Anda di halaman 1dari 48

10 December 2021

Basic Safety
Departemen QSHE
Daftar Isi
1. Apa itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)?
2. Dasar Hukum (UU dan PP)
3. Kebijakan & Manual “Mutu, K3LL dan Pengamanan” PT MRT Jakarta
4. Identifikasi Bahaya dan Penilian Risiko ! “Risk-based approach”
5. Bahaya/Hazard, Risiko/Risk, Accident/Kecelakaan, Nearmiss/Nyaris Celaka
6. Pelaporan Bahaya/Hazard Reporting
7. Stop Work Authority (SWA)
8. Investigasi Kecelakaan
9. BBS
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
& Lingkungan (K3L)
Kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan
kesehatan Tenaga Kerja dan
Lingkungan:
• Pencegahan kecelakaan kerja
(Keselamatan)
• Pencegahan penyakit akibat Konsep SPEAR
kerja (Kesehatan)
(Tombak/Lembing)
• Penerapan higienis/sanitasi di
tempat kerja (Higiene Industri) • Safety of Personnel
• Pengendalian dan • Safety of Environment
perlindungan lingkungan
(Lingkungan) • Safety of Asset
• Safety of Reputation (of the Company)
Dasar Hukum

Dasar Hukum Pelaksanaan Program Keselamatan dan


Kesehatan Kerja
• UU No. 1 /1970 tentang Keselamatan Kerja
• UU No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan
• UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian

• PP No. 50/2012 tentang Penerapan Sistim Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
• PermenPUPR No. 26/2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan
4
Dasar Hukum Keselamatan Kerja
Dasar Hukum Pelaksanaan Program
Keselamatan Kerja
• PP No. 61/2016 tentang Lalu Pasal 346
Lintas dan Angkutan Kereta Api
(mengganti PP No 72/2009)
• Permenhub No. 24/2015 tentang
Standar Keselamatan
Perkeretaapian
Pasal 331
• PP No. 6/2017 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian
(mengganti PP No. 56/2009)
• Permenhub No. 69/2018 tentang
Sistim Manajemen K3
Perkeretaapian
5
Pedoman Penyusunan
SMK-Perkeretaapian (SMKP) –
(Permenhub No. 69/2018)
•Tujuan SMKP :
• Meningkatkan Keselamatan Perkeretaapian yang
terencana, terstruktur, terukur dan terintegrasi;
• Mencegah terjadinya Insiden dan/atau Kecelakaan
Kereta Api; dan
• Menciptakan tempat dan lingkungan kerja SDM
Perkeretaapian yang selamat, aman, nyaman, dan
efisien.

•Komponen SMKP meliputi :


