Diajukan Oleh
Muhammad Luthfi
2210911110007
Muhammad Fachriyad
NIA. TBM-Cs/M/XXV/07
ii
Calamus scriptorius
ABSTRAK
PERITONITIS
Muhammad Luthfi
iii
Calamus scriptorius
ABSTRACT
PERITONITIS
Muhammad Luthfi
iv
Calamus scriptorius
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penyusunan karya tulis yang berjudul “Peritonitis” dapat selesai tepat
pada waktunya. Dalam karya tulis ilmiah ini penulis mendapat bimbingan dan petunjuk
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum
sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi
perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis
Muhammad Luthfi
Calamus scriptorius
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….... i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. ii
ABSTRAK………………………………………………………………… iii
ABSTRACT……………………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. v
DAFTAR ISI………………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………….. 1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………… 2
D. Manfaat Penulisan………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………… 3
A. Definisi……………………………………………………… 3
B. Etiologi……………………………………………………… 3
C. Epidemiologi………………………………………………... 4
D. Klasifikasi…………………………………………………… 5
E. Faktor Risiko………………………………………………... 7
F. Manifestasi Klinis…………………………………………… 7
G. Patofisiologi…………………………………………………. 8
H. Diagnosis……………………………………………………. 9
I. Tata Laksana………………………………………………… 10
J. Komplikasi………………………………………………….. 10
K. Pencegahan…………………………………………………. 11
L. Prognosis……………………………………………………. 12
BAB III PENUTUP……………………………………………………... 13
A. Kesimpulan………………………………………………….. 13
B. Saran………………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 14
vi
Calamus scriptorius
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh yang
terdiri dari peritoneum parietal yang melapisi dinding rongga abdomen dan peritoneum
viseral yang meliputi semua organ viseral dalam rongga abdomen. Salah satu penyakit
komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ
abdomen. Berdasarkan data WHO, angka mortalitas peritonitis mencapai 5,9 juta per
tahun dengan angka kematian 9661 ribu orang meninggal, dimana negara tertinggi
penderita peritonitis berjumlah sekitar 9% dari jumlah penduduk atau sekitar 179.000
penderita. Oleh karena itu penulis ingin menuliskan karya tulis ilmiah berjudul
“Peritonitis”.
B. Rumusan Masalah
Calamus scriptorius
2
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi penulisan dan bagi pembaca adalah
1. Bagi penulis
2. Bagi pembaca
Calamus scriptorius
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Peritonis adalah sebuah penyakit yang disebabkan adanya suatu inflamasi atau
peradangan pada selaput peritonium yang didalamnya terdiri atas membran serosa yang
peritonitis menurut para ahli adalah sebagai berikut. Peritonitis adalah peradangan pada
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya
akan vaskularisasi dan aliran limpa. Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang
sebesar dalam tubuh yang terdiri dua bagian utama yaitu peritoneum parietal yang
melapisi dinding rongga abdominal, dan rongga peritoneum viseral yang meliputi
semua organ yang berada pada didalam rongga itu.1 Peritonitis biasanya terjadi akibat
infeksi bakteri atau benda asing yang masuk ke dalam rongga perut melalui lubang atau
luka pada organ-organ perut seperti usus, kandung kemih, atau saluran empedu.
Peritonitis dapat menyebabkan rasa sakit perut yang hebat, mual dan muntah, demam,
dan penurunan kesadaran. Peritonitis termasuk keadaan yang serius dan memerlukan
perawatan medis segera. Jika tidak diobati dengan cepat, peritonitis dapat
menyebabkan kerusakan organ dalam, infeksi darah, dan kematian. Peritonitis juga
merupakan suatu kegawatdaruratan yang dapat disertai dengan sepsis yang biasanya
terjadi dikarenakan bahan kimia yang dilepaskan di dalam aliran darah untuk melawan
B. Etiologi
Penyebab peritonitis bermacam macam terkait dengan lokasi geografis dan faktor
Calamus scriptorius
4
2
apendisitis adalah penyebab umum peritonitis. Selain dari itu, peritonitis juga
1. Infeksi bakteri, bakteri merupakan penyebab paling umum dari peritonitis. Bakteri
dapat masuk ke dalam rongga perut melalui luka atau infeksi pada organ perut
2. Perforasi organ, yaitu kerusakan pada organ perut seperti usus, kandung kemih,
atau saluran empedu dapat menyebabkan peritonitis jika isi organ tersebut bocor ke
3. Cedera pada perut, seperti benturan keras atau luka tusuk, dapat merusak organ
peritonitis seperti radang usus, dan kanker usus dapat meningkatkan risiko
terjadinya peritonitis.
6. Infeksi menular seksual, seperti gonore atau klamidia dapat menyebabkan infeksi
pada rahim dan saluran tuba, yang pada akhirnya dapat menyebabkan peritonitis.
