‫ضالَ لَ ٍة َو ُك ُّل‬
َ ‫ُك ُّل بِدْ َع ٍة‬

Sayangnya mereka memahami hadis ini membabi buta sehingga fatwa " nyelneh pun keluar dari
bibir para chybi wahabi

Okee langsung sajaaaa...


Seruputt dulu coffinya biar fresss

Mari kita bahas sedikit tentang lafad

ِ َّ‫ضالَ لَ ٍة فِى الن‬


‫ار‬ َ ‫ضالَ لَ ٍة َو ُك ُّل‬
َ ‫ُك ُّل ِبدْ َع ٍة‬

Pada lafad di atas lafad ‫ ِب ْد َع ٍة‬itu kata benda, tentu mempunyai sifat, tidak mungkin ia tidak
mempunyai sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek. Sifat tersebut tidak
ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits di atas;
Dalam Ilmu Balaghah dikatakan,

‫حدف الصفة على الموصوف‬


“membuang sifat dari benda yang bersifat”.

Jadi jika ditulis lengkap dengan sifat dari bid’ah kemungkinannya adalah
a. Kemungkinan pertama :

‫ار‬ َ ‫ضالَ لَةٌ َو ُك ُّل‬


ِ َّ‫ضالَ لَ ٍة ِفى الن‬ َ ‫ُك ُّل ِبدْ َع ٍة َح‬
َ ‫سنَ ٍة‬
Semua “bid’ah yang baik” itu sesat (dholalah), dan semua yang sesat (dholalah) masuk neraka
Hal ini tidak mungkin, bagaimana sifat baik dan sesat (dholalah) berkumpul dalam satu benda
dan dalam waktu dan tempat yang sama, hal itu tentu mustahil.
b. Kemungkinan kedua :
َ ‫ضالَ لَةٌ َو ُك ُّل‬
‫ضالَ لَ ٍة فِىالنَّاِر‬ َ ‫ُك ُّل ِبدْ َع ٍة‬
َ ‫س ِيئَ ٍة‬
Semua “bid’ah yang jelek” itu sesat (dholalah), dan semua yang sesat (dholalah) masuk neraka
Jadi kesimpulannya bid’ah yang sesat masuk neraka adalah bid’ah sayyiah (bid’ah yang jelek).
Hal ini sesuai pula jika ditinjau dari ilmu nahwu
Kalimat bid’ah (‫ )بدعة‬di sini adalah bentuk ISIM (kata benda) bukan FI’IL (kata kerja).
Dalam ilmu nahwu menurut kategorinya Isim terbagi 2 yakni Isim Ma’rifat (tertentu) dan Isim
Nakirah (umum).
Nah.. kata BID’AH ini adalah isim Naqiroh
Apa itu isim naqiroh Mbahhh
Sperti dalam Kitab Alfiah Ibnu Malik di terangkan
Yang namnya isin naqiroh adalahh:

‫ أ َ ْو َواقِ ٌع َم ْوقِ َع َما قَدْ ذُ ِك َرا‬¤ ً ‫ــــرا‬


َ ِِّ‫نَ ِك َرة ٌ قَـــــابِ ُل أَ ْل ُمؤث‬
Nakirah adalah Isim yang dapat menerima AL pemberi bekas ma’rifat, atau Isim yang
menempati tempatnya Isim tersebut (dapat menerima AL Ma’rifat)

Soo sangat jelas kalo lafad ‫ بدعة‬adalah kalimah isim Naqiroh


Kenapa tidak isim Ma'rifat saja Mbahh??
Kalimah isim ma'rifat itu cuman ada 5
1. Isim dhomir
2. Isim alam
3. Isim isyaroh
4. Isim maushul
5. Ber alif lam

Dan lafad ‫ بدعة‬bukan merupakan bagian dari Isim Ma’rifat.


Jadi kalimat bid’ah di sini ‫ ُك ُّل‬adalah Isim Nakiroh dan di sana berarti tidak ber-idhofah
(bersandar) kepada salah satu dari yang 5 di atas. Seandainya ‫ ُك ُّل‬ber-idhofah kepada salah satu
yang 5 di atas, maka ia akan menjadi ma’rifat. Tapi pada ‘
‫’ ُك ُّل ِبدْ َع ٍة‬, ia ber-idhofah kepada nakiroh. Sehingga dhalalah-nya adalah bersifat ‘am (umum).
Sedangkan setiap hal yang bersifat umum pastilah menerima pengecualian.

Contoh Contoh lafal umum yang dikhususkan dengan al-hiss, seperti firman Allah:

َ‫سا ِكنُ ُه ْم َكذَلِكَ نَجْ ِزي ْالقَ ْو َم ْال ُمجْ ِر ِمين‬ ْ َ ‫ش ْيءٍ بِأ َ ْم ِر َربِِّ َها َفأ‬
َ ‫صبَ ُحوا ال ي َُرى إِال َم‬ َ ‫تُدَ ِ ِّم ُر ُك َّل‬
"Angin yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, Maka jadilah mereka
tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami
memberi Balasan kepada kaum yang berdosa." (QS Al-Ahqoof : 25).
Tentunya indra kita mengetahui bahwasanya kenyataannya tidak semuanya yang dihancurkan
oleh angin tersebut, langit dan bumi tidak dihancurkan oleh angin tersebut buktinya sampe skrng
masih ada too hehe. Lafad ‫ ُك َّل‬berarti tidak harus bermakna semua tapi ada juga sebagian.