1. Kebijakan Keselamatan Perkeretaapian;
2. Perencanaan Keselamatan Perkeretaapian;
Pasal 6 : SANKSI (ayat 2) 3. Pelaksanaan Rencana Keselamatan Perkeretaapian;
Sanksi administratif : 4. Pemantauan dan evaluasi kinerja Keselamatan
a. peringatan tertulis (hingga 2x) Perkeretaapian; dan
b. pembekuan izin operasi 5. Peninjauan dan Peningkatan kinerja SMKP
c. pencabutan izin operasi 6
Audit SMKP Audit SMKP meliputi:
1.Kebijakan dan Komitmen Keselamatan;
2.Pembuatan dan pendokumentasian rencana Keselamatan
Pembinaan Penerapan
Perkeretaapian;
SMKP, meliputi kegiatan:
3.Pengendalian perancangan dan pengendalian kontrak;
a. Audit penerapan 4.Pengendalian atas kesalahan faktor manusia;
SMKP; 5.Pengendalian dokumen;
b. Bimbingan teknis 6.Pembangunan dan pengadaan barang dan jasa;
SMKP; dan/atau 7.Keselamatan dan keamanan operasional Kereta Api dan proses kerja
c. Pengawasan SDM Perkeretaapian;
terhadap penerapan 8.Standar pemantauan;
SMKP. 9.Keselamatan sistim rekayasa dan operasional;
10.Manajemen tanggap darurat;
11.Komunikasi dan koordinasi sistim keselamatan;
12.Pelaporan potensi bahaya dan kecelakaan;
13.Pengelolaan terhadap pengangkutan material;
14.Pengumpulan dan penggunaan data;
15.Budaya keselamatan;
16.Audit internal SMKP; dan
7
17.Pengembangan keterampilan dan kemampuan SDM Perkeretaapian.
Budaya Keselamatan menurut SMKP
(Permenhub No. 69/2018, Pasal 15)
15.1 Penerapan Budaya Keselamatan
• 15.1.1 Penyelenggara Perkeretaapian (= PT MRT Jakarta) melakukan
• penilaian budaya keselamatan dari SDM Perkeretaapian,
• mengidentifikasi inisiatif yang diperlukan, dan
• mengukur bagaimana budaya keselamatan dapat berubah setelah
implementasi inisiatif .
• 15.1.2 Penyelenggara Perkeretaapian memiliki ketentuan yang jelas
tentang tindakan SDM Perkeretaapian yang dapat dan tidak bisa diterima
(= Selamat vs Tidak Selamat).
• 15.1.3 ketentuan pada butir 15.1.2 dicapai melalui proses konsultasi dan
persetujuan antara manajemen Penyelenggara Perkeretaapian dan
Perwakilan SDM Perkeretaapian ( = Perusahaan & Mitra Perusahaan/SP).
8
Dasar Hukum Lingkungan
• UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
• UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah
• UU No. 17/2019 tentang Sumber Daya Air
• PP No. 74/2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun
• PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
• PP No. 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
• PP No. 13/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah
• PP No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan
• PP No. 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah B3
• KepMenNegLH No. 112/2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
• PerMenNegLH No. 02/2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3
• PerMenNegLH No. 3/2008 tetang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun.
• PerMenNegLH No. 18/2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3
• PerMenNegLH No. 03/2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri
• PerMenNegLH No. 14/2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3
• PerMenNegLH No. 05/2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
• PerMenNegLH No. P.12/2020 tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
• PerMenNegLH No. P.4/2020 tentang Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
• InGub DKI Jakarta No 107/2019 tentang Pengurangan dan Pemilahan Sampah di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta
• PerGub DKI Jakarta No. 142/2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pada Pusat
Perbelanjaan, Toko Swalayan dan Pasar Rakyat 9
Dasar Hukum Kesehatan Kerja
Dasar Hukum Pelaksanaan Program Kesehatan Kerja
• UU No. 1 /1970 tentang Keselamatan Kerja
• UU No. 36/2009 tentang Kesehatan
• PP No. 88/2019 tentang Kesehatan Kerja
• PerMenNegLH No.03/2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol Dan Label B3
• PerMenPerin No. 23/2013 tentang Perubahan atas PerMenPerin No. 87/2009 tentang Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label
Pada Bahan Kimia
• Kepres RI No 22/1993 tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja
• PMP No 7/1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
• Permenakertrans No 2/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
• Permenakertrans No 1/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
• Permenakertrans No 3/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
• Permenakertrans No 11/2005 tentang Pencegahan dan Penanggulanagan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tempat
Kerja
• Permenakertrans No 25/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
• Permenakertrans No 15/2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja
• Kepmenakertrans No 333/1989 tentang Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
• Kepmenakertrans No. Kep. 68/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja

10
Kebijakan Sistim Manajemen Terintegrasi (SMT)
Point untuk dipahami :
❑ Mengedepankan Good Corporate Governance dan kepuasan pelanggan
(customer satisfaction),
❑ Menuju service and operational excellence,
❑ Patuh pada persyaratan hukum dan peraturan perundangan Indonesia
serta standar internasional,
❑ Continual improvement menuju :
✓ Zero Accident : mencegah terjadi kecelakaan, kebakaran, ledakan atau
insiden lain sesuai penilaian nihil kecelakaan kemenaker
(Permen1/2007).
✓ Zero Discharge : mencegah pencemaran lingkungan dan penghematan
SDA sesuai dengan ketentuan UU Lingkungan (32/2009) beserta
perubahannya dan peraturan turunannya
✓ Zero Defect : cacat dalam pelayanan (Pergub 95/2019) dan penyediaan
sarana prasarana (Employer's Requirement)
✓ Zero Delay : keterlambatan dalam pelayanan (Pergub 95/2019)

