Anda di halaman 1dari 12

Nama: Muhammad Farhan Pratama

Nim: 11211120000081
Kelas: 1C
ETIKA PENULISAN KARYA ILMIAH

A. ETIKA PENULISAN KARYA ILMIAH

Etika penulisan karya ilmiah merupakan suatu kalimat yang terbentuk dari dua hal yang
penting yaitu, etika dan karya ilmiah. Kata etika merupakan kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu esthos, yang bermakna yaitu adat kebiasaan, watak, atau kelakuan manusia.
Sebagai suatu istilah yang cukup banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, maupun kata
tersebut sudah memiliki arti yang lebih luas dari sekedar artiannya dari etimologis maupun
harfiah. (Sudarminta 2013: 2).

Etika merupakan sesuatu nilai yang baik dan buruk yang dijadikan norma dalam
berperilaku dalam bermasyarakat. Etika juga memiliki makna keindahan dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungan masyarakat. Seseorang akan dipandang baik oleh orang lain
apabila dia melakukan suatu yang beretika atau berprilaku baik terhadap orang disekitarnya.
Dengan beretika maka seseorang akan mudah diterima di masyarakat dan orang-orang akan
memberikan rasa hormat kepada orang yang memiliki etika yang baik.

Pengertian dari etika penulisan karya ilmiah menurut Arifin dan Zaenal dalam bukunya
untuk memahami suatu karya ilmiah yang untuk dipublikasi untuk melakukan suatu yang
mendefinisikan sebuah etika penulisan karya ilmiah untuk sebagai suatu konsep dari sebuah
karya ilmiah yang mengarah kepada suatu perilaku yang baik dan pantas dimasukan
kedalam suatu karya ilmiah yang berdasarkan suatu nilai-nilai norma agama, moralitas,
kemanusiaan, dan peran keilmuan masing-masing peneliti untuk melakukan suatu karya
ilmiah dan begitu juga peranan seorang mahasiswa yang dijadi suatu subjek terpenting
dalam kebutuhan suatu karya tulis ilmiah, sedangkan dosen harus memahami dan semua
orang wajib memahami bagaimana pentingnya penulisan artikel atau karya ilmiah dengan
baik dan benar untuk dipublikasikan dengan cara media cetak. (Darmawan Napitulu dkk.
2020:26).

Etika merupakan penulisan karya ilmiah yang semacam memiliki dalam beberapa
seperangkat norma yang harus dipatuhi oleh seorang penulis dalam menulis suatu karya
ilmiah yang berkaitan dengan kalimat yang kutip dalam paragraf, perujukan, perizinan,
penggunaan bahan, dan serta penyebutan sumber data atau informan dalam menulis karya
ilmiah. Dalam menulis karya ilmiah seharusnya penulis menggunakan pengutipan secara
jelas yang menyebutkan sumber yang telah digunakan untuk rujukan dalam karya ilmiah.
Dalam pemakaian bahan atau pikiran dari suatu sumber yang dikutip oleh orang lain