Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan praktikum sanitasi industri dan K3 ini.

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan laporan praktikum ini berkat


bantuan dan tuntunan Allah Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan laporan praktikum ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan praktikum ini
masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usul guna penyempurnaan laporan praktikum ini.

Dan semoga dengan selesainya laporan praktikum sanitasi industri dan K3


ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman. Aamiin.

(Kelompok 5)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I

PENCAHAYAAN............................................................................................. 1

BAB II

SUHU IKLIM KERJA..................................................................................... 7


KUALITAS DEBU............................................................................................ 11

BAB III

KEBISINGAN................................................................................................... 15

BAB IV

ERGONOMI...................................................................................................... 19

BAB V

GETARAN......................................................................................................... 28

BAB VI

RESPON PENDENGARAN (AUDIOMETRI).............................................. 32

BAB VII

KELELAHAN KERJA..................................................................................... 36

LAMPIRAN....................................................................................................... 39
BAB I

PENCAHAYAAN

A. Pendahuluan

Menurut SNI Nomor 7062:2019, Intensitas penerangan di tempat kerja


dimaksudkan untuk memberikan penerangan kepada benda – benda yang
merupakan objek kerja, peralatan atau mesin dan proses produksi serta lingkungan
kerja.

Intensitas pencahayaan yang tidak memadai berpotensi menimbulkan


ketidaknyamanan, gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja. Untuk itu
diperlukan intensitas penerangan yang optimal. Selain menerangi objek kerja,
penerangan diharapkan cukup memadai menerangi keadaan sekelilingnya.

B. Tujuan

Untuk mengukur pencahayaan yang sesuai dalam ruangan kaprodi di


Poltekkes Kemenkes Jakarta II, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat
sesuai dengan kebutuhannya. Serta, bisa melakukan pencegahan apabila hasil ukur
melewati Nilai Ambang Batas (NAB).

C. Cara Kerja
a) Alat
 Lux Meter
Mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi
listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
b) Bahan
 Cahaya yang berada di ruangan Kaprodi Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II.
c) Penentuan Titik Pengukuran
 Penerangan Setempat
Objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan dan pengukuran
dapat dilaukan di atas meja.
 Penerangan Umum
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap
jarak tertentu setinggi 1 meter. Jarak tertentu tersebut dibedakan
berdasarkan luas ruangan.
 Luas ruangan kurang dari 10 m2, titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 1 meter.
 Luas ruangan antara 10 sampai 100 m2, titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan pada jarak 3 meter.
 Luas ruangan lebih dari 100 m2, titik potong garis horizontal
Panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
d) Cara Kerja
1) Buatlah denah ruangan yang di ambil datanya.
2) Hidupkan Luxmeter.
3) Letakan alat ke titik pengukuran yang telah ditentukan, baik penerangan
setempat atau umum.
4) Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa
saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
5) Catat hasil pengukuran pada lembar hasil.
6) Matikan Luxmeter setelah pengukuran.
7) Bandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) Permenkes No. 70
Tahun 2016 Tentang Standard dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Industri. Dan, Permenkes No. 48 Tahun 2016 Tentang Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
D. Hasil Pengukuran
a) Penerangan Setempat

Nama Tempat : Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Alamat : Hang Jebat

Jenis : Pendidikan

Jumlah Tenaga Kerja : 8 Pekerja

2
Ruangan Kerja : Ruang Prodi

Jenis Lampu : Philips

Tanggal Pengukuran : Kamis, 24 Maret 2022

Denah Penerangan Setempat di Ruang Kaprodi

9 meter x 6 meter

M6 M5 M4 M3
M2

M7

M1
M8

Hasil pencatatan pengukuran 3 kali yang sudah dirata-rata sebagai berikut:

Hasil (Lux)
Ruangan Rata-Rata
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3
1 64 92 92 84,3
2 107 77 48 77,3
3 122 131 129 127,3
4 138 140 170 149,3
5 174 159 172 168,3
6 189 171 188 182,67
7 160 149 166 159
8 162 180 157 165,67
Rata-Rata Keseluruhan 139,23

3
b) Penerangan Umum

Denah

9 x 6 m.

Setiap titik diukur sebanyak 3 kali dan dirata-rata, dengan hasil sebagai berikut:

111 110 122,3

360 212,6 608

4
165,3 186 121

145,6 217,3 224,6

221,6 210,3 130,3

90,3 164 141,6

Pengukuran penerangan umum dilakukan di 18 titik di ruang Kaprodi, diperoleh


rata-rata sebagai berikut:

P1+ P 2+ P 3+ P 4+ P 5 …+ P 18
x=
18

111+ 110+122,3+360+212,6+608+165,3+ 186+121+145,6+217,3+224,6+221,6 +210,3+130,3


x=
18

x=184,45 Lux

E. Pembahasan

Pada praktikum sanitasi industri dan K3 dilaksanakan di ruang Kaprodi


Poltekkes Kemenkes Jakarta II dengan pengukuran secara umum dan setempat
menggunakan Luxmeter. Pada pengukuran secara umum, didapatkan rata-rata
pengukuran dengan hasil sebesar 184,45 Lux. Dan, pada pengukuran secara
setempat didapatkan rata-rata pengukuran dengan hasil sebesar 139,23 Lux.
Menurut Permenkes No.48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perkantoran bahwa standar pencahayaan yang baik di tempat
kerja minimal 300 Lux.

