Anda di halaman 1dari 6

Muhammad Ega Alfarizi dan Azelia Nusadewiarti | Penatalaksanaan Holistik Dematitis Kontak Iritan di Wilayah Puskesmas Hanura

Penatalaksanaan Holistik Dermatitis Kontak Iritan Pada Pekerja Bangunan


Muhammad Ega Alfarizi1, Azelia Nusadewiarti2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Dermatitis kontak iritan merupakan kelainan kulit yang dapat ditemukan sekitar 85-98% dari seluruh penyakit kulit akibat
kerja di Indonesia. Gejala subjektif berupa rasa terbakar, tersengat dan sensasi nyeri setelah terpajan semen dan serbuk
kayu yang bersifat iritatif. Pengobatan secara farmakologis dan tindakan preventif dengan menggunakan alat pelindung diri
(APD) menjadi hal penting dalam penatalaksanaan dermatitis akibat kerja. Analisis studi pada laporan kasus ini
mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis pada pasien dengan penerapan pendekatan dokter keluarga yang holistik
dan komprehensif dan penatalaksanaan secara holistik dan komprehensif, patient centered, family focused, dan community
oriented dengan melakukan metode intervensi promosi kesehatan, penerapan perilaku sehat dengan precaution adoption
process model dan pengobatan dermatitis kontak iritan berdasarkan evidence based medicine. Data primer diperoleh
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah untuk melengkapi data keluarga, data psikososial dan
lingkungan. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kuantitatif dan
kualitatif. Pasien memiliki aspek risiko internal kurang pengetahuan tentang dermatitis kontak iritan, pola berobat kuratif,
dan perilaku yang tidak menggunakan alat perlindung diri saat bekerja. Aspek risiko eksternal pada pasien adalah kurangnya
pengetahuan dan dukungan keluarga dalam pengobatan. Selanjutnya dilaksanakan penatalaksanaan secara holistik
terhadap pasien dan keluarga melalui metode intervensi promosi kesehatan berupa informasi tentang dermatitis kontak
iritan seperti mengedukasi faktor pencetus penyakitnya dan menekankan pentingnya penggunaan APD saat bekerja. Dalam
evaluasi ditemukan keluhan pasien berkurang, pengetahuan yang cukup terhadap penyakit, dan penerapan APD saat
bekerja. Penatalaksanaan secara holistik dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku pada pasien.

Kata kunci: Dermatitis Kontak Iritan, Pelayanan Dokter Keluarga, Promosi Kesehatan

Holistics Management of Irritan Contact Dermatitis in Building Worker


Abstract
Irritant contact dermatitis is a skin disorder that can be found in about 85-98% of all skin diseases caused by work in
Indonesia. Symptoms of burning, stinging and pain relief after exposure to cement and wood dust which are irritating.
Pharmacologic treatment and preventive measures using personal protective equipment (PPE) are important in the
management of occupational dermatitis. Study analysis in this case report identified risk factors and clinical problems in
patients by implementing a holistic and comprehensive family doctor approach and its management with holistic and
comprehensive, patient centered, family focused, and community oriented by conducting health promotion intervention
methods, applying healthy behaviors with precaution adoption process model and treatment of irritant contact dermatitis
based on evidence based medicine. Primary data obtained through history taking, physical examination and home visits to
complete family data, psychosocial and environmental data. Assessment is based on a holistic diagnosis from the beginning,
process, and end of study quantitatively and qualitatively. Patients have aspects of internal risk lack of knowledge about
irritan contact dermatitis, curative treatment patterns, behavior that does not use personal protective equipment when
working. The external risk aspect for patients is the lack of knowledge and family support in treatment. Furthermore,
holistic management of patients and families is carried out through health promotion intervention methods in the form of
information about irritan contact dermatitis such as educating the precipitating factors and emphasizing the importance of
using personal protective equipment (PPE) when working. In the evaluation it was found that the patient’s complaints
were reduced, sufficient knowledge of the disease, changes in patient behavior, and application of personal protective
equipment (PPE) at work. Holistic management can improve knowledge, attitudes, and behavior in patients.

