Anda di halaman 1dari 20

Tugas Rutin

Analisis Mitigasi Bencana Gempa Pendekatan Fisika

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : Nazma Yanti Hutagalung


NIM : 4203121010
KELAS : PSPF A 2020
DOSEN PENGAMPU : Rajo Hasim Lubis, S.Pd., M.Pd.
MATA KULIAH : Pengembangan Riset Interdisiplin Pendidikan Fisika

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023

1
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan penyusun kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan – Nya tentunya penyusun tidak akan bisa untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Riset
Interdisiplin Pendidikan Fisika yang diberikan oleh Bapak Rajo Hasim Lubis, S.Pd., M.Pd..
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul “Analisis Mitigasi Bencana Gempa Pendekatan Fisika”.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon
maaf sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, April 2023

Nazma Yanti Hutagalunng

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I LATAR BELAKANG............................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan....................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI...................................................................................................2
2.1 Konsep Terjadinya Gempa dengan Pendekatan Fisika........................................2
2.2 Teori Fisika Terkait dengan terjadinya Bencana Kegempaan.............................5
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................11
3.1 Upaya Pencegahan sebelum terjadinya Gempa dalam Pendekatan Fisika..........11
3.2 Upaya Penanganan Usai Terjadinya Gempa Pendekatan Fisika.........................12
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................16

ii
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah tersebut adalah sebagi berikut :
1. Bagaimana konsep terjadinya gempa dengan pendekatan fisika ?
2. Bagaimana teori fisika terkait dengan terjadinya bencana kegempaan ?
3. Bagaimana upaya pencegahan sebelum terjadinya gempa ditinjau dengan pendekatan
fisika
4. Bagaiamana upaya penanganan usai terjadinya gempa ditinjau dari pendekatan fisika
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep terjadinya gempa dengan pendekatan fisika.
2. Untuk mengetahui teori fisika terkait dengan terjadinya bencana kegempaan
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan sebelum terjadinya gempa ditinjau dengan
pendekatan fisika
4. Untuk mengetahui upaya penanganan usai terjadinya gempa ditinjau dari pendekatan
fisika
1.3 Manfaat Penulisan
1. Memahami konsep fisika dalam bidang geologi
2. Memenuhi tugas rutin mata kuliah Pengembangan Riset Interdisiplin Pendidikan
Fisika

1
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Konsep Terjadinya Gempa dengan Pendekatan Fisika
Gempa bumi adalah suatu peristiwa pelepasan energi gelombang seismik yang terjadi
secara tiba-tiba. Pelepasan energi ini diakibatkan karena adanya deformasi lempeng
tektonik yang terjadi pada kerak bumi. Sedangkan menurut Howel (1969), gempa bumi
adalah getaran atau serentetan getaran dari kulit bumi yang bersifat sementara dan
kemudian menyebar ke segala arah. Menurut teori tektonik lempeng (Subardjo dan
Ibrahim, 2004), bagian luar bumi merupakan kulit yang tersusun oleh lempeng-lempeng
tektonik yang saling bergerak. Di bagian atas disebut lapisan litosfir yang merupakan
bagian kerak bumi yang tersusun dari material yang kaku. Lapisan ini mempunyai
ketebalan sampai 80 km di daratan dan sekitar 15 km di bawah samudra. Lapisan di
bawahnya disebut astenosfir yang berbentuk padat dan materinya dapat bergerak karena
perbedaan tekanan.

Gambar 1 Struktur bumi (Sunarjo, Gunawan, dan Pribadi, 2012)


Bila dua buah lempeng bertumbukan maka pada daerah batas antara dua lempeng
akan terjadi tegangan. Salah satu lempeng akan menyusup ke bawah lempeng yang
lain, masuk ke bawah lapisan astenosfir. Pada umumnya lempeng samudra akan
menyusup ke bawah lempeng benua, hal ini disebabkan lempeng samudra mempunyai
densitas yang lebih besar dibandingkan dengan lempeng benua. Apabila tegangan
tersebut telah sedemikian besar, sehingga melampaui kekuatan kulit bumi, maka akan