Begitu juga dalam lafad


ِ َّ‫ضالَ لَ ٍة فِى الن‬
‫ار‬ َ ‫ضالَ لَ ٍة َو ُك ُّل‬
َ ‫ُك ُّل بِدْ َع ٍة‬

Tidak semua bidah itu sesat


Hal ini juga di tegaskan Ulama yang sholeh, bersanad ilmu tersambung kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam seperti Imam Nawawi ra yang bermazhab Syafi’i mengatakan

ْ ْ ٌ ‫ص ٍٍ ْو‬
ُ ‫ضالَلَةٌ َهذَا َعا ٌّم َم ْخ‬
َ ‫ قَ ْولُهُ َو ُك ُّل بِدْ َع ٍة‬.
ِ‫ص َوال ُم َراد ُ غَالِبُ البِدَع‬
“Sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam, “Kullu Bid’ah dlalalah” ini adalah ‘Amm Makhshush,
kata-kata umum yang dibatasi jangkauannya. Jadi yang dimaksud adalah sebagian besar bid’ah
itu sesat, bukan seluruhnya.” (Syarh Shahih Muslim, 6/154).

Kesimpulanya sudah sangat jelas Bahwa tidah semua bidah itu sesat sperti kebanyakan
perkata'an " wahabi yang mengartikan sebuah hadis dengan membabi buta. Sehingga merekapun
mengeluarkan fatwa Tahlilan maulidan dll pokoknya segala sesuatu Amalan yang tidak ada di
zaman Rosulullah adalah Bidah. Padahal Bidah sendiri bukanlah sebuah hukum.

Dalam Ushul Fiqih


Hukum islam sendiri sudah jelas kalo hukum Islam ada 5
Majib
Sunah
Mubah
Makruh
Haram

Ga ada satu Imam Madhab menjadikan Bidah sebuah hukum


Bidah adalah sesuatu yang harus di hukumi
Ada lagi Kebiasaan wong " wahabi menggunakan hadis ini untuk menuduh amalan kita dengan
kata Bidah

‫ردمن أحدﺙ في أمرنا هذا ما ليﺲ منه فهو‬


“ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada
perintahnya, maka ia tertolak “
_____________________
Mari kita udari hadis tersebut dengan berbagai alat heehe

‫من أحدﺙ في أمرنا هذا ما ليﺲ منه فهو رد‬


Benarkah hadits ini bermakna :
“ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada
perintahnya, maka ia tertolak “
Mari kita bahas sedikit Hadis ‫در وهف هنم ﺲيل ام اذه انرمأ يف ﺙدحأ نم‬
Kita coba dulu meninjau dari sisi ilmu lughoh :

- I’rab nahwunya :
if nukus sala‘ nuyyinbam mzaj aw trays misi ahalada : ‫من‬
mahalli rof’in mubtada’ wa khobaruhu aljumlatus
syartiyyah ba’dahu.

nimzaj illaham iif hahtaf lala‘ nuyyinbam ihdam li’iF : ‫احدﺙ‬


fi’lu syarth wal fa’il mustatir jawazan taqdiruhu huwa.
raj ufraH : ‫في‬

n aw ,harsakla ihirraj utamal aw iif ib nururjam: ‫امرنا‬aa


dhomirun muttashil mabnyyyun ‘alas sukun fii mahlli
jarring mudhoofun ilaihi

nirraj illaham if nukus sala nuyyinbam haraysi misi : ‫هذا‬


sifatun liamrin

hib lu’fam nibhsan ilhham iif yinbam misi : ‫ما‬

bohk lubhsnay aw amsi lu’afray hsiqan ihdam li’iF : ‫ليﺲ‬ar, wa ismuha dhomir mustatir jawazan
taqdiruhu huwa

nuyyinbam lihsattum rimohd uh aw nirraj ufrah nim : ‫منه‬


alad dhommi wahuwa littab’iidh

la : ‫فهو‬-faa jawab syart. Huwa dhomir muttashil mabniyyun alal fathah fi mahalli rof’in mubtada

adatbum rabohk : ‫رد‬marfuu’un wa alamatu rof’ihi


dhommatun dzhoohirotun fi aakhirihi. Wa umlatul
mubtada wa khobaruhu fi mahalli jazmin jawabus syarth.
------------------------------------------»
Dari uraian sisi nahwunya maka bermakna :” Barangsiapa
yang melakukan perkara baru dalam urusan kami yaitu
urusan syare’at kami yang bukan termasuk darinya, tidak
sesuai dengan al-Quran dan hadits, maka perkara baru
itu ditolak “

Makna makna tsb sesuai dengan statement imam Syafi’i yang


sudah masyhur :

‫ وماما أحدﺙ وﺧالﻒ كﺘابا أو سنة أو إﺟ‬،‫ماعا أو أثرا فهو البدعة الﻀالة‬
‫أحدﺙ من الخير ولم يخالﻒ شيئا من ذلك فهو البدعة المحمودة‬
“ Perkara baru yang menyalahi al-Quran, sunnah, ijma’
atau atsan maka itu adalah bid’ah dholalah / sesat. Dan
perkara baru yang baik yang tidak menyalahi dari itu
semua adalah bid’ah mahmudah / baik “
- Istidlal ayatnya (Pengambilan dalil dari Qurannya) :

‫وﺟﻌلنا في قلوﺏ الذين اتبﻌوﻩ رأفة ورحمة ورهبانية ابﺘدعوها ما كﺘبناها‬


‫عليهم إلا ابﺘﻐاﺀ رضواﻥ الله‬

“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati orang-orang yang


mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun dan kasih sayang,
dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal
Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi
(mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk
mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)
- Istidlal haditsnya (pengambilan dalil dari haditsnya) :

‫من سن في اﻹسالم سنة حسنة فله أﺟرها وأﺟر من عمل بها بﻌدﻩ من غير أﻥ‬
‫ ومن سن في اﻹسالم سنة سيئة كاﻥ عليه وﺯرها‬،‫ينقص من أﺟورهم شىﺀ‬
‫ووﺯر من عمل بها من بﻌدﻩ من غير أﻥ ينقص من أوﺯارهم شىﺀ‬