7. Reaksi alergi atau bahan asing, reaksi alergi atau bahan asing yang masuk ke dalam
rongga perut dapat menyebabkan peritonitis jika tidak segera diobati. Contohnya
C. Epidemiologi
1. Secara global
Calamus scriptorius
5
Berdasarkan data WHO, angka kematian sebab peritonitis mencapai 5,9 juta
per tahun dengan angka kematian 9661 ribu orang meninggal. Negara dengan
jumlah tertinggi penderita penyakit peritonitis adalah Amerika Serikat. Pada pasien
dengan asites, prevalensi peritonitis dapat mencapai hingga 18%. Angka ini
meningkat dibandingkan dua dekade yang lalu di mana prevalensi peritonitis hanya
8% pada pasien asites. Dahulu peritonitis bakteri spontan dianggap hanya dapat
terbentuk pada pasien dengan sirosis alkoholik, namun sekarang diketahui bahwa
peritonitis dapat ditemukan pada pasien dengan semua jenis sirosis. Peritonitis
bakterial spontan adalah infeksi bakteri yang paling sering pada pasien sirosis.
menemukan bahwa selama tiga tahun, di beberapa rumah sakit besar terdapat 545
pasien dengan diagnosis peritonitis sekunder, dan 84,58% pasien tersebut adalah
laki-laki. Peritonitis salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah
telah terjadi 615 kasus peritonitis berat (dengan atau tanpa perforasi), termasuk 134
kematian (tingkat fatalitas kasus, 21,8%), yang merupakan komplikasi dari demam
tifoid.
ditemukan 73% penyebab tersering peritonitis adalah perforasi dan 27% terjadi
pasca operasi. Terdapat 897 pasien peritonitis dari 11.000 pasien yang ada.
2. Secara nasional
Calamus scriptorius
6
D. Klasifikasi
1. Peritonitis lokal yang merupakan peritonitis dengan nyeri pada bagian tertentu dari
perut. Contoh peritonitis lokal adalah nyeri tekan lokal pada titik McBurney dalam
diagnosis apendisitis
2. Peritonitis general/difus yang ditandai dengan nyeri tekan yang telah meluas di
Menurut agen
perforasi.
a. Peritonitis primer adalah jenis peritonitis yang infeksi kumannya berasal dari
penyebaran secara hematogen (dari darah yang terdapat kuman). Disebut juga
paling sering ditemukan dan disebabkan oleh perforasi dari kelainan organ
viseral. SBP dapat disebabkan oleh infeksi monobakterial baik oleh bakteri
Calamus scriptorius
7
diantaranya adalah:
• Benda asing
c. Peritonitis tersier
Peritonitis tersier adalah jenis peritonitis yang terjadi sebagai komplikasi dari
penyakit lain yang mendasar seperti kanker perut, dan rada usus. Penyakit
menyebabkan kerusakan pada dinding usus atau saluran empedu. Hal ini
memungkinkan bakteri dan isi usus atau kantung empedu bocor ke dalam
pada orang yang sudah memiliki kondisi medis yang serius dan memerlukan
perawatan intensif.[3]
E. Faktor Risiko
1. Modifiable, faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah malnutrisi, kelebihan berat
2. Nonmodifiable, faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah etnis, usia tua,
wanita, diabetes melitus, yang mendasari penyakit ginjal, dan hilangnya fungsi
ginjal.
Selain faktor nonmodifiable dan modifiable ada juga faktor lain yang dapat
• Penyakit hati
• Appendisitis
Calamus scriptorius
8
• Ulkus gaster
• Trauma
• Pankreasitis
F. Manifestasi Klinis
Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat
dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat ataupun
tersebar di seluruh abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan saat penderita
• Perut kembung
kesulitan bernafas
• Takikardia
G. Patofisiologi
dalam rongga perut melalui lubang atau kerusakan pada organ internal, seperti usus
atau kandung empedu. Bakteri ini kemudian berkembang biak dengan cepat dan
melepaskan toksin dan enzim yang merusak jaringan sekitarnya dan menyebabkan
Calamus scriptorius
9
pembuluh darah, dan perpindahan cairan ke rongga perut. Hal ini mengakibatkan
pembengkakan, kemerahan, dan rasa sakit pada daerah yang terinfeksi. Selain itu,
dalam peritonitis, peritoneum merespons infeksi dengan melepaskan cairan yang berisi
sel darah putih, protein, dan fibrin, yang disebut eksudat peritoneal. Eksudat peritoneal
ini menyebabkan pembentukan abses. Kondisi peradangan yang terjadi pada peritonitis
hati, dan kantung empedu. Pada keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat bakteri
H. Diagnosis
Diagnosis dengan:
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
4. Diagnosis banding
sangat diperlukan untuk membuat suatu diagnosis yang tepat sehingga pasien
dapat di terapi dengan benar. Kemudian juga terdapat pemeriksaan penunjang pada
• Leukositosis
- Pada pemeriksaan rontgen tampak udara usus merata, berbeda dengan gambaran
ileus obstruksi
cairan, elektrolit, dan asam basanya agar tidak terjadi syok hipovolemik
Calamus scriptorius
10
Pemeriksaan penunjang lain yang bisa dilakukan adalah dengan USG abdomen,
I. Tata Laksana
• Terapi antibiotik
adalah dengan Sefalosporin gen-3 atau gen-4 seperti ceftriaxone dan cefepime,
ginjal kronik karena efeknya yang nefrotoksik. Lama pemberian terapi biasanya 5-
misalnya apendisitis, ruptur organ intra-abomen. Cara ini adalah yang paling efektif.
Pembedahan dilakukan dengan dua cara, pertama, bedah terbuka, dan kedua,
laparoskopi.10
J. Komplikasi
Jika tidak segera ditangani, infeksi di peritoneum dapat menyebar ke aliran darah
dan menyebabkan kerusakan pada sejumlah organ tubuh. Beberapa komplikasi yang
Calamus scriptorius
11
• Sepsis, yaitu reaksi berat akibat bakteri yang sudah memasuki aliran darah
• Ensefalopati hepatik, yaitu hilangnya fungsi otak akibat hati tidak dapat menyaring
• Syok septik, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah yang drastis dan sangat
berbahaya.5
K. Pencegahan
peritoneum pada pasien dengan faktor risiko tertentu, seperti pasien dengan gagal
ginjal yang menjalani dialisis. Cara yang dapat dilakukan antara lain:
Calamus scriptorius
12
peritoneum yang kambuh pada pasien yang sudah pernah mengalami peritonitis
L. Prognosis
Tingkat kematian tanpa kegagalan organ umumnya kurang dari 5% tetapi dapat
meningkat hingga lebih dari 90% dengan kegagalan organ empat kali lipat. Penundaan
lebih dari 2-4 hari dalam penatalaksanaan baik terapi medis atau terapi bedah jelas
disfungsi sistem organ, dan kematian. Infeksi tetap (persisten), dan organisme gram
negatif yang resistan terhadap berbagai obat, serta infeksi jamur, terkait dengan hasil
yang lebih buruk dan komplikasi berulang. Pasien yang berumur lebih dari 65 tahun
memiliki peningkatan risiko tiga kali lipat mengembangkan peritonitis umum dan
sepsis daripada pasien yang lebih muda dan tiga kali lebih mungkin meninggal akibat
proses penyakit ini. Artinya adalah gambaran biologis peritonitis berbeda pada orang
lanjut usia, yang lebih cenderung mengalami proses lanjut atau lebih parah daripada
pasien yang lebih muda dengan peritonitis. Faktor yang berhubungan dengan penderita
lebih signifikan daripada jenis dan sumber infeksi sehubungan dengan prognosis pada
dubia ad malam.5
Calamus scriptorius
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komplikasi berbahaya yang sering terjadi pada peritonitis adalah akibat penyebaran
ditanyakan terkait riwayat nyeri akut, kualitas nyeri, riwayat demam, serta gejala klinis
lain (sembelit, perut kembung, syok, dehidrasi, mual, muntah, ataupun konstipasi).
radiologi. Untuk pemeriksaan laboratorium, hal yang harus dilihat adalah sel darah
putih, urea, dan elektrolit. Pada radiologi, dapat dilakukan foto X-Ray dan akan terlihat
gambaran pneumoperitoneum apabila terjadi perforasi dari hollow organ. Fokus utama
dan/atau intervensi bedah. Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik spektrum luas.
Tata laksana peritonitis harus disesuaikan dengan kondisi klinis pasien yakni jenis
peritonis yang dialami (lokalisata atau generalisata), atau jenis peritonitis primer,
sekunder, maupun tersier. Untuk pencegahan peritonitis terbagi menjadi tiga jenis
B. Saran
Dalam penulisan KTI penulis seharusnya menggunakan bahasa yang ilmiah dan
13
Calamus scriptorius
DAFTAR PUSTAKA
4. Japanesa, A., Zahari, A., & Rusjdi, S. R. Pola Kasus dan Penatalaksanaan
Peritonitis Akut di Bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2016;5(1).
6. Tamara, H. A., & Hanriko, R. Pendekatan Klinis dan Tata Laksana Peritonitis
Sekunder. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung. 2023;6(2):63-68.
7. Mannana, A., Tangel, S. J. C., & Prasetyo, E. Diagnosis akut abdomen akibat
peritonitis. e-CliniC. 2021;9(1).
10. Sofiana, B. D., Hidayat, F., & Anwar, M. Karakteristik Penderita Peritonitis Di
RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie. Kieraha Medical Journal. 2022;4(1):8-14.
14
Calamus scriptorius
15
Calamus scriptorius
15