Anda di halaman 1dari 22

PERITONITIS

Diajukan guna memenuhi syarat


Pendidikan Dasar Calon Angkatan XXVI
TBM-Cs Fakultas Kedokteran Lambung Mangkurat
Calamus scriptorius

Diajukan Oleh
Muhammad Luthfi
2210911110007

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
BANJARMASIN
Februari, 2023
Usulan penulisan makalah oleh Muhammad Luthfi
Telah diperiksa dan disetujui oleh

Banjarmasin, Februari 2023


Pembimbing Utama

Devina Yulie Fatria


NIA. TBM-Cs/D/XIV/01

Banjarmasin, Februari 2023


Pembimbing Pendamping

Muhammad Fachriyad
NIA. TBM-Cs/M/XXV/07

ii

Calamus scriptorius
ABSTRAK

PERITONITIS

Muhammad Luthfi

Peritonitis adalah peradangan pada selaput peritoneum yang melindungi rongga


abdoman dan organ-organ viseral didalamnya yang disebabkan oleh banyak penyebab.
Peritonitis terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu peritonitis primer
atau biasa disebut Spontaneus Bacterial Peritoneum, peritonitis sekunder, dan
peritonitis tersier. Secara global berdasarkan data WHO, angka kematian sebab
peritonitis mencapai 5,9 juta per tahun dengan angka kematian 9661 ribu orang
meninggal. Negara dengan jumlah tertinggi penderita penyakit peritonitis adalah
Amerika Serikat. Sedangkan di Indonesia penderitanya mencapai 9% dari jumlah
populasi yaitu 179.000 penderita. Faktor risiko peritonitis terbagi menjadi dua secara
garis besar yaitu faktor risiko modifiable dan faktor risiko non-modifiable. Manifestasi
klinis peritonitis yang utama adalah nyeri pada bagian perut, disertai keluhan demam,
gangguan pencernaan seperti diare dan sembelit. Peritonitis dimulai dengan adanya
invasi bakteri pada peritoneum, menyebabkan sekresi hormon sitokin oleh tubuh yang
menyebabkan terjadi peradangan. Penegakan diagnosis peritonitis dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan diagnosis banding. Pencegahan
peritonitis terbagi menjadi tiga yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Perkembangan peritonitis cenderung buruk (dubia ad malam).

Kata Kunci: Peritoneum, radang, bakteri, nyeri, gangguan pencernaan

iii

Calamus scriptorius
ABSTRACT

PERITONITIS

Muhammad Luthfi

Peritonitis is an inflammation of the peritoneal lining that protects the


abdominal cavity and the visceral organs therein caused by many causes. Peritonitis
is divided into three types based on the cause, namely primary peritonitis or commonly
called Spontaneous Bacterial Peritoneum, secondary peritonitis, and tertiary
peritonitis. Globally based on WHO data, the death rate due to peritonitis reaches 5.9
million per year with a death rate of 9661 thousand people die. The country with the
highest number of peritonitis sufferers is the United States. Meanwhile in Indonesia
sufferers reach 9% of the total population, namely 179,000 sufferers. Peritonitis risk
factors are divided into two broadly, namely modifiable risk factors and non-
modifiable risk factors. The main clinical manifestations of peritonitis are pain in the
abdomen, accompanied by complaints of fever, digestive disorders such as diarrhea
and constipation. Peritonitis begins with a bacterial invasion of the peritoneum,
causing the body to secrete cytokine hormones that cause inflammation. The diagnosis
of peritonitis is made by anamnesis, physical examination, supporting examinations
and differential diagnosis. Prevention of peritonitis is divided into three, namely
primary, secondary, and tertiary prevention. The development of peritonitis tends to be
poor (dubia at night).

Keywords: Peritoneum, inflammation, bactery, pain, indigestion

iv

Calamus scriptorius
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-

Nya sehingga penyusunan karya tulis yang berjudul “Peritonitis” dapat selesai tepat

pada waktunya. Dalam karya tulis ilmiah ini penulis mendapat bimbingan dan petunjuk

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kakak pembimbing 1, selaku Pembimbing Utama KTI

2. Kakak pembimbing 2, selaku Pembimbing Pendamping KTI

3. Pihak orang tua yang mendukung baik do’a maupun materi

4. Teman-teman bakal calon anggota XXVI yang senantiasa mendukung

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum

sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi

perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis

ilmiah ini bermanfaat.

