F04 SINDROM AMNESIK ORGANIK BUKAN AKIBAT ALKOHOL dan ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA
Gambaran Utama :
1. Gangguan fungsi kognitif,
misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya belajar (learning).
2. Gangguan sensorium,
misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention).
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang :
- persepsi (halusinasi)
- isi pikiran (waham/delusi)
- suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas).
Pedoman Diagnostik
Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu
kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living) seperti : mandi,
berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness).
Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedihit 6 bulan
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
sama tersebut diatas, hanya onset sesudah usia 65 tahun dan perjalanan penyakit yang
lambdn dan biasanya dengan gangguan daya ingat sebagai gambaran utamanya.
F00.2 Demensia pada Penyakit Alzheimer, Tipe Tak Khas atau Tipe Campuran
(atyical or mixed type)
yang tidak cocok dengan pedoman untuk F00.0 atau F00.1, Tipe Campuran adalah
dementia alzheimer + vaskuler
Pedoman Diagnostik
onsetnya lebih lambat, biasanya setelah serangkaian episode iskemik minor yang
menimbulkan akumulasi dari infark pada perenkim otak.
fokus kerusakan akibat iskemia pada substansia alba di hemisferi serebral, yang dapat diduga
secara klinis dan dibuktikan dengan CT-Scan. Korteks serebri biasanya tetap baik, walaupun
demikian gambaran klinis masih mirip dengan demensia pada penyakit Alzheimer.
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
Pedoman diagnostik
Ada kaitan antara gangguan gerakan koreiform (Choreiform), demensia, dan riwayat keluarga
dengan penyakit Huntington.
Gerakan joreiform yang involunter, terutama pada wajah, tangah dan bahu atau cara
berjalan yang khas, merupakan manifestasi dini dari gangguan ini. Gejala ini biasanya
mendahului gejala demensia dan jarang sekali gejala dini tersebut tak muncul sampai
demensia menjadi sangat lanjut.
Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada tahap dini, dengan
daya ingat relatif masih terpelihara, sampai saat selanjutnya.
demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit HIVM tidak ditemukannya
penyakit atau kondisi lain yang bersamaan selain infeksi HIV itu.
kategori ini digunakan bila kriteria umum untuk diganosis demensia terpenuhi, tetapi
tidak mungkin diidentifikasi pada salah satu tipe tertentu (F00.0 – F02.9)
F04 SINDROM AMNESIK ORGANIK, BUKAN AKIBAT ALKOHOL DAN ZAT
PSIKOAKTIF LAINNYA
Pedoman Diagnostik
Adanya hendaya daya ingat, berupa berkurangnyaa daya ingat jangka pendek (lemahnya
kemampuan belajar materi baru); amnesia antegrad dan retrograd, dan menurunnya
kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman telah lalu dalam urutan
berbalik menurut kejadiannya;
Riwayat atau bukti nyata adanya cedera, atau penyakit, pada otak (terutama bila mengenai
struktur diensefalon dan temporal medial secara bilateral);
Tidak berkurangnya daya ingat segera (immediate recall), misalnya diuji untuk mengingat
deret angka, tidak ada gangguan perhatian (attention) dan kesadaran (consciousness), dan
tidak ada hendaya intelektual secara umum.
Diagnosa Banding : - Sindrom organik lain dengan hendaya daya ingat yang menonjol
(F00-F03,F05).
- Amnesia disosiatif (F44.0)
- Hendaya daya ingat akibat Gangguan Depresif (F30-F39)
- Berpura-pura (malingering) dengan menampilkan keluhan
hilangnya daya ingat (Z76.5)
- Sindrom amnestik akibat alhokol (Korsakov) (F10.6)
F05 DELIRIUM BUKAN AKIBAT ALKOHOL dan ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA
Pedoman Diagnostik
delirium yang tidak bertumpang tindih dengan demensia yang sudah ada sebelumnya.
kondisi yang memenuhi kriteria delirium diatas tetapi terjadi pada saat sudah ada
demensia
Pedoman Diagnostik
Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik yang diketahui
berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum;
Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara perkembangan
penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental;
Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang
mendasarinya;
Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini
(seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stres sebagai pencetus)
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
gangguan yang ditandai oleh gambaran utama dari Gangguan Cemas Menyeluruh
(F41.1) Gangguan Panik (F41.0), atau campuran dari keduanya, tetapi timbulnya sebagai
akibat gangguan organik yang dapat menyebabkan disfungsi otak (seperti epilepsi lobus
temporalis, tirotoksikosis atau feokromositoma).
gangguan yang memenuhi persyaratan untuk salah satu gangguan dalam Gangguan
Disosiatif (F44.-) dan memenuhi kriteria umum untuk penyebab organik.
F06.6 Gangguan Astenik Organik
gangguan yang ditandi oleh labilitas atau tidak terkendalinya emosi yang nyata atau
menetap, kelelahan atau berbagai sensasi fisik yang tak nyaman (seperti pusing) dan
nyeri, sebagai akibat adanya gangguan organik (sering terjadi dalam hubungan dengan
penyakut serebrovaskuler atau hipertensi).
F06.8 Gangguan Mental Lain YDT Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan Penyakit
Fisik
contohnya ialah keaadan suasana perasaan (mood) abnormal yang terjadi ketika dalam
pengobatan dengan steroida atau obat antidepresi
termasuk : psikosis epileptik YTT
F06.9 Gangguan Mental YTT Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik
Pedoman Diagnostik
Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menunjukkan adanya penyakit,
kerusakan, atau disfungsi otak;
Disertai, dua atau lebih, gambaran berikut :
(a) penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk mempertahankan aktivitas yang
bertujuan (goal-directed activities), terutama yang memakan waktu lebih lama dan
penundaan kepuasan;
(b) perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional, kegembiraan yang
dangkal dan tak beralasan (euforia, kejenakaan yang tidak sepadan), mudah berubah
menjadi iritabilitas atau cetusan amarah dan agresi yang sejenak; pada beberapa keadaan,
apati dapat merupakan gambaran yang menonjol;
(c) pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan konsekuensi atau
kelaziman sosial (pasien mungkin terlibat dalam tindakan dissosial, seperti mencuri,
bertindak melampaui batas kesopanan seksual, atau makan secara lahap atau tidak sopan,
kurang memperhatikan kebersihan dirinya);
(d) gangguan proses pikir, dalam bentuk curiga atau pikiran paranoid, dan/atau preokupasi
berlebihan pada satu tema yang biasanya abstrak (seperti soal agama, "benar" dan "salah")
(e) kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata, dengan gambaran seperti
berputar-putar (circumstantiality), bicara banyak (over-inclusiveness), alot (viscosity), dan
hipergrafia;
(f) perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau perubahan selera seksual).
Diagnosis Bnading : - Perubahan kepribadian yang berlangsrrng lama Setelah Mengalami
Katastrofa (F62.0), Akibat Penyakit Psikiatrik (F62 1)
- Sindrom Pasca-kontusio (F02.2)
- Sindrom Pasca-ensefalitis (F02.1)
- Gangguan kepribadian khas (F60.-)
sindrom ini mencakup perubahan perilaku sisa (residual) setelah kesembuhan dari suatu
ensefalitis virus atau bakterial;
gejalanya tidak khas dan berbeda dari satu orang ke orang lain, dari satu penyebab
infeksi he penyebab infeksi lainnya, dan yang pasti berkaitan dengan usia pasien pada
saat kena infeksi.
sindrom ini terjadi sesudah traumra kepala (biasanya cukup hebat sampai berakibat hilangnya
kesadaran) dan termasuk beberapa gejala yang beragam seperti nyeri kepala, pusing (tidak
seperti gambaran vertigo yang asli), kelelahan, iritabilitas, sulit berkonsentrasi dan melakukan
suatu tugas mental, hendaya daya ingat, insomnia, menurunnya toleransi terhadap stres,
gejolak emosional, atau terlibat alkohol.
F07.8 Gangguan kepribadian dan Perilaku Organik Lain Akibat Penyakit, Kerusakan dan
Disfungsi Otak
sindrom tertentu dan terduga dari perubahan dan kepribadian perilaku akibat kerusakan,
penyakit atau disfungsi otak, di luar yang telah dicantumkan pada F07.0-F07.2; dan kondisi
dengan taraf hendaya fungsi kognitif ringan yang belum sampai demensia dengan gangguan
mental progresif seperti penyakit Alzheimer, Parkinson, dsb
F07.9 Gangguan Keperibadian dan Perilaku Organik YTT Akibat Penyakit, Kerusakan dan
Disfungsi otak
Gangguan perkembangan saraf adalah sekelompok kondisi dengan onset pada periode
perkembangan. Gangguan biasanya bermanifestasi pada awal perkembangan, seringkali
sebelum anak masuk sekolah, dan ditandai dengan defisit perkembangan atau perbedaan
dalam proses otak yang menghasilkan gangguan fungsi pribadi, sosial, akademik, atau
pekerjaan. Setelah dianggap didefinisikan secara kategoris, pendekatan dimensional yang lebih
baru untuk pengukuran gejala menunjukkan kisaran keparahan, seringkali tanpa batas yang
sangat jelas dengan perkembangan tipikal. Diagnosis gangguan dengan demikian membutuhkan
adanya gejala dan gangguan fungsi.
Gangguan perkembangan saraf sering terjadi bersamaan satu sama lain; misalnya, individu
dengan gangguan spektrum autisme sering mengalami gangguan perkembangan intelektual
(kecacatan intelektual), dan banyak anak dengan gangguan attention-deficit/hyperactivity
(ADHD) juga memiliki gangguan belajar spesifik. Gangguan perkembangan saraf juga sering
terjadi bersamaan dengan gangguan mental dan perilaku lain yang dimulai pada masa kanak-
kanak (misalnya, gangguan komunikasi dan gangguan spektrum autisme dapat dikaitkan
dengan gangguan kecemasan; ADHD dengan gangguan pemberontak oposisi; tics dengan
gangguan obsesif-kompulsif). Untuk beberapa gangguan perkembangan saraf, gambaran klinis
mencakup perilaku yang lebih sering atau intens jika dibandingkan dengan anak normal dengan
usia perkembangan dan jenis kelamin yang sama, serta defisit dan keterlambatan dalam
mencapai tonggak yang diharapkan.
Gangguan perkembangan intelektual ditandai dengan defisit dalam kemampuan mental umum
seperti penalaran, pemecahan masalah, perencanaan, pemikiran abstrak, penilaian,
pembelajaran akademik, dan belajar dari pengalaman. Defisit mengakibatkan gangguan fungsi
adaptif, sehingga individu gagal memenuhi standar kemandirian pribadi dan tanggung jawab
sosial dalam satu atau lebih aspek kehidupan sehari-hari, termasuk komunikasi, partisipasi
sosial, fungsi akademik atau pekerjaan, dan kemandirian pribadi di rumah atau di rumah.
Gangguan komunikasi meliputi gangguan bahasa, gangguan suara bicara, gangguan social
gangguan komunikasi (pragmatis), dan gangguan kelancaran masa kanak-kanak (gagap). Tiga
gangguan pertama ditandai dengan defisit dalam perkembangan dan penggunaan bahasa,
ucapan, dan komunikasi sosial.
Gangguan komunikasi sosial ditandai dengan defisit dalam keterampilan komunikasi verbal dan
nonverbal yang mengakibatkan gangguan sosial dan tidak lebih baik dijelaskan oleh rendahnya
kemampuan dalam bahasa struktural, gangguan perkembangan intelektual, atau gangguan
spektrum autisme.
Gangguan kelancaran masa kanak-kanak ditandai dengan gangguan kelancaran normal dan
produksi motorik ucapan, termasuk suara atau suku kata yang berulang, pemanjangan bunyi
konsonan atau vokal, kata-kata terputus, pemblokiran, atau kata-kata yang dihasilkan dengan
ketegangan fisik yang berlebihan. Seperti gangguan perkembangan saraf lainnya, gangguan
komunikasi dimulai sejak awal kehidupan dan dapat menyebabkan gangguan fungsional
seumur hidup.
Gangguan spektrum autisme ditandai dengan defisit terus-menerus dalam komunikasi sosial
dan interaksi sosial di berbagai konteks, termasuk defisit dalam timbal balik sosial, perilaku
komunikatif nonverbal yang digunakan untuk interaksi sosial, dan keterampilan dalam
mengembangkan, memelihara, dan memahami hubungan. Selain defisit komunikasi sosial,
diagnosis gangguan spektrum autisme membutuhkan adanya pola perilaku, minat, atau
aktivitas yang terbatas dan berulang. Karena gejala berubah seiring perkembangan dan
mungkin ditutupi oleh mekanisme kompensasi, kriteria diagnostik dapat dipenuhi berdasarkan
informasi riwayat, meskipun presentasi saat ini harus menyebabkan gangguan yang signifikan.
Dalam diagnosis gangguan spektrum autisme, karakteristik klinis individu dicatat melalui
penggunaan specifier (dengan atau tanpa gangguan intelektual yang menyertainya; dengan
atau tanpa gangguan Bahasa struktural yang menyertainya; terkait dengan genetik yang
diketahui atau kondisi medis lain atau factor lingkungan; terkait dengan masalah
perkembangan saraf, mental, atau perilaku), serta penentu yang menggambarkan tingkat
keparahan gejala autis.
ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang didefinisikan dengan mengganggu tingkat
kekurangan perhatian, disorganisasi, dan / atau hiperaktif-impulsif. Kurang perhatian dan
disorganisasi memerlukan ketidakmampuan untuk tetap pada tugas, sepertinya tidak
mendengarkan, dan kehilangan materi yang diperlukan untuk tugas, pada tingkat yang tidak
sesuai dengan usia atau tingkat perkembangan.
Gangguan belajar khusus, seperti yang tersirat dari namanya, didiagnosis ketika ada defisit
khusus dalam kemampuan individu untuk memahami atau memproses informasi untuk
mempelajari keterampilan akademik secara efisien dan akurat. Gangguan perkembangan saraf
ini pertama kali bermanifestasi selama tahun-tahun sekolah formal dan ditandai dengan
kesulitan yang terus-menerus dan merusak dalam mempelajari keterampilan akademik dasar
dalam membaca, menulis, dan/atau matematika. Kinerja individu dari keterampilan akademik
yang terpengaruh jauh di bawah rata-rata untuk usia, atau tingkat kinerja yang dapat diterima
hanya dicapai dengan usaha yang luar biasa. Gangguan belajar khusus dapat terjadi pada
individu yang diidentifikasi sebagai berbakat intelektual dan bermanifestasi hanya ketika
tuntutan belajar atau prosedur penilaian (misalnya, tes waktunya) menimbulkan hambatan
yang tidak dapat diatasi oleh kecerdasan bawaan dan strategi kompensasi.
Gangguan Gerakan stereotip didiagnosis ketika seseorang memiliki perilaku motorik yang
berulang, tampaknya didorong, dan tampaknya tanpa tujuan, seperti mengepakkan tangan,
mengayunkan tubuh, membenturkan kepala, menggigit diri sendiri, atau memukul. Gerakan
mengganggu kegiatan sosial, akademik, atau lainnya. Jika perilaku menyebabkan cedera diri, ini
harus ditentukan sebagai bagian dari deskripsi diagnostik. Gangguan tic ditandai dengan adanya
tics motorik atau vokal, yang tiba-tiba, cepat, berulang, tidak berirama, Gerakan motorik atau
vokalisasi stereotip.
GANGGUAN PERKEMBANGAN INTELEKTUAL (INTELEKTUAL DISABILITAS)
PENSPESIFIKASI
Berbagai tingkat keparahan ditentukan berdasarkan fungsi adaptif, dan bukan skor IQ, karena
fungsi adaptiflah yang menentukan tingkat dukungan yang diperlukan. Selain itu, ukuran IQ
kurang valid di ujung bawah rentang IQ.
FITUR DIAGNOSTIK
penting dari gangguan perkembangan intelektual (disabilitas intelektual) adalah defisit dalam
kemampuan mental umum (Kriteria A) dan gangguan dalam fungsi adaptif sehari-hari,
dibandingkan dengan usia, jenis kelamin, dan teman sebaya yang cocok secara sosiokultural
(Kriteria B). Onset adalah selama periode perkembangan (Kriteria C). Diagnosis gangguan
perkembangan intelektual didasarkan pada penilaian klinis dan pengujian standar fungsi
intelektual, tes neuropsikologi standar, dan tes standar fungsi adaptif. Kriteria A mengacu pada
fungsi intelektual yang melibatkan penalaran, pemecahan masalah, perencanaan, pemikiran
abstrak, penilaian, belajar dari instruksi dan pengalaman, dan pemahaman praktis. Komponen
penting termasuk pemahaman verbal, memori kerja, perseptual penalaran, penalaran
kuantitatif, pemikiran abstrak, dan kemanjuran kognitif.
Fungsi intelektual biasanya diukur dengan tes kecerdasan yang diberikan secara individual dan
valid secara psikometrik, komprehensif, dan sesuai budaya. Individu dengan gangguan
perkembangan intelektual memiliki skorkira-kira dua standar deviasi atau lebih di bawah rata-
rata populasi, termasuk margin kesalahan pengukuran (umumnya ± 5 poin). Pada tes dengan
standar deviasi 15 dan rata-rata 100, ini melibatkan skor 65–75 (70 ± 5). Pelatihan dan penilaian
klinis diperlukan untuk menginterpretasikan hasil tes dan menilai kinerja intelektual. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi skor tes meliputi efek praktik (yaitu, belajar dari pengujian
berulang) dan "efek Flynn" (yaitu, skor yang terlalu tinggi karena norma tes yang kedaluwarsa).
Skor yang tidak valid dapat dihasilkan dari penggunaan tes skrining kecerdasan singkat atau tes
kelompok; skor subtes individu yang sangat berbeda dapat membuat skor IQ keseluruhan tidak
valid. Skor tes IQ adalah perkiraan fungsi konseptual tetapi mungkin tidak cukup untuk menilai
penalaran dalam situasi kehidupan nyata dan penguasaan tugas-tugas praktis. Misalnya,
seseorang dengan defisit dalam fungsi intelektual yang skor IQ-nya agak di atas 65-75 mungkin
memiliki masalah perilaku adaptif yang substansial dalam penilaian sosial atau bidang fungsi
adaptif lainnya sehingga fungsi aktual orang tersebut secara klinis sebanding dengan individu
dengan skor IQ yang lebih rendah. Dengan demikian, penilaian klinis penting dalam
menginterpretasikan hasil tes IQ, dan menggunakannya sebagai satu-satunya kriteria untuk
diagnosis gangguan perkembangan intelektual tidaklah cukup.
Domain konseptual (akademik) antara lain melibatkan kompetensi dalam memori, bahasa,
membaca, menulis, penalaran matematika, perolehan pengetahuan praktis, pemecahan
masalah, dan penilaian dalam situasi baru. Domain sosial melibatkan kesadaran akan pikiran,
perasaan, dan pengalaman orang lain; empati; keterampilan komunikasi antarpribadi;
kemampuan persahabatan; dan penilaian sosial, antara lain. Domain praktis melibatkan
pembelajaran dan pengelolaan diri di seluruh pengaturan kehidupan, termasuk perawatan
pribadi, tanggung jawab pekerjaan, pengelolaan uang, rekreasi, pengelolaan perilaku diri, dan
organisasi tugas sekolah dan kerja, antara lain. Kapasitas intelektual, pendidikan, motivasi,
sosialisasi, fitur kepribadian, peluang kejuruan, pengalaman budaya, dan kondisi medis lain atau
gangguan mental yang hidup berdampingan memengaruhi fungsi adaptif.
Fungsi adaptif dinilai menggunakan evaluasi klinis dan individual, sesuai budaya, ukuran
psikometrik. Ukuran standar digunakan dengan informan berpengetahuan (misalnya, orang tua
atau anggota keluarga lainnya; guru; konselor; penyedia perawatan) dan individu sejauh
mungkin. Sumber informasi tambahan termasuk Machine Translated by GoogleGangguan
perkembangan intelektual adalah kondisi heterogen dengan banyak penyebab. Mungkin ada
kesulitan terkait dengan penilaian sosial; penilaian risiko; manajemen diri dari perilaku, emosi,
atau hubungan interpersonal; atau motivasi di sekolah atau Di luar defisit dalam fungsi adaptif,
individu juga dapat menjadi tertekan karena keterbatasan intelektual mereka. Sementara
distres seperti itu mungkin tidak selalu terlihat berdampak pada fungsi, distres dapat mewakili
fitur penting dari skenario klinis. evaluasi pendidikan, perkembangan, medis, dan kesehatan
mental. Skor dari tindakan standar dan sumber wawancara harus ditafsirkan menggunakan
penilaian klinis. Ketika pengujian standar sulit atau tidak mungkin, karena berbagai faktor
(misalnya, gangguan sensorik, perilaku bermasalah yang parah), individu tersebut dapat
didiagnosis dengan gangguan perkembangan intelektual yang tidak spesifik. Fungsi adaptif
mungkin sulit untuk dinilai dalam pengaturan yang terkendali (misalnya penjara, pusat
penahanan); jika memungkinkan, informasi yang menguatkan yang mencerminkan fungsi di
luar pengaturan tersebut harus diperoleh.
Evaluasi komprehensif mencakup penilaian kapasitas intelektual dan fungsi adaptif; identifikasi
etiologi genetik dan nongenetik; evaluasi untuk kondisi medis terkait (misalnya, cerebral palsy,
gangguan kejang); dan evaluasi untuk gangguan mental, emosional, dan perilaku yang terjadi
bersamaan. Komponen evaluasi dapat mencakup riwayat medis pra dan perinatal dasar, silsilah
keluarga tiga generasi, pemeriksaan fisik, evaluasi genetik (misalnya, analisis microarray
kariotipe atau kromosom dan pengujian untuk sindrom genetik tertentu), dan skrining
metabolik dan penilaian neuroimaging.
FITUR TERKAIT
PREVALENSI
Awitan gangguan perkembangan intelektual adalah pada periode perkembangan. Usia dan
gambaran karakteristik saat onset bergantung pada etiologi dan tingkat keparahan disfungsi
otak. Keterlambatan motorik, bahasa, dan tonggak sosial dapat diidentifikasi dalam 2 tahun
pertama kehidupan di antara mereka dengan gangguan perkembangan intelektual yang lebih
parah, sementara tingkat ringan mungkin tidak dapat diidentifikasi sampai usia sekolah ketika
kesulitan belajar akademik menjadi jelas. Semua kriteria (termasuk Kriteria C) harus dipenuhi
oleh sejarah atau presentasi saat ini. Beberapa anak di bawah 5 tahun yang presentasinya pada
akhirnya akan memenuhi kriteria gangguan perkembangan intelektual memiliki defisit yang
memenuhi kriteria keterlambatan perkembangan global. Ketika gangguan perkembangan
intelektual dikaitkan dengan sindrom genetik, mungkin ada penampilan fisik yang khas
(misalnya, seperti pada sindrom Down). Beberapa sindrom memiliki fenotip perilaku, yang
mengacu pada perilaku spesifik yang merupakan karakteristik kelainan genetik tertentu
(misalnya, sindrom Lesch-Nyhan).
Dalam beberapa kasus, memburuknya fungsi intelektual secara progresif dapat mewakili
lapisan gangguan neurokognitif yang berkembang di masa dewasa (yaitu, orang dengan
sindrom Down berisiko tinggi untuk mengembangkan gangguan neurokognitif akibat penyakit
Alzheimer di masa dewasa). Dalam situasi ini, diagnosis, gangguan perkembangan intelektual
dan gangguan neurokognitif diberikan. Gangguan ini umumnya seumur hidup, meskipun tingkat
keparahannya dapat berubah seiring waktu. Kursus dapat dipengaruhi oleh kondisi medis atau
genetik yang mendasari dan kondisi yang terjadi bersamaan (misalnya, gangguan pendengaran
atau penglihatan, epilepsi).
Genetik dan fisiologis. Etiologi prenatal termasuk sindrom genetik (misalnya, variasi urutan atau
varian nomor salinan yang melibatkan satu atau lebih gen; kelainan kromosom), kesalahan
metabolisme bawaan, malformasi otak, penyakit ibu (termasuk penyakit plasenta), dan
pengaruh lingkungan (misalnya, alkohol, obat lain). , toksin, teratogen). Penyebab perinatal
mencakup berbagai peristiwa persalinan dan persalinan yang menyebabkan ensefalopati
neonatal. Penyebab postnatal termasuk cedera iskemik hipoksik, cedera otak traumatis, infeksi,
gangguan demielinasi, gangguan kejang (misalnya, kejang infantil), deprivasi sosial yang parah
dan kronis, dan sindrom metabolik toksik dan intoksikasi (misalnya timbal, merkuri).
Individu dengan gangguan perkembangan intelektual dapat berisiko untuk bunuh diri terkait
dengan gangguan mental komorbiditas, fungsi intelektual dan adaptif yang lebih tinggi, dan
stresor masa lalu langsung. Gangguan mental komorbid dapat bermanifestasi secara atipikal
dalam gangguan perkembangan intelektual; dengan demikian, mengenali komorbiditas dan
skrining pikiran untuk bunuh diri penting dalam proses penilaian, dengan perhatian khusus
pada perubahan perilaku individu.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis gangguan perkembangan intelektual harus dibuat bila Kriteria A, B, dan C terpenuhi.
Diagnosis gangguan perkembangan intelektual tidak boleh diasumsikan karena kondisi genetik
atau medis tertentu. Sindrom genetic yang terkait dengan gangguan perkembangan intelektual
harus dicatat sebagai diagnosis bersamaan dengan intelektual gangguan perkembangan.