2
terjadi patahan pada kulit bumi tersebut di daerah terlemah. Kulit bumi yang patah
tersebut akan melepaskan energi atau tegangan sebagian atau seluruhnya untuk kembali
ke keadaan semula. Peristiwa pelepasan energi ini disebut gempa bumi. Gempa bumi
terjadi di sepanjang batas atau berasosiasi dengan batas pertemuan lempeng tektonik.
Pada kenyataannya pergerakan relatif dari lempeng berjalan sangat lambat, hampir
sama dengan kecepatan pertumbuahan kuku manusia (kurang lebih 20 cm pertahun).
Hal ini menimbulkan adanya pergeseran pada pertemuan lempeng, yang
mengakibatkan energi terakumulasi sebelum terjadinya gempa bumi. Kekuatan gempa
bumi bervariasi dari tempat ke tempat sejalan dengan perubahan waktu.
Proses Terjadinya Gempa Bumi
1. Gelombang Gempa
Pada saat patahan memecahkan batuan, pergerakan sepanjang patahan
menimbulkan gelombang gempa atau gelombang seismik (seismic wave) yang
menyebabkan permukaan bumi bergetar atau bergoncang. Menurut Keller dan
Pinter, beberapa gelombang seismik yang dihasilkan merambat di dalam tubuh
bumi, yang dikenal sebagai body waves, sedangkan yang lain merambat di
permukaan sebagai surface waves (Wahyudi Citrosiswoyo, 2005: 19). Perhatikan
gambar 12, Body wave terdiri dari gelombang P (primary waves), dan gelombang S
(secondary waves). Sedangkan gelombang permukaan terdiri dari gelombang Love
dan gelombang Rayeligh.

3
Gambar 2. Diagram arah getaran dan rambatan dari gelombang body P dan S (dua di
atas), dan gelombang permukaan (dua di bawah) (Wahyudi Citrosiswoyo, 2005: 20).
a. Body Waves
1. Gelombang Primer
Gelombang P atau gelombang primer adalah gelombang paling cepat diantara
ke empatnya, sehingga yang pertama dapat terdeteksi oleh seismograf (alat
pendeteksi gempa). Gelombang P disebut juga compresional waves, adalah
gelombang longitudinal, seperti gelombang suara yang dapat merambat melalui
cairan, udara, dan benda padat. Pada gelombang longitudinal, partikel-partikel
dari bahan elastis bergetar berasosiasi dengan gaya tekan dan ditarik yang searah
dengan arah rambat gelombang. Kecepatan rambat gelombang P dalam batuan
seperti granit kurang lebih 5,5 Km/s, kemudian dalam air kecepatannya kurang
lebih 1,5 Km/s. Gelombang P dengan frekuensi > 15 Hz dapat terdengar oleh
telingga manusia ketika merambat di atmosfer. Hal ini lah yang menyebabkan
terkadang manusia dapat mendengarkan gempa bumi (suara gemuruh) sebelum
merasakan adanya getaran dan goncangan.
2. Gelombang Sekunder
Gelombang S atau gelombang sekunder dan juga disebut juga shear waves,
adalah gelombang transversal. Gelombang ini dibedakan dari gelombang
longitudinal, karena terbentuk dari adanya gaya yang menentang perubahan
bentuk, sehingga hanya dapat menjalar dalam benda padat, dan merambat
misalnya pada granit dengan kecepatan 3 km/s. Pada saat menjalar dalam batuan,
gelombang S menghasilkan gerakan shear ke samping dengan sudut tegak lurus
terhadap arah rambat gelombang. Gelombang ini tidak dapat menjalar dalam zat
cair, karena zat cair tidak dapat kembali ke bentuk semula ketika menerima shear
ke samping.
b. Surface Waves
1. Gelombang Love
Menurut Dobrin (Wahyudi Citrosiswoyo, 2005: 21), gelombang love
menyerupai gelombang tranversal, hanya saja merambat pada bidang batas
formasi/perlapisan dan bergetar sejajar dengan arah permukaan. Gelombang ini
tersusun oleh gerakan horizontal yang kompleks dalam tanah. Terjadinya
gelombang ini disebabkan oleh pemantulan berganda pada suatu lapisan yang