5
Sedangkan, ruang Kaprodi adalah ruang kerja yang membutuhkan
pencahayaan yang optimal di setiap sudut ruangannya. Dampak dari pencahayaan
yang kurang optimal menyebabkan mata menjadi cepat lelah dan kurangnya
konsentrasi. Dengan praktikum ini kami melakukan langkah preventif dan solusi
bagaimana menanggulangi kurangnya pencahayaan di ruang Kaprodi, yaitu kami
menyarankan dibukanya ventilasi yang baik agar cahaya dapat masuk ke dalam
ruangan, menambahkan lampu belajar di setiap meja kerja agar mendapatkan
cahaya yang optimal, serta mengganti lampu yang sudah masa ganti menjadi baru
secara serentak.

F. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini yang kita dapatkan bahwa pencahayaan yang
cukup itu dapat memengaruhi kualitas kerja. Dengan kurangnya pencahayaan di
ruang Kaprodi ini kami menjadi tahu bagaimana mencari solusi yang tepat agar
pencahayaan di ruang Kaprodi menjadi optimal.

6
BAB II

SUHU IKILIM KERJA

A. Pendahuluan

Tekanan panas atau suhu iklim kerja adalah faktor di tempat kerja yang
ditimbulkan oleh perpaduan kondisi suhu udara, kelembaban, kecepatan Gerakan
udara dan radiasi. Pengujian yang dilakukan ditentukan dengan mengukur suhu
kering, suhu basah dan suhu bola dimana satuan dan rumus yang digunakan
dinyatakan sebagai Indeks Suhu basah dan Bola (ISBB).

Pada suhu iklim kerja ini mempunyai Nilai Abang Batas (NAB) yang tidak
boleh dilampaui selama 8 jam kerja per hari sebagaimana tercantum pada tabel
dibawah ini. NAB iklim lingkungan kerja dinyatakan dalam derajat Celsius Suhu
Basah dan Bola (oC ISBB).

Catatan:

1) ISBB atau dikenal juga dengan istilah WBGT (Wet Bulb Globe
Temperature) merupakan indikator iklim lingkungan kerja.
2) ISBB luar ruangan = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu
kering.
3) ISBB dalam ruangan = 0,7 suhu bola basah alami + 0,3 suhu bola.
B. Tujuan

Untuk mengukur tekanan panas atau iklim kerja di laboratorium kimia di


Poltekkes Kemenkes Jakarta II dan melakukan pengukuran di lingkungan kerja
dengan menggunakan parameter Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB), sesuai
dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang sudah ditentukan.
C. Cara Kerja
 Alat
1. Area Heat Strees Monitor
 Cara kerja
1. Ukur berat badan tenaga kerja.
2. Amati aktivitas tenaga kerja yang sedang dilakukan seusai jenis pekerjaan
dan posisi badan dalam 1 hari kerja.
3. Catat aktivitas tenaga kerja.
4. Letakan heat stress monitor didekat tenaga kerja yang sedang melakukan
aktivitas.
5. Tekan tombol ON pada alat heat stress monitor kemudian tunggu sampai
15 menit.
6. Setelah 15 menit, lalu amati dan catat hasil suhu kering, suhu basah, suhu
basah alami, suhu bola, kelembaban udara, indeks suhu bola basah (ISBB).
D. Hasil Pengukuran

FORMULIR HASIL PENGUKURAN TEKANAN PANAS

 Nama Perusahaan : Bengkel Kerja Poltekkes Kemenkes Jakarta


2
 Alamat Perusahaan : Jl. Hang Jebat III
 Petugas : Kelompok 5
 Tanggal Sampling : 31 Maret 2022

Lokasi
Hasil Pengukuran
No Pengukuran Waktu Beban
SK °C SB RH% ISBB ISB Glob SB HI
Kerja
°C I °C BO e °C A °C
°C °C
1. Bengkel 15 32,8 27,2 67 % 28,9 28,9 33,0 8,0 35 31,1
Kerja menit °C °C °C °C °C °C °C

8
Rumus Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas
radiasi, yaitu :

ISBB = 0,7 (Suhu Basah Alami) + 0,3 (Suhu Bola)

ISBB = 0,7 (27,2°C) + 0,3 (33,0 °C)


ISBB = 19,04°C + 9,9°C = 28,94°C

E. Pembahasan

Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) untuk di dalam atau luar ruangan tanpa
panas radiasi yaitu:

ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,3 Suhu bola

Pada praktikum didapatkan angka suhu basa alami 27,2°C dan suhu bola 33°C,
maka ISBB-nya adalah:

ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,3 Suhu bola

= 0,7 (27,2) + 0,3 (33)


= 19,04 + 9,9
= 28,94°C

Tenaga kerja yang diamati memiliki berat badan 50 kg dengan melakukan


kegiatan yang secara observasi dikategorikan sebagai pekerjaan sedang, dengan
laju metabolik 300 W, maka laju metabolik yang dikoreksi dihitung dengan:

Laju metabolik(koreksi) =
Berat badan pekerja(kg)
×laju metabolik (obsevasi)
70(kg)

50(kg)
= × 300W
70(kg)
= 214,29 W termasuk kategori pekerjaan ringan

9
Berdasarkan laju metabolik koreksi, tenaga kerja yang diamati melakukan
kegiatan pekerjaan dengan kategori ringan. Pekerjaan yang dilakukan selama 2
jam pada masa 8 jam kerja. Maka pengaturan waktu kerja setiap jam pekerja
tersebut adalah:

2
× 100 %=25 %
8

F. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja yang diamati
melakukan pekerjaan kategori ringan berdasarkan perhitungan laju metabolik
sesuai dengan PMK No. 70 tahun 2016 dengan nilai 214,29 W. Alokasi waktu
yang dilakukan pekerja yaitu 25%.

Dilihat pada tabel NAB, didapatkan untuk pekerjaan ringan dengan waktu
kerja 25% - 50% yaitu 32°C. Perhitungan ISBB yang didapatkan yaitu 28,94°C.
Maka dapat disimpulkan ISBB tidak melewati NAB dan lingkungan kerja
termasuk lingkungan yang kondusif untuk melakukan pekerjaan ringan dengan
waktu kerja selama 2 jam.

