Anda di halaman 1dari 26

FARMAKOLOGI

Eka Prasasti Nur Rachmani


OUTLINE
• Farmakologi
• Farmakodinamik
• Farmakokinetika
OBAT
• Menurut SK Menteri Kesehatan No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971, yang disebut
dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan,
memperelok badan atau bagian badan manusia.
• Menurut Undang-Undang Farmasi obat adalah suatu bahan atau bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi,
menghilangkan dan menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka, ataupun
kelainan badaniah, rohaniah pada manusia ataupun hewan.
• Menurut Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi
rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
• Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
PERKEMBANGAN SEJARAH OBAT
• Pengertian obat ialah semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati, yang
dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit
berikut gejala-gejalanya
• Kebanyakan obat yang digunakan dimasa lampau adalah obat yang
berasal dari tanaman.
• Pengetahuan ini secara turun temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul
ilmu pengobatan tradisional.
• Obat nabati digunakan sebagai rebusan
• Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang pesat (misal
sintesa kimia, fermentasi, teknologi rekombinan DNA) para ahli kimia
memulai mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung didalamnya. Hasil
percobaan mereka adalah serangkaian zat kimia : yang terkenal diantaranya adalah :
SEJARAH
Dalam fitoterapi dikenal beberapa konsep terapeutika:
• konsep terapeutika manusia purba
• konsep terapeutika masa Romawi-Yunani
• konsep terapeutik Islam
• konsep terapeutik tradisional Asia (Cina, Ayurveda, jamu dan kampo)
KONSEP TERAPEUTIKA MANUSIA PURBA

• Naluri, menuntun manusia untuk mengatasi dan mengobati rasa sakit


• memperhatikan alam dan lingkungannya.
• memperhatikan primata dan hewan-hewan lain mengatasi rasa sakit dengan
memakan berbagai dedaunan atau bagian tumbuhan lain.

Dari hal seperti itulah mereka paham dan mengetahui berbagai jenis daun
atau bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat, atau yang tidak
dapat dimakan karena mengandung racun.
KONSEP TERAPEUTIKA MASA ROMAWI-YUNANI

• Konsep Hypocrates konsep Vis Medicatrix Naturae ( tradisi


Hypocrates).
• pengobatan dengan kekuatan alamiah, mengguanakan bahan-
bahan alamiah, herbal dan mineral.
• Konsep Galenus konsep yang lebih modern dan lebih
terarah, antara lain menyatakan :
• Obat harus mempunyai kualitas yang cujkup baik
• Penyakit yang dapat diobat adalah penyakit sederhana, bukan
merupakan penyakit kompleks
• Obat harus sesuai untuk penakit yang diobatinya.
• Obat harus lebih kuat dari penyakit
• Obat harus mempunyai efek yang sama untuk individu berlainan
pada berbagai aktu yang berbeda
• Obat harus mempunyai efek spesifik
• Harus dapat dibedakan antara obat dan makanan
• Dari konsep ini dapat dilihat bahwa dasar-dasar farmakologi
sudah mulai dikenalkan.
KONSEP TERAPEUTIK ISLAM

• Ibnu Sina (Avicena) konsep “Islamic Medicine” menyatakan bahwa :


• Obat mempunyai aksi yang khas sesuai dengan energi yang dikandungnya.
• Obat mempunyai indikasi pengobatan dengan efek khas bagi setiap organ
target
• Penggunaan obat harus memperhatikan “duration of action”, toksisitas, kontra
indikasi, dan antidotumnya
• Obat diberikan dalam dosis,bentuk sediaan, dan cara pemberian yang sesuai.