Banjarmasin, 28 Februari 2023

Muhammad Luthfi

Calamus scriptorius
DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….... i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. ii
ABSTRAK………………………………………………………………… iii
ABSTRACT……………………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. v
DAFTAR ISI………………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………….. 1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………… 2
D. Manfaat Penulisan………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………… 3
A. Definisi……………………………………………………… 3
B. Etiologi……………………………………………………… 3
C. Epidemiologi………………………………………………... 4
D. Klasifikasi…………………………………………………… 5
E. Faktor Risiko………………………………………………... 7
F. Manifestasi Klinis…………………………………………… 7
G. Patofisiologi…………………………………………………. 8
H. Diagnosis……………………………………………………. 9
I. Tata Laksana………………………………………………… 10
J. Komplikasi………………………………………………….. 10
K. Pencegahan…………………………………………………. 11
L. Prognosis……………………………………………………. 12
BAB III PENUTUP……………………………………………………... 13
A. Kesimpulan………………………………………………….. 13
B. Saran………………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 14

vi

Calamus scriptorius
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh yang

terdiri dari peritoneum parietal yang melapisi dinding rongga abdomen dan peritoneum

viseral yang meliputi semua organ viseral dalam rongga abdomen. Salah satu penyakit

yang menyerang membran peritoneum adalah peritonitis. Peritonitis merupakan

peradangan atau inflamasi pada membran peritoneum. Peritonitis merupakan

komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ

abdomen. Berdasarkan data WHO, angka mortalitas peritonitis mencapai 5,9 juta per

tahun dengan angka kematian 9661 ribu orang meninggal, dimana negara tertinggi

yang menderita penyakit peritonitis adalah Amerika Serikat. Di Indonesia jumlah

penderita peritonitis berjumlah sekitar 9% dari jumlah penduduk atau sekitar 179.000

penderita. Oleh karena itu penulis ingin menuliskan karya tulis ilmiah berjudul

“Peritonitis”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, beberapa rumusan masalah yaitu:

1. Apa definisi dari Peritonitis?

2. Bagaimana etiologi dari Peritonitis?

3. Bagaimana epidemiologi dari Peritonitis?

4. Apa saja klasifikasi dari Peritonitis?

5. Apa saja faktor resiko dari pasien Peritonitis?

6. Bagaimana manifestasi klinik dari pasien Peritonitis?

7. Bagaimana patofisiologi pasien Peritonitis?

8. Bagaimana diagnosis pasien Peritonitis?


1

Calamus scriptorius
2

9. Apa saja tata laksana pengobatan pasien Peritonitis?

10. Bagaimana komplikasi pasien Peritonitis?

11. Bagaimana cara pencegahan dari Peritonitis?

12. Bagaimana cara prognosis pasien Peritonitis?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi dari peritonitis

2. Mengetahui etiologi dari peritonitis?

3. Mengetahui epidemiologi dari Peritonitis

4. Mengetahui klasifikasi dari Peritonitis

5. Mengetahui faktor risiko pasien dari Peritonitis?

6. Mengetahui manifestasi klinik pasien Peritonitis

7. Mengetahui patofisiologi pasien Peritonitis

8. Mengetahui diagnosis pasien Peritonitis

9. Mengetahui tata laksanana pengobatan pasien Peritonitis

10. Mengetahui komplikasi pasien Peritonitis

11. Mengetahui cara pencegahan terjadinya Peritonitis

12. Mengetahui cara prognosis pasien Peritonitis

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi penulisan dan bagi pembaca adalah

1. Bagi penulis

Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan

kompetensi penulis tentang peritonitis

2. Bagi pembaca

Makalah ini diharapkan dapat mengedukasi pembaca tentang peritonitis

Calamus scriptorius
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Peritonis adalah sebuah penyakit yang disebabkan adanya suatu inflamasi atau

peradangan pada selaput peritonium yang didalamnya terdiri atas membran serosa yang

melapisi rongga abdomen dan organ-organ viseral di dalamnya. Beberapa pengertian

peritonitis menurut para ahli adalah sebagai berikut. Peritonitis adalah peradangan pada

peritoneum (lapisan membran serosa rongga abdomen) dan organ didalamnya.

