Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Teknologi Peningkatan Produktivitas Tanaman Tebu (Saccharum


Officinarum L.) Pada Lahan Kering Dan Pemanfaatan Kompos Blotong
Untuk Kesuburan Tanah

Oleh :

Nama : Dita Febryanti Putri

NIM : 220311100057

Kelas : Agroekoteknologi B

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BANGKALAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Produksi Tanaman mengenai “Teknologi Peningkatan Produktivitas Tanaman
Tebu (Saccharum Officinarum L.) Pada Lahan Kering Dan Pemanfaatan Kompos
Blotong Untuk Kesuburan Tanah”. Sehingga dengan adanya kegiatan penugasan
ini dapat menambah wawasan pengetahuan kami dan bisa mengetahui bagaimana
inovasi serta teknologi yang dapat digunakan dalam meningkatkan produktifitas
tebu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah.
Penulis sangat menyadari bahwa kepenulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai Teknologi
Inovasi Produksi Tanaman Tebu.

Bangkalan, 28 Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................1

DAFTAR ISI .............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................3

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................5

2.1 Budidaya Tanaman Tebu di Indonesia .................................................................5

2.2 Teknologi Penyediaan Air/Lengas .......................................................................5

2.3 Pengertian Blotong dan Faktor Pendorong Digunakannya Kompos Blotong .....7

2.4 Inovasi Teknologi Pemanfaatan Kompos Blotong Pada Tanaman Tebu Dan
Cara Pengaplikasiannya .............................................................................................8

2.5 Metode atau Cara Pengaplikasian Kompos Blotong ............................................9

BAB III PENUTUP ..................................................................................................11

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan sumber karbohidrat nabati
sebagai penghasil gula dan kebutuhannya meningkat pada waktu yang sama
dengan pertumbuhan populasi (putri et.al., 2013). tebu yang ditanam
berkelanjutan dengan sistem monokultur lapangan dan kekeringan
menyebabkan penurunan kesuburan tanah. kesuburan tanah yang dialami di
banyak perkebunan tebu menurun drastis. Hal ini dapat dikarenakan adanya
masalah maupun kesalahan dalam proses pemupukan dalam waktu yang lama.
Pembuatan pupuk organik dan anorganik bebas aditif organik. Melakukan
pemupukan menjadi hal yang sangat penting berimbang berdasarkan hasil
survei tanah dan persyaratan pertumbuhan tanaman tebu.
Teknik budidaya tebu yang tidak mempertimbangkan aspek ekologi
pembakaran residu pada perkebunan tebu dapat mengakibatkan kematian
bakteri dan menyebabkan pembusukan. Selain itu, kegagalan untuk mendaur
ulang sisa tanaman akan mengakibatkan pengurangan bahan organik tanah
lebih banyak, sehingga masalah ini mengurangi kesuburan tanah. Untuk
mengelola kesuburan tanah dengan baik, petani perlu menghilangkan
kebiasaan buruk ini. Selain itu, penyediaan unsur hara pada tanaman tebu
harus diberikan secara berkelanjutan. Model pengelolaan hara didasarkan pada
kenyataan bahwa pengelolaan hara tidak lagi hanya berorientasi pada tujuan
hasil tebu, tetapi harus berorientasi pada keberlanjutan tanaman sampai
dengan pemanenan dan sisa-sisa tebu yang telah dipanen.
Salah satu cara untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan
penambahan bahan organik. Penambahan bahan organik dapat dilakukan
dengan wadah kompos. Tanah dengan kandungan bahan organik yang optimal
dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kompos blotong dapat digunakan
karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pemberian
Blotong pada bahan organik dapat meningkatkan kesuburan tanah yang
langgeng. Kompos blotong filter yang dikombinasikan dengan pupuk

3
anorganik seperti pupuk N, P dan K dapat mendorong pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tebu, sehingga meningkatkan hasil produksi tebu.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa saja budidaya usaha tani tanaman tebu pada lahan kering di
Indonesia?
B. Bagaimana teknologi menyediakan air/lengas tanah agar tersedia bagi
tanaman meskipun pada kondisi kering?
C. Apa itu blotong tebu dan saja faktor pendorong digunakannya kompos
blotong?
D. Bagaimana Inovasi Teknologi Pemanfaatan Kompos Blotong pada
Tanaman Tebu?
E. Bagaimana metode atau cara pengaplikasian kompos blotong dalam
pemupukan tebu?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui inovasi dan teknologi apa saja yang bisa dilakukan
dalam meningkatkan produktifitas tanaman tebu pada lahan kering.
Memberikan informasi dalam penerapan kompos blotong untuk perbaikan
kesuburan tanah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Budidaya Tanaman Tebu di Indonesia