KOMORBIDITAS
Perkembangan saraf yang terjadi bersamaan dengan kondisi mental dan medis lainnya sering
terjadi pada gangguan perkembangan intelektual, dengan tingkat beberapa kondisi (misalnya,
gangguan mental, kelumpuhan otak, dan epilepsi) tiga sampai empat kali lebih tinggi daripada
populasi umum. Prognosis dan hasil dari diagnosis yang terjadi bersamaan dapat dipengaruhi
oleh adanya gangguan perkembangan intelektual. Prosedur penilaian mungkin memerlukan
modifikasi karena gangguan terkait, termasuk gangguan komunikasi, gangguan spektrum
autisme, dan gangguan motorik, sensorik, atau lainnya. Informan yang berpengetahuan sangat
penting untuk mengidentifikasi gejala seperti lekas marah disregulasi suasana hati, agresi,
masalah makan, dan masalah tidur, dan untuk menilai fungsi adaptif di berbagai pengaturan
komunitas.
menggunakan istilah gangguan perkembangan intelektual untuk menunjukkan bahwa ini adalah
gangguan yang melibatkan gangguan fungsi otak di awal kehidupan. Gangguan ini dijelaskan
dalam ICD-11 sebagai metasyndrome yang terjadi pada periode perkembangan yang analog
dengan demensia atau gangguan neurokognitif utama di kemudian hari. Ada empat subtipe
gangguan perkembangan intelektual di ICD-11: ringan, sedang, berat, dan mendalam.
GANGGUAN KOMUNIKASI
Komunikasi mencakup setiap perilaku verbal atau nonverbal (baik disengaja atau tidak
disengaja) yang berpotensi memengaruhi perilaku, gagasan, atau sikap individu lain. Penilaian
kemampuan bicara, bahasa, dan komunikasi harus mempertimbangkan konteks budaya dan
bahasa individu, terutama untuk individu yang tumbuh di lingkungan dwibahasa. Pengukuran
standar perkembangan bahasa dan kapasitas intelektual nonverbal harus relevan untuk
kelompok budaya dan linguistik (yaitu, tes yang dikembangkan dan dibakukan untuk satu
kelompok mungkin tidak memberikan norma yang sesuai untuk kelompok lain). Kategori
diagnostik gangguan komunikasi meliputi: gangguan bahasa, gangguan suara bicara, gangguan
kefasihan awitan masa kanak-kanak (gagap), gangguan komunikasi sosial (pragmatis), dan
gangguan komunikasi yang tidak ditentukan tingkat prevalensi gangguan komunikasi pada anak
laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.
FITUR DIAGNOSTIK
Fitur penting dari gangguan bahasa adalah kesulitan dalam akuisisi dan penggunaan bahasa
karena defisit dalam pemahaman atau produksi kosa kata, tata bahasa, struktur kalimat, dan
wacana. Defisit bahasa terlihat jelas dalam komunikasi lisan, komunikasi tertulis, atau bahasa
isyarat. Pembelajaran dan penggunaan Bahasa bergantung pada keterampilan reseptif dan
ekspresif. Kemampuan ekspresif mengacu pada produksi sinyal vokal, gestur, atau verbal,
sedangkan kemampuan reseptif mengacu pada proses menerima dan memahami pesan
bahasa. Defisit dalam pemahaman bahasa sering diremehkan, karena anak-anak mungkin
pandai menggunakan konteks untuk menyimpulkan makna. Mungkin ada masalah pencarian
kata, definisi verbal yang buruk, atau pemahaman sinonim yang buruk, banyak arti, atau
permainan kata yang sesuai dengan usia dan budaya.
Kesulitan bahasa dimanifestasikan oleh kemampuan secara substansial dan terukur di bawah
yang diharapkan untuk usia dan secara signifikan mengganggu prestasi akademik, kinerja
pekerjaan, komunikasi yang efektif, atau sosialisasi (Kriteria B). Diagnosis gangguan bahasa
dibuat berdasarkan sintesis sejarah
individu, pengamatan klinis langsung dalam konteks yang berbeda (yaitu, rumah, sekolah, atau
tempat kerja), dan skor dari tes standar kemampuan bahasa yang dapat digunakan untuk
memandu perkiraan tingkat keparahan.
FITUR TERKAIT
Individu, bahkan anak-anak, dapat mahir mengakomodasi bahasa mereka yang terbatas.
Mereka mungkin tampak malu atau segan untuk berbicara. Individu yang terkena mungkin
lebih suka berkomunikasi hanya dengan anggota keluarga atau individu lain yang akrab.
Penguasaan bahasa ditandai dengan perubahan dari awal masa balita ke tingkat kompetensi
orang dewasa yang muncul selama masa remaja. Perubahan muncul di seluruh dimensi bahasa
(bunyi, kata, tata bahasa, teks naratif/ekspositori, dan keterampilan percakapan) dalam
peningkatan dan sinkronisasi sesuai usia. Gangguan bahasa muncul selama periode
perkembangan awal; namun, ada banyak variasi dalam perolehan kosa kata awal dan kombinasi
kata awal. Perbedaan individu pada anak usia dini tidak, sebagai indikator tunggal, sangat
memprediksi hasil akhir, meskipun keterlambatan bahasa pada usia 24 bulan dalam sampel
berbasis populasi adalah prediktor terbaik hasil pada usia 7 tahun. Pada usia 4 tahun,
perbedaan individu dalam kemampuan bahasa lebih stabil, dengan akurasi pengukuran yang
lebih baik, dan sangat memprediksi hasil di kemudian hari. Gangguan bahasa yang didiagnosis
pada anakanak usia 4 tahun dan lebih tua cenderung stabil dari waktu ke waktu dan biasanya
berlanjut hingga dewasa, meskipun profil kekuatan dan kekurangan bahasa tertentu cenderung
berubah selama perkembangan.
Anak-anak dengan gangguan bahasa reseptif memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan
dengan gangguan ekspresif dominan. Gangguan bahasa reseptif lebih resisten terhadap
pengobatan, dan kesulitan dengan pemahaman membaca sering terlihat.
a. Lingkungan
Bilingualisme tidak menyebabkan atau memperburuk gangguan bahasa, tetapi anak-
anak yang bilingual dapat menunjukkan keterlambatan atau perbedaan dalam
perkembangan bahasa.
b. Genetik dan Fisiologis
Gangguan bahasa sangat diwariskan, dan anggota keluarga lebih cenderung memiliki
riwayat gangguan bahasa. Studi kembar berbasis populasi secara konsisten melaporkan
heritabilitas substansial untuk gangguan bahasa, dan studi molekuler menyarankan
banyak gen berinteraksi pada jalur kausal.
DIAGNOSIS BANDING
4. Kelainan saraf
Gangguan bahasa dapat diperoleh sehubungan dengan gangguan neurologis, termasuk epilepsi
(misalnya, afasia yang didapat atau sindrom Landau-Kleffner).
5. Regresi Bahasa
Kehilangan bicara dan bahasa pada anak pada usia berapa pun membutuhkan penilaian
menyeluruh untuk menentukan apakah ada kondisi neurologis tertentu, seperti sindrom
Landau-Kleffner. Kehilangan bahasa mungkin merupakan gejala kejang, dan penilaian
diagnostik diperlukan untuk menyingkirkan adanya epilepsi (misalnya, elektroensefalogram
rutin dan tidur). Gangguan pendengaran perlu disingkirkan sebagai penyebab utama kesulitan
bahasa. Defisit bahasa dapat dikaitkan dengan gangguan pendengaran, defisit sensorik lainnya,
atau defisit motorik bicara. Ketika defisit bahasa melebihi yang biasanya terkait dengan
masalah ini, diagnosis gangguan bahasa dapat dibuat. Penurunan perilaku sosial dan
komunikasi kritis selama 2 tahun pertama kehidupan terbukti pada Sebagian besar anak yang
mengalami gangguan spektrum autisme dan seharusnya menandakan perlunya penilaian
gangguan spektrum autisme.
FITUR DIAGNOSTIK
Produksi suara ucapan menggambarkan artikulasi yang jelas dari fonem (yaitu, suara individu)
yang dalam kombinasi membentuk kata-kata yang diucapkan. Produksi bunyi ujaran
membutuhkan pengetahuan fonologis bunyi ujaran dan kemampuan mengkoordinasikan
gerakan artikulator (yaitu rahang, lidah, dan bibir) dengan pernapasan dan vokalisasi untuk
berbicara. Anak-anak dengan kesulitan produksi wicara mungkin mengalami kesulitan dengan
pengetahuan fonologis bunyi wicara atau kemampuan mengkoordinasikan gerakan wicara
dalam berbagai tingkat. Gangguan suara bicara didiagnosis saat produksi suara bicara tidak
seperti yang diharapkan berdasarkan usia dan tahap perkembangan anak dan saat defisit
tersebut bukan akibat dari gangguan fisik, struktural, neurologis, atau pendengaran.
FITUR TERKAIT
Jika kemampuan untuk mengoordinasikan artikulator dengan cepat merupakan aspek kesulitan
tertentu, mungkin ada riwayat keterlambatan atau inkoordinasi dalam memperoleh
keterampilan yang juga memanfaatkan artikulator dan otot wajah terkait; antara lain
keterampilan tersebut meliputi mengunyah, menjaga penutupan mulut, dan membuang ingus.
Area koordinasi motorik lainnya mungkin terganggu seperti pada gangguan koordinasi
perkembangan.
Belajar menghasilkan bunyi ujaran dengan jelas dan akurat dan belajar menghasilkan tuturan
sambung dengan lancar merupakan keterampilan perkembangan. Artikulasi bunyi ujaran
mengikuti pola perkembangan, yang tercermin dalam norma usia tes standar. Bukan hal yang
aneh bagi anak-anak yang sedang berkembang untuk menggunakan proses perkembangan
untuk mempersingkat kata dan suku kata saat mereka belajar berbicara, tetapi perkembangan
mereka dalam menguasai produksi suara ucapan harus menghasilkan ucapan yang sebagian
besar dapat dipahami pada usia 3 tahun. Anak-anak dengan gangguan suara bicara terus
menggunakan proses penyederhanaan fonologis yang belum matang melewati usia ketika
kebanyakan anak dapat menghasilkan kata-kata dengan jelas.
DIAGNOSIS BANDING
Variasi bicara regional, sosial, atau budaya/etnis harus dipertimbangkan sebelum membuat
diagnosis. Anak-anak dwibahasa mungkin menunjukkan tingkat kejelasan yang lebih rendah
secara keseluruhan, membuat lebih banyak kesalahan konsonan dan vokal secara keseluruhan,
dan menghasilkan pola kesalahan yang lebih jarang terjadi daripada anak-anak berbahasa
Inggris monolingual ketika dinilai hanya dalam bahasa Inggris.
1. DEFISIT STRUKTURAL
Gangguan bicara mungkin karena defisit struktural (misalnya, langit-langit mulut
sumbing).
2. DISARTRIA
Gangguan bicara mungkin disebabkan oleh gangguan motorik, seperti cerebral
palsy.
3. KEBISUAN SELEKTIF
Penggunaan bicara yang terbatas mungkin merupakan tanda mutisme selektif,
gangguan kecemasan yang ditandai dengan kurangnya bicara dalam satu atau
lebih konteks atau latar. Selektif mutisme dapat berkembang pada anak-anak
dengan gangguan bicara karena malu tentang kelemahan mereka, tetapi banyak
anak-anak dengan mutisme selektif menunjukkan ucapan normal dalam
pengaturan "aman", seperti di rumah atau dengan teman dekat.
FITUR DIAGNOSTIK
Fitur penting dari gangguan kelancaran kelancaran masa kanak-kanak (gagap) adalah gangguan
dalam kefasihan normal dan pola waktu bicara yang tidak sesuai dengan usia individu.
Gangguan ini ditandai dengan seringnya pengulangan atau pemanjangan bunyi suku kata dan
oleh jenis ketidaklancaran bicara lainnya, termasuk kata-kata yangterputus-putus (mis. yaitu,
penggantian kata untuk menghindari kata-kata yang bermasalah), kata-kata yang dihasilkan
dengan ketegangan fisik yang berlebihan, dan pengulangan seluruh kata bersuku kata satu
(misalnya, "IIII see him").
FITUR TERKAIT
Gangguan kefasihan awitan masa kanak-kanak juga dapat disertai dengan gerakan motorik
(misalnya mata berkedip, tics, tremor pada bibir atau wajah, sentakan kepala, gerakan
pernapasan, kepalan tangan). Anak-anak dengan gangguan kelancaran menunjukkan berbagai
kemampuan bahasa, dan hubungan antara gangguan kelancaran dan kemampuan bahasa tidak
jelas. Studi telah menunjukkan perbedaan neurologis struktural dan fungsional pada anak-anak
yang gagap. Lakilaki lebih cenderung gagap daripada perempuan, dengan perkiraan bervariasi
tergantung pada usia dan kemungkinan penyebab gagap. Penyebab gagap adalah
multifaktorial, termasuk faktor genetik dan neurofisiologis tertentu.
Risiko kegagapan di antara kerabat biologis tingkat pertama dari individu dengan
gangguan kefasihan awitan masa kanak-kanak lebih dari tiga kali lipat risiko pada populasi
umum. Hingga saat ini, mutasi empat gen yang mendasari beberapa kasus kegagapan telah
teridentifikasi.
Selain menjadi ciri dari kondisi tersebut, stres dan kecemasan dapat memperburuk disfluensi
Gangguan fungsi sosial dapat terjadi akibat kecemasan ini. Sikap komunikasi negatif mungkin
merupakan konsekuensi fungsional dari kegagapan yang dimulai pada tahun-tahun prasekolah
dan meningkat seiring bertambahnya usia.