Update terakhir :
Tanggal pengesahan : 9 Agustus 2021

Pengesahan oleh jajaran BOD terbaru


PerDir tentang SOP
Manajemen
Terintegrasi (SMT)
Mutu, K3L, KP,
& Pengamanan Update terakhir :
(PER/006/BOD-PD-MRT/XI/ 5 November 2020
2020)
Pengesahan
oleh DirUt

12
Manual Sistim
Manajemen
Terintegrasi (SMT)
Mutu, K3L &
Pengamanan

Update terakhir :
6 November 2019

Pengesahan
oleh DirUt

13
Identifikasi Bahaya & Penilaian Risiko
BAHAYA (Hazard) dan RISIKO (Risk) menurut ISO
Hazard (Bahaya) di ISO 45001 (Klausal 3.19)
• Sumber (energi) atau situasi yang berpotensi untuk menyebabkan cidera dan sakit (termasuk sakit akibat
kerja).
• Sifat/ciri/karakteristik dari suatu proses yang memiliki kemampuan untuk membahayakan individu.
• Contoh :
• Posisi bekerja dalam kantor yang membutuhkan gerakan berulang, dapat menyebabkan cidera.
• Penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses produksi

Risk (Risiko) di ISO 45001 (Klausal 3.21)


• Kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah; atau sakit akibat
kerja atau terpaparnya seseorang/alat pada suatu bahaya.
• Contoh :
• Jika Anda memiliki dua pekerjaan kantor yang membutuhkan gerakan berulang, tapi satu yang dilakukan setiap hari
dan yang kedua dilakukan sebulan sekali, risikonya akan lebih tinggi pada pekerjaan pertama.
• Jika Anda memiliki dua proses yang memerlukan penambahan bahan kimia dalam proses produksi, dengan proses
pertama membutuhkan bahan kimia yang sangat berbahaya dan yang lainnya tidak, maka proses pertama akan
memiliki risiko lebih tinggi. 15
BAHAYA (Hazard) dan RISIKO (Risk)
• “Bahaya” adalah sifat dari proses yang dapat merugikan individu.
• “Risiko” adalah :
• Ukuran kemungkinan kerugian yang akan timbul karena adanya “Bahaya”
• Kemungkinan bahwa “kejadian tersebut” bisa terjadi, bersama dengan seberapa
parah akibat yang mungkin akan diterima, akibat adanya “Bahaya”
• Jadi, merupakan kombinasi dari :
• Likelihood (“Tingkat Keseringan”) kejadian yang bisa mengakibatkan cidera parah/PAK/
terpaparnya seseorang/alat karena suatu “bahaya”
• Severity of Consequence (“Tingkat Keparahan”) akibat yang akan diterima karena terpapar
“bahaya” tersebut.

Cidera atau sakit akibat kerja, bisa merupakan :


• Risiko jangka pendek dan langsung ! tergores, patah tangan/kaki, mata kelilipan, dsb.nya
• Risiko jangka panjang ! tuli, MSD, sakit berat (jantung, paru-paru, dsb.nya) karena terpapar 16
“bahaya” dalam waktu yang lama
Jenis Bahaya (Hazard)
2. Bahaya Biologis
1. Bahaya Kimia Bahaya biologis atau biohazards mengacu
Bahaya kimia adalah bahaya yang pada zat biologis yang mengancam
disebabkan karena paparan bahan kesehatan manusia dan organisme hidup
kimia di tempat kerja. Korban dapat lainnya. Jenis bahaya ini dapat termasuk
menderita efek kesehatan negatif, bisa sampel racun dari sumber biologis, virus,
akut atau jangka panjang. atau mikroorganisme. Secara khusus,
sampel yang membahayakan kesehatan
• Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap
Berbahaya. manusia.
• Beracun. • Jamur.
• Reaktif. • Virus.
• Radioaktif. • Bakteri.
• Mudah Meledak. • Tanaman.
• Mudah Terbakar/Menyala. • Binatang.
• Iritan.
• Korosif.
17
Jenis Bahaya (Hazard)
3. Bahaya Fisik
Bahaya fisik dapat menjadi faktor atau keadaan yang dapat menyebabkan
bahaya tanpa atau dengan adanya kontak. Bahaya fisik menyebabkan cidera
dan penyakit. Bahaya fisik tidak dapat dihindari, namun, seiring waktu,
prosedur dan metode keselamatan sudah dikembangkan untuk meminimalkan
risiko bahaya fisik di tempat kerja.
• Tekanan.
• Kebisingan.
• Suhu.
• Listrik.
• Gerakan.
• Mekanis.
• Radiasi.
• Gravitasi

