Brand Story Guideline - Joseph Esa Ene Foundation
Brand Story Guideline - Joseph Esa Ene Foundation
Identitas
Komunikasi
Brand
Yayasan Joseph Esa Ene
Daftar Isi
Tentang Yayasan
03 Penjelasan tentang Yayasan dan pengartian nama.
Asas Dasar
10 Asas dasar dan visi-misi Yayasan.
Fondasi Brand
14 Nilai dan esensi dari brand.
Tentang
Yayasan
Pedoman Identitas Komunikasi Brand Yayasan Joseph Esa Ene
Tentang Yayasan Joseph Esa Ene
Yayasan
Yayasan Joseph “Esa Ene” adalah sebuah yayasan pendidikan yang baru dan mandiri
dalam pengelolaan Kongregasi Suster-suster Jesus Maria Joseph Provinsi Manado.
Nama “Esa Ene” sendiri ditarik dari Bahasa Tombulu, dan bukan merupakan sebuah
frasa yang biasa digunakan dalam bahasa sehari-hari. Keduanya merupakan kata
sendiri-sendiri, dan kini digabungkan dalam sebuah nama.
Sebagaimana dikatakan di atas, dua kata ini tidak biasa digabungkan dalam sebuah
frasa. Keduanya mempunyai arti sendiri-sendiri. Esa artinya satu. Kata ini muncul dalam
banyak bahasa tradisional di Indonesia. Dalam konteks bahasa Tombulu, Esa ini
diturunkan dari Asa yang berarti “satu.”
Sakralitas kata ini juga tampak dalam kata Minahasa, yang diturunkan dari kata
Mina-Esa, artinya: Yang Dipersatukan. Melalui lafalan yang tajam dari “S” beserta “A”
yang pendek maka kata ini berbunyi seperti “Essa”, “Assa”, seperti ada bunyi “S” yang
telah digandakan. Kata “Asa” ini ditambah prefiks “Maha”, maka terjadilah kata Mahasa
yang berarti “menyatukan” atau “Disatukan”. Kata “Mahasa” ini kemudian diberikan sisi-
pan “In”, hingga terbentuklah kata Minahasa yang berarti “Dijadikan satu”. Penduduk
pribumi menyebutnya “Minahassa” atau “Minahasa”.
Bersama ini saya mengambil kebebasan untuk melaporkan dengan hormat kepada
paduka tuan, bahwa Minhasa atau musyawarah para ukung pada tanggal 1 bulan ini,
telah menyelesaikan pertikaian antara Bantik dan Tateli menurut adat istiadat mereka
dan Pengesahan atau pernyataan perdamaian itu akan dilakukan kemudian dengan
sumpah.
Kata Ene sendiri sering muncul dalam bahasa percakapan sehari-hari sebagai sebuah
penegasan yang bercorak afirmatif. Artinya serupa dengan kata “Ya” sebagai afirmasi
atas suatu hal. Orang juga seringkali mengungkapkan kesiapannya dengan kata Ene.
Misalnya, ketika dimintai tolong untuk mengerjakan sesuatu. Bila jawabannya Ene,
berarti ia mengungkapkan kesediaannya untuk membantu. Corak pengertian kata Ene
mengarah pada kesiap-sediaan.
Jadi, Esa berarti “satu” dan Ene berarti “ya”. “Satu”-nya Esa harus dimengerti tanpa
mengabaikan realitas majemuk dalam sebuah komunitas, sementara “ya”-nya Ene
harus dipahami dalam konteks penegasan afirmatif dan kesiap-sediaan.
Esa - Ene atau Satu - Ya sesungguhnya terkait erat dengan sikap Santo Yoseph, suami
Santa Perawan Maria. Kisah Santo Yoseph ini perlu dirujuk dalam Kitab Suci, pada Injil
Matius 1:18-25.