4
mengandung gelombang dengan kecepatan rendah dari pada gelombang yang
merambat di lapisan atas atau dibawahnya.
2. Gelombang Rayleigh
Menurut Keller dan Pinter gelombang Rayleigh (Wahyudi Citrosiswoyo,
2005: 21) merupakan perpaduan antara gelombang transversal dan longitudinal
dengan gerakan rolling yang kompleks. Amplitudo gelombang Rayleigh
berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya kedalaman perlapisan,
sedangkan kecepatannya kurang lebih 9/10 dari kecepatan gelombang transversal
yang merambat pada media yang sama. Kecepatan gelombang Rayleigh lebih
rendah dari pada kecepatan gelombang Love
2.2 Teori Fisika Terkait dengan terjadinya Bencana Kegempaan
Gempa bumi merupakan getaran yang bersumber dari dalam bumi yang merambat
menuju permukaan bumi akibat dari rekahan bumi yang pecah dan bergeser dengan
keras. Gempa juga digambarkan sebagai getaran seismik yang berasal dari pecahnya
bebatuan di suatu tempat dalam kerak bumi. Berdasarkan kekuatannya atau magnitudo
(M) berskala Richter (SR) dapat dibedakan atas gempa bumi sangat besar M>8 SR,
gempa bumi besar M 7‐8 SR, gempa bumi merusak M 5‐6 SR, gempa bumi sedang M 4-
5 SR, gempa bumi kecil M 3‐4 SR, gempa bumi mikro M 1‐3 SR, gempa bumi ultra
mikro M <1 SR. Gempa bumi merupakan getaran yang bersumber dari dalam bumi yang
merambat menuju permukaan bumi akibat dari rekahan bumi yang pecah dan bergeser
dengan keras. Gempa juga digambarkan sebagai getaran seismik yang berasal dari
pecahnya bebatuan di suatu tempat dalam kerak bumi. Berdasarkan kekuatannya atau
magnitudo (M) berskala Richter (SR) dapat dibedakan atas gempa bumi sangat besar M
> 8 SR, gempa bumi besar M 7 ‐ 8 SR, gempa bumi merusak M 5 ‐ 6 SR,
gempa bumi sedang M 4 ‐ 5 SR, gempa bumi kecil M 3 ‐ 4 SR, gempa bumi mikro M 1 ‐
3 SR, gempa bumi ultra mikro M < 1 SR.
GEMPA BUMI
Gempa bumi merupakan getaran yang bersumber dari dalam bumi yang merambat
menuju permukaan bumi akibat dari rekahan bumi yang pecah dan bergeser dengan
keras. Gempa juga digambarkan sebagai getaran seismik yang berasal dari pecahnya
bebatuan di suatu tempat dalam kerak bumi. Berdasarkan kekuatannya atau magnitudo
(M) berskala Richter (SR) dapat dibedakan atas gempa bumi sangat besar M > 8 SR,
gempa bumi besar M 7 ‐ 8 SR, gempa bumi merusak M 5 ‐ 6 SR, gempabumi
sedang M 4 ‐ 5 SR, gempa bumi kecil M 3 ‐ 4 SR, gempa bumi mikro M 1 ‐ 3 SR, gempa

5
bumi ultra mikro M < 1 SR. Berdasarkan jenis penyebabnya gempa bumi
dikelompokkan menjadi gempa tektonik, vulkanik, dan runtuhan. Gempa bumi tektonik
disebabkan karena pelepasan energi elastis atau peristiwa pematahan batuan akibat
benturan dua lempeng secara perlahan-lahan pada lempeng tektonik. Ketika energi yang
diterima melebihi batas elastisitas lempeng tektonik atau melampaui kekuatan batuan
maka energi tersebut akan terlepas dalam bentuk deformasi plastis serta gelombang
elastis.
Gempa vulkanik disebabkan karena magma yang berbeda dibawah gunung api
mendapat tekanan dan akan melepaskan energi secara tiba-tiba dan akan menimbulkan
getaran tanah. Gempa runtuhan terjadi saat gua batuan maupun lokasi pertambangan itu
runtuh. Akibat yang ditimbulkan setelah terjadinya gempa bumi antara lain adalah
terangkatnya mineral yang ada di dalam lapisan bumi dikarenakan proses tektonik
(pergerakan dari lempeng bumi atau pergerakan sesar) ke permukaan bumi. Selain
itu adanya gerakan endogen dari gempa bumi mengakibatkan getaran atau guncangan
tanah sehingga tanah dan massa bebatuan keluar dan terjadi tanah longsor. Dampak
lain dari gempa bumi yakni hancurnya bangunan dan kerusakan lingkungan, serta
memicu timbulnya tsunami. Gempa bumi tidak dapat dihindari, terjadi secara tiba-
tiba dan merupakan bencana yang mengejutkan. Lokasi pusat gempa, waktu terjadinya
dan besarnya pun sangat sulit untuk diperkirakan. Akan tetapi gempa bumi dapat
diprediksi dalam rentang waktu yang memungkinkan dengan 2 metode prediksi gempa
bumi, yaitu Short-range prediction (prediksi waktu pendek) dan Long-range prediction
(prediksi waktu panjang). Short-range prediction (prediksi waktu pendek) dilakukan
dengan memprediksi interval waktu antara fore shock dan main shock. Metode
yang pertama tersebut dinyatakan banyak yang tidak berhasil. Kemudian Long-range
prediction (prediksi waktu panjang) ini meliputi pengamatan siklus bencana dari tahun ke
tahun. Setelah dilakukan pun, ternyata metode ini juga kurang tepat. Indonesia
merupakan salah satu negara yang mengalami bencana gempa bumi. Daerah rawan
gempa bumi di indonesia antara lain Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu,
Lampung, dan lain-lain. Provinsi Lampung atau yang dikenal dengan nama Sesar Besar
Sumatra ini merupakan sesar aktif yang dibuktikan dengan sering terjadinya gempa
bumi yang bersumber di darat akibat pergerakannya meskipun magnitudonya cenderung
kecil, akan tetapi terdapat potensi bencana karena sumbernya sempit, tidak jauh dari
pemukiman dan kegiatan penduduk. Mitigasi yang dapat dilakukan ketika terjadi gempa
bumi seperti, sebelum kejadian hendaknya memahami apabila wilayah yang