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya

akan vaskularisasi dan aliran limpa. Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang

sebesar dalam tubuh yang terdiri dua bagian utama yaitu peritoneum parietal yang

melapisi dinding rongga abdominal, dan rongga peritoneum viseral yang meliputi

semua organ yang berada pada didalam rongga itu.1 Peritonitis biasanya terjadi akibat

infeksi bakteri atau benda asing yang masuk ke dalam rongga perut melalui lubang atau

luka pada organ-organ perut seperti usus, kandung kemih, atau saluran empedu.

Peritonitis dapat menyebabkan rasa sakit perut yang hebat, mual dan muntah, demam,

dan penurunan kesadaran. Peritonitis termasuk keadaan yang serius dan memerlukan

perawatan medis segera. Jika tidak diobati dengan cepat, peritonitis dapat

menyebabkan kerusakan organ dalam, infeksi darah, dan kematian. Peritonitis juga

merupakan suatu kegawatdaruratan yang dapat disertai dengan sepsis yang biasanya

terjadi dikarenakan bahan kimia yang dilepaskan di dalam aliran darah untuk melawan

infeksi memicu peradangan di seluruh tubuh.1

B. Etiologi

Penyebab peritonitis bermacam macam terkait dengan lokasi geografis dan faktor

lingkungan sekitar dengan kecenderungan faktor genetik. Ulkus gastroduodenal dan

Calamus scriptorius
4

2
apendisitis adalah penyebab umum peritonitis. Selain dari itu, peritonitis juga

memiliki penyebab lainnya seperti:

1. Infeksi bakteri, bakteri merupakan penyebab paling umum dari peritonitis. Bakteri

dapat masuk ke dalam rongga perut melalui luka atau infeksi pada organ perut

seperti usus, kandung kemih, atau saluran empedu.

2. Perforasi organ, yaitu kerusakan pada organ perut seperti usus, kandung kemih,

atau saluran empedu dapat menyebabkan peritonitis jika isi organ tersebut bocor ke

dalam rongga perut.

3. Cedera pada perut, seperti benturan keras atau luka tusuk, dapat merusak organ

perut dan menyebabkan peritonitis.

4. Kondisi medis tertentu, beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan

peritonitis seperti radang usus, dan kanker usus dapat meningkatkan risiko

terjadinya peritonitis.

5. Komplikasi prosedur medis, disebabkan beberapa prosedur medis seperti operasi

perut, dialisis peritoneal, atau pemasangan kateter juga dapat menyebabkan

peritonitis jika terjadi infeksi atau kerusakan pada organ perut.

6. Infeksi menular seksual, seperti gonore atau klamidia dapat menyebabkan infeksi

pada rahim dan saluran tuba, yang pada akhirnya dapat menyebabkan peritonitis.

7. Reaksi alergi atau bahan asing, reaksi alergi atau bahan asing yang masuk ke dalam

rongga perut dapat menyebabkan peritonitis jika tidak segera diobati. Contohnya

ada kassa yang tertinggal saat operasi.6

C. Epidemiologi

Peritonitis merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat

penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen.

1. Secara global

Calamus scriptorius
5

Berdasarkan data WHO, angka kematian sebab peritonitis mencapai 5,9 juta

per tahun dengan angka kematian 9661 ribu orang meninggal. Negara dengan

jumlah tertinggi penderita penyakit peritonitis adalah Amerika Serikat. Pada pasien

dengan asites, prevalensi peritonitis dapat mencapai hingga 18%. Angka ini

meningkat dibandingkan dua dekade yang lalu di mana prevalensi peritonitis hanya

8% pada pasien asites. Dahulu peritonitis bakteri spontan dianggap hanya dapat

terbentuk pada pasien dengan sirosis alkoholik, namun sekarang diketahui bahwa

peritonitis dapat ditemukan pada pasien dengan semua jenis sirosis. Peritonitis

bakterial spontan adalah infeksi bakteri yang paling sering pada pasien sirosis.