10
KUALITAS DEBU

A. Pendahuluan

Pencemaran udara adalah hadirnya satu atau lebih kontaminan di atmosfer


pada jumlah atau durasi tertentu sehingga dapat atau cenderung menimbulkan
pengaruh buruk terhadap manusia, hewan, tumbuhan atau meterial serta dapat
mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan hidup.

Debu adalah debu adalah zat kimia padat, yang disebabkan oleh kekuatan-
kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan,
pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun
anorganik. Menurut Departemen Kesehatan RI (2003) debu ialah partikel-partikel
kecil yang dihasilkan oleh proses mekanis. Jadi, pada dasarnya pengertian debu
adalah partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami maupun
mekanik. Nilai ambang batas (NAB) adalah standard faktor-faktor lingkungan
kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-
hari untukwaktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu
(Permenakertrans RI No 13 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Kimia di Tempat Kerja). Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada
praktik hygiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja
sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan.

Kadar debu yang melampaui ambang batas yang ditentukan dapat


mengurangi penglihatan, menyebabkan endapan tidak menyenangkan pada mata,
hidung, dan telinga dan dapat juga mengakibat kerusakan pada kulit. Nilai
ambang batas kadar debu di udara berdasarkan Permenakertrans RI Nomor 13
tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Bahan Fisika dan Kimia di Tempat
Kerja, bahwa kadar debu di udara tidak boleh melebihi 3,0 mg/m3.

Pengolahan data di dalam pengukuran kadar debu total menggunakan rumus


perhitungan sebagai berikut :

W −W ₁
Kadar debu total =
Ǫ xt
Keterangan :
W₂ = Berat kertas saring setelah pengukuran
W₁ = Berat kertas saring sebelum pengukuran
t = Lamanya waktu pengukuran yang digunakan
Ǫ = Tekanan daya hisap pompa yang digunakan
B. Tujuan
1) Dapat mengidentifikasi terkait sumber-sumber pencemaran debu di ruang
kerja.
2) Dapat mengetahui kadar debu di udara ruang kerja.
3) Dapat membandingkan kadar debu yang didapatkan dengan
standar/peraturan perundangan serta membuat rencana pengendalian debu
di ruang kerja.
C. Cara Kerja
1. Alat & Bahan
1) LVS (Low Volume Sampler) atau HVS (High Volume Sampler)
2) Timbangan analitik
3) Oven
4) Pinset
5) Desikator
6) Thermohygtometer
2. Cara Kerja
 Timbang Kertas saring dengan Analitic Balance (timbangan
elektrik)
 Keringkan filter dengan menggunakan oven temperature 100°C
selama 30 menit, kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15
menit.
 Timbang filter kering dengan menggunakan timbangan elektrik
dengan teliti (A)

12
 Masukkan filter kedalam filter holder, rangkaian dengan pompa
hisap
 Nyalakan pompa dan atur volume udara yang akan dihisap (Flow
Rate) selama 1 jam
 Matikan alat, lepas filter holder dan dengan hati-hati keluarkan
filter
 Keringkan kembali lakukan seperti sebelum ditimbang
 Timbang kembali filter (B) dan lakukan penghitungan
D. Hasil Pengukuran

FORMULIR PENGUKURAN KADAR DEBU TOTAL DI TEMPAT


KERJA

1. Nama Perusahaan : Bengkel Kerja Poltekkes Kemenkes Jakarta


2
2. Alamat Perusahaan : Jl. Hang Jebat III
3. Jenis Perusahaan : Institusi
4. Tanggal Pengukuran : 31 Maret 2022

Berdasarkan praktek yang dilakukan kelompok 5, berat kertas saring yang


digunakan :
a. Berat kertas sebelum pengukuran : 0,5600 gram
b. Berat kertas sesudah pengukuran : 0,5612 gram
c. Kecepatan : 1 m3/menit
d. Berat akhir kertas saring : 0,5612 – 0,5600 = 0,0012 gram
e. Waktu pengambilan sampel kurang lebih 30 menit. Tetapi menurut SNI
waktu pengambilan sampel adalah 8 jam.
Rumus Perhitungan :
0,5612−0,5600 0,0012 gram 1,2 mg
Kadar Debu Total= = = =0,12 mg/m3
1 m3/ s x 10 m3 10 m3 10 m 3
E. Pembahasan

13
Setelah dilakukan pengukuran dengan alat High Volume Sampler (HVS)
selama 15 menit didapatkan hasil 0,5612 gr. Pada saat awal pengukuran
didapatkan data berat filter adalah 0,5600 gr. Setelah kegiatan pengukuran berat
filter bertambah 0,0012 gr dengan kadar debu total 0,12 mg/m3.

Hasil yang didapat sesuai yang diharapkan karena debu sebelum


pengukuran lebih rendah dibanding setelah mengukur.

F. Kesimpulan

Hasil yang didapat selama mengukur selama 15 menit kertas filter


mengalami kenaikan sebesar 0,0012 gr yang berarti kadar debu di workshop
jurusan KL cukup banyak.

14
BAB III
KEBISINGAN
A. Pendahuluan

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor


PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan
faktor kimia di tempat kerja menyebutkan kebisingan adalah semua suara yang
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat
kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh pendengaran manusia,
kebisingan adalah suara yang mempunyai multi frekuensi dan multi amplitudo
dan biasanya terjadi pada frekuensi tinggi. Sifat kebisingan terdiri dari berbagai
macam antara lain konstan, fluktuasi, kontinu, intermiten, impulsif, random dan
impact noise.