Budidaya tebu di lahan kering dibatasi oleh irigasi yang memadai. Saat ini
penanaman tebu di lahan kering hanya dapat dilakukan pada musim hujan karena
memerlukan pengairan air hujan. Pada saat yang sama, bahan baku pabrik gula
biasanya langka di awal saat digiling. Penanaman dilakukan pada musim
kemarau. Oleh karena itu, pengaturan waktu tanam yang berkaitan dengan
pergerakan musim merupakan salah satu kunci penting budidaya tebu untuk
memanfaatkan air hujan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan
tanaman.

Perkembangan budidaya tebu di Indonesia terbagi menjadi dua jenis yaitu


budidaya tebu di lahan sawah yang dikenal dengan sistem Reynoso dan budidaya
tebu di lahan kering atau dikenal dengan sistem Tegalan. Yang paling berbeda
dari kedua sistem ini adalah perawatan lantai. Itu karena itu ada perbedaan kondisi
lingkungan. Sistem manajemen Irlandia yang paling umum digunakan adalah
Reynoso. Pada dasarnya, sistem ini membuat parit dan pematang untuk drainase
dan penyimpanan air. Menanam tebu di lahan kering atau kering melibatkan
pengisian lahan, budidaya dan pengolahan tebu. Perbedaan sistem pertanian inilah
yang pada akhirnya mempengaruhi produksi dan pendapatan petani. Budidaya
tebu harus menyesuaikan dengan kondisi agroklimat yaitu iklim, kesuburan tanah
dan topografi. Kesesuaian spesifikasi sistem berdampak besar terhadap produksi
tebu yang dihasilkan.

2.2 Teknologi Penyediaan Air/Lengas

Air merupakan peran utama dalam budidaya tanaman; Ketersediaan air


yang rendah juga dapat menurunkan produktivitas pada tanah yang subur. Dalam
tanaman apa pun, air merupakan faktor pembatas dalam pencarian ekspresi
potensi hasil maksimum, karena mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
menurunkan produktivitas pertanian, dan mengurangi penggunaan air oleh

5
tanaman dan pupuk. Dalam kasus tebu, kandungan air dalam berat segarnya
sekitar 71%. Fase tebu untuk memerlukan banyak air yaitu terjadi pada fase cepat
atau pemanjangan batang tebu, yaitu sekitar umur 3,5 sampai 9 bulan.

Ketidak tersediaannya air pada salah satu fase pertumbuhan dapat


berakibat pada terganggunya pertumbuhan serta tingkat produktifitas tebu. Seperti
perkecambahan yang tidak optimal dan ruas tebu cenderung pendek sehingga
hasil produktifitas tebu menjadi lebih rendah. Maka dari itu, teknologi diperlukan
agar air/kelembaban tanah tetap tersedia bagi tanaman pada kondisi kering. Salah
satu cara untuk menghasilkan air tersebut adalah dengan menggunakan bahan
organik untuk menyimpan air dalam tanah dan menggunakan humektan tanah
sintetik untuk mengurangi frekuensi penyiraman guna menekan biaya irigasi
dengan tetap menjaga produksi tebu yang optimal.

Selain penggunaan bahan organik, dapat juga dilakukan dengan


penggunaan pelembab sintetik yang banyak tersedia di pasaran berbahan dasar
akrilamida yang dibentuk menjadi polimer (poliakrilamida). Istilah
poliakrilamida, disingkat "PAM", mengacu pada kelas senyawa yang luas.
Bergantung pada panjangnya, ada ratusan formulasi khusus PAM. rantai polimer
dan jumlah dan jenis kelompok substituen. PAM yang digunakan untuk mengatasi
erosi adalah kopolimer. Segmen rantai multi-sambungan menggantikan gugus
fungsi amida PAM dengan yang mengandung ion natrium atau proton, yang
dengan bebas berdisosiasi dan menyediakan situs dalam air. muatan negatif
dikembangkan untuk irigasi pertanian, PAM larut dalam air. Ini adalah polimer
anionik dengan berat molekul khas 12-15 Mg mol-1. Polimer dapat menahan air
dalam molekul dan meningkatkan kadar air saat ditambahkan ke dalam tanah. dan
menemukan bahwa manfaat retensi air terjadi dengan penambahan polimer ke
dalam tanah hingga potensial matrik -10 kPa dan nilainya tidak berubah dari titik
ini. Fakta ini menunjukkan bahwa polimer meningkatkan kapasitas air di bawah
tekanan rendah dan mudah dilepaskan, sehingga meningkatkan ketersediaannya
bagi tanaman.