Keywords: Contact Dermatitis Irritant, Health Promotion, Family Pediatric Service

Korespondensi: Muhammad Ega Alfarizi, alamat Jl. Jend. Suprapto GG Bintara II Nomor XVII Bandarlampung, HP 08993559262,
e-mail edialsmart@gmail.com

Pendahuluan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis


Dermatitis adalah peradangan kulit berupa efloresensi polimorfik (eritema,
(epidermis dan dermis) sebagai respons edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi)
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak

Medula | Volume 10 | Nomor 1 |April 2020 |165


Muhammad Ega Alfarizi dan Azelia Nusadewiarti | Penatalaksanaan Holistik Dematitis Kontak Iritan di Wilayah Puskesmas Hanura

selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin alkohol. Pasien biasanya makan 3 kali sehari.
hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis Makanan yang di konsumsi bervariasi. Pasien
cenderung residif dan menjadi kronis. 1 lebih sering memakan masakan rumah.
Dermatisis kontak iritan (DKI) adalah Sumber karbohidrat berasal dari nasi dan
reaksi peradangan kulit non- imunologik. protein berasal dari protein hewani dan nabati
Kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa yaitu telur, ayam, ikan, tahu dan tempe.
didahului oleh proses sensitisasi. DKI dapat Pasien juga mengkonsumsi sayur baik tumis
dialami oleh semua orang tanpa memandang
maupun sebagai lalapan, namun untuk buah-
usia, jenis kelamin, dan ras. Penyebab
buahan pasien mengaku jarang. Pasien tidak
munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan
yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, ada alergi makanan. Pasien mengatakan
deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan jarang berolahraga dikarenakan pasien merasa
serbuk kayu yang biasanya berhubungan tidak memiliki waktu untuk berolahraga.
dengan pekerjaan. 1 Pasien bekerja sebagai buruh tukang
Pentingnya manajemen pasien secara bangunan sudah sejak 5 tahun terakhir. Pasien
holistik pada kasus ini karena efek dermatitis selama bekerja tidak pernah menggunakan
menimbulkan gejala gatal dan bentuk lesi kulit APD sarung tangan karena tidak nyaman.
yang menebal dan berwarna kehitaman pada Pasien tinggal bersama istri, anak, istri dari
penyakit kulit ini sangat mengganggu dan anak dan cucu di rumah. Pasien dan keluarga
minimnya pengetahuan pasien dan keluarga tidak mengetahui penyakit kulit yang diderita
dikarenakan hanya lulusan sekolah dasar oleh pasien. Selama ini pasien menganggap
hingga sekolah menengah pertama sehingga sakit kulitnya karena infeksi jamur. Riwayat
perlunya penatalaksanaan secara keseluruhan
keluarga dengan penyakit yang sama disangkal
pada anggota keluarga yang lain.
oleh pasien dan keluarga.
Hubungan pasien dengan istri, anak dan
Kasus
Pasien Tn. SA usia 56 tahun datang ke cucunya baik serta harmonis. Begitu pula
puskesmas Hanura, datang dengan keluhan hubungan dengan lingkungan tetangga baik
muncul ruam, kemerahan dan terasa gatal dan harmonis. Pasien juga sadar akan
pada kedua tangannya. Keluhan dirasakan penyakitnya dan menghindari faktor
hilang timbul sejak 1,5 tahun yg lalu namun 2 pencetusnya. Dukungan keluarga untuk
hari yang lalu pasien mengeluhkan hal yang memotivasi pasien agar selalu memeriksakan
sama. Rasa gatal muncul hilang timbul tidak kesehatannya dan perilaku menggunakan alat
ada waktu tertentu dan menurut pasien gatal perlindungan diri masih kurang.
memberat jika cuaca panas, sedang Pendapatan dalam keluarga berasal dari
berkeringat, atau terpapar semen dan serbuk pasien itu sendiri yang bekerja. Pasien bekerja
kayu setelah bekerja sebagai tukang sebagai buruh tukang bangunan. Penghasilan
bangunan. Pasien sering menggaruk bagian yang didapatkan cukup untuk kebutuhan
yang gatal dengan tangan dan semakin lama primer.
bekas garukan menebal dan berwarna
Hasil
kehitaman yang dirasakan sejak 1,5 tahun ini.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Pasien sering berobat ke dokter, dan
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88
merasa khawatir karena sering kambuh. kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, dan
Pasien tidak melakukan pengobatan lain selain suhu tubuh 36,7°C. BMI: 22,0 dengan
ke puskesmas. Pasien tidak memiliki riwayat keterangan nilai BMI sebagai berikut; <18,5
alergi makanan, obat, riwayat asma disangkal, kg/m2 (underweight), 18,5-24,9 kg/m2
dan riwayat hipertensi tidak diketahui. (normal), 25-29,9 kg/m2 (overweight) dan ≥30
Pasien mandi teratur, 2x dalam sehari. kg/m2 (obesitas).19 Sehingga pasien ini
Pasien tidak merokok dan tidak meminum dikategorikan berat badan normal.