18
Jenis Bahaya (Hazard)
5. Bahaya Biomekanik/Ergonomis
4. Bahaya Psikososial Bahaya biomekanik adalah bahaya
Bahaya psikososial adalah bahaya yang pekerjaan yang disebabkan oleh cara/
mempengaruhi kesehatan psikologis karyawan. posisi kita ketika melakukan pekerjaan.
Bahaya ini mempengaruhi kemampuan mereka Bahaya ini sering juga dikenal sebagai
untuk berbaur dalam lingkungan kerja dengan rekan bahaya ergonomis
kerja lainnya. Bahaya psikososial terkait dengan
• Gerakan Berulang.
bagaimana pekerjaan itu dirancang, diorganisir dan
• Postur/Posisi Kerja.
dikelola. Bahaya ini juga terkait dengan konteks
• Manual Handling.
sosial dan ekonomi pekerjaan.
• Desain tempat kerja/alat/mesin.
• Stress.
• Kekerasan.
• Pelecehan.
• Pengucilan.
• Intimidasi.
• Emosi Negatif.

19
Hazard Identification & Risk Assessment (HIRA)
1. ISO 45001 (Klausal 6.1.2)
• Identifikasi bahaya – Hazard Identification (Klausul 6.1.2.1) mensyaratkan bahwa perusahaan harus memiliki
proses yang secara proaktif mengidentifikasi bahaya yang timbul dari semua proses bisnis, meliputi :
➢ Kepemimpinan, budaya perusahaan, pengaturan pekerjaan (jam kerja, struktur organisasi, dsb.)
➢ Kegiatan rutin dan non-rutin
➢ Kecelakaan kerja yang pernah terjadi
➢ Situasi darurat yang pernah terjadi
➢ Orang-orang yang terlibat (termasuk warga sekitar dan pegawai kontrak)
➢ Disain tempat kerja (mesin, peralatan, prosedur)
➢ Perubahan organisasi, sistim, prosedur, proses
➢ Perubahan pengetahuan tentang bahaya
➢ Isu-isu lain: faktor sosial diluar yang bisa mempengaruhi perusahaan

• Penilaian Risiko – Risk Assessment (Klausul 6.1.2.2) mensyaratkan bahwa adanya penanganan/mitigasi risiko dari
semua bahaya yang sudah diidentifikasi dari semua proses bisnis yang ada.

• Hal baru didalam ISO 45001 adalah Klausul 6.1.2.3, yaitu identifikasi Peluang/Opportunity atas setiap bahaya dan risiko
yang sudah diidentifikasi dan dinilai, guna meningkatkan atau memperbaiki kinerja SMK3 secara berkelanjutan
(continual improvement)
20
Hazard Identification & Risk Assessment (HIRA)
2. Permenhub No. 69/2018 - SMK Perkereta-apian
Pengendalian risiko kecelakaan kereta api dan kecelakaan kerja SDM Perkeretaapian dilakukan melalui:
a. identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan:
1) kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya; dan
2) jenis kecelakaan kereta api dan/atau kecelakaan kerja SDM dan yang mungkin dapat terjadi.
b. penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah diidentifikasi sehingga
digunakan untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan kereta api
dan/atau kecelakaan kerja SDM Perkeretaapian.
c. tindakan pengendalian dilakukan melalui:
1) pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi hierarki pengendalian risiko;
2) pendidikan dan pelatihan;
3) insentif, penghargaan dan motivasi diri;
4) evaluasi melalui audit internal, penyelidikan insiden; dan
5) penegakan hukum. 21
Hazard Identification & Risk Assessment (HIRA)
Contoh klausal didalam LAMPIRAN Permenhub No. 69/2018 - SMK Perkereta-apian
Syarat Petugas yang Berkompeten dan Berwenang untuk pekerjaan HIRA

