Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK KARDIORESPIRASI
DEPARTEMEN BIOMEDIK
DIVISI FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
APRIL 2023

NAMA : MUHAMMAD LUTHFI


NIM : 2210911110007

KELOMPOK :1
NAMA ASISTEN PRAKTIKUM : 1. RAMADHANI AKBAR INDRATMA

LEMBAR PENGESAHAN

BANJARMASIN, 17 APRIL 2023


ASISTEN PRAKTIKUM 1 PRAKTIKAN

RAMADHANI AKBAR INDRATMA MUHAMMAD LUTHFI


NIM. 2110911310045 NIM. 2210911110007
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem respirasi adalah sistem yang berhubungan respirasi tubuh manusia yaitu pertukaran
udara antara atmosfer, darah, dan sel. Fungsi utama respirasi (pernapasan) adalah memperoleh O,
untuk digunakan oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO, yang diproduksi oleh sel. Sebagian
besar orang berpikir bahwa respirasi sebagai proses menghirup dan menghembuskan udara.
Namun, dalam fisiologi respirasi memiliki arti yang jauh lebih luas. Respirasi mencakup dua proses
yang terpisah tetapi berkaitan: respirasi internal dan respirasi eksternal. Istilah respirasi internal
atau respirasi sel merujuk kepada proses-proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam
mitokondria, yang menggunakan O, dan menghasilkan CO, selagi mengambil energi dan molekul
nutrien. Istilah respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian dalam pertukaran O,
dan CO, antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Respirasi eksternal melalui 4 langkah yaitu 1.
Udara secara bergantian dimasukkan ke dan dikeluarkan dari paru sehingga udara dapat
dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara (alveolus) paru.
Pertukaran ini dilaksanakan oleh tindakan mekanis bernapas, atau ventilasi. Kecepatan ventilasi
diatur untuk menyesuaikan aliran udara antara atmosfer dan alveolus sesuai kebutuhan metabolik
tubuh akan penyerapan O, dan pengeluaran CO. 2. Oksigen dan CO, dipertukarkan antara udara di
alveolus dan darah di dalam kapiler paru melalui proses difusi. 3. Darah mengangkut O, dan CO,
antara paru dan jaringan, 4. Oksigen dan CO, dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui
proses difusi menembus kapiler sistemik (jaringan). Sistem respirasi juga memiliki fungsi non-
respiratorik yaitu 1. Rute untuk mengeluarkan air dan panas. Udara atmosfer yang dihirup
(diinspirasi) dilembabkan dan dihangatkan oleh saluran napas sebelum dihembuskan
(diekspirasikan). Pelembaban udara yang masuk merupakan hal esensial untukmencegah dinding
alveolus mengering. Oksigen dan CO, tidak dapat berdifusi menembus membran yang kering. 2.
Meningkatkan aliran balik vena. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan
mengubah jumlah CO, penghasil H+ yang dikeluarkan. Memungkinkan kita berbicara, menyanyi,
dan vokalisasi. Merupakan sistem pertahanan terhadap yang terhirup. Mengeluarkan,
memodifikasi, mengaktifkan, atau menginaktifkan berbagai bahan yang mengalir melewati
sirkulasi paru. Semua darah yang kembali ke jantung dari jaringan harus melewati paru sebelum
dikembalikan ke sirkulasi sistemik. Karena itu, paru memiliki letak yang unik untuk bekerja pada
bahan-bahan spesifik yang telah ditambahkan ke darah di tingkat jaringan sebelum bahan-bahan
tersebut memiliki kesempatan untuk mencapai bagian tubuh lain melalui sistem arteri. Sebagai
contoh, prostaglandin, suatu kumpulan pembawa pesan kimiawi yang dibebaskan di banyak