“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam


sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari
perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang
melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa
berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang
siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka
baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari
orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya
tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR.
Muslim)
-----------------------------------------------------------
Skarang mari kita lihat hadis tersebut denga ilmu BALAGHOH :
Dalam hadits tsb memiliki manthuq dan mafhumnya :
Manthuqnya “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang
tidak bersumber dari syareat, maka dia tertolak “,
misalnya sholat dengan bahsa Indonesia, mengingkari
taqdir, mengakfir-kafirkan orang,dll.
Mafhumnya : “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang
bersumber dari syareat, maka itu diterima “
Contohnya
sangat banyak skali sprti pembukuan Al-Quran,
pemberian titik al-Quran, mauled, tahlilan, khol, sholat
trawikh berjama’ah dll.
Berangkat dari pemahaman ini, sahabt Umar berkata saat
mengkumpulkan orang-orang ungtuk melakukan sholat
terawikh berjama’ah :
‫نﻌمﺖ البدعة هذﻩ‬
“ Inilah sebaik-baik bid’ah “
Dan juga berkata sahabat Abu Hurairah Ra :
‫واﻩ البخاري (فكاﻥ ﺧبيب أول من سن الصالة عند القﺘل (ر‬
“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat
ketika akan dibunuh”.
(HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah
dalam kitab al-Mushannaf)
Jika semua perkara baru itu buruk, maka sahabat2 tsb
tidak akan berkata demikian.
________________________
Nah sekarang kita cermati makna hadits di atas dari
wahhabi salafi :
‫من أحدﺙ في أمرنا هذا ما ليﺲ منه فهو رد‬
Hadits ini mereka artikan :
Pertama : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru dalam
agama, maka ia tertolak “
Jika mreka mngartikan demikian, maka mereka sengaja
membuang kalimat MAA LAITSA MINHU-nya (Yang
bersumber darinya). Maka haditsnya menjadi : ‫يف ﺙدحأ نم‬
‫أمرنا هذا فهو رد‬
Kedua : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak
ada perintahnya, maka ia tertolak “
Jika merka mngartikan seperti itu, berarti merka dengan
sengaja telah merubah makna hadits MAA LAITSA MINHU-
nya MENJADI MAA LAITSA MA-MUURAN BIHI (Yang tidak ada
perintahnya).
Maka haditsnya menjadi : ‫اذه انرمأ يف ﺙدحأ نم‬
‫ما ليﺲ مأمورا به فهو رد‬
Sungguh ini sebuah distorsi dalam makna hadits dan
sebuah pengelabuan pada umat muslim.
Jika mereka menentang dan berdalih : “ Bukankah Rasul
Saw telah memuthlakkan bahwa semua bid’ah adalah
sesat, ini dalilnya :
‫وإياكم ومحدثاﺕ اﻷمور فﺈﻥ كل محدثة بدعة وكل بدعة ضاللة (رواﻩ أبو‬
‫وددا‬
Maka kita jawab : Hadits tsb adalah ‘Aam Makhsus
(lafadznya umum namun dibatasi) dgn bukti banyak dalil
yang menjelaskannya sprti hadits 2 sahabat di atas.
Maksud hadits tsb adalah setiap perkara baru yang
brtentangan dgn al-quran dan hadits.
Perhatikan hadits riwayat imam Bukhori berikut :
‫أشار سيدنا عمر ابن الخﻄاﺏ رضي الله عنه على سيدنا أبو بكر الصديﻖ‬
‫رضي الله عنه بجمع القرﺁﻥ في صحﻒ حين كﺜر القﺘل بين الصحابة في‬
‫ كيﻒ نفﻌل شيئا لم يفﻌله رسول الله‬:"‫وقﻌة اليمامة فﺘوقﻒ أبو بكر وقال‬
‫"صلى الله عليه وسلم؟‬
‫ فلم يزل عمر يراﺟﻌه حﺘى شرﺡ الله صدرﻩ فقال‬."‫ هو والله ﺧير‬:"‫له عمر‬
‫له وبﻌﺚ إلى ﺯيد ابن ثابﺖ رضي الله عنه فكلفه بﺘﺘبع القرﺁﻥ وﺟمﻌه قال‬
‫ فوالله لو كلفوني نقل ﺟبل من الجبال ما كاﻥ أثقل علي مما كلفني به من‬:"‫ﺯيد‬
‫ كيﻒ تفﻌلوﻥ شيئا لم يفﻌله رسول ا‬:"‫ قال ﺯيد‬."‫لله صلى اللهﺟمع القرﺁﻥ‬
‫ هو والله ﺧير" فلم يزل أبو بكر يراﺟﻌني حﺘى شرﺡ الله‬:"‫ قال‬."‫عليه وسلم‬
. ‫صدري للذي شرﺡ له صدر أبي بكر وعمر رضي الله عنهما‬
“ Umar bin Khothtob member isayarat kpd Abu Bakar Ash-
Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu
mushaf ktika melihat banyak sahabat penghafal quran
telah gugur dalam perang yamamah. Tapi Abu Bakar diam
dan berkata “ Bagaimana aku melakukan sesuatu yang
tidak dilakukan oleh Rasul Saw ?” MaKA Umar menjawab “
Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Beliau selalu
mengulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadanya.
Kmudian Abu bakar memrintahkan Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan Al-Quran, maka Zaid berkata “ Demi Allah
aku telah terbebani untuk memindah gunjung ke satu
gunung lainnya, bagaimana aku melakukan suatu hal
yang Rasul Saw tdiak melakukannya ?” maka Abu bakar
mnjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Abu bakar
trus mngulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadaku
sbgaimana Allah telah melapangkan dada Umar dan Abu
Bakar “.
Coba perhatikan ucapan Umar dan Abu Bakar “ Demi Allah
merka mngatakan Rasul Saw tidak pernah melakukannya,
namun bukan berarti itu buruk.
ika merka mengatakan sahabat Abdullah bin Umar telah
berkata :
‫كل بدعة ضاللة وإﻥ رﺁها الناﺱ حسنة‬
“ Setiap bid’ah itu sesat walaupun orang-orang
menganggapnya baik “.
Maka kita jawab :
Itu memang benar, maksudnya adalah segala bid’ah
tercela itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya
baik
. Contohnhya bertaqarrub pd Allah dengan
mndengarkan lagu dangdutan..
Jika sahabat Abdullah bin Umar memuthlakkan bahwa
semua bid’ah itu sesat tanpa trkecuali walaupun orang2
mengangaapnya baik, lalu kenapa juga beliau pernah
berkata :
kiabes nad ha’dib utI “ ‫بدعة ونﻌمﺖ البدعة‬-baik bid’ah “
Saat beliau ditanya tentang sholat dhuha.
Lebih
lengkapnya :
‫ سألﺖ ابن‬: ‫ بدعة ونﻌمﺖعن اﻷعرﺝ قال‬:"‫عمر عن صالة الﻀحى فقال‬
‫البدعة‬
“ Dari A’raj berkata “ Aku bertanya kepada Ibnu Umar
tentang sholat dhuha, maka beliau menjawab “ Itu bid’ah
dan sebaik-baik bid’ah “.
Apakah pantas seorang sahabat sprti Abdullah bin Umar
tidak konsisten dalam ucapannya alias pllin-plan ??
sungguh sangat jauh dr hal itu.
KESIMPULAN :
- Cara membedakan bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah
adalah :
‫والﺘمييز بين الحسنة والسيئة بموافقة أصول الﺸرع وعدمها‬
“ Dengan sesuai atau tidaknya dengan pokok-pokok
syare’at “.
- Orang yang mengartikan hadits :
‫من أحدﺙ في أمرنا هذا ما ليﺲ منه فهو رد‬
Dengan : “ Bar angsiapa yang melakuakn hal baru maka
itu tertolak “ atau “ Brangsiapa yang melakukan hal baru
tanpa ada perintahnya maka ia tertolak “.
Orang yang mengartikan seperti itu, berarti ia telah
berbuat bid’ah dholalah / sesat, akrena tidak ada
dasarnya sama sekali baik dari Al-Quran, hadits maupun
atsarnya..
Dan telah sengaja merubah makna hadits Nabi
Saw tersebut..dan kita tahu apa sangksi bagi orang yang
telah berdusta atas nama Nabi Saw..Naudzu billahi min
dzaalik..
------------------------------------------------------------------------

