Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan praktikum sanitasi industri dan K3 ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan praktikum ini
masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usul guna penyempurnaan laporan praktikum ini.
(Kelompok 5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I
PENCAHAYAAN............................................................................................. 1
BAB II
BAB III
KEBISINGAN................................................................................................... 15
BAB IV
ERGONOMI...................................................................................................... 19
BAB V
GETARAN......................................................................................................... 28
BAB VI
BAB VII
KELELAHAN KERJA..................................................................................... 36
LAMPIRAN....................................................................................................... 39
BAB I
PENCAHAYAAN
A. Pendahuluan
B. Tujuan
C. Cara Kerja
a) Alat
Lux Meter
Mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi
listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
b) Bahan
Cahaya yang berada di ruangan Kaprodi Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II.
c) Penentuan Titik Pengukuran
Penerangan Setempat
Objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan dan pengukuran
dapat dilaukan di atas meja.
Penerangan Umum
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap
jarak tertentu setinggi 1 meter. Jarak tertentu tersebut dibedakan
berdasarkan luas ruangan.
Luas ruangan kurang dari 10 m2, titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 1 meter.
Luas ruangan antara 10 sampai 100 m2, titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan pada jarak 3 meter.
Luas ruangan lebih dari 100 m2, titik potong garis horizontal
Panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
d) Cara Kerja
1) Buatlah denah ruangan yang di ambil datanya.
2) Hidupkan Luxmeter.
3) Letakan alat ke titik pengukuran yang telah ditentukan, baik penerangan
setempat atau umum.
4) Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa
saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
5) Catat hasil pengukuran pada lembar hasil.
6) Matikan Luxmeter setelah pengukuran.
7) Bandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) Permenkes No. 70
Tahun 2016 Tentang Standard dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Industri. Dan, Permenkes No. 48 Tahun 2016 Tentang Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
D. Hasil Pengukuran
a) Penerangan Setempat
Jenis : Pendidikan
2
Ruangan Kerja : Ruang Prodi
9 meter x 6 meter
M6 M5 M4 M3
M2
M7
M1
M8
Hasil (Lux)
Ruangan Rata-Rata
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3
1 64 92 92 84,3
2 107 77 48 77,3
3 122 131 129 127,3
4 138 140 170 149,3
5 174 159 172 168,3
6 189 171 188 182,67
7 160 149 166 159
8 162 180 157 165,67
Rata-Rata Keseluruhan 139,23
3
b) Penerangan Umum
Denah
9 x 6 m.
Setiap titik diukur sebanyak 3 kali dan dirata-rata, dengan hasil sebagai berikut:
4
165,3 186 121
P1+ P 2+ P 3+ P 4+ P 5 …+ P 18
x=
18
x=184,45 Lux
E. Pembahasan
5
Sedangkan, ruang Kaprodi adalah ruang kerja yang membutuhkan
pencahayaan yang optimal di setiap sudut ruangannya. Dampak dari pencahayaan
yang kurang optimal menyebabkan mata menjadi cepat lelah dan kurangnya
konsentrasi. Dengan praktikum ini kami melakukan langkah preventif dan solusi
bagaimana menanggulangi kurangnya pencahayaan di ruang Kaprodi, yaitu kami
menyarankan dibukanya ventilasi yang baik agar cahaya dapat masuk ke dalam
ruangan, menambahkan lampu belajar di setiap meja kerja agar mendapatkan
cahaya yang optimal, serta mengganti lampu yang sudah masa ganti menjadi baru
secara serentak.
F. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yang kita dapatkan bahwa pencahayaan yang
cukup itu dapat memengaruhi kualitas kerja. Dengan kurangnya pencahayaan di
ruang Kaprodi ini kami menjadi tahu bagaimana mencari solusi yang tepat agar
pencahayaan di ruang Kaprodi menjadi optimal.
6
BAB II
A. Pendahuluan
Tekanan panas atau suhu iklim kerja adalah faktor di tempat kerja yang
ditimbulkan oleh perpaduan kondisi suhu udara, kelembaban, kecepatan Gerakan
udara dan radiasi. Pengujian yang dilakukan ditentukan dengan mengukur suhu
kering, suhu basah dan suhu bola dimana satuan dan rumus yang digunakan
dinyatakan sebagai Indeks Suhu basah dan Bola (ISBB).
