Anda di halaman 1dari 5

TRABALHO INDIVIDUAL

APENDISITIS KRONIS

HUSI:

NOME : JUNILTON DA SALVADOR DE SIJABAT COLO

TURMA :E

N.R.E : 21.04.03.0161

SEMESTER : II

EZAME :TTS

DEPARTAMENTO DE ENFERMAGEM GERAL

FACULDADE DE SIENCIA DA SAUDE

UNIVERSIDADE DILI

2022
Definnisi Apendisitis Kronis?

Apendisitis kronis adalah gangguan peradangan pada usus buntu dari waktu ke waktu dengan
gejala yang berlangsung selama lebih dari tiga minggu.
Apendisitis kronis merupakan kondisi medis yang langka terjadi. Hal ini dikarenakan kondisi
tersebut sulit untuk didiagnosis, karena gejalanya yang bisa timbul dan hilang dan terkadang
hanya timbul gejala ringan.
Meskipun kondisi apendisitis kronis ini langka terjadi, tetapi nyeri yang ditimbulkan bisa
sangat menyakitkan dan pada beberapa kasus, bisa mengancam nyama penderitanya.

Gejala Apendisitis Kronis

Gejala yang dialami pada penderita apendisitis kronis biasanya hanya gejala ringan dan
merupakan gejala paling umum yaitu sakit pada bagian perut.
Gejala yang umumnya dirasakan pasien dengan apendisitis kronis, yaitu seperti:

 Sakit perut
 Demam
 Perut membengkak disertai rasa nyeri
 Merasa kelelahan dan lesu, karena kurang energy
 Malaise, yaitu perasaan yang tidak nyaman dan kurang enak badan

Penyebab Apendisitis Kronis

Seringkali tidak diketahui apa penyebab seseorang bisa menderita apendisitis kronis. Namun,
kemungkinan penyebab yang paling umum adalah peradangan atau penyumbatan di bagian
usus buntu. 
Penyebab lain yang memungkinkan seseorang menderita apendisitis kronis, yaitu: 

 Menumpuknya tinja yang keras


 Tumbuhnya tumor
 Membesarnya folikel limfoid
 Cacingan
 Luka trauma pada perut
 Ditemukannya benda asing, seperti batu, kelereng atau peniti
Diagnosis Apendisitis Kronis

Untuk mendiagnosis kondisi pasien yang terduga menderita apendisitis kronis.


Gejala apendisitis kronis mirip dengan gejala kondisi medis lainnya, seperti:

 Tes darah
 Pemeriksaan panggul
 Tes kehamilan
 Tes urin
 Pemindaian CT
 Pemeriksaan dengan USG
 Pemindaian MRI
 Melakukan X-ray

Berikut beberapa kondisi medis lain yang memiliki gejala serupa dengan apendisitis kronis,
yaitu:

 Gangguan pencernaan
 Penyakit Crohn
 Infeksi saluran kemih
 Infeksi pada ginjal
 Sindrom iritasi usus besar
 Kista ovarium
 Penyakit radang panggul

Pengobatan Apendisitis Kronis

Sangat penting bagi pasien untuk segera mendapat perawatan yang tepat untuk menangani
apendisitis kronis agar gejala dapat diminimalkan dan mengurangi kemungkinan gejala
timbul berulang kali.

Jika pasien sudah terdiagnosis apendisitis kronis, dokter akan segera menganjurkan pasien
untuk segera melakukan operasi pengangkatan usus buntu atau apendektomi. Operasi yang
umumnya dilakukan adalah operasi laparoskopi atau laparotomi.
Operasi laparoskopi memiliki lebih sedikit komplikasi dan dengan melakukan sayatan yang
lebih kecil. Sedangkan laparotomi adalah prosedur operasi perut dengan satu sayutan
panjang.
Penanganan dengan operasi pengangkatan usus buntu adalah pengobatan yang paling efektif
untuk mencegah potensi komplikasi apendisitis kronis, seperti terkena infeksi atau pecahnya
usus buntu.

Patofisiologia Apendisitis kronis

Patofisiologi appendicitis berasal dari obstruksi pada rongga apendiks. Obstruksi lumen in
diikuti dengan pertumbuhan bakteri, inflamasi, dan distensi apendiks.

Anatomi

Apendiks adalah suatu bagian dari usus besar (caecum) yang berbentuk seperti cacing.
Apendiks disebut juga sebagai usus buntu, umbai cacing, vermiform appendix, epityphlitis
(diubah dari bahasa Yunani), atau appendix.

Panjang apendiks rata-rata adalah 8─10 cm (berkisar  2─20 cm). Posisi apendiks tidak
terfiksir pada satu tempat, dapat berasal dari sekitar 1,7─2,5 cm di bawah ileum terminal,
dorsomedial terhadap fundus caecum (lokasi paling umum); atau bersebelahan dengan
orifisium ileal.

Obstruksi Luminal

Penyebab terjadinya obstruksi pada lumen apendiks beragam, seperti hiperplasia limfoid,
infeksi parasit, fekalit, ataupun tumor. Terlepas dari penyebabnya, kondisi obstruksi dapat
menimbulkan inflamasi, iskemia lokal, perforasi, dan pembentukan abses, yang juga
meningkatkan risiko peritonitis.
Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan bakteri yang berlebihan kemudian terjadi pada apendiks yang mengalami
obstruksi, dengan organisme aerob yang mendominasi pada awal dan campuran aerob dan
anaerob di kemudian hari. Organisme yang umum terlibat adalah Escherichia coli,
Peptostreptococcus, Bacteroides, dan Pseudomonas. Setelah peradangan dan nekrosis yang
signifikan terjadi, apendiks berisiko mengalami perforasi, abses lokal, dan terkadang
peritonitis.

Anda mungkin juga menyukai