Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENELITIAN DOSEN

STRATEGI PEMETAAN KUALITAS SDM DALAM


MENUNJANG DESTINASI WISATA DI PULAU TIDUNG,
KEPULAUAN SERIBU DI ERA DIGITAL

Penulis:
Dr. Franky, M.M.

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS PROFESOR DOKTOR MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA, 2020
LEMBARAN PERSETUJUAN
PROPOSAL PENELITIAN DOSEN

STRATEGI PEMETAAN KUALITAS SDM DALAM


MENUNJANG DESTINASI WISATA DI PULAU
TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU DI ERA DIGITAL

Kapuslitdianmas PPS Direktur PPS

Dr. Franky, M.M. Prof. Dr. Paiman Raharjo, M.M., M.Si


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
BAB I PENDAHULUAN 7
A. Latar Belakang 7
B. Identifikasi Masalah 12
C. Pembatasan Masalah 13
D. Perumusan Masalah 14
E. Maksud dan Tujuan Penelitian 14
F. Kegunaan Penelitian 14
BAB II PENELITIAN TERDAHULU, TINJAUAN
PUSTAKA, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 16
A. Penelitian Terdahulu 16
B. Tinjauan Pustaka 18
3. Manajemen Pariwisata 18
2. Kualitas Sumber Daya Manusia 19
4. Teknologi Dalam Menunjang Pariwisata 20
C. Kerangka Pemikiran 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
A. Demografi Pulau 25
B. Pemerintah Daerah 26
C. Ketenagakerjaan 27
D. Kunjungan Wisatawan dan Prospek Bisnis 28
E. Pulau Tidung 29
F. Pembahasan 30
Unsur Pemerintah 30
Unsur Profesional 31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 35
A. Simpulan 35
B. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 37
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kecamatan, Kelurahan, dan Jumlah Pulau di Kepulauan Seribu 25
Tabel 2 Kelurahan, Pulau Pemukiman, dan Luas Daratan 25
Tabel 3 Sebaran ASN menurut bidang kerja, Jenis Kelamin, dan
Jenjang Pendidikan di Pulau Tidung 27
Tabel 4 Jumlah Kunjungan Wisatawan 2018 28
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Nilai dan Sumbangan Sektor Pariwisata Terhadap


PDB Nasional (dalam triliunan rupiah) 9
Gambar 2 Distribusi Usaha/Perusahaan Obyek Daya Tarik Wisata Komersial 10
Gambar 3 Distribusi Pekerja WNI Pada Usaha/Perusahaan 11
Gambar 4 Pejabat Pemerintah Menurut Jenjang pendidikan 26
Gambar 5 Persentase Ketenagakerjaan 27
Gambar 6 Industri Akomodasi dan Kulier 29
BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan dan kesiapan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang
absolut diperlukan sepanjang masa. Generasi demi generasi silih berganti, namun
kebutuhan akan tenaga kerja produktif tidak akan pernah dapat digantikan. Dengan
perkembangan dunia teknologi digital pun, sumber tenaga kerja tetap menjadi andalan
utama dari setiap unit organisasi. Justru, dengan adanya dukungan teknologi ini, maka
pekerjaan manusia akan menjadi lebih efisien, cepat, dan presisi. Oleh karenanya,
dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dan produktif, khususnya di era milenium abad
modern ini.
Kualitas sumber daya manusia menjadi pertaruhan penting bagi kemajuan sebuah
organisasi perusahaan, daerah, dan negara. Dalam perspektif mikro di dalam unit suatu
usaha, kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan cepat beradaptasi dengan perubahan
merupakan nilai penentu terhadap terwujudnya tujuan organisasi usaha tersebut. Di
berbagai bidang kegiatan bisnis, tenaga kerja dengan atribut-atribut di atas menjadi sebuah
keharusan. Termasuk di dalam bisnis pariwisata di Indonesia.
Dunia pariwisata merupakan lokomotif untuk menarik dan mengembangkan
gerbong-gerbong unit usaha lainnya. Ketika bisnis pariwisata berkembang, maka
dibutuhkan sarana atau jasa transportasi, akomodasi, kuliner, dan industri-industri jasa
lainnya. Salah satunya adalah destinasi wisata di pulau Tidung, Kepulauan Seribu yang
kesohor dengan pemandangan alam bawah lautnya. Inilah yang menjadi selayang pandang
kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dari Program Pascasarjana (Pps)
Universitas Profesor Doktor Moestopo (Beragama) – UPDM (B) dilakukan. Selain
kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, kegiatan dan program ini
dilakukan sebagai tanggung jawab moral keilmuan dari sivitas akademika UPDM (B).

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................

Indonesia, di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Yusuf
Kalla periode pertama 2014-2019 telah sukses membangun infrastruktur di seluruh
Indonesia. Hal ini membuktikan komitmen Pemerintah Indonesia dalam melakukan
pemerataan pembangunan demi terwujudnya sila kelima dari Dasar Negara Pancasila:
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Dengan pembangunan sarana
infrastruktur, seperti tol darat, pelabuhan, tol laut, bendungan, dan jalan raya -trans
Sumatera, trans Jawa, Kalimantan- telah menyatukan daerah-daerah yang selama ini
terisolir. Sehingga dengan adanya infrastruktur transportasi jalan raya ini
memungkinkan kegiatan ekonomi dapat berkembang sebagaimana mestinya.
Daerah-daerah wisata menjadi mudah dan nyaman dicapai. Sentra-sentra
ekonomi rakyat dapat bertumbuh secara signifikan dengan sarana dan prasarana yang
telah dibangun oleh Pemerintah. Semua hal tersebut dapat terwujud dengan adanya
dukungan infrastrukur yang memadai. Komitmen pemerintah dilanjutkan kembali di
bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua dengan Wakil Presiden
Ma’ruf Amin dengan memberi fokus arah pembangunan kepada peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Keberadaan, kesiapan, dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia merupakan kemutlakkan yang tidak dapat ditawar-tawar. Program ini harus
dilaksakan dengan komitmen dan konsistensi yang tinggi. Niscaya, semua sektor bisnis
akan berlangsung dengan baik, apabila didukung oleh sumber daya manusia yang
produktif dan terampil.
Kesiapan infrastruktur dan perencanaan program serta kegiatan peningkatan
kualitas sumber daya manusia harus berlangsung secara simultan. Hal ini dilakukan
sebagai langkah-langkah persiapan untuk mengantisipasi perubahan dan tuntutan
zaman, khususnya di era milenium ini. Era di mana teknologi memiliki peran dan
posisi yang strategis di semua lini organisasi bisnis. Termasuk di dalamnya adalah
sektor pariswisata. Destinasi wisata yang berkembang tidak saja ditandai dengan
kepemilikkan sumber daya alam yang unik, namun dibutuhkan juga tata kelola dari
tenaga kerja yang terampil dan profesional. Tenaga kerja demikian juga diperlukan
bagi perkembangan destinasi wisata yang ada di pulau Tidung, Kepulauan Seribu yang
berada di Propinsi DKI Jakarta.
Destinasi wisata di pulau Tidung, Kepulauan Seribu berada di wilayah
Pemerintahan Daerah Kota Jakarta. Kepulauan Seribu sendiri terdiri atas 342 pulau-
pulau kecil. Di antaranya hanya terdapat 11 pulau yang berpenghuni dan sisanya belum
terjamah oleh manusia. Dari 11 pulau yang sudah berpenghuni, terdapat 3 pulau yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak, antara lain pulau Panggang, Kelapa, dan
Pramuka. Pulau Pramuka merupakan lokus di mana menjadi pusat pemerintahan dari
Kepulauan Seribu.
Gambar 1 – Nilai dan Sumbangan Sektor Pariwisata Terhadap PDB Nasional (dalam Triliunan rupiah)
Sumber: KOMPAS, 16 Juli 2019 – diakses pada Kamis, 9 Januari 2020

