Anda di halaman 1dari 13

NAMA : REVI INDIKA

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah
Analisis Eksplorasi Penyebab
No. Yang Telah Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
Masalah
Diidentifikasi
1 Rendahnya • Kajian literatur jurnal: • Setelah di analisis lebih lanjut dari hasil
prestasi belajar Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Fadilaturrahmi. studi literatur dan wawancara pada pihak
siswa (2017). Lingkungan Belajar Efektif Bagi Siswa. Jurnal Basicedu Vol.2 bersangkutan maka diperoleh kesimpulan
No.2 hal.61-69 bahwa:
Menyebutkan bahwa “lingkungan dapat menimbulkan Rendahnya prestasi belajar siswa itu
perubahan tingkah laku dan hasil belajar oleh karena itu maka sekolah diakibatkan oleh:
hendaknya menciptakan lingkungan belajar efektif bagi siswa.” 1. Lingkungan belajar yang yang kurang
mendukung
• Kajian literatur jurnal: 2. Kebiasaaan belajar yang tidak
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Kartika, Diyantri berkesinambungan
Tri. (2018). Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Belajar 3. Tingkat intelegensi yang rendah
4. Kemampuan guru rendah dalam
Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Mahasiswa Universitas Negeri
mengelola pembelajaran
Surabaya. Hal. 2.

Menyebutkan bahwa hal yang mempengaruhi prestasi siswa


adalah kebiasaan belajar dan lingkungan belajar. Kebiasaan belajar
bukanlah bakat alami naamun harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan. Sedangkan lingkungan belajar adalah kondisi dari
segala fasilitas yang digunakan untuk kegiatan belajar sehari-hari.

• Kajian Literatur Prosiding:

Menurut Ruslan dkk (2016), prestasi belajar rendah dapat dibuktikan


salah satunya oleh hasil belajar tidak mencapai KKM dikarenakan
guru kurang menguasi materi pelajaran, guru kurang menguasai kelas,
guru enggan mempergunakan alat peraga dalam mengajar, guru
kurang mampu memotivasi anak dalam belajar, guru menyamaratakan
kemampuan anak di dalam menyerap pelajaran, guru kurang disiplin
dalam mengatur waktu, guru enggan membuat persiapan mengajar
atau setidaknya menyusun langkah-langkah dalam mengajar.

Pratiwi, Angghi Dwi Putri (2017). Analisis Permasalahan dalam


Penilaian Pembelajaran di Sekolah. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan 252 Tanggal 16 September 2017, FKIP Universitas
Muhammadiyah Palembang. Vol. 2 No. 1 Th. Jan-Des 2017.

• Kajian Literatur Prosiding:


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nabillah, Tasya dan
Agung Prasetya. (2020). Faktor Penyebab Rendahnya Hasul Belajar
Siswa. Prosiding Sesiormedika 2(1c). Jurnal unsika.ac.id
”Menyebutkan bahwa tinggi rendahnya hasil belajar siswa yaitu terdiri
dari faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu berasal dari dalam diri siswa seperti kurangnya
minat dan motivasi siswa saat pembelajaran
Faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar diri siswa seperti metode
guru yang tidak menarik bagi siswa”

• Wawancara kepada rekan guru (Acep Kuswara, S.T guru mata


pelajaran produktif TKR), Iis Siti Aisyah, S.Pd (guru mata pelajaran
IPAS) dan Deni Radian, S.Pd (guru mata pelajaran sejarah)
1. Kurang dukungan orang tua / sebagian orang tua tidak faham
perlunya pendidikan minimal di dunia kerja.
2. Berada dilingkungan yang kurang peduli terhadap pendidikan
3. Kurang perhatian keluarga, intelegensi, kesiapan belajar.

• Wawancara Rekan Sejawat (Ibu Nurlela guru geografi SMAN 1


Anjatan)
Menyebutkan bahwa rendahnya prestasi siswa karena:
1. Rendahnya motivasi dari siswa untuk berkeinginan maju.
2. Lingkungan belajar yang kurang kondusif.
3. Sarana prasarana yang kurang mendukung untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.

