Anda di halaman 1dari 33

DEMENSIA - Alzheimer

KEPANITERAAN KLINIK GERIATRI SASANA TRESNA WERDHA


KARYA BHAKTI YAYASAN KARYA BHAKTI RIA PEMBANGUNAN CIBUBUR
PERIODE 12 Juli – 7 Agustus 2021

Pembimbing:
Dr. dr. Noer Saelan Tadjudin, Sp.KJ

Disusun oleh : 11. Jeffry Luwito (406201017)


1. Wilson Kristianus (406191001) 12. Vonny Veronica Djap (406201018)
2. Shynta Amelia (406191024) 13. Giovanno Sebastian Yogie (406201022)
3. Cliffian Hosanna (406191026) 14. Calvin Linardi (406201023)
4. Stephan Imanuel (406191029) 15. Caterina Primega (406201026)
5. Graciela Aprilia Djohan (406192036) 16. Heri Dharmanto (406201028)
6. Yuli Nursela (406192048) 17. Jacquelien (406201046)
7. Niken Rivie Kenyia (406192090) 18. Novia Fitria Anwar (406201065)
8. Caroline Monika Susanto (406192091) 19. Gita Prinita (406201078)
9. Luvina Syakina (406201010)
10. Hartati (406201014)
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak
yang biasanya bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan
fungsi luhur kortikal yang multipel (multiple higher cortical junction),
termasuk didalamnya : daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap
(comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, daya
nilai (judgement).

Umumnya disertai, dan ada kalanya diawali, dengan kemerosotan


(deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau
motivasi hidup.

Buku saku: Diagnosis Gangguan Jiwa.


Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III
Available from: https://alzi.or.id/statistik-tentang-demensia/
1.Demensia Pada Penyakit
Alzheimer demensia
badan LewY
penyakit demensia
Huntington. vaskular
1.Demensia Vaskuler

1.Demensia Pada Penyakit Penyakit demensia


Lain Alzheimer frontotemporall

DEMENSIA
Demensia yang
paling sering penyakit cedera otak
ditemukan (50- Parkinson traumatik

60%)
penyakit prion HIV
DEMENSIA PENY. ALZHEIMER
• Tersering
• Etiologi tidak diketahui
• Onset bertahap dan progresif

Gejala Klinik Penyakit ini dimulai disertai dengan


dengan hilangnya ingatan penurunan fungsi kognitif
Defisit daya ingat, bahasa, dan visuospasial jangka pendek yang pada bidang bahasa,
terjadi secara perlahan kemampuan visuospasial,
Perubahan kepribadian tanpa diketahui, dan aktivitas motorik.

disorientasi
Makroskopik: ditemukan pada otak seseorang dengan
demensia alzheimer adalah atrofi difus dengan
pendataran sulkus kortikal dan pembesaran ventrikel
serebral

Mikroskopik: gambaran klasik dan patognomonik


adalah bercak-bercak senilis, kekusutan neurofibriler,
hilangnya neuronal dan degenerasi granulovaskular
pada neuron
PPDGJ III
PEDOMAN Demensia F00 Demensia pada Penyakit Alzheimer
DIAGNOSTIK
• Adanya penurunan kemampuan • Terdapatnya gejala Demensia
daya ingat dan daya pikir sampai • Onset bertahap dengan deteriorasi lambat. Onset waktunya
mengganggu kegiatan sehari-hari, sulit ditentukan karena orang lain tiba-tiba baru menyadari
seperti: mandi, berpakaian, makan, adanya kelainan tsb. Dalam perjalanan penyakitnya dapat
kebersihan diri, BAB dan BAK. terjadi taraf yg stabil (plateau) secara nyata
• Tidak ada gangguan kesadaran • Tidak ada bukti klinis/temuan dari pemeriksaan khusus yang
• Gejala dan disabilitas sudah nyata menyatakan kondisi mental tsb dapat disebabkan oleh penyakit
paling sedikit 6 bulan otak atau sistemik lain yg dapat sebabin demensia (mis
hipotiroidisme, hiperkalsemia, defisiensi vit B12, defisiensi
niasin, neurosifilis, hidrosefalus bertekanan normal, atau
Subdural hematom)
• Tidak ada serangan apoplektik mendadak atau gejala
neurologik kerusakan otak fokal seperti hemiparesis, hilangya
daya sensorik, defek lapangan pandang mata, dan inkoordinasi
yg terjadi dalam masa dini dari gangguan itu (walaupun
fenomena ini di kemudian hari dapat bertumpang tindih)

Buku saku: Diagnosis Gangguan Jiwa.


Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5.
Hal 22-23
F00.0 Demensia pada Penyakit F00.1 Demensia pada Penyakit F00.2 Demensia pada Penyakit
Alzheimer Onset Dini Alzheimer Onset Lambat Alzheimer, Tipe Tak Khas atau Tipe
Campuran (atypical or mixed type)
• Demensia yg onsetnya sebelum Sama seperti yg dikatakan di Yang tidak cocok dengan pedoman
usia 65 tahun samping, hanya onsetnya sesudah untuk F00.0 atau F00.1, Tipe
• Perkembangan gejala cepat dan usia 65 tahun dan perjalanan campuran adalah dementia
progresif (deteriorasi) penyakit yg lamban dan biasanya Alzheimer + vaskuler
• Adanya riwayat keluarga yg dengan gangguan daya ingat
berpenyakit Alzheimer sebagai gambaran utamanya.
merupakan faktor yg
menyokong diagnosis tetapi
tidak harus dipenuhi.

Buku saku: Diagnosis Gangguan Jiwa.


F00.9 Demensia pada Penyakit Alzheimer YTT (unspecified) Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5.
Hal 22-23
DD/ Demensia DD/ Demensia pada Penyakit Alzheimer

• Gangguan depresif (F30-F39) • Gg. Depresif (F30-F39)


• Delirium (F05), F05.1, Delirium, • Delirium (F05)
bertumpang tindih dengan Dementia • Sindrom Amnestik Organik (F04)
• Retardasi Mental Ringan & Sedang (F70- • Demensia primer penyakit lain YDK (F02.-)
F71) • Demensia sekunder penyakit lain YDK
(F02.8)
• Retardasi Mental (F70-F72)
• Demensia Alzheimer + Vaskuler (F00.2)
DSM V
Anamnesis

Pemeriksaan Pemeriksaan
EEG neuropsikologis

DIAGNOSIS
Penilaian
Fungsional
gangguan
imaging
fungsional

Pemeriksaan
Neuroimaging
laboratorium
ANAMNESIS PEM. NEUROPSIKOLOGIS
Meliputi evaluasi memori, bahasa, kalkulasi, praksis, visuospasial
dan visuoperseptual. Mini Mental State Examination (MMSE) dan
Clock Drawing Test (CDT) adalah pemeriksaan penapisan yang
berguna untuk mengetahui adanya disfungsi kognisi, menilai
Meliputi onset gejala, efektivitas pengobatan, dan untuk menentukan progresivitas
perjalan penyakit, riwayat penyakit.
medis dan keluarga dari
individu ( riw psikiatri dan
riw perubahan kognitif
dan perilaku) Selain itu pula dilakukan pemeriksaan aktivitas harian dengan
pemeriksaan Activity of Daily Living (ADL) dan Instrumental
Activity of Daily Living (IADL). Hasil pemeriksaan tersebut
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, social dan budaya.
CDT
• Clock Drawing Test adalah tes sederhana yang dapat digunakan sebagai alat skrining bagi penyakit
demensia Keunggulan tes clock drawing test adalah tes tersebut dapat mengukur kemampuan
eksekusi (pelaksana) seseorang yang biasanya terabaikan oleh tes kognitif lainnya yang rutin
digunakan antara lain MMSE.
Penderita yang mengerjakan tes ini diminta untuk:
• 1. Menggambar jam dalam bentuk lingkaran
• 2. Menuliskan angka-angka pada jam tersebut
• 3. Menggambar jarum jam yang menunjukkan waktu pukul 11 lewat 10 menit
Penilaian ( normal 4-6 poin)
1 poin untuk lingkaran jam, 1 poin untuk semua angka yang urut, 1 poin untuk semua angka yang
ditempatkan pada posisi yang sesuai, 1 poin untuk penggambaran kedua jarum jam yang benar, 1 poin
untuk kedua jarum jam yang menggambarkan kira-kira waktu yang sesuai, 1 poin untuk kedua jarum jam
menunjukkan waktu yang tepat
Shua-Haim J, Koppuzha G, Gross J. A simple scoring system
for clock drawing in patients with Alzheimer's disease. J
Am Geriatr Soc. 1996 Mar;44(3):335.
Interpretasi MMSE didasarkan pada skor yang
diperoleh pada saat pemeriksan :
1. Skor 27-30 : fungsi kognitif normal
2. Skor 21-26 : gangguan fungsi kognitif ringan
3. Skor 10-20 : gangguan fungsikognitif sedang
4. Skor <10 : gangguan fungsi kognitif berat
NILAI TOTAL:
Nilai maksimal sebesar 30
Nilai total akhir 26 atau lebih dianggap normal
Berikan tambahan 1 nilai untuk individu yang mempunyai pendidikan
formal selama 12 tahun atau kurang (tamat Sekolah Dasar-tamat
Sekolah Menengah Atas), jika total nilai kurang dari 30.
Penilaian gangguan fungsional

ADL IADL
ADL Barthel Indeks adalah suatu
instrument pengkajian yang
berfungsi mengukur kemandirian IADL adalah instrument yang tepat
fungsional dalam hal perawatan diri untuk menilai kemampuan hidup
dan mandiri seseorang pada saat ini
mobilitas serta dapat juga digunakan ,dimana kemampuan yang dinilai lebih
sebagai kriteria dalam menilai kompleks dibanding kegiatan sehari-
kemampuan fungsional bagi pasien- hari.
pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan.
ADL

20 : Mandiri
19-12 : ketergantungan ringan
11-9 : ketergantungan sedang
8-5 : ketergantungan berat
4-0 : ketergantungan total
IADL
Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan komorbiditas harus dilakukan mengingat komorbiditas sering


didapatkan pada lanjut usia. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan kognisi namun
dapat membaik bila diobati, contohnya hipertiroidisme dan defisiensi vitamin B12.