PERBEDAAN DIAGNOSA
- Defisit Sensorik
Disfluensi bicara mungkin terkait dengan gangguan pendengaran atau defisit sensorik lainnya
atau defisit motorik bicara. Ketika disfluensi bicara lebih dari yang biasanya terkait dengan
masalah ini, diagnosis gangguan kelancaran bicara dapat dibuat.
Anak-anak yang mengalami disfluensi saat membaca dengan suara keras dapat didiagnosis
secara keliru sebagai gangguan membaca. Kefasihan membaca lisan biasanya diukur dengan
penilaian waktunya. Tingkat membaca yang lebih lambat mungkin tidak secara akurat
mencerminkan kemampuan membaca yang sebenarnya dari anak-anak yang gagap.
Gangguan komunikasi sosial (pragmatis) ditandai dengan kesulitan utama dengan pragmatik
(yaitu, penggunaan sosial bahasa dan komunikasi), seperti yang ditunjukkan oleh defisit dalam
memahami dan mengikuti aturan sosial baik komunikasi verbal dan nonverbal dalam konteks
naturalistik, mengubah Bahasa sesuai dengan kebutuhan pendengar atau situasi, dan mengikuti
aturan untuk percakapan dan bercerita.
FITUR TERKAIT
Fitur terkait yang paling umum dari gangguan komunikasi sosial (pragmatis) adalah gangguan
bahasa, yang ditandai dengan riwayat keterlambatan dalam mencapai tonggak bahasa, dan
masalah bahasa struktural historis, jika tidak saat ini (lihat "Gangguan Bahasa" di awal bab ini).
Individu dengan defisit komunikasi sosial mungkin menghindari interaksi sosial. Attention-
deficit/hyperactivity disorder (ADHD), masalah emosi dan perilaku, dan gangguan belajar
spesifik juga lebih sering terjadi pada individu yang terkena.
Riwayat keluarga dengan gangguan spektrum autisme, gangguan komunikasi, atau gangguan
belajar spesifik tampaknya meningkatkan risiko gangguan komunikasi sosial (pragmatis); ini
termasuk saudara kandung dari anak-anak dengan gangguan ini yang mungkin menunjukkan
gejala awal gangguan komunikasi sosial (pragmatis).
PERBEDAAN DIAGNOSA
Gangguan spektrum autisme adalah pertimbangan diagnostik utama untuk individu yang
mengalami defisit komunikasi sosial. Kedua gangguan tersebut dapat dibedakan dengan adanya
gangguan spektrum autisme dari pola perilaku, minat, atau aktivitas yang terbatas / berulang
dan tidak adanya gangguan komunikasi sosial (pragmatis).
Gejala gangguan komunikasi sosial (pragmatis) tumpang tindih dengan gejala gangguan
kecemasan sosial. Fitur yang membedakan adalah waktu timbulnya gejala. Dalam gangguan
komunikasi sosial (pragmatis), individu tidak pernah memiliki komunikasi sosial yang efektif;
dalam gangguan kecemasan sosial, keterampilan komunikasi sosial dikembangkan dengan tepat
tetapi tidak digunakan karena kecemasan, ketakutan, atau kesusahan tentang interaksi sosial.
GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME
Prosedur Pencatatan
Mungkin berguna untuk mencatat tingkat dukungan yang diperlukan untuk masing-masing dari
dua domain psikopatologis inti pada Tabel 2 (misalnya, "membutuhkan dukungan yang sangat
besar untuk defisit dalam komunikasi sosial dan membutuhkan dukungan substansial untuk
membatasi, perilaku berulang"). Spesifikasi “dengan gangguan intelektual yang menyertai” atau
“tanpa disertai gangguan intelektual” harus dicatat selanjutnya.
Penentu
Penentu keparahan (lihat Tabel 2) dapat digunakan untuk menggambarkan secara ringkas
simptomatologi saat ini (yang mungkin jatuh di bawah level 1), dengan pengakuan bahwa
keparahan dapat bervariasi berdasarkan konteks dan berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Keparahan kesulitan komunikasi sosial dan pembatasan, perilaku berulang harus dinilai secara
terpisah. Kategori keparahan deskriptif tidak boleh digunakan untuk menentukan kelayakan
dan penyediaan layanan.
Fitur Diagnostik
Fitur penting dari gangguan spektrum autisme adalah gangguan terus-menerus dalam
komunikasi sosial timbal balik dan interaksi sosial (Kriteria A), dan pola perilaku, minat, atau
aktivitas yang terbatas dan berulang (Kriteria B). Gejala-gejala ini muncul sejak masa kanak-
kanak dan membatasi atau merusak fungsi sehari-hari (Kriteria C dan D). Tahap di mana
gangguan fungsional menjadi jelas akan bervariasi sesuai dengan karakteristik individu dan atau
dirinya lingkungannya.
Defisit dalam timbal balik sosial-emosional (yaitu, kemampuan untuk terlibat dengan orang lain
dan berbagi pikiran dan perasaan) dapat ditunjukkan, misalnya, pada anak kecil dengan sedikit
atau tanpa inisiasi interaksi sosial dan tanpa berbagi emosi, bersamaan dengan berkurangnya
atau tidak adanya meniru perilaku orang lain. Bahasa apa yang ada seringkali sepihak, kurang
timbal balik sosial, dan digunakan untuk meminta atau memberi label daripada berkomentar,
berbagi perasaan, atau berbicara. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa tanpa
gangguan intelektual atau keterlambatan bahasa, deficit imbal balik sosial-emosional mungkin
paling terlihat dalam kesulitan memproses dan menanggapi isyarat social yang kompleks
(misalnya, kapan dan bagaimana bergabung dalam percakapan, apa yang tidak boleh
dikatakan).
Defisit dalam perilaku komunikatif nonverbal yang digunakan untuk interaksi sosial
dimanifestasikan dengan tidak adanya, berkurang, atau penggunaan kontak mata yang tidak
biasa (relatif terhadap norma budaya), gerak tubuh, ekspresi wajah, orientasi tubuh, atau
intonasi ucapan. Ciri awal gangguan spektrum autisme adalah gangguan perhatian bersama
yang dimanifestasikan oleh kurangnya menunjuk, menunjukkan, atau membawa objek untuk
berbagi minat dengan orang lain, atau kegagalan untuk mengikuti arah atau tatapan mata
seseorang. Individu dapat mempelajari beberapa gestur fungsional, tetapi repertoar mereka
lebih kecil daripada yang lain, dan mereka sering gagal menggunakan gestur ekspresif secara
spontan dalam komunikasi. Di kalangan anak muda dan orang dewasa dengan bahasa lancar,
kesulitan dalam mengoordinasikan komunikasi nonverbal dengan ucapan dapat menimbulkan
kesan "bahasa tubuh" yang aneh, kaku, atau berlebihan selama interaksi.
Gangguan spektrum autisme juga didefinisikan oleh pola perilaku, minat, atau aktivitas yang
terbatas dan berulang (sebagaimana ditentukan dalam Kriteria B), yang menunjukkan
serangkaian manifestasi menurut usia dan kemampuan, intervensi, dan dukungan saat ini.
Perilaku stereotip atau repetitif termasuk stereotip motoric sederhana (misalnya, mengepakkan
tangan, menjentikkan jari), penggunaan objek secara berulang (misalnya, memutar koin,
menyusun mainan), dan ucapan berulang (misalnya, echolalia, menirukan kata-kata yang
didengar secara tertunda atau langsung; penggunaan "kamu" saat mengacu pada diri sendiri;
penggunaan kata, frasa, atau pola prosodik yang stereotip).
FITUR TERKAIT
Banyak individu dengan gangguan spektrum autisme juga memiliki gangguan intelektual
dan/atau Bahasa (misalnya lambat berbicara, pemahaman bahasa di belakang produksi).
Bahkan mereka yang memiliki kecerdasan rata-rata atau tinggi biasanya memiliki profil
kemampuan yang tidak seimbang. Kesenjangan antara keterampilan fungsional intelektual dan
adaptif seringkali besar. Adalah umum bagi individu dengan autisme untuk memiliki defisit teori
pikiran (yaitu, mengalami kesulitan melihat dunia dari sudut pandang orang lain), tetapi hal ini
tidak selalu ada dalam semua kasus. Defisit fungsi eksekutif juga umum tetapi tidak spesifik,
seperti kesulitan dengan koherensi sentral (yaitu, mampu memahami konteks atau untuk
"melihat gambaran besar," dan dengan demikian cenderung terlalu fokus pada detail). Kriteria
D mensyaratkan bahwa fitur tersebut harus menyebabkan gangguan yang signifikan secara
klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya dari fungsi saat ini. Kriteria E
menyatakan bahwa defisit komunikasi sosial, meskipun terkadang disertai dengan gangguan
perkembangan intelektual (intelektual disabilitas), tidak sejalan dengan tingkat perkembangan
individu; gangguan melebihi kesulitan yang diharapkan atas dasar tingkat perkembangan.
dengan lampu atau benda berputar, dan terkadang ketidakpedulian terhadap rasa sakit, panas,
atau dingin.
Defisit motorik sering muncul, termasuk cara berjalan yang aneh, kecanggungan, dan tanda-
tanda motoric abnormal lainnya (misalnya, berjalan berjinjit). Cedera diri (misalnya
membenturkan kepala, menggigit pergelangan tangan) dapat terjadi, dan perilaku yang
mengganggu/menantang lebih sering terjadi pada anakanak dan remaja dengan gangguan
spektrum autisme daripada gangguan lainnya, termasuk gangguan perkembangan intelektual.
Beberapa individu mengembangkan perilaku motorik seperti katatonik (melambat dan
"membeku" di tengah aksi), tetapi ini biasanya tidak sebesar episode katatonik. Namun, adalah
mungkin bagi individu dengan gangguan spektrum autisme untuk mengalami penurunan gejala
motorik yang nyata dan menampilkan episode katatonik penuh dengan gejala seperti mutisme,
postur, meringis, dan fleksibilitas seperti lilin. Periode risiko untuk katatonia komorbid
tampaknya paling besar pada masa remaja.
Ciri-ciri perilaku gangguan spektrum autisme pertama kali terlihat pada anak usia dini, dengan
beberapa kasus menunjukkan kurangnya minat dalam interaksi sosial di tahun pertama
kehidupan. Gejala biasanya dikenali selama tahun kedua kehidupan (usia 12-24 bulan) tetapi
dapat terlihat lebih awal dari 12 bulan jika keterlambatan perkembangan parah, atau terlihat
lebih dari 24 bulan jika gejalanya lebih halus. Pola deskripsi onset mungkin mencakup informasi
tentang keterlambatan perkembangan awal atau kehilangan keterampilan sosial atau bahasa.
Studi prospektif menunjukkan bahwa dalam banyak kasus, timbulnya gangguan spektrum
autism dikaitkan dengan penurunan perilaku sosial dan komunikasi yang kritis dalam 2 tahun
pertama kehidupan. Penurunan fungsi seperti itu jarang terjadi pada gangguan perkembangan
saraf lainnya dan mungkin merupakan indikator yang sangat berguna untuk adanya gangguan
spektrum autisme. Dalam kasus yang jarang terjadi, ada regresi perkembangan yang terjadi
setelah setidaknya 2 tahun perkembangan normal (sebelumnya digambarkan sebagai gangguan
disintegrasi masa kanak-kanak), yang jauh lebih tidak biasa dan memerlukan penyelidikan
medis yang lebih luas (yaitu, lonjakan dan gelombang terus menerus selama sindrom tidur
gelombang lambat). dan sindrom Landau-Kleffner).
Gejala pertama gangguan spektrum autisme sering melibatkan perkembangan bahasa yang
tertunda, sering disertai dengan kurangnya minat sosial atau interaksi sosial yang tidak biasa
(misalnya, menarik tangan seseorang tanpa berusaha untuk melihatnya), pola permainan yang
aneh (misalnya, membawa mainan ke mana-mana tetapi tidak pernah bermain dengan
mereka), dan pola komunikasi yang tidak biasa (misalnya, mengetahui abjad tetapi tidak
menanggapi namanya sendiri).
Faktor prognostic terbaik untuk hasil individu dalam gangguan spektrum autisme adalah ada
atau tidaknya gangguan perkembangan intelektual terkait dan gangguan bahasa (misalnya,
bahasa fungsional pada usia 5 tahun merupakan tanda prognostik yang baik) dan masalah
kesehatan mental tambahan. Epilepsi, sebagai diagnosis komorbiditas, dikaitkan dengan
kecacatan intelektual yang lebih besar dan kemampuan verbal yang lebih rendah.
LINGKUNGAN
Berbagai faktor risiko untuk gangguan perkembangan saraf, seperti usia lanjut sebagai orang
tua, prematuritas ekstrem, atau paparan dalam rahim terhadap obat-obatan tertentu atau
teratogen seperti asam valproat, secara luas dapat berkontribusi terhadap risiko gangguan
spektrum autisme.
Perkiraan heritabilitas untuk gangguan spektrum autisme berkisar antara 37% hingga lebih
tinggi dari 90%, berdasarkan tingkat kesesuaian kembar, dan kohort lima negara yang lebih
baru memperkirakan heritabilitas sebesar 80%. Saat ini, sebanyak 15% kasus gangguan
spektrum autisme tampaknya terkait dengan mutasi genetik yang diketahui, dengan varian
nomor salinan de novo yang berbeda atau mutase de novo pada gen spesifik yang terkait
dengan gangguan tersebut di keluarga yang berbeda.