Medula | Volume 10 | Nomor 1 |April 2020 |166


Muhammad Ega Alfarizi dan Azelia Nusadewiarti | Penatalaksanaan Holistik Dematitis Kontak Iritan di Wilayah Puskesmas Hanura

Pada status generalis mata konjungtiva berobat dan kekhawatiran terjadinya


anemis (-/-), visus mata dalam batas normal, komplikasi akibat penyakit ini.
telinga dan hidung kesan dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Pada pemeriksaan leher, JVP tidak meningkat, Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88
kesan dalam batas normal. Paru, gerak dada kali/menit, pernapasan 18 kali/menit, dan
dan fremitus taktil simetris, tidak didapatkan suhu tubuh 36,7°C.
rhonki dan wheezing, suara dasar vesikuler Diagnosis klinis Tn. SA adalah
normal kanan dan kiri sama, kesan dalam Dermatitis kontak iritan (ICD X: L24.0).
batas normal. Batas kanan jantung pada linea Sedangkan diagnostik holistik pada pasien
sternalis kanan, batas kiri jantung tepat pada terdiri dari beberapa aspek yaitu:
linea midclavicula, ICS 5, kesan batas jantung 1. Aspek Personal
normal. Abdomen datar dan tidak didapatkan Alasan kedatangan pasien adalah muncul
organomegali ataupun asites, tidak ruam, kemerahan dan terasa gatal pada
didapatkan nyeri tekan abdomen, kesan kedua tangan. Keluhan yang dirasakan
dalam batas normal. semakin memberat. Harapan pasien adalah
Pada Ekstremitas dalam batas normal keluhan pasien semakin berkurang dan
dan status dermatovenereology didapatkan pasien dapat melakukan aktivitas sehari –
pada regio manus et palmar dextra et sinistra hari. Pasien khawatir keluhan terus
terdapat gambaran lesi makula eritema berlanjut dan tidak bisa sembuh. Pasien
berbatas tegas, ukuran numular hingga plakat juga takut terjadinya komplikasi akibat
dengan bentuk bervariasi, disertai pustul penyakit ini.
berbentuk lonjong, dan skuama berwarna 2. Aspek Risiko Internal
keputihan pada sebagian kecil lesi. Pengetahuan pasien kurang tentang
penyakit yang diderita, pola berobat
kuratif, perilaku komsumsi makanan yang
tidak teratur, aktifitas olahraga yang kurang
baik dan perilaku tidak menggunakan alat
perlindungan diri saat bekerja
3. Aspek Risiko Eksternal
Keluarga kurang memahami tentang
penyakit pasien, lingkungan kerja sebagai
buruh tukang bangunan yang
menyebabkan sering terpapar bahan iritan
seperti semen dan serbuk kayu dan
ekonomi yang membuat pasien harus
bekerja sebagai tukang bangunan supaya
bisa memenuhi kebutuhan primer
Gambar 1.Regio Manus et Palmar Dextra et keluarga.
Sinistra 4. Derajat Fungsional
(Sumber gambar: dokumentasi pribadi) Derajat fungsional 1 (satu) yaitu mampu
melakukan aktivitas sehari-hari seperti
Pembahasan sebelum sakit.
Pembinaan kepada pasien Tn. SA, Usia Pada pasien ditegakkan diagnosis klinis
56 tahun telah dilakukan sebagai salah satu dermatitis kontak iritan. Penegakkan diagnosis
bentuk pelayanan kedokteran keluarga. dermatitis kontak iritan terkini didasarkan
Setelah didapatkan informasi melalui hasil pada anamnesis keluhan utama adalah rasa
autoanamnesis dengan pasien didapatkan gatal dan kemerahan dengan riwayat pajanan
timbul ruam, kemerahan dan gatal sudah 2 bahan iritan berupa bahan bangunan yaitu
hari yang lalu. Pasien khawatir keluhan terus semen dan serbuk kayu dengan gambaran lesi
berlanjut serta tidak bisa sembuh walau sudah eritema berbatas tegas dengan skuama yang
bersifat tipikal pada dermatitis, sesuai dengan