Yosef (Yusuf) dikisahkan sebagai orang yang tulus hati, yang tanpa kata-kata, selalu
siap bersedia menjalankan kehendak Tuhan. Karakter yang menonjol dalam dirinya
adalah man of discernment. Dengan hati yang tenang ia berdiskresi dan selalu mem-
pertimbangkan maksud baik sambil mengikutsertakan Tuhan dalam setiap keputusan.
Ujung-ujungnya, keputusan yang diambil adalah kebijaksanaannya mendengarkan
kehendak Tuhan. Ia sangat responsif terhadap petunjuk-petunjuk Tuhan dalam mimpi
dan kreatif menemukan cara yang tepat agar kehendak Tuhan dapat terlaksana untuk
karya penyelamatan. Di sini Yosef tampak sebagai man of responsibility, yang selalu
mengutamakan tanggung jawab.
Bagian Injil yang lain, yakni Lukas 2:41-51 juga menunjukkan keunggulan Yosef sebagai
Pemelihara Sang Penebus. Bila dicermati dengan saksama, pada momen yang dilu-
kiskan Lukas ini, Yosef hanya diam. Tak seorang pun mengetahui disposisi batin Yosef
sebagai ayah pada saat itu. Diamnya Yosef bukan menandai suatu sikap apatis. Tetapi
diamnya Yosef menjadi sebuah diam dalam permenungan. Inilah karakter menonjol
dari Yosef: yakni tanpa kata-kata. Dengan ini, Kitab Suci mensimbolisasikan Yosef
sebagai orang yang tenang, yang dalam diamnya, ia mau mendengarkan kehendak
Allah dan taat kepada apa yang Allah perintahkan. Intinya, Yosef tidak pernah memban-
tah Allah. Yosef taat.
Kurang lebih, ada tiga pokok reflektif yang perlu didalami oleh seluruh anggota Yayasan
Joseph Esa Ene, yang memakai nama Yosef dan menonjolkan dua karakter utama Yosef
ini, yakni Esa dan Ene.
Pertama, Yosef terbuka terhadap kehendak Allah. Ia manusia yang siap sedia mengek-
sekusi apa yang diperintahkan kepada-Nya. Loyalitasnya teruji tanpa batas. Kita
sebagai warga Yayasan Joseph Esa Ene mempunyai peran yang sangat kompleks.
Sekali waktu kita bisa mengambil dua-tiga peran, bahkan lebih, sekaligus. Peran
sebagai ayah/ibu kita jalankan berbarengan dengan peran sebagai guru, sebagai
pegawai kantor, sebagai pimpinan yayasan, biarawati dsb. Semua itu tak jarang mem-
buat kita garuk kepala dan terkadang membuat kita sampai pada titik jenuh. Kejenuhan,
meskipun normal, akhirnya dapat bermuara pada pengeluhan. Sebagai manusia biasa,
pengeluhan dalam kejenuhan adalah normalitas yang tak terhindarkan.
Kedua, Yayasan Joseph Esa Ene bisa menjadi Yayasan besar, dengan orang-orang
yang sukses. Kita bisa jadi Yayasan yang populer di hati masyarakat karena penyeleng-
garaan pendidikan yang mantap. Orang-orang kita bisa jadi eksekutor yang bagus
terhadap proyek-proyek agung. Tetapi itu semua hanya bisa terjadi kalau mas-
ing-masing kita mempunyai hati yang “diam”, hati yang hening. Keheningan dan kes-
unyian hati menuntun Yosef untuk membaca dengan cermat apa yang sedang terjadi,
dan mendorongnya untuk mengambil keputusan yang penuh risiko. Karena didasari
dengan keheningan hati dan keterbukaan kepada kehendak Tuhan, maka segala kepu-
tusan yang diambilnya itu, meskipun berisiko tinggi, pada akhirnya mengarah pada
segala kebaikan.
Yosef tidak tahu apa yang akan terjadi bila ia mengambil Maria sebagai istri, sementara
Maria sedang mengandung anak yang bukan keturunannya pribadi. Dia tidak tahu apa
yang akan jadi bila pada malam itu, ia keluar membopong bayi Yesus dan ibu Maria
menerjang kesuraman malam, meninggalkan Betlehem menuju Mesir, demi menye-
lamatkan bayi Yesus dari ancaman pembunuhan Herodes. Semua itu berisiko tinggi.
