Anda di halaman 1dari 17

UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

Dosen Pembimbing:

H. ZAINAL ABIDIN, S.Ag,MM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas mata kuliah

Manajemen Pendidikan Fin

Disusun Oleh : Kelompok III (Tiga)

ANTONI PANDIRIAN SIHOMBING ( 2101020017)

ELVI NURHUDA NINGSIH (2101020026)

WENNY AJENG ASTARI (2101020057)

SEMESTER/PRODI : III (TIGA)/ PAI-B REGULER

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM

ASAHAN – KISARAN

TA 2022/20
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt, shalawat dan salam
juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. Serta sahabat dan
keluarganya.Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah” Manajemen Pendidikan
Fin” pada program studi pendidikan agama islam dengan judul “Unsur-Unsur Pendidikan.”
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir dari penulisan makalah ini, semoga dapat menambah pengetahuan dan
memberi manfaat serta dapat memenuhi harapan berbagai pihak.

Kisaran, 25 Oktober 2022

Penulis

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar belakang penulisan .......................................................................... `` 1

B. Rumusan penulisan ..................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2

A. Dampak terhadap penyuluhan ..................................................................... 2

B. Metode dan alat digunakan dalam proses pembelajaran ............................. 5

C. Perkembangan media pembelajaran ............................................................ 6

D. Ciri ciri media pembelajaran ....................................................................... 7

E. Dampak positif dari media pembelajaran .................................................... 8

F. Kegunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar .................. 9

G. Tempat bimbingan atau lingkungan pendidikan dalam pembelajaran ........ 9

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 13

A. Kesimpulan ................................................................................................ 13

B. Saran ............................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta


didikuntuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi
kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia seutuhnya.
Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat sasaran, jika
pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya serta
mengetahui pengertian dan unsur-unsur pendidikan. Sebagai seorang calon pendidik
kita pun harus melaksanakan tugas sebaik mungkin karena pendidikan merupakan
modal utama bangsa untuk menyonsong masa depan dan generasimuda sekarang yang
akan menjadi motor pengeraknya.

B. Rumusan Penulisan
1. Apa saja dampak yang terjadi terhadap penyuluhan bahan ajar?
2. Apa saja macam-macam metode dan alat dalam pendidikan?
3. Bagaimana kondisi tempat dan llingkungan dalam proses pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui dampak yang terjadi terhadap penyuluhan bahan ajar
2. Untuk Mengetahui macam-macam metode dan alat dalam pendidikan
3. Untuk Mengetahui. kondisi tempat dan llingkungan dalam proses pembelajaran

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dampak Terhadap Penyuluhan

Terkait dengan hal tersebut, dalam perjalanannya, kegiatan penyuluhan diartikan


dengan berbagai pemahaman, seperti:

a. Penyuluhan Sebagai Proses PenyebarLuasan Informasi

Penyuluh perlu lebih memperhatikan informasi dari dalam baik yang berupa
kearifan tradisional maupun endegenuous technology. Hal ini penting, karena
informasi yang berasal dari dalam di samping telah teruji oleh waktu, seringkali
juga lebih sesuai dengan kondisi setempat, baik ditinjau dari kondisi fisik, teknis,
ekonomis, sosial atau budaya, maupun kesesuaiannya dengan kebutuh-an
pengembangan komunitas setempat. Pentingnya informasi yang menyangkut hak-
hak politik masyarakat, di samping inovasi teknologi, kebijakan, manajemen, dll.
Hal ini penting, karena yang untuk pelaksanaan kegiatan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat seringkali sangat tergantung kepada kemauan dan
keputusan politik.

b. Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan/Pemberian Penjelasan

Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, sekaligus sebagai
terjemahan dari kata “voorlichting” dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan
atau memberikan terang bagi yang dalam ke-gelapan. Sehingga, penyuluhan juga
sering diartikan sebagai kegiatan penerangan. Sebagai proses penerangan,
kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga
menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada
kelompok-sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan (beneficiaries),
sehingga mereka benar-benar memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh
penyuluh atau juru-penerangnya. Terkait dengan istilah penerangan, ppenyuluhan
yang dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersifat searah melainkan harus
diupayakan berlangsungnya komunikasi timbal-balik.