Pada suhu iklim kerja ini mempunyai Nilai Abang Batas (NAB) yang tidak
boleh dilampaui selama 8 jam kerja per hari sebagaimana tercantum pada tabel
dibawah ini. NAB iklim lingkungan kerja dinyatakan dalam derajat Celsius Suhu
Basah dan Bola (oC ISBB).
Catatan:
1) ISBB atau dikenal juga dengan istilah WBGT (Wet Bulb Globe
Temperature) merupakan indikator iklim lingkungan kerja.
2) ISBB luar ruangan = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu
kering.
3) ISBB dalam ruangan = 0,7 suhu bola basah alami + 0,3 suhu bola.
B. Tujuan
Lokasi
Hasil Pengukuran
No Pengukuran Waktu Beban
SK °C SB RH% ISBB ISB Glob SB HI
Kerja
°C I °C BO e °C A °C
°C °C
1. Bengkel 15 32,8 27,2 67 % 28,9 28,9 33,0 8,0 35 31,1
Kerja menit °C °C °C °C °C °C °C
8
Rumus Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas
radiasi, yaitu :
E. Pembahasan
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) untuk di dalam atau luar ruangan tanpa
panas radiasi yaitu:
Pada praktikum didapatkan angka suhu basa alami 27,2°C dan suhu bola 33°C,
maka ISBB-nya adalah:
Laju metabolik(koreksi) =
Berat badan pekerja(kg)
×laju metabolik (obsevasi)
70(kg)
50(kg)
= × 300W
70(kg)
= 214,29 W termasuk kategori pekerjaan ringan
9
Berdasarkan laju metabolik koreksi, tenaga kerja yang diamati melakukan
kegiatan pekerjaan dengan kategori ringan. Pekerjaan yang dilakukan selama 2
jam pada masa 8 jam kerja. Maka pengaturan waktu kerja setiap jam pekerja
tersebut adalah:
2
× 100 %=25 %
8
F. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja yang diamati
melakukan pekerjaan kategori ringan berdasarkan perhitungan laju metabolik
sesuai dengan PMK No. 70 tahun 2016 dengan nilai 214,29 W. Alokasi waktu
yang dilakukan pekerja yaitu 25%.
Dilihat pada tabel NAB, didapatkan untuk pekerjaan ringan dengan waktu
kerja 25% - 50% yaitu 32°C. Perhitungan ISBB yang didapatkan yaitu 28,94°C.
Maka dapat disimpulkan ISBB tidak melewati NAB dan lingkungan kerja
termasuk lingkungan yang kondusif untuk melakukan pekerjaan ringan dengan
waktu kerja selama 2 jam.
10
KUALITAS DEBU
A. Pendahuluan
Debu adalah debu adalah zat kimia padat, yang disebabkan oleh kekuatan-
kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan,
pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun
anorganik. Menurut Departemen Kesehatan RI (2003) debu ialah partikel-partikel
kecil yang dihasilkan oleh proses mekanis. Jadi, pada dasarnya pengertian debu
adalah partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami maupun
mekanik. Nilai ambang batas (NAB) adalah standard faktor-faktor lingkungan
kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-
hari untukwaktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu
(Permenakertrans RI No 13 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Kimia di Tempat Kerja). Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada
praktik hygiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja
sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan.
12
Masukkan filter kedalam filter holder, rangkaian dengan pompa
hisap
Nyalakan pompa dan atur volume udara yang akan dihisap (Flow
Rate) selama 1 jam
Matikan alat, lepas filter holder dan dengan hati-hati keluarkan
filter
Keringkan kembali lakukan seperti sebelum ditimbang
Timbang kembali filter (B) dan lakukan penghitungan
D. Hasil Pengukuran
13
Setelah dilakukan pengukuran dengan alat High Volume Sampler (HVS)
selama 15 menit didapatkan hasil 0,5612 gr. Pada saat awal pengukuran
didapatkan data berat filter adalah 0,5600 gr. Setelah kegiatan pengukuran berat
filter bertambah 0,0012 gr dengan kadar debu total 0,12 mg/m3.
