Abstrak
Dermatitis kontak iritan merupakan kelainan kulit yang dapat ditemukan sekitar 85-98% dari seluruh penyakit kulit akibat
kerja di Indonesia. Gejala subjektif berupa rasa terbakar, tersengat dan sensasi nyeri setelah terpajan semen dan serbuk
kayu yang bersifat iritatif. Pengobatan secara farmakologis dan tindakan preventif dengan menggunakan alat pelindung diri
(APD) menjadi hal penting dalam penatalaksanaan dermatitis akibat kerja. Analisis studi pada laporan kasus ini
mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis pada pasien dengan penerapan pendekatan dokter keluarga yang holistik
dan komprehensif dan penatalaksanaan secara holistik dan komprehensif, patient centered, family focused, dan community
oriented dengan melakukan metode intervensi promosi kesehatan, penerapan perilaku sehat dengan precaution adoption
process model dan pengobatan dermatitis kontak iritan berdasarkan evidence based medicine. Data primer diperoleh
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah untuk melengkapi data keluarga, data psikososial dan
lingkungan. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kuantitatif dan
kualitatif. Pasien memiliki aspek risiko internal kurang pengetahuan tentang dermatitis kontak iritan, pola berobat kuratif,
dan perilaku yang tidak menggunakan alat perlindung diri saat bekerja. Aspek risiko eksternal pada pasien adalah kurangnya
pengetahuan dan dukungan keluarga dalam pengobatan. Selanjutnya dilaksanakan penatalaksanaan secara holistik
terhadap pasien dan keluarga melalui metode intervensi promosi kesehatan berupa informasi tentang dermatitis kontak
iritan seperti mengedukasi faktor pencetus penyakitnya dan menekankan pentingnya penggunaan APD saat bekerja. Dalam
evaluasi ditemukan keluhan pasien berkurang, pengetahuan yang cukup terhadap penyakit, dan penerapan APD saat
bekerja. Penatalaksanaan secara holistik dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku pada pasien.
Kata kunci: Dermatitis Kontak Iritan, Pelayanan Dokter Keluarga, Promosi Kesehatan
Korespondensi: Muhammad Ega Alfarizi, alamat Jl. Jend. Suprapto GG Bintara II Nomor XVII Bandarlampung, HP 08993559262,
e-mail edialsmart@gmail.com
selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin alkohol. Pasien biasanya makan 3 kali sehari.
hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis Makanan yang di konsumsi bervariasi. Pasien
cenderung residif dan menjadi kronis. 1 lebih sering memakan masakan rumah.
Dermatisis kontak iritan (DKI) adalah Sumber karbohidrat berasal dari nasi dan
reaksi peradangan kulit non- imunologik. protein berasal dari protein hewani dan nabati
Kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa yaitu telur, ayam, ikan, tahu dan tempe.
didahului oleh proses sensitisasi. DKI dapat Pasien juga mengkonsumsi sayur baik tumis
dialami oleh semua orang tanpa memandang
maupun sebagai lalapan, namun untuk buah-
usia, jenis kelamin, dan ras. Penyebab
buahan pasien mengaku jarang. Pasien tidak
munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan
yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, ada alergi makanan. Pasien mengatakan
deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan jarang berolahraga dikarenakan pasien merasa
serbuk kayu yang biasanya berhubungan tidak memiliki waktu untuk berolahraga.
dengan pekerjaan. 1 Pasien bekerja sebagai buruh tukang
Pentingnya manajemen pasien secara bangunan sudah sejak 5 tahun terakhir. Pasien
holistik pada kasus ini karena efek dermatitis selama bekerja tidak pernah menggunakan
menimbulkan gejala gatal dan bentuk lesi kulit APD sarung tangan karena tidak nyaman.
yang menebal dan berwarna kehitaman pada Pasien tinggal bersama istri, anak, istri dari
penyakit kulit ini sangat mengganggu dan anak dan cucu di rumah. Pasien dan keluarga
minimnya pengetahuan pasien dan keluarga tidak mengetahui penyakit kulit yang diderita
dikarenakan hanya lulusan sekolah dasar oleh pasien. Selama ini pasien menganggap
hingga sekolah menengah pertama sehingga sakit kulitnya karena infeksi jamur. Riwayat
perlunya penatalaksanaan secara keseluruhan
keluarga dengan penyakit yang sama disangkal
pada anggota keluarga yang lain.
oleh pasien dan keluarga.
Hubungan pasien dengan istri, anak dan
Kasus
Pasien Tn. SA usia 56 tahun datang ke cucunya baik serta harmonis. Begitu pula
puskesmas Hanura, datang dengan keluhan hubungan dengan lingkungan tetangga baik
muncul ruam, kemerahan dan terasa gatal dan harmonis. Pasien juga sadar akan
pada kedua tangannya. Keluhan dirasakan penyakitnya dan menghindari faktor
hilang timbul sejak 1,5 tahun yg lalu namun 2 pencetusnya. Dukungan keluarga untuk
hari yang lalu pasien mengeluhkan hal yang memotivasi pasien agar selalu memeriksakan
sama. Rasa gatal muncul hilang timbul tidak kesehatannya dan perilaku menggunakan alat
ada waktu tertentu dan menurut pasien gatal perlindungan diri masih kurang.
memberat jika cuaca panas, sedang Pendapatan dalam keluarga berasal dari
berkeringat, atau terpapar semen dan serbuk pasien itu sendiri yang bekerja. Pasien bekerja
kayu setelah bekerja sebagai tukang sebagai buruh tukang bangunan. Penghasilan
bangunan. Pasien sering menggaruk bagian yang didapatkan cukup untuk kebutuhan
yang gatal dengan tangan dan semakin lama primer.