Peritonitis bakterial spontan dilaporkan ditemukan pada 10-30% pasien sirosis

yang dirawat di rumah sakit. Sebuah penelitian oleh Ghosh et al di India

menemukan bahwa selama tiga tahun, di beberapa rumah sakit besar terdapat 545

pasien dengan diagnosis peritonitis sekunder, dan 84,58% pasien tersebut adalah

laki-laki. Peritonitis salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah

dengan tingkat kematian sebesar 10-40%.1

Di Republik Demokrasi Kongo, antara 1 Oktober dan 10 Desember 2004,

telah terjadi 615 kasus peritonitis berat (dengan atau tanpa perforasi), termasuk 134

kematian (tingkat fatalitas kasus, 21,8%), yang merupakan komplikasi dari demam

tifoid.

4 Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Hamburg-Altona Jerman,

ditemukan 73% penyebab tersering peritonitis adalah perforasi dan 27% terjadi

pasca operasi. Terdapat 897 pasien peritonitis dari 11.000 pasien yang ada.

Angka kejadian peritonitis di Inggris selama tahun 2002-2003 sebesar

0,0036% (4562 orang).3

2. Secara nasional

Di Indonesia sendiri, jumlah penderita peritonitis berjumlah sekitar 9% dari

jumlah penduduk atau sekitar 179.000 penderita.7

Calamus scriptorius
6

D. Klasifikasi

Peritonitis berdasarkan luas penyebaran infeksinya dibagi menjadi dua yaitu

1. Peritonitis lokal yang merupakan peritonitis dengan nyeri pada bagian tertentu dari

perut. Contoh peritonitis lokal adalah nyeri tekan lokal pada titik McBurney dalam

diagnosis apendisitis

2. Peritonitis general/difus yang ditandai dengan nyeri tekan yang telah meluas di

seluruh lapang perut. Saat iritasi menyebar ke seluruh rongga peritoneum,

peritonitis menjadi general/difus.2

Peritonitis juga dapat diklasifikasikan menurut agen penyebab terjadinya

peritontitis dan menurut sumber kuman yaitu:

Menurut agen

a. Peritonitis kimia, misalnya peritonitis yang disebabkan karena asam lambung,

cairan empedu, cairan pankreas yang masuk ke rongga abdomen akibat

perforasi.

b. Peritonitis septik, merupakan peritonitis yang disebabkan kuman. Misalnya

karena ada perforasi usus, sehingga kuman-kuman usus sampai ke peritonium

dan menimbulkan peradangan.

1. Menurut sumber kuman

a. Peritonitis primer adalah jenis peritonitis yang infeksi kumannya berasal dari

penyebaran secara hematogen (dari darah yang terdapat kuman). Disebut juga

sebagai Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). Peritonitis ini bentuk yang

paling sering ditemukan dan disebabkan oleh perforasi dari kelainan organ

viseral. SBP dapat disebabkan oleh infeksi monobakterial baik oleh bakteri

gram negatif (E. coli, klebsiella pneumonia, pseudomonas aeruginosa),

maupun bakteri gram positif ( streptococcus pneumonia).

Calamus scriptorius
7

b. Peritonitis sekunder, peritonitis bisa disebabkan oleh beberapa penyebab utama,

diantaranya adalah:

• Invasi bakteri oleh adanya kebocoran tractus gastrointestinal atau tractus

urogenital ke dalam rongga abdomen

• Iritasi peritoneum karena bocornya enzim pankreas ke peritoneum

• Benda asing

c. Peritonitis tersier

Peritonitis tersier adalah jenis peritonitis yang terjadi sebagai komplikasi dari

penyakit lain yang mendasar seperti kanker perut, dan rada usus. Penyakit

mendasar ini dapat merusak organ perut, menyebabkan perforasi, atau

menyebabkan kerusakan pada dinding usus atau saluran empedu. Hal ini

memungkinkan bakteri dan isi usus atau kantung empedu bocor ke dalam

rongga perut dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis tersier biasanya terjadi

pada orang yang sudah memiliki kondisi medis yang serius dan memerlukan

perawatan intensif.[3]

E. Faktor Risiko

Faktor risiko peritonitis dapat dibagi menjadi dua kelompok:

1. Modifiable, faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah malnutrisi, kelebihan berat

badan, merokok, depresi, dan status sosial ekonomi rendah.

