Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PERTEMUAN 10

“Pandangan Manusia Tentang Alam Semesta”


Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Individu Pada Mata Kuliah
Astronomi

Dosen Pengampu :
Dr. Deded Chandra, S.Si., M.Si.

Oleh :
M Iqbal Riski

NIM : 21045046

DEPARTEMEN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
1. Jurnal Nasional

Judul Hakikat Manusia, Alam Semesta, Dan Masyarakat Dalam


Kontekspendidikan Islam
Nama Jurnal Jurnal Penelitian Keislaman
Penulis Alimatus Sa’diyah Alim
Tahun (2019)
Vol Vol.15 No.2
Manusia dalam jagad raya ini adalah makhluk yang unik,
keunikannya sangat menarik dimata manusia sendiri, yaitu
yang mendasari perbedaan manusia dengan makhluk-
makhluk Allah lainnya adalah Allah memuliakan manusia
dengan memberi akal, sedangkan mahluk Allah yang lain
tidak diberikan, disitulah kemuliaan manusia dibandingkan
Latar Belakang dengan makhluk lainnya. sehingga banyak kajian-kajian
tentang manusia yang terus berkembang karena pengetahuan
manusia tentang dirinya terbatas. Untuk menjawab
permasalahan tersebut, Alqur`an telah banyak menjelaskan
berbagai hal yang berkaitan dengan manusia. Manusia adalah
”satu jenis makhluk hidup yang jadi anggota populasi
permukaan bumi ini. Ia adalah satu himpunan yang
mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh
sekian juta makhluk hidup
lainnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui esensi
Tujuan Penelitian
manusia, alam semesta, dan masyarakat dalam perspektif
filsafat pendidikan Islam.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka, yakni
peneliti menganalisis literatur tertulis sebagai sumber utama.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menusia memiliki
keunggulan dari makhluk lain di alam semesta. Eksistensinya
Hasil Penelitian sebagai abdullah sekaligus sebagai khalifatullah di bumi.
Manusia sebagai hamba (abdullah) memiliki inspirasi nilai-
nilai ketuhanan yang tertanam sebagai pejalan amanah
(khalifah) Tuhan dimuka bumi. Keingintahuan manusia
menjadikannya bersifat kreatif dengan disemangati nilai-nilai
trasendensi. Manusia dengan manusia lainnya memiliki
korelasi yang seimbang, tolong menolong (ta‟awun), dan
saling bekerja sama dalam rangka memakmurkan bumi.
Manusia dengan alam sekitar merupakan sarana untuk
meningkatkan pengetahuan, rasa syukur, dan mendekatkan
diri
kepada tuhan.
Manusia memiliki eksistensi dalam hidupnya sebagai
abdullah dan khalifah sebagai utusan Allah dimuka bumi,
disini harus bersentuhan dengan sejarah dengan
mengembangkan esensi ingin tahu menjadikan ia bersifat
kreatif dengan disemangati dengan nilai-nilai trasendensi.
Kesimpulan
Manusia dengan tuhan memiliki kedudukan sebagai hamba,
yang memiliki inspirasi nilai-nilai ketuhanan yang tertanam
sebagai pejalan amanah tuhan dimuka bumi. Manusia dengan
manusia lainnya memiliki korelasi yang seimbang dan saling
bekerja sama dalam rangka memakmurkan bumi. Manusia
dengan alam sekitar merupakan sarana untuk meningkatkan
pengetahuan dan rasa syukur kita terhadap tuhan dan bertugas
menjadikan alam sebagai subyek
dalam rangka mendekatkan diri kepada tuhan

Jurnal Nasional

Judul Konsep Manusia dan Alam Serta Relasi Keduanya dalam


Perspektif Al-Quran
Nama Jurnal Cakrawala: Jurnal Studi Islam
Penulis Titis Rosowulan
Tahun (2019)
Vol Vol. 14 No. 1
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dan
Latar Belakang
memiliki berbagai kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk
yang lain yang ada di dalam alam raya ini. Hal itu telah
diungkapkan oleh Allah dalam surat Al-Tin ayat 4,
“Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya.” Sebagai makhluk dan ciptaan yang
paling sempurna, manusia tentunya memiliki konsep dan
karakteristik yang berbeda dari makhluk-makhluk yang lain.
Perbedaan itulah yang menjadi ikon tersendiri sehingga dia
disebut sebagai manusia. Al-Quran telah memberikan
keterangan-keterangan kepada kita mengenai susunan,
struktur, karakter yang kesemuanya itu membentuk suatu
konsep utuh tentang manusia dengan jeli dan cermat jika kita
mau meneliti dan mendalami pesan-pesan Kitab suci itu.
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggali
Metode Penelitian
ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang tema ini
berdasarkan teori relasi.
Menurut Syati (1999), istilah manusia dalam al-Quran
disebutkan dengan menggunakan tiga kata, yaitu insân, ins,
dan basyar. Ketika menggunakan kata basyar, yang
dimaksudkan al-Quran adalah anak turun Adam, makhluk
fisik yang suka makan dan berjalan ke pasar. Dimensi fisikal
Hasil Penelitian itulah yang membuat pengertian basyar mencakup anak
keturunan Adam secara keseluruhan. Kata basyar untuk
menunjukkan sisi-sisi kemanusiaan para Rasul dan Nabi.
Artinya, para Rasul dan Nabi tersebut adalah manusia biasa
seperti halnya manusia-manusia lain. Mereka bukanlah
mahluk yang diciptakan dengan unsur yang berbeda dengan
manusia biasa. Mereka juga membutuhkan makan dan
minum seperti yang
lainnya.
Manusia merupakan mahluk Allah yang paling sempurna, dia
dibekali dengan berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh
Kesimpulan mahluk-mahluk lainnya. Kelebihankelebihan itu berupa akal
pikiran dan perasaan sehingga dengannya dapat membedakan
mana yang baik yang harus dilakukan dan mana yang buruk
yang harus diitinggalkan. Manusia juga memiliki hak-hak
yang sangat istimewa. Hak-hak itu dikemukakan oleh al-
Quran secara nyata dan jelas. Di antara hak-haknya adalah
hak untuk mendapatkan kemerdekaan dari segala macam
perbudakan, hak untuk berpikir dan mengemukakan
pendapat, hak untuk beragama dan berakidah sesuai dengan
kepercayaan dan juga hak untuk berkehendak. Semua
kelebihan dan keutamaan manusia itulah yang akhirnya
menjadikannya layak untuk menjadi pemimpin di muka bumi
ini. Dalam perspektif ontologis, manusia adalah makhluk
aktif kreatif dan inovatif yang bertanggung jawab mutlak
atas segala tindakan yang
dilakukan, termasuk tindakan terhadap alam raya.

2. Jurnal Internasional

Judul Identitas sebagai Unsur Alam Semesta Manusia dan Bahasa:


Aspek aksiologis
Nama Jurnal International Journal Of Environmental & Science Education
Marina R. Zheltukhinaa , Larisa G. Vikulovab , Evgenia F.
Penulis
Serebrennikovac , Svetlana A. Gerasimovab and Liudmila A.
Borbotko
Tahun 2016
Vol VOL. 11, NO. 17.
Keadaan modern dunia yang mengglobal di era
"postmodernisme" membuatitu sangat relevan untuk fokus
pada pertanyaan tentang hubungan antara kata-kata dan
Latar Belakang
kenyataan, tentang benturan konsep berkelanjutan asli di
dalamnya ruang etnokonsolidasi yang terbuka satu sama lain
dan untuk indera berkembang "antar budaya". Dalam kaitan
ini, pentingnya upaya untuk memberikan pemahaman
menyeluruh tentang aspek dan masalah linguistik aksiologis
analisis secara umum dan pengembangan metodologi dan
metode yang memadai analisis semacam itu terbukti relevan.
Antroposentrisitas linguistik modern menganggap seseorang
berbicara - homo verbo agens – menjadi titik awal
pertimbangan. Dari sudut ini, bahasa dipahami sebagai esensi
eksistensial manusia. Konsep seperti "the alam semesta, alam
semesta manusia dan alam semesta bahasa", "citra dari
dunia”, “dunia-kehidupan” manusia, serta wacana/teks, dan
subjektivitas, karena paradigma ontologis fundamental
"Orang
– Bahasa – Budaya – Dunia (dunia)" dikenal sebagai salah satu
kunci dalam paradigma ini.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aspek
Tujuan Penelitian
aksiologis dari penelitian identitas sebagai sebuah unsur alam
semesta manusia dan bahasa.
menggunakan pendekatan kognitif, diskursif dan semantik
Metode Penelitian
untuk mempelajari aspek aksiologis dari identitas.

Paradigma keilmuan sosial dan kemanusiaan, yang


mempelajari identitas sebagai fenomena bertingkat yang
kompleks mengintegrasikan karya-karya filsuf, sosiolog,
Hasil Penelitian
antropolog, psikolog, ilmuwan politik, budayawan, ahli
bahasa, ahli bahasa wacana. Dengan demikian, kita dapat
menyimpulkan bahwa istilah identitas masuk sorotan
penelitian vektor antroposentris modern dan hari ini
pendekatan interdisipliner mendominasi vektor tertentu.
Implikasi dan rekomendasi untuk studi masa depan adalah
sebagai berikut. Berdasarkan pada temuan penelitian ini kita
dapat membandingkan konsep “identitas” secara berbeda
Kesimpulan
budaya linguistik. Disarankan bahwa pengembangan
interdisipliner dari penelitian harus mencakup metode
kompleks analisis identitas sebagai suatu unsur alam semesta
manusia dan bahasa. Analisis aksiologi terintegrasi ke dalam
proses penelitian identitas dalam bahasa Rusia dan Prancis
dan
seharusnya dibahas oleh para ahli di bidangnya.
Jurnal Internasional

Judul Bagaimana Kehidupan Manusia Penting di Alam Semesta


Balasan untuk David Benatar
Nama Jurnal Journal of Philosophy of Life
Penulis Brooke Alan Trisel
Tahun 2019
Vol Vol.9, No.1
Banyak filsuf telah menyimpulkan bahwa kehidupan individu
kita bisa bermakna bahkan jika Tuhan tidak ada dan kematian
menandai akhir permanen kita adanya. 1 David Benatar,
dalam bukunya yang menggugah pemikiran, The Human
Predicament, mengakui bahwa hidup seseorang dapat
Latar Belakang bermakna secara objektif perspektif berbasis manusia.
Namun, dia berpendapat bahwa kehidupan individu kita dan
kehidupan manusia, secara umum, tidak ada artinya dari
perspektif kosmik. "Kita bintik kecil di alam semesta luas
yang sama sekali tidak peduli pada kita,”
“Perspektif kosmik”, demikian Benatar menyebutnya,
terkadang juga disebut ke dalam literatur sebagai "sudut
pandang alam semesta", "pandangan dari tidak ke mana-
mana”, “pemandangan dari mana-mana”, dan sub specie
aeternitatis.
Apakah seluruh kehidupan individu akan bermakna dari
kosmik perspektif akan bergantung pada seberapa besar nilai
intrinsik yang disumbangkan oleh orang ini alam semesta.
Hasil Penelitian
Jika seseorang membuat prestasi artistik yang tidak
mempengaruhi orang lain, ini akan menambah nilai pada
alam semesta, tetapi tampaknya diragukan bahwa itu akan
cukup untuk membuat seluruh hidup orang ini bermakna dari
perspektif kosmik. Sebaliknya, perkembangan teori relativitas
oleh Einstein adalah perintis dan pencapaian berpengaruh
yang melampaui
“perspektif kemanusiaan” dan menghasilkan produk yang
sangat berharga. Akibatnya, Prestasi Einstein yang
melampaui batas akan menambah intrinsik yang substansial
nilai ke alam semesta, sehingga membuat hidupnya bermakna
dari kosmik
perspektif.
Beberapa orang puas mengetahui bahwa kehidupan pribadi
mereka bisa bermakna dari perspektif berbasis manusia.
Orang lain mencari lebih dari ini. Mereka ingin hidup mereka
dan kehidupan manusia, secara umum, menjadi materi dari
kosmik perspektif. Seperti yang diperdebatkan dalam
Kesimpulan makalah ini, upaya kita penting dan tidak hanya untuk satu
sama lain. Mereka juga penting dari perspektif kosmik
dengan cara berikut. Dengan melibatkan dalam pengejaran
yang bermanfaat secara inheren, itu menambah nilai intrinsik
ke alam semesta dan memberi arti bagi kehidupan individu
kita. Dan, jika makna agregat di seluruh manusia makhluk,
maka makna yang kita berikan pada kehidupan individu
kita juga
memberi makna untuk kemanusiaan. prestasi.

Anda mungkin juga menyukai