Gangguan spektrum autisme didiagnosis tiga sampai empat kali lebih sering pada laki-laki
daripada perempuan, dan rata-rata, usia saat diagnosis lebih lambat pada perempuan. Dalam
sampel klinik, perempuan cenderung lebih cenderung menunjukkan gangguan perkembangan
intelektual yang menyertai serta epilepsi, menunjukkan bahwa perempuan tanpa gangguan
intelektual atau keterlambatan bahasa mungkin tidak dikenali, mungkin karena manifestasi
kesulitan sosial dan komunikasi yang lebih halus. Dibandingkan dengan laki-laki dengan
gangguan spektrum autisme, perempuan mungkin memiliki percakapan timbal balik yang lebih
baik, dan lebih mungkin untuk berbagi minat, untuk mengintegrasikan perilaku verbal dan
nonverbal, dan untuk mengubah perilaku mereka dengan situasi, meskipun memiliki kesulitan
pemahaman sosial yang sama dengan laki-laki.
Pada anak kecil dengan gangguan spektrum autisme, kurangnya kemampuan sosial dan
komunikasi dapat menghambat pembelajaran, terutama belajar melalui interaksi sosial atau
dalam pengaturan dengan teman sebaya. Di rumah, desakan pada rutinitas dan keengganan
untuk berubah, serta kepekaan sensorik, dapat mengganggu makan dan tidur dan membuat
perawatan rutin (misalnya potong rambut, perawatan gigi) menjadi sangat sulit. Keterampilan
adaptif biasanya di bawah IQ terukur. Kesulitan ekstrim dalam perencanaan, pengorganisasian,
dan mengatasi perubahan berdampak negatif terhadap prestasi akademik, bahkan bagi siswa
dengan kecerdasan di atas ratarata. Selama masa dewasa, individu-individu ini mungkin
mengalami kesulitan membangun kemandirian karena kekakuan yang berkelanjutan dan
kesulitan dengan kebaruan.
DIAGNOSIS BANDING
- Gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas.
Abnormalitas perhatian (terlalu fokus atau mudah teralihkan) sering terjadi pada individu
dengan gangguan spektrum autisme, seperti halnya hiperaktif. Selain itu, beberapa individu
dengan ADHD mungkin menunjukkan defisit komunikasi sosial seperti menyela orang lain,
berbicara terlalu keras, dan tidak menghormati ruang pribadi. Meskipun berpotensi sulit untuk
membedakan ADHD dari gangguan spektrum autisme, jalur perkembangan dan tidak adanya
pembatasan, perilaku berulang dan minat yang tidak biasa pada ADHD membantu
membedakan kedua kondisi tersebut. Diagnosis ADHD bersamaan harus dipertimbangkan
ketika kesulitan perhatian atau hiperaktif melebihi yang biasanya terlihat pada individu dengan
usia mental yang sebanding, dan ADHD adalah salah satu komorbiditas paling umum dalam
gangguan spektrum autisme.
Dalam beberapa bentuk gangguan bahasa, mungkin terdapat masalah komunikasi dan
beberapa kesulitan sosial sekunder. Namun, gangguan bahasa tertentu biasanya tidak terkait
dengan komunikasi nonverbal yang abnormal, atau dengan adanya pola perilaku, minat, atau
aktivitas yang terbatas dan berulang.
GANGGUAN GERAKAN STEREOTIPIK.
Stereotip motorik adalah salah satu karakteristik diagnostik gangguan spektrum autisme,
sehingga diagnosis tambahan gangguan gerakan stereotipik tidak diberikan saat perilaku
berulang seperti itu lebih baik dijelaskan dengan adanya dari gangguan spektrum autisme.
Namun, ketika stereotip menyebabkan cedera diri dan menjadi focus pengobatan, kedua
diagnosis tersebut mungkin tepat.
Tumpang tindih gejala kecemasan dengan gejala inti gangguan spektrum autisme dapat
membuat klasifikasi gejala kecemasan dalam gangguan spektrum autisme menantang.
Misalnya, penarikan sosial dan perilaku berulang adalah fitur inti dari gangguan spektrum
autisme tetapi juga dapat menjadi ekspresi kecemasan. Gangguan kecemasan yang paling
umum pada gangguan spektrum autisme adalah fobia spesifik (hingga 30% kasus), dan
kecemasan social dan agorafobia (sebanyak 17% kasus).
SINDROM RETT
Gangguan interaksi sosial dapat diamati selama fase regresi sindrom Rett (biasanya antara usia
1 dan 4 tahun); dengan demikian, sebagian besar dari gadis-gadis muda yang terkena mungkin
memiliki presentasi yang memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan spektrum autisme.
Namun, gangguan bahasa tertentu biasanya tidak terkait dengan komunikasi nonverbal yang
abnormal, atau dengan adanya pola perilaku, minat, atau aktivitas yang terbatas dan berulang.
KOMORDIBITAS
Gangguan spektrum autisme sering dikaitkan dengan gangguan perkembangan intelektual dan
gangguan bahasa (yaitu, ketidakmampuan untuk memahami dan menyusun kalimat dengan
tata bahasa yang tepat).Kesulitan belajar khusus (melek huruf dan berhitung) sering terjadi,
seperti gangguan koordinasi perkembangan.
GANGGUAN PERHATIAN-DEFISIT/HIPERAKTIF
FITUR DIAGNOSTIK
FITUR TERKAIT
Keterlambatan dalam perkembangan bahasa, motorik, atau sosial tidak spesifik untuk ADHD
tetapi sering terjadi bersamaan. Disregulasi emosional atau impulsif emosional umumnya
terjadi pada anak-anak dan orang dewasa dengan ADHD. Individu dengan ADHD melaporkan
diri sendiri dan digambarkan oleh orang lain sebagai orang yang cepat marah, mudah frustrasi,
dan terlalu reaktif secara emosional.
TEMPERAMENTAL
ADHD dikaitkan dengan berkurangnya penghambatan perilaku, kontrol yang penuh usaha, atau
kendala; emosi negatif; dan/atau pencarian kebaruan yang tinggi. Ciri-ciri ini mungkin
mempengaruhi beberapa anak untuk ADHD tetapi tidak spesifik untuk gangguan tersebut.
ISU DIAGNOSTIK TERKAIT JENIS KELAMIN DAN JENIS KELAMIN
ADHD lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan pada populasi umum, dengan
rasio sekitar 2:1 pada anakanak dan 1,6:1 pada orang dewasa. Perempuan lebih mungkin
daripada laki-laki untuk hadir terutama dengan fitur lalai. Perbedaan jenis kelamin dalam
keparahan gejala ADHD mungkin disebabkan oleh perbedaan genetik dan kewajiban kognitif
antara jenis kelamin.
DIAGNOSIS BANDING
Individu dengan gangguan pemberontak oposisi mungkin menolak pekerjaan atau tugas
sekolah yang membutuhkan penerapan diri karena mereka menolak untuk menyesuaikan diri
dengan tuntutan orang lain. erilaku mereka dicirikan oleh negativitas, permusuhan, dan
pembangkangan. Gejala-gejala ini harus dibedakan dari keengganan untuk sekolah atau tugas-
tugas yang menuntut mental karena kesulitan dalam mempertahankan upaya mental,
melupakan instruksi, dan impulsif pada individu dengan ADHD.
KRITERIA DIAGNOSTIK
Gangguan belajar spesifik adalah gangguan perkembangan saraf dengan asal biologis yang
menjadi dasar kelainan pada tingkat kognitif yang terkait dengan tanda-tanda perilaku
gangguan tersebut. Asal biologis mencakup interaksi faktor genetik, epigenetik, dan lingkungan,
yang memengaruhi kemampuan otak untuk memahami atau memproses informasi verbal atau
nonverbal secara efisien dan akurat.
Salah satu ciri penting dari gangguan belajar spesifik adalah kesulitan terus-menerus dalam
mempelajari keterampilan dasar akademik (Kriteria A), dengan awitan selama tahun-tahun
sekolah formal (yaitu, periode perkembangan). Keterampilan akademik utama meliputi
membaca kata tunggal secara akurat dan lancar, pemahaman bacaan, ekspresi tertulis dan
ejaan, perhitungan aritmatika, dan penalaran matematis (memecahkan masalah matematika).
Fitur kunci kedua adalah bahwa kinerja individu dari keterampilan akademik yang terpengaruh
jauh di bawah usia yang diharapkan (Kriteria B).
FITUR TERKAIT
Gejala gangguan belajar spesifik (kesulitan dengan aspek membaca, menulis, atau matematika)
sering terjadi bersamaan. Profil kemampuan yang tidak merata adalah umum, seperti
kombinasi kemampuan di atas rata-rata dalam menggambar, desain, dan kemampuan
visuospasial lainnya, dan membaca lambat, susah payah, dan tidak akurat serta pemahaman
membaca dan ekspresi tertulis yang buruk.
FAKTOR RISIKO DAN PROGNOSTIK
Lingkungan
Faktor lingkungan, termasuk kondisi sosial ekonomi (misalnya, status sosial ekonomi rendah)
dan paparan neurotoksikan, meningkatkan risiko gangguan belajar tertentu atau kesulitan
membaca dan matematika. Risiko untuk gangguan belajar tertentu atau kesulitan dalam
membaca dan matematika termasuk paparan pralahir atau awal kehidupan untuk salah satu
dari berikut ini: polusi udara, nikotin, eter difenil polibrominasi atau bifenil poliklorinasi
(penghambat api), timbal, atau mangan.
Gangguan belajar spesifik tampak berkumpul dalam keluarga, terutama Ketika memengaruhi
membaca, matematika, dan mengeja. Risiko relatif spesifik gangguan belajar dalam membaca
atau matematika secara substansial lebih tinggi (misalnya, masingmasing 4-8 kali dan 5-10 kali
lebih tinggi) pada kerabat tingkat pertama individu dengan kesulitan belajar ini dibandingkan
dengan mereka yang tidak.
PERBEDAAN DIAGNOSA
Gangguan belajar spesifik dibedakan dari variasi normal dalam pencapaian akademik yang
disebabkan oleh faktor eksternal (mis., kurangnya kesempatan pendidikan, instruksi yang buruk
secara konsisten, belajar dalam bahasa kedua), karena kesulitan belajar bertahan dengan
adanya kesempatan pendidikan yang memadai dan paparan terhadap bahasa asing.
- Gangguan Psikotik
Gangguan belajar khusus dibedakan dari kesulitan pemrosesan kognitif yang terkait dengan
skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya, karena dengan gangguan ini terjadi penurunan
(sering kali cepat) pada domain fungsional ini. Namun, defisit dalam kemampuan membaca
lebih parah pada gangguan belajar spesifik daripada yang diperkirakan oleh gangguan kognitif
umum yang terkait dengan skizofrenia. Jika kriteria untuk kedua kelainan terpenuhi, kedua
diagnosis dapat diberikan.
GANGGUAN MOTORIK
Gangguan koordinasi perkembangan F82
Kriteria Diagnostik
a. Perolehan dan pelaksanaan keterampilan motorik terkoordinasi jauh di bawah yang
diharapkan mengingat usia kronologis individu dan kesempatan untuk belajar dan
menggunakan keterampilan. Kesulitan dimanifestasikan sebagai kecanggungan
(misalnya, menjatuhkan atau menabrak objek) serta kelambatan dan ketidaktepatan
kinerja keterampilan motorik (misalnya, menangkap objek, menggunakan gunting atau
peralatan makan, tulisan tangan, mengendarai sepeda, atau berpartisipasi dalam
olahraga).
b. Defisit keterampilan motorik dalam Kriteria A secara signifikan dan terus-menerus
mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan usia kronologis
(misalnya, perawatan diri dan perawatan diri) dan berdampak pada produktivitas
akademik/sekolah, aktivitas pra kejuruan dan kejuruan, rekreasi, dan bermain.
c. Timbulnya gejala pada periode perkembangan awal
d. Defisit keterampilan motorik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan perkembangan
intelektual (kecacatan intelektual) atau gangguan penglihatan dan tidak disebabkan oleh
kondisi neurologis yang mempengaruhi gerakan (misalnya, kelumpuhan otak, distrofi
otot, gangguan degeneratif).
FITUR DIAGNOSTIK
Manifestasi gangguan keterampilan yang membutuhkan koordinasi motorik (Kriteria A)
bervariasi sesuai usia. Anak-anak kecil mungkin terlambat mencapai tonggak motorik (yaitu,
duduk, merangkak, berjalan), meskipun banyak yang mencapai tonggak motorik yang khas.
Bahkan ketika keterampilan tercapai, eksekusi gerakan mungkin tampak canggung, lambat, atau
kurang tepat dibandingkan rekan-rekannya.