2. Nonmodifiable, faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah etnis, usia tua,

wanita, diabetes melitus, yang mendasari penyakit ginjal, dan hilangnya fungsi

ginjal.

Selain faktor nonmodifiable dan modifiable ada juga faktor lain yang dapat

meningkatkan resiko kejadian peritonitis, yaitu:[4]

• Penyakit hati

• Appendisitis

Calamus scriptorius
8

• Ulkus gaster

• Infeksi kandung empedu

• Trauma

• CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dyalisis)

• Pankreasitis

F. Manifestasi Klinis

Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat

dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat ataupun

tersebar di seluruh abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan saat penderita

bergerak. Gejala lainnya meliputi:4

• Perut kembung

• Demam dengan temperatur lebih dari 38oC

• Mual dan muntah

• Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma mengakibatkan

kesulitan bernafas

• Takikardia

• Gangguan pencernaan seperti sembelit dan diare

G. Patofisiologi

Patofisiologi peritonitis dimulai dengan invasi bakteri atau mikroorganisme ke

dalam rongga perut melalui lubang atau kerusakan pada organ internal, seperti usus

atau kandung empedu. Bakteri ini kemudian berkembang biak dengan cepat dan

melepaskan toksin dan enzim yang merusak jaringan sekitarnya dan menyebabkan

reaksi inflamasi atau peradangan.

Reaksi inflamasi ini menghasilkan respon tubuh yang menghasilkan hormon

sitokin dan histamin, yang dapat menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas

Calamus scriptorius
9

pembuluh darah, dan perpindahan cairan ke rongga perut. Hal ini mengakibatkan

pembengkakan, kemerahan, dan rasa sakit pada daerah yang terinfeksi. Selain itu,

dalam peritonitis, peritoneum merespons infeksi dengan melepaskan cairan yang berisi

sel darah putih, protein, dan fibrin, yang disebut eksudat peritoneal. Eksudat peritoneal

ini menyebabkan pembentukan abses. Kondisi peradangan yang terjadi pada peritonitis

dapat menyebabkan gangguan fungsi organ-organ di sekitarnya, seperti usus, ginjal,

hati, dan kantung empedu. Pada keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat bakteri

masuk ke dalam pembuluh darah.8

H. Diagnosis

Diagnosis dengan:

1. Anamnesis yang jelas

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan penunjang

4. Diagnosis banding

sangat diperlukan untuk membuat suatu diagnosis yang tepat sehingga pasien

dapat di terapi dengan benar. Kemudian juga terdapat pemeriksaan penunjang pada

pemeriksaan laboratorium yang didapatkan:

• Leukositosis

• Pada foto polos abdomen didapatkan:

- Bayangan peritoneal fat kabur karena infiltrasi sel radang

- Pada pemeriksaan rontgen tampak udara usus merata, berbeda dengan gambaran

ileus obstruksi

- Penebalan dinding usus akibat edema

- Tampak gambaran udara bebas

- Keluarnya cairan ke rongga peritoneum, sehingga pasien perlu dikembalikan

cairan, elektrolit, dan asam basanya agar tidak terjadi syok hipovolemik

Calamus scriptorius
10

Pemeriksaan penunjang lain yang bisa dilakukan adalah dengan USG abdomen,

CT scan, dan MRI.9

I. Tata Laksana

Prinsip utama tata laksanan pada infeksi peritoneum adalah:

1. Mengkontrol sumber infeksi

2. Mengeliminasi bakteri dan toksin

3. Mempertahankan fungsi sistem organ

4. Mengontrol proses inflamasi

Terapi untuk peritonitis terbagi menjadi 3 yaitu:

• Terapi antibiotik

Pada SBP (Spontaneus Bacterial Peritonitis), pemberian antibiotik terutama

adalah dengan Sefalosporin gen-3 atau gen-4 seperti ceftriaxone dan cefepime,

kemudian diberikan antibiotik sesuai dengan hasil kultur. Penggunaan

aminoglikosida sebaiknya dihindarkan terutama pada pasien dengan gangguan

ginjal kronik karena efeknya yang nefrotoksik. Lama pemberian terapi biasanya 5-

10 hari. Pada infeksi inrta-abdominal berat, pemberian imipenem,

piperacilin/tazobactam dan kombinasi metronidazol dengan aminoglikosida. Untuk

metronidazol sebagai pengobatan tambahan untuk infeksi bakteri anaerob.