Data yang didapat pada gambar 1.1 menunjukkan bahwa penghasil devisa
bagi negara disumbang dari sektor industri pariwisata cukup signifikan yakni sebesar
Rp 508 triliun. Sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi dari industri pariwisata
ini juga diimbangi dengan perkembangan progresif dari tahun ke tahun. Data ini
menjadi dasar bahwa para pengusaha dan pemerintah harus memberi perhatian yang
serius dalam mengelola dan mengembangkan daerah-daerah wisata di Indonesia.
Turis domestik masih menjadi pemasok utama dalam pengembangan
destinasi wisata ini. Turis domestik pun memberi perhatian terhadap eksotik destinasi
wisata yang ada di Indonesia. Sekali lagi, hal ini merupakan peluang sekaligus
kesempatan yang besar, agar pelaku dunia wisata di Indonesia dapat memberikan
pelayanan yang terbaik agar kesempatan usaha di bidang pariwisata dapat
berkembang dengan baik.
Berdasarkan data dari surat kabar harian Kompas pada 10 September 2019
disebutkan bahwa Pemerintah Indonesia telah menganggarkan pembiayaan
superprioritas terhadap pembangunan lima destinasi wisata sebesar Rp 9,35 triliun
pada 2020. Kelima destinasi wisata tersebut adalah Danau Toba di Sumatera Utara,
Borobudur di Jawa Tengah, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Mandalika di
Nusa Tenggara Barat, dan Likupang di Sulawesi Utara. Latar belakang yang menjadi
alasan mengapa kelima daerah tersebut menjadi fokus perkembangan destinasi wisata
oleh Pemerintah Indonesia, salah satunya adalah pertumbuhan dari kunjungan
wisatawan yang cukup signifikan. Hal yang lain adalah dengan adanya ketentuan
Pemerintah Indonesia terhadap pembangunan dan pengembangan kawasan ekonomi
khusus (KEK).
Pengembangan daerah wisata yang digagas baik oleh Pemerintah Pusat dan
Daerah merupakan sinergi yang harus mendapat perhatian badan-badan usaha milik
pemerintah maupun swasta. Pengembangan ini tidak akan dapat tercapai secara
maksimal, ketika tidak mendapatkan dukungan dari para pelaku usaha di bidang
pariwisata ini. Di bawah terdapat data grafik yang menggambarkan kuantitas
kunjungan ke wisatawan ke beberapa jenis destinasi wisata yang bermanfaat untuk
pelaku-pelaku bisnis dalam membuat perencanaan investasi.

Gambar 2 – Distribusi Usaha/Perusahaan Obyek Daya Tarik Wisata Komersial


Menurut Jenis Obyek Daya Tarik Wisata Di Indonesia pada 2017
Sumber: Statistik Obyek Daya Tarik Wisata 2017 - www.bps.co.id – diakses pada 9 Januari 2020

Data statistik pada 2017 telah memaparkan dan memosisikan dua jenis daya
tarik tujuan wisata tertinggi yakni, wisata tirta dan alam. Informasi ini merupakan data
penting bagi daerah yang memiliki tujuan wisata yang bernuansa air, yakni pantai,
danau, telaga, sungai, dan lain-lain. Kebetulan, destinasi wisata Kepulauan Seribu
merupakan tujuan wisata tirta yang memiliki kesempatan besar dalam
menumbuhkembangkan daerah wisatanya sebagai tujuan investasi.
Dalam usaha meningkatkan kualitas destinasi wisata, selain memerlukan
investasi dana yang berjumlah besar, dukungan sumber daya manusia (SDM)
menempati posisi yang penting dan strategis. SDM yang memiliki kapasitas dan
kompetensi yang siap untuk diterjunkan bekerja di sektor pariwisata ini. SDM yang
berkualitas dalam pengetahuan, keterampilan, dan ethos kerja. Untuk faktor terakhir,
yakni ethos kerja memiliki peran yang mendasar. Mengapa? Karena bisnis destinasi
wisata ini sarat akan pelayanan. Pelayanan yang berkelas yang dapat memberikan
kepuasan kepada wisatawan. Di bawah disampaikan data tenaga kerja atau sumber
daya manusia yang telah bekerja di sektor pariwisata ini yang dikaitkan dengan
sertifikasi.

Gambar 3 – Distribusi Pekerja WNI Pada Usaha/Perusahaan


Obyek Daya Tarik Wisata Komersial Menurut Kepemilikkan Sertifikat pada 2017
Sumber: Statistik Obyek Daya Tarik Wisata 2017 - www.bps.co.id – diakses pada 9 Januari 2020

Dari sisi profesionalisme warga negara Indonesia yang terserap untuk


bekerja pada jenis pekerjaan pariwisata ini yang bersertifikat pariwisata sebesar
4,14%. Sekali lagi, data ini merupakan kesempatan besar bagi daerah wisata lain
untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari sisi profesionalismenya
yang masih terbuka sebesar 95,87%. Khusus, untuk destinasi wisata di Kepulauan
Seribu telah memiliki kriteria dan kesempatan yang besar dalam usaha
menumbuhkembangkan daerah wisatanya.
Data menunjukkan, pertama bahwa tujuan wisata tirta menjadi tujuan
tertinggi untuk dikunjungi. Kedua, profesionalisme pekerja yang masih jauh di bawah
rata-rata. Kedua hal tersebut menjadi pijakan penting dalam usaha mengembangkan
daerah wisata di Kepulauan Seribu. Dengan latar belakang inilah, Pps UPDM (B)
terpanggil untuk melakukan penelitian sebagai bentuk kepedulian terhadap
perkembangan destinasi wisata di Kepulauan Seribu, khususnya pada aspek
STRATEGI PEMETAAN KUALITAS SDM DALAM MENUNJANG DESTINASI
WISATA DI PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU DI ERA DIGITAL.
B. Identifikasi Masalah
Pengembangan destinasi wisata di Indonesia sudah seharusnya menjadi agenda
prioritas Pemerintah Indonesia, di mana Indonesia merupakan negeri dengan gugusan
pulau terbanyak di dunia. Inilah kesempatan atau momentum yang penting untuk
segera digarap agar tidak berlalu dan kesempatan tersebut diisi oleh negeri lain yang
memiliki kekayaan sumber daya alam yang sama. Pada periode kedua pemerintahan
Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo telah memberikan arahan terhadap
sepuluh destinasi wisata unggulan, termasuk di Kepulauan Seribu. Kebijakan dan
kesempatan ini tentunya harus dikerjakan dengan segera agar investor melihat
kesempatan untuk menginvestasikan permodalannya di sektor pariwisata. Juga dapat
mendatangkan wisatawan dalam negeri dan luar negeri serta dapat meningkatkan
perekonomian penduduk di Kepulauan Seribu dan sekitarnya.
Namun, dalam usaha untuk mwujudkan daerah atau destinasi wisata yang
unggul, tentunya tidak semudah membalikkan tangan. Ada beberapa masalah yang
teridentifikasi dan berpotensi dapat menghambat serta memperlambat proses
pengembangan desa wisata di era digital ini. Identifikasi atau potensi permasalahan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Aspek perizinan yang birokratis.
Tata kelola administarsi pemerintahan daerah di era milenial ini harus dapat
menyesuaikan dengan perkembangan dan tantangan zaman. Apalagi di era di mana
perkembangan teknologi terjadi dalam kecepatan yang ekponensial, harus dapat
disesuaikan dan diadaptasi oleh semua unit bisnis, termasuk di dalam
pemerintahan daerah. Proses perizinan yang sistematis, efektif, dan tidak
membutuhkan waktu yang lama merupakan kemutlakkan yang harus dapat
diimplementasikan oleh pemerintah. Dengan percepatan ini, maka investor atau
penanam modal, kontraktor pembangunan, dan pihak-pihak lain dapat
meningkatkan percepatan target kerja yang ada.
2. Sumber Daya Manusia yang terbatas.
Kesiapan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang memiliki kompetensi
merupakan faktor mutlak dibutuhkan. Apalagi dalam sektor bisnis yang
didominasi oleh faktor service atau pelayanan yang diutamakan. SDM yang ada
diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang industri
pariswisata. Tentunya akan menjadi nilai tambah, manakala SDM yang telah
memiliki pengalaman yang panjang dan juga tersertifikasi oleh satu badan atau
lembaga terakreditasi dalam sektor penyelengaraan pariwisata. Oleh karena itu,
faktor SDM memiliki peran dan tanggung jawab yang utama.
3. Infrastruktur yang belum maksimal.
Infrastruktur adalah sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan bisnis.
Infrastrukur yang dimaksud antara lain, jalan akses, transportasi, akomodasi,
keamanan, kenyamanan, dan lain sebagainya. Apalagi dalam sektor pariwisata, di
mana kebutuhan tersebut di atas merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar
keberadaannya. Kualitas infrastruktur terbaik guna mendukung destinasi wisata
dalam jangka panjang harus diwujudkan. Bukan jalan akses yang asal jadi, tetapi
jalan akses yang memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya.
Paradigma ini juga berlaku untuk sarana-sarana lainnya.
4. Keterampilan dalam menggunakan teknologi yang masih terbatas.
Era di mana terjadi ledakan teknologi yang masif telah ‘memaksa’ seluruh sendi
dan sektor bisnis untuk berubah serta menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Era
digital yang telah memasuki semua sektor industri, termasuk industri pariwisata.
Mengapa? Manusia di zaman milenium adalah manusia yang terlahir di era di
mana penggunaan teknologi merupakan keharusan.
Dalam usaha mencari tempat atau destinasi wisata yang bagus, cukup
masuk ke dalam website tertentu dan semua informasi tentang destinasi wisata
terbaca secara jelas. Oleh karena itu, pendekatan teknologi dalam sektor pariwisata
merupakan keharusan. Dengan demikian, diperlukan SDM yang fasih dan mahir
dalam menggunakan serta mengoptimalkan teknologi guna menunjang bisnis
pariwisata ini.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah atau ruang lingkup penelitian diperlukan agar proses dan
kegiatan penelitian memiliki fokus serta arah yang jelas. Oleh karena itu, batasan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
1. Lokus penelitian berada di pulau Tidung, Kepulauan Seribu.
2. Fokus penelitian diarahkan kepada pemetaan kualitas SDM, khususnya kebutuhan
kompetensi manajerial dalam sektor pariwisata.
3. Kompetensi khusus adalah keterampilan berteknologi.