Landasan bagi konsep Yin-Yang dalam sistem terapeutik herbal tradisional


China, dan sistem terapeutik Ayurveda.
Acuan dalam ilmu farmasi dan kedokteran moderm
KONSEP TERAPEUTIK TRADISIONAL CHINA
(TRADITIONAL CHINESE MEDICINE)

• Pengobatan didasarkan pada kesetimbangan energi Yin-Yang


• Yin adalah enegi dingin
• Yang adalah energi panas
Yin-Yang setimbang tubuh sehat
Yin-Yang tidak setimbang gangguan tubuh
• Yin dan Yan didukung 5 unsur, yaitu : emas, Kayu, Air, Api dan
Tanah
• Mereka saling berimbang untuk menstabilkan seluruh sistem
KONSEP TRADISIONAL CINA…

• Ketidakseimbangan Yin-Yang bersumber dari makanan


• kelebihan atau kekurangan makanan (dalam pengertian energi) akan
menyebabkan kesetimbangan Yin-Yang dalam rongga perut (viscera) akan
terganggu sehingga menyebabkan terjadinya keadaan sakit.

Jika Yin-Yang seimbang

tubuh mampu untuk menolak qi (chi) buruk (faktor eksternal) bila qi yang vital
berada dalam tubuh
KAMPO : OBAT TRADISIONAL
JEPANG
• Mengadopsi sistem pengobatan Cina, yang datang melalui Korea dan
dijadikan obat asli Jepang. (Melalui pertukaran pelajar)
• Kompendium obat jepang, Daidoruijoho disusun thn 808
• Yasuyori Tamba menyusun Ishinho thn 984
• Biasanya menggunakan dosis rendah TCM
KONSEP TERAPEUTIK AYURVEDA

• Pengobatan kuno India, (ayur = hidup; veda = pengetahuan)


• Dipelopori Dhanvantari 1.500 tahun sebelum masehi
• Ayurveda meliputi :
• Mengajarkan pengobatan dengan tanaman obat, aroma terapi dan
teknik operasi
• Sistem gaya hidup holistik yang mengajarkan detail praktis mengenai
pengaturan makanan, olah tubuh, waktu istirahat dan kerja, yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan tubuh, pikiran dan jiwa.
AYURVEDA…

• Prinsip ayurveda membagi dosha (energi kehidupan, materi alam semesta)


menjadi 3 :
• Vata / udara
• Pitta / panas
• Kapha / air
• Biasanya orang memiliki satu dosha dominan dan satu
dosha pengiring. Perbedaan kombinasi dosha menjadikan
setiap individu memiliki kepribadian dan kesehatan yang
berbeda.

• Ketidakseimbangan dosha adalah tanda pertama bahwa


pikiran dan tubuh tidak terkoordinasi secara sempurna.

• Bila keseimbangan dosha terganggu, maka tubuh akan


menjadi lemah terhadap tekanan dari luar, seperti virus,
bakteri, polusi, dan stres. Karena itu, pengobatan Ayurveda
difokuskan kepada metode untuk menyeimbangkan dosha.
• Pada permulaan abad XX mulailah dibuat obat –
obat sintesis, misalnya asetosal, disusul kemudian
dengan sejumlah zat-zat lainnya.
CONTOH SENYAWA OBAT YG SUDAH
DIISOLASI
• Efedrin dari tanaman Ma Huang (Ephedra Vulgaris),
• Kinin dari kulit pohon kina,
• Atropin dari tanaman Atropa Belladona,
• Morfin dari candu (Papaver Somniferum),
• Digoksin dari Digitalis lanata.
• Reserpin dan resinamin dari Pule Pandak (Rauwolvia serpentina),
• sulfanilamid (1935) dan penisillin (1940).
• Vinblastin (antikanker) berasal dari Vinca rosea, sejenis kembang serdadu.
• Artemisin yang berasal dari tanaman di Cina, (Artemisina annua).
Penemuan obat malaria ini sekitar tahun 1980
• Paclitaxel (taxol), antikanker dari jarum-jarum sejenis cemara (konifer)
Taxus brevifolia/baccata (1993)
• Genistein dari kacang kedelai.
• Proses pengolahan obat sampai dapat digunakan oleh
pasien :

Bahan Kimia Obat atau Senyawa aktif (isolat dari tanaman atau lainnya)

Uji preklinik (uji famakologi dan toksisitas)

Uji klinik (Uji fase 1, 2 dan 3)

Dipasarkan (Uji klinik fase 4)