2
c. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku

Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekadar


diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah(one way) dan pasif.
Tetapi, penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara
penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan perilaku(behaviour)
yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang
yang dapat diamati oleh orang atau pihak lain, baik secara langsung berupa
ucapan, tindakan, bahasa tubuh, dll maupun tidak langsung melalui kinerja dan
atau hasil kerjanya. Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada
penyebar luasan informasi atau inovasi, dan memberikan penerangan, tetapi
merupakan proses yang dilakukan secara terus- menerus, sekuat tenaga dan
pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku
yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi
klien penyuluhan.

d. Penyuluhan Sebagai Proses Belajar

Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa,


kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat
merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses
pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku yang terjadi atau
dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses belajar. Hal ini
penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat dilakukan melalui
beragam cara, seperti pembujukan, pemberian insentif atau hadiah, atau bahkan
melalui kegiatan-kegiatan pemaksaan baik melalui penciptaan kondisi lingkungan
fisik maupun sosial konomi, maupun pemaksaan melalui aturan dan ancaman-
ancaman. Berbeda dengan perubahan perilaku yang dilakukan bukan melaul i
pendidikan, perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih
lambat, tetapi perubahannya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru akan
meluntur kembali, manakala ada pengganti atau sesuatu yang dapat
menggantikannya, yang memiliki keunggulankeunggulan baru yang diyakininya
memiliki manfaat lebih, baik secara ekonomi maupun berhenti pada pemberian
penerangan atau penjelasan kepada peternak, tetapi harus dilakukan terus-menerus

3
sampai peternak tersebut mau menggunakan, bahkan secara mandiri mau
berswadaya untuk membeli pakan tersebut. Implikasi dari pengertian perubahan
perilaku ini adalah: harus diingat bahwa, perubahan perilaku yang diharapkan
tidak hanya terbatas pada masyarakat atau klien yang menjadi sasaran utama
penyuluhan,

e. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial

Sejalan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses perubahan


sosial yang dikemukakan di atas, penyuluhan juga sering disebut sebagai proses
rekayasa sosial (social engineering) atau segala upaya yang dilakukan untuk
menyiapkan sumberdaya manusia agar mereka tahu, mau dan mampu
melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam sistem
sosialnya masing-masing. Karena kegiatan rekayasa-sosial dilakukan oleh pihak
luar, maka relayasa sosial bertujuan untuk terwujudnya proses perubahan sosial
demi terciptanya kondisi sosial yang diinginkan oleh pihakluar (perekayasa).
Pemahaman seperti itu tidak salah, tetapi tidak dapat sepenuhnya dapat diterima.
Sebab, rekayasa-sosial yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki
kehidupan dan kesejahteraan kelompok sasarannya, sering kali dapat berakibat
negatif, manakala hanya mengacu kepada kepentingan perekayasa, sementara
masyarakat dijadikan korban pemenuhan kehendak perekayasa.

f. Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social Marketing)

Yang dimaksud dengan “pemasaran sosial” adalah penerapan konsep atau


teori-teori pemasaran dalam proses perubahan sosial. Berbeda dengan rekayasa
sosial yang lebih berkonotasi untuk membentuk (to do to) atau menjadikan
masyarakat menjadi sesuatu yang baru sesuai yang dikehendaki oleh perekayasa,
proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk menawarkan (to do for) sesuatu
kepada masyarakat. Jika dalam rekayasa sosial proses pengambilan keputusan
sepenuhnya berada di tangan perekayasa, pengambilan keputusandalam
pemasaran sosial sepenuhnya berada di tangan masyarakat itu sendiri. Termasuk
dalam pengertian menawarkan di sini adalah penggunaan konsep-konsep
pemasaran dalam upaya menumbuhkan, menggerakkan,

4
dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan yang
ditawarkan dan akan dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat yang bersangkutan.

g. Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan Kapasitas (Capacity Strenghtening)