D. Perumusan Masalah
Kesiapan SDM dalam menunjang sektor bisnis pariwisata menempati posisi terdepan
dan terpenting. Kondisi tersebut semakin jelas kebutuhannya dengan melihat
perkembangan zaman dan tuntutan teknologi serta perubahan yang signifikan.
Perubahan, perkembangan, dan tuntutan zaman yang harus dipenuhi, termasuk di
sektor pariwisata. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah,
dan pembatasan masalah yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana langkah-langkah pemetaan
SDM dalam menunjang obyek wisata pada era milenium di pulau Tidung, Kepulauan
Seribu?”

E. Tujuan dan Maksud Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi, kualitas, dan kompetensi
SDM di pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Data kondisi SDM ini diperlukan dalam
membuat pemetaan atau matriks antara posisi dan kompetensi yang dibutuhkan.
Sedangkan maksud dari penelitian ini adalah untuk menemukan hambatan dan
tantangan dalam usaha membangun manusia dengan kualitas unggul di sektor
pariswisata di pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Tantangan dan hambatan yang dalam
perspektif manajerial dan teknologi.

F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memberikan paradigma atau sudut pandang baru, baik dari aspek
teoretikal dan praktikal. Pada tatanan teoretikal, penelitian ini memberikan wawasan
baru tentang kebutuhan SDM di sektor pariwisata. Pengetahuan, keterampilan, dan
karakter seperti apa yang dibutuhkan dalam membangun destinasi wisata Tirta di pulau
Tidung, Kepulauan Seribu. Sedangkan pada tatanan praktikal, penelitian ini akan
memberikan langkah-langkah praktis dalam membangun kualitas SDM yang memiliki
keterampilan manajerial dan teknologi.
BAB II
PENELITIAN TERDAHULU, TINJAUAN PUSTAKA,
DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Pada bab II bagian penelitian ini, peneliti memaparkan kegiatan-kegiatan penelitian yang
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Tentunya penelitian yang telah dilakukan
dalam konteks fokus dan lokus yang berbeda tetap dapat memberikan masukan dan
menjadi landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya. Pada bab ini juga disampaikan
kajian atau tinjauan-tinjauan pustaka yang dapat berasal dari buku teks, jurnal ilmiah, fokus
diskusi kelompok, dan lain sebagainya. Pengetahuan yang didapat dari berbagai sumber
kajian akan menjadi landasan peneliti untuk membangun skema penelitian yang sistematis,
terarah, dan konstruktif. Akhirnya, bab ini juga memaparkan kerangka penelitian yang
dilaksanakan di pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Kerangka penelitian ini berguna agar
kegiatan penelitian dapat dilaksanakan secara bertahap dalam tahapan yang ketat.

A. Penelitian Terdahulu
Peneliti melakukan kajian dengan meninjau beberapa artikel ilmiah yang memiliki
relevansi dengan tema penelitian ini, antara lain Dewi Winarni Susyanti dan Nining
Latianingsih: Potensi Desa Melalui Pariwisata Pedesaan; dan Kartini La Ode Unga, I
Made Benyamin dan Roland Alexander Barkey: Strategi Pengembangan Kawasan
Wisata Kepulauan Banda.
1. Potensi Desa Melalui Pariwisata Pedesaan oleh Dewi Winarni Susyanti dan
Nining Latianingsih. Paper yang diterbitkan oleh Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Humaniora di Politeknik Negeri Jakarta pada 2014
(http://jurnal.pnj.ac.id/index.php/epigram/article/view/666/393 – diakses pada
Sabtu, 22 Februari 2020). Penelitian ini memiliki fokus untuk menemukan ptensi
desa wisata di daerah Jawa Barat. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
model untuk pemberdayaan masyarakat desa dan penanggulangan kemiskinan
melalui desa wisata.
Penelitian ini membantu masyarakat sekitar yang berada di wilayah desa
yang memiliki potensi wisata. Potensi wisata daerah-daerah tertentu dapat
dikembangkan sedemikian rupa untuk menunjang sektor perkenomian masyarakat
sekitar. Oleh karena penelitian ini akan melakukan pemberdayaan masyarakat
desa dalam konteks pengelolaan daerah yang dapat menjadi objek wisata.
Akhirnya, penelitian ini dimuarakan untuk terlaksananya pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi masyarakat sekitar untuk dapat mengelola desa wisata
di lingkungannya masing-masing. Sehingga, pelestarian budaya dan pengentasan
kemiskinan dapat terwujud di daerah-saerah tersebut.

2. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Banda oleh Kartini La Ode


Unga, I Made Benyamin dan Roland Alexander Barkey.
Paper diterbitkan pada laman program pascasarajana Universitas Hasanudin dalam
laporan pengembangan SDM departemen kebudayaan dan parisiwasata Unhas
pada 2009 ..................................................................................................................
(http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7d487d5b29255da5c0a6f6886ae4a654.pdf –
diakses pada Sabtu, 22 Februari 2020). Paper ini memiliki lokus di Kepulauan
Banda dan memiliki dua tujuan penelitian sebagai berikut. Pertama, menentukan
faktor-faktor internal dan eksternal yang mendukung dan menghambat
pengembangan pariwisata Kepulauan Banda............................................................
Kedua, menentukan strategi pengembangan kawasan wisata Kepulauan Banda.
Pendekatan penelitian dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil yang diperoleh
dari kegiatan penelitian ini adalah pertama, faktor-faktor internal yang mendukung
pengembangan pariwisata Kepulauan Banda adalah keragaman atraksi, image
kawasan yang sudah terkenal sejak VOC, sifat keterbukaan, keamanan, dan
kemudahan mencapai lokasi. Kedua, adanya faktor penghambat dalam
memajukan sektor pariwisata adalah belum dimilikinya pusat informasi wisata,
sifat terhadap lingkungan yang sangat rendah, SDM bidang pariwisata masih
rendah, dan belum memadainya infrastruktur pendukung.
Ketiga, terdapatnya faktor-faktor eksternal yang mendukung pengembangan
pariwisata Kepulauan Banda, antara lain aksesibilitas, perkembangan teknologi
dan informasi, regulasi, serta tingginya potensi, dan minat wisatawan. Keempat,
adanya faktor yang menghambat antara lain interupsi budaya dan pengrusakan
lingkungan.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam usaha melakukan penelitian yang berkaitan dengan strategi pemetaan kualitas
sumber daya manusia dalam menunjang destinasi wisata di Kepulauan Seribu di era
digital, peneliti menyampaikan beberapa paparan atau kajian teoretik dari para pakar.
Kajian-kajian teoretik yang dipaparkan meliputi manajemen pariwisata, kualitas
sumber daya manusia dalam perspektif sektor pariwisata, dan teknologi dalam
menunjang bisnis pariwisata.
1. Manajemen Pariwisata
Manajemen sering diartikan dengan pengaturan atau pengelolaan. Seperti artian
yang diberikan dalam manajemen bisnis adalah pengelolaan atau pengaturan sektor
bisnis. Tata kelola atau pengaturan ini dimaksudkan agar kegiatan dan operasional
bisnis dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Hal ini ditujukan bagi tercapainya
tujuan organisasi bisnis tersebut. Demikian dengan penyebutan manajemen
transportasi, menajemen rumah sakit, manajemen persediaan, dan diksi-diksi lain
yang disandingkan dengan kata manajemen diuntukkan bagi keteraturan serta tata
kelola yang baik.
Manajemen dalam konteks keilmuan diperlukan dalam setiap lini bidang
usaha dan kehidupan sosial. Manajemen dalam konteks keterampilannya pun
dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah perencanaan agar dapat tercapai sesuai
dengan yang diharapkan. Dengan demikian, manajemen baik dalam keilmuan dan
keterampilan menjadi dasar dalam usaha menjalankan sebuah unit bisnis dan sosial.
Di dalam manajemen ada perencanaan, simulasi, evaluasi, koreksi, dan aksi. Inilah
siklus yang harus dilalui melalui tahapan yang ketat.
Tahapan yang ketat menunjuk kepada tahapan simulasi tidak dapat
dilakukan tanpa tahapan perencanaan yang mendasar. Demikian dengan tahapan
evaluasi tidak dapat dilakukan tanpa melalui tahapan perencanaan dan simulasi.
Begitu seterusnya. Siklus manajemen ini juga harus mengakomodir keluwesan
(agile)dalam implementasinya. Agile management yang dimaksud adalah jika ada
hal baru -teori, konsep, azas, cara, atau metode- yang dapat memberikan kontribusi
positif dan konstruktif, maka dapat serta merta disisipkan dalam proses yang sedang
berlangsung.
Pandangan di atas berlaku pula pada manajemen pariwisata. Manajemen
pariwisata menunjuk kepada cara atau metode untuk mengatur atau menata kelola
sektor pariwisata agar memberikan keuntungan ekonomis bagi daerah tertentu.
Manajemen pariwisata dalam konteks keilmuan akan memberikan kajian mengenai
tahapan-tahapan yang harus dilalui agar bisnis pariwisata dapat bertumbuh.
Tentunya, tahapan-tahapan sektoral pariwisata ini harus disesuaikan dengan kondisi
daerah dan jenis wisata yang ada di daerah tertentu.
Di samping itu, ilmu manajemen pariwisata diharapkan dapat menjawab
tentang kebutuhan dan tujuan wisatawan mengunjungi destinasi wisata. Ada pun
beragam tujuan, antara lain kunjungan untuk studi atau penelitian, rekreasi,
konservasi, dan lain sebagainya. Manajemen pariwisata harus dapat mengakomodir
tata kelola mengenai daya tarik atau keunggulan destinasi wisata, kualitas sumber
daya manusia, dan fasilitas-fasiltas penunjang atau pelayanan. Fasilitas-fasilitas
penunjang atau pelayanan yang dimaksud adalah pemasaran, kemudahan akses
jalan menuju lokasi destinasi, akomodasi, informasi lengkap dan jelas, serta
dukungan sosial penduduk setempat. Peneliti membatasi kajian teoretik dalam
manajemen pariwisata pada sarana penunjang kualitas sumber daya manusia yang
akan dipaparkan dalam bagian berikut ini.

2. Kualitas Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia merupakan kebutuhan yang mendasar, fundamental,
dan esensial dalam setiap organisasi bisnis. Organisasi bisnis yang berorientasi
kepada profit atau pun non-profit, keduanya membutuhkan kualitas sumber daya
manusia yang memadai. Hal ini ditujukan agar setiap lini usaha dapat berlangsung
dengan baik dengan dukungan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu,
kebutuhan akan kualitas sumber daya manusia adalah kemutlakan yang tidak dapat
ditawar atau dikurangi keberadaannya.
Oleh karena kepentingan tersebut, setiap unit usaha harus dapat membangun
dan memiliki program untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Setiap
program atau kegiatan membutuhkan kualitas pekerja yang profesional di
bidangnya. Untuk memenuhi harapan tersebut, maka organisasi dapat
merencanakan dan mempersiapkan program-program pelatihan bagi seluruh
pekerjanya agar tingkatan kualitas tertentu dapat terpenuhi. Termasuk dalam sektor
pariwisata, dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dan mahir dalam tata kelola
industri pariwisata. Dalam konteks penelitian di pulau Tidung, Kepulauan Seribu,
dibutuhkan tenaga kerja-tenaga kerja yang memiliki wawasan, keilmuan, dan
kecintaan tentang dunia pariwisata tirta, keterampilan yang memadai di bidangnya
–sejarah, konservasi, perhotelan, akomodasi, kuliner, seni budaya, dan lain
sebagainya- masing-masing.
Pengembangan kualitas sumber daya manusia di era milenium atau abad
keduapuluh satu ini tidak dapat dilepaskan dari keterampilan dalam memanfaatkan
dukungan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi di era
milenium telah mengubah banyak platform bisnis di era konvensional menjadi
fenomenal dan modern. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia yang
dibutuhkan tidak saja memiliki keilmuan tentang pariwisata dan keterampilan yang
memadai di bidangnya.
Namun, dibutuhkan juga tenaga terampil yang dapat beradaptasi dalam
memanfaatkan teknologi yang dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
organisasi bisnis. Keterampilan dalam beradaptasi dengan menggunakan teknologi
adalah keharusan yang harus dimiliki oleh setiap pekerja organisasi. Inilah
kebutuhan dan tantangan zaman di era milenium, termasuk di sektor pariwisata
yang harus ditunjang dengan teknologi mutakhir seperti yang dipaparkan dalam sub
bab berikut ini.