Gangguan koordinasi perkembangan didiagnosis hanya jika gangguan keterampilan motorik
secara signifikan mengganggu kinerja, atau partisipasi dalam, kegiatan sehari-hari dalam
kehidupan keluarga, sosial, sekolah, atau masyarakat (Kriteria B). Contoh kegiatan tersebut
termasuk berpakaian, makan dengan peralatan yang sesuai dengan usia dan tanpa berantakan,
terlibat dalam permainan fisik dengan orang lain, menggunakan alat khusus di kelas seperti
penggaris dan gunting, dan berpartisipasi dalam kegiatan latihan tim di sekolah. Kompetensi
tulisan tangan sering terpengaruh, akibatnya mempengaruhi keterbacaan dan/atau kecepatan
keluaran tertulis dan mempengaruhi prestasi akademik (dampaknya dibedakan dari kesulitan
belajar khusus dengan penekanan pada komponen motorik keterampilan keluaran tertulis).
Pada orang dewasa, keterampilan sehari-hari dalam pendidikan dan pekerjaan, terutama yang
membutuhkan kecepatan dan ketepatan, dipengaruhi oleh masalah koordinasi.
Kriteria C menyatakan bahwa timbulnya gejala gangguan koordinasi perkembangan harus pada
periode perkembangan awal. Namun, gangguan koordinasi perkembangan biasanya tidak
terdiagnosis sebelum usia 5 tahun karena terdapat variasi yang cukup besar pada usia
perolehan banyak keterampilan motorik atau kurangnya stabilitas pengukuran pada anak usia
dini (misalnya, beberapa anak mengejar ketertinggalan) atau karena penyebab lain dari
gangguan koordinasi perkembangan. keterlambatan motorik mungkin belum terwujud
sepenuhnya.
Kriteria D menetapkan bahwa diagnosis gangguan koordinasi perkembangan dibuat jika
kesulitan koordinasi tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan penglihatan atau disebabkan oleh
kondisi neurologis. Dengan demikian, pemeriksaan fungsi visual dan pemeriksaan neurologis
harus dimasukkan dalam evaluasi diagnostic.
Gangguan koordinasi perkembangan tidak memiliki subtipe tersendiri; namun, individu mungkin
mengalami gangguan terutama pada keterampilan motorik kasar atau keterampilan motorik
halus, termasuk keterampilan menulis tangan. stilah lain yang digunakan untuk menggambarkan
gangguan koordinasi perkembangan termasuk masa kanak-kanak dyspraxia, gangguan
perkembangan spesifik fungsi motorik, dan sindrom anak canggung
FITUR TERKAIT
Beberapa anak dengan gangguan koordinasi perkembangan menunjukkan aktivitas motorik
tambahan (biasanya ditekan), seperti gerakan choreiform dari anggota tubuh yang tidak
didukung atau gerakan cermin. Gerakan "luapan" ini disebut sebagai ketidakdewasaan
perkembangan saraf atau tanda lunak neurologis daripada kelainan neurologis. Dalam literatur
dan praktik klinis saat ini, peran mereka dalam diagnosis masih belum jelas, membutuhkan
evaluasi lebih lanjut
PREVALENSI
Prevalensi gangguan koordinasi perkembangan pada anak usia 5-11 tahun berkisar antara 5%
hingga 8% lintas negara (di Inggris, 1,8% anak usia 7 tahun didiagnosis dengan gangguan
koordinasi perkembangan yang parah dan 3% dengan kemungkinan gangguan koordinasi
perkembangan. 7%–8% di Kanada, Swedia, dan Taiwan. Pria lebih sering terkena daripada
wanita, dengan rasio pria:wanita antara 2:1 dan 7:1.
FAKTOR RISIKO DAN PROGNOSTIK
Lingkungan
Genetik dan fisiologis
Pengubah kursus.
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan motorik karena kondisi medis lain
Masalah dalam koordinasi dapat dikaitkan dengan gangguan fungsi visual dan gangguan
neurologis tertentu (misalnya, kelumpuhan otak, lesi progresif pada serebelum, gangguan
neuromuskuler). Dalam kasus tersebut, ada temuan tambahan pada pemeriksaan neurlogis.
Gangguan perkembangan intelektual (cacat intelektual)
Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas
Gangguan spektrum autism
Sindrom hipermobilitas sendi.
GANGGUAN TIC
Catatan: Tic adalah gerakan atau vokalisasi motorik yang tiba-tiba, cepat, berulang, tidak
berirama
Kriteria Diagnostik
Gangguan Tourette F95.2
a. Baik tics motorik multipel dan satu atau lebih vokal telah hadir pada suatu saat selama
sakit, meskipun tidak harus bersamaan
b. Tics dapat bertambah dan berkurang frekuensinya tetapi telah bertahan selama lebih
dari 1 tahun sejak onset tic pertama
c. Awitan sebelum usia 18 tahun
d. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya kokain) atau kondisi
medis lain (misalnya penyakit Huntington, ensefalitis pascaviral)
Gangguan Tic Motorik atau Vokal Persisten (Kronis) F95.1
a. Tics motorik atau vokal tunggal atau ganda telah hadir selama penyakit, tetapi tidak
motorik dan vocal
b. Tics dapat bertambah dan berkurang frekuensinya tetapi telah bertahan selama lebih
dari 1 tahun sejak onset tic pertama
c. Awitan sebelum usia 18 tahun
d. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya kokain) atau kondisi
medis lain (misalnya penyakit Huntington, ensefalitis pascaviral)
e. Kriteria tidak pernah terpenuhi untuk gangguan Tourette.
Gangguan Tic Sementara F95.0
a. Tics motorik dan/atau vokal tunggal atau ganda
b. Tic terjadi kurang dari 1 tahun sejak awitan tic pertama
c. Awitan sebelum usia 18 tahun
d. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya kokain) atau kondisi
medis lain (misalnya penyakit Huntington, ensefalitis pascaviral)
e. Kriteria tidak pernah terpenuhi untuk gangguan Tourette atau motorik persisten (kronis)
atau gangguan tic vokal.
FITUR DIAGNOSTIK
Gangguan tic terdiri dari lima kategori diagnostik: gangguan Tourette, gangguan motorik atau
vokal persisten (kronis), gangguan tic sementara, dan gangguan tic lain yang ditentukan dan
tidak ditentukan. Diagnosis untuk salah satu gangguan tic tertentu didasarkan pada adanya tics
motorik dan / atau vokal (Kriteria A), durasi tics (Kriteria B), usia saat onset (Kriteria C), dan tidak
adanya penyebab yang diketahui seperti yang lain. kondisi medis atau penggunaan zat (Kriteria
D). Diagnosis gangguan tic bersifat hierarkis (yaitu, gangguan Tourette, diikuti oleh gangguan tic
motorik atau vokal [kronis] yang persisten, diikuti oleh tic sementara gangguan, diikuti oleh
gangguan tic tertentu dan tidak ditentukan lainnya). Setelah gangguan tic pada satu tingkat
hierarki didiagnosis, diagnosis hierarki yang lebih rendah tidak dapat dibuat (Kriteria E).
PREVALENSI
Tics biasa terjadi pada masa kanak-kanak tetapi sementara dalam banyak kasus. Secara global,
laki-laki lebih sering terkena daripada perempuan, dengan rasio bervariasi dari 2:1 sampai 4:1.
Studi epidemiologis telah menunjukkan tics hadir pada anak-anak dari semua benua, tetapi
tingkat prevalensi yang tepat dipengaruhi oleh perbedaan metodologis dalam penelitian.
FAKTOR RISIKO DAN PROGNOSTIK
Lingkungan
Genetik dan fisiologis
Pengubah kursus
PERBEDAAN DIAGNOSA
Gerakan abnormal yang mungkin menyertai kondisi medis lainnya, termasuk gangguan
gerakan lainnya; Stereotip motorik didefinisikan sebagai gerakan ritmis, berulang, dan
dapat diprediksi yang tidak disengaja yang tampak memiliki tujuan tetapi tidak memiliki
fungsi adaptif yang jelas. Mereka sering menenangkan diri atau menyenangkan dan
berhenti dengan gangguan. Contohnya termasuk melambai / memutar tangan berulang-
ulang, mengepakkan lengan, dan menggoyangkan jari.
Diskinesia paroksismal; Diskinesia paroksismal ditandai dengan involunter episodic
gerakan distonik atau koreoatetoid yang dicetuskan oleh gerakan atau aktivitas sukarela
dan lebih jarang muncul dari aktivitas latar belakang normal.
Mioklonus; Myoclonus ditandai dengan gerakan searah tiba-tiba yang seringkali tidak
berirama. Ini mungkin diperburuk oleh gerakan dan terjadi saat tidur. Myoclonus
dibedakan dari tics oleh kecepatannya, kurangnya penekanan, dan tidak adanya sensasi
atau dorongan firasat.
Gangguan obsesif-kompulsif dan terkait; Membedakan kompulsi pada OCD dari tics
kompleks mungkin sulit, terutama karena sering terjadi bersamaan pada individu yang
sama. Kompulsi OCD ditujukan untuk mencegah atau mengurangi kecemasan atau
kesusahan dan biasanya dilakukan sebagai respons terhadap obsesi (misalnya ketakutan
akan kontaminasi). Sebaliknya, banyak orang dengan gangguan tic merasa perlu untuk
melakukan tindakan dengan cara tertentu, secara merata di kedua sisi tubuh beberapa
kali atau sampai perasaan yang "tepat" tercapai.
- Tentukan jika:
Dengan gambaran prognostik yang baik: Penentu ini membutuhkan setidaknya dua
dari ciri berikut: timbulnya gejala psikotik yang menonjol dalam waktu 4 minggu
sejak perubahan nyata pertama dalam perilaku atau fungsi biasa; kebingungan;
fungsi sosial dan pekerjaan pramorbid yang baik; dan tidak adanya afek tumpul atau
datar.
Tanpa fitur prognostik yang baik: Penentu ini diterapkan jika dua atau lebih fitur di
atas tidak ada.
- Tentukan jika:
Dengan katatonia
- Tentukan tingkat keparahan saat ini:
Tingkat keparahan dinilai dengan penilaian kuantitatif dari gejala utama psikosis,
termasuk delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, perilaku psikomotor abnormal, dan
gejala negatif. Masing-masing gejala ini dapat dinilai tingkat keparahannya saat ini
(paling parah dalam 7 hari terakhir) pada skala 5 poin mulai dari 0 (tidak ada) hingga
4 (ada dan parah).
Notes: diagnosis gangguan skizophreniform dapat dibuat tanpa menggunakan
penentu keparahan ini.
B. Diagnostic Features
Karakteristik gejala gangguan skizofreniform identik dengan skizofrenia (Kriteria A).
Skizofreniform dibedakan berdasarkan perbedaan durasi: durasi total penyakit, termasuk fase
prodromal, aktif, dan residual, minimal 1 bulan tetapi kurang dari 6 bulan (Kriteria B).
Persyaratan durasi untuk gangguan skizofreniform adalah menengah antara gangguan psikotik
singkat, yang berlangsung lebih dari 1 hari dan sembuh dalam 1 bulan, dan skizofrenia, yang
berlangsung setidaknya 6 bulan.
1) Ketika episode penyakit berlangsung antara 1 dan 6 bulan dan individu telah pulih.
2) Ketika individu bergejala kurang dari durasi 6 bulan yang diperlukan untuk diagnosis
skizofrenia tetapi belum pulih.
Dalam kasus ini, diagnosis harus dicatat sebagai "gangguan skizofreniform (sementara)" karena
tidak pasti apakah individu tersebut akan pulih dari gangguan tersebut dalam periode 6 bulan.
Jika gangguan menetap lebih dari 6 bulan, diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia.
D. Perbedaan diagnosa
Kriteria diagnostik untuk gangguan skizofreniform dan skizofrenia berbeda terutama dalam
durasi penyakit, pembahasan diagnosis diferensial skizofrenia juga berlaku untuk gangguan
skizofreniform.
Gangguan skizofreniform berbeda durasinya dengan gangguan psikotik singkat, yang durasinya
kurang dari 1 bulan.
SCHIZOPHRENIA
- Tentukan jika: Penentu kursus berikut ini hanya digunakan setelah 1 tahun durasi
gangguan dan jika tidak bertentangan dengan kriteria diagnostik
Episode pertama, saat ini dalam episode akut: Episode akut adalah periode
waktu di mana kriteria gejala terpenuhi.
Episode pertama, saat ini dalam remisi parsial: Remisi parsial adalah
periode waktu di mana perbaikan setelah episode sebelumnya
dipertahankan dan di mana kriteria definisi gangguan hanya terpenuhi
sebagian.
Episode pertama, saat ini dalam remisi penuh: Remisi penuh adalah periode
waktu setelah episode sebelumnya di mana tidak ada gejala khusus kelainan
yang muncul.
Beberapa episode, saat ini dalam episode akut: Beberapa episode dapat
ditentukan setelah minimal dua episode (yaitu, setelah episode pertama,
remisi dan minimal satu kambuh).
Beberapa episode, saat ini dalam remisi parsial Beberapa episode, saat ini
dalam remisi penuh Berkelanjutan: Gejala yang memenuhi kriteria gejala
diagnostik dari gangguan tersebut tersisa untuk sebagian besar perjalanan
penyakit, dengan periode gejala subthreshold relatif sangat singkat terhadap
keseluruhan perjalanan penyakit.