Pasal 2 : Penyusunan dan Pendokumentasian Rencana Keselamatan Perkeretaapian


• 2.1 Rencana Strategi Keselamatan Perkeretaapian
• 2.1.1 terdapat prosedur terdokumentasi untuk identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko keselamatan
perkeretaapian dan keselamatan kerja SDM Perkeretaapian.
• 2.1.2 identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko keselamatan perkeretaapian sebagai rencana strategi
keselamatan perkeretaapian dilakukan oleh petugas yang berkompeten.

Pasal 11 : Standar Pemantauan


• 11.1 Pemeriksaan Potensi Bahaya
• 11.1.1 pemeriksaan terhadap potensi bahaya terjadinya kecelakaan kereta api dan kecelakaan kerja SDM Perkeretaapian
dilaksanakan secara teratur.
• 11.1.2 pemeriksaan terhadap potensi bahaya terjadinya kecelakaan kereta api dan kecelakaan kerja SDM Perkeretaapian
dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten dan berwenang yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi bahaya.

22
3. Prosedur HIRA SMKP MRT
No. SOP-RMQA/QA-007 (5 Nov 2020)
Sesuai Prosedur HIRA MRT, hasil penilaian risiko dikategorikan menjadi 4 level :
MATRIKS RISIKO (4x4) a. Extreme Risk
➢Kegiatan/aktivitas dihentikan.
➢Mengambil langkah perbaikan/pencegahan dengan segera.
➢Kegiatan/aktivitas hanya boleh dilanjutkan apabila tindakan kontrol telah ada
(dibuat) dan dilakukan.
➢Tindakan pengendalian harus ditentukan oleh pihak yang berkompeten.
➢Tindakan pengendalian harus ditinjau dan disetujui oleh level manajemen.
➢Kegiatan/aktivitas dapat dilanjutkan jika mendapat persetujuan dari Direktur yang
membidangi.
b. High
➢Mengambil langkah perbaikan/pencegahan sebelum aktivitas dilanjutkan.
➢Tindakan pengendalian harus ditinjau dan disetujui oleh Kepala Divisi yang
membidangi.
➢Pekerjaan dapat dilanjutkan dengan pengawasan oleh Kepala Departemen dan/atau
Kepala Seksi setiap saat.
➢Tindakan pengendalian ditinjau dan dievaluasi dalam waktu 7 hari.
Catatan: Semua risiko yang teridentifikasi ➢Mengambil tindakan perbaikan dengan mempertimbangkan batasan jangka waktu
harus dikelola dan dikurangi hingga ke yang sesuai.
tingkat risiko-sisa yang dapat diterima c. Moderate
➢Melakukan pemantauan tindakan pengendalian secara terus menerus.
(moderate & low)
➢Melakukan tindakan pengendalian tambahan jika diperlukan.
➢Melakukan evaluasi tindakan pengendalian secara berkala. 23
d. Low
Formulir HIRADC MRT – contoh QSHE

