Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PERUBAHAN, KOMPLEKSITAS, KETIDAKPASTIAN DAN

KONFLIK

2.1 Pendahuluan

Perubahan, kompleksitas, ketidakpastian, dan konflik selalu

dihadapi dalam banyak aspek kehidupan. Keempatnya

merupakan hal penting dalam pengelolaan sumber daya alam

dan lingkungan. Keempatnya akan dapat mendatangkan

peluang sekaligus masalah bagi perencana, pengelola,

pengambil keputusan serta anggota masyarakat lain.

Studi kasus:

Sejuta hektar lahan gambut di Propinsi Kalimantan Tengah.

Tujuan: swasembada pangan, karena eksistensi lahan

persawahan di Jawa semakin berkurang dengan

adanya perkembangan kota dan urbanisasi.

Manajemen lingkungan II-1


Timbul kontraversi dan perdebatan:

 Perencanaan dan pelaksanaan proyek tidak transparan,

tanpa kajian mendalam, menyalahi peraturan dan

perundangan yang ada. Misal: AMDAL disusun setelah

beberapa waktu proyek dimulai.

 Pembuatan saluran drainase untuk pengaturan air di

wilayah proyek banyak dipertanyakan. Diperkirakan

saluran tidak memperhatikan keragaman dan

karakteristik lahan gambut yang ada sehingga

dikhawatirkan akan menimbulkan banjir ataupun

kekeringan yang sangat parah

 Tidak dikaji keragaman flora dan fauna yang ada pada

lahan yang dikembangkan, sehingga dapat

menimbulkan dampak negative terhadap keragaman

hayati yang sangat khas dan langka di dunia.

 Perhitungan analisis biaya dan manfaat proyek tersebut

tidak jelas dan kurang meyakinkan. Banyak uang

pemerintah yang alokasikan tetapi belum tentu berhasil.

Manajemen lingkungan II-2


 Mempunyai implikasi social yang luas. Banyaknya

transmigran yang didatangkan dari Jawa.

Singkatnya dari ukuran teknis, lingkungan, ekonomi,

maupun sosial banyak pakar cenderung mangatakan

bahwa proyek tersebut tidak layak. Dampak negatifnya

lebih besar dari pada dampak positifnya.

Kasus tersebut mempresentasikan persoalan lingkungan yang

sangat komplek, penuh dengan ketidak pastian dan konflik

kepentingan. Beberapa hal yang perlu dipelajari berkaitan

dengan empat aspek, yaitu:

 Perubahan: Perencana lingkungan harus selalu siap

menghadapi perubahan, baik perubahan lingkungan

sendiri, maupun perubahan ekonomi, social, politik yang

selalu mewarnai proses pengambilan keputusan.

 Kompleksitas: Pengelola lingkungan harus memahami

bahwa tidak semua perubahan lingkungan dapat

diprediksi sebelumnya.

Manajemen lingkungan II-3


 Ketidakpastian: Perencana dan pengambil keputusan

harus memahami bahwa lingkungan dipenuhi dengan

ketidak pastian. Harus bisa mengambil keputusan ketika

tidak semua informasi dapat diperoleh, sehingga

diperlukan kehati-hatian dalam mengambil keputusan.

 Konflik: perbedaan dan pertentangan kepentingan sering

muncul dalam pengambilan keputusan, dan seringkali

merefleksikan perbedaan pandangan, idiologi dan

harapan.

2.2 Perubahan

Kegiatan manusia dapat menyebabkan kerusakan lingkungan

atau kelangkaan sumber daya dengan tiga cara, yaitu:

1. kegiatan manusia dapat menyebabkan penurunan jumlah

dan kualitas sumber daya, terutama jika sumberdaya di

eksploitasi dengan tingkat kecepatan yang melebihi daya

pulihnya.

2. Penurunan / kelangkaan sumber daya disebabkan oleh

pertumbuhan penduduk.