F. Kesimpulan
14
BAB III
KEBISINGAN
A. Pendahuluan
B. Tujuan
1. Untuk memahami konsep dasar intensitas kebisingan dan melakukan
pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter di lingkungan kerja
2. Untuk mengetahui Nilai Ambang Batas dari kebisingan di lingkungan
kerja
C. Cara Kerja
1. Tentukan lokasi dan titik pengukuran sesuai aturan dengan membuat
denah
2. Aktifkan alat ukur sound level meter yang akan digunakan untuk
mengukur
3. Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan continue atau
berkelanjutan atau selektor pada posisi slow untuk jenis kebisingan
impulsive atau yang terputus-putus
4. Lakukan pengamatan selama 1 menit
5. Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan
Alat
1. Sound Level Meter
2. Alat tulis
Bahan
1. Motor
D. Hasil Pengukuran
Detik ke-
Menit
ke-
5 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6
0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0
1
64,8
63,8
69,2
64,0
65,5
68,2
57,3
68,9
69,9
68,4
67,1
66,1
16
E. Pembahasan
Array data : 57,3 , 63,6 , 64,0 , 64,8 , 65,5 , 66,1 , 67,1 , 68,2 , 68,4 , 68,9 ,
69,2 , 69,9
= 1 + 3,3 log 12
= 1 + 3,3 . 1,079
= 1 + 3,5607
= 4,5607
=4
12,6
Interval (1) =
4
= 3,15
17
= 10 log 1829210,694
= 62,62 dBA
F. Kesimpulan
18
BAB IV
ERGONOMI
A. Pendahuluan
Dalam perencanaan tempat kerja serta kebutuhan pelengkapnya seperti
meja, kursi, dan lain-lain diperlukan ukuran tubuh yang dapat menyamankan
posisi tubuh serta memungkinkan tubuh untuk bergerak leluasa tanpa
gangguan satu dan lain hal.
Adapun prinsip-prinsip ergonomi yang disajikan dalam sebuah standar
dalam hal ini kami mengambil referensi dari buku praktikum K3 Industri
Politeknik Kesehatan Jakarta II dan juga ISO 6385 yang berlaku untuk kondisi
yang diusulkan kerja yang optimal dengan maksud untuk kesejahteraan
manusia, kesehatan yang optimal dan keselamatan, dengan
mempertimbangkan efisiensi teknologi dan ekonomi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum ini yakni:
1) Agar lebih memahami dan mendalami ilmu ergonomi terutama
dibidang kerja.
2) Agar dapat memberikan saran terkait perubahan terhadap kebutuhan
pelengkap yang tidak sesuai ataupun memenuhi syarat ergonomi.
C. Cara Kerja
1. Alat & Bahan
1) Meteran tangan
2) Meteran kain
3) Busur
4) Lembar Pengamatan
2. Cara Kerja
1) Ukur dimensi-dimensi tubuh objek pengamatan dengan menggunakan
alat-alat yang sudah disiapkan (meteran tangan, meteran kain, dan
busur) dengan mengacu pada kebutuhan data pada lembar pengamatan.
2) Lengkapi data hingga akhir kemudian lakukan pengamatan untuk
mendapatkan hasil dari pengukuran tersebut.
D. Hasil Pengukuran
Nama : Refika Putri Anggraini
Umur : 20 Tahun
Tempat Pengukuran : Lab. Mikrobiologi
Tanggal Pengukuran : Kamis, 24 Maret 2022
Petugas : Kelompok 5
Data 1
Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
Tinggi badan tegak.