• Wawancara Rekan Sejawat (Pak. Ajiz Nurrahmat) guru geografi


SMA 1 Sindangkasih
Menyebutkan bahwa rendahnya prestasi siswa karena:
1. Faktor peserta didik
2. Guru
3. Kebiajakan sekolah

• Hasil Wawancara Pakar : Fahrudin Muhtarulloh, M.Sc (NIDN.


1009018601) sebagai Dosen di Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung
Menyebutkan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa itu
dikarenakan:
a. Tingkat kecerdasan individu
b. Kurang memunculkan sikap positif
c. Ketidaksesuaian minat dan bakat
d. Konsentrasi yang kurang saat belajar
e. Dan juga bisa datang dari lingkungan keluarga yang bermasalah
seperti broken home , teman sepermainan di sekolah dan
lingkungan masyarakat.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama
Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua
Lingkungan masyarakat adalah lingkungan ketiga
Yang mana ketiga lingkungan tersebut akan berdampak pada pola
perilaku salah satunya adalah tentang prestasi.

2 Guru kurang • Kajian literatur jurnal: Setelah di analisis lebih lanjut dari hasil studi
mengembangkan Berdasarkan hasil penelitian oleh Nurtanto, Muhamad. (2016). literatur dan wawancara pada pihak
materi secara Mengembangkan Kompetensi Profesionalisme Guru Dalam bersangkutan maka diperoleh kesimpulan
luas sehingga Menyiapkan Pembelajaran Yang Bermutu. Prosiding Seminar bahwa ada beberapa faktor yang
wawasan peserta Nasional Inovasi Pendidikan. mempengaruhi guru kurang mengembangkan
didik kurang ’Menyebutkan bahwa guru harus memiliki femahaman luas materi secara luas :
tentang materi yang dibuktikan oleh 4 kompetensi yang harus 1. Kompetensi guru yang tidak sesuai
dipenuhi guru yaitu: kepribadian, sosial, pedagogik, dan profesional keahlian
sesuai dengan kompetensi keahlian’. 2. Kurangnya keaktifan guru dalam
mencari kevariatifan sumber materi.
• Kajian literatur prosiding:
Berdasarkan Bachtiar, Muhamad Yusri. 2016. Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan . Jurnal Publikasi Pendidikan Volume VI. No.197
Menyebutkan bahwa ada beberapa pandangan penting yang
harus dimiliki guru agar wawasan peserta didik menjadi luas
diantaranya adalah guru harus :
a. Modern
b. Demokratis
c. Profesional (kompetensi, serdik, kualifikasi, rekrutmen dan
seleksi, penialaian kinerja

• Hasil Wawancara Waka Kurikulum Bpk. Fajar Nunu Nugraha,


S.Pd.,Gr:
Menyebutkan alasan guru kurang mengembangkan materi secara luas
sehingga wawasan peserta didik kurang:
f. Guru kurang aktif mencari sumber belajar atau tidak aktif di forum
mgmp
g. Materi yang disajikan tidak variatif atau hanya dari 1 sumber
bacaan
h. Banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikannya

• Hasil Wawancara Pakar : Dana Idang Hadiana, M.Pd menyatakan


bahwa alasan guru kurang mengembangkan materi secara luas
sehingga wawasan peserta didik kurang adalah:
1. Merasa cukup dengan materi yang ada pada satu buku
2. Guru yang malas belajar
3. Ketidaklineran ijazah