bekas garukan menebal dan berwarna
Hasil
kehitaman yang dirasakan sejak 1,5 tahun ini.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Pasien sering berobat ke dokter, dan
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88
merasa khawatir karena sering kambuh. kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, dan
Pasien tidak melakukan pengobatan lain selain suhu tubuh 36,7°C. BMI: 22,0 dengan
ke puskesmas. Pasien tidak memiliki riwayat keterangan nilai BMI sebagai berikut; <18,5
alergi makanan, obat, riwayat asma disangkal, kg/m2 (underweight), 18,5-24,9 kg/m2
dan riwayat hipertensi tidak diketahui. (normal), 25-29,9 kg/m2 (overweight) dan ≥30
Pasien mandi teratur, 2x dalam sehari. kg/m2 (obesitas).19 Sehingga pasien ini
Pasien tidak merokok dan tidak meminum dikategorikan berat badan normal.
Panduan Pelayanan Klinis Dokter Spesialis merasa tidak nyaman dengan APD berupa
Dermatologi dan Venereologi Perdoski tahun sarung tangan. Sarung tangan yang terdapat
2014.1 Pada kasus ini, pasien bekerja sebagai ditempat kerja pasien terbuat dari bahan
buruh tukang bangunan dan sering terpapar plastik dengan bahan yang tebal, sehingga
dengan semen dan serbuk kayu. menghambat pekerjaan pasien dan menjadi
Dermatitis adalah peradangan kulit lebih lambat. Pasien memutuskan tidak pernah
(epidermis dan dermis) sebagai respon menggunakan sarung tangan sebagai APD.
terhadap faktor eksogen dan atau faktor Pada kunjungan kedua tanggal 13
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa September 2018, pasien mengatakan bahwa
efloresensi polimorfik (eritema, pastul, vesikel, keluhan yang dirasakan telah berkurang dari
skuama, likenifikasi) dan gatal.1 Tanda pada sebelum berobat ke puskesmas. Pasien
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, meminum obat secara teratur sesuai dengan
bahkan mungkin hanya beberapa anjuran dokter. Obat yang diberikan ialah obat
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan simptomatik antihistamin chlorpenamine
menjadi kronis.2 untuk mengurangi rasa gatal serta diberikan
Dermatitis kontak akibat kerja krim kortikosteroid hidrokortison 1%.
merupakan salah satu kelainan kulit yanng Pengobatan yang diberikan telah sesuai untuk
sering dijumpai.6 Penyebab munculnya mengobati dermatitis kontak iritan.7 Pada
dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat kunjungan ini pula sekaligus dilakukan promosi
iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, kesehatan tentang pemakaian alat pelindung
minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk diri (APD) khususnya sarung tangan saat
kayu.2 Kelainan kulit yang terjadi selain bekerja. Intervensi ini juga dilakukan pada
ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, keluarga pasien agar keluarga dapat saling
konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, mengingatkan dan terhindar dari DKI.
juga dipengaruhi oleh faktor lain.5 Pada Pada kunjungan ketiga tanggal 19
beberapa orang keluhan hanya berupa gejala September 2018, keluhan pasien sudah jauh
subjektif seperti rasa terbakar, tersengat. berkurang dan tidak merasakan gatal dan tidak
Dapat juga sensasi nyeri beberapa menit ada kemerahan. Keluhan pasien sangat
setelah terpajan, misalnya terhadap asam, berhubungan dengan pekerjaan pasien,
kloroform, methanol.11 Pada pemeriksaan fisik sehingga pasien mulai menggunakan APD
didapatkan adanya eritema, edema dan berupa sarung tangan, walaupun terasa tidak
papula disusul dengan pembentukan vesikel nyaman dan juga tidak terpapar langsung pada
yang jika pecah akan membentuk dermatitis semen dan serbuk kayu. Pasien mulai
yang membasah. Lesi pada umumnya timbul menyadari pentingnya penggunaan APD saat
pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan bekerja, demi menjaga kekambuhan. Pasien
dapat meluas ke daerah sekitarnya.12 juga mengedukasi beberapa teman kerjanya
Pada kunjungan pertama tanggal 08 agar tidak terjadi hal yang sama seperti yang
September 2018 pasien, dari wawancara dialami oleh pasien.
dengan pasien dan keluarganya, pasien dan Pada kunjungan ketiga ini dilakukan juga
keluarganya tidak mengetahui apa evaluasi terhadap keluarga dan pasien apakah
penyakitnya dan apa yang menyebabkan keluarga dan pasien dapat menerapkan
penyakit tersebut. Kemudian pasien diberikan penggunaan sarung tangan pada saat bekerja
penjelasan tentang DKI dan faktor-faktor serta meninggalkan perilaku tidak
pencetus dari DKI. Dari anamnesis didapat menggunakan APD saat bekerja.
bahwa, pasien bekerja sebagai buruh tukang Terdapat beberapa langkah/proses
bangunan dan terpapar bahan bangunan yaitu sebelum orang menghadapi perilaku baru
semen dan serbuk kayu (dimana ada menggunakan penerapan perilaku sehat
kecurigaan bahan iritan berasal dari bahan dengan Precaution Adoption Process Model.15
bangunan yang digunakan pasien). Selama Pertama adalah kesadaran (awarness), dimana
bekerja di tempat pembangunan pasien tidak orang tersebut menyadari stimulus tersebut.
pernah menggunakan APD dikarenakan Kemudian dia mulai tertarik (interest) dan