jaringan untuk memerantarai respons lokal tertentu dapat masuk ke dalam darah, tetapi bahan-
bahan ini diinaktiJkan ketika mengalir melewati paru sehingga tidak menimbulkan efek sistemik.
Sebaliknya, paru mengaktifkan angiotensin II, suatu hormon yang berperan penting dalam
mengatur konsentrasi Na+ di CES. Hidung, bagian dari sistem respirasi, berfungsi sebagai organ
penciuman. 1 Proses difusi secara sederhana merupakan gerakan molekul-molekul secara acak yang
menjalin jalan ke seluruh arah melalui membran pernapasan dan cairan yang berdekatan. Difusi gas
dari daerah yang bertekanan tinggi ke area yang bertekanan rendah. Gas berdifusi dari alveolus ke
dalam darah kapiler paru atau sebaliknya dengan membatasi atau melintasi membrane
alveolokapilaris tipe I yang dibentuk olehepitel paru, endotel kapiler serta membrane basalis masing
masing yang berdifusi. Kapasitas difusi CO2 dapat diukur sebagai indeks kapasitas difusi karena
pengambilannya dibatasi oleh kemampuan difusi. Udara atmosfer adalah campuran gas: udara
kering tipikal mengandung 79% nitrogen (N2) dan 21% O2 dengan persentase CO2, uap H2O, gas
lain, dan polutan hamper dapat diabaikan. Secara keseluruhan, gas gas ini menimbulkan tekanan
atmosfer total sebesar 760 mmHg di permukaan laut. Tekanan total ini sama dengan jumlah tekanan
yang disumbangkan oleh masing masing gas dalam campuran. Tekanan yang ditimbulkan oleh gas
tertentu berbanding lurus dengan persentasegas tersebut dalam campuran udara normal. Setiap
molekul gas, berapapun ukurannya, menimbulkan tekanan yang sama. Tekanan yang ditimbulkan
secara independen oleh masing masing gas dalam suatu campuran gas dikenal sebagai tekanan
parsial yang dilambangkan oleh P gas. Sistem respirasi bukan hanya sekedar berfungsi
menghantarkan udara saja, tetapi saluran inidilapisi epithel, lalu ada otot polos dan jaringan ikat
[2]
pembungkus yang diselingi oleh tulang rawanterutama pada struktur yang lebih besar. Bagian
tersebut juga memiliki serangkaian cincin cartilago yang memungkinkan bentukan dari strukturnya
tetap dan terbuka atau menyempit. Dinding saluran tersebut mengandung otot polos dengan saraf
autonom yang peka terhadap hormondan bahan kimia lokal tertentu. Parameter fisiologis yang
diperhitungkan dalam tinjauan sistematisini adalah aktivitas otak, diselidiki oleh
Elektroensefalografi (EEG) dan Magnetik fungsional Pencitraan Resonansi (fMRI), dan aktivitas
otonom yang dipelajari oleh Variabilitas Denyut Jantung (HRV), Aritmia Sinus Pernafasan (RSA),
dan Sinkronisasi Cardio-Respiratory. 4 Pusat pernapasan terdiri atas beberapa kelompok neuron
yang terletak bilateral di medula oblongata dan pons pada batang otak. Daerah ini dibagi menjadi
tiga kelompokneuron utama: (1) kelompok pernapasan dorsal, terletak di bagian dorsal medula,
terutama menyebabkan inspirasi, (2) kelompok pernapasan ventral, terletak di ventrolateral medula,
terutama menyebabkan ekspirasi, dan (3) pusat pneumotaksik, terletak di sebelah dorsal bagian
superior pons, terutama mengatur kecepatan dan kedalaman napas. Sebagian besar neuron
kelompok pernapasan dorsal terletak di dalam nukleus traktus solitarius (NTS). NTS
mentransmisikan sinyal sensoris ke dalam pusat pernapasan dari kemoreseptor perifer,
baroreseptor, dan berbagai macam reseptor dalam paru. Irama dasar pernapasan terutama berasal
dari kelompok neuron pernapasan dorsal. Pusat pneumotaksik, yang terletak di sebelah dorsal, di