Tidak ditentukan
- Tentukan tingkat keparahan saat ini:
Tingkat keparahan dinilai dengan penilaian kuantitatif dari gejala utama psikosis,
termasuk delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, perilaku psikomotor abnormal, dan
gejala negatif.
B. Diagnostic Features
Gejala karakteristik skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi kognitif, perilaku, dan emosional,
tetapi tidak ada gejala tunggal yang patognomonis dari gangguan tersebut.
Setidaknya dua gejala Kriteria A harus ada untuk waktu yang signifikan selama periode 1 bulan
atau lebih. Setidaknya salah satu dari gejala ini harus jelas adanya delusi (Kriteria A1), halusinasi
(Kriteria A2), atau bicara tidak teratur (Kriteria A3). Perilaku yang sangat tidak teratur atau
katatonik (Kriteria A4) dan gejala negatif (Kriteria A5) juga dapat muncul.
Skizofrenia melibatkan gangguan pada satu atau lebih area fungsi utama (Kriteria B). Disfungsi
bertahan untuk waktu yang cukup lama selama perjalanan gangguan dan tampaknya bukan
akibat langsung dari fitur tunggal apa pun. Keengganan (yaitu, berkurangnya dorongan untuk
mengejar perilaku yang diarahkan pada tujuan; Kriteria A5) terkait dengan disfungsi sosial yang
dijelaskan di bawah Kriteria B. Ada juga bukti kuat untuk hubungan antara gangguan kognitif
dan gangguan fungsional pada individu dengan skizofrenia.
Beberapa tanda gangguan harus bertahan selama minimal 6 bulan (Kriteria C). Gejala
prodromal sering mendahului fase aktif, dan gejala residual dapat mengikutinya, ditandai
dengan bentuk halusinasi atau delusi ringan atau subthreshold.
Individu yang telah aktif secara sosial dapat menarik diri dari rutinitas sebelumnya. Perilaku
seperti itu seringkali merupakan tanda pertama dari suatu gangguan. Diagnosis skizofrenia
membutuhkan adanya delusi atau halusinasi tanpa adanya episode mood.
C. Fitur Terkait
Individu dengan skizofrenia dapat menampilkan afek yang tidak sesuai (misalnya, tertawa tanpa
adanya stimulus yang tepat); suasana hati dysphoric yang bisa berupa depresi, kecemasan, atau
kemarahan; pola tidur yang terganggu; dan kurangnya minat makan atau penolakan makanan.
Depersonalisasi, derealisasi, dan kekhawatiran somatik dapat terjadi dan terkadang mencapai
proporsi delusi. Kecemasan dan fobia sering terjadi. Defisit kognitif pada skizofrenia umum
terjadi dan sangat terkait dengan gangguan kejuruan dan fungsional. Defisit ini dapat mencakup
penurunan dalam memori deklaratif, memori kerja, fungsi bahasa, dan fungsi eksekutif lainnya,
serta kecepatan pemrosesan yang lebih lambat. Abnormalitas dalam pemrosesan sensorik dan
kapasitas penghambatan, serta penurunan perhatian, juga ditemukan.
Beberapa individu dengan skizofrenia menunjukkan defisit kognisi sosial, termasuk defisit
dalam kemampuan untuk menyimpulkan niat orang lain (teori pikiran), dan mungkin
memperhatikan dan kemudian menginterpretasikan peristiwa atau rangsangan yang tidak
relevan sebagai sesuatu yang bermakna, mungkin mengarah pada generasi delusi penjelasan.
Gangguan ini sering bertahan selama remisi gejala.
G. Komorbiditas
Tingkat gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan panik meningkat pada individu dengan
skizofrenia dibandingkan dengan populasi umum. Harapan hidup berkurang pada individu
dengan skizofrenia karena kondisi medis terkait. Pertambahan berat badan, diabetes, sindrom
metabolik, dan penyakit kardiovaskular dan paru lebih sering terjadi pada skizofrenia
dibandingkan pada populasi umum.
SCHIZOAFFECTIVE DISORDER
- Tentukan apakah :
F25.0 Tipe bipolar: Subtipe ini berlaku jika episode manik merupakan bagian dari
presentasi. Episode depresi berat juga dapat terjadi.
F25.1 Tipe depresif: Subtipe ini berlaku jika hanya episode depresif berat yang
merupakan bagian dari presentasi.
- Sebutkan jika:
Dengan katatonia.
Catatan pengkodean: Gunakan kode tambahan F06.1 katatonia terkait dengan
gangguan skizoafektif untuk menunjukkan adanya katatonia komorbiditas.
- Tentukan jika:
Episode pertama, saat ini dalam episode akut: Episode akut adalah periode
waktu di mana kriteria gejala terpenuhi.
Episode pertama, saat ini dalam remisi parsial: Remisi parsial adalah periode
waktu di mana perbaikan setelah episode sebelumnya dipertahankan dan di
mana kriteria definisi gangguan hanya terpenuhi sebagian.
Episode pertama, saat ini dalam remisi penuh: Remisi penuh adalah periode
waktu setelah episode sebelumnya di mana tidak ada gejala khusus kelainan
yang muncul.
Beberapa episode, saat ini dalam episode akut: Beberapa episode dapat
ditentukan setelah minimal dua episode (yaitu, setelah episode pertama, remisi
dan minimal satu kambuh).
Beberapa episode, saat ini dalam remisi parsial
Beberapa episode, saat ini dalam remisi penuh
Berkelanjutan: Gejala yang memenuhi kriteria gejala diagnostik dari gangguan
tersebut tersisa untuk sebagian besar perjalanan penyakit, dengan periode
gejala subthreshold relatif sangat singkat terhadap keseluruhan perjalanan
penyakit.
Tidak ditentukan
- Tentukan tingkat keparahan saat ini:
Keparahan dinilai dengan penilaian kuantitatif dari gejala utama psikosis, termasuk
delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, perilaku psikomotor abnormal, dan gejala
negatif. Masing-masing gejala ini dapat dinilai tingkat keparahannya saat ini (paling
parah dalam 7 hari terakhir) pada skala 5 poin mulai dari 0 (tidak ada) hingga 4 (ada
dan parah).
B. Gambaran Diagnostik
Diagnosis gangguan skizoafektif didasarkan pada penilaian periode penyakit yang tidak terputus
selama individu tersebut terus menunjukkan gejala aktif atau residual dari penyakit psikotik.
Diagnosis biasanya, tetapi tidak selalu, dibuat selama periode penyakit psikotik. Pada suatu saat
selama periode tersebut, Kriteria A untuk skizofrenia harus dipenuhi.
Kriteria B (disfungsi sosial), C (durasi 6 bulan), dan F (pengecualian dari gangguan spektrum
autisme atau gangguan komunikasi lain yang timbul pada masa kanak-kanak) untuk skizofrenia
tidak harus dipenuhi. Selain memenuhi Kriteria A untuk skizofrenia, terdapat episode mood
mayor (depresif berat atau manik) (Kriteria A untuk gangguan skizoafektif). Karena kehilangan
minat atau kesenangan umum terjadi pada skizofrenia, untuk memenuhi Kriteria A untuk
gangguan skizoafektif, episode depresif berat harus mencakup perasaan depresif yang meresap
(yaitu, adanya penurunan minat atau kesenangan yang mencolok tidak cukup).
Untuk memisahkan gangguan skizoafektif dari gangguan depresif atau bipolar dengan ciri
psikotik, delusi atau halusinasi harus ada setidaknya selama 2 minggu tanpa adanya episode
mood mayor (depresif atau manik) di beberapa titik selama durasi penyakit (Kriteria B untuk
gangguan skizoafektif). Gejala tidak boleh disebabkan oleh efek zat atau kondisi medis lainnya
(Kriteria D untuk gangguan skizoafektif).
Kriteria C untuk gangguan skizoafektif menetapkan bahwa gejala mood yang memenuhi kriteria
untuk episode mood mayor harus ada selama sebagian besar durasi total dari bagian aktif dan
residual penyakit. Jika gejala mood hadir hanya untuk waktu yang relatif singkat, diagnosisnya
adalah skizofrenia, bukan gangguan skizoafektif.
C. Fitur Terkait
Fungsi pekerjaan dan sosial sering terganggu, tetapi ini bukan kriteria yang menentukan
(berbeda dengan skizofrenia). Anosognosia (yaitu, wawasan yang buruk) juga umum pada
gangguan skizoafektif, tetapi defisit dalam wawasan mungkin kurang parah dan meluas
dibandingkan skizofrenia. Individu dengan gangguan skizoafektif mungkin berisiko tinggi
mengalami episode gangguan depresi mayor atau gangguan bipolar di kemudian hari jika gejala
suasana hati berlanjut setelah remisi gejala memenuhi Kriteria A untuk skizofrenia.
Gangguan skizoafektif dapat terjadi dalam berbagai pola temporal. Berikut ini adalah pola
tipikal: Seseorang mungkin mengalami halusinasi pendengaran dan delusi penganiayaan selama
2 bulan sebelum timbulnya episode depresi mayor yang menonjol. Gejala psikotik dan episode
depresi mayor penuh kemudian muncul selama 4 bulan. Kemudian, individu pulih sepenuhnya
dari episode depresi mayor, tetapi gejala psikotik bertahan selama satu bulan lagi sebelum
menghilang juga.
Periode total penyakit berlangsung sekitar 7 bulan, dengan gejala psikotik saja muncul selama 2
bulan awal, gejala depresi dan psikotik muncul selama 4 bulan berikutnya, dan gejala psikotik
saja muncul selama bulan terakhir.
F. Perbedaan diagnosa
a) Gangguan mental dan kondisi medis lainnya. Berbagai kondisi kejiwaan dan medis
dapat bermanifestasi dengan gejala psikotik dan suasana hati dan harus
dipertimbangkan dalam diagnosis banding gangguan skizoafektif. Ini termasuk
delirium; gangguan neurokognitif utama; gangguan psikotik atau gangguan
neurokognitif yang diinduksi zat/obat; gangguan bipolar, dengan ciri psikotik;
gangguan depresi mayor, dengan ciri psikotik; gangguan depresi atau bipolar,
dengan fitur katatonik; gangguan kepribadian skizotipal, skizoid, atau paranoid;
gangguan psikotik singkat; gangguan skizofreniform; skizofrenia; gangguan delusi;
dan spektrum skizofrenia spesifik dan tidak spesifik lainnya dan gangguan psikotik
lainnya
b) Gangguan psikotik karena kondisi medis lain. Kondisi medis lain dan penggunaan zat
dapat bermanifestasi dengan kombinasi gejala psikotik dan suasana hati, sehingga
gangguan psikotik akibat kondisi medis lain perlu disingkirkan.
c) Skizofrenia, bipolar, dan gangguan depresi. Membedakan gangguan skizoafektif dari
skizofrenia dan dari gangguan depresi dan bipolar dengan ciri psikotik seringkali
sulit. Kriteria C dirancang untuk memisahkan gangguan skizoafektif dari skizofrenia,
dan Kriteria B dirancang untuk membedakan gangguan skizoafektif dari gangguan
depresif atau bipolar dengan fitur psikotik. gangguan skizoafektif dapat dibedakan
dari gangguan depresi mayor atau bipolar dengan ciri psikotik berdasarkan adanya
delusi dan/atau halusinasi yang menonjol selama minimal 2 minggu tanpa adanya
episode mood mayor.
G. Komorbiditas
Banyak orang yang didiagnosis dengan gangguan skizoafektif juga didiagnosis dengan gangguan
mental lainnya, terutama gangguan penggunaan zat dan gangguan kecemasan.
SUBSTANCE/MEDICATION-INDUCED PSYCHOTIC DISORDER
A. Kriteria Diagnostik
a) Adanya salah satu atau kedua gejala berikut:
1. Delusi
2. Halusinasi
b) Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium baik
(1) dan (2):
1. Gejala dalam Kriteria A berkembang selama atau segera setelah keracunan atau
penarikan zat atau setelah terpapar atau putus obat.
2. Zat/obat yang terlibat mampu menimbulkan gejala pada Kriteria A.
c) Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan psikotik yang tidak diinduksi
oleh zat/obat. Bukti gangguan psikotik independen seperti itu dapat mencakup hal-
hal berikut: Gejala mendahului timbulnya penggunaan zat/obat; gejala bertahan
untuk jangka waktu yang cukup lama (misalnya, sekitar 1 bulan) setelah
penghentian penarikan akut atau keracunan parah; atau ada bukti lain dari
gangguan psikotik yang diinduksi zat/obat independen (misalnya, riwayat episode
terkait non-zat/obat yang berulang).
d) Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium
e) Gangguan tersebut menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
Notes: Diagnosis ini harus dibuat alih-alih diagnosis intoksikasi zat atau penarikan zat
hanya jika gejala pada Kriteria A mendominasi gambaran klinis dan jika gejala
tersebut cukup parah untuk mendapatkan perhatian klinis.
B. Prosedur Pencatatan
Nama gangguan psikotik akibat zat/obat diawali dengan zat tertentu (misalnya kokain,
deksametason) yang diduga menyebabkan delusi atau halusinasi. Saat mencatat nama
gangguan, gangguan penggunaan zat komorbiditas (jika ada) dicantumkan terlebih dahulu,
diikuti dengan kata "dengan", diikuti dengan nama gangguan psikotik yang diinduksi zat, diikuti
dengan spesifikasi onset (yaitu, onset selama intoksikasi, onset selama penarikan).