3. Teknologi Dalam Menunjang Bisnis Pariwisata


Teknologi telah menjadi atribut atau ciri utama dan penting dalam perkembangan
revolusi industri yang saat ini telah memasuki fase keempat (Industri Revolution
4.0 – IR 4.0). Jika memasuki IR 1.0 membutuhkan ratusan tahun, maka perubahan
dan perkembangan menjadi IR 2.0, IR 3.0, dan IR 4.0 time span yang dibutuhkan
semakin pendek, hanya puluhan tahun. Selanjutnya, perkembangan dan perubahan
ini tidak menutup kemungkinan akan terjadi di bawah satu dekade. Perubahan yang
cepat, masif, dan struktural. Dengan perubahan dalam kepastian ini, maka adaptasi
atau penyesuaian terhadap perubahan harus diantisipasi dengan serius dan
terstruktur.
Teknologi telah mengubah hampir semua platform kegiatan organisasi
bisnis. Operasional bisnis menjadi lebih cepat, efisien, dan efektif. Sehingga
dimungkinkan terjadinya percepatan-percepatan di setiap sistem dan prosedur kerja.
Kegiatan pekerjaan yang dilakukan secara rutin oleh manusia, digantikan atau
diintervensi oleh teknologi. Prosedur kerja yang bersifat monoton berganti dengan
sistem yang lebih sederhana tanpa mengurangi tujuan yang hendak dicapai oleh
satu unit usaha. Perubahan yang mendasar ini dimungkinkan dengan adanya
dukungan teknologi informasi dan komunikasi.
Perubahahan platform kegiatan usaha ini juga berdampak kepada sektor
pariwisata. Pariwisata merupakan kegiatan bisnis yang besar dan lengkap, di mana
berdampak kepada dibutuhkannya sektor atau jenis industri bisnis yang lain.
Dengan perkembangan destinasi wisata di satu wilayah, maka akan menarik sektor
bisnis yang lain dan menunjang ke dalam nya. Semisal, bisnis jasa transportasi,
perhotelan atau penginapan, rumah makan atau cafe, pertunjukan seni budaya
daerah, dan lain sebagainya.
Pada konteks perkembangan teknologi yang masif, maka sektor-sektor
bisnis tersebut tidak dapat dilepaskan dari ketergantungannya. Semisal, pendekatan
konvensional yang obsolete dalam mencari informasi penerbangan tidak lagi dapat
dilakukan. Peranan dan dukungan teknologi dalam menyediakan informasi
mengenai jenis penerbangan, waktu penerbangan, biaya, dan lain sebagainya dapat
dengan mudah diakses oleh pelanggan.
Demikian juga dengan kebutuhan informasi tentang akomodasi, kuliner,
kelas yoga untuk para yogi, dan lain sebagainya dapat dengan mudahnya ditemukan
dengan adanya teknologi ini. Teknologi internat dan jaringan yang memungkinkan
kegiatan operasional bisnis dapat berlangsung dalam kecepatan dan ketepatan
tertentu. Pendek kata, tidak ada kegiatan operasional satu unit bisnis tertentu yang
tidak dapat disimplifikasi oleh teknologi. Dengan demikian, yang dibutuhkan dalam
mengembangkan dunia pariwisata adalah tenaga kerja-tenaga kerja yang memiliki
keahlian dan adaptasi dengan teknologi. Kriteria ini merupakan ketentuan wajib
bagi perekrutan sumber daya manusia dalam menunjang dan memajukan industri
pariwisata di Indonesia.
Kepulauan Seribu sebagai salah satu destinasi wisata tirta yang
memosisikan diri sebagai lokus wisata yang paling banyak dikunjungi oleh
wisatawan, tentunya memiliki kesempatan yang besar dalam mengembangkan
industrinya. Namun demikian, dibutuhkan perencanaan, persiapan, dan perbaikan
pada banyak bagian, terutama dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas dalam pengetahuan, keterampilan umum, dan khusus dalam hal
teknologi.
Oleh karenanya, peneliti memandang perlu untuk melakukan strategi
pemetaan terhadap kualitas sumber daya manusia untuk menunjang kegiatan
destinasi wisata di Kepulauan Seribu, khususnya yang berkaitan dengan dukungan
teknologi informasi dan komunikasi. Pada akhirnya, penelitian ini akan
memberikan luaran dalam bentuk matriks kompetensi kualitas sumber daya
manusia yang dibutuhkan dalam sektor pariwisata di era milenium.

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam kegiatan penelitian merupakan bantuan yang
dapat digunakan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik, memiliki fokus,
dan arah yang jelas. Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran dalam
mengembangkan dan memetakan kualitas serta kesiapan SDM dalam sektor
pariwisata menggunakan pendekatan yang disampaikan oleh Mabey and Thomson
Pemetaan dalam konteks pengembangan kualitas SDM hendaknya dapat
melalui beberapa tahapan sebagai berikut, forecast demand, balance supply and
demand, and forecast supply. Faktor pertama adalah melakukan prediksi terhadap
jumlah, kriteria, dan unjuk kerja pekerja yang dibutuhkan sesuai dengan proses
bisnis yang diselenggarakan. Kedua, menemukan keseimbangan antara permintaan
dan penawaran SDM yang tersedia. Kebutuhan SDM harus dapat disesuaikan
dengan kompetensi dan kriteria yang telah ditetapkan oleh organisasi sesuai dengan
bidang kerja. Bagian perekrutan sedapat-dapatnya dapat menemukan orang yang
tepat dalam mengisi kesempatan kerja yang ada di sektor pariwisata.
Ketiga adalah memprediksikan penawaran tenaga kerja yang akan mengisi
jabatan, posisi, atau kesempatan kerja yang dimaksud. Penawaran SDM, baik
melalui internal dan eksternal organisasi haru dapat diakomodir sesuai dengan
kompetensi dan kriteria yang dibutuhkan. Kesimbangan dan keadilan antara
penawaran SDM secara internal serta eksternal ini menjadi mutlak, agar proses
rekrutmen dapat berjalan sebagaimanamestinya. Sehingga, tahapan akhirnya adalah
perusahaan mendapatkan pekerja-pekerja yang tepat di bidangnya. Pekerja yang
tidak hanya memiliki keterampilan tertentu, juga memiliki karakter dan passion
yang kuat untuk mengembangkan suatu unit usaha.
Ringkasnya, kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1) Forecast demand: memperkirakan kebutuhan tenaga
kerja dengan segala kriterianya; 2) Balance supply and demand: menjaga
keseimbangan kualitas atau mutu SDM sesuai dengan permintaan dan penawaran
tenaga kerja; dan 3) Forecast supply: memperkirakan penawaran tenaga kerja,
namun tetap berpijak kepada kriteria yang dibutuhkan.
Dengan demikian, proses kerangka pemikiran ini dapat digunakan sebagai
pemetaan kualitas SDM yang dibutuhkan bagi pengembangan sektor pariwisata di
pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Dengan pemetaan ini, maka akan memberikan
masukan kepada pemegang kebijakan dalam membuat dan mengimplementasikan
rencana kerja, khususnya yang berkaitan dengan keterampilan SDM.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian yang digunakan dalam laporan penelitian ini adalah kualitatif
dengan analisis deskriptif. Penjaringan data dengan menggunakan kajian-kajian literatur
yang terdiri atas buku teks, jurnal, dan laporan-laporan. Pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang berkaitan dengan kualitas sumber data manusia dan sekaligus menjadi landasan dari
kajian literatur adalah sebagai berikut.
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Pengalaman pendidikan
4. Pengalaman kerja
5. Sertifikasi profesi
6. Bidang pekerjaan
7. Jabatan atau posisi
8. Asal daerah
9. Paradigma sektor pariwisata
10. Keterampilan teknologi
Pertanyaan-pertanyaan penelitian ini menjadi dasar dari peneliti untuk melakukan
analisis terhadap peta demografi sumber daya manusia yang ada di pulau Tidung,
Kepulauan Seribu. Akhir dari peneltian ini adalah terbentuknya sebuah model
pengembangan sumber daya manusia di sektor pariwisata dengan menggunakan
keterampilan berteknologi di pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Model ini dapat menjadi
arah dan fokus dari pengembangan sektor pariwisata khususnya yang berkaitan dengan
kualitas dan kompetensi dari sumber daya manusianya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Peneliti dalam kegiatan mengaji beberapa sumber data sekunder berkaitan dengan
sumber daya manusia yang memiliki profesi sebagai pekerja di sektor pariwisata di pulau
Tidung, kepulauan Seribu mendapatkan beberapa hasil atau temuan. Hasil atau temuan
penelitian ini bersumber dari beberapa literatur, antara lain Badan Pusat Statistik (BPS);
catatan-catatan dalam buku teks; informasi yang didapatkan melalui diskusi dengan sesama
peneliti, pekerja di sektor parisiwata; dan pendapat ahli. Dengan demikian, peneliti
menyampaikan beberapa hasil temuan yang memiliki relevansi dengan penelitian sebagai
berikut.