aku pergi tahlil, kau bilang itu amalan jahil


aku baca shalawat burdah, kau bilang itu bid’ah
lalu aku harus bagaimana…

aku bertawasul dengan baik, kau bilang a...

Felajaran Tentang Bid'ah (Bagian 2)

Kali ini kita belajar dalil-dalil mengenai adanya bid'ah hasanah yang kami rangkum dalam dialog
imajiner antara Aswaja dan Wahabi, biar ente semua gak ngantuk, kalo ngantuk ane fentung,
hihihihi... Selamat membaca.

WAHABI>>>…aswaja si ahlul bid'ah, suka ngada ngada dalam urusan agama padahal jelas
hadis larangannya ni, KULLU BID,ATIN DOLALAHTUN WAKULLU DOLALATUN
FINNAR, Mana dalil kamu aswaja….???? AGAK LEGEG
ASWAJA>>>… (Lihat Itqan ash-Shun’ah, h. 17-28):
Firman Allah dalam QS. al-Hadid: 27:
َّ ‫اﻥ‬
(27 :‫َّللاِ )الحديد‬ ِ ‫ﺏ الَّذِينَ اتَّبَﻌُوﻩُ َرأْفَةً َو َرحْ َمةً َو َر ْهبَانِيَّةً ا ْبﺘَدَعُوهَا َما َكﺘ َ ْبنَاهَا َعلَ ْي ِه ْم ِإ َّال ا ْب ِﺘﻐَا َء ِرض َْو‬
ِ ‫َو َﺟ َﻌ ْلنَا فِي قُلُو‬
“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun
dan kasih sayang, dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak
mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk
mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)

WAHABI>>>… laaaah ini KULLU BID,ATIN DOLALATUN WAKULLU DOLALATUN


FINAR, masih mau mungkir,…TAMBAH LEGEG.
ASWAJA>>>…. Hadits sahabat Jarir ibn Abdillah al-Bajali, bahwa ia berkata: Rasulullah
bersabda:
َ ‫ص ِم ْن أ ُ ُﺟ ْو ِر ِه ْم‬
َ ‫ َو َم ْن‬،‫ش ْى ٌء‬
‫س َّن فِ ْي‬ َ ُ‫سنَةً فَلَه ُ أَﺟْ ُرهَا َوأَﺟْ ُر َم ْن َع ِم َل بِ َها بَ ْﻌدَﻩُ ِم ْن َغي ِْر أ َ ْﻥ يَ ْنق‬
َ ‫سنَّةً َح‬
ُ ‫اﻹ ْسالَ ِم‬ َ ‫َم ْن‬
ِ ‫س َّن فِ ْي‬
َ ‫ص ِم ْن أ َ ْوﺯَ ِار ِه ْم‬
(‫ش ْى ٌء )رواﻩ مسلم‬ َ ُ‫س ِيِّئَةً َكاﻥَ َعلَ ْي ِه ِو ْﺯ ُرهَا َو ِو ْﺯ ُر َم ْن َع ِم َل ِب َها ِم ْن بَ ْﻌ ِد ِﻩ ِم ْن َغي ِْر أ َ ْﻥ يَ ْنق‬
َ ً‫س َّنة‬
ُ ‫اﻹ ْسالَ ِم‬
ِ
“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka
baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya
(mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa
merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan
dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa
mereka sedikitpun”. (HR. Muslim). GIMANA…..???