Dalam perjalanan kita sebagai satu Yayasan ke depan, tetapi juga perjalanan kita mas-
ing-masing sebagai seorang pribadi, kerap kita mengalami situasi seperti yang Yosef
alami. Tak jarang kita diperhadapkan dengan saat yang paling berisiko. Bila suatu saat
hal itu tiba, kita mengingat Yosef yang tidur. Bukan berarti kita tidur dan diam membiar-
kan masalah kita terpendam. Tetapi, tidurnya Yosef adalah tidur yang berisi. Tidurnya
Yosef menjadi pengingat bagi kita bahwa hal yang paling pokok adalah diam dan men-
dengar kehendak Allah. Itulah simbolisasi tidurnya Yosef.
Asas
Dasar
Pedoman Identitas Komunikasi Brand Yayasan Joseph Esa Ene
Asas Asas Dasar dan Semangat
Dasar
Yayasan berasaskan Pancasila sebagai asas kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Fondasi
Brand
Pedoman Identitas Komunikasi Brand Yayasan Joseph Esa Ene
Fondasi Esensi Brand
Brand
Dari hasil abstraksi dan analisa pada proses sebelumnya ditemukan inti yang
menjadi benang merah yang bisa mencerminkan Yayasan Esa Ene, yaitu:
“Siap-sedia Melayani”
Dengan alasan:
• Nilai siap-sedia melayani dipilih dengan dasar perwakilan dari 3 nilai refleksi dan
dasar filsafa hidup orang minahasa.
• Kata "siap-sedia" diambil dari semangat dari St.Joseph "se-iya" yang mencerminkan
kata Esa-Ene.
• Dan semangat melayani adalah dasar utama dari unsur sosial, gereja dan pendi-
dikan yang berkoorelasi dengan filsafa hidup masyarakat minahasa.
1. Ketanggapan (Responsiveness)
2. Kreativitas (Creativity)
3. Tanggung Jawab (Responsibility)
4. Integritas (Integrity)
5. Keadilan (Fairness)
6. Keramahtamahan (Hospitality)
7. Kasih Sayang (Caring)
8. Rasa Hormat (Respect)
9. Disiplin (Discipline)
Strategi
Komunikasi Brand
Pedoman Identitas Komunikasi Brand Yayasan Joseph Esa Ene
Strategi Tagline
Komunikasi
Sejalan dengan esensi brand dan nilai-nilai karakter dari yayasan, maka dibentuklah
Brand
tagline yang berfungsi membawa pesan dari yayasan kepada target audiens melalui
media-media brand.
Berkarakter
Untuk
Hidup
Dalam 3 pilar diatas, dapat disimpukan bahwa, Brand Yayasan Joseph Esa Ene yang
selalu siap-sedia melayani dengan karakter sebagai landasan dan adaptif dalam
bertransformasi.
• Melayani
3 Kata • Berkarakter
• Transformatif
• Kesiapan Melayani
3 Frasa • Pendidikan Berkarakter
• Bijak Bertransformasi
• #SiapSediaMelayani
2 Hashtag
• #JEEnius
Pedoman
Komunikasi Brand
Pedoman Identitas Komunikasi Brand Yayasan Joseph Esa Ene
Pedoman Pedoman komunikasi brand, akan membantu brand menjadi lebih konsisten dalam
Komunikasi bentuk komunikasi verbal dengan audiens, seperti halnya pada sosial media, pesan
Brand dalam media cetak dan kegiatan percakapan langsung dengan audiens.
Pedoman ini bisa kembangkan menjadi bebapa template etika percakapan yang lebih
luas lagi jika diperlukan.
Pedoman ini bisa kembangkan menjadi bebapa template etika percakapan yang lebih
luas lagi jika diperlukan.
yayasan.jee.ac.id