Nilai Ambang Batas kebisingan merupakan nilai yang mengatur tentang


tekanan bising rata-rata atau level kebisingan berdasarkan durasi pajanan bising
yang mewakili kondisi dimana hampir semua pekerja terpajan bising berulang-
ulang tanpa menimbulkan gangguan pendengaran dan memahami pembicaraan
normal. NAB kebisingan yang diatur dalam peraturan ini tidak berlaku untuk
bising yang bersifat impulsive atau dentuman yang lamanya <3 detik. NAB
kebisingan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 85 dBA.

B. Tujuan
1. Untuk memahami konsep dasar intensitas kebisingan dan melakukan
pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter di lingkungan kerja
2. Untuk mengetahui Nilai Ambang Batas dari kebisingan di lingkungan
kerja
C. Cara Kerja
1. Tentukan lokasi dan titik pengukuran sesuai aturan dengan membuat
denah
2. Aktifkan alat ukur sound level meter yang akan digunakan untuk
mengukur
3. Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan continue atau
berkelanjutan atau selektor pada posisi slow untuk jenis kebisingan
impulsive atau yang terputus-putus
4. Lakukan pengamatan selama 1 menit
5. Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan
 Alat
1. Sound Level Meter
2. Alat tulis
 Bahan
1. Motor
D. Hasil Pengukuran

Formulir Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan

1. Nama Perusahaan : Bengkel Kerja Poltekkes Kemenkes Jakarta


2
2. Alamat : Jl Hang Jebat III
3. Jenis Perusahaan : Institusi
4. Alat yang digunakan : Sound Level Meter
5. Ruangan Kerja : Workshop
6. Petugas : Kelompok 5
7. Tanggal Pengukuran : Kamis, 24 Maret 2022

Detik ke-
Menit
ke-

5 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6
0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0
1
64,8
63,8

69,2
64,0

65,5

68,2

57,3

68,9
69,9

68,4

67,1

66,1

16
E. Pembahasan

Array data : 57,3 , 63,6 , 64,0 , 64,8 , 65,5 , 66,1 , 67,1 , 68,2 , 68,4 , 68,9 ,
69,2 , 69,9

Range : data max – data min

69,9 – 57,3 = 12,6

Kelas (K) = 1 + 3,3 log N

= 1 + 3,3 log 12

= 1 + 3,3 . 1,079

= 1 + 3,5607

= 4,5607

=4

12,6
Interval (1) =
4

= 3,15

NO Interval kelas Frekuensi (f) Nilai titik tengah (xi)


(x)
1 57,3 – 60,45 1 58,8
2 60,45 – 63,6 1 62,2
3 63,6 – 66,75 6 65,1
4 66,75 – 69,9 6 68,3

Ls = 10 log 1/n ⅀ Tn. 100,1.∈¿ ¿


= 10 log 1/12 (1.100,1.58,8 +1.100,1.62,2+ 6.100,1.65,1+ 6.100,1.68,3 )
= 10 log 1/12 (1.105,88 +1.106,22+ 6.106,51+ 6.106,83 )
= 10 log 1/12 (75857757,50 + 16595869,07 + 19415619,41 + 40564978,52)
= 10 log 1/12 (152434224,5)

17
= 10 log 1829210,694
= 62,62 dBA

F. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum terhadap tingkat kebisingan di workshop


Kesehatan lingkungan dan data yang telah didapatkan kemudian dianalisis
maka didapatkan hasil yaitu 62,62 dBA. Dimana hal tersebut sudah sesuai
dengan nilai ambang batas kebisingan di dalam ruangan yaitu berkisar antara
50-100 dBA.

18
BAB IV

ERGONOMI

A. Pendahuluan
Dalam perencanaan tempat kerja serta kebutuhan pelengkapnya seperti
meja, kursi, dan lain-lain diperlukan ukuran tubuh yang dapat menyamankan
posisi tubuh serta memungkinkan tubuh untuk bergerak leluasa tanpa
gangguan satu dan lain hal.
Adapun prinsip-prinsip ergonomi yang disajikan dalam sebuah standar
dalam hal ini kami mengambil referensi dari buku praktikum K3 Industri
Politeknik Kesehatan Jakarta II dan juga ISO 6385 yang berlaku untuk kondisi
yang diusulkan kerja yang optimal dengan maksud untuk kesejahteraan
manusia, kesehatan yang optimal dan keselamatan, dengan
mempertimbangkan efisiensi teknologi dan ekonomi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum ini yakni:
1) Agar lebih memahami dan mendalami ilmu ergonomi terutama
dibidang kerja.
2) Agar dapat memberikan saran terkait perubahan terhadap kebutuhan
pelengkap yang tidak sesuai ataupun memenuhi syarat ergonomi.
C. Cara Kerja
1. Alat & Bahan
1) Meteran tangan
2) Meteran kain
3) Busur
4) Lembar Pengamatan
2. Cara Kerja
1) Ukur dimensi-dimensi tubuh objek pengamatan dengan menggunakan
alat-alat yang sudah disiapkan (meteran tangan, meteran kain, dan
busur) dengan mengacu pada kebutuhan data pada lembar pengamatan.
2) Lengkapi data hingga akhir kemudian lakukan pengamatan untuk
mendapatkan hasil dari pengukuran tersebut.
D. Hasil Pengukuran
Nama : Refika Putri Anggraini
Umur : 20 Tahun
Tempat Pengukuran : Lab. Mikrobiologi
Tanggal Pengukuran : Kamis, 24 Maret 2022
Petugas : Kelompok 5

Data 1

Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
Tinggi badan tegak.
1 (Tinggi tubuh posisi tegak berdiri tbt 159
yaitu: dari lantai s/d ujung kepala
2 Tinggi mata berdiri. tmb 145
(Eye height, Tinggi mata dalam

