Anda di halaman 1dari 37

FARMAKOTERAPI

GANGGUAN PADA MATA


APT. NOVI MILASARI, M.FARM
GLAUKOMA
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
•Pada dekade terakhir, prevalensi glaukoma meningkat dengan cepat seiring dengan
pertumbuhan populasi penduduk dan pertambahan usia mereka. Pada tahun 2010, jumlah
penderita glaukoma mencapai 60,5 juta individu. Kejadian glukoma secara global diperkirakan
mencapai angka 76 juta di tahun 2020 dan 111,8 juta di tahun 2040.
•Sebanyak 2,78% gangguan penglihatan di dunia disebabkan oleh glukoma. Dalam kasus
kebutaan, glukoma menjadi penyebab kedua terbesar, setelah katarak, di dunia.
DIAGNOSA
MEKANISME TERJADINYA GLUKOMA
PERBEDAAN GLAUKOMA
FAKTOR RISIKO
PENCEGAHAN GLAUKOMA
PENGOBATAN
DRY EYE
EPIDEMIOLGI
•Sindrom Mata Kering menggambarkan suatu keadaan defisiensi air mata baik secara kualitas
maupun kuantitas, yang terjadi akibat penurunan produksi air mata atau penguapan air mata
yang berlebihan
•Insiden sindrom ini sering terjadi orang usia lanjut dan wanita menopause.
•Di Amerika Serikat, diperkirakan 3,23 juta perempuan dan 1,68 juta laki – laki, yang berusia 50
tahun keatas mengalami sindrom ini.
•Faktor resiko terjadinya sindrom ini ialah peningkatan polusi udara, penggunaan obat-obatan
tertentu seperti obat alergi dan obat hipertensi, peningkatan pengguna lensa kontak dan
peningkat.an penggunaan komputer, serta penyakit sindrom syogren
DEFINISI
•Sindrom Mata Kering (Keratokonjungtivitis Sicca) didefinisikan sebagai suatu gangguan pada
permukaan mata yang ditandai dengan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang
terjadi akibat ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata (akueus, musin, atau
lipid)
ETIOLOGI
KONDISI PENYAKIT
Hipofungsi kelenjar lakrimal - Kongenital : Aplasia kelenjar lakrimal (alakrima kongenital), Aplasia nervus
trigeminus, Dysplasia ektodermal
- Didapat :
a. Penyakit sistemik (Sindrom syorgen, sklerosis sistemik progresif, sarkoidosis,
leukemia, limfoma, amiloidosis, hemokromatosis);
b. Infeksi (Trachoma, parotitis epidemica);
c. Cedera (Pengangkatan kelenjar lakrimal, iridiasi, luka bakar kimia);
d. Medikasi (Antihistamin, antimuskarinik (atropin, skopolamin), anestesi umum
(halothane, nitous oxide), beta adrenergik blocker (timolol)

Defisiensi musin Defisiensi vitamin A, sindrom Stevens Johnson, pemfigoid okuler, konjungtivitis
menahun, luka bakar kimia, obat – obatan (antihistamin, agen antimuskarinik, beta
blocker (practolol))

Defisiensi Lipid Blepharitis menahun, jaringan parut di tepian palpebra

Evaporasi berlebihan Keratitis neroparalitik, keratitis lagoftalmus

Defektif film air mata a. Kelainan palpebra


(Coloboma, Ektropion atau entropion, Keratinisasi tepian palpebra, Kedipan
berkurang (gangguan neurologik, hipertiroid, lensa kontak, keratitis herpes
simpleks, lepra), Lagophthalmos )
b. Kelainan konjungtiva (Pterygium, Symblepharon)
c. Proptosis
ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. APPARATUS LAKRIMAL
Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal, duktus nasolakrimal. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu:
◦ Sistem produksi atau glandula lakrimal yang terletak di temporo antero
superior rongga orbita.
◦ Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal,
sakus lakrimal, duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan
rongga orbita.

