Anda di halaman 1dari 5

POLICY BRIEF

BSKLN: 26 Oktober 2022

BANTUAN MILITER ASING PADA KONFLIK RUSIA - UKRAINA

Perkembangan

1. Memasuki bulan kedelapan konflik Rusia – Ukraina, belum terlihat indikasi de-eskalasi
ketegangan antara kedua pihak. Pertempuran dan kontak senjata masih terus terjadi secara
intensif di berbagai wilayah, bahkan berkembang wacana kemungkinan penggunaan senjata
nuklir oleh Rusia. Wacana tersebut muncul dengan kondisi pasukan Rusia yang terus
mengalami sejumlah kemunduran penguasaan wilayah perang dan kekalahan pada berbagai
pertempuran melawan pasukan Ukraina.

Penguasaan Wilayah oleh Rusia – Ukraina per Oktober 2022

(Sumber: https://edition.cnn.com/)

2. Selain itu, sejumlah media melaporkan serangan pesawat nirawak (drone) oleh Rusia
terhadap sejumlah bangunan fasilitas sipil di Kiev, Ukraina (17/10), yang mana drone tersebut
diduga kuat sebagai buatan Iran. Pihak Ukraina mengklaim bahwa selama berlangsungnya
konflik, telah menembak jatuh lebih dari 220 unit drone sebagaimana digunakan pada
serangan di Kiev. Drone tersebut teridentifikasi oleh Ukraina sebagai Shahed-136 buatan Iran,
yang dilengkapi senjata untuk melakukan serangan kamikaze terhadap fasilitas sipil Ukraina.
Klaim tersebut didukung oleh Uni Eropa yang menyatakan memiliki temuan yang sama,
mengkonfirmasi pasokan drone tersebut oleh Iran kepada Rusia.

3. Menanggapi temuan tersebut, wakil AS, Inggris, Prancis pada Dewan Keamanan PBB, segera
mengusulkan pertemuan tertutup, atas dugaan pelanggaran Resolusi Dewan Kemanan PBB
(UNSCR) No. 2231 Tahun 2015 tentang pelarangan transfer teknologi militer dari dan kepada
Iran. Berikutnya, Inggris, Prancis dan Jerman menandatangani (21/10) pernyataan seruan
pembentukan tim PBB untuk memeriksa tuduhan pelanggaran resolusi DK PBB terkait
penggunaan drone buatan Iran oleh Rusia untuk melakukan serangan terhadap Ukraina.
Catatan Pengamatan

4. Sepanjang pelaksanaan operasi militer Rusia di Ukraina, kedua pihak yang berperang telah
menerima bantuan militer dari pendukung masing-masing. Negara-negara anggota NATO
tercatat sebagai kelompok pemberi bantuan militer terbesar yang kepada Ukraina dalam
konflik ini. Hubungan pertahanan dan keamanan antara NATO dan Ukraina telah terjalin sejak
pemisahan Ukraina dari Rusia pada tahun 1991 dan terus meningkat saat aneksasi wilayah
Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.

5. Dalam konflik yang dimulai sejak 24 Februari 2022, bantuan militer yang disampaikan secara
bilateral kepada Ukraina telah meningkat, dengan sejumlah negara untuk pertama kalinya
memberikan perangkat persenjataan mematikan (lethal weapons). Hal ini merupakan
perubahan kebijakan pertahanan yang signifikan bagi Jerman dan negara dengan sejarah
militer yang netral seperti Swedia, dimana sebelumnya tidak menyertakan persenjataan
ofensif dalam pemberian bantuan militer kepada pihak asing.

6. AS telah menjadi pemberi bantuan militer terbesar kepada Ukraina, terutama sejak Rusia
meluncurkan operasi militer khusus di wilayah Ukraina pada 24 Februari 2022. AS mengakui
kepentingan strategis Ukraina di wilayah Eropa sebagai pintu menghadapi Rusia, sehingga
AS akan terus mengupayakan modernisasi kekuatan militer Ukraina baik secara bilateral
maupun melalui NATO, guna mempertahankan integritas wilayah terhadap Rusia.