20
posisi berdiri tegak)
3 Tinggi bahu berdiri tbhb 130
4 Tinggi siku berdiri tsb 100
5 Tinggi panggul berdiri, Hip height tpgp 93
Tinggi buku tangan berdiri
(Knuckle height, Tinggi buku tangan
6 tbtgb 67
yang terjulur lepas dalam posisi
berdiri tegak)
Tinggi kepalan tangan berdiri
(Fingertip height, Tinggi kepalan
7 tkpltgb 56
tangan yang terjulur lepas dalam
posisi berdiri tegak

Data 2

Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
Tinggi duduk tegak
(Tinggi tubuh dalam posisi duduk:
8 tdt 90
dari atas tempat duduk/pantat sampai
dengan kepala)

21
Tinggi mata duduk
9 tmd 78
(Tinggi mata dalam posisi duduk)
Tinggi bahu duduk
10 tbt 58
(Tinggi bahu dalam posisi duduk)
Tinggi siku duduk
11 Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tsd 29
tegak lurus)
12 Tebal paha tp 15
Tinggi lutut berdiri
15 (Tinggi lutut yang bisa diukur baik tlb 62
dalam posisi berdiri ataupun duduk)
Tinggi tubuh dalam posisi duduk
16 yang diukur dari lantai sampai 57
dengan paha
20 Tebal dada berdiri tdb 20

Data 3

Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
13 Pantat ke lutut pkl 56
(Panjang paha yang diukur dari

22
pantat sampai dengan ujung lutut)
Panjang paha yang diukur dari pantat
14 sampai dengan bagian belakang dari pkb 47
lutut/betis
Lebar dari dada dalam keadaan
20 ldbng 40
membusung
21 Tebal perut duduk tpd 22
26 Panjang Kepala Pk 23

Data 4

Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
17 Lebar lengan llgn 50
Lebar bahu
18 Lebar dari bahu (bisa diukur dalam lb 44
posisi berdiri ataupun duduk)
19 Lebar pinggul lp 45
27 Lebar kepala lk 24

23
Data 5

Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
22 Tinggi siku sampai dengan bahu 34
Siku ke siku
Panjang siku yang diukur dari siku
23 sks 43
sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus
Jangkauan tangan ke atas
Tinggi jangkauan tangan dalam
posisi duduk tegak, diukur dari pantat
35 122
sampai dengan telapak tangan yang
terjangkau lurus keatas (vertikal
tetapi dalam posisi duduk)

24
Data 6

Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
Jangkauan tangan ke depan
Panjang jangkauan tangan diukur
24 jtd 71
dari bahu sampai dengan ujung jari
tangan
Panjang jangkauan tangan, diukur
25 dari bahu sampai dengan ujung ibu 64
jari
Jangkauan tangan ke atas
Tinggi jangkauan tangan dalam
34 posisi berdiri tegak, diukur dari lantai jta 196
sampai dengan telapak tangan yang
terjangkau lurus keatas (vertikal)
Panjang jangkauan tangann diukur
36 dari tebal bahu sampai dengan ujung 90
ibu jari

25
Data 7

Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
- Tinggi tempat duduk - 62
- Panjang alas duduk - 28
- Lebar alas duduk - 28

E. Pembahasan
1) Tinggi tempat duduk 62 cm (tidak sesuai karena tinggi tempat
duduk melebihi panjang lekuk lutut sampai telapak kaki yakni 57
cm)
 Ukuran yang disarankan adalah 38-48 cm atau tinggi
tempat duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk
lutut sampai telapak kaki
2) Panjang alas duduk 28 cm (sesuai namun sangat kurang dari
ukuran yang disarankan, karena jarak lekuk lutut sampai garis
punggung 47cm)
 Harus lebih pendek dari jarak lekuk lutut sampai garis
punggung
 Ukuran yang disarankan adalah 36 cm
3) Lebar tempat duduk 28 cm (tidak sesuai karena lebar tempat duduk
tidak lebih lebar dari pinggul yakni 45 cm)
 Harus lebih besar dari lebar pinggul
 Ukuran yang disarankan 40-45 cm
4) Sandaran pinggang – cm (tidak terdapat sandaran pinggang pada
kursi)
 Bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah
ujung tulang belikat dan bagan bawahnya setinggi garis
pinggul
5) Sandaran tangan – cm (tidak terdapat sandaran tangan pada kursi)

26
 Jarak antara tepi dalam kedua sandaran lebih lebar dari
lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu
 Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku
 Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah
 Ukuran yang disarankan adalah:
a) Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan
adalah 46-48 cm
b) Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas
duduk
c) Panjang sandaran tangan adalah 21 cm
6) Sudut alas duduk 5 ̊ (sesuai)
 Sudut kemiringan yang disarankan adalah 3-5 derajat
7) Tinggi meja (tidak terdapat meja pada pemeriksaan ini)
 Tinggi meja dan bagian bawah alas meja harus melebihi
dari tinggi lutut depan
 Tinggi meja tidak melebihi tinggi dada dan tidak lebih
rendah dari tinggi siku pada saat posisi duduk
F. Kesimpulan
Dari data yang kami peroleh, maka dapat disimpulkan bahwa kursi pada
ruang mikrobiologi yang digunakan pada praktikum ini tidaklah sesuai dengan
standar yang ada, mulai dari tinggi tempat duduk yang melebihi panjang lekuk
lutut, lebar tempat duduk yang tidak lebih besar dari lebar pinggul, hingga
tidak terdapatnya sandaran pinggang dan sandaran lengan pada kursi tersebut.