WAHABI>>>…halaaaaaah cemen ni dalil sanggahannya. KULLU BID,ATIN DOLALATUN


WAKULLU DOLALATUN FINAAAAAAAAAAAR, faham antum
ASWAJA>>>> …Hadits ‘Aisyah, bahwa ia berkata: Rasulullah bersabda:
َ ‫ﺙ فِ ْي أ َ ْم ِرنَا هذَا َما لَي‬
ِّ ‫ْﺲ ِم ْنهُ فَ ُه َو َردٌّ )رواﻩ البخار‬
(‫ي ومسلم‬ َ َ‫َم ْن أَحْ د‬
“Barang siapa yang berbuat sesuatu yang baharu dalam syari’at ini yang tidak sesuai dengannya,
maka ia tertolak”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini dengan sangat jelas menunjukkan tentang adanya bid’ah hasanah. Karena seandainya
semua bid’ah pasti sesat tanpa terkecuali, niscaya Rasulullah akan mengatakan “Barangsiapa
merintis hal baru dalam agama kita ini apapun itu, maka pasti tertolak”. Namun Rasulullah
mengatakansebagaimana hadits di atas: “Barangsiapa merintis hal baru dalam agama kita ini
yang tidak sesuai dengannya, artinya yang bertentangan dengannya, maka perkara tersebut pasti
tertolak”.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkara yang baru itu ada dua bagian: Pertama, yang
tidak termasuk dalam ajaran agama, karena menyalahi kaedah-kaedah dan dalil-dalil syara’,
perkara baru semacam ini digolongkan sebagai bid’ah yang sesat. Kedua, perkara baru yang
sesuai dengan kaedah dan dalil-dalil syara’, perkara baru semacam ini digolongkan sebagai
perkara baru yang dibenarkan dan diterima, ialah yang disebut dengan bid’ah hasanah.

WAHABI>>>>>.. NGEYEL antum asawaja..ni baca lagi niiiiiiiii…KULLU BID,ATIN


DOLALATUN WAKULU DOLALATUN FINNNNNNNAAAAAAAARRRRR. mau pake
alasan apa lagi
ASWAJA>>>>… Dalam sebuah hadits shahih riwayat al-Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih-
nya disebutkan bahwa sahabat ‘Umar ibn al-Khaththab secara tegas mengatakan tentang adanya
bid’ah hasanah. Ialah bahwa beliau menamakan shalat berjama’ah dalam shalat tarawih di bulan
Ramadlan sebagai bid’ah hasanah. Beliau memuji praktek shalat tarawih berjama’ah ini, dan
mengatakan: “Ni’mal Bid’atu Hadzihi”. Artinya, sebaik-baiknya bid’ah adalah shalat tarawih
dengan berjama’ah.
Kemudian dalam hadits Shahih lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa
sahabat ‘Umar ibn al-Khaththab ini menambah kalimat-kalimat dalam bacaan talbiyah terhadap
apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Bacaan talbiyah beliau adalah:
‫الر ْغ َبا ُء ِإلَيْكَ َو ْال َﻌ َم ُل‬
َّ ‫ َو‬، َ‫ َو ْال َخي ُْر ِف ْي َيدَيْك‬، َ‫س ْﻌدَيْك‬
َ ‫لَبَّيْكَ اللِّ ُه َّم لَبَّيْكَ َو‬
Gimana tuuh…..???

WAHABI>>>>… tetep ga boleh akhi. KULLU BID,ATIN DOLALATUN , pokoknyaaa titik


ASWAJA>>>> Dalam hadits riwayat Abu Dawud disebutkan bahwa ‘Abdullah ibn ‘Umar ibn
al-Khaththab menambahkan kalimat Tasyahhud terhadap kalimat-kalimat Tasyahhud yang telah
diajarkan oleh Rasulullah. Dalam Tasayahhud-nya ‘Abdullah ibn ‘Umar mengatakan:
ُ‫أ َ ْش َهدُ أَ ْﻥ الَ إِلهَ إِالَّ هللاُ َوحْ دَﻩُ الَ ش َِريْكَ لَه‬.
Tentang kaliamat tambahan dalam Tasyahhud-nya ini, ‘Abdullah ibn ‘Umar berkata: “Wa Ana
Zidtuha…”, artinya: “Saya sendiri yang menambahkan kalimat “Wahdahu La Syarika Lah”.

WAHABI>>>>… KULLU BID,ATN DOLALATUN…TITIK..MARKITIK


ASWAJA>>>> ‘Abdullah ibn ‘Umar menganggap bahwa shalat Dluha sebagai bid’ah, karena
Rasulullah tidak pernah melakukannya. Tentang shalat Dluha ini beliau berkata:
َ ْ‫إِنَّ َها ُمحْ دَثَةٌ َوإِنَّ َها لَ ِم ْن أَح‬
(‫س ِن َما أَحْ دَث ُ ْوا )رواﻩ سﻌيد بن منصور بﺈسناد صحيح‬
“Sesungguhnya shalat Dluha itu perkara baru, dan hal itu merupakan salah satu perkara terbaik
dari apa yang mereka rintis”. (HR. Sa’id ibn Manshur dengan sanad yang Shahih)

WAHABI>>>>>.. KULLU BID,ATIN DOLALATUN WAKULLU DOLALATUN FINNAR


ASWAJA>>>>..Dalam riwayat lain, tentang shalat Dluha ini sahabat ‘Abdullah ibn ‘Umar
mengatakan:
ْ ‫ِبدْ َعةٌ َونِ ْﻌ َم‬
(‫ﺖ ال ِبدْ َعةُ )رواﻩ ابن أبي شيبة‬
“Shalat Dluha adalah bid’ah, dan ia adalah sebaik-baiknya bid’ah”. (HR. Ibn Abi Syaibah)
Riwayat-riwayat ini dituturkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar dalam Fath al-Bari dengan sanad yang
shahih.