Tes dasar yang harus dilakukan saat pemeriksaan awal meliputi

• Tes hematologi rutin (Hb, Hematokrit, Leukosit, Trombosit,


• Hitung jenis, LED)
• Tes biokimia (elektrolit, glukosa, fungsi renal dan hepar)
• Tes fungsi tiroid
• Kadar serum vitamin B 12 dan folat
Neuroimaging

CT scan & MRI:


• 1. Pembesaran ventrikel 3 dan lateral
sekitar 2x dari ukuran normal dan
sulcus cerebri biasanya melebar.
• 2. MRI coronal: pada lobus temporal
medial menunjukan disporposi atrofi
dari hipokampus dan pembesaran
temporal horn dari ventrikel lateral ,
• 3. MRI dan CT dapat mengeksklusi
penyebab dari demensia seperti
tumor otak, SDH, infark cerebri, dan
hidrosefalus. Adam & Victor’s, Principle of Neurology. 10 Ed. 2014
EEG
• Menunjukan perlambatan difus yang ringan pada akhir perjalanan penyakit, dapat
mengeksklusi penyebab lain dari penurunan status mental missal pada aktivitas listrik dan
perubahan tipikal pada ensefalopati metabolik

CSF
• Pada CSF cenderung normal namun bisa didapatkan sedikit peningkatan total protein.

PET scan
• Menunjukan penurunan aktivitas pada lobus temporal medial dan region asosiasi parietal.
Terdapat agen ligand PET terbaru yang berikatan dengan amyloid “Pittsburg compound” dan
tau-ligand yang lebih sensitive untuk melihat perjalanan penyakit Alzeimer dan bisa
mendeteksi perubahan otak sebelum terjadinya atrofi.
• Namun dengan menggunakan kumpulan data klinis, pencitraan otak di konteks usia pasien
dan perjalanan waktu penyakit, diagnosis demensia tipe Alzheimer adalah dibuat dengan
benar pada 85- 90% kasus.

Adam & Victor’s, Principle of Neurology. 10 Ed. 2014


Golongan donepezil
INTERVENSI FAMAKOLOGI
( untuk kondisi ringan – sedang )
• Terapi farmakologi harus sejalan dengan
intervensi psikososial untuk memperbaiki
kognisi, fungsi dan perilaku. Hanya Golongan rivastigmine
spesialis yang menangani demensia (untuk kondisi ringan – sedang )
(neurolog, psikiater, geriatrik) yang boleh
memulai terapi.
• Setelah terapi dimulai, pasien harus dinilai Memantine
secara berkala setiap 6 bulan.
(untuk kondisi sedang – berat )
Pemeriksaan kognisi, fungsi secara global
dan perilaku harus dilakukan berkala.
Penilaian keluarga terhadap kondisi pasien
Galantamine
baik saat sebelum mulai terapi dan saat
follow up harus diperhatikan. (untuk kondisi sedang – berat )
Jenis demensia vaskuler
• Terjadi cepat setelah serangkaian stroke akibat trombosis/emboli
a.Demensia Vaskuler Onset atau perdarahan, jarang oleh st infark besar
Akut

• Onset > lambat


Demensia Multi-Infark • Setelah serangan iskemi minor  akumulasi infark parenkim otak

• Fokus pd substansia alba hemisfer (CT-Scan)


Demensia Vaskuler • Korteks serebral biasanya tetap baik
Subcortikal • Klinis mirip Demensia Peny. Alzhaimer

• Dpt diduga dari gamb. klinis/otopsi


Demensia Vaskuler Campuran
Kortikal & Subkortikal
DEMENSIA PADA PENY. LAIN
•Demensia pada Peny. Pick
•Demensia pada Peny. Creutzfeldt-Jacob
•Demensia pada Peny. Huntington
•Demensia pada Peny. Parkinson
•Demensia pada Peny. HIV
PENATALAKSANAAN

• dukungan emosional, diet , latihan fisik yang


Suportif : sesuai, aktifitas.

• Benzodiazepin siberikan untuk ansietas dan


Medikamentosa : insomnia, anti depresan untuk depresi, serta
antipsikotik untuk gejala waham dan halusinasi.

• Tacrine(tetrahydroaminoacridinea) 
FDA: pengobatan Alzheimer

Anda mungkin juga menyukai