FARMAKOLOGI
• Berasal dari bahasa Yunani, Farmakos yang berarti obat, dan Logos yang
berarti ilmu.
• Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari obat-obatan dan pengaruhnya
pada makhluk hidup.
• Obat merupakan zat yang digunakan untuk pencegahan dan
penyembuhan penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi
penggunanya. (preventif, curatif, rehabilitatif dan promotif)
• Farmakologi Ilmu yg mempelajari hal ihwal mengenai obat, mencakup
sejarah, sumber, sifat kimia & fisik, komponen; efek fisiologi & biokimia,
mekanisme kerja, absorpsi,distribusi, biotransformasi, ekskresi & penggunaan
obat. (Farmakologi & Terapi UI).
• Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari
pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun
fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup.
Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia
khususnya, serta penggunaannya pada pengobatan penyakit disebut
farmakologi klinis.
Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran dan farmasi, menyebabkan
farmakologi berkembang melalui serangkaian penelitian mendalam, terpadu
dan lintas disiplin ilmu, sehingga kini kita mengenal banyak
cabang ilmu farmakologi yang berkembang menjadi cabang ilmu baru,
antara lain :
• Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang
berasal dari tanaman dan zat – zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari
mineral dan hewan.
• Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya.
Dengan kata lain dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar
menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan hayati obat dalam tubuh
untuk diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari
(farmaceutical dan biological availability).
• Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberiannya,
bagaimana absorpsi dari usus, transpor dalam darah dan distribusinya ke
tempat kerjanya dan jaringan lain.
• Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup
terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang
ditimbulkannya. Singkatnya farmakodinamika mencakup semua efek yang
dilakukan oleh obat terhadap tubuh.
• Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan
sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapi
obat barhubungan erat dengan efek toksisnya.
• Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau
gejalanya. Adakalanya berdasarkan pula atas pengalaman yang
lama (dasar empiris). Phytoterapi menggunakan zat–zat dari tanaman untuk
mengobati penyakit.
• Farmakogenetik adalah ilmu yang mempelajari efek dari variasi genetik pada gen
tunggal terhadap respon obat sedangkan farmakogenomik adalah ilmu yang
mempelajari efek dari variasi genetik pada keseluruhan gen (genom) terhadap
respon obat
• Pharmacovigilance adalah suatu proses yang terstruktur untuk memantau
dan mencari efek samping obat (adverse drugs reaction) dari obat yang telah
dipasarkan.
FARMAKOKINETIKA
• Farmakokinetika adalah cabang ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang
perjalanan obat mulai sejak diminum hingga keluar melalui organ ekskresi di tubuh
manusia.[
• Fase-fase farmakokinetik secara umum terbagi menjadi Absoprsi, Distribusi,
Metabolisme, dan Eliminasi.
• Mempelajari tentang perjalanan obat mulai sejak diminum hingga keluar melalui
organ ekskresi di tubuh manusia. Umumnya sejumlah fase yang dilalui ketika obat
masuk ke dalam tubuh dan memulai kontak dengan organ tubuh terbagi menjadi:
Proses aliran tersebut di mulai dari penyerapan (absorpsi), lalu tersebar melalui ke
seluruh jaringan tubuh melalui darah (distribusi), selanjutnya dimetabolisi dalam
organ-organ tertentu terutama hati (biotransformasi), lalu sisa atau hasil
metabolisme ini dikeluarkan dari tubuh dengan ekskresi (eliminiasi) dan selanjutnya