3 Rendahnya • Kajian literatur jurnal: Setelah di analisis lebih lanjut dari hasil studi
minat baca Berdasarkan Penelitian oleh Suryaman, Maman, (2015). Analisis literatur dan wawancara pada pihak
peserta didik Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Literasi Membaca, Volume 14, bersangkutan maka diperoleh kesimpulan
Nomor 1, April 2015. bahwa:
”Menyebutkan bahwa kemampuan membaca siswa Indonesia Rendahnya minat baca peserta didik adalah :
ukuran internasional berada pada level lemah”. • Peserta didik sekarang lebih
mengutakan penampilan fisik dibanding
• Kajian literatur jurnal: esensi dari sekolah
Berdasarkan hasil penelitian oleh Nurhaidah. (2018). Dampak • Mudahnya mengakses internet namun
Rendahnya Minat Baca Dikalangan Peserta Didik. Jurnal Pendidikan yang diakses tidak berkaitan dengan
Dan Humaniora. pembelajaran.
Menyebutkan bahwa “rendahnya minat baca peserta didik • Lebih menikmati fitur (sosmed) yang
akhir-akhir ini membuat keingintahuan peserta didik rendah pula. disediakan oleh gadget
• Minat baca sebagian orang Indonesia
peserta didik saat sekarang lebih mengutamakan gaya atau
rendah
berpenampilan menarik, sementara pemikiran atau ketrampilan yang
• Guru kurang memanfaatkan
dimiliki kosong. Padahal minat membaca adalah sumber motivasi kuat perpustakaan sebagai sumber belajar
bagi seseorang untuk menganalisa dan mengingat serta mengevaluasi
bacaan yang telah dibacanya, yang merupakan pengalaman belajar
menggembirakan dan akan mempengaruhi bentuk serta intensitas
seseorang dalam menentukan cita-citanya kelak dimasa yang akan
datang

• Kajian literatur jurnal:


Berdasarkan hasil penelitian oleh Mansyur, Umar. 2019. Upaya
Meningkatkan Minat Baca. Seminar Nasional Bahasa dan Sastra
Indonesia II (Narasi II) Himaprodi FBS UNM.

Menyatakan bahwa “Tingkat minat baca orang Indonesia hasil


survei menyatakan bahwa angkanya sangat memprihatinkan. Suatu hal
yang sangat berkebalikan dengan penggunaan internet dan media
sosial yang angkanya semakin naik. Hal ini menimbulkan kemampuan
berpikir rendah”.

• Hasil Wawancara : Kepala Perpustakaan (Ibu. Fatimah, M.Pd) dan


waka kesiswaan (Bpk. Pipit Abdul Fatah , S.Pd):
Rendahnya minat baca atau literasi siswa dikarenakan:
1. Variasi buku yang tidak banyak
2. Efek penggunaan wifi yang memudahkan untuk akses internet
mencari bahan belajar
3. Guru kurang memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar
4. Keasikan bermain sosial media
5. Pengaruh game online

• Hasil Wawanacara Pakar : Fahrudin Muhtarulloh, M.Sc (NIDN.


1009018601) sebagai Dosen di Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung
”Menyebutkan bahwa rendahnya minat baca atau kurangnya literasi
anak adalah :
1. Berawal dari lingkungan keluarga yang kurang memberikan
contoh untuk membaca sejak dini. Contoh perilaku agar anak
menyukai membaca sejak dini adalah diberikan buku buku
dongeng atau buku bergambar lainnya.
2. Berkembangnya budaya copy paste
3. Lingkungan baca yang kurang nyaman
4. Kemajuan teknologi yang semakin pesat dan mudah diakses
dimana pun dan kapanpun

4 Guru belum • Kajian literatur jurnal: Setelah di analisis lebih lanjut dari hasil studi
menerapkan Berdasarkan hasil penelitian oleh Rahayu, Galih Dani dan Dida literatur dan wawancara pada pihak
model Firmansyah. (2018). Pengembangan Pembelajaran Inovatif Berbasis bersangkutan maka diperoleh kesimpulan
pembelajaran Pendapingan Bagi Guru. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat bahwa alasan guru belum menerapkan model
yang inovatif (Abdimas) IKIP Siliwangi. Volume 1 Nomor 1, Januari 2018 pembelajaran yang inovatif yang disesuaikan
yang disesuaikan Menyatakan bahwa ”perlu adanya pendampingan dan dengan materi adalah:
dengan materi. pengabdian yang bisa memberikan contoh-contoh berbagai 1. Belum fahamnya guru terhadap model
pembelajaran inovatif agar siswa dan guru-guru semakin bersemangat pembelajaran inovatif akibat kurang
dan terbuka untuk belajar lebih giat lagi”. intensnya pendampingan tentang model
pembelajran inovatif
• Kajian literatur jurnal: 2. Guru merasa tugasnya selesai ketika
Berdasarkan hasil penelitian oleh Hamidah, Nur. (2021). Potret sudah menyelasaikan tugasnya
Kebijakan Pendidikan Indonesia. Gurusiana.id memberikan materi tanpa memikirkan
“Menyatakan bahwa jarang sekali ditemukan guru-guru yang keterserapan materi oleh peserta didik.
menggunakan pembelajaran inovatif. Lagi-lagi guru cukup
menggunakan metode, model, media maupun pendekatan yang itu itu
aja dalam pembelajaran”.