1 (Tinggi tubuh posisi tegak berdiri tbt 159
yaitu: dari lantai s/d ujung kepala
2 Tinggi mata berdiri. tmb 145
(Eye height, Tinggi mata dalam
20
posisi berdiri tegak)
3 Tinggi bahu berdiri tbhb 130
4 Tinggi siku berdiri tsb 100
5 Tinggi panggul berdiri, Hip height tpgp 93
Tinggi buku tangan berdiri
(Knuckle height, Tinggi buku tangan
6 tbtgb 67
yang terjulur lepas dalam posisi
berdiri tegak)
Tinggi kepalan tangan berdiri
(Fingertip height, Tinggi kepalan
7 tkpltgb 56
tangan yang terjulur lepas dalam
posisi berdiri tegak
Data 2
Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
Tinggi duduk tegak
(Tinggi tubuh dalam posisi duduk:
8 tdt 90
dari atas tempat duduk/pantat sampai
dengan kepala)
21
Tinggi mata duduk
9 tmd 78
(Tinggi mata dalam posisi duduk)
Tinggi bahu duduk
10 tbt 58
(Tinggi bahu dalam posisi duduk)
Tinggi siku duduk
11 Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tsd 29
tegak lurus)
12 Tebal paha tp 15
Tinggi lutut berdiri
15 (Tinggi lutut yang bisa diukur baik tlb 62
dalam posisi berdiri ataupun duduk)
Tinggi tubuh dalam posisi duduk
16 yang diukur dari lantai sampai 57
dengan paha
20 Tebal dada berdiri tdb 20
Data 3
Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
13 Pantat ke lutut pkl 56
(Panjang paha yang diukur dari
22
pantat sampai dengan ujung lutut)
Panjang paha yang diukur dari pantat
14 sampai dengan bagian belakang dari pkb 47
lutut/betis
Lebar dari dada dalam keadaan
20 ldbng 40
membusung
21 Tebal perut duduk tpd 22
26 Panjang Kepala Pk 23
Data 4
Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
17 Lebar lengan llgn 50
Lebar bahu
18 Lebar dari bahu (bisa diukur dalam lb 44
posisi berdiri ataupun duduk)
19 Lebar pinggul lp 45
27 Lebar kepala lk 24
23
Data 5
Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
22 Tinggi siku sampai dengan bahu 34
Siku ke siku
Panjang siku yang diukur dari siku
23 sks 43
sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus
Jangkauan tangan ke atas
Tinggi jangkauan tangan dalam
posisi duduk tegak, diukur dari pantat
35 122
sampai dengan telapak tangan yang
terjangkau lurus keatas (vertikal
tetapi dalam posisi duduk)
24
Data 6
Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
Jangkauan tangan ke depan
Panjang jangkauan tangan diukur
24 jtd 71
dari bahu sampai dengan ujung jari
tangan
Panjang jangkauan tangan, diukur
25 dari bahu sampai dengan ujung ibu 64
jari
Jangkauan tangan ke atas
Tinggi jangkauan tangan dalam
34 posisi berdiri tegak, diukur dari lantai jta 196
sampai dengan telapak tangan yang
terjangkau lurus keatas (vertikal)
Panjang jangkauan tangann diukur
36 dari tebal bahu sampai dengan ujung 90
ibu jari
25
Data 7
Hasil Pengukuran
No Data Yang Diukur Simbol
(cm)
- Tinggi tempat duduk - 62
- Panjang alas duduk - 28
- Lebar alas duduk - 28
E. Pembahasan
1) Tinggi tempat duduk 62 cm (tidak sesuai karena tinggi tempat
duduk melebihi panjang lekuk lutut sampai telapak kaki yakni 57
cm)
Ukuran yang disarankan adalah 38-48 cm atau tinggi
tempat duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk
lutut sampai telapak kaki
2) Panjang alas duduk 28 cm (sesuai namun sangat kurang dari
ukuran yang disarankan, karena jarak lekuk lutut sampai garis
punggung 47cm)
Harus lebih pendek dari jarak lekuk lutut sampai garis
punggung
Ukuran yang disarankan adalah 36 cm
3) Lebar tempat duduk 28 cm (tidak sesuai karena lebar tempat duduk
tidak lebih lebar dari pinggul yakni 45 cm)
Harus lebih besar dari lebar pinggul
Ukuran yang disarankan 40-45 cm
4) Sandaran pinggang – cm (tidak terdapat sandaran pinggang pada
kursi)
Bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah
ujung tulang belikat dan bagan bawahnya setinggi garis
pinggul
5) Sandaran tangan – cm (tidak terdapat sandaran tangan pada kursi)
26
Jarak antara tepi dalam kedua sandaran lebih lebar dari
lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu
Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku
Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah
Ukuran yang disarankan adalah:
a) Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan
adalah 46-48 cm
b) Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas
duduk
c) Panjang sandaran tangan adalah 21 cm
6) Sudut alas duduk 5 ̊ (sesuai)
Sudut kemiringan yang disarankan adalah 3-5 derajat
7) Tinggi meja (tidak terdapat meja pada pemeriksaan ini)
Tinggi meja dan bagian bawah alas meja harus melebihi
dari tinggi lutut depan
Tinggi meja tidak melebihi tinggi dada dan tidak lebih
rendah dari tinggi siku pada saat posisi duduk
F. Kesimpulan
Dari data yang kami peroleh, maka dapat disimpulkan bahwa kursi pada
ruang mikrobiologi yang digunakan pada praktikum ini tidaklah sesuai dengan
standar yang ada, mulai dari tinggi tempat duduk yang melebihi panjang lekuk
lutut, lebar tempat duduk yang tidak lebih besar dari lebar pinggul, hingga
tidak terdapatnya sandaran pinggang dan sandaran lengan pada kursi tersebut.