disingkat menjadi ADME. Selain itu, farmakokinetika juga mempelajari berbagai
fakor yang mempengaruhi efektivitas obat.
• Fase penyaluran zat aktif obat-obatan ini merupakan subjek dari interaksi psiko-
kimia antara obat dan organ tubuh, yang dapat diekspresikan secara matematis.
Dengan demikian, studi farmakokinetika menggunakan perhitungan matematika
untuk memprediksi kelakuan obat dalam proses penyerapan dalam tubuh.
FARMAKODINAMIK
• Farmakodinamik adalah studi tentang bagaimana suatu obat
mempengaruhi tubuh.
• Farmakodinamik memberi penekanan khusus pada hubungan dosis-respons,
yaitu hubungan antara konsentrasi dan efek obat.
• Obat (ligan dari obat) akan berikatan dengan reseptor tubuh sehingga
terjadi interaksi >>>> aktivitas / khasiat obat.
ASPEK BIOFARMASI
1. Bentuk Fisik Zat Aktif (Amorf, Kristal, Kehalusan)
Telah terbukti bahwa obat yang dihaluskan sampai ukuran partikel 1-5 mikron
(microfine) menghasilkan kadar darah 2-3 kali lebih tinggi sehingga dosisnya dapat
diturunkan 2-3 kali. Misalnya, griseofulvin, spironolakton, dan digoksin.
Sebaliknya pada sediaan rektal (suppositoria), zat amorf seringkali menyebabkan
pelambatan dari ketersediaan biologisnya (BA, bio-availability-nya), hal ganjil ini belum
dapat dijelaskan. Zat amorf resorpsinya lebih baik dibanding kristal.
Pada pembuatan suspensi harus dipilih metode tertentu supaya zat aktif tetap berbentuk
amorf. Misalnya, pada pembuatan suspensi sefalosporin atau suspense kering yang lain.
Syarat kehalusan dengan sendirinya tidak berlaku bagi sediaan yang bekerja lokal dalam
usus dan justru tidak boleh diserap, misalnya obat cacing (pirantel pamoat) atau
kemoterapeutika yang melawan infeksi usus (kanamisin, neomisin).
2. Keadaan kimiawi (ester, garam kompleks dan sebagainya)
Telah dibuktikan bahwa zat hidrat yang mengandung air kristal dalam molekulnya lebih
lambat resorpsinya dibanding dengan yang tanpa air Kristal, misalnya ampisilin trihidrat
(Penbritin) dibandingkan ampisilin.0Aq. (Amfipen).
Hormon kelamin yang diuraikan getah lambung dapat diberikan per oral sebagai
esternya yang stabil, misalnya etinilestradiol dan testosterone dekanoat demikian pula
eritromisin-stearat.
3. Zat pembantu (zat pengisi, zat pelekat, zat pelicin, zat pelindung, dan sebagainya)
Pada tahun 1971 di Australia terjadi peristiwa difantoin (=fenitoin), yaitu ketika pasien yang
menelan tablet anti-epilepsi ini menunjukkan gejala keracunan. Ternyata kadar fenitoin dari
tablet tersebut sangat tepat, tetapi zat pengisi kalsium sulfat telah diganti dengan laktosa
pada proses pembuatannya. Akibat perubahan ini BA fenitoin ditingkatkan yang
mengakibatkan kenaikan resorpsinya dengan efek toksis.
Zat-zat dengan kegiatan permukaan (tween, span) atau zat hidrofil yang mudah larut dalam
air (polivinilpirolidon, carbowax) dapat mempercepat melarutnya zat aktif dari tablet.
Sebaliknya zat-zat hidrofob (= tidak suka air) digunakan pada produksi tablet sebagai pelicin
untuk mempermudah mengalirnya campuran tablet ke dalam cetakan (dies) dan mencegah
melekatnya pada stempel. Zat-zat ini (asam/magnesium stearate dan lain-lain) dapat
menghambat melarutnya zat aktif. Kini sering digunakan aerosol (asam silikat koloidal) sebagai
zat pelican dan anti lekat karena tidak menghambat melarutnya zat aktif.

Zat pengikat pada tablet dan zat pengental suspensi, seperti gom, gelatin dan tajin umumnya
juga memperlambat larutnya obat. Zat desintegrasi (berbagai jenis tepung) justru
mempercepatnya.
4. Proses teknis pembuatan sediaan (tekanan mesin tablet)
Semakin keras pencetakan tablet, semakin sukar melarutnya zat aktif. Begitu pula tablet yang
disimpan seringkali mengeras dan lebih sukar melarut.

Anda mungkin juga menyukai