Glandula lakrimal menerima pasokan darah


dari arteri lakrimalis, dan dipersarafi oleh

-nervus lakrimalis (sensoris), sebuah cabang


pertama dari nervus trigeminus;

-nervus petrosus superfisialismagna, yang


datang dari nukleus salivarius superior,

nervus simpatis yang menyertai arteri


lakrimalis dan nervus lakrimalis
2. AIR MATA
•Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7 – 10 um yang Kandungan air mata:
menutupi epitel kornea dan konjungtiva.
◦ Protein
•Isotonik dengan pH rata – rata 7,35
◦ Albumin (60% dari total protein)
•Volum air mata normal : 7+/-2 uL pada setiap mata
◦ Globulin
• Fungi dari air mata :
◦ Lisosim
1. Menghapus benda asing dari permukaan kornea
2. Sumber oksigen terhadap epitel kornea dan konjuntiva ◦ Immunoglobulin IgA (terbanyak), IgG, dan IgE.
3. Pelicin antara kelopak mata dan permukaan kornea
mata
◦ konsentrasi K+, Na+, Cl- tinggi dibandingkan
4. Jalur untuk sel–sel leukosit menuju ke bagian sentral dalam plasma
kornea avaskuler bila terjadi trauma kornea
5. Sebagai anti bakterial
◦ glukosa (5mg/dl) dan urea (0,04mg/dl) yang
6. Media untuk membuang debris dan sel yang
mengalami deskuamasi rendah
Film Air Mata
1. Lapisan superfisial (lipid)
- dihasilkan oleh kelenjar meibom dan kelenjar sebasea
- berfungsi mencegah evaporasi dan memiliki ketebalan 0,1 um
2. Lapisan akueous (komponen terbesar)
- disekresi oleh kelenjar lakrimalis, glandula lakrimal asesorius
(kelenjar Krause dan Wolfring),
- mengandung garam–garam inorganik, glukosa, urea, protein
dan glikoprotein yang berfungsi dalam pengambilan
oksigen untuk metabolisme kornea.
3. Lapisan musin
- dihasilkan oleh sel–sel goblet konjungtiva
- terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel – sel epitel kornea
dan konjungtiva. Membran sel epitel terdiri atas lipoprotein
sehingga relatif hidropobik
Mekanisme Pengeluaran Air Mata
glandula lakrimal di anterior superolateral

pungtum lakrimal

kanalikuli lakrimal

sakus lakrimal

duktus nasolakrimal

interna meatus di rongga hidung


PATOFISIOLOGI
2 mekanisme yang menyebabkan mata kering:
1. Hiperosmolaritas air mata
kurangnya aliran aqueous ataupun penguapan air mata yang
berlebihan osmolaritas cedera epitelium permukaan
okuler dengan pengaktifan mediator inflamasi
Inflamasi akut dapat mengakibatkan
ke dalam air mata peningkatan refleks lakrimasi dan
berkedip

inflamasi kronis dapat menyebabkan


berkurangnya sensitisasi pada kornea
dan penurunan refleks lakrimasi yang
berujung pada peningkatan
penguapan dan ketidakstabilan lapisan
air mata
2. Ketidakstabilan lapisan air mata
Ketidakstabilan lapisan air mata berakibat peningkatan penguapan air mata yang
berkontribusi pada hiperosmolaritas air mata.
 Kelainan lapisan aqueous
Kurangnya produksi lapisan aqueous disebabkan terjadinya gangguan interaksi neuro
humoral permukaan okuler yang menyebabkan terinterupsinya impuls saraf sekretmotorik
ke kelenjar lakrimal yang berakibat terjadinya inflamasi dan mensupresi sekresi aqueous
sehingga menyebabkan jejas secara tidak langsung pada permukaan okuler maka timbul
gejala tidak nyaman dan iritasi okuler.
Gangguan yang terjadi biasanya merupakan akibat dari berkurangnya produksi air mata yang
disebabkan oleh gangguan sensitifitas kornea, adanya jejas pada kelenjar lakrimal, obat,
perjalanan penyakit atau faktor personal.
 Kelainan musin
Gangguan produksi musin mengakibatkan penyebaran air mata yang tidak merata pada
permukaan mata. Gangguan disebabkan oleh hilangnya sel goblet konjungtiva.