A. Demografi Pulau

Kabupaten administrasi Kepulauan Seribu masuk dalam kepemerintahan provinsi DKI


Jakarta yang memiliki 2 kecamatan dengan 6 kelurahan dan 110 pulau dengan rincian
terdapat di dalam tabel berikut ini.

Tabel 1 – Kecamatan, Kelurahan, dan Jumlah Pulau di Kepulauan Seribu


Kecamatan Kelurahan Jumlah Pulau
Kepulauan Seribu Utara 1. Pulau Kelapa
2. Pulau Harapan 79
3. Pulau Panggang
Kepulauan Seribu Selatan 4. Pulau Tidung
5. Pulau Pari 31
6. Pulau Untung Jawa
Sumber: BPS 2019

Dari keenam kelurahan yang ada di Kepulauan Seribu dapat dirincikan luas daratan yang
dapat memiliki potensi untuk mengembangkan daerah pariwisata tirta sebagai berikut.

Tabel 2 – Kelurahan, Pulau Pemukiman, dan Luas Daratan


Kecamatan Pulau Pemukiman Luas Daratan (ha)
Pulau Kelapa 1. Kelapa 13,09
2. Kelapa Dua 1,90
Pulau Harapan 3. Harapan 6,70
4. Sebira 8,82
Pulau panggang 5. Panggang 9,00
6. Pramuka 16,00
Pulau Tidung 7. Payung 20,86
8. Tidung Besar 50,13
Pulau Pari 9. Lancang 15,13
10. Pari 41,32
Pulau Untung Jawa 11. Untung Jawa 40,10
Sumber: BPS 2019

Dari data di atas, diperoleh informasi bahwa pulau Tidung Besar, Kelurahan Pulau
Tidung, Kepulauan Seribu merupakan daerah yang memiliki wilayah daratan terluas,
sebesar 50,13 ha. Keluasan daratan yang memiliki potensi pengembangan obyek wisata
tirta inilah yang menjadi latar belakang pemilihan lokus penelitian. Sekaligus dapat
menjadi pilot project atau proyek percontohan penelitian untuk dapat dikembangkan ke
kelurahan lainnya yang memiliki prioritas berdasarkan luasan wilayah daratatan, antara
lain: pulau Pari (41,32); Untung Jawa (40,10); pulau Payung (20,86), pulau Pramuka
(16,00), pulau Lancang (15,13), dan seterusnya.

B. Pemerintah Daerah

Potensi pariwisata tirta, khususnya di pulau Tidung Besar, Kelurahan Tidung, Kepulauan
Seribu memerlukan tata kelola yang sistematis, holistis, dan berkelanjutan. Sinergisitas
antara pemerintah pusat, daerah, serta pelaku usaha harus terbina secara intens agar
memiliki fokus dan paradigma yang sama dalam mengembangkan obyek pariwisata tirta
yang memiliki potensi positif di masa yang akan datang. Dari sisi sumber daya manusia
yang mengisi jabatan-jabatan dalam kepemerintahan diharapkan dapat mendukung
kegiatan usaha bagi setiap pelaku bisnis di kepulauan Seribu. Tentunya, kualitas dan
kinerja para pejabat kepemerintahan di kepulauan Seribu tidak dapat dilepaskan dari
elemen atau jenjang pendidikannya. Di bawah, disajikan bagai atau pie chart berkaitan
dengan pejabat pemerintah (ASN – Aparat Sipil Negara) dalam persentase jenjang
pendidikan.
Gambar 4 – Pejabat Pemerintah Menurut Jenjang pendidikan (BPS, 2019)

Sebaran jenjang pendidikan terbesar pejabat pemerintahan di kepulauan Seribu didominasi


oleh lulusan SLTA sebesar 48,97%, diikuti oleh S1 (21,93%), SD-SLTP (12,24%), S2-S3
(10,71%0, dan terakhir adalah lulusan D1-D2 sebanyak 6,12%. Data ini menunjukkan
bahwa pejabat-pejabat yang mengisi struktur kepemerintahan masih memiliki kesempatan
yang besar untuk dapat mengembangkan keilmuan melalui peningkatan studi ke jenjang
yang lebih tinggi. Adapun sebaran ASN menurut bidang kerja, jenjang pendidikan, dan
peran strategis di pulau Tidung disampaikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 - Sebaran ASN menurut bidang kerja, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan
di Kelurahan Pulau Tidung

No Keterangan Laki-Laki Perempuan SLTA S1


1 Jumlah Aparat Sipil Negara 8 4 - -
2 Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kabupaten 11 3 - -
Administrasi Kepulauan Seribu)
3 Jenjang Pendidikan - - 8 4
BPS, 2019

Data lain yang berkaitan dengan anggaran disebutkan bahwa anggaran belanja 2018
pada kelurahan pulau Tidung sebesar Rp 6.032.198.418 dan terealisasi sebesar Rp
5.516.555.119. Dengan demikian, anggaran belanja di kelurahan pulau Tidung terserap
sebesar 91,45%.
C. Ketenagakerjaan

Pada gambar 5, Badan Pusat Statistik (2019) membagi bidang ketenagakerjaan


menjadi dua jenis, yakni 1) pekerja formal yang terdiri atas buruh dan berusaha dibantu
buruh tetap sebesar 32,32%; dan 2) pekerja informal yang terdiri atas berusaha sendiri,
berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas, dan pekerja keluarga sebesar 67,68%.

Gambar 5 - Persentase Ketenagakerjaan

D. Kunjungan Wisatawan dan Prospek Bisnis

Dalam rangka penyerapan tenaga kerja formal dan informal, khususnya dalam kegiatan
usaha destinasi wisata tirta, pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Seribu mencatat
periode 2018 jumlah kedatangan para pengunjung wisata. Pengunjung wisata yang berasal
dalam negeri maupun mancanegara yang tersebar sedikitnya ke 15 destinasi wisata pulau
yang ada di kepulauan Seribu. Data dan informasi tersebut menjadi penting dan sentral,
khususnya kepada organisasi-organisasi usaha dalam mengembangkan daerah wisatanya
agar mendapatkan jumlah kunjungan yang signifikan pada tahun-tahun yang akan datang.

Tabel 4 – Jumlah Kunjungan Wisatawan 2018


No Obyek Wisata Pulau Wisatawan Wisatawan Jumlah
Mancanegara Domestik
1 Ayer 3.699 18.5049 22.203
2 Bidadari 9 440 449
3 Patok Tengah 336 1.700 2.036
4 Sepa 8.605 8.646 17.251
5 Putri 4.198 6.611 10.809
6 Untung Jawa 120 160.213 160.333
7 Pramuka 2.106 94.980 97.806
8 Tidung 1.731 151.312 153.043
9 Harapan 480 64.733 65.213
10 Kelapa 153 37.152 37.305
11 Lancang dan Pari 2.051 131.220 133.271
12 Macan 1.924 2.897 4.821
13 Kotok 336 1.700 2.036
14 Pelangi 779 2.922 3.701
15 Pantara 1.890 65.561 67.451
TOTAL 28.417 748.591 777.008
2017 27.637 769.581 797.218
2016 20.932 759.027 779.004
2015 10.836 801.412 812.247
Sumber: BPS 2019

Tabel 4 mengenai kuantitas kunjungan wisatawan memberikan data dan informasi bahwa
pulang Tidung menempati posisi ke-6 untuk wisatwan mancanegara, posisi ke-2 untuk
wisatawan domestik, dan secara keseluruhan menempati urutan ke-3 setelah pulau Sepa
dan Untung Jawa. Dengan kunjungan wisatawan, baik mancanegara dan domestik, maka
akan berdampak positif kepada industri akomodasi atau perhotelan dan kuliner. Gambar 6
di bawah menginformasikan kenaikan kedua industri tersebut dari tahun ke tahun.