27
BAB V

GETARAN

A. Pendahulan

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
bolak-balik dari kedudukan seimbang (PER 13/MEN/X/2011). Getaran dapat
ditimbulkan oleh mesin-mesin, gerinda, bor, ataupun peralatan berat lainnya. Ada
2 jenis penentuan titik pengukuran getaran yaitu getaran umum dan getaran
setempat.

Getaran umum merupakan getaran yang berpengaruh terhadap seluruh


tubuh, dihantarkan melalui bagian tubuh tenaga pekerja yang menopang seluruh
tubuh, misalnya : kaki pada saat berdiri, pantat pada saat duduk, punggung pada
saat bersandar, dan lengan pada saat bersandar. Getaran ini mempunyai frekuensi
5-20 Hz atau biasa disebut dengan (Whole Body Vibration). Getaran setempat
merupakan getaran yang dapat merambat ke manusia melalui tangan yang biasa
disebut (Hand Arm Vibration). Melalui tempat duduk ke tubuh tenaga pekerja
yang ada getaran dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan pada
pekerja ketika melakukan kerjanya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat paparan getaran yang diterima dalam suatu
waktu yang ditentukan.
2. Untuk mengetahui cara perhitungan dan hasil Nilai Ambang Batas dari
getaran yang sudah dilakukan pengukuran.
C. Cara Kerja
Vibration Meter
1. Mula-mula cek baterai dengan menekan tombol MEAS. Bila muncul
10 detik. Pilih skala MEAS ditekan dan tahan. Ujung alat ditempelkan
pada objek yang diukur dengan posisi tegak titik dobel pada display
berarti baterai harus diganti.
2. Tekan MEAS atau power on kurang lebih pengukuran yang sesuai.
Alat siap untuk pengukuran.
3. Selama pengukuran berlangsung, tombol lurus. Nilai getaran mekanik
ditunjukkan pada alat dapat dilepas dari objek. Baca dan catat angka
yang di dapat.
4. Tekan tombol MEAS kembali untuk pengukuran selanjutnya. Satu
MEAS dilepas, alat akan mati secara otomatis.
Sepeda Motor
1. Hidupkan mesin motor dengan menekan start
2. Gas motor secara ritmis
3. Tangan probandus menggenggam stang motor
4. Nyalakan Vibration Meter
5. Alat Vibration Meter ditempelkan pada pergelangan tangan atas
dengan posisi tegak lurus dengan bidang yang diukur
6. Untuk mengukur untuk mengukur acceleration velocity arahkan range
ke acceleration
7. Lakukan pengukuran, setiap satu titik 3 kali pengukuran. arahkan
range ke velocity.
8. Pada satu titik diukur acceleration dan velocity
9. Catat hasil pengukuran
D. Hasil Pengukuran

FORMULIR PENUKURAN GETARAN


1. Nama Perusahaan : Bengkel Kerja Poltekkes Kemenkes
Jakarta 2
2. Alamat Perusahaan : Jl. Hang Jebat III
3. Jenis Perusahaan : Institusi
4. Tanggal dan Jam Pengukuran : Kamis, 24 Maret 2022 (Pukul 09.19
WIB)

29
No Pengukuran Getaran 1 Pengukuran Getaran 1 Pengukuran Getaran 1
(Tangan) (Pantat) (Kaki)

1. 1,6 5,3 2,5

2. 1,4 6,6 2,7


3. 1,5 5,4 2,1
4. 1,4 4,5 2,8
5. 1,5 4,4 3,5
6. 1,4 5,9 3,1
7. 1,6 6,7 4,3
8. 1,2 5,5 4,0
9. 1,5 4,7 3,8
10. 2,9 6,6 4,3
11. 2,8 7,4 3,7
12. 3,0 8,2 4,2
X 1,81 5,93 3,41
Rata-rata 3,71

E. Pembahasan
Dari tabel hasil pengukuran getaran terhadap tubuh, kemudian dilakukan
perhitungan rata-rata dari 12 data yang didapat dalam waktu 1 menit pengambilan
data :
1. Pengukuran Getaran 1 (Tangan)
1,6+1,4+1,5+1,4+1,5+1,4+1,6+1,2+1,5+2,9+2,8+3,0 = 21,8/12 = 1,81
m/s2
2. Pengukuran Getaran 2 (Pantat)
5,3+6,6+5,4+4,5+4,4+5,9+6,7+5,5+4,7+6,6+7,4+8,2 = 71,2/12 = 5,93
m/s2
3. Pengukuran Getaran 3 (Kaki)
2,5+2,7+2,1+2,8+3,5+3,1+4,3+4,0+3,8+4,3+3,7+4,2 = 41/12 = 3,41
m/s2

30
4. Rata-Rata Pengukuran
1,81+5,93+ 3,41
=3,71m/s 2
3
F. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang didapatkan, paparan getaran mesin motor
terhadap tubuh yaitu sebesar 3,71 m/s2 dengan masing-masing pajanan getaran
yang dirasakan oleh tubuh, pada tangan sebesar 1,81 m/s2 termasuk ke dalam
kategori unsatisfactory dengan getaran antara 2,80 – 4,50. Pada pantat sebesar
5,93 m/s2 termasuk katagori unacceptable dengan kecepatan getaran antara 7,10 –
45,0. Dan pada kaki sebesar 3,41 m/s 2 termasuk ke dalam kategori unsatisfactory
dengan getaran antara 2,80 – 4,50. Dan dari hasil tersebut menurut ISO 2372
mesin motor termasuk ke dalam class 1 dengan daya 15 kw.

31
BAB VI

RESPON PENDENGARAN (AUDIOMETRI)

A. Pendahuluan

Audiometri monitoring adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat


kepekaan terhadap pendengaran. Manfaat pemeriksaan audiometri monitoring
sendiri yaitu: sebagai bagian dan program awal dari sebuah perusahaan sehingga
perusahaan mempunyai data awal tingkat ambang dengar tenaga kerja yang akan
di tempatkan di tempat bising sebagai dasar evaluasi untuk pemeriksaan berkala.
Jika hasil pemeriksaan tidak menunjukkan peningkatan paparan dan hasil tidak
ada perubahan maka program konservasi pendengaran tersebut efektif.