dalam nukleus parabrakialis pons bagian atas, mengirimkan sinyal ke area inspirasi. Efek utama
pusat ini adalah mengatur titik henti dari inspirasi landai, dengan demikian mengatur lamanya
fasepengisian siklus paru. Fungsi utama pusat pneumotaksik adalah membatasi inspirasi,
menimbulkan efek sekunder berupa peningkatan frekuensi pernapasan, karena pembatasan
inspirasi juga memperpendek ekspirasi dan seluruh periode pernapasan. Sinyal pneumotaksik yang
kuat dapat meningkatkan frekuensi pernapasan 30 sampai 40 kali per menit, sedangkan sinyal
pneumotaksik yang lemah dapat menurunkan frekuensi menjadi hanya 3 sampai 5 pernapasan
permenit. Sedangkan neuron-neuron dari kelompok pernapasan ventral hampir seluruhnya tetap
inaktif selama pernapasan tenang normal. Bila rangsang pernapasan untuk meningkatkan ventilasi
paru menjadi lebih besar dari normal, sinyal respirasi yang berasal dari mekanisme getaran dasar
di areapernapasan dorsal akan tercurah ke neuron pernapasan ventral. Akibatnya, area pernapasan
ventral turut membantu menambah perangsangan pernapasan. Rangsangan listrik dari beberapa
neuron pada kelompok ventral menyebabkan inspirasi, sedangkan rangsangan dari neuron lainnya
menyebabkan ekspirasi. Oleh karena itu, neuron-neuron ini menyokong inspirasi maupun ekspirasi.
Neuron tersebut terutama penting dalam menghasilkan sinyal ekspirasi kuat ke otot-otot abdomen
selama ekspirasi yang sangat kuat. Dengan demikian, area ini bekerja lebih kurang sebagai suatu
mekanisme pendorong bila dibutuhkan ventilasi paru yang lebih besar, khususnya selama kerja
fisik berat. Reseptor regang menjalarkan sinyal melalui nervus vagus ke kelompok neuron
pernapasan dorsal apabila paru-paru menjadi sangat teregang. Sinyal ini mempengaruhi inspirasi
hampirsama dengan sinyal dari pusat pneumotaksik: yaitu, bila paru-paru menjadi sangat
mengembang, reseptor regang mengaktifkan respons umpan balik yang mematikan inspirasi landai,
dan dengan demikian menghentikan inspirasi selanjutnya. Mekanisme ini disebut refleks inflasi
Hering-Breuer. Refleks ini juga meningkatkan frekuensi pernapasan, sama seperti sinyal dari pusat
pneumotaksik.3 Hiperventilasi adalah ventilasi yang berlebihan, atau ventilasi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan metabolik, sehingga PaCO2 turun dan terjadi alkalosis respiratorik.5
Hiperventilasi yang dilakukan secara sengaja menyebabkan perubahan kimiawi yang cepat pada
darah arteri dan vena. Perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi di darah arteri secara langsung
dan refleks memengaruhi pusat pernapasan, yang pada gilirannya mengalahkan sinyal volunter ke
neuron motorik otot pernapasan. Selain bentuk-bentukekstrim pengendalian pernapasan secara
volunter, kita juga mengontrol pernapasan kita untuk melakukan berbagai kegiatan volunter
misalnya berbicara, bernyanyi, dan bersiul.1 Kemudian, denyut nadi atau pulse rate merupakan
tolak ukur adanya pengaruh kerja jantung yang dapat dilihat atau dirasakan melalui perabaan
dengan ujung- ujung jari tangan kita. Pengukuran denyut nadi secara palpasi (perabaan) umumnya
dilakukan pada arteri radialis meskipun dapat pula dilakukan pada beberapa titik lainnya seperti
arteri temporalis superfisial, arteri carotis communis, arteri brakhialis, arteri femoralis, arteri
poplitea, arteri tibialisposterior, dan arteri dorsalis pedis.2
PEMBAHASAN