Hidayat, M. T. Faiziyah, N. & Listiawati, Workshop Penyusunan Program


Unggulan OSN di MI Muhammadiyah Tegalampel, Klaten. PPM Universitas
Mathla`ul Anwar, 4 No. 1, 1-10. Yang dimaksud dengan penguatan kapasitas di
sini, adalah penguatan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu (dalam
masyarakat), kelembagaan, maupun hubungan atau jejaring antar individu, kelom-
pok organisasi sosial, serta pihak lain di luar sistem masyarakatnya sampai di aras
global. Kemampuan atau kapasitas masyarakat, diartikan sebagai daya atau
kekuatan yang dimiliki oleh setiap indiividu dan masyarakatnya untuk
memobilisasi dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara lebih berhasil
guna (efektif) dan berdayaguna (efisien) secara berkelanjutan. Dalam hubungan
ini, kekuatan atau daya yang dimiliki setiap individu dan masyarakat bukan dalam
arti pasif tetapi bersifat aktif yaitu terus menerus dikembangkan atau dikuatkan
untuk memproduksi atau menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat.

h. Penyuluhan Sebagai Proses Komunikasi Pembangunan

Sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekadar upaya


untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari
itu adalah, untuk menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan. Di dalam pengertian menumbuh kembangkan, terkandung upaya-
upaya untuk menyadarkan masyarakat agar mau berpartisipasi secara sukarela,
bukan karena paksaan atau ancamanancaman, meningkatkan kemampuan
masyarakat agar mampu (fisik, mental, intelegensia, ekonomis dan non-
ekonomis), menunjukkan adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat
untuk berpartisipasi. 1

1
Mahsun, Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.( Jakarta: Rajawali Press)

5
B. Metode Dan Alat Yang Digunakan Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Asosiasi
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and
Communication Technology/ AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala
bentuk dan saluran yang di gunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.
Menurut Gegne menyatakan bahwa media

adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat


merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs berpendapat bahwa media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Buku, film, kaset, bingkai, dll. Adalah contoh dari sebuah media dalam pendidikan.
Bermacam peralatan dapat digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan pesan
ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari
verbalisme yang masih mungkin terjadi jika hanya digunakan alat bantu visual
semata.

C. Perkembangan Media Pembelajaran

Bermacam peralatan dapat digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan


pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari
verbalisme yang masih mungkin terjadi jika hanya digunakan alat bantu visual
semata. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Edgar Dale
mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang
paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama kerucut
pengalaman (cone of experience) dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas
dalam menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar
tertentu. Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan
alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi
sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu, alat audio visual bukan
hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat penyalur
pesan atau media.

Teori ini sangat penting dalam penggunaan media untuk kegiatan


programprogram pembelajaran. Sampai saat itu pengaruhnya masih terbatas pada

6
pemilihan media saja. Faktor siswa yang menjadi Pada tahun 1960-1965 orang mulai
memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses belajar mengajar.
Pada saat itu teori tingkahlaku (behaviorism theory) ajaran B.F.Skinner mulai
mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran, teori ini mendorong
untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut teori ini,
mendidik adalah mengubah tingkah-laku siswa perubahan timgkah-laku ini harus
tertanam pada diri siswa sehingga menjadi adat kebiasaan. Supaya tingkahlaku
tersebut menjadi adat kebiasaan, setiap ada perubahan tingkah-laku positif ke arah
tujuan yang dikehendaki, harus diberi penguatan (reinforcement), berupa
pemberitahuan bahwa tingkah-laku tersebut telah betul. Teori ini

telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah-laku


siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem
(system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan
kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media
sebagai integral dalam program pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus
direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Program
pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta
diarahkan kepada perubahan tingkah-laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Dalam perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara mengunakannya
telah dipertimbangkan dan ditentukan dengan seksama. Pada dasarnya guru dan ahli
video visual menyambut baik perubahan ini. Guru-guru mulai merumuskan tujuan
pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa.