Pemeriksaan audiometri dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan


pendengaran seseorang. Alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan
pendengaran disebut audiometer, sedangkan hasil pengukuran kemampuan
pendengaran berbentuk grafik yang disebut audiogram. Suara yang dijadikan
dasar pengukuran bervariasi berdasarkan intensitas (bising) yang satuannya
decibel (dB) dan kecepatan getaran gelombang suara atau tone yang satuannya
frekuensi (Hz). Pengukuran Intensitas suara memiliki satuan dB, beberapa
contohnya yaitu, 20 dB merupakan intensitas suara pada saat berbisik, musik yang
keras (berisik) seperti konser musik memiliki intensitas suara sekitar 80-120 dB,
kemudian mesin jet memiliki intensitas suara sekitar 140-180 dB. Intensitas suara
yang melebihi 85 dB dapat menyebabkan penurunan kemampuan pendengaran
setelah beberapa jam pajanan dan suara yang lebih besar lagi dapat menyebabkan
rasa sakit yang langsung terasa.

Nilai Ambang Dengar Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER. 25/MEN/XII/2008, tingkat cacat
ditentukan denganmengukur nilai ambang dengar (Hearing Threshold Level =
HTL), yaituangka rata-rata penurunan ambang dengan dengan dB pada frekuensi
500,1000, 2000, 4000 Hz. Penurunan nilai ambang dengar dilakukan padakedua
telinga:
1. Telinga normal: Pada pemeriksaan audio metrik ambang dengar tidak
melebihi 25 dB dan di dalam pembicaraan biasa tidak ada kesukaran
mendengar suara perlahan.
2. Tuli ringan: Pada pemeriksaan audio-metrik ambang dengar 25 - 40dB dan
terdapat kesukaran mendengar.
3. Tuli sedang: Pada pemeriksaan audio-metrik terdapat ambang dengar antara
40 – 55 dB Sering kali terdapat kesukaran untuk mendengar pembicaraan
biasa.
4. Tuli sedang berat: Pada pemeriksaan audiometri terdapat ambang dengar
rata-rata antara 55 - 70 dB. Kesukaran mendengar suara pembicaraan
kalau tidak dengan suara keras.
5. Tuli berat: Ambang dengar rata-rata antara 70 - 90 dB. Hanya dapat
mendengar suara yang sangat keras.
6. Tuli sangat berat: Ambang dengar 90 dB atau lebih. Sama sekali tidak
mendengar pembicaraan
B. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana cara mengoprasikan alat untuk mengukur


intensitas pendengaran.

C. Cara Kerja
1) Persiapkan alat Audiometer dan Kursi.
2) Tempat yang digunakan harus kedap suara. Agar tidak mengganggupada
saat proses pemeriksaan dilaksanakan.b.Namun, pada saat proses
pemeriksaan pada klien dilakukan di ruangkelas biasa yang berakibat tidak
heningnya ruangan tersebut.
3) Persiapan Klien Menjelaskan kepada klien proses yang akan dilakukan
hingga benar-benar pahamb.Berkan sedikit terapi pernapasan agar klien
tidak tegang dan menjadirileksc.Apabila klien telah rileks dan siap,
lakukan proses tesnya.
4) Pelaksanaan Nyalakan Audiometri. Pasang headphone ke kepala klien
dengan tepat dan pasc.Merah sebelah kanan, dan biru sebelah

33
kirid.Pengetesan dilakukan pada telinga kana dan kiri dengan
memberikanrangsangan secara bergantian.
5) Dimulai pada frekuensi 500 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hzf.Disetiap Hz
diberi nada Hearing Level yang berbeda-beda, dimulai dari 70 dB, 65 dB,
60 dB, 55 dB, 50 dB, 45 dB, 40 dB, 35 dB, 30 dB,25 dB, 20 dB, 15 dB, 10
dB, 5 dB.
6) Pantau pada bagian monitor dari audimetri, jika responden/ klien
menunjukkan respon maka catat (ceklist) pada bagian lembar data hasil
pengukuran.
D. Hasil Kerja

Nama responden :

 Rizqy Alfi,20 tahun(L)

 Salsa Nabilla,20 tahun (P)

Rata-rata (X)

3. L

 Telinga kanan (R)

X = 40+20+10+10/4

= 20 dB

 Telinga kiri (L)

X = 40+20+5+5/4

= 17,5 dB

4. P

 Telinga kanan (R)

X = 40+30+10+5/4

= 21,25 dB

34
 Telinga kiri (L)

X = 40+30+10+10/4

= 22,5 dB

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil pemeriksaan Audimetri(Audiometri Monitor) ,diperoleh


hasil untuk (L) bahwa pasien mulai tidak mendengar di 500Hz (40 dB), 2000Hz
(20 dB), 4000Hz (10 dB), 8000 Hz (10 dB),dan untuk hasil telinga kiri pasien
tidak mendengar di 500 Hz(40 dB), 2000 Hz (30 dB), 4000 Hz (10 dB) 8000 Hz
(5 dB). Berikut hasil dari pemeriksaan untuk (P) 500 Hz (40 dB), 2000 Hz (30
dB) ,4000 Hz (10 dB), 8000 Hz (5 dB). Lalu ini yang telinga kiri 500 Hz (40 dB),
2000 Hz (30 dB),4000 Hz (10 dB), 8000 Hz (10 dB).