24
Formulir IADL MRT – contoh QSHE

25
Hazard Identification Tool (HIT)
Lingkaran Identifikasi Bahaya (LIB)

Bahaya : Rokok, Pisau, Senjata Api, BKB (Air


Aki, Air Raksa, dll.) ! jika tidak dipegang
oleh manusia, barang-barang itu tidak bisa
menimbulkan risiko kepada manusia,
walaupun secara intrinsik punya “Bahaya”
26
Risiko : ?
Hazard Reporting (Pelaporan Bahaya)
Bahaya/Hazard
(Observation & Reporting)
• Pelaporan Bahaya / Hazard Reporting merupakan bagian penting dari
usaha pencegahan kecelakaan, yaitu sebagai leading indicator (salah satu
langkah pro-aktif sebelum terjadi kecelakaan)
• Identifikasi/observasi berguna dalam:
• identifikasi bahaya di tempat bekerja
• menilai risiko di tempat bekerja
• menentukan strategi pengendalian di tempat bekerja, misalnya:
• pemasangan barikade,
• pemasangan tanda bahaya,
• perlindungan peralatan/perlengkapan kritikal,
• proteksi/cover/guard peralatan kerja,
• isolasi sumber energi,
• dll.
• menemukan kesempatan perbaikan
• mengawasi keselamatan pekerja: pengawasan perilaku pekerja
(unsafe act/at-risk behavior)
• mengawasi keselamatan pekerjaan: cuaca, kondisi tempat bekerja
dan area sekitar (unsafe condition)
• membuat safety observation/hazard reporting (pelaporan bahaya)
28
Bagaimana cara melakukan
Identifikasi dan Observasi
• MUNDUR 5 langkah untuk mengamati lokasi kerja & sekitar:
• standard & prosedur yang sudah ada
• tahapan pekerjaan yang akan dilakukan (alat kerja, bidang kerja, area sekitar)
• bahaya & risiko pada setiap tahapan pekerjaan
• kesesuaian pengendalian yang direncanakan
• diskusikan kepada semua anggota tim (bahaya & risiko baru teridentifikasi, pengendalian tambahan
yang dibutuhkan, stop work jika dibutuhkan)

• Lakukan observasi SEBELUM, SELAMA dan SETELAH pekerjaan

• Amati setiap perubahan yang terjadi pada setiap tahapan pekerjaan (lingkungan sekitar, cuaca, tempat bekerja
& pekerja)

• Stop Work/Hentikan Pekerjaan jika unsafe act atau unsafe condition teridentifikasi
• Lakukan review/evaluasi terhadap pengendalian yang sudah dilakukan (masukan dari seluruh anggota tim
untuk kesempatan perbaikan)

• Jika perlu, lakukan semua langkah berulang jika pekerjaan dilanjutkan ke shift selanjutnya atau di hari
berikutnya

29
Bagaimana Cara Melaporkan
Menulis Hasil Observasi & Laporan
Bahaya:
• Identifikasi apa saja fokus yang
diamati (lokasi spesifik, jumlah,
posisi, dll)
SELAMAT SELAMAT • Tetapkan waktu pengamatan harus
dilakukan (sebelum, selama, sesudah)
• Jelaskan secara rinci fokus perhatian
dan buat catatan (unsafe act &
condition)
• Lampirkan dokumen pendukung
sebagai bukti (foto atau gambar)
• Lampirkan peralatan yang digunakan
untuk keperluan pengambilan data
pengukuran dan hasil pengukuran,
jika tersedia
30
STOP WORK AUTHORITY (SWA)
Kebijakan Stop Work Authority
STOP WORKING AUTHORITY POLICY
Bila ada kondisi berbahaya (unsafe condition) dan

perilaku berbahaya (unsafe action), maka :

- Berhak menolak melakukan pekerjaan

- Berhak menghentikan pekerjaan

Updating :
Tanggal pengesahan : 9 Agustus 2021

Pengesahan oleh jajaran BOD terbaru

32
Definisi
Unsafe Act - Unsafe Condition -
Nearmiss - Accident
Unsafe Act/At-risk Behavior
! Tindakan Pekerja yang tidak selamat atau perilaku ber-risiko

Unsafe/Substandard Condition :
! Kondisi tempat/lingkungan kerja yang tidak selamat/di bawah standar