• Hasil wawancara dengan rekan guru (Ibu Neneng Ina Apriani, S.S.
Gr, Ibu Risti Nurjanah dan Ibu Mela Herna Melani , S.Pd., Gr)
tentang masalah guru belum menerapkan model pembelajaran yang
inovatif yang disesuaikan dengan materi, yaitu :
1. Beban mengajar guru yang banyak ditambah belum tugas
tambahan
2. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung
3. Ada istilah “yang penting materi tersampaikan”
4. Karena gurunya pun masih bingung tentang pembelajaran
inovatif.

• Wawancara Pakar : Fahrudin Muhtarulloh, M.Sc (NIDN.


1009018601) sebagai Dosen di Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung
Menyebutkan bahwa alasan guru belum menerapkan model
pembelajaran yang inovatif yang disesuaikan dengan materi adalah :
1. Penguasaan materi yang kurang jadi guru lebih fokus ke
menyiapkan materi dan tidak berpikir model pembelajara apa yang
akan dipakai
2. Kurang fahamnya model-model pembelajaran
3. Adanya keyakinan di diri guru bahwa metode ceramah itu yang
paling cocok dalam pembelajaran
4. Kurangnya kreativitas guru
5. Kurangnya media pendukung
6. Padatnya materi yang harus disampaikan

5 Guru belum • Kajian Literatur Jurnal: Bastudi, (2021). Hambatan utama Setelah di analisis lebih lanjut dari hasil studi
memanfaatkan penggunaan TIK dalam Pembelajaran dan Strategi Mengatasinya literatur dan wawancara pada pihak
TIK dalam ,Widya Edukasi Vol. 1.2. bersangkutan maka diperoleh kesimpulan
pembelajaran Menyebutkan bahwa TIK merupakan salah satu kekuatan pendorong bahwa alasan guru belum menggunakan TIK
untuk menciptakan pendidikan kualitas tinggi, mutu pelajaran dan dalam pembelajaran adalah karena kurangnya
meningkatkan standar sekolah. Namun, ada beberapa kendala terkait sarana dan prasarana, sinyal dan jaringan yang
penggunaan TIK yang dirasakan yaitu kurangnya sarana dan prasarana tak stabil, kurangnya pengintegrasian sarana
yang mendukung seperti laptop, proyektor, jaringan internet. Selain itu dan prasarana, guru sebagai SDM ynang belum
kendala yang dapat dirasakan lainnya adalah kemampuan teknis guru menguasai TIK dan banyaknya guru yang
tentang TIK terbatas dan jaringan atau sinyal yang terkendala. masih gaptek.

• Kajian Literatur Jurnal: Ningsih, Sutria dkk. (2020). Problematika


Guru dalam Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan
Implikasinya. Jambi: Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Vol.
4 No.3 Mei 2020.
Menyebutkan bahwa ”guru memiliki peranan penting dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu kualitas kompetensi guru harus
mumpuni. Peningkatan kualitas guru ini dengan cara kegiatan
pengembangan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan maupun non pendidikan. Namun, faktanya dilapangan
masih banyak guru yang belum menggunkan TIK dikarenakan
menguras waktu yang cukup banyak, terbatasnya jumlah sarana dan
prasarana teknologi”.

• Hasil Kajian Literatur Jurnal : Styaningrum, Amalia.