D. Ciri-Ciri Media Pembelajaran


a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,


melestarikan, dan merekontstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau
objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video
tape, audio tape, disket komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil
gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat
direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media
memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu
tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. Ciri ini amat penting bagi guru

7
karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan
format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya
hanya sekali (dapat satu dekade atau satu abad) dapat diabadikan dan disusun
kembali untuk keperluan pembelajaran. Prosedur laboratorium yang rumit dapat
direkam dan diatur untuk kemudian direproduksi berapa kali pun pada saat
diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian
dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan maupun secara
kelompok.

b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau obyek dimungkinkan karena media memiki


ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktuberhari-hari dapat disajikan
kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan
gambar time-lapse recording. Misalnya, bagaimana proses larva menjadi
kepompong kemudian menjadi kupukupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman
fotografi tersebut. Di samping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula
diperlambat pada saat menanyakan kembali hasil suatu rekaman video. Misalnya,
proses loncat galah atau reaksi kimia dapat diamati melalui bantuan kemampuan
manipulatif dari media. Demikian pula, suatu aksi gerakan dapat direkam dengan
foto kamera untuk foto. Pada rekaman gambar hidup (video, motion film)
kejadian dapat diputar mundur. Media (rekaman video atau audio) dapat diedit
sehingga guru hanya menampilkan bagianbagian penting/utama dari ceramah,
pidato, atau urutan suatu kejadian dengan memotong bagian-bagian yang tidak
diperlukan.

c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian


ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan
kepada sejumlah besar siswa dengan stimulasi pengalaman yang relatif sama
mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu
kelas atau beberapa kelas pada sekolahsekolah di dalam suatu wilayah tertentu,

8
tetapi juga media ini misalnya rekaman video, audio, disket computer dapat
disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.2

E. Dampak Positif dari Media Pembelajaran


1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku
2. Pembelajaran bisa lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat
5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan
6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan.

F. Kegunaan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar


1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk
kata-kata tertulis atau lisan)
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya: objek yang
terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif
anak didik
4. Dengan sikap yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pembelajaran ditentukan
sama untuk setiap siswa.3

G. Tempat Bimbingan Atau Lingkungan Pendidikan Dalam Proses Pembelajaran

Lingkungan Pendidikan Siswa Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor


lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan atau berbagai lingkungan
tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan
sosial Ada tiga lingkungan pendidikan yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat.

2
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran(Jakarta: Rajawali Pers)

3
Haryono, Anung. Media Pendidikan(Jakarta: Rajawali Pers.)

9
1. Karakteristik Lingkungan Keluarga
a. Pengertian Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, karena


sebelumnya manusia mengenal lembaga pendidikan lain, lembaga pendidikan
keluarga sudah ada. Dalam kajian antropologis, disebutkan bahwa manusia
mengenal pendidikan sejak manusia baru lahir. Pendidikan yang dimaksud adalah
keluarga. Di lingkungan keluarga pula siswa akan mendapat nasehat atau
stimulus-stimulus yang dapat memacunya untuk rajin belajar. Lingkungan
pendidikan adalah berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau
berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang salah
satunya adalah lingkungan keluarga.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa

Menurut Slameto faktor-faktor dari keluarga yang mempengaruhi belajar


siswa antara lain:

1). Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar


anaknya. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan
anaknya, misalnya acuh tak acuhterhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-
kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan
belajar anakya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar, dapat
menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Akan tetapi
mendidik anak dengan cara memanjakannya dengan membiarkan anak tidak
belajar dan memperlakukan terlalu keras juga merupakan cara mendidik yang
salah dan tidak baik.

2). Relasi Antar Anggota Keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara


orang tua dan anaknya, kemudian relasi anak dengan anggota keluarga lainya.
Relasi antar anggota ini erat hubunganya dengan cara orang tua mendidik.
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang

10
baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh
pengertian dan kasih sayang.

3). Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadiankejadian


yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana
rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan
kepada anak yang belajar.

4). Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak.


Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, seperti
makan, pakaian, kesehatan, juga membutuhkan fasilitas-fasilitas belajar.
Sedangkan dalam pemenuhan fasilitas belajar menggunakan uang yang tidak
sedikit. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok kurang
terpenuhi, akibat lain yang ditimbulkan adalah belajar anak ikut terganggu.
Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang
serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarganya lemah,
justru keadaan yang begitu cambuk untuk belajar lebih giat dan akhirnya
sukses.