Bahan organik memiliki beberapa keunggulan, antara lain bahan mudah


didapat yang berasal dari kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan limbah rumah

6
tangga. Selain itu, harganya murah. Namun bahan organik memiliki kelemahan
yaitu sifatnya yang tidak stabil, sehingga ketersediaannya selalu berubah-ubah dan
harus diberikan berkali-kali dan dalam jumlah yang banyak. Ada keuntungan
menggunakan bahan sintetis dalam budidaya tebu, antara lain; Aplikasinya
digunakan sekali selama 4-5 tahun, sehingga bisa digunakan untuk drum plant,
namun kelemahannya investasinya cukup mahal, sekitar 2 juta ha-1. Selain itu, air
yang cukup harus tersedia pada awal penanaman untuk menjenuhkan PAM.

2.3 Pengertian Blotong dan Faktor Pendorong Digunakannya Kompos Blotong

Blotong merupakan hasil endapan sebelum pemasakan dan kristalisasi


menjadi gula pasir, yang disaring dalam penyaring vakum berputar. Bentuknya
seperti tanah berpasir hitam, berbau tidak sedap saat masih basah. Jika tidak
segera dikeringkan akan menimbulkan bau yang menyengat (Leovini, 2012).
Blotong mengandung bahan koloid organik yang terdispersi dalam nira tebu dan
bercampur dengan anion organik dan anorganik (Muhsin, 2011).

Salah satu cara untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan


menambahkan bahan organik, yang dapat ditambahkan melalui tempat sampah
kompos. Tanah dengan kadar bahan organik yang optimal dapat meningkatkan
kesuburan tanah. Kompos blotong dapat digunakan karena dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Beberapa faktor yang menyebabkan dibutuhkannya kompos blotong


sebagai pupuk organik antara lain sulitnya mendapatkan pupuk kandang yang
matang dalam jumlah banyak, keterbatasan tanaman penutup tanah karena waktu
yang terbatas, dan keterbatasan tanah untuk ditanami tanaman penutup tanah
penghasil tanaman. Hingga saat ini, blotongo belum dimanfaatkan dengan baik di
bidang pertanian. Banyak kendala adalah sulitnya proses pengomposan karena
banyaknya blotong yang dihasilkan oleh limbah pabrik gula.

Penumpukan blotong tebu dalam jumlah besar merupakan sumber


pencemaran lingkungan. Blotong merupakan masalah utama bagi pabrik gula dan
masyarakat sekitar. Saat musim hujan, tumpukan kue lumpur menjadi basah,
menyebarkan bau tak sedap dan mencemari lingkungan. Pabrik gula

7
memindahkannya dari pabrik ke tanah sewa kotamadya. Tujuan awalnya adalah
untuk mengurangi jumlah tumpukan di lingkungan manufaktur. Semakin banyak
orang yang tidak lagi menginginkan limbah tersebut menempati tanah, mereka
karena baunya yang sangat tidak sedap. Masalah ini dapat diatasi dengan
membuat kompos dari blotong untuk dijadikan pupuk organik.

Blotong dapat digunakan sebagai pupuk organik, karena selain merupakan


sumber unsur hara yang cukup lengkap, juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah. Kompos yang diperoleh dari blotong biasanya mengandung
unsur hara N, P2O5 dan K2O masing-masing sekitar 1-1,5%, 1,5-2 ± 0,6-1%.
Selain itu, blotong dapat meningkatkan ruang pori tanah dan kerapatan isi tanah,
serta meningkatkan jumlah air dalam tanah (Muhsin, 2011).

2.4 Inovasi Teknologi Pemanfaatan Kompos Blotong Pada Tanaman Tebu Dan
Cara Pengaplikasiannya

Peningkatan efektivitas dan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan


penambahan pupuk organik yaitu kompos bercak. Penggunaan kompos Blotong
dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Kombinasi kompos bungkil
dengan pupuk anorganik merupakan inovasi pemupukan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan produksi tebu. Upaya peningkatan produksi tebu sangat
bergantung pada penggunaan pupuk anorganik dan pupuk organik. Untuk
menerapkan pertanian berkelanjutan, pemupukan sebaiknya dilakukan tidak hanya
dengan pupuk anorganik, tetapi juga bersamaan dengan pupuk organik untuk
mengurangi penggunaan pupuk anorganik atau secara perlahan mengurangi
kebutuhannya (Gujja et al., 2009).