Medula | Volume 10 | Nomor 1 |April 2020 |167


Muhammad Ega Alfarizi dan Azelia Nusadewiarti | Penatalaksanaan Holistik Dematitis Kontak Iritan di Wilayah Puskesmas Hanura

Panduan Pelayanan Klinis Dokter Spesialis merasa tidak nyaman dengan APD berupa
Dermatologi dan Venereologi Perdoski tahun sarung tangan. Sarung tangan yang terdapat
2014.1 Pada kasus ini, pasien bekerja sebagai ditempat kerja pasien terbuat dari bahan
buruh tukang bangunan dan sering terpapar plastik dengan bahan yang tebal, sehingga
dengan semen dan serbuk kayu. menghambat pekerjaan pasien dan menjadi
Dermatitis adalah peradangan kulit lebih lambat. Pasien memutuskan tidak pernah
(epidermis dan dermis) sebagai respon menggunakan sarung tangan sebagai APD.
terhadap faktor eksogen dan atau faktor Pada kunjungan kedua tanggal 13
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa September 2018, pasien mengatakan bahwa
efloresensi polimorfik (eritema, pastul, vesikel, keluhan yang dirasakan telah berkurang dari
skuama, likenifikasi) dan gatal.1 Tanda pada sebelum berobat ke puskesmas. Pasien
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, meminum obat secara teratur sesuai dengan
bahkan mungkin hanya beberapa anjuran dokter. Obat yang diberikan ialah obat
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan simptomatik antihistamin chlorpenamine
menjadi kronis.2 untuk mengurangi rasa gatal serta diberikan
Dermatitis kontak akibat kerja krim kortikosteroid hidrokortison 1%.
merupakan salah satu kelainan kulit yanng Pengobatan yang diberikan telah sesuai untuk
sering dijumpai.6 Penyebab munculnya mengobati dermatitis kontak iritan.7 Pada
dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat kunjungan ini pula sekaligus dilakukan promosi
iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, kesehatan tentang pemakaian alat pelindung
minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk diri (APD) khususnya sarung tangan saat
kayu.2 Kelainan kulit yang terjadi selain bekerja. Intervensi ini juga dilakukan pada
ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, keluarga pasien agar keluarga dapat saling
konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, mengingatkan dan terhindar dari DKI.
juga dipengaruhi oleh faktor lain.5 Pada Pada kunjungan ketiga tanggal 19
beberapa orang keluhan hanya berupa gejala September 2018, keluhan pasien sudah jauh
subjektif seperti rasa terbakar, tersengat. berkurang dan tidak merasakan gatal dan tidak
Dapat juga sensasi nyeri beberapa menit ada kemerahan. Keluhan pasien sangat
setelah terpajan, misalnya terhadap asam, berhubungan dengan pekerjaan pasien,
kloroform, methanol.11 Pada pemeriksaan fisik sehingga pasien mulai menggunakan APD
didapatkan adanya eritema, edema dan berupa sarung tangan, walaupun terasa tidak
papula disusul dengan pembentukan vesikel nyaman dan juga tidak terpapar langsung pada
yang jika pecah akan membentuk dermatitis semen dan serbuk kayu. Pasien mulai
yang membasah. Lesi pada umumnya timbul menyadari pentingnya penggunaan APD saat
pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan bekerja, demi menjaga kekambuhan. Pasien
dapat meluas ke daerah sekitarnya.12 juga mengedukasi beberapa teman kerjanya
Pada kunjungan pertama tanggal 08 agar tidak terjadi hal yang sama seperti yang
September 2018 pasien, dari wawancara dialami oleh pasien.
dengan pasien dan keluarganya, pasien dan Pada kunjungan ketiga ini dilakukan juga
keluarganya tidak mengetahui apa evaluasi terhadap keluarga dan pasien apakah
penyakitnya dan apa yang menyebabkan keluarga dan pasien dapat menerapkan
penyakit tersebut. Kemudian pasien diberikan penggunaan sarung tangan pada saat bekerja
penjelasan tentang DKI dan faktor-faktor serta meninggalkan perilaku tidak
pencetus dari DKI. Dari anamnesis didapat menggunakan APD saat bekerja.
bahwa, pasien bekerja sebagai buruh tukang Terdapat beberapa langkah/proses
bangunan dan terpapar bahan bangunan yaitu sebelum orang menghadapi perilaku baru
semen dan serbuk kayu (dimana ada menggunakan penerapan perilaku sehat
kecurigaan bahan iritan berasal dari bahan dengan Precaution Adoption Process Model.15
bangunan yang digunakan pasien). Selama Pertama adalah kesadaran (awarness), dimana
bekerja di tempat pembangunan pasien tidak orang tersebut menyadari stimulus tersebut.
pernah menggunakan APD dikarenakan Kemudian dia mulai tertarik (interest) dan