(2016).Analisis Hambatan Guru dalam Pengintegrasian Teknologi di
Sekolah. Salatiga: Jurnal.uksw.
Menyebutkan bahwa masalah penggunaan TIK tidak hanya terkendala
pada sarana dan prasarana tapi lebih kepada pengintegrasiannya yang
belum sepenuhnya. Hambatan pengintegrasian ini adalah kualitas
SDM. SDM yang dimaksud adalah guru. Jadi perlu ditingkatkan
kembali terkait kualitas guru dalam hal pengintegrasian TIK sesuai
dengan UU RI No.14 Tahun 2005 tentang guru dosen bahwa guru dan
dosen harus menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

• Hasil wawancara dengan rekan guru (Deni Muhamad Ikbal, SPd., Gr


selaku guru mata pelajaran Prakarya dan Epa Parlina, S.Pd., Gr
selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia)
Menyebutkan bahwa alasan kenapa guru belum menggunakan TIK
adalah proyektor yang digunakan berebut dengan guru lain,
laboratorium hanya boleh digunakan saat mata pelajaran praktek
komputer, sering mati lampu dan gagap teknologi.

• Wawancara Pakar : Fahrudin Muhtarulloh, M.Sc (NIDN.


1009018601) sebagai Dosen di Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung
Menyebutkan bahwa alasan guru belum menggunakan TIK dalam
belajar adalah
1. Dalam menggunakan pembelajaran berbasis TIK sarana dan
prasarana harus lengkap sedangkan tidak semua sekolah memiliki
sarana dan prasarana lengkap.
2. Aliran listrik yang tak stabil terutama didesa karena sering terjadi
pemadaman listrik tanpa pemberitahaun
3. Sinyal dan jaringan yang buruk , hal ini juga sering terjadi di
sekolah yang terletak di pelosok desa.
4. Masih banyak guru yang tidak mahir dalam menggunkan TIK
salah satu nya karena masih banyak guru senior yang kurang
faham mengoprasikan TIK.

6 Rendahnya rasa • Hasil Kajian Literatur Jurnal : Kurniawati, Ella.(2017). Hubungan Setelah di analisis lebih lanjut dari hasil studi
percaya diri antara Pola Asuh dan Percaya Diri Siswa. ejurnal FKIP Universitas literatur dan wawancara pada pihak
siswa dikelas Lampung Hal. 95 bersangkutan maka diperoleh kesimpulan
”Menurut Bumrind (Papalia, 2009:410) yang berpendapat : bahwa bahwa alasan rendahnya rasa percaya diri siswa
sikap, perilaku, dan kebiasaan-kebiasaan orang tua dalam mengasuh adalah :
anak tersebut memiliki sifat yang seharusnya tidak ada dalam dirinya. 1. Pola asuh orang tua
Misal anak akan memiliki sifat keras kepala, manja , rendah hati atau 2. Kurang dukungan dari orang tua
kurang percaya diri”. 3. Sugesti buruk dari diri sendiri
4. Guru galak yang kurang memberikan
• Hasil Kajian Literatur Jurnal : Musriani, Vivin. (2020).Penyebab apresiasi pada siswa
Perilaku Kurang Percaya Diri saat Pembelajaran di Kelas.
Repository.unmuhjember.ac.id. Hal.7
”Menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi rasa kurang percaya
diri pada siswa adalah karena siswa kurang berlatih membaca, faktor
orang tua yang tidak mendukung dirumahnya. Kepercayaan diri bisa
dibentuk berdasarkan pengalaman kecil sampai masa dewasa dan
sebagai akibat dari berinteraksi dengan orang laiin maupun lingkungan
sekitar”.
• Hasil Wawancara Dengan Rekan Guru : Dhaifina Azzimatunnissa,
S.Pd selaku guru BK di SMK Al Farizi Bantarujeg
”Menyebutkan bahwa kurangnya rasa percaya diri siswa karena
lingkungan teman sekelasnya yang suka mencemooh sehingga membuat
siswa lainnya malu untuk berpendapat. Selain itu kurang percaya diri
muncul karena adanya sifat resah, khawatir dan rasa yang tak yakin akan
kemampuan diri sendiri.