Kompos blotong dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara


meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan meningkatkan kemampuan
tanah menahan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman ditingkatkan dengan menambahkan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah dan juga dapat
membantu tanaman bertahan dari serangan penyakit (Soemarno, 2011). Kompos
bungkil juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah pada areal budidaya tebu,

8
terutama dengan meningkatkan daya ikat air, mengurangi pencucian unsur hara,
memperbaiki drainase tanah dan menetralisir pengaruh Al sehingga P dalam tanah
lebih banyak tersedia (Leovini, 2012).

Manfaat kompos dari beberapa aspek, yaitu :


a) Ekonomi : menghemat biaya transportasi penimbunan limbah pabrik.
b) Lingkungan : mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan
pelepasan gas metana dari sampah organik.
c) Tanah/tanaman : meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan
karakteristik tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
Penggunaan kompos Blotong bertujuan untuk mengatasi masalah kelangkaan
pupuk kimia, sekaligus mengatasi masalah pencemaran lingkungan.

2.5 Metode atau Cara Pengaplikasian Kompos Blotong


Proses atau metode aplikasi kompos Blotong dilakukan dengan menggabungkan
pupuk anorganik. Menurut Guja dkk. al., (2009) bahwa cara pemberian kompos
blotong pada tanaman tebu sebelum tanam alur adalah pada kebun tebu
pertama/bukaan tanam tebu.

Gambar juringan untuk eletakkan Kompos Blotong

Gambar posisi kompos blotong jika menggunakan bibit budch

9
Gambar contoh pemberian blotong saat penanaman bagal

Pengomposan dapat terjadi pada kondisi aerob dan anaerob. Pengomposan


aerobik adalah dekomposisi bahan organik dengan adanya oksigen (Udara).
Produk utama metabolisme biologis aerobik adalah karbon dioksida, air, dan
panas. Pengomposan anaerobik adalah dekomposisi bahan organik tanpa adanya
oksigen bebas. Produk akhir metabolisme anaerobik adalah metana, karbon
dioksida, dan produk antara seperti asam organik dengan berat molekul rendah.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Peranan bahan organik sangat besar dalam meningkatkan kesuburan fisik,
biologi dan kimia tanah serta menentukan produktivitas tanah.
2. Bahan organik memiliki beberapa keunggulan yaitu bahannya mudah
didapat, harganya murah, tetapi ketersediaannya selalu fluktuatif, dan
harus diberikan berkali-kali dan dalam jumlah yang banyak.
3. Blotong berpotensi sebagai sumber bahan organik dari sisa limbah
perkebunan tebu.
4. Penggunaan kompos blotong dalam jangka panjang dapat meningkatkan
kesuburan fisik, biologi dan kimia tanah yang terdegradasi.
5. Penggunaan semak belukar dapat meningkatkan kandungan N, P dan trace
element tanah serta meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman
tebu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Gujja, B., N. Loganandhan, V. V. Goud., M. Agarwal and S. Dalai. 2009.


Sustainable Sugarcane Initiative (SSI) Improving Sugarcane Cultivation.
ICRISAT. Andhra Prasesh, India. p. 1-36.
Leovini, H. 2012. Pemanfaatan pupuk organik cair pada budidaya tanaman tomat
(Solanum lycopersicum L.). Makalah Seminar Umum. Fakultas Pertanian.
Universitas Gajahmada. Yogyakarta
Muhsin, A. 2011. Pemanfaatan LimbaH Hasil Pengolahan Pabrik Tebu
Blotong Menjadi Pupuk Organik. J Industrial Enginering Conference.
Fakultas Teknologi Industri, UPN, Yogyakarta. p. 1-9.
Putri, A. D. Sudiarso dan Islami, T. 2013.Pengaruh Komposisi Media Tanam
pada Teknik Budchip Tiga Varietas Tebu (Saccharum officinarum L.).
Jurnal Produksi Tanaman. 1 (1) : 16-23.
Soemarno. 2011. Strategi Peningkatan Rendemen Tebu. Pascasarjana
Universitas Brawijaya. Malang. p.41-46, 53-59.

12

Anda mungkin juga menyukai