Nearmiss/Nyaris Celaka :
• Kejadian yang sudah terjadi kepada Pekerja (misalnya jatuh, terpeleset,
atau tersengat listrik), tetapi TIDAK menyebabkan kerugian (=Loss), baik
berupa cidera kepada Pekerja, atau kerusakan/kehilangan benda/barang/
alat sama sekali.
• Kecelakaan yang TIDAK menyebabkan cidera atau sakit dan/atau kerusakan
(kerugian) untuk aset, lingkungan atau reputasi perusahaan

Accident/Kecelakaan :
• Kejadian yang sudah terjadi kepada Pekerja (misalnya jatuh, terpeleset,
atau tersengat listrik), DAN menyebabkan luka, lebam, bengkak, keseleo
kepada Pekerja, bahkan sampai kematian, atau menyebabkan kerusakan/
kehilangan benda/barang/alat.
33
Contoh-contoh :
Unsafe Act/At-risk Behavior vs Unsafe Condition

Unsafe Conditions (Physical Factors)


Unsafe act / At-risk Behavior (Human Factors) ➢ Inadequate or missing guards to moving machine parts
➢ Working without authority ➢ Missing platform guardrails
➢ Failure to warn others of danger ➢ Defective tools and equipment
➢ Leaving equipment in a dangerous condition ➢ Inadequate fire warning systems
➢ Fire hazards
➢ Using equipment at the wrong speed Ineffective housekeeping

➢ Disconnecting safety devices such as guards ➢ Hazardous atmospheric conditions
➢ Using defective equipment ➢ Excessive noise
➢ Using equipment, the wrong way or the wrong tasks ➢ Not enough light to see to do the work
➢ Failure to use or wear personal protective equipment
➢ Bad loading of vehicles
➢ Failure to lift loads correctly
➢ Being in an unauthorized place
➢ Unauthorized servicing and maintaining of moving equipment
➢ Horseplay
➢ Smoking in areas where this is not allowed
➢ Drinking alcohol or taking drugs
34
Siapa yang berhak melakukan “Stop Work”?

Setiap orang yang melihat unsafe condition &


unsafe action/at-risk behavior BERHAK
melakukan STOP WORK

35
Proses Melakukan Stop Work

Asses the Eradicate the


Stop Work File a report Resume Work
situation hazard
• Menghentikan • Buat area kerja • Buat laporan • Kondisi • Para pekerja
pekerjaan saat se-selamat tertulis (isi bahaya, atau akan diberikan
melihat mungkin, formulir perilaku yang informasi
kondisi pindahkan Pelaporan tidak selamat perbaikan apa
bahaya, atau Pekerja jika Bahaya) diperbaiki yang telah
perilaku tidak perlu, sesuai dengan diambil, dan
selamat di kemudian rencana yang pekerjaan bisa
tempat kerja laporkan ke diuraikan dilanjutkan
QHSE MRT dalam JSA kembali.

S.A.F.E.R (Stop work - Asses the situation - File a report - Eradicate the hazard
– Resume Work)
36
Investigasi Kecelakaan
Macam-macam Teori Investigasi Kecelakaan
Swiss Cheese
(Reasons, 1970-1977)

Petersen, 1971

Bird & Loftus, 1974 Wang Theory 38


ILCI = International Loss Control Institute (1985)
diambil dari Bird & German

39
Teori Domino Heinrich untuk Penyelidikan Kecelakaan

Heinrich, 1959

40
K3-berdasar Perilaku (BBS)
Perkembangan Konsep K3 hingga BBS
“Policeman” • K3 sebagai NILAI/
approach/ kebutuhan
Reactive • K3 sebagai
Engineering tanggung jawab
Design/Control bersama
• Proses saling
OSH-MS Behavioral mengingatkan &
Safety (BBS) kesadaran
bersama !
nyaman dan
selamat dalam
bekerja bersama
sebagi tim

42
Safety Culture Evolution

43
“Layers of Protection” & BBS
Manual SMT, SOP, IK

Unsafe Conditions

Unsafe Act
BBS

Pro
cess
o n Pe
rfor
min
g Job
s
44
”K3-berbasis Perilaku” (BBS)
Definisi :
• Satu pendekatan yang bersifat proaktif dalam meningkatkan
kinerja K3, dan merupakan leading indicator
• Memberikan peringatan dini terhadap potensi bahaya ditempat !
kerja SELAMAT
• Mengukur perilaku selamat dan tidak selamat !
• Sudah banyak dipakai di Perusahaan internasional dan nasional SELAMAT
sejak 10 tahun lalu, termasuk DUPONT