• Terapi operatif, pembedahan sering diperlukan untuk mengatasi sumber infeksi,

misalnya apendisitis, ruptur organ intra-abomen. Cara ini adalah yang paling efektif.

Pembedahan dilakukan dengan dua cara, pertama, bedah terbuka, dan kedua,

laparoskopi.10

J. Komplikasi

Jika tidak segera ditangani, infeksi di peritoneum dapat menyebar ke aliran darah

dan menyebabkan kerusakan pada sejumlah organ tubuh. Beberapa komplikasi yang

mungkin timbul akibat peritonitis adalah:

Calamus scriptorius
11

• Sindrom hepatorenal, yaitu gagal ginjal progresif

• Sepsis, yaitu reaksi berat akibat bakteri yang sudah memasuki aliran darah

• Ensefalopati hepatik, yaitu hilangnya fungsi otak akibat hati tidak dapat menyaring

racun dari darah

• Abses atau kumpulan nanah pada rongga perut

• Kematian jaringan pada usus

• Perlengketan usus yang dapat menyebabkan usus tersumbat

• Syok septik, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah yang drastis dan sangat

berbahaya.5

K. Pencegahan

Pencegahan peritonitis dapat terbagi menjadi tiga jenis yaitu:

1. Pencegahan primer, yaitu pencegahan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

infeksi pada rongga perut, cara yang bisa dilakukan adalah;

• Menjaga kebersihan dan kesehatan terutama di area perut

• Meminum air bersih dan menjaga kebersihan lingkungan

• Menjaga dan memastikan sterilisasi peralatan yang digunakan untuk perawatan

medis, seperti selang infus, selang drainase, dan alat dialisis

• Mencegah terjadi luka pada perut

2. Pencegahan sekunder, yaitu pencegahan yang dilakukan untuk mencegah infeksi

peritoneum pada pasien dengan faktor risiko tertentu, seperti pasien dengan gagal

ginjal yang menjalani dialisis. Cara yang dapat dilakukan antara lain:

• Memantau kebersihan dan kesehatan pasien secara rutin dan teratur

• Melakukan perawatan medis dengan hati-hati dan steril

• Memastikan peralatan dalam perawatan medis bersih dan steril

Calamus scriptorius
12

3. Pencegahan tersier, yaitu pencegahan untuk mencegah terjadinya infeksi

peritoneum yang kambuh pada pasien yang sudah pernah mengalami peritonitis

sebelumnya. Cara yang dapat dilakukan adalah:

• Melakukan pengobatan dan perawatan yang tepat

• Melakukan pemeriksaan dan pengawasan secara rutin

L. Prognosis

Tingkat kematian tanpa kegagalan organ umumnya kurang dari 5% tetapi dapat

meningkat hingga lebih dari 90% dengan kegagalan organ empat kali lipat. Penundaan

lebih dari 2-4 hari dalam penatalaksanaan baik terapi medis atau terapi bedah jelas

terkait dengan peningkatan angka komplikasi, perkembangan peritonitis tersier,

disfungsi sistem organ, dan kematian. Infeksi tetap (persisten), dan organisme gram

negatif yang resistan terhadap berbagai obat, serta infeksi jamur, terkait dengan hasil

yang lebih buruk dan komplikasi berulang. Pasien yang berumur lebih dari 65 tahun

memiliki peningkatan risiko tiga kali lipat mengembangkan peritonitis umum dan

sepsis daripada pasien yang lebih muda dan tiga kali lebih mungkin meninggal akibat

proses penyakit ini. Artinya adalah gambaran biologis peritonitis berbeda pada orang

lanjut usia, yang lebih cenderung mengalami proses lanjut atau lebih parah daripada

pasien yang lebih muda dengan peritonitis. Faktor yang berhubungan dengan penderita

lebih signifikan daripada jenis dan sumber infeksi sehubungan dengan prognosis pada

infeksi intra-abdominal. Kesimpulannya untuk prognosis penyakit peritonitis adalah

dubia ad malam.5

Calamus scriptorius
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peritonitis merupakan inflamasi pada peritonium dan organ viseral di dalamnya,

dimana merupakan suatu kegawatdaruratan yang dapat disertai dengan sepsis.