Medula | Volume 10 | Nomor 1 |April 2020 |168


Muhammad Ega Alfarizi dan Azelia Nusadewiarti | Penatalaksanaan Holistik Dematitis Kontak Iritan di Wilayah Puskesmas Hanura

selanjutnya menimbang-nimbang baik atau penghambatnya adalah belum terbiasanya


tidaknya stimulus tersebut (evaluation). pasien memakai APD saat bekerja.
Setelah itu dia akan mencoba melakukan apa Pada proses perubahan perilaku, TN. SA
yang dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada sudah mencapai trial yaitu pasien sudah mau
tahap akhir adalah adopsi, berperilaku baru mengkonsumsi makanan dengan pola hidup
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan yang baik dan mencoba olahraga teratur dan
sikapnya.15 Pada pasien ini sudah mencoba pasien mulai membiasakan menggunakan APD
tahap trial. Pasien sudah mulai menerapkan saat bekerja. Melihat tingkat kepatuhan pasien
pola berobat yang preventif, menggunakan cukup baik,maka prognosis pasien ini dalam
APD saat bekerja, dan menghindari bahan hal quo ad vitam: dubia ad boman; quo ad
yang menyebabkan timbulnya reaksi iritasi. fungctionam: dubia ad bonam; quo ad
Secara umum, tatalaksana DKI meliputi sanationam: dubia ad bonam karena pasien
menghindari bahan irian, pengobatan topikal masih bisa beraktivitas secara mandiri dan
dan pengobatan sistemik. Langkah masih bisa melakukan fungsi sosial di
pencegahan pada dermatitis kontak iritan masyarakat dan penyakit ini dapat sembuh
akibat kerja dapat dilakukan dengan berbagai dengan minum obat rutin, tetapi dapat muncul
cara seperti : perlindungan pribadi (misalnya kembali jika pasien terpapar zat iritatif.
penggunan sarung tangan, barrier creams,
penggunaan krim setelah bekerja), skrining Simpulan
pra-kerja, eliminasi atau penggantian zat Faktor risiko internal terjadinya pada
berbahaya (iritasi, alergen) tindakan teknis pasien Tn. SA 56 tahun adalah pola makan
(misalnya proses enkapsulasi, otomatisasi), yang kurang baik, gaya hidup yang kurang
organisasi (misalnya, pekerjaan basah baik, kurangnya pengetahuan penyakit
didistribusikan ke semua karyawan).16 dermatitis kontak iritan dan tidak
Tindakan dan cara pencegahan menggunakan APD saat bekerja. Sedangkan
dermatitis kontak iritan juga bisa dilakukan faktor risiko eksternal terjadinya kondisi
dengan cara menggunakan desinfektan kesehatan pada pasien adalah keluarga kurang
berbasis alkohol bukan air dan sabun untuk memahami tentang penyakit pasien,
mendisinfeksi tangan, pakailah sarung tangan lingkungan kerja sebagai buruh tukang
saat melakukan pekerjaan basah, pakailah bangunan yang menyebabkan sering terpapar
sarung tangan katun saat memakai sarung bahan iritan seperti semen dan serbuk kayu
tangan lebih lama dari 10 menit, menggunakan dan ekonomi yang membuat pasien harus
pelembab setiap hari untuk merawat kulit dan bekerja sebagai tukang bangunan supaya bisa
tidak menggunakan body lotion, jangan memenuhi kebutuhan primer keluarga.
memakai perhiasan di tempat kerja, lakukan Telah dilakukan penatalaksanaan pada
sesedikit mungkin pekerjaan basah.17 pasien secara holistik dan komprehensif,
Dengan menerapkan strategi patient centered, family focused, dan
implementasi yang mengandung beberapa community oriented dengan melakukan
komponen yaitu kelompok partisipatif, metode intervensi promosi kesehatan,
panutan, program pendidikan, pengingat, dan penerapan perilaku sehat dengan precaution
brosur dapat mencegah terjadinya dermatitis adoption process model dan pengobatan
kontak, sehingga dapat menurunkan dermatitis kontak iritan berdasarkan evidence
prevalensi dermatitis kontak.18 based medicine.
Faktor pendukung dalam penyelesaian
masalah pasien dan keluarga adalah dukungan Daftar Pustaka
dan motivasi keluarga pasien yang serumah 1. D, Aida, Dkk. Panduan Layanan Klinis
maupun yang tidak serumah dengan pasien, Dokter Spesialis Dermatologi dan
sehingga pasien mendapatkan dukungan dan Venereologi.2014:145-7.
bantuan cukup baik dalam melakukan pola 2. Sularsito SA and Djuanda S. Dermatitis;
hidup yang lebih sehat. Sedangkan faktor in: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,