6
ditinggali merupakan daerah yang rawa sehingga perlunya sikap waspada dan
berlatih cara mengevakuasi diri.
Gelombang
Materi gelombang yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari berbagai sumber
belajar.
a. Pengertian gelombang
1. Terbentuknya gelombang
Kita bisa membuat gelombang dari getaran. Misal kita membuat getaran dan
meletakkan getaran itu pada air. Apa yang terjadi? Gejalanya dapat kalian lihat
pada Gambar 1. Pada air itu akan terjadi gelombang. Jadi sebuah gelombang akan
terjadi bila ada sumber yang berupa getaran dan ada yang merambatkannya. Pada
gelombang tersebut terjadi perambatan energi getaran.
Gempa bumi merupakan salah satu contoh gelombang yang perambatan energi
getarannya dapat dirasakan oleh kita. Saat terjadi gempa bumi yang cukup kuat,
tubuh kita merasakan getaran seolah-olah kita akan jatuh ketika berdiri. Saat itulah
perambatan energi getaran gempa bumi melalui medium tanah terjadi.
2. Jenis-jenis gelombang
Di alam ini banyak sekali terjadi gelombang. Contohnya ada gelombang air,
gelombang tali, cahaya, bunyi, dan gelombang radio. Apakah semua gelombang
itu sama? Ternyata semua gelombang itu dapat dikelompokkan menjadi beberapa
jenis sesuai sifat kemiripannya.
Contohnya gelombang dapat dikelompokkan dengan dasar berikut.
a. Berdasarkan arah rambat dan arah getar
Berdasarkan arah rambat dan arah getarnya, gelombang dapat dibagi
menjadi dua. Pertama, gelombang transversal yaitu gelombang yang arah
rambat tegak lurus pada arah getarnya. Contohnya gelombang air, tali, dan
cahaya, serta gempa bumi. Kedua, gelombang longitudinal yaitu gelombang
yang arah rambat dan arah getarnya sejajar. Contohnya gelombang pegas,
bunyi, dan gempa bumi. Perbedaan kedua gelombang ini dapat kalian lihat
pada Gambar 2 berikut ini