Gambar 6 – Industri Akomodasi dan Kulier (dalam satuan Juta)

E. Pulau Tidung

Beberapa fakta berkaitan dengan pulau Tidung berdasarkan catatan BPS: “Kecamatan
Kepulauan Seribu Selatan Dalam Angka 2019” menyebutkan.
1. Kelurahan pulau Tidung memiliki 6 pulau yang terdiri dari 2 pulau berpenghuni
dan 4 pulau belum berpenghuni.
2. Dari keenam pulau: 3 pulau digunakan untuk pariwisata, 2 untuk perumahan, dan 1
tenggelam.
3. Jumlah penduduk sebanyak 4.148 jiwa yang terdiri atas 2.051 laki-laki dan 2.097
perempuan.
4. Dari 4.148 jiwa, jumlah penduduk produktif sebanyak 2.047 yang memiliki profesi
sebagai nelayan (1.098), pedagang (276), ASN (227), dan lain-lain (446).
5. Memiliki tower dari 2 operator seluler: PT Indosat dan PT Telkomsel.

F. Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian, yakni membuat strategi
pemetaan sumber daya manusia (SDM) untuk menunjang bisnis pariwisata di pulau
Tidung, Kepulauan Seribu yang dikaitkan dengan teknologi. Pembahasan penelitian ini
terbagi atas dua bagian, yakni kualitas SDM pada unsur pemerintah dan profesional.
Pembagian dua elemen ini menjadi penting, agar pemetaan strategi memiliki fokus yang
jelas dalam usaha peningkatan kualitas SDM di Kelurahan pulau Tidung secara khusus.

Unsur Pemerintah
Eksistensi unsur pemerintah memiliki peran dan tanggung jawab yang strategis dalam
implementasi serta mengembangkan berbagai kegiatan usaha atau bisnis. Pemerintah
daerah, khususnya di kelurahan pulau Tidung memiliki program-program dan berbagai
kebijakan dalam tata kelola manajemen bisnis yang dapat berdampak signifikan terhadap
pelaku-pelaku usaha, khususnya pada sektor pariwisata. Dengan kepemilikkan 12 orang
Aparatur Sipil Negara atau ASN yang terdiri atas 8 orang laki-laki dan 4 orang perempuan
diharapkan dapat mendukung program usaha bersama dengan para pelaku bisnis.
Strategi peningkatan kualitas SDM dari ASN, khususnya pada bidang yang
menyangkut profesionalisme dalam penanganan sektor bisnis parisiwata di pulau Tidung,
antara lain kompetensi dan jaringan. ASN sebagai pengawas dari kebijakan dan program
pemerintah pusat serta daerah diharapkan dapat menjadi rekan kerja bagi para pelaku bisnis
pariwisata. Di samping ASN memiliki tanggung jawab pengawasan, di lain pihak, ASN
diharapkan dapat menjadi mediator antara pemerintah dan pelaku bisnis dalam
mengembangkan industri bisnis pariwisata ini. Oleh karenanya, kualitas SDM pada ASN
diharapkan dapat mendukung kinerja dan program usaha destinasi wisata, agar tujuan
untuk mendapatkan wisatawan macanegara dan domestik dapat terwujud secara maksimal
dan memberikan keuntungan kepada penduduk di kelurahan pulau Tidung.
Strategi pertama, peningkatan kompetensi bagi ASN. Kompetensi pada SDM
setidaknya memiliki dua unsur, yaitu kompetensi dalam ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan bidang usaha. Dengan demikian, kelurahan pulau Tidung
dapat memilih dan menetapkan ASN yang memiliki keilmuan serta keterampilan yang
memadai dalam bidang pengembangan pariwisata. Keilmuan dan keterampilan dalam
menguasai bidang bisnis pariwisata, kemampuan berbahasa Inggris, dan mahir dalam
berteknologi. Ketiga kompetensi tersebut merupakan kemutlakan bagi usaha peningkatan
destinasi wisata, di mana kunjungan wisatawan asing ke kepulauan bertambah setiap
tahunnya dan pulau Tidung menjadi destinasi wisata favorit keenam yang dikunjungi.
Para investor yang menanamkan investasinya di pulau Tidung harus mendapatkan
kenyamanan dalam melakukan kegiatan usahanya. Apalagi di era milenium di mana
peranan teknologi informasi dan komunikasi mendominasi di hampir semua kegiatan
usaha. ASN harus memiliki keterampilan berteknologi yang memadai, khususnya dalam
bidang kepariwisataan. Program-program promosi yang berbasis kepada keunggulan media
sosial harus dikuasai, diimplementasi, dan dimanfaatkan secara maksimal agar pelaku
usaha dan investor mendapatkan dukungan dalam mengembangkan bisnisnya.
Strategi yang kedua adalah jaringan. Jaringan atau networking memiliki peran dan
keunggulan yang kompetitif, baik bagi pelaku usaha, pemerintah daerah, dan pusat.
Dengan demikian, pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan pelaku usaha untuk dapat
memromosikan destinasi-destinasi wisata di pulau Tidung. Selain menggunakan
pendekatan media sosial sebagai ajang promosi dan sosialisasi, pendekatan jaringan
memiliki dampak yang signifikan. Networking dengan organisasi-organisasi masyarakat
yang memiliki jaringan di dalam maupun di luar negeri melalui penampilan kebudayaan
dan misi ekonomi. Kerjasama dengan penyelenggara-penyelenggara pendidikan untuk
melakukan studi lapangan. Networking dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri
untuk melakukan studi banding atau kegiatan penelitian di pulau Tidung. Ringkasnya,
semua potensi atau kesempatan networking untuk dapat memperkenalkan dan
mengembangkan destinasi wisata di pulau Tidung dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Oleh karena itu, dukungan dalam aspek peningkatan jenjang pendidikan menjadi penting
untuk dapat direalisasikan, mengingat jenjang pendidikan ASN masih didominasi tingkat
SLTA sebesar 48,97%
Unsur Profesional