27
BAB V
GETARAN
A. Pendahulan
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
bolak-balik dari kedudukan seimbang (PER 13/MEN/X/2011). Getaran dapat
ditimbulkan oleh mesin-mesin, gerinda, bor, ataupun peralatan berat lainnya. Ada
2 jenis penentuan titik pengukuran getaran yaitu getaran umum dan getaran
setempat.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat paparan getaran yang diterima dalam suatu
waktu yang ditentukan.
2. Untuk mengetahui cara perhitungan dan hasil Nilai Ambang Batas dari
getaran yang sudah dilakukan pengukuran.
C. Cara Kerja
Vibration Meter
1. Mula-mula cek baterai dengan menekan tombol MEAS. Bila muncul
10 detik. Pilih skala MEAS ditekan dan tahan. Ujung alat ditempelkan
pada objek yang diukur dengan posisi tegak titik dobel pada display
berarti baterai harus diganti.
2. Tekan MEAS atau power on kurang lebih pengukuran yang sesuai.
Alat siap untuk pengukuran.
3. Selama pengukuran berlangsung, tombol lurus. Nilai getaran mekanik
ditunjukkan pada alat dapat dilepas dari objek. Baca dan catat angka
yang di dapat.
4. Tekan tombol MEAS kembali untuk pengukuran selanjutnya. Satu
MEAS dilepas, alat akan mati secara otomatis.
Sepeda Motor
1. Hidupkan mesin motor dengan menekan start
2. Gas motor secara ritmis
3. Tangan probandus menggenggam stang motor
4. Nyalakan Vibration Meter
5. Alat Vibration Meter ditempelkan pada pergelangan tangan atas
dengan posisi tegak lurus dengan bidang yang diukur
6. Untuk mengukur untuk mengukur acceleration velocity arahkan range
ke acceleration
7. Lakukan pengukuran, setiap satu titik 3 kali pengukuran. arahkan
range ke velocity.
8. Pada satu titik diukur acceleration dan velocity
9. Catat hasil pengukuran
D. Hasil Pengukuran
29
No Pengukuran Getaran 1 Pengukuran Getaran 1 Pengukuran Getaran 1
(Tangan) (Pantat) (Kaki)
E. Pembahasan
Dari tabel hasil pengukuran getaran terhadap tubuh, kemudian dilakukan
perhitungan rata-rata dari 12 data yang didapat dalam waktu 1 menit pengambilan
data :
1. Pengukuran Getaran 1 (Tangan)
1,6+1,4+1,5+1,4+1,5+1,4+1,6+1,2+1,5+2,9+2,8+3,0 = 21,8/12 = 1,81
m/s2
2. Pengukuran Getaran 2 (Pantat)
5,3+6,6+5,4+4,5+4,4+5,9+6,7+5,5+4,7+6,6+7,4+8,2 = 71,2/12 = 5,93
m/s2
3. Pengukuran Getaran 3 (Kaki)
2,5+2,7+2,1+2,8+3,5+3,1+4,3+4,0+3,8+4,3+3,7+4,2 = 41/12 = 3,41
m/s2
30
4. Rata-Rata Pengukuran
1,81+5,93+ 3,41
=3,71m/s 2
3
F. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang didapatkan, paparan getaran mesin motor
terhadap tubuh yaitu sebesar 3,71 m/s2 dengan masing-masing pajanan getaran
yang dirasakan oleh tubuh, pada tangan sebesar 1,81 m/s2 termasuk ke dalam
kategori unsatisfactory dengan getaran antara 2,80 – 4,50. Pada pantat sebesar
5,93 m/s2 termasuk katagori unacceptable dengan kecepatan getaran antara 7,10 –
45,0. Dan pada kaki sebesar 3,41 m/s 2 termasuk ke dalam kategori unsatisfactory
dengan getaran antara 2,80 – 4,50. Dan dari hasil tersebut menurut ISO 2372
mesin motor termasuk ke dalam class 1 dengan daya 15 kw.