 Kelainan lipid
Kekurangan lapisan lipid pada anatomi air mata menyebabkan evaporasi yang
berlebihan.
Disfungsi kelenjar meibomia, meibomitis, infeksi kelopak mata, blepharitis dapat
menghambat lipid yang penting untuk mengurangi penguapan lapisan aqueous.
MANIFESTASI KLINIS

Gejala Subjektif Mata Kering Gejala Objektif Mata Kering


•mata terasa gatal •Sekresi mukus yang berlebihan

•adanya sensasi mata seperti •Sukar menggerakkan kelopak mata


berpasir, •Mata tampak kering dan terdapat erosi kornea
•Sakit •Pada pemeriksaan slit lamp, meniskus air mata pada tepi
palpebra inferior menghilang atau terganggu
•Silau
•Konjungtiva bulbi tampak edema, hiperemik, menebal,
•Penglihatan kabur. dan kusam (tidak tampak kilauan). Kadang – kadang
terdapat benang mucus kekuning-kunigan pada forniks
konjungtiva inferior.
•Pada keadaan lanjut, biasa ditemukan filament (benang-
benang) yang satu ujungnya melekat di kornea sedangkan
ujung lainnya bergerak bebas. Pada keadaan ini dapat
ditemukan neovaskularisasi kornea
DIAGNOSIS
Diagnosis bisa ditegakkan dengan anamnesis berdasarkan keluhan pasien, pemeriksaan fisik mata
dengan slit lamp biomikroskopi, dan tes diagnostik.
Tes diagnostik:
1. Uji Schirmer
2. Tear Film Breakup Time (TBUT)
3. Pemulasan Fluorescein
4. Uji Rose Bengal
5. Pemeriksaan Lisozim air mata
6. Uji Ferning (Ocular Ferning Test)
7. Impresi Sitologi konjungtiva
8. Pemeriksaan osmolaritas air mata
9. Laktoferrin air mata
Derajat Keparahan Mata Kering
Mild
Hasil tes schirmer kurang dari 10 mm dalam 5 menit

Moderate
Hasil tes schirmer antara 5-10 mm dalam 5 menit

Severe
Hasil tes schirmer kurang dari 5 mm dalam 5 menit,
DIAGNOSIS KOMPLIKASI
BANDING
1. Blepharitis Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sicca,
penglihatan sedikit terganggu.
2. Konjungtivitis alergi
Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea,
3. Keratokonjungtivitis Superior Limbic penipisan kornea, dan perforasi. Kadang-kadang
4. Komplikasi Lensa Kontak terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat
timbulnya jaringan parut dan vaskularisasi pada
kornea, yang sangat menurunkan penglihatan.
PENATALAKSANAAN
Dasar dari pengobatan sindrom mata kering ialah mencari penyebab dan mengetahui jenis lapisan air mata yang
mengalami defisiensi.
Simptomatic treatment
Pengobatan sindrom mata kering adalah sebagai berikut
1. Pemberian air mata buatan
Air mata buatan diberikan 1-2 tetes pada dewasa maupun anak - anak apabila terjadi defisiensi komponen air.
Air mata buatan ini berfungsi sebagai pelumas pada permukaan mata.
2. Salep / gel, sebagai pelumas jangka panjang, terutama saat tidur
3. Kacamata pelembab bilik
apabila penyebabnya lingkungan yang terlalu panas atau dingin. Usahakan kaca mata hitam yang dipakai adalah
yang mempunyai bentuk yang cukup lebar dan menutupi daerah samping mata, sehingga penguapan air mata
dapat dihindari.
PENATALAKSANAAN
4. Agen anti-inflamasi
- Siklosporin A topikal : diberikan 1 tetes pada setiap mata per 12 jam.
- Kortikosteriod topikal : Kortikosteroid topikal baik digunakan sendiri atau bersama dengan Siklosporin, bisa
mengurangi peradangan dan gejala mata kering.
5. Topikal / sistemik tetrasiklin
Obat ini efektif apabila terdapat disfungsi kelenjar meibom, obat yang bisa diberikan berupa: Doxycycline 100
mg, Minoxycline 100 mg
6. Lensa kontak
Lensa kontak diberikan pada pasien dengan defisiensi mucus dengan derajat berat yang gagal diterapi menggunakan
obat-obatan.
7. Bedah
- Punctal plug
- Tarsorrhaphy
PROGNOSIS
•Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan sindrom mata kering
adalah baik.
•Sebagian besar pasien dengan derajat keparahan ringan hingga sedang dapat diobati gejalanya
dengan pemberian lubricant, dan gejalanya bisa teratasi.
•Pada mata kering yang berat, bisa mengganggu kualitas hidup karena seringkali pasien
mengeluhkan penglihatan kabur, iritasi berat sehingga mereka kesulitan membuka mata dan
mereka aktivitas kerja menjadi terganggu.
KONJUNGTIVITIS
DEFINISI
Konjungtivitis adalah inflamasi jaringan konjungtiva yang dapat
disebabkan oleh invasi mikroorganisme, reaksi hipersensitivitas atau
perubahan degeneratif di konjungtiva.
Peradangan pada konjungtiva paling sering disebabkan oleh infeksi
virus. Penyebab lain tersering konjungtivis adalah infeksi bakteri dan
alergi.
EPIDEMIOLOGI
•Secara global kasus konjungtiva dapat terjadi pada semua kelompok usia, dari
mulai neonatus hingga lansia.
•Di Amerika Serikat diperkirakan ada sekitar 6 juta kasus baru konjungtivis viral
per tahunnya. Adenovirus merupakan penyebab di hamper 90% kasus
konjungtivis viral. Insidensi konjungtivis bakteri di Amerika Serikat adalah 135
kasus per 10.000 populasi per tahun.
•Di Indonesia konjungtivitis masuk ke dalam 10 besar penyakit terbanyak pada
pasien rawat jalan di rumah sakit pada tahun 2009, dengan jumlah kunjungan
sebanyak 135.749. pada tahun 2010 angka kunjungan menurun menjadi 87.513
dengan jumlah kasus baru sebanyak 68.026 kasus.
ETIOLOGI
Penyebab dari konjungtivis bermacam-macam yaitu bisa disebabkan karena bakteri, virus, infeksi
klamidia dan konjungtivis alergi.
Konjungtivis bakteri biasanya disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus dan
Haemophillus.
Penyebab tersering konjungtivitis akut adalah virus. Infeksi virus tertentu cenderung lebih sering
menginfeksi kornea misalnya virus herpes simpleks.
Konjungtivitis virus meliputi konjungtivitis adenovirus, konjungtivitis herpes simpleks, konjungtivitis
herpes-zooster, konjungtivitis pox virus, konjungtivitis miksovirus, konjungtivitis paramiksovirus, dan
konjungtivitis arbovirus.
Penyebab konjungtivis lainnya yaitu infeksi klamidia yang disebabkan oleh organisme Chlamydia
trachomatis.
Konjungtivis yang disebabkan oleh alergi diperantarai oleh igE terhadap allergen yang umumnya
disebabkan oleh bahan kimia.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala umum pada konjungtivis yaitu mata merah, terdapat kotoran pada mata,
mata terasa panas seperti ada benda asing yang masuk, mata berair, kelopak mata lengket,
penglihatan terganggu, serta mudah menular mengenai kedua mata.
Tanda dan gejalanya berdasarkan jenis konjungtivis
• Bakteri : mata kemerahan disertai sensasi benda asing, tanpa gatal, sekret putih-kuning keruh
dan kental jarang ditemukan limfadenopati preauricular (pembesaran kelenjar getah bening
di depan telinga).
• Virus : mata kemerahan, gatal dan berair, sekret cair, tanpa gangguan penglihatan, terdapat
riwayat penyakit saluran napas atas, ditemukan limfadenopati preauricular.
• Alergi : mata kemerahan dengan gejala gatal atau sensasi terbakar, ada riwayat alergi, sekret
encer tidak ditemukan limfadenopati preauricular.
TERAPI
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab.
• Konjungtivis karena bakteri dapat diobati dengan : Sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau
antibiotika (Gentamycine 0,3%; chloramphenicol 0,5%)
• Konjungtivis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder.
• Konjungtivis karena alergi diobati dengan : antihistamin (anrazidibe 0,5%, rapazoline 0,05%)
atau kortikosteroid (deksametasone 0,1%)

Penanganannya dimulai dengan pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisal
tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.
TERAPI
Konjungtivitis virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya, namun pemberian kompres
dingin, air mata artifisial atau antihistamin topikal bermanfaat untuk meredakan gejala.
Terapi antiviral tidak diperlukan kecuali untuk konjungtivitis herpetik yaitu asiklovir oral
400mg/hari untuk virus herpes simpleks dan 800mg/hari untuk herpes zoster selama 7-10 hari.
Walaupun akan sembuh sendiri, penatalaksanaan konjungtivitis virus dapat dibantu dengan
pemberian air mata buatan (tetes mata) dan kompres dingin.
Antibiotik dapat dipertimbangkan jika konjungtivitis tidak sembuh setelah 10 hari dan diduga
terdapat superinfeksi bakteri.
Penggunaan deksametason 0,1% topikal membantu mengurangi peradangan konjungtiva

Anda mungkin juga menyukai