• Hasil Wawancara Pakar : Dana Idang Hadiana, M.Pd menyebutkan


bahwa kurang rasa percaya diri muncul pada diri siswa karena ada
beberapa faktor, diantaranya:
1. Karena guru galak
2. Pola asuh
3. Takut salah
4. Guru kurang memberikan apresisasi pada anak
5. Sugesti yang buruk pda diri sendiri
6. Malu
7. Lingkungan yang tak mendukung
8. Takut pendapatnya tidak diterima

7 Penilaian yang • Hasil Kajian Literatur Jurnal : Nurhayati, A. (2016). Prinsip dan Setelah di analisis lebih lanjut dari hasil studi
dilakukan guru Tujuan Penilaian. E-jurnal UIN (Universitas Oslam Negeri) Alauddin literatur dan wawancara pada pihak
tidak Makassar. Vol. V No. 1 Januari-Juni 2016 bersangkutan maka diperoleh kesimpulan
menyeluruh dan ”Menyatakan bahwa prinsip penilaian yang baik diantaranya adalah bahwa alasan guru tidak melakukan penilaian
tidak dilengkapi kontiuitas, komprehensif, objektivitas dan kooperatif yang disertai
instrumen dengan instrumen penilaian yang nyata. Instrumen penilaian tersebut yang menyeluruh dan tidak dilengkapi
penilaian adalah intstrumen tes (tes kepribadian, bakat, intelegensi, sikap, minat, instrumen penilaian adalah:
prestasi) dan intrumen non tes ( daftar ceklis dan skala rentang)” 1. Berada pada penilaian sikap yaitu
keterbatasan waktu dan jumlah siswa
• Hasil Kajian Literatur Jurnal : Zuhera, Yuni. (2017). Kendala Guru yang banyak
dalam Memberikan Penilaian terhadap Sikap Siswa dalam Proses 2. Kesulitan pembuatan instrumen
pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013. Aceh. Jurnal Pendidikan
Guru. FKIP Unsyiah Vol. 2 No. 1 Hal. 73-78.
”Menyebutkan bahwa kesulitan guru dalam melakukan penilaian yaitu
terkait penilaian sikap. Hambatan kesulitan guru dalam melakukan
penilaian sikap tersebut adalah keterbatasan waktu. Jumlah siswa yang
banyak dan sulitnya mengarahkan siswa untuk menanamkan sikap
yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran”.

• Hasil Kajian Literatur Jurnal :Sartika, Septi Dewi. (2013).


Pentingnya Guru Menguasai Keterampilan Menyusun Instrumen
Penilaian. Semarang. Jurnal IKIP PGRI Semarang.
Menurut Benjamin dalam Sartika, Septi Dewi ada 3 domain penilaian
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Mengingat untuk mengetahui
ketercapaian tujuan tersebut adalah melalui evaluasi , namun dalam
implementasinya guru jarang menggunakan instrumen penilaian yang
mengukur domain afektif, yang paling sering digunakan adalah
instrumen domain kognitif dan sedikit sekali yang mengukur domain
psikomotor. Alasannya adalah kesulitan membuat instrumen yang
banyak dengan jumlah siswa yang banyak pula.

• Hasil Wawancara Rekan Kerja : Ibu Iis Siti Aisyah, S.Pd (guru mata
pelajaran IPAS) SMK Al Farizi Bantarujeg
Menyebutkan bahwa alasan guru memberikan penilaian yang tak
menyeluruh dan tanpa instrumen adalah :
1. Waktu penilaian yang mendesak
2. Penilaian secara subjektif
3. Keterampilan guru yang rendah dalam pembuatan format
instrumen penilaian

• Hasil Wawancara Pakar : Dana Idang Hadiana, menyebutkan


bahwa kebanyakan guru melakukan penilaian secara kualitatif per
orang dengan dalih instrumen penilaian itu ribet. Guru hanya melihat
hasil akhir pembelajaran tanpa melihat proses pembelajaran. Guru
cenderung melupakan esensi dari penilaian yaitu merubah perilaku
buruk menjadi lebih baik , bukan hanya nilai yang tinggi tapi
diharapkan dapat merubah perilaku siswa menjadi lebih baik.

Untuk bukti wawancara yaitu berupa rekaman suara yang tidak bisa saya upload Pak, karena belum ada wadah untuk apload
rekaman suara.

Anda mungkin juga menyukai