Pernapasan dapat dipengaruhi secara sadar untuk waktu tertentu, misalnya: menahan napas, meniup
balon atau terompet dan lain sebagainya. Pada dasarnya pernapasan diatur secara otonom, baik
waktu sadar atau tidak sadar (tidur). Regulasi ini yang dilakukan pusat pernapasan dipengaruhi oleh
faktor saraf dan kimia, misalnya pada waktu berolahraga, pada awalnya secara saraf, tetapi
kemudian kedua faktor bekerja sama, terutama faktor kimia. Pada penyakit tertentu regulasi ini
dapat dipengaruhi oleh faktor saraf dan kimia. Daerah pusat pernapasan dibagi menjadi: 1)
Kelompok pernapasan dorsal, terletak di bagian dorsal medula, yang terutama menyebabkan
inspirasi; 2) Kelompok pernapasan ventral, yang terletak di ventrolateral medula, yang dapat
menyebabkan inspirasi dan ekspirasi, bergantung pada kelompok neuron mana yang dirangsang; 3)
Pusat pneumotaksik, terletak di daerah dorsal bagian superior pons, yang membantu mengatur
kecepatan dan pola bernapas. Efek utamanya yaitu mengatur lamanya waktu pengisian pada siklus
paru. Bila sinya pneumotaksik cukup kuat, inspirasi dapat berlangsung selama 0,5 detik, jadi
pengisian paru hanya berlangsung singkat. Tetapi bila sinyal pneumotaksik lemah, inspirasi dapat
berlangsung terus selama 5 detik atau lebih, dengan demikian paru akan terisi banyak sekali udara.
Pernapasan yang tujuan akhirnya merupakan mempertahankan konsetrasi oksigen, karbon dioksida
dan ion hidrogen dalam cairan tubuh. Pernapasan sangat responsif terhadap perubahan kosentrasi
zat - zat tersebut. Hal inilah yang disebut pengaturan pernapasan secara kimiawi. Kelebihan
karbondioksida atau ion hidrogen memegang peranan yang paling penting pada pernapasan,
menyebabnya peningkatan sinyal inspirasi dan ekspirasi yang kuat ke otot- otot pernapasan
sedangkan oksigen tidak mempunyai efek langsung yang bermakna dalam pengaturan pernapasan.
Selain kemoreseptor yang terdapat pada pusat pernapasan, terdapat juga kemoreseptor perifer yang
mengatur fungsi pernapasan. Kemoreseptor ini dipegang peranannya oleh badan karotis dan badan
aorta. Regulasi pernapasan ini manifestasinya pada frekuensi pernapasan yang dapat terlihat pula
pada volume pernapasan. Praktikum tes provokasi hiperventilasi bertujuan agar mahasiswa dapat
menjelaskan pengaturan pernapasan dan menjelaskan hasil tes provokasi hiperventilasi yang telah
dilakukan oleh 3 naracoba. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah stopwatch.
Langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini dimulai dengan percobaan pertama yang
menghitung frekuensi pernapasan normal dari probandusnya. Lalu percobaan kedua dilakukan
dengan meminta probandus melakukan inspirasi semaksimal mungkin dan menahannya selama 20
detik lalu meminta probandus untuk ekspirasi dan menghitung frekuensi pernapasan probandus.
Percobaan ketiga dilakukan dengan meminta probandus melakukan inspirasi dan ekspirasi dengan
cepat dan juga dalam selama kurang lebih 20 detik dan kemudian menghitung frekuensi pernapasan
probandus. Berikut tabel hasil percobaan yang dilakukan pada praktikum tes provokasi dan
hiperventilasi ini.
Nama probandus Deny Julianto Barhi
Umur 19 th
Jenis kelamin Laki-laki
Tinggi badan 165 cm
Berat badan 58 kg
Keadaan lingkungan
Suhu kamar 30oC
Kelembaban udara 45-65%
Tekanan udara 120 mmHg
Hasil percobaan
Frekuensi pernapasan normal 19x/menit
Frekuensi pernapasan (sesudah menahan napas 20x/menit
20 detik)
Frekuensi pernapasan (inspirasi dalam dan 26x/menit
cepat)