Medula | Volume 10 | Nomor 1 |April 2020 |169


Muhammad Ega Alfarizi dan Azelia Nusadewiarti | Penatalaksanaan Holistik Dematitis Kontak Iritan di Wilayah Puskesmas Hanura

ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Lampung: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia; 2009:148-50. Universitas Lampung. 2016;4(4):2.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan 11. Kartowigno, S. Sepuluh Besar Kelompok
Kesehatan, Departemen Kesehatan, Penyakit Kulit. Palembang: Unsri Press.
Republik Indonesia; Riset Kesehatan 2012:9-24.
Dasar. Jakarta; 2007. 12. Ayu LN, Dwi IA, Antony M. Dermatitis
4. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Kontak Iritan Kronis pada Pegawai
Laporan bulanan data kesehatan ICD X Laundry. Jurnal Medula. Lampung:
tahun 2012. Lampung: Dinas Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Kota Bandar Lampung; 2012. Lampung. 2017;7(3):3.
5. Amado, A.,Sood, A., Taylor, J.S. Irritant 13. Rycroft, RJ, Menne, T, and Frosch, PJ.
contact dermatitis. Dalam: Goldsmith, Textbook of Contact Dermatitis. 2nd
L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Edition. Germany: Springer-Verlag; 1995.
Leffell, D.J., Wolff, K. Fitzpatrick’s 14. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku
Dermatology in General Medicine. 8th ed. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
New York;Mc Graw Hill co; 2012:499-506. 15. English JS. Current Concepts Of Irritant
6. Tombeng M, Darmada IGK, Darmaputra Contact Dermatitis. Occup Environ Med.
IGN. Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada 2018;61:722–726.
Petani. Bali: SMF Ilmu Kesehatan Kulit 16. Jungbauer F H W, PiebengaWP, ten Berge
dan Kelamin Fakultas Kedokteran EE et. al. NVAB-richtlijn: Preventie
Universitas Udayana; 2012. Contacteczeem [NVAB guideline:
7. Adam D, Perry, Trafeli JP. Hand prevention of contact dermatitis]; 2006.
Dermatitis: Review of Etiology, Diagnosis, 17. Meer EWC, Boot CR, Gulden JW, Knol DL,
and Treathment; JABFM; 2009. Jungbauer FH, Coenraads PJ, Anema JR.
8. Dranton A. Work related skin disease in Hands4U: the effects of a multifaceted
great britian. Health and Safety implementation strategy on hand eczema
Executive; 2017. prevalence in a healthcare setting. Results
9. Steiner F. D., Dick A. R., Scaife S., Semple of a randomized controlled trial. Contact
P., Paudyal J. G., Ayres. High prevalence Dermatitis. 2014;72:312-324.
of skin symptoms among bakery workers. 18. National Heart Lung and Blood Institute.
Occupational Medicine. 2011;61(4):280- Calculate Your Body Mass Index. Diakses
282. pada September; 2018; tersedia dari:
10. Mandasari, Siti S. Dermatitis Kontak Iritan https://www.nhlbi.nih.gov/health/educat
Akibat Kerja. Jurnal Medula Unila. ional/lose_wt/BMI/bmi-m.htm

Medula | Volume 10 | Nomor 1 |April 2020 |170

Anda mungkin juga menyukai