C. Fitur Diagnostik
Fitur penting dari gangguan psikotik yang diinduksi oleh zat/obat adalah delusi dan/atau
halusinasi yang menonjol (Kriteria A) yang dinilai karena efek fisiologis dari suatu zat/obat
(yaitu, penyalahgunaan obat, pengobatan, atau paparan toksin) (Kriteria B).
Gangguan psikotik yang diinduksi zat/obat muncul selama atau segera setelah terpapar atau
putus obat atau setelah intoksikasi atau putus obat zat tetapi dapat bertahan selama
berminggu-minggu, sedangkan gangguan psikotik independen dapat mendahului awitan
penggunaan zat/obat atau dapat terjadi selama masa pantang berkelanjutan.
Faktor-faktor yang menunjukkan bahwa gejala psikotik lebih baik diterangkan oleh gangguan
psikotik independen termasuk persistensi gejala psikotik untuk jangka waktu yang substansial
(yaitu, satu bulan atau lebih) setelah akhir keracunan zat atau penarikan zat akut atau setelah
penghentian penggunaan obat; atau riwayat gangguan psikotik independen berulang
sebelumnya.
D. Fitur Terkait
Gangguan psikotik dapat terjadi sehubungan dengan keracunan dengan golongan zat berikut:
alkohol; ganja; halusinogen, termasuk phencyclidine dan zat terkait; inhalan; obat penenang,
hipnotik, dan ansiolitik; stimulan (termasuk kokain); dan zat lain (atau tidak diketahui).
Gangguan psikotik dapat terjadi sehubungan dengan putus obat dari golongan zat berikut:
alkohol; obat penenang, hipnotik, dan ansiolitik; dan zat lain (atau tidak diketahui).
F. Penanda Diagnostik
Dengan zat-zat yang kadar darahnya relevan tersedia (misalnya, kadar alkohol dalam darah,
kadar darah lain yang dapat diukur seperti digoksin), adanya kadar yang konsisten dengan
toksisitas dapat meningkatkan kepastian diagnostik.
G. Perbedaan Diagnosa
a) Keracunan zat atau penarikan zat. Individu yang mabuk dengan stimulan, kanabis,
opioid meperidine, atau phencyclidine, atau mereka yang menarik diri dari alkohol
atau obat penenang, mungkin mengalami perubahan persepsi yang mereka kenali
sebagai efek obat. Halusinasi "kilas balik" yang dapat terjadi lama setelah
penggunaan halusinogen dihentikan didiagnosis sebagai gangguan persepsi
persisten halusinogen. Delusi dalam konteks gangguan neurokognitif mayor atau
ringan akan didiagnosis sebagai gangguan neurokognitif mayor atau ringan, dengan
gangguan perilaku.
b) Gangguan psikotik mandiri. Gangguan psikotik yang diinduksi zat / obat dibedakan
dari gangguan psikotik independen, seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif,
gangguan delusi, gangguan psikotik singkat, spektrum skizofrenia spesifik lainnya
dan gangguan psikotik lainnya, atau spektrum skizofrenia yang tidak ditentukan dan
gangguan psikotik lainnya, oleh fakta bahwa suatu zat dinilai secara etiologi terkait
dengan gejala.
c) Gangguan psikotik karena kondisi medis lain. Gangguan psikotik yang diinduksi
zat/obat karena pengobatan yang ditentukan untuk gangguan mental atau kondisi
medis harus dimulai saat individu tersebut menerima obat (atau selama penarikan,
jika ada sindrom putus obat yang terkait dengan pengobatan). Jika klinisi telah
memastikan bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh kondisi medis dan
penggunaan zat/obat, kedua diagnosis (yaitu, gangguan psikotik akibat kondisi
medis lain dan gangguan psikotik yang diinduksi zat/obat) dapat diberikan.
d) Spektrum skizofrenia spesifik atau tidak spesifik lainnya dan gangguan psikotik
lainnya. Gejala psikotik yang termasuk dalam diagnosis gangguan psikotik yang
diinduksi zat/obat terbatas pada delusi atau halusinasi. Individu dengan gejala
psikotik yang diinduksi zat lain (misalnya, perilaku tidak teratur atau katatonik;
ucapan tidak teratur; inkoherensi atau konten irasional) harus diklasifikasikan dalam
kategori spektrum skizofrenia spesifik atau tidak spesifik lainnya dan gangguan
psikotik lainnya.
PSYCHOTIC DISORDER DUE TO ANOTHER MEDICAL CONDITION
A. Kriteria Diagnostik
a) Halusinasi atau delusi yang menonjol.
b) Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa gangguan tersebut merupakan konsekuensi patofisiologis langsung dari
kondisi medis lain.
c) Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain
d) Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium
e) Gangguan tersebut menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
- Tentukan apakah:
Kode berdasarkan gejala dominan:
F06.2 With delusions: jika delusi adalah gejala utama
F06.0 With hallucinations: jika halusinasi adalah gejala utama
- Tentukan tingkat keparahan saat ini:
Tingkat keparahan dinilai dengan penilaian kuantitatif dari gejala utama psikosis,
termasuk delusi, halusinasi, perilaku psikomotor abnormal, dan gejala negatif.
Masing-masing gejala ini dapat dinilai tingkat keparahannya saat ini (paling parah
dalam 7 hari terakhir) pada skala 5 poin mulai dari 0 (tidak ada) hingga 4 (ada dan
parah).
B. Penentu
Selain area domain gejala yang diidentifikasi dalam kriteria diagnostik, penilaian domain gejala
kognisi, depresi, dan mania sangat penting untuk membuat perbedaan yang sangat penting
antara berbagai spektrum skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya.
C. Fitur Diagnostik
Fitur penting dari gangguan psikotik karena kondisi medis lain adalah delusi atau halusinasi
yang menonjol yang dinilai disebabkan oleh efek fisiologis dari kondisi medis lain dan tidak lebih
baik dijelaskan oleh gangguan mental lain (misalnya, gejalanya bukan gangguan psikologis).
Halusinasi dapat terjadi pada setiap modalitas sensorik (yaitu, visual, penciuman, pengecapan,
taktil, atau pendengaran), tetapi faktor etiologi tertentu cenderung menimbulkan fenomena
halusinasi tertentu.
Delusi mungkin memiliki berbagai tema, termasuk somatik, muluk, religius, dan, paling umum,
penganiayaan. Secara keseluruhan, bagaimanapun, hubungan antara delusi dan kondisi medis
tertentu tampaknya kurang spesifik dibandingkan kasus halusinasi.
Meskipun tidak ada pedoman yang pasti untuk menentukan apakah gangguan psikotik secara
etiologis disebabkan oleh kondisi medis lain, tiga pertimbangan dapat memberikan beberapa
petunjuk: kemungkinan biologis, temporalitas, dan tipikal.
Akhirnya, penyebab gejala psikotik selain efek fisiologis dari suatu kondisi medis perlu
dipertimbangkan dan disingkirkan (misalnya, gangguan psikotik yang diinduksi zat/obat, gejala
psikotik yang terjadi sebagai efek samping dari pengobatan kondisi medis). Diagnosis gangguan
psikotik akibat kondisi medis lain bergantung pada kondisi klinis masing-masing individu, dan
tes diagnostik akan bervariasi sesuai dengan kondisi tersebut. Berbagai macam kondisi medis
dapat menyebabkan gejala psikotik.
Ekspresi gangguan psikotik akibat kondisi medis lain tidak berbeda secara substansial dalam
fenomenologi tergantung pada usia saat kejadian. Sifat dari kondisi medis yang mendasari
cenderung berubah sepanjang umur, dengan kelompok usia yang lebih muda lebih banyak
terkena penyakit epilepsi, trauma kepala, autoimun, dan neoplastik dari awal hingga paruh
baya, dan kelompok usia yang lebih tua lebih dipengaruhi oleh penyakit neurodegeneratif
(misalnya, Alzheimer's), penyakit stroke, kejadian anoksik, dan berbagai komorbiditas sistem.
F. Diagnosis Banding
a) Delirium dan gangguan neurokognitif mayor atau ringan. Halusinasi dan delusi
umumnya terjadi dalam konteks delirium. Diagnosis gangguan psikotik akibat
kondisi medis lain dapat diberikan selain diagnosis gangguan neurokognitif
mayor atau ringan jika delusi atau halusinasi dinilai sebagai konsekuensi fisiologis
dari proses patologis yang menyebabkan gangguan neurokognitif tersebut.
b) Gangguan psikotik yang diinduksi zat / obat. Jika ada bukti penggunaan zat baru-
baru ini atau berkepanjangan (termasuk obat dengan efek psikoaktif), penarikan
dari zat atau obat yang dapat menyebabkan gejala psikotik pada penarikan, atau
paparan toksin (misalnya, intoksikasi LSD [lysergic acid dietilamid], penarikan
alkohol ), gangguan psikotik yang diinduksi zat / obat harus dipertimbangkan.
Gejala yang terjadi selama atau segera setelah (yaitu, dalam waktu 4 minggu)
dari keracunan atau penarikan zat atau setelah penggunaan obat dapat menjadi
indikasi khusus dari gangguan psikotik yang diinduksi oleh zat, tergantung pada
karakter, durasi, atau jumlah zat yang digunakan. Jika klinisi telah memastikan
bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh kondisi medis dan penggunaan zat,
kedua diagnosis (yaitu, gangguan psikotik karena kondisi medis lain dan
gangguan psikotik yang diinduksi oleh zat/obat) dapat diberikan.
c) Gangguan psikotik. Gangguan psikotik akibat kondisi medis lain harus dibedakan
dengan gangguan psikotik yang bukan karena kondisi medis lain (misalnya
skizofrenia, gangguan delusi, gangguan skizoafektif) atau gangguan depresif
berat atau bipolar, dengan ciri psikotik. Halusinasi pendengaran yang melibatkan
suara yang mengucapkan kalimat kompleks lebih merupakan karakteristik
skizofrenia daripada gangguan psikotik karena kondisi medis. Halusinasi visual
tidak jarang terjadi pada skizofrenia atau gangguan bipolar, dan halusinasi
penciuman (misalnya, bau tidak sedap) juga konsisten dengan diagnosis
skizofrenia. Dengan demikian, dokter tidak boleh memberikan bobot yang tidak
semestinya pada satu halusinasi tertentu saja ketika memutuskan antara
penyebab psikiatri dan medis untuk psikopatologi.
CATATONIA
Katatonia dapat terjadi dalam konteks beberapa gangguan, termasuk gangguan perkembangan
saraf, psikotik, bipolar, dan depresi, dan kondisi medis lainnya (misalnya, defisiensi folat
serebral, gangguan autoimun dan paraneoplastik yang langka).
Gambaran penting dari katatonia adalah gangguan psikomotor yang ditandai yang mungkin
melibatkan penurunan aktivitas motorik, penurunan keterlibatan selama wawancara atau
pemeriksaan fisik, atau aktivitas motorik yang berlebihan dan aneh.
B. Fitur Diagnostik
Katatonia dapat didiagnosis dengan adanya setidaknya 3 dari 12 gambaran klinis dalam Kriteria
A. Harus ada bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa
katatonia disebabkan oleh kondisi medis lain (Kriteria B). Diagnosis tidak diberikan jika
katatonia lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain (misalnya episode manik) (Kriteria C)
atau jika terjadi secara eksklusif selama perjalanan delirium (Kriteria D).
C. Fitur Terkait
Berbagai kondisi medis dapat menyebabkan katatonia, terutama kondisi neurologis (misalnya,
neoplasma, trauma kepala, penyakit serebrovaskular, ensefalitis) dan kondisi metabolik
(misalnya, hiperkalsemia, ensefalopati hepatik, homocystinuria, ketoasidosis diabetik).
D. Diagnosis Banding
Diagnosis terpisah dari gangguan katatonik karena kondisi medis lain tidak diberikan jika
catatonia terjadi secara eksklusif selama delirium atau sindrom ganas neuroleptik. Gejala
katatonik dapat muncul pada salah satu dari lima gangguan psikotik berikut: gangguan psikotik
singkat, gangguan skizofreniform, skizofrenia, gangguan skizoafektif, dan gangguan psikotik
yang diinduksi zat/obat. Ini juga dapat terjadi pada beberapa gangguan perkembangan saraf,
pada semua gangguan bipolar dan depresi, dan pada gangguan mental lainnya.
Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala khas dari spektrum skizofrenia dan
gangguan psikotik lainnya yang menyebabkan penderitaan yang signifikan secara klinis atau
gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya mendominasi tetapi tidak
memenuhi kriteria lengkap untuk salah satu gangguan di spektrum skizofrenia dan kelas
diagnostik gangguan psikotik lainnya.
Contoh presentasi yang dapat ditentukan menggunakan sebutan "ditentukan lain" termasuk
yang berikut:
Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala khas dari spektrum skizofrenia dan
gangguan psikotik lainnya yang menyebabkan penderitaan yang signifikan secara klinis atau
gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya mendominasi tetapi tidak
memenuhi kriteria lengkap untuk salah satu gangguan di spektrum skizofrenia dan kelas
diagnostik gangguan psikotik lainnya.