2. Karakteristik Lingkungan Sekolah


a. Pengertian Lingkungan Sekolah

sekolah merupakan wahana kegiatan dan proses pendidikan, pembelajaran dan


latihan. Di sekolah nilainilai etik, moral, mental, spiritual, perilaku, disiplin, ilmu
pengetahuan dan ketrampilan ditabur, ditanam, disiram, ditumbuhkan dan
dikembangkan. Oleh karena itu, sekolah menjadi wahana yang sangat dominan
bagi prestasi belajar.

b. Unsur Lingkungan Sekolah

1). Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung, sekolah, perlengkapan
yang lain)

11
2) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun faktafakta yang
menjadi keseluruhan program pendidikan

3) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa, guru,
non teaching spesialis dan tenaga administrasi.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Siswa di Sekolah

1). Metode Mengajar

Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang


kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode
mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang
persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata
pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran
atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk belajar.

2). Kurikulum

sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan ini


sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi
belajar siswa. Begitu pula mengenai pengaturan waktu sekolah dan standar pelajaran
yang harus ditetapkan secara jelas dan tepat.

3). Relasi Guru dengan Siswa

4). Relasi Siswa dengan Siswa

5). Disiplin Sekolah.

3. Karakteristik Lingkungan Masyarakat Sekitar

1. Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

2. Bentuk Kehidupan Masyarakat.4

4
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar Mengajar(Bandung: Sinar Baru Algensindo)

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Unsur unsur pendidikan menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Melalui
pendidikan seseorang dapat mengembangkan diri, pola pikir, kompetensi, hingga
kualitas diri yang lebih baik. Untuk itu, dalam memilih sebuah institusi pendidikan
haruslah memperhatikan aspek-aspek dalam institusi tersebut apakah memiliki
kualitas yang memadai atau belum.Perguruan tinggi sebagai institusi lembaga
pendidikan tertinggi harus memiliki kualitas yang memadai untuk dapat mencetak
lulusan yang siap bersaing di dunia kerja.

Berikut ini ada unsur-unsur pendidikan perguruan tinggi yang dapat dikatakan
memiliki kualitas yang baik seperti: Peserta Didik, Pendidik, Interaksi Edukatif,
Tujuan Pendidikan, ,ateri Pendidikan, Alat dan Metode, dan Lingkungan Pendidikan.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat dapat susun, kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

Astuti Yuni, 2019. Sri Pelatihan Kewirausahaan Keterampilan Menjahit Bagi Masyarakat
Desa Jurnal Pengabdian Masyarakat. (Kediri: Cendekia)

Hidayat,M.T.Faiziyah.Workshop,2019. Workshop Penyusunan Program Unggulan OSN di MI


Muhammadiyah.( Tegalampel,Klaten:PPM Universitas Mathla`ul AnwarHidayat)

Mahsun,2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.( Jakarta: Rajawali Press)

Arsyad, Azhar,2017. Media Pembelajaran(Jakarta: Rajawali Pers)

Haryono, Anung.2014. Media Pendidikan(Jakarta: Rajawali Pers.)

Rahardjo, R,2014. Media Pendidikan(Jakarta: Rajawali Pers)

Sulo,2005. Pengantar Pendidikan.( Jakarta: Rineka Cipta)

Tirtarahardja,2005, Umar.Pengantar Pendidikan(Jakarta: Rineka Cipta)

Putria, Aditin,2018. Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya.( Media


Pembelajaran Inovatif)

Ahmadi, Abu,2007. Psikologi Sosial.( (Jakarta. PT RINEKA C1PTA)

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitia(Jakarta: Rineka Cipta)

Hamalik, Oemar,2007. Psikologi Belajar Mengajar(Bandung: Sinar Baru Algensindo)

Hakim, Thursan,2005. Belajar Secara Efektif(Jakarta: Puspa Swara)

14

Anda mungkin juga menyukai