WAHABI>>>>.. embuuuuuuuung tetep ane mah KULLU BID,ATIN DOLALATUN


ASWAJA>>>… Dalam sebuah hadits shahih, al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dari sahabat
Rifa’ah ibn Rafi’, bahwa ia (Rifa’ah ibn Rafi’) berkata: “Suatu hari kami shalat berjama’ah di
belakang Rasulullah. Ketika beliau mengangkat kepala setelah ruku’, beliau membaca:
“Sami’allahu Lima Hamidah”. Tiba-tiba salah seorang makmum berkata:
‫ار ًكا فِ ْي ِه‬ َ َ‫ط ِِّيبًا ُمب‬َ ‫َربَّنَا َولَكَ ْال َح ْمدُ َح ْمدًا َكﺜِي ًْرا‬
Setelah selesai shalat, Rasulullah bertanya: “Siapakah tadi yang mengatakan kalimat-kalimat
itu?”. Orang yang yang dimaksud menjawab: “Saya Wahai Rasulullah…”. Lalu Rasulullah
berkata:
َ‫ﻀﻌَةً َوثَالَ ِثيْنَ َملَ ًكا َي ْبﺘَد ُِر ْونَ َها أَيُّ ُه ْم يَ ْكﺘُبُ َها أ َ َّول‬
ْ ِ‫َرأَيْﺖُ ب‬
“Aku melihat lebih dari tiga puluh Malaikat berlomba untuk menjadi yang pertama
mencatatnya”.
Al-Hafizh Ibn Hajar dalam Fath al-Bari, mengatakan: “Hadits ini adalah dalil yang menunjukkan
akan kebolehan menyusun bacaan dzikir di dalam shalat yang tidak ma’tsur, selama dzikir
tersebut tidak menyalahi yang ma’tsur” (Fath al-Bari, j. 2, h. 287).

WAHABI>>> …KULLU BID,ATIN DOLALAH ingat ituuuuu


ASWAJA>>>>… al-Imam an-Nawawi, dalam kitab Raudlah ath-Thalibin, tentang doa Qunut,
beliau menuliskan sebagai berikut:
َ‫ “فَلَك‬:ُ‫ار ْكﺖَ َوتَ َﻌالَيْﺖَ ” َو َب ْﻌدَﻩ‬ َ َ‫ “ َوالَ َي ِﻌ ُّز َم ْن َعادَيْﺖَ ” قَ ْب َل “تَب‬:‫سلِّ َم َوﺯَ ادَ ْالﻌُلَ َما ُء فِ ْي ِه‬
َ ‫صلِّى هللاُ َعلي ِه َو‬ َ ِ‫ي‬ ُّ ‫هذَا ه َُو ْال َم ْر ِو‬
ِّ ‫ي َع ِن النَّ ِب‬
ُّ ‫ام ٍد َو ْالبَ ْندَنِي ِْج‬
‫ي‬ ِ ‫ َوقَا َل أَب ُْو َح‬.ِ‫الزيَادَة‬ َ ْ ‫ الَ بَأ‬:‫ص َحابُنَا‬
ِّ ِ ‫ﺱ ِبه ِذ ِﻩ‬ ْ َ ‫ قَا َل أ‬: ُ‫ قُ ْلﺖ‬.” َ‫ أ َ ْسﺘ َ ْﻐ ِف ُركَ َوأَت ُ ْوﺏُ إِلَيْك‬، َ‫ﻀيْﺖ‬
َ َ‫ْال َح ْمد ُ َعلَى َما ق‬
ٌ‫ ُم ْسﺘَ َحبَّة‬: َ‫و َءاﺧ َُر ْوﻥ‬. َ
“Inilah lafazh Qunut yang diriwayatkan dari Rasulullah. Lalu para ulama menambahkan kalimat:
“Wa La Ya’izzu Man ‘Adaita” sebelum “Tabarakta Wa Ta’alaita”. Mereka juga menambahkan
setelahnya, kalimat “Fa Laka al-Hamdu ‘Ala Ma Qadlaita, Astaghfiruka Wa Atubu Ilaika”. Saya
(an-Nawawi) katakan: Ashab asy-Syafi’i mengatakan: “Tidak masalah (boleh) dengan adanya
tambahan ini”. Bahkan Abu Hamid, dan al-Bandanijiyy serta beberapa Ashhab yang lain
mengatakan bahwa bacaan tersebut adalah sunnah” (Raudlah ath-Thalibin, j. 1, h.)
WAHABI>>>>… NGEYEL NI AHLUL BID,AH,..KULLU BID,ATIN
DOLALATUN…….FAHAM GA SIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII…
ASWAJA>>>>… ngjengkelin bener ni wahabi… sambil ambil buku terjemahannya wahabi
terus di jejelin kemulut wahabi sambil berkata”” MAKAN TUH BUKU TERJEMAH,,
wkwkwkwkwwkwk
Wahabi ga' pernah lulus ngebahasin bid'ah.
Felajaran tentang BID'AH

Biasanya yang bicara bid'ah-bid'ah itu kan Ngulama Wahabi ,nah sekrang kita akan mencoba
membedah tentang BID'AH dengan beberapa Aspek Ilmu.

-Ilmu Balaghoh
-Nahwu
-Shorof
-Ushul Fiqih

BIDAH DITINJAU DARI ILMU BALAGHOH, NAHWU, DAN SHOROF

Sebagaimana kita ketahui, belakangan banyak sekali orang yang berfatwa bahwa Maulidan
Bidah, tahlilan Bidah, Haul bidah, dll. Bahkan sampai bilang kentongan Bid'ah, ckckckck
Mereka merujuk sebuah hadis

ِ َّ‫ضالَ لَ ٍة فِى الن‬


‫ار‬ َ ‫ضالَ لَ ٍة َو ُك ُّل‬
َ ‫ُك ُّل بِدْ َع ٍة‬

Sayangnya mereka memahami hadis ini membabi buta sehingga fatwa " nyelneh pun keluar dari
bibir para chybi wahabi

Okee langsung sajaaaa...