Komplikasi berbahaya yang sering terjadi pada peritonitis adalah akibat penyebaran

infeksi dari organ-organ abdomen. Diagnosis peritonitis dapat ditegakkan melalui

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, perlu

ditanyakan terkait riwayat nyeri akut, kualitas nyeri, riwayat demam, serta gejala klinis

lain (sembelit, perut kembung, syok, dehidrasi, mual, muntah, ataupun konstipasi).

Dalam pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan

radiologi. Untuk pemeriksaan laboratorium, hal yang harus dilihat adalah sel darah

putih, urea, dan elektrolit. Pada radiologi, dapat dilakukan foto X-Ray dan akan terlihat

gambaran pneumoperitoneum apabila terjadi perforasi dari hollow organ. Fokus utama

manajemen adalah identifikasi dan pengobatan agen penyebab melalui antibiotik

dan/atau intervensi bedah. Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik spektrum luas.

Tata laksana peritonitis harus disesuaikan dengan kondisi klinis pasien yakni jenis

peritonis yang dialami (lokalisata atau generalisata), atau jenis peritonitis primer,

sekunder, maupun tersier. Untuk pencegahan peritonitis terbagi menjadi tiga jenis

(primer, sekunder, tersier) sesuai dengan fungsi pencegahannya masing masing.

B. Saran

Dalam penulisan KTI penulis seharusnya menggunakan bahasa yang ilmiah dan

baku, terdapat beberapa kosa kata yang masih belum baku.

13

Calamus scriptorius
DAFTAR PUSTAKA

1. Fitria Irmawati Donosepoetro, I. M. E. L. D. A. HUBUNGAN ANTARA


KEJADIAN ASITES PADA CIRRHOSIS HEPATIS DENGAN KOMPLIKASI
SPONTANEOUS BACTERIAL PERITONITIS (Doctoral dissertation,
University of Muhammadiyah Malang). 2009.

2. Sayuti, M. Karakteristik Peritonitis Perforasi Organ Berongga Di Rsud Cut


Meutia Aceh Utara. Averrous: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh.
2020;6(2):68-76.

3. Okaniawan, P. E. P., & Dewi, I. A. S. S. K. DIAGNOSIS DAN


PENDEKATAN TERAPI PASIEN PERITONITIS. Ganesha Medicina.
2022;2(2):120-128.

4. Japanesa, A., Zahari, A., & Rusjdi, S. R. Pola Kasus dan Penatalaksanaan
Peritonitis Akut di Bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2016;5(1).

5. Nirmala, I. G. A. A. I., & Kandarini, Y. Tatalaksana peritonitis bakteri


Staphylococcus Epidermidis pada seorang pasien dengan continuous
ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Intisari Sains Medis. 2020;11(2): 504-
510.

6. Tamara, H. A., & Hanriko, R. Pendekatan Klinis dan Tata Laksana Peritonitis
Sekunder. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung. 2023;6(2):63-68.

7. Mannana, A., Tangel, S. J. C., & Prasetyo, E. Diagnosis akut abdomen akibat
peritonitis. e-CliniC. 2021;9(1).

8. Jamal, F., & Rizky, A. Manajemen Anestesi pada Peritonitis. Jurnal


Kedokteran Nanggroe Medika. 2021;4(3):1-7.

9. HADIANTO, M. D. A. Peritonitis Rate Dan Angka Kematian Pada Pasien


CAPD Di Asia Tenggara: Protokol Systematic Review. Jurnal Medika Hutama.
2022:2135-2142.

10. Sofiana, B. D., Hidayat, F., & Anwar, M. Karakteristik Penderita Peritonitis Di
RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie. Kieraha Medical Journal. 2022;4(1):8-14.

14

Calamus scriptorius
15

Calamus scriptorius
15

Anda mungkin juga menyukai