Setelah mendapat hasil pemeriksaan, hendaknya di rata-rata kan untuk


mengetahui hasil akhirnya yang nantinya akan dibandingkan dengan standar nilai
ambang dengar sesuai Peraturan Kementerian Tenaga Kerja (Permenaker). Hasil
yang diperoleh setelah di rata-rata untuk (L) pada telinga kanan yaitu 20 dB, dan
menunjukkan bahwa telinga kanan masih normal, dan hasil rata-rata perhitungan
untuk telinga kiri adalah 17,5 dB ini masih terbilang normal. Selanjutnya adalah
hasil rata-rata untuk (P), telinga kanan nya mempunyai jumlah rata-rata 21,25 dB
yang berarti normal,untuk telinga kiri 22,5 dB juga masih terbilang normal.

F. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran Audiometri didapati bahwa telinga kedua


pasien tersebut berada dalam keadaan normal, semua hasil menunjukkan nilai
dibawah (<) 25 dB. Oleh karena itu dengan upaya intevensi baik pada faktor fisik
yang ada di tempat kerja maupun pada tenaga kerja dapat mencegah terjadinya
ketulian.

35
BAB VII

KELELAHAN KERJA

A. Pendahuluan

Kelelahan kerja merupakan suatu peringatan bahwa tubuh sedang


mengalami penurunan baik secara fisik maupun psikis. Kelelahan kerja adalah
kondisi lelah yang dirasakan oleh seseorang yang juga ditandai dengan adanya
tingkat penurunan dalam kesiagaan. Kelelahan kerja yaitu segala hal keluhan yang
bukan hanya menyangkut kelelahan baik secara fisik dan psikis melainkan juga
adanya penurunan kerja fisik, motivasi yang menurun dalam bekerja, serta
terdapat perasaan lelah. Gejala kelelahan kerja yang dapat dirasakan oleh
seseorang adalah adanya rasa berat pada kepala, merasakan lelah pada tubuh,
adanya rasa berat pada kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk dan rasa berat
pada mata.

Untuk mengukur kelelahan kerja digunakan alat yaitu reaction timer.


Reaction timer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
reaksi yang diberikan oleh tenaga kerja terhadap rangsangan yang
diberikan. Bentuk rangsangan yang diberikan berupa rangsangan cahaya dan
rangsangan bunyi. Adapun nilai ambang batas kelelahan kerja menurut Balai
Hiperkes Tahun 2004, yaitu:

No. Status Waktu Reaksi (ms) B.


1. Normal 150,0 – 240,0 T
2. Kelelahan Kerja Ringan > 240,0 – 410,0
3. Kelelahan Kerja Sedang > 410,0 – 580,0
4. Kelelahan Kerja Berat > 580,0

ujuan

Mengetahui tingkat kelelahan kerja dengan waktu reaksi setelah menerima


suatu rangsangan dari suara atau cahaya, hasil pengukuran dapat digunakan
sebagai dasar referensi pengaturan sistem kerja yang lebih baik.
C. Cara Kerja
a. Alat
1) Reaction Timer
b. Cara Kerja
1) Orang yang diukur waktu reaksinya duduk dengan tenang
mendengarkan petunjuk pemeriksa dari tester yaitu menekan
tombol mouse subyek saat mendengar dan melihat yang di tester
oleh alat.
2) Saat responden mendengarkan ransangan suara atau melihat
cahaya diminta segera menekan tombol mouse keduanya.
3) Angka waktu reaksi akan tampil pada alat dalam satuan milidetik,
pengukuran waktu reaksi dengan dengan rangsangan suara dan
ransangan cahaya sesuai kebutuhan.
4) Waktu reaksi masing-masing dilakukan 20 kali berturut-turut
hingga diperoleh 20 angka reaksi, yaitu angka 1 sampai dengan
20.
5) Untuk mengurangi bias pengukuran 5 (lima) angka di depan,
angka 1 sampai 5 yaitu taraf penyesuaian alat dan 5 (lima) angka
di belakang yaitu angka 16 sampai 20 diabaikan, karna dianggap
taraf kejenuhan mulai muncul.
D. Hasil Pengukuran
Form Hasil Pemeriksaan
Nama Responden : Najla Nadilia
Jenis Kelamin/Umur: Perempuan/20 Tahun

Kecepatan Reaksi (ms atau mili detik)


No.
Suara Cahaya Keterangan
1. 230 287
2. 137 488
3. 150 212

37
4. 175 175
5. 250 200
6. 237 162
7. 137 165
8. 120 158
9. 200 155
10. 125 168
11. 137 138
12. 224 125
13. 187 135
14. 287 160
15. 162 165
16. 262 157
17. 125 137
18. 100 162
19. 162 137
20. 124 237
E. Pembahasan

Dari tabel hasil pemeriksaan kelelahan kerja kemudian dilakukan


perhitungan rata-rata dari data ke-6 sampai ke-15.

a. Suara
Rata-rata
237+137+120+200+125+ 137+224+187+ 287+162 1816
¿ = =181,6 ms
10 10
b. Cahaya
Rata-rata
162+165+ 158+ 155+168+138+125+135+160+165 1531
¿ = =153,1 ms
10 10
F. Kesimpulan

38
Dari hasil perhitungan, didapatkan respon suara yaitu 181,6 ms dan respon
cahaya yaitu 153,1 ms. Angka tersebut masih menunjukkan angka normal, dimana
angka normal berkisar dari 150,0 – 240,0 ms. Sedangkan untuk kelelahan kerja
ringan pada angka lebih dari 240,0 – 410,0, kelelahan kerja sedang pada angka
lebih dari 410,0 – 580,0, dan kelelahan kerja berat pada angka lebih dari 580,0.

39
LAMPIRAN
41

Anda mungkin juga menyukai