7
b. Berdasarkan mediumnya
Berdasarkan mediumnya, gelombang juga dapat dibagi menjadi dua.
Gelombang mekanik yaitu gelombang yang membutuhkan media dalam
merambat. Contohnya gelombang tali, bunyi, dan gempa bumi. Apa yang
terjadi jika ada dua orang astronot yang bercakap-cakap diruang hampa?
Jawabnya tentu tidak bisa secara langsung dari percakapan antar bunyi dari
mulutnya. Sedangkan ada lagi gelombang yang tidak membutuhkan media
dalam merambat. Gelombang ini dinamakan gelombang elektromagnetik.
Contohnya cahaya, gelombang radio dan sinar-X.
c. Berdasarkan amplitudonya
Berdasarkan amplitudonya, ternyata ada dua jenis juga. Ada
gelombang yang amplitudonya tetap yaitu gelombang berjalan dan ada
gelombang yang amplitudonya berubah sesuai posisinya yaitu gelombang
stasioner.
Penyebab pergerakan kulit bum.
Pergerakan kulit bumi (lempeng tektonik) disebabkan oleh adanya arus
konveksi. Temperatur di bagian dalam bumi ini sangat panas, sehingga panas tersebut
mengalir dari inti ke bagian kulit bumi. Aliran panas ini disebut arus konveksi, yang
juga terjadi di bagian mantel. Temperatur arus ini mendingin bila mencapai bagian
dekat permukaan bumi. Sebagai hasilnya arus tersebut mengalir secara horisontal
sepanjang bagian dasar dari kulit bumi. Ketika temperatur menjadi lebih dingin lagi,
arus konveksi turun kembali menuju bagian yang lebih dalam dari bumi. Di bagian
dalam bumi temperatur meningkat lagi sehingga arus menjadi panas kembali dan
bergerak naik. Begitu seterusnya naik dan turunnya aliran panas membentuk arus
konveksi. Arus konveksi di sepanjang dasar kulit bumi menyebabkan pergerakan
lempeng tektonik. Menurut Pratt (Wahyudi Citrosiswoyo, 2005: 11) kendati masih
dalam perdebatan dan dalam studi terus menerus, sampai saat ini arus konveksi yang
terjadi di inti dalam mantel bumi diyakini sebagai gaya penggerak lempeng tektonik.

8
Gambar 3. Arus konveksi (Wahyudi Citrosiswoyo, 2005: 10)
Adanya arus konveksi menyebabkan kulit bumi bergerak relatif satu terhadap
yang lain. Pergerakan ini ada yang saling menjauh, ada yang saling mendekati, dan
ada yang bergeser satu terhadap yang lain. Pergerakan kulit bumi yang saling
menjauhi dikenal sebagai Pemekaran Lantai Samudra. Contoh terkenal dari fenomena
ini adalah terpisahnya benua Afrika dan Benua Amerika Selatan. Sedangkan
pergerakan kulit bumi yang saling mendekati atau bertumbukan disebut sebagai
subduksi (apabila telah menyusup dibawah lempeng lain) atau tumbukan antar
lempeng. Contoh tumbukan antar lempeng ini antara lain tumbukan antara lempeng
India– Australia dengan lempeng Asia atau dikenal dengan Palung Jawa yang
memanjang di sebelah barat Pulau Sumatera, di sebelah selatan Pulau Jawa, di selatan
Nusa Tenggara sampai di Kepulauan Maluku. Sedangkan pergerakan saling bergeser
atau dikenal sebagai patahan geser (transform fault) dapat dijumpai misalnya di pulau
Sulawesi dan pulau Papua.
Penyebab terjadinya gempa bumi
Sampai saat ini penyebab terjadinya gempa bumi diyakini karena adanya
pergerakan lempeng tektonik. Pergerakan lempeng karena tekanan dan tarikan
mengakibatkan terakumulasinya energi pada massa batuan. Ketika kekuatan massa
batuan tersebut terlampaui batuan akan patah. Ketika masa batuan mengalami
patahan, saat itulah terjadi pelepasan energi yang setelah sampai ke permukaan bumi
dinamakan sebagai gempa bumi, Apabila kekuatannya besar, gempa bumi dapat
menyebabkan bencana.

9
Selain disebabkan oleh patahan karena pergerakan lempeng atau kulit bumi,
gempa bumi dapat terjadi karena kegiatan gunung berapi yang akan meletus atau
runtuhan di daerah pertambangan. Tetapi gempa bumi karena gunung berapi dan
runtuhan ini mempunyai kekuatan yang kecil dan sangat jarang terjadi serta bersifat
lokal dan sangat jarang menimbulkan bencana.