Mari kita bahas sedikit tentang lafad

ِ َّ‫ضالَ لَ ٍة فِى الن‬


‫ار‬ َ ‫ضالَ لَ ٍة َو ُك ُّل‬
َ ‫ُك ُّل ِبدْ َع ٍة‬

Pada lafad di atas lafad ‫ ِب ْد َع ٍة‬itu kata benda, tentu mempunyai sifat, tidak mungkin ia tidak
mempunyai sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek. Sifat tersebut tidak
ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits di atas;
Dalam Ilmu Balaghah dikatakan,

‫حدف الصفة على الموصوف‬


“membuang sifat dari benda yang bersifat”.

Jadi jika ditulis lengkap dengan sifat dari bid’ah kemungkinannya adalah
a. Kemungkinan pertama :

‫ار‬ َ ‫ضالَ لَةٌ َو ُك ُّل‬


ِ َّ‫ضالَ لَ ٍة ِفى الن‬ َ ‫ُك ُّل ِبدْ َع ٍة َح‬
َ ‫سنَ ٍة‬
Semua “bid’ah yang baik” itu sesat (dholalah), dan semua yang sesat (dholalah) masuk neraka
Hal ini tidak mungkin, bagaimana sifat baik dan sesat (dholalah) berkumpul dalam satu benda
dan dalam waktu dan tempat yang sama, hal itu tentu mustahil.
b. Kemungkinan kedua :

َ ‫ضالَ لَةٌ َو ُك ُّل‬


‫ضالَ لَ ٍة فِىالنَّاِر‬ َ ‫ُك ُّل ِبدْ َع ٍة‬
َ ‫س ِيئَ ٍة‬
Semua “bid’ah yang jelek” itu sesat (dholalah), dan semua yang sesat (dholalah) masuk neraka
Jadi kesimpulannya bid’ah yang sesat masuk neraka adalah bid’ah sayyiah (bid’ah yang jelek).
BIDAH DITINJAU DARI ILMU NAHWU

Kalimat bid’ah (‫ )بدعة‬di sini adalah bentuk ISIM (kata benda) bukan FI’IL (kata kerja).
Dalam ilmu nahwu menurut kategorinya Isim terbagi 2 yakni Isim Ma’rifat (tertentu) dan Isim
Nakirah (umum).
Nah.. kata BID’AH ini adalah isim Naqiroh
Apa itu isim naqiroh ?
Sperti dalam Kitab Alfiah Ibnu Malik di terangkan
Yang namnya isin naqiroh adalahh:

‫ أ َ ْو َواقِ ٌع َم ْوقِ َع َما قَدْ ذُ ِك َرا‬¤ ً ‫ــــرا‬


َ ِِّ‫نَ ِك َرة ٌ قَـــــابِ ُل أَ ْل ُمؤث‬
Nakirah adalah Isim yang dapat menerima AL pemberi bekas ma’rifat, atau Isim yang
menempati tempatnya Isim tersebut (dapat menerima AL Ma’rifat)

Soo sangat jelas kalo lafad ‫ بدعة‬adalah kalimah isim Naqiroh


Kenapa tidak isim Ma'rifat saja ???
Kalimah isim ma'rifat itu cuman ada 5
1. Isim dhomir
2. Isim alam
3. Isim isyaroh
4. Isim maushul
5. Ber alif lam

Dan lafad ‫ بدعة‬bukan merupakan bagian dari Isim Ma’rifat.


Jadi kalimat bid’ah di sini ‫ ُك ُّل‬adalah Isim Nakiroh dan di sana berarti tidak ber-idhofah
(bersandar) kepada salah satu dari yang 5 di atas. Seandainya ‫ ُك ُّل‬ber-idhofah kepada salah satu
yang 5 di atas, maka ia akan menjadi ma’rifat. Tapi pada ‘
‫’ ُك ُّل ِبدْ َع ٍة‬, ia ber-idhofah kepada nakiroh. Sehingga dhalalah-nya adalah bersifat ‘am (umum).
Sedangkan setiap hal yang bersifat umum pastilah menerima pengecualian.

Contoh Contoh lafal umum yang dikhususkan dengan al-hiss, seperti firman Allah:

َ‫اكنُ ُه ْم َكذَلِكَ نَجْ ِزي ْالقَ ْو َم ْال ُمجْ ِر ِمين‬


ِ ‫س‬ ْ َ ‫ش ْيءٍ بِأ َ ْم ِر َربِِّ َها َفأ‬
َ ‫صبَ ُحوا ال ي َُرى إِال َم‬ َ ‫تُدَ ِ ِّم ُر ُك َّل‬
"Angin yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, Maka jadilah mereka
tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami
memberi Balasan kepada kaum yang berdosa." (QS Al-Ahqoof : 25).
Tentunya indra kita mengetahui bahwasanya kenyataannya tidak semuanya yang dihancurkan
oleh angin tersebut, langit dan bumi tidak dihancurkan oleh angin tersebut buktinya sampe skrng
masih ada too hehe. Lafad ‫ ُك َّل‬berarti tidak harus bermakna semua tapi ada juga sebagian.