7. Sejak aneksasi Rusia terhadap Crimea di 2014, Amerika Serikat telah memberikan bantuan
militer senilai lebih dari 20,3 milyar Dollar AS. Dari jumlah tersebut, pemerintahan Presiden
Biden telah menyampaikan 17,6 milyar Dollar AS melalui berbagai mekanisme, sejak
dimulainya perang pada Februari 2022. Khusus melalui kewenangan kantor presiden
(Presidential Drawdown Authority—PDA), AS telah 23 kali melakukan pencairan bantuan
militer kepada Ukraina, dengan total nilai 10,6 milyar Dollar AS.
Bantuan Militer AS terhadap Ukraina
melalui mekanisme PDA oleh Presiden Biden
(dalam milyar Dollar AS)

(Sumber: https://crsreports.congress.gov/)
8. Inggris telah menyampaikan komitmen bantuan militer senilai 2,3 milyar pounds (2,6 milyar
Dollar AS) untuk disalurkan sepanjang tahun 2022, menjanjikan komitmen dengan nilai yang
sama untuk diberikan sepanjang tahun 2023. Dengan dukungan sejumlah negara lain, Inggris
juga menyediakan program pelatihan militer bagi 10 ribu personel Ukraina dalam waktu 120
hari sepanjang tahun 2022.

9. Hingga Oktober 2022, Uni Eropa juga telah memberikan komitmen bantuan militer senilai 2,5
milyar Euro melalui skema European Peace Facility (EPF) yang telah disepakati dan mulai
operasional sejak 1 Juli 2021, termasuk pertama kalinya diberikan kepada negara pihak ketiga
(Non-UE) dalam bentuk perangkat senjata mematikan (lethal weapon).

Komitmen dan realisasi bantuan militer asing kepada Ukraina (Februari – Oktober 2022)

Catatan: Dalam milyar Euro

(Sumber: Kiel Institute for World Economy, 2022; https://www.ifw-kiel.de/)


10. Menyesuaikan dengan kebutuhan pertempuran di lapangan, sebagian besar bantuan militer
kepada Ukraina diberikan dalam bentuk sistem artileri dan persenjataan jarak jauh (tank,
howitzer, peluncur roket), untuk mendukung pertahanan menghadapi pasukan Rusia. Berikut
daftar bantuan persenjataan berat (heavy weapons) yang diberikan negara-negara anggota
NATO dan Uni Eropa kepada Ukraina, dibandingkan dengan kepemilikan persediaan masing-
masing negara.

(Sumber: Ukraine Data Tracker, 2022; https://www.ifw-kiel.de/)

11. Sejauh ini, belum ada negara anggota NATO atau UE yang mengirimkan bantuan pasukan /
personel tempur (ground troops) dan pelarangan terbang (no fly zone) di wilayah Ukraina,
sebagaimana permohonan pihak Ukraina. Kebijakan tersebut memandang bahwa Ukraina
bukanlah negara anggota NATO, sehingga tidak dapat menerapkan pasal 5 Piagam NATO
bahwa serangan kepada salah satu negara anggota adalah serangan terhadap negara
anggota lainnya.

Rekomendasi Strategi – Kebijakan

12. Pengiriman ground troops dan penerapan no fly zone di wilayah Ukraina oleh NATO diyakini
justru akan kontra-produktif terhadap strategi de-eskalasi perang dan akan membuka konflik
langsung antara pasukan negara anggota NATO dan pasukan Rusia. Selain itu, eskalasi
perang dikhawatirkan akan mempersempit pilihan militer Rusia dan mendorong Presiden Putin
untuk menggunakan opsi senjata nuklir.

13. Sebagaimana disampaikan dalam berbagai kesempatan, Indonesia secara tepat telah
menentukan posisi yang berpihak terhadap: pengembalian perdamaian melalui penghentian
perang demi kemanusiaan dan inisiasi negosiasi dengan semangat multilateralisme;
penghormatan terhadap integrasi wilayah dan pengembalian aktivitas supply chain di Rusia
dan Ukraina demi stabilitas ekonomi internasional.

14. Kiranya Indonesia dapat terus mempertahankan posisi tersebut dalam setiap engagement
dengan pihak-pihak yang terkait langsung dengan konflik Rusia-Ukraina, tanpa terjebak dalam
keberpihakan pada kepentingan politik-pertahanan yang makin menguat.
---end---

Anda mungkin juga menyukai