10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Upaya Pencegahan sebelum terjadinya Gempa dalam Pendekatan Fisika
Gempa bumi merupakan fenomena alam yang waktu dan tempatnya tidak dapat
diprediksi (Subagia, 2015). Gempa bumi dapat mengancam setiap orang dan gempa bumi
dapat terjadi dimana saja. Minimnya pengetahuan masyarakat akan gempa merupakan
salah satu penyeab banyaknya korban jiwa akibat dari bencana gempa bumi. Bencana
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, namun dampak dari bencana tersebut
dapat diminimalisir (Ayub et al., 2020). Sebagai upaya untuk meminimalisasi dampak
yang ditimbulkan gempa bumi maka diperlukan kesiapsiagaan masyarakat terhadap
bencana gempa bumi (Khair & Fauzi, 2022). Kesiapsiagaan bencana ialah upaya untuk
meningkatkan kemampuan yang memungkinkan individu, organisasi, dan masyarakat
untuk membuat keputusan yang tepat ketika terjadinya bencana (Wulandari & Purnomo,
2020).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah korban jiwa ketika
terjadi bencana yakni dengan cara memberikan informasi terkait dengan mitigasi dan
kesiapsiagaan bencana.. Mitigasi bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk
mencegah atau mengurangi dampak bencana. Mitigasi adalah kegiatan pra-bencana yang
melibatkan analisis tingkat bahaya jika terjadi bencana dan mengambil tindakan
pencegahan setelah bencana (Citra et al., 2020). Mitigasi gempa bumi dan bencana alam
mencakup serangkaian upaya pengurangan risiko bencana baik melalui pembangunan
fisik maupun peningkatan kesadaran dan kemampuan menghadapi ancaman bencana
(Qurrotaini & Nuryanto, 2020). Kesiapsiagaan bencana merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan yang memungkinkan individu, organisasi, dan masyarakat
untuk membuat keputusan yang tepat ketika bencana terjadi.
Pemberian pengetahun tentang mitigasi bencana dan kesiapsiagaan menghadapi
bencana dapat dilakukan melalui bidang pendidikan. Hal ini penting agar dapat
menciptakan masyarakat sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa
yang siap dan siaga terhadap bencana (Widjanarko & Minnafiah, 2018). Ada tiga cara
untuk memberikan pendidikan mitigasi bencana: berbasis kelas, budaya sekolah, dan
masyarakat. Pemberian pendidikan mitigasi berbasis kelas dapat dilakukan dengan cara
mengintegrasikannya dalam salah satu mata pelajaran yang relevan dengan materi
bencana. Seperti pada mata pelajaran fisika pada materi gelombang yang erat dengan
bencana gempa bumi terkait dengan gelombang seismic yang timbul karena adanya

11
gempa bumi. Mengintegrasikan pendidikan mitigasi bencana ke dalam materi gelombang,
mempunyai harapan agar siswa tidak hanya memahami materi fisika saja. Namun, juga
akan dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kesiapsiagaan untuk
menangani ancaman bencana (Opilah, Karyadi, & Johan, 2023).
Langkah yang bisa dilakukan sebelum gempa yang dapat mengurangi dampaknya
adalah sebagai berikut:
1. Mendirikan bangunan sesuai aturan baku (tahan gempa)
2. Kenali lokasi bangunan tempat Anda tinggal
3. Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional
4. Siapkan peralatan seperti senter, P3K, makanan instan, dll
5. Periksa penggunaan listrik dan gas
6. Catat nomor telepon penting
7. Kenali jalur evakuasi
8. Ikuti kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa
Tindakan untuk mewujudkan kesiapsiagaan dilakukan sebelum terjadi bencana
(DAPS, 2006: 3 ). Adapun tindakannya adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan peta rawan gempabumi
b. Sosialisasi peta rawan gempabumi
c. Pelatihan pencegahan dan mitigasi dampak bencana gempabumi
d. Pengembangan dan peningkatan sistem peringatan dini atau prakiraan bencana
gempabumi
e. Pembuatan desain dan percontohan rumah dan bangunan lain tahan gempabumi
f. Membangun sistem pengambilan keputusan yang cerdas, operasional, efisien, dan
efektif.
3.2 Upaya Penanganan Usai Terjadinya Gempa Pendekatan Fisika
Dalam tahapan penanggulangan bencana, pemulihan merupakan salah satu
komponen penting setelah terjadinya bencana. Sesudah bencana terjadi, biasanya korban
perlu ditangani dengan cepat. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan pada
tahap pemulihan bencana gempa, adalah sebagai berikut :
1. Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan.
2. Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri anda setelah gempa bumi berhenti.
Perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang membahayakan pada saat evakuasi.
3. Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat.
4. Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana kebakaran.