31
BAB VI
A. Pendahuluan
C. Cara Kerja
1) Persiapkan alat Audiometer dan Kursi.
2) Tempat yang digunakan harus kedap suara. Agar tidak mengganggupada
saat proses pemeriksaan dilaksanakan.b.Namun, pada saat proses
pemeriksaan pada klien dilakukan di ruangkelas biasa yang berakibat tidak
heningnya ruangan tersebut.
3) Persiapan Klien Menjelaskan kepada klien proses yang akan dilakukan
hingga benar-benar pahamb.Berkan sedikit terapi pernapasan agar klien
tidak tegang dan menjadirileksc.Apabila klien telah rileks dan siap,
lakukan proses tesnya.
4) Pelaksanaan Nyalakan Audiometri. Pasang headphone ke kepala klien
dengan tepat dan pasc.Merah sebelah kanan, dan biru sebelah
33
kirid.Pengetesan dilakukan pada telinga kana dan kiri dengan
memberikanrangsangan secara bergantian.
5) Dimulai pada frekuensi 500 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hzf.Disetiap Hz
diberi nada Hearing Level yang berbeda-beda, dimulai dari 70 dB, 65 dB,
60 dB, 55 dB, 50 dB, 45 dB, 40 dB, 35 dB, 30 dB,25 dB, 20 dB, 15 dB, 10
dB, 5 dB.
6) Pantau pada bagian monitor dari audimetri, jika responden/ klien
menunjukkan respon maka catat (ceklist) pada bagian lembar data hasil
pengukuran.
D. Hasil Kerja
Nama responden :
Rata-rata (X)
3. L
X = 40+20+10+10/4
= 20 dB
X = 40+20+5+5/4
= 17,5 dB
4. P
X = 40+30+10+5/4
= 21,25 dB
34
Telinga kiri (L)
X = 40+30+10+10/4
= 22,5 dB
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
35
BAB VII
KELELAHAN KERJA
A. Pendahuluan
ujuan
37
4. 175 175
5. 250 200
6. 237 162
7. 137 165
8. 120 158
9. 200 155
10. 125 168
11. 137 138
12. 224 125
13. 187 135
14. 287 160
15. 162 165
16. 262 157
17. 125 137
18. 100 162
19. 162 137
20. 124 237
E. Pembahasan
a. Suara
Rata-rata
237+137+120+200+125+ 137+224+187+ 287+162 1816
¿ = =181,6 ms
10 10
b. Cahaya
Rata-rata
162+165+ 158+ 155+168+138+125+135+160+165 1531
¿ = =153,1 ms
10 10
F. Kesimpulan
38
Dari hasil perhitungan, didapatkan respon suara yaitu 181,6 ms dan respon
cahaya yaitu 153,1 ms. Angka tersebut masih menunjukkan angka normal, dimana
angka normal berkisar dari 150,0 – 240,0 ms. Sedangkan untuk kelelahan kerja
ringan pada angka lebih dari 240,0 – 410,0, kelelahan kerja sedang pada angka
lebih dari 410,0 – 580,0, dan kelelahan kerja berat pada angka lebih dari 580,0.
39
LAMPIRAN
41