Manajemen lingkungan II-4


3. Akses terhadap lingkungan dan sumberdaya alam yang

tidak seimbang. Akses yang tidak seimbang biasanya

disebabkan oleh pranata hukum atau hak kepemilikan

yang terkonsentrasi kepada sekelompok kecil masyarakat

sehingga menyebabkan kelangkaan hak kepemilikan

kelompok lain.

Penurunan jumlah dan kualitas sumberdaya alam,

pertumbuhan penduduk, serta ketidakseimbangan akses

terhadap sumberdaya menyebabkan kelangkaan / penurunan

sumber daya, yang kemudian akan memicu lebih banyak

akibat lain. Seperti ditujukan dalam gambar 2.1 di bawah ini.

Penurunan kualitas
dan kuantitas migrasi Konflik etnik
sumberdaya alam

Peningkatan
Pertumbuhan kelangkaan Pelemahan kudeta
penduduk sumber daya negara

Ketidak adilan Penurunan


akses sumber Kerugian
produktifitas
daya konflik
ekonomi
Gambar 2.1 Beberapa sumber dan konsekuensi Dari kelangkaan

Sumberdaya Yang Dapat Diperbarui

Manajemen lingkungan II-5


Kebijakan Negara mempunyai potensi besar untuk mengatur

hubungan antara manusia dan lingkungannya karena

kebijakan tersebut akan membantu mengembangkan

prioritas dan praktek yang harus dijalankan Negara.

2.3 Kompleksitas

Variable yang berpengaruh terhadap kerusakan dan

kelangkaan sumberdaya alam, meliputi pertumbuhan

penduduk, kemiskinan, system politik yang tidak seimbang

dan kelangkaan peluang ekonomi.

Kombinasi dari semua varuabel ini dapat mengarah pada

ketidakstabilan masyarakat, memacu kerusakan lingkungan.

2.4 Ketidakpastian

Menurut Chistensen (1985) mengatakan bahwa:

 Ketika orang mampu membuat kesepakat tentang

apa yang mereka tuju dan cara mencapainya, maka

kepastian akan menjadi tinggi dan perencanaan

menjadi lebih rasional.

Manajemen lingkungan II-6


 Ketika orang sependapat dengan tujuan yang ingin

dicapai akan tetapi tidak tahu cara mencapainya,

maka perencanaan akan menjadi suatu proses

belajar bersama.

 Jika orang tidak dapat menyepakati tujuan tetapi

sepakat tentang cara yang akan ditempuh,

perencanaan menjadi proses tawar menawar.

 Jika orang tidak sepakat tentang tujuan dan cara

pencapaianya, maka perencanaan akan menjadi

proses pencarian aturan dalam keadaan ruwet.

Jenis-jenis ketidakpastian

 Resiko. Mengetahui kejanggalan

 Ketidakpastian. Tidak mengetahui kejanggalan.

Mungkin mengetahui variable kunci dan

parameternya.

 Ketidakpedualian. Tidak mengetahui apa yang

seharusnya diketahui. Bahkan tidak mengetahui

pertanyaan yang seharusnya diajukan

Manajemen lingkungan II-7


 Ketidaktentuan. Hubungan sebab-akibat atau

jaringanya terbuka. Pemahaman tidak

dimungkinkan.

2.5 Konflik

Pengelola lingkungan dan sumberdaya alam

membutuhkan kemampuan untuk menghadapi konflik,

langkah yang harus ditempuh adalah kemampuan untuk

mengenali beberapa sebab yang menimbulkan konflik.

Empat dasar/akar konflik :

 Perbedaan pengetahuan dan pemahaman.

 Perbedaan nilai

 Perbedaan kepentingan

 Persoalan pribadi atau karena latar belakang

sejarah.

Konflik hendaknya dianggap sebagai suatu factor yang

konstruktif bukan destruktif dalam pengambilan

keputusan.

Manajemen lingkungan II-8


Daftar pustaka

Mitchell, B. (2003) Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan. Penerjemah: Setiawan, B. dan Rahmi,

D.H. Gadjah Mada University Press.

Manajemen lingkungan II-9

Anda mungkin juga menyukai