Begitu juga dalam lafad


ِ َّ‫ضالَ لَ ٍة فِى الن‬
‫ار‬ َ ‫ضالَ لَ ٍة َو ُك ُّل‬
َ ‫ُك ُّل بِدْ َع ٍة‬

Tidak semua bidah itu sesat


Hal ini juga di tegaskan Ulama yang sholeh, bersanad ilmu tersambung kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam seperti Imam Nawawi ra yang bermazhab Syafi’i mengatakan

ْ ْ ٌ ‫ص ٍٍ ْو‬
ُ ‫ضالَلَةٌ َهذَا َعا ٌّم َم ْخ‬
َ ‫ قَ ْولُهُ َو ُك ُّل بِدْ َع ٍة‬.
ِ‫ص َوال ُم َراد ُ غَالِبُ البِدَع‬
“Sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam, “Kullu Bid’ah dlalalah” ini adalah ‘Amm Makhshush,
kata-kata umum yang dibatasi jangkauannya. Jadi yang dimaksud adalah sebagian besar bid’ah
itu sesat, bukan seluruhnya.” (Syarh Shahih Muslim, 6/154).

Kesimpulanya sudah sangat jelas Bahwa tidah semua bidah itu sesat sperti kebanyakan
perkata'an " wahabi yang mengartikan sebuah hadis dengan membabi buta. Sehingga merekapun
mengeluarkan fatwa Tahlilan maulidan dll pokoknya segala sesuatu Amalan yang tidak ada di
zaman Rosulullah adalah Bidah. Padahal Bidah sendiri bukanlah sebuah hukum.

BIDAH DITINJAU DARI USHUL FIQH

Hukum islam sendiri sudah jelas kalo hukum Islam ada 5


Majib
Sunah
Mubah
Makruh
Haram

Ga ada satu Imam Madhab menjadikan Bidah sebuah hukum


Bidah adalah sesuatu yang harus di hukumi
Ada lagi Kebiasaan wong " wahabi menggunakan hadis ini untuk menuduh amalan kita dengan
kata Bidah

‫من أحدﺙ في أمرنا هذا ما ليﺲ منه فهو رد‬


“ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada
perintahnya, maka ia tertolak “
_____________________
Mari kita udari hadis tersebut dengan berbagai alat heehe

‫رد من أحدﺙ في أمرنا هذا ما ليﺲ منه فهو‬


Benarkah hadits ini bermakna :
“ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada
perintahnya, maka ia tertolak “
Mari kita bahas sedikit Hadis ‫در وهف هنم ﺲيل ام اذه انرمأ يف ﺙدحأ نم‬
Kita coba dulu meninjau dari sisi ilmu lughoh :

- I’rab nahwunya :
‫ من‬: adalaha isim syart wa jazm mabniyyun ‘alas sukun fi
mahalli rof’in mubtada’ wa khobaruhu aljumlatus
syartiyyah ba’dahu.
nimzaj illaham iif hahtaf lala‘ nuyyinbam ihdam li’iF : ‫احدﺙ‬
fi’lu syarth wal fa’il mustatir jawazan taqdiruhu huwa.

raj ufraH : ‫في‬

‫ا‬aan aw ,harsakla ihirraj utamal aw iif ib nururjam: ‫مرنا‬


dhomirun muttashil mabnyyyun ‘alas sukun fii mahlli
jarring mudhoofun ilaihi

nirraj illaham if nukus sala nuyyinbam haraysi misi : ‫هذا‬


sifatun liamrin

hib lu’fam nibhsan ilhham iif yinbam misi : ‫ما‬

‫ ل‬nazawaj ritatsum rimohd ahumsi aw ,rabohk lubhsnay aw amsi lu’afray hsiqan ihdam li’iF : ‫يﺲ‬
taqdiruhu huwa

nuyyinbam lihsattum rimohd uh aw nirraj ufrah nim : ‫منه‬


alad dhommi wahuwa littab’iidh

la : ‫فهو‬-faa jawab syart. Huwa dhomir muttashil mabniyyun alal fathah fi mahalli rof’in mubtada

ihi’for utamala aw nu’uufram adatbum rabohk : ‫رد‬


dhommatun dzhoohirotun fi aakhirihi. Wa umlatul
mubtada wa khobaruhu fi mahalli jazmin jawabus syarth.
------------------------------------------»
Dari uraian sisi nahwunya maka bermakna :” Barangsiapa
yang melakukan perkara baru dalam urusan kami yaitu
urusan syare’at kami yang bukan termasuk darinya, tidak
sesuai dengan al-Quran dan hadits, maka perkara baru
itu ditolak “

Makna makna tsb sesuai dengan statement imam Syafi’i yang


sudah masyhur :

‫ وما‬،‫ما أحدﺙ وﺧالﻒ كﺘابا أو سنة أو إﺟماعا أو أثرا فهو البدعة الﻀالة‬
‫أحدﺙ من الخير ولم يخالﻒ شيئا من ذلك فهو البدعة المحمودة‬
“ Perkara baru yang menyalahi al-Quran, sunnah, ijma’
atau atsan maka itu adalah bid’ah dholalah / sesat. Dan
perkara baru yang baik yang tidak menyalahi dari itu
semua adalah bid’ah mahmudah / baik “
- Istidlal ayatnya (Pengambilan dalil dari Qurannya) :

‫وﺟﻌلنا في قلوﺏ الذين اتبﻌوﻩ رأفة ورحمة ورهبانية ابﺘدعوها ما كﺘبناها‬


‫عليهم إلا ابﺘﻐاﺀ رضواﻥ الله‬
“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati orang-orang yang
mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun dan kasih sayang,
dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal
Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi
(mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk
mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)
- Istidlal haditsnya (pengambilan dalil dari haditsnya) :

‫من سن في اﻹسالم سنة حسنة فله أﺟرها وأﺟر من عمل بها بﻌدﻩ من غير أﻥ‬
‫ ومن سن في اﻹسالم سنة سيئة كاﻥ عليه وﺯرها‬،‫ينقص من أﺟورهم شىﺀ‬
‫رهم شىﺀووﺯر من عمل بها من بﻌدﻩ من غير أﻥ ينقص من أوﺯا‬

“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam


sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari
perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang
melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa
berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang
siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka
baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari
orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya
tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR.
Muslim)
-----------------------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai