Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI KLINIK

Disusun Oleh :

Adelio Dazky Puta Indito (1211003)


Ajeng Viona Putri A (1211009)
Ameylia Faustina W (1211014)
Azalia Putri Zafira (1211020)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL


2022/2023
A. Pendahuluan
Sistem urogenital atau sitem urinaria atau sistem perkemihan
merupakan suatu sistem yang bekerja untuk memproses penyaringan darah
atau disebut dengan filtrasi sehingga darah akan terbebas dari zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh. Selain itu sistem urogenital juga befungsi untuk
menyerap kembali zat-zat yang dapat dibutuhkan oleh tubuh. Lalu untuk zat
yang tak terpakai oleh tubuh akan disalurkan keluar berupa urine. Sistem
urigenital dapat dikatakan sebagai sistem kerjasama tubuh yang berguna
untuk melakukan kegiatan filtasi plasma darah, ekskresi zat yang tak
diperlukan serta reabsorbsi zat yang masih dibutuhkan tubuh. Untuk
menjalankan semua kegiatan tersebut sistem urogenital disusun oleh organ
ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra. (Sunarto, et al, 2019).
Sistem urogenital merupakan suatu sistem yang penting, jika tidak
dijaga dengan baik maka akan menimbulkan suatu masalah contohnya ISK.
ISK merupakan suatu kondisi infeksi pada saluran kemih dimana terdapat
mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak atau disebut
dengan bakteriuria berkembang biak dengan jumlah kuman biakan urin
>100.000 /ml urin dan mampu menimbulkan infeksi. Prevalensi infeksi
saluran kemih sangat bervariasi berdasarkan jelas kelamin dan umur, yang
dimana infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
pada pria karena perbedaan anatomis antara keduanya yaitu karena karena
uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
menuju kandung kemih dan pada usia produktif, dimana sebagian wanita
sudah mulai melakukan aktivitas seksual pada usia tersebut.
(Musdalipah,2018)
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh banyak faktor. faktor resiko
yang umum pada kejadian infeksi saluran kemih adalah ketidak mampuan
atau kegagalan kandung kemih untuk mengosongkan isinya secara
sempurna, penurunan daya tahan tubuh, dan peralatan yang dipasang pada
saluran kemih seperti kateter. Kemudian faktor lainnya bisa terjadi infeksi
saluran kemih disebabkan oleh personal hyegiene, kontraksepsi, aktivitas

1
seksual, hormonal, genetik, sedangkan faktor- faktor predisposisi dalam
infeksi saluran kemih yaitu jenis kelamin, umur kehamilan, obstruksi
saluran kemih, kandung kemih neurogenik, penyakit ginjal, penyakit
metabolik (diabetes,gout, batu). (Fitria & Lestari, 2019)
Penyebab utama ISK adalah bakteri yang berasal dari kolon dan
bakteri yang berperan pada terjadinya ISK adalah bakteri yang mempunyai
pili atau fimbria pada permukaan sehingga memper mudah terjadinya
perlekatan pada dinding saluran kemih yang menimbulkan reaksi inflamasi
berupa urgensi (rasa ingin miksi terus menerus), disuria (nyeri saat
berkemih) dan rasa nyeri pada suprapubik yang disebut dengan sistitis.
Mekanismenya yaitu bakteri dari kolon, berkoloni di perineum dan masuk
ke kandung kemih melalui uretra. beberapa kasus infeksi akan menjalar
ureter ke ginjal sehingga timbul pielonefritis. Urin yang terinfeksi akan
masuk kembali, menstimulasi terjadinya respon imun dan inflamasi yang
pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya luka pada ginjal. (Rini, 2010)

B. Organ – Organ Urogenital

Telah diketahui bahwa seluruh sistem yang ada pada tubuh manusia
terdiri atas organ organ yang saling berkesinambungan didalam tubuh. tak
terkecuali sistem urogenital yang tersusun dari beberapa organ yang saling
bekerjasama, organ-organ tersebut ialah :
a. Ginjal
Ginjal merupakan suatu organ yang memiliki perang sangat
penting dalam menjaga cairan tubuh secara baik. Dimana ginjal

2
sendiri memiliki fungsi guna menjaga homeostatik dengan mengatur
banyaknya cairan, tekanan osmotik, asam basa, membuang sisa hasil
metabolisme dan masih banyak lagi. Ginjal memiliki bentuk seperti
kacang, dan memiliki beberapa struktur penyusun yang terdiri dari :
1. Bagian dalam medula
Dalam bagian dalam ini terdapat substansi medularis yang
terdiri dari 8-16 piramid renalis.
2. Bagian Luar Korteks
Pada bagian ini substansi kortekalis memiliki konsistensi lunak,
terdapat granula dan biasanya berwarna coklat merah. (Nugroho,
2021)
b. Ureter
Gambaran umum dari ureter menyerupai pipa yang
menyambungkan ginjal dengan vesika urinaria, ureter memiliki
panjang berkisar 25-30cm. Dinding ureter terdiri tiga lapisan yaitu :
1. Tunika mukosa
Bagian ini merupakan lapisan dari dalam yang tersusun keluar
dimana bagian penyusunnya adalah sel ephitellium.
2. Tunika muskularis
Dinamakan muskularis karena tersusun dari otot polos longgar
dan dipisahkan oleh jaringan ikat dan anyaman serabut elastis.
3. Tunika adventia
Merupakan bagian yang tersusun oleh jaringan ikat longgar.
(Sunarto, et al, 2019)
Pada dinding ureter dapat menimbulkan gerakan peristaltik setiap 5
menit sekali. Dimana gerakan peristaltik ini dapat membantu
mendorong air kemih menuju vasika urinaria dan kemudian ditampung
untuk sementara waktu. (Nugroho, 2021)
c. Vesika urinaria
Vesika urinaria atau sering dikenal dengan kandung kemih
merupakan suatu tempat yang berguna untuk mengumpulkan hasil

3
sekresi dari ginjal yang dinamakan dengan urine. Dimana vesika
urinaria ini berupaka kantong berongga yang dipenuhi oleh otot-otot
dan memiliki sifat elastis. ( Sunarto, et al, 2019)
d. Uretra
Uretra merupakan suatu saluran yang berguna
menyalurkan/membuang urine yang ada dalam vesika urinaria menuju
luar. Saluran ini bermula dari leher vesika urinaria ke bagian luar yang
dilapisi dengan membran mukosa yang berkaitan dengan membran
mukosa yang melapisi vesika urinaria. (Sunarto, et al, 2019)

C. Bakteri Pada Saluran Urogenital


a. Non Patogen
Bakteri jenis ini ditemukan sebagai flora normal pada orang yang
sehat. Merekaberperan memberi perlindungan yang signifikan dengan
cara mencegah perkembanganmikroorganisme patogen. Beberapa bakteri
komensal dapat menyebabkan infeksi jika inang alami terganggu.
Penggolongan
1. Streptococcus tipe B
Bakteri Streptococcus tipe B adalah bakteri yang sebenarnya
tidak berbahaya bagi orang dewasa. Bakteri ini hidup di usus,
vagina, dan area dubur. Mekanisme SGB untuk mencapai
kolonisasi vagina yang persisten dan intermiten menggunakan
banyak adhesin mekanisme respon stres, perhindaran imun dan
pertahanan melawan bakteri lain. Streptococcus grup B
menginfeksi neonatus melalui defisiensi imun selama periode
peripartum, yang bertindak sebagai organisme komensal atau
berubah menjadi patogen invasif, menyebabkan sepsis atau
meningitis. Streptococcus grup B memiliki
patogenisitas yang mencakup toksin hemolitik yang kuat dan
berbagai protein permukaan yang memungkinkannya menembus

4
jaringan inang, serta protease ekstraseluler yang menggagalkan
deteksi dan respons imun inang (Pratika. 2023).

2. Lactobacillus
Spesies lactobacillus berperan dalam menjaga keseimbangan pH
vagina yang berpengaruh terhadap mekanisme pertahanan melawan
bermagai mikroba patogen penyakit menular seksual termasuk
HIV. Selain itu lactobacillus dapat menghambat patogen dari
saluran genitourinari melalui mekanisme seperti melepaskan bio-
surfaktan
penghambat adhesi, zat antimikroba dan hidrogen peroksida serta
agregasi otomatis, agregasi bersama dengan spesies bakteri lain dan
hidrofobisitas permukaan. (Widya. Dkk. 2018).
b. Patogen
Penemuan bakteriuri yang bermakna, merupakan diagnosis pasti
ISK, walaupun tidak terus menerus disertai gejala klinis, dan
merupakan “Bakuan Emas” untuk menetapkan proses infeksi di
saluran kemih. Bakteri patogen penyebab ISK seringkali dapat
diperkirakan, dan Escherichia coli merupakan bakteri patogen utama
baik pada pasien rawat jalan maupun rawat inap. Bakteri
Staphylococcus saprophyticus, Klebsiella sp, Proteus sp, Enterococcus
sp, dan Enterobacter sp merupakan patogen lain yang menjadi
penyebab infeksi saluran kemih, namun jarang ditemukan
(Muhammad. Dkk. 2018)
1. Escherichia coli
Bakteri patogen penyebab ISK seringkali dapat diperkirakan,
dan Escherichia coli merupakan bakteri patogen utama. (Jawetz
et al., 2013). Escherichia coli merupakan flora normal di saluran
pencernaan. Bakteri tersebut tumbuh dengan cepat di suasana
aerob dan anaerob, dapat memfermentasi glukosa, dan bersifat
oksidasi negative. Mikroorganisme seperti E. coli dapat masuk

5
ke saluran kemih melalui beberapa cara yaitu ascending,
hematogen, limfogen, ataupun penularan secara langsung dari
organ-organ di sekitar yang telah mengalami infeksi.
Mikroorganisme ini masuk ke saluran kemih secara
ascending dimana bakteri masuk melalui uretra yang kemudian
bakteri tersebut mengalami multiplikasi pada vesika urinaria lalu
kemudian bakteri ini masuk ke ginjal, selain itu bakteri ini juga
masuk secara hematogen, limfogen dan melalui penularan secara
langsung11.
2. Staphylococcus saprophyticus,
3. Klebsiella sp
Klebsiella pneumoniae termasuk genus Klebsiella dalam famili
Enterobacteriaceae, yang merupakan flora normal pada mulut,
kulit, dan saluran pencernaan manusia dan hidup bebas di tanah, air
dan tanaman K. pneumoniae adalah pneumonia infeksi saluran
pernapasan, infeksi saluran kemih, dan sepsis. Di patogenitasnya,
bakteri membutuhkan faktor virulensi untuk tetap hidup dalam sel
agar berhasil berkolonisasi dan bereplikasi masuk ke jaringan
(Dewi. Dkk. 2019)
Protein adesin merupakan faktor virulensi yang paling
berkontribusi dalam patogenitas K. pneumoniae. Proses adesi
bakteri pada permukaan mukosa hospes merupakan langkah
esensial dalam perkembangan infeksi K. pneumoniae. Adesi
bakteri K. pneumonia dimediasi oleh fimbriae. Hampir seluruh
isolat klinis K. pneumoniae mampu memproduksi dua organela
fimbriae, yakni tipe 1 dan 3 Pola infeksi pada saluran kemih
diperkirakan berbeda dengan bakteri yang diisolasi dari infeksi
saluran pernapasan seperti pneumonia. Perbedaan pola infeksi K.
pneumoniae ini dipengaruhi oleh patogenitas dari faktor virulensi
yang dominan pada masingmasing isolat bakteri (Dewi. Dkk.
2019)

6
4. Enterococcus sp
Enterococcus faecalis adalah organisme gram positif yang
paling sering menjadi penyebab ISK. Enterococcus faecalis ialah
flora normal yang ada di rongga mulut dan umumnya Didapat kan
pada saliva dan infeksi endodontik yang persisten. Bakteri ini
umumnya bertanggung jawab pada infeksi enterococal pada
manusia, yang disebabkan oleh beragamnya faktor virulensi yang
dimilikinya sehingga memungkinkan beradaptasi dengan ekologi
saluran akar gigi yang dipreparasi (Mahdani.dkk. 2012)
5. Enterobacter sp
c. Patogen Opurtunistik
Bakteri patogen oportunistik merupakan bakteri yang secara alami
bukan berada di habitat suatu lingkungan tetapi masuk akibat
tercemarnya lingkungan tersebut dengan limbah manusia ( Wahyuni.
Dkk. 2017).
1. Proteus sp
Proteus mirabilis merupakan bakteri batang gram negatif yang
termasuk dalam golongan Enterobacteriaceae. Bakteri ini tersebar
luas di lingkungan, sebagai flora normal di saluran cerna dan
dikenal bersifat patogen oportunistik (Mahon, CR ; Lechman,
2019). Isolat Proteus mirabilis sering ditemukan dalam praktek
klinis dan merupakan salah satu bakteri penyebab utama infeksi
saluran kemih
(ISK) (Armbruster et al., 2018)
Bakteri Proteus mirabilis dapat masuk ke saluran kemih secara
ascenden, menyebabkan infeksi di saluran kemih bagian bawah
ataupun atas. Bakteri ini dapat menginfeksi tubulus ginjal
proksimal dan dapat menyebabkan glomerulonefritis aku
khususnya pada pasien dengan defek saluran kemih dan riwayat
pemakaian kateter (Mahon, CR ; Lechman, 2019).

7
Terbentuknya biofilm kristal ini menjadi masalah dalam
kejadian ISK terkait pemakaian kateter, dimana kristal ini dapat
menyumbat kateter yang disebabkan oleh kerak biofilm.
(Norsworthy & Pearson, 2017)

D. Identifikasi Bakteri
a. Persiapan Sampel
b. Penyuburan Sampel
c. Isolasi Sampel
Pengamatan mikroba hanya dapat dilakukan jika mikroba yang
diamati di isolasi di tempat-tempat tertentu sehingga mereka mudah
diamati. Pengamatan terhadap mikroba tertentu hanya dapat dilakukan
jika mikroba dipisahkan dari lingkungan dan mikroba lainnya. Ini bisa
dilakukan dengan teknik isolasi. Teknik isolasi mikroba adalah upaya
menumbuhkan mikroorganisme di luar lingkungan alaminya.
Pemisahan mikroba di luar lingkungan bertujuan untuk memperoleh
kultur mikroba yang tidak lagi bercampur dengan mikroba lain yang
disebut kultur murni. Prinsip isolasi mikroba adalah memisahkan satu
jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran
berbagai mikroba. Ini bisa dilakukan dengan menumbuhkannya di
media padat, sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap di
tempatnya (Lestari dan Hartati 2017)
d. Metode Uji
1. Skrining
a) Pengertian Angka Lempeng Total Urine
b) Alat dan Bahan
c) Prosedur Kerja
d) Interpretasi Hasil
2. Konvesional
a) Pengecatan Gram
b) Uji Biokimia

8
Setelah diperoleh koloni yang terpisah, dapat dilakukan
berbagai uji biokimiawi. Uji biokimiawi didasarkan pada
berbagai hasil metabolisme yang disebabkan oleh daya
kerja enzim. Jarang sekali dapat ditentukan suatu genus
berdasarkan sifat morfologi atau biakan saja. Ini berarti
bahwa penentuan suatu spesies memerlukan kumpulan
berbagai sifat biokimiawi dari suatu mikroorganisme.
Pada uji biokimia memerlukan beberapa media seperti :
1) TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
TSIA agar mengadung laktosa dan sukrosa
dalam konsentrasi 1%, glukosa 0,1% dan phenol red
sebagai indikator yang menyebabkan perubahan
warna dari merah orange menjadi kuning dalam
suasana asam. TSIA juga mengandung natrium
trisulfat, yaitu suatu substrat untuk penghasil H2S,
bewarna hitam untuk membedakan bakteri H2S
dengan bakteri-bakteri lainnya. Pada media TSIA
warna media slant berubah menjadi merah karena
bakteri bersifat basa ini menandakan bahwa bakteri
ini tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa. Pada
media daerah butt media berubah berwarna kuning
ini menandakan bakteri memfermentasi glukosa.
Pembentukan gas ini merupakan hasil dari
fermentasi H2 dan CO2 dapat dilihat dari pecahnya
dan terangkatnya agar. Pembentukan H2S positif
ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam
(Arifah, 2010).
2) SIM (Sulfid Indole Motolity)
Uji Sulfide Indole Motility (SIM) yang dimana
menggunakan media SIM sebagai media uji yang
bertujuan mengetahui pergerakan bakteri. Pada uji

9
ini terlihat pergerakan (motilititas) pada media yang
ditusuk dengan ose dan warna media SIM berubah
menjadi hitam (Afriyani dkk, 2016). Dan uji indol
berfungsi untuk mengetahui apakah bakteri memiliki
enzim triptophanase sehingga bakteri tersebut
mampu mengoksidasi asam amino triptophan
membentuk indol.
3) Media Urea
Uji urease berfungsi untuk mengetahui
kandungan enzim urease apda bakteri sehingga
dapat menguraikan urea membentuk amoniak. Hasil
uji urease dapat diketahui negatif (-) ditandai dengan
pada media tidak mengalami perubahan warna
menjadi warna merah muda. Apabila positif (+)
ditandai dengan pada media mengalami perubahan
warna menjadi wana merah muda, dapat diartikan
bahwa bakteri memiliki enzim urease sehingga dapat
memecah urea membentuk amoniak (Antriana,
2014).

4) Media Citrat
Uji citrat berfungsi untuk mengetahui sumber
karbon bakteri menggunakan sitrat atau tidak
menggunakan sitrat. Hasil uji citrat dapat diketahui
negatif (-)ditandai dengan media bakteri tidak
mengalami perubahan warna dari hijau menjadi
warna biru. Apabila positif (+) ditandai dengan
media bakteri. mengalami perubahan warna dari
hijau menjadi biru, dapat diartikan bahwa salah satu
sumber karbon bakteri menggunakan sitrat.
(Rahmadian,dkk, 2018)

10
5) MR (Methyl Red)
Menurut Sudarsono (2008) uji Methyl Red
bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri
untuk mengoksidasi glukosa dengan memproduksi
asam dengan konsentrasi tinggi sebagai hasil
akhirnya.
6) VP (Vogues Prokeur)
Uji VP berfungsi untuk mengetahui hasil
fermentasi glukosa membentuk (asetoin) asetil metil
karbinol, dengan adanya penambahan reagen barried
dan KOH maka hasil (+) akan menunjukkan adanya
cincin merah, dan hasil (-) tidak akan membentuk
cincin merah (Antriana, 2014)
7) PAD (Phenyl Alanin Diaminase)
Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya
enzim phenilalanin deaminase yang dihasilkan oleh
bakteri. Bakteri yang menghasilkan enzim fenil
alanin deaminase akan mengubah fenil alanin
menjadi fenil piruvat dengan reaksi deaminase.
Aktivitas enzim tersebut menghasilkan suasana basa
dan akan beraksi dengan Fecl 10% membentuk
warna hijau.
8) Media Gula – Gula
Pembentukan asam yang ditandai dengan
perubahan warna media dari biru menjadi kuning,
artinya bakteri ini membentuk asam dari fermentasi
glukosa. Fermentasi gula akan menghasilkan asam
dan gas, asam akan menyebabkan indikator phenol
red berwarna menjadi kuning dan gas ditandai
didalam tabung durham.(Rahmadian, dkk, 2018)
c) Interpretasi Hasil

11
3. Semi Otomatis
a) Pengertian API (Analytical Profile Index) Test
Identifikasi bakteri melalui pengamatan aktivitas
biokimia saat ini bisa lebih mudah dengan menggunakan
kit analytical profile index (API). identifikasi dengan uji
API merupakan cara uji yang paling mudah dan
memberikan hasil identifikasi yang akurat. Terdapat
beberapa jenis kit API yang dapat digunakan tergantung
pada jenis pengujian yang dibutuhkan. API 20E berguna
untuk mengidentifikasi spesies dan subspesies
Enterobacteriaceae dan identifikasi kelompok serta spesies
mikroorganisme nonfermentatif. Selain API 20E, terdapat
juga beberapa jenis produk seperti API 20NE untuk
identifikasi bakteri Gram negatif yang merupakan non
Enterobacteriaceae. API NH berfungsi untuk identifikasi
Branhamella catarrhalis dan Neisseria haemophillus.
RAPIDEC Staph yang berguna untuk identifikasi
staphylococci. API 20 Strep berguna untuk identifikasi
streptococci dan enterococcus. API Staph berguna untuk
identifikasi staphylococci dan micrococci. API coryne
berguna untuk identifikasi Corynebacteria dan organisme
coryne. API 20A berguna untuk identifikasi bakteri
anaerob. (Artati & Oman, 2020)
b) Prosedur Kerja
1) Preparasi Strip KIT API 20E
Kit API 20E sudah dilengkapi kotak inkubasi
yang terdiri dari wadah dan penutup berbahan
plastik transparan untuk inkubasi strip selama
pengujian berlangsung. Beri kode sampel terlebih
dahulu pada Wadah yang akan digunakan kemudian
tiap sumurannya diisi dengan aquades, Tempatkan

12
strip yang akan digunakan kemudian pada kotak
inkubasi tersebut secara hati-hati. Strip terdiri atas
sumur sumur yang telah berisi reagen dalam bentuk
kering dengan dilengkapi kode-kode jenis pengujian.
2) Preparasi Inokulum dan Proses Inokulasi Pada Strip
Inokulum pada media pada media
MacConkey Agar (MC) diambil 2-3 oshe kemudian
dilarutkan dalam 5 mL PBS lalu dihomogenkan.
Suspensi bakteri yang telah dibuat kemudian
diletakkan pada masing-masing sumur strip secara
hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara yang
akan memengaruhi pengujian. Volume suspensi
bakteri pada sumur terbagi menjadi dua, yaitu untuk
uji dengan kode CIT, VP, dan GEL maka sumur
diisi penuh sedangkan untuk uji lainnya hanya diisi
sebagian yaitu hanya sampai pada batas penutup
sumur. Penambahan mineral oil dilakukan pada uji
ADH, LDC, ODC, H2S, dan URE untuk membuat
kondisi menjadi anaerob. kemudian kotak inkubasi
ditutup dan sampel diinkubasi pada suhu 36°C ± 2°C
selama 18- 24 jam.
3) Pembacaan Strip
Setelah inkubasi selesai kemudian strip dibaca
berdasarkan reading table yang telah tersedia pada
Kit API 20E. Jika hasil uji (termasuk uji GLU)
didapatkan hasil kurang dari tiga yang menunjukkan
hasil positif, maka dilakukan inkubasi kembali
selama 24 jam ± 2 jam sebelum dilakukan pengujian
lebih lanjut. Jika terdapat tiga atau lebih hasil
pengujian yang dinyatakan positif (tidak termasuk
hasil uji GLU) maka dapat dilanjutkan ke tahap

13
pengujian selanjutnya dengan terlebih dahulu
mencatat hasil pengujian sementara pada lembar
hasil yang telah disediakan.
4) Penambahan Reagen
Penambahan reagen dilakukan setelah pembacaan
strip menunjukkan hasil yang telah sesuai dengan
kriteria pengujian. Uji yang membutuhkan
penambahan reagen adalah uji TDA(Tryptophane
DeAminase), IND (INDole production) dan VP
acetoin production (Voges Proskauer).
Uji TDA menambahkan satu tetes reagen TDA
pada tube strip dengan kode TDA, Reaksi positif
jika terbentuk warna coklat kemerahan. uji IND
yaitu dengan cara menambahkan satu tetes reagen
JAMES pada tube strip dengan kode IND, reaksi
positif jima terdapar warna merah muda yang
terbentuk pada bagian atas tabung (cupule). pada uji
VP ditambahkan reagen VP-1 dan VP-2 masing-
masing satu tetes tunggu 10 menit. Jika muncul
warna merah muda atau merah maka menunjukkan
reaksi positif. Jika setelah 10 menit muncul sedikit
warna merah muda maka hasil reaksinya negatif.
5) Proses Pengisian Data Menggunakan Software
Proses identifikasi diperoleh berdasarkan
numerical profile. Penentuan nilai numerical profile
pada lembar hasil dibagi dalam tiga kelompok nilai,
yaitu nilai-1, 2, dan 4 untuk tiap-tiap jenis uji yang
akan mengindikasikan hasil tertentu. Penilaian
masing masing kelompok berdasarkan reaksi positif
yang ditunjukkan selama pengujian akan
memperoleh tujuh digit nomor profil untuk 20 jenis

14
pengujian pada strip API 20E. Reaksi oksidase
merupakan pengujian ke-21dan memiliki nilai-4 jika
positif. Hasil identifikasi dapat diketahui dengan
menggunakan apiweb TM identification software.
(Artati & Oman, 2020)
c) Interpretasi Hasil
1) Hasil pada kit API Test 20E

Gambar tersebut merupakan acuan hasil negatif dan


positif pada pemeriksaan API Test 20E. (Artati &
Oman, 2020)
2) Hasil data numerik menggunakan software API Test
20E

Data Numerik yang didapatkan dari software API


20E berguna untuk mencocokan hasil dengan data
numerik yang telah dibuat pabrikan agar dapat
mengidentifikasi bakteri dengan mudah. ( Artati &
Oman, 2020)
3) Hasil data bakteri yang teridentifikasi

15
Dalam penelitian Artati & Oman (2020) dimana data
numerik yang telah didapatkan dibaca oleh software
dari API 20E akan diidentifikasi secara otomatis dari
software sehingga keluarlah hasil identifikasi seperti
gambar.
4. Otomatis
a) Pengertian Identifikasi dengan Vitek 2 Compact
Metode automatic dengan prinsip alat vitek 2
compact mengakomodasikan reagen kolorimetri yang
mana akan diinkubasikan dan hasil dikeluarkan secara
otomatis. Prinsip kerjanya berdasarkan pembacaan
nilai transmitan untuk mengukur cahaya yang disebabkan
oleh pertumbuhan bakteri pada smard card sehingga
menyebabkan perubahan biokimiawi pada substrat uji.
(Raudah & Damayanti, 2022)
b) Prosedur Kerja
Identifikasi menggunakan alat Viteks Compact 2
dengan mengambil tabung Polystyren 75 mm lalu isi
dengan 3 mm larutan NaCl fisiologis. Lalu ambil satu
koloni bakteri murni yang sudah diisolasi dengan cutton
bud steril. Masukkan kedalam larutan NaCl fisiologis,
aduk sampai larutan homogen lalu ukur kekeruhan larutan
sampai 0.54 McF dengan alat Densicheck. Ambil card
Vitex Compact 2 dan tempatkan transfer tube ke dalam
larutan suspense. Lakukan hal yang sama untuk sampel
yang lain dan beri sampel. Lalu masukkan data suspensi
sampel ke computer vitex compact 2 dan scan card vitex
dengan barcode. Masukkan card vitex ke dalam mesin
Vitek Compact 2 yaitu pada ruang pengambilan data.
Tekan enter pada mesin Vitex dan tunggu sampai bunyi

16
alarm pada mesin Vitek. Selanjutnya pindahkan sampel
pada ruang inkubator pada mesin Vitek. Tunggu sampai
hasil identifikasi bakteri keluar pada layar komputer Vitek.
Identifikasi bakteri telah selesai dan hasilnya bisa di print.
(Nasution, et al, 2020)
c) Interpretasi Hasil
E. Ringkasan

17
Daftar Pustaka
Afriyani, A., Darmawi, D., Fakhrurrazi, F., Manaf, Z. H., Abrar, M., &
Winaruddin, W. (2016). ISOLASI BAKTERI Salmonella sp.
PADA FESES ANAK AYAM BROILER DI PASAR ULEE
KARENG BANDA ACEH (Isolation of Salmonella sp. in Feces
of Broiler Chicks at Ulee Kareng Market Banda Aceh). Jurnal
Medika Veterinaria, 10(1), 74-76.
Andriani, R. 2010. Peranan Pencitraan dalam Deteksi Kelainan Anatomik
pada Anak dengan Infeksi Saluran Kemih Atas. Majalah
Kedokteran UKI, 27(2), 84-92.
Arifah, I. N. (2010). Analisis mikrobiologi pada makanan di balai besar
pengawas obat dan makanan Yogyakarta.
Artati, D., & Oman, M. (2020). IDENTIFIKASI BAKTERI MELALUI
PENGGUNAAN KIT Analytical Profile Index (API) 20E.
Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur, 17(2), 149-153.
Lestari, D. P. 2019. Analisis Kejadian Infeksi Saluran Kemih Berdasarkan
Penyebab Pada Pasien Di Poliklinik Urologi Rsud Dr. M. Yunus
Bengkulu. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 7(1),
55-61.
Lestari, P. B., & Hartati, T. W. (2017). Mikrobiologi Berbasis Inkuiry.
Penerbit Gunung Samudera [Grup Penerbit PT Book Mart
Indonesia].
Musdalipah, M. 2018. Identifikasi Drug Related Problem (DRP) pada
Pasien Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Bhayangkara
Kendari. Jurnal Kesehatan, 11(1), 39-50.
Nasution, M. Y., Pulungan, A. S. S., Chairani, F., & Wulandari, W. 2020.
Isolasi Dan Identifikasi Biokimia Bakteri Asal Sungai Batang
Gadis Sumatera Utara. JBIO: jurnal biosains (the journal of
biosciences), 6(3), 109-114.

18
Nugroho, S.A. 2021. Buku Ajar Anatomi dan Fisologi Sistem Tubuh Bagi.
Mahasiswa Keperawatan Medikal Bedah. Universitas Nurul
Jagad : Probolinggo
Rahmadian, C. A., ISMAIL, I., ABRAR, M., ERINA, E., RASTINA, R.,
& FAHRIMAL, Y. (2018). Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Pseudomonas Sp pada Ikan Asin Di Tempat Pelelangan Ikan
Labuhanhaji Aceh Selatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner,
2(4), 493-502.
Raudah, S., & Damayanti, F. 2022. Pemeriksaan Kultur Darah Dengan
Menggunakan Alat Vitek 2 Compact Laboratorium Mikrobiologi
RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal Teknologi
Laboratorium Medik Borneo, 2(1), 8-16.
Sunarto., Wisnu, N., & Ngestiningrum, A.H. 2019. Modul Ajar Anatomi
Fisiologi. Prodi Kebidanan Poli Teknik Kesehatan : Surabaya.
NMRP Dewi1.,NMA Tarini., NND Fatmawati., 2019. DETEKSI GEN
fimH PADA ISOLAT KLINIS Klebsiella pneumoniae DI RSUP
SANGLAH DENPASAR. E-Jurnal Medika. Vol. 8. No.4. Bali :
Universitas Udayana.
Muhammad, A., Nurulita, N. A., & Budiman, 2018, Uji Sensitivitas
Antibiotik Terhadap Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih
pada Pasien Rawat Inap di RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo
Purwokerto. PHARMACY:Jurnal Farmasi Indonesia
(Pharmaceutical Journal of Indonesia), 14(2) : 247-263.
Yusnita Wahyuni., It Jamilah., Dwi Suryanto., 2017. SOLASI BAKTERI
PATOGEN OPORTUNISTIK DARI TAMBAK UDANG
SUMATERA UTARA. Jurnal agrohita. Vol.1. No. 2. Sumut :
Universitas Muhammadiyah Tapanuli.
Fergiawan Indra Prabowo., Inayati Habib., 2012 Identifikasi Pola
Kepekaan Dan Jenis Bakteri Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di
Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta Jurnal Kedokteran

19
Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 12 (2);
93-101.

Pratika, M., 2023. SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS AMPLIFIKASI


ASAM NUKLEAT TES PCR DALAM MENGIDENTIFIKASI
BAKTERI STREPTOCOCCUS GRUP B PADA WANITA
HAMIL DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR. KTI. Makasar :
Universitas Hasanudin.

Wigyas, Y., Andani, E., Bobby, I., 2018. IDENTIFIKASI DAN


KARAKTERISTIK BAKTERI ASAM LAKTAT YANG
DIISOLASI DARI VAGINA WANITA USIA SUBUR. Jurnal
Kesehatan Andalas 7:20.

20

Anda mungkin juga menyukai