Tujuan : !
SELAMAT
• Meningkatkan Tindakan Selamat, dan Mengurangi Tindakan
Ber-risiko Contoh Observasi BBS ……
Syarat melakukan Observasi Perilaku :
• Menggunakan pendekatan “A-B-C”
(Antecedent/Pemicu - Behavior/Perilaku - Consequence/
Konsekuensi)
• Harus terjadi dialog antara Pelapor dengan Yang Dilaporkan
• Tanpa nama ; Tidak boleh sembunyi-sembunyi ; Tidak boleh
menyalahkan
45
Status Penerapan “BBS” di 2021 (Des 2021)
Resources :
6. Pembuatan SOP/ 1. 37 BBS Champion
Manual BBS
(ST DirOM - 15 Feb 2021)
3. Workshop ~25 April 9. Sosialisasi & GO LIVE :
Edukasi Tim OM 2. 60 BBS Observer
“Critical Behavioral 5. Finalisasi CBI/DPK Oktober 2021 3. 3 Koord. Inspektor (Inconis)
Inventory” (CBI) 1 Jun – 31 Jul
~25 April
18 & 25 Feb
Target Observasi 2x/bulan
{
{
{
Jan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
{ 22

{
1. Paparan 7. Update
ke DirOM 4. Review & Penyelesaian ke DirOM
CBI/DPK 12. Evaluasi & Perbaikan
4 Feb 8 Jun 10. Uji Coba
15 Feb – 2 Apr Sistim & Program, jika
8. Pembuatan Modul Modul BBS Online diperlukan
2. Paparan ke Kadiv/ BBS Digital (delayed) Jan 2022
Kadep
8 Feb
2021 46
Ciri-ciri Budaya Keselamatan
(Health & Safety Authority, Australia, 2013)

K3 sebagai NILAI dan


Pekerja bertanggung- Pekerja bersedia untuk
kebutuhan, bukan hanya
jawab atas K3 diri sendiri berperan melebihi Tupoksi
karena patuh kepada
dan rekan kerjanya mereka
aturan atau atasan

Membangun Budaya Program K3 (termasuk BBS),


Keselamatan merupakan menyasar semua lini, dari pekerja
journey, memerlukan tenaga garis depan hingga level top
dan waktu yang panjang management/leader

47
PT MRT JAKARTA
Wisma Nusantara Lt. 21, Jl. MH. Thamrin 59, Jakarta 10350 - Indonesia
P (62) 21 – 3103629 |(62) 21 – 3906454 | F (62) 21 – 3155846

Terima Kasih
Informasi yang terdapat dalam presentasi ini dimaksudkan semata-mata untuk penggunaan pribadi atau entitas kepada siapa ditujukan dan lain-lainnya yang berwenang untuk menerimanya. Presentasi ini mungkin
berisi informasi rahasia atau informasi pribadi. Jika Anda bukan penerima yang dituju, dengan ini ditegaskan bahwa setiap pengungkapan, penyalinan, pendistribusian atau pengambilan tindakan apapun berdasarkan isi
presentasi ini sangat dilarang dan memiliki kemungkinan pelanggaran hukum. Jika Anda menerima presentasi ini karena kekeliruan, harap segera hubungi kami dengan membalas email ini atau hubungi kami di alamat
yang disebutkan di atas.

The information contained in this presentation is intended solely for the use of the individual or entity to whom it is addressed and others authorized to receive it. It may contain confidential or legally privileged
information. If you are not the intended recipient, you are hereby notified that any disclosure, copying, distribution or taking any action in reliance on the contents of this presentation is strictly prohibited and may be
unlawful. If you have received this presentation in error, please notify us immediately by responding to this email or contact us at the address mentioned above.

Anda mungkin juga menyukai