Dari percobaan yang telah dilakukan, dengan didapatkan rata-rata sebagai berikut. Untuk
percobaan pertama pada probandus yaitu frekuensi pernapasan normal, didapatkan hasil sebanyak
19 kali. Untuk percobaan kedua, yaitu melakukan inspirasi semaksimal mungkin dan ditahan
selama 20 detik, lalu melakukan ekspirasi hasil frekuensi pernapasannya yaitu dari probandus
sebanyak 21 kali. Sedangkan untuk percobaan ketiga, yaitu melakukan inspirasi dan ekspirasi
dalam dan cepat selama 20 detik, didapatkan hasil frekuensi napas sebanyak 26 kali pada probandus
1. Frekuensi pernapasan merupakan jumlah napas yang diambil dalam satu menit. Normalnya,
frekuensi pernapasan pada bayi adalah 24-30 siklus per menit, pada anak-anak sekitar 20-24 siklus
per menit, pada remaja dan dewasa muda 12-18 siklus per menit, dan pada orang dewasa sekitar
12-20 menit. Frekuensi pernapasan dewasa kurang dari 12 atau lebih dari 25 dianggap abnormal.
Kompensasi dari tindakan probandus yang menahan napas selama adalah 20 detik tersebut adalah
hipoventilasi. Hipoventilasi adalah ventilasi yang rendah dibandingkan dengan kebutuhan
metabolik, menyebabkan peningkatan Pco2 dan asidosis respiratorik. Asidosis respiratorik adalah
akibat dari retensi abnormal CO2 karena hipoventilasi. Karena CO2 yang keluar dari paru lebih
sedikit daripada normal, peningkatan CO2 yang terjadi menghasilkan lebih banyak H+ dari sumber
ini. Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru, depresi pusat pernapasan oleh obat atau
penyakit, gangguan saraf atau otot yang mengurangi kemampuan bernapas, atau (secara sementara)
bahkan hanya tindakan menahan napas seperti yang dilakukan probandus pada percobaan kedua.
Sedangkan pada percobaan ketiga, yaitu melakukan insirasi dan ekspirasi dalam dan cepat selama
20 detik. Pada percobaan ketiga ini terjadi hiperventilasi. Hal ini disebabkan karena ketika kita
sedang mengambil napas atau melakukan inspirasi, oksigen belum masuk sempurna ke paru-paru
tapi telah dikeluarkan. Akhirnya tubuh tetap membutuhkan oksigen dalam jumlah yang cukup.
Proses pernapasan dimulai dari menghirup O2 masuk ke dalam hidung melalui cavitas nasi, lalu ke
pharynx, larynx, trachea, bronchus, bronchiolus, dan sampai ke alveolus lalu melakukan pertukaran
O2 dengan CO2. Kemudian, CO2 dikeluarkan bersama dengan uap air melalui cavitas nasi. Selain
itu, terdapat saraf-saraf sensoris yang mendeteksi paru. Saraf-saraf sensoris ini berujung sebagai
reseptor, seperti kemoreseptor perifer, baroreseptor dan reseptor-reseptor lainnya di dalam paru.
Reseptor-reseptor ini akan bergabung menjadi nucleus traktus solitarius, yakni ujung akhir dari
saraf sensoris pernapasan yang terdapat pada nervus vagus dan nervus glosofaringeus. Pada
akhirnya kedua nervus ini akan berhubungan dengan kelompok pernapasan bagian dorsal. Melalui
ini, mekanisme penghantaran informasi dari paru ke pusat respirasi bagian dorsal bisa berlangsung.
Pola pernapasan memiliki kepekaan terhadap zat-zat kimia dalam darah melalui pengaktifan
kemoreseptor pernapasan. Di dalam badan karotis dan aorta, serta di kumpulan sel di medula
terdapat kemoreseptor. Kemoreseptor-kemoreseptor ini bereaksi terhadap perubahan Po2 dan Pco2,
serta H+ untuk mengatur pernapasan. Kemoreseptor memantau konsentrasi H+ dalam CSS (cairan
serebrospinalis), termasuk cairan interstisial otak. CO2 dapat menembus membran, termasuk sawar
darah otak, dengan mudah, sedangkan H+ dan HCO3− menembus dengan lebih lambat. CO2 yang
masuk ke otak dan CSS akan segera dihidrasi. H2CO3 berdisosiasi, sehingga konsentrasi H+ lokal
meningkat. Konsentrasi H+ pada cairan interstisial otak setara dengan Pco2 darah arteri. Selama
konsentrasi H+ tetap konstan, perubahan Pco2 dalam cairan cerebrospinalis pada percobaan, hanya
menimbulkan efek sedikit dan bervariasi terhadap pernapasan. Namun, peningkatan konsentrasi H+
dalam cairan spinal sedikit saja akan merangsang pernapasan, yang besarnya sebanding dengan