Strategi pemetaan kualitas SDM pada unsur profesional terdiri atas dua elemen, yakni
elemen pelaku usaha atau manajemen dan elemen staf yang bekerja di bidang destinasi
wisata di pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Pelaku usaha dan karyawan diharapkan dapat
berjibaku agar terbentuk sinergisitas yang memberikan dampak positif bagi pertumbuhan
usaha pariwisata di pulau Tidung. Sinegisitas antara kedua pihak tersebut memiliki posisi
yang strategis, di mana pelaku usaha sebagai pembuat kebijakan manajerial mendapatkan
dukungan yang maksimal di tatanan operasional yang dikerjakan oleh staf. Pelaku usaha
melalui implementasi manajerialnya diharapkan dapat memberikan arahan yang humanis
agar tujuan organisasi dapat terwujud melalui kinerja yang dilakukan oleh karyawan.
Strategi pada sisi manajemen. Pelaku usaha, investor, dan jajaran manajemennya
harus memiliki visi, misi, dan nilai-nilai organisasi yang memiliki fokus yang jelas untuk
mengembangkan destinasi wisata di pulau Tidung. Dengan kepemilikkan rumusan visi,
misi, dan nilai atau budaya organisasi, maka semua kegiatan atau program usahanya
merujuk kepada rumusan-rumusan tersebut. Oleh karena itu, manajemen harus dapat
mengkonkretkan rumusan-rumusan tersebut menjadi kegiatan atau program yang konkret
dalam usaha menumbuhkembangkan sektor pariwisata di pulau Tidung.
Kegiatan atau program konkret yang terangkum ke dalam perencanaan manajemen
pariwisata yang andal. Manajemen kepariwisataan diharapkan dapat diterapkan secara
memadai, sistematis, dan progresif. Manajemen yang melingkupi kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, dan evaluasi yang dilaksanakan oleh seluruh sivitas
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Siklus manajemen yang diharapkan dapat
mengakomodir keterlibatan seluruh sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lain
yang dapat menunjang perkembangan destinasi wisata di pulau Tidung.
Manajemen diharapkan menjadi organisasi usaha yang inklusif atau terbuka dalam
mengakomodir setiap kepentingan, proses pemelajaran, pengambilan keputusan, dan
implementasi berbagai kegiatan, program, atau kebijakan. Dengan memiliki manajemen
terbuka, maka pimpinan dapat melihat lingkungan bisnis pariwisata secara lengkap dan
utuh. Dengan kelengkapan dan keutuhan tersebut, manajemen dapat membuat dan
mengambil kebijakan atau keputusan yang tepat serta berguna bagi keberhasilan organisasi.
Manajemen terbuka atas setiap kebaruan yang dapat menunjang terselenggaranya proses
bisnis yang maju. Kebaruan dalam sistem, prosedur, dan teknologi yang dapat menunjang
keberhasilan usaha. Oleh karena itu, setiap bagian yang ada di dalam strukur organisasi
diharapkan dapat memanfaatkan setiap momentum atau kesempatan untuk dapat
mengembangkan kajian-kajian manajerialnya untuk kepentingan pengembangan usaha
pada sektor pariwisata.
Strategi pada sisi profesional atau staf. BPS dalam laporan Statistik Obyek Daya
Tarik Wisata pada 2017, menyebutkan bahwa pekerja-pekerja di industri pariwisata di
Indonesia yang memiliki sertifikat sebesar 4,13%, di mana sisa pekerjanya sebesar 95,87%
belum tersertifikasi. Setiap pekerja pada bidang bisnis tertentu diharapkan memiliki
keterampilan profesional yang memadai, termasuk di dalam industri destinasi wisata
merupakan kemutlakan. Proses sertifikasi bagi pekerja pariwisata diperlukan agar dalam
impelemtasi kegiatan kerjanya dapat memberikan dampak atau pengaruh yang positif
terhadap perkembangan organisasinya.
Sertifikasi merupakan proses untuk memfasilitasi dan memperlengkap pekerja-
pekerja dengan keterampilan-keterampilan yang profesional. Sehingga, dalam
menerjemahkan teori-teori pada bisnis pariwisata dapat berlangsung secara profesional dan
konkret. Proses pemelajaran dan evaluasi atas setiap kegiatan harus berlangsung secara
simultan agar teori dan praktik terimplementasi secara seimbang. Oleh karena itu, proses
sertifikasi atas setiap pekerja destinasi wisata harus sudah mulai terprogram, terlaksana,
dan terevaluasi dengan baik. Hasil dari proses sertifikasi ini tidak hanya dihasilkannya
pekerja-pekerja organisasi pariwisata yang bersertifikat, namun dapat dijadikan tolak ukur
bagi perencanaan kegiatan peningkatan kualitas SDM di masa yang akan datang.
Sebanyak 446 atau sekitar 21,78% usia produktif memiliki pekerjaan yang beragam
dan sebagiannya bekerja pada sektor-sektor pariwisata, baik di hotel, rumah makan,
pemandu, dan penyelenggara wisata tirta. Pekerja-pekerja pada sektor pariwisata harus
diperlengkapi dengan berbagai keilmuan dan keterampilan, selain telah melalui proses
sertifikasi. Keterampilan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang santun, ramah, dan benar serta keahlian berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Keterampilan intrapersonal dan interpersonal yang baik, tentunya akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi para wisatawan.
Keterampilan profesional lainnya adalah keterampilan dalam berteknologi. Tidak
secara kebetulan telah hadir dua operator seluler di pulau Tidung. Dengan kehadiran dua
operator tersebut, maka kegiatan atau penyelenggaraan usaha wisata tirta dapat
berlangsung dengan baik. Teknologi yang memungkinkan promosi dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai kanal sosial media, seperti instagram, facebook, youtube, dan lain
sebagainya. Secara profesional, pekerja-pekerja di pulau Tidung diharapkan dapat
membuat content atau infomasi yang dipergunakan sebagai sarana promosi melalui kanal-
kanal sosial media. Oleh karena itu, pekerja-pekerja tersebut dapat diperlengkapi dengan
kemampuan untuk mendesain konten-konten wisata tirta pulau Tidung dan
mengunggahnya di berbagai sosial media.
Merupakan suatu hal yang mutlak pada zaman revolusi industri 4.0, di mana
pendekatan dan intervensi teknologi terjadi dengan masif dan menyeluruh, setiap pekerja
organisasi di bidang bisnis pariwisata harus memiliki keahlian dan pengetahuan teknologi
yang memadai. Dengan dukungan teknologi melalui promosi di berbagai kanal sosial
media, khalayak domestik dan mancanegara dapat mengetahui destinasi-destinasi wisata di
pulau Tidung dan mendatangi obyek-obyek wisata tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan
dan keterampilan dalam berteknologi bagi pekerja pariwisata merupakan keharusan untuk
dimiliki guna menunjang program serta kegiatan pariwisata di pulau Tidung, Kepulauan
Seribu.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dalam penelitian: “STRATEGI PEMETAAN KUALITAS SDM DALAM


MENUNJANG DESTINASI WISATA DI PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU DI
ERA DIGITAL” terfokus kepada dua elemen SDM dalam menunjang usaha pariwisata,
yakni elemen kepemerintahan dan profesional. Elemen kepemerintahan yang memiliki
komptensi yang andal dalam bidang pariwisata dan networking dan elemen profesional
yang terdiri atas pelaku usaha dan staf. Pelaku usaha yang memiliki kompetensi
manajemen pariwisata dan inklusivitas dalam impelemtasinya. Sedangkan pada sisi
pekerja, karyawan atau staf diharapkan memiliki sertifikat sebagai verifikator kompetensi
dan keahliannya. Di samping itu kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris
dan menggunakan berbagai sarana teknologi dapat menjadi nilai tambah yang signifikan
terhadap kemajuan bisnis pariwisata di pulau Tidung, Kepulauan Seribu.

B. Saran

Setelah melakukan kajian kepustakaan mendalam, maka peneliti memberikan beberapa


saran di bawah ini.
1. Kepemerintahan
a. Memilih dan memilah ASN yang memiliki kompetensi yang memadai
dalam bidang kepariwisataan.
b. Memperlengkapi ASN tersebut dengan keterampilan-keterampilan yang
dapat menunjang kegiatan industri kepariwisataan di pulau Tidung,
Kepulauan Seribu.
2. Profesional
a. Pelaku Usaha atau Manajerial
i. Memiliki kajian manajemen kepariwisataan yang andal melalui berbagai
perencanaan, implementasi, pengawasan, dan evaluasi yang konkret.
ii. Memiliki manajemen yang inklusif terhadap setiap masukan dan unsur-
unsur kebaruan dalam memanajemeni bidang usaha kepariwisataan tirta.
b. Staf, karyawan, atau pekerja organisasi
i. Memperlengkapi diri dengan berbagai keterampilan, termasuk di
dalamnya telah mengikuti proses sertifikasi profesional.
ii. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
iii. Memiliki minat yang besar dalam mengembangkan dan memromosikan
destinasi wisata pulau Tidung dengan menggunakan teknologi melalui
berbagai kanal sosial media.
DAFTAR PUSTAKA

Alami, Reza, Reza Sohaei, Abdul Karim, Maleki Berneti, Ali Younesi, Milad Farnia, and
Hassan Mirzajani. 2015. “The Effectiveness of Human Resource Management on
Improving the Performance.” International Journal of Business and Social Science
6(5):251–54.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Seribu. 2019. “Kepulauan Seribu Utara Dalam
Angka 2019.” BPS Kabupaten Kepulauan Seribu 76–111.
Hossain, Md, and Ishita Roy. 2016. “Human Capital Management: The New Competitive
Approach.” International Journal of Commerce and Management.
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, BPS. 2019a. “Kabupaten Kepulauan Seribu
Dalam Angka 2019.” BPS Kabupaten Kepulauan Seribu 1–265.
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, BPS. 2019b. “Kepulauan Seribu Selatan
Dalam Angka 2019.” BPS Kabupaten Kepulauan Seribu.
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, BPS. 2019c. Statistik Kesejahteraan Rakyat
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 2019th ed. Jakarta: BPS Kabupaten
Kepulauan Seribu.
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, BPS. 2020. “Kabupaten Kepulauan Seribu
Dalam Angka 2020.” BPS Kabupaten Kepulauan Seribu 1–265.

Anda mungkin juga menyukai