12
5. Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi listrik dan air. Apabila di
luar bangunan dengan tebing di sekeliling, hindari daerah yang rawan longsor.
6. Jika di dalam mobil, berhentilah di pinggir jalan, tetapi tetap berada di dalam mobil.
Hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu lalu lintas.
Adapun metode – metode yang diketahui dalam geofisika untuk setelah terjadinya gempa
bumi yaitu sebagai berikut :
1. Metode Seismik
Metode geofisika yang mempelajari bumi berdasarkan kecepatan penjalaran
gelombang getar/gempa. kecepatan gelombang ini sangat berhubungan dengan
densitas dan modulus elastisitas batuan bawah permukaan. Pengukurannya
menggunakan seismometer yang terdiri dari geophone sebagai penerima gelombang
getar, sumber getaran (palu, ledakan, dll) dan alat seismometer sebagai pemroses
sinyal. Metode seismik ini digunakan sejak lama untuk mencari sumber minyak bumi
di laut dan di darat. Jadi pakar Geofisika dan Geologi memiliki peran yang sangat
besar dalam upaya mencari sumber-sumber minyak bumi di seluruh dunia. Dalam
bidang kebencanaan, metode seismik bisa digunakan untuk membuat peta besarnya
goncangan tanah pada suatu kawasan ketika gempa terjadi.
2. Gravitasi/Gaya berat
Metode geofisika yang mengukur nilai gaya berat suatu kawasan berdasarkan
perbedaan densitas/massa jenis batuan bawah permukaan bumi. Prinsipnya nilai
gravitasi di atas permukaan bumi berbeda dimasing-masing kawasan dan sangat
bergantung pada padat tidaknya batuan bawah permukaan. Alat yang digunakan
adalah gravimeter yang sangat sensitif untuk mengukur percepatan gravitasi bumi.
Dalam hal kebencanaan, metode gravitasi/gaya berat ini bisa digunakan untuk
memetakan sinkhole.
3. Magnetik
Metode untuk mempelajari bawah permukaan berdasarkan sifat kemagnetan
batuan. sifat kemagnetan batuan sangat bergantung pada sifat suseptibilitas dan
remanen magnet yang sudah ada sejak zaman bahelak. Alat yang digunakan dalam
metode ini adalah Magnetometer, dulu penulis pernah menggunakan magnetometer
jenis proton untuk mencari/memetakan bijih besi bawah permukaan dan hasilnya
sungguh luar biasa. Dalam bidang kebencanaan, metode magnetik bisa digunakan
untuk mencari pipa pembuangan limbah bawah permukaan, tangki minyak bawah
permukaan, kapal/ferry yang tenggelam di laut, dan lain-lain.

13
4. Geolistrik (Resistivitas, Polarisasi Terinduksi, Potensial diri)
Mempelajari bawah permukaan bumi berdasarkan sifat kelistrikan bumi
adalah prinsip dasar metode geolistrik. Sifat kelistrikan yang bisa diamati adalah
resistivitas, konduktivitas, chargeabilitas dan potensial yang di bumi itu sendiri.
Metode geolistrik resistivitas sangat cocok digunakan untuk mencari lapisan
pembawa air bawah permukaan karena sifat air yang sangat tidak resistif. Alat yang
digunakan adalah resistivity meter dan beberapa dinas di Provinsi Aceh memiliki alat
tersebut dan saya pribadi siap membantu untuk menjalankan Alat Resistivity meter
yang dimiliki. Untuk mitigasi bencana, alat ini bisa digunakan untuk mencari bidang
gelincir sebelum terjadi longsor.
5. Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik yang ada di alam baik yang berasa dari lapisan
ionosfer, gelombang radio komunikasi militer, dan gelombang elektromagnetik yang
di kontrol sumbernya oleh manusia diyakini akan merambat ke bawah permukaan
bumi dan menginduksi material konduktif sehingga menghasilkan gelombang
elektromagnetik sekunder, ini merupakan prinsip dasar kerja metode elektromagnetik.
Nilai gelombang elektromagnetik sekunder ini sangat bergantung pada kondisi
material konduktif bawah permukaan bumi. Alat yang digunakan adalah TURAM EM
– Scintrex, VLF-T-IRIS dan lain-lain. Dalam hal kebencanaan, pengukuran
elektromagnetik bisa digunakan untuk mengukur kedalaman Sesar, untuk kasus
Sumatra bisa digunakan untuk mengetahui kedalam sesar Sumatra.
6. Georadar
Metode geofisika sering digunakan untuk memetakan kondisi bawah
permukaan dangkal. Parameter yang diukur dalam pengukuran Georadar adalah
waktu perambatan gelombang radio yang dipancarkan dan diterima kembali oleh alat.
Alat yang sering digunakan pada pengukuran georadar adalah GPR (ground
penetrating radar). Karena metode ini jangkauanya sangat dangkal (kedalaman <25
meter) dan alat ini cocok digunakan untuk survey geoteknik. Baru-baru ini, georadar
digunakan untuk melihat isi dalam Gunung Padang (bidang arkeologi) tanpa harus
ngebor. Dalam hal kebencanaan, metode ini bisa digunakan untuk menilai kelayakan
sebuah bangunan, memetakan rekahan bawah permukaan, pipa gas bawah permukaan,
dan lain-lainnya.

14
BAB IV
KESIMPULAN
Gempa bumi adalah suatu peristiwa pelepasan energi gelombang seismik yang terjadi
secara tiba-tiba. Pelepasan energi ini diakibatkan karena adanya deformasi lempeng tektonik
yang terjadi pada kerak bumi. Sedangkan menurut Howel (1969), gempa bumi adalah getaran
atau serentetan getaran dari kulit bumi yang bersifat sementara dan kemudian menyebar ke
segala arah. Menurut teori tektonik lempeng (Subardjo dan Ibrahim, 2004), bagian luar bumi
merupakan kulit yang tersusun oleh lempeng-lempeng tektonik yang saling bergerak. Di
bagian atas disebut lapisan litosfir yang merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari
material yang kaku. Lapisan ini mempunyai ketebalan sampai 80 km di daratan dan sekitar
15 km di bawah samudra. Lapisan di bawahnya disebut astenosfir yang berbentuk padat dan
materinya dapat bergerak karena perbedaan tekanan. Terdapat banyak cara yang dapat
dilakukan untuk menanggulangi terjadinya gempa bumi dengan adanya mitigasi gempa bumi
yaitu sebelum terjadinya gempa bumi, saat terjadi dan setelah terjadi.

15
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, S. D., Wahyuni, S., & Aristya, P. (2017). Pengembangan modul fisika materi
gelombang berbasis kebencanaan alam di SMA. Jurnal Edukasi, 4(1), 20-23.
https://doi.org/10.19184/jukasi.v 4i1.5085
Subagia, I. W. (2015). Pelatihan Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi Pada Siswa Sekolah
Dasar Negeri 1 Pengastulan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Bali. JPI (Jurnal
Pendidikan Indonesia), 4(1), 585–598.
Opilah, B. S., Karyadi, B., & Johan, H. (2023). Analisis Pengintegrasian Pendidikan Mitigasi
Bencana pada Pembelajaran Fisika di Pulau Enggano. 7, 1795–1799.
HMGF UGM. (2015). Geofisika Dalam Gempa Bumi, Gempa Bumi Dalam Geofisika.
Diakses tanggal 18 April 2023 dari https://hmgf.fmipa.ugm.ac.id/geofisika-dalam-
gempa-bumi-gempa-bumi-dalam-geofisika/
Qurrotaini, L., & Nuryanto, N. (2020). Implementasi Pendidikan Mitigasi Bencana Alam
Gempa Bumi Dalam Pembelajaran IPS SD. Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar.
Trisnawati, T. (2018). Keefektifan Pembelajaran Fisika Sma Terintegrasi Pendidikan
Kebencanaan Gempa Bumi Ditinjau Dari Penguasaan Materi Dan Kesiapsiagaan
Bencana Alam. SKRIPSI : Universitas Negeri Yogyakarta.
Widjanarko, M., & Minnafiah, U. (2018). Pengaruh Pendidikan Bencana Pada Perilaku
Kesiapsiagaan Siswa. Jurnal Ecopsy, 5(1), 1. https://doi.org/10.20527/ecopsy.v
5i1.4878
Zakaria, Zufialdi. 2007. Aplikasi Tektonik Lempeng dalam Sumber Daya Mineral, Energi
dan Kewilayahan. Bulletin of Scientific Contribution, Vol. 5, No.2, 123 – 131.
Bandung

16

Anda mungkin juga menyukai