peningkatan konsentrasi H+. Dengan demikian, pengaruh CO2 pada pernapasan terutama adalah
akibat perpindahannya ke dalam cairan cerebrospinalis dan cairan interstisial otak, sehingga terjadi
peningkatan konsentrasi H+ yang akan merangsang reseptor-reseptor yang peka terhadap H+.[1]
Selain mekanisme pengaturan pernapasan sistem saraf pusat yang seluruhnya bekerja di dalam
batang otak, masih ada sinyal-sinyal saraf sensoris yang berasal dari paru untuk membantu
mengatur pernapasan. Yang paling penting adalah yang terletak di otot dinding bronkus dan
bronkiolus seluruh paru, yaitu reseptor regang, yang menjalarkan sinyal melalui nervus vagus ke
kelompok neuron pernapasan dorsal apabila paru-paru menjadi sangat teregang. Sinyal ini
mempengaruhi inspirasi hampir sama dengan sinyal dari pusat pneumotaksik; yaitu, bila paru-paru
menjadi sangat mengembang, reseptor regang mengaktifkan respons umpan balik yang
"mematikan" inspirasi landai, dan dengan demikian menghentikan inspirasi selanjutnya. Ini disebut
refleks inflasi Hering-Breuer. Refleks ini juga meningkatkan frekuensi pernapasan, sama seperti
sinyal dari pusat pneumotaksik. Pada manusia, refleks Hering-Breuer kemungkinan tidak
diaktifkan sampai volume tidal meningkat lebih dari tiga kali normal (>≈ 1,5 L tiap bernapas). Oleh
karena itu, refleks ini tampaknya lebih merupakan mekanisme protektif untuk mencegah inflasi
paru berlebihan, daripada sebagai unsur penting pada pengendalian ventilasi normal. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi pernapasan pada manusia. Faktor pertama adalah jenis
kelamin. Ini disebabkan karena laki-laki memiliki volume paru-paru yang lebih besar daripada laki-
laki. Selain itu, pada umumnya laki-laki membutuhkan kadar energi yang lebih banyak
dibandingkan perempuan. Oleh karena itu laki-laki memiliki frekuensi pernapasan yang lebih besar
daripada perempuan. Faktor berikutnya yang mempengaruhi pernapasan adalah usia. Bayi memiliki
frekuensi pernapasan yang lebih besar jika dibandingkan dengan dewasa. Hal ini terjadi karena bayi
masih berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga memerlukan energi yang
lebih banyak pula. Seiring dengan bertambahnya usia, frekuensi pernapasan akan semakin
menurun. Faktor selanjutnya adalah aktvitas. Frekuensi pernapasan sangat dipengaruhi oleh
aktivitas apa yang saat itu tengah dilakukan. Saat melakukan aktivitas yang berat seperti
berolahraga atau mengangkat barang berat, frekuensi pernapasan akan semakin meningkat. Hal ini
disebabkan karena tubuh memerlukan energi yang lebih banyak guna menunjang aktivitas yang
sedang dilakukan. Selain itu, frekuensi pernapasan juga dipengaruhi oleh suhu tubuh. Apabila
seseorang merasa kedinginan dan suhu tubuhnya menurun, otak akan mengirim sinyal agar paru-
paru meningkatkan frekuensi pernapasannya. Hal ini menyebabkan tubuh akan mempercepat
pembakaran agar tetap hangat. Posisi tubuh juga mempengaruhi frekuensi pernapasan. Saat sedang
berdiri, frekuensi pernapasan cenderung akan lebih cepat daripada saat sedang tidur atau
beristirahat. Ini terjadi karena tubuh memerlukan lebih banyak energi untuk menjaga tubuh agar
tidak jatuh, dan salah satu mekanisme tubuh untuk memperoleh energi tersebut adalah dengan
meningkatkan frekuensi pernapasan. Faktor kesadaran probandus juga mempengaruhi dari
frekuensi pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, L. Intoduction to Human Of Physiology. Edisi 8. Amerika Serikat: Brooks/Cole;


2013
2. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 24. Jakarta: EGC: 2012
3. Zaccaro, A. Piarulli, A. Laurino, M. et al. How Breath-Control Can Change Your Life: A
Systematic Review on Psycho-Physiological Correlates of Slow Breathing. Frontiers in Human
Neuroscience. 2018; 12: 3.
4. Stewart, J. Pianosi, P. Shaban, M. et al. Hemodynamic Characteristics of Postural
Hyperventilation: POTS with Hyperventilation Versus Panic Versus Voluntary
Hyperventilation. Journal of Applied Physiology. 2018; 125(5): 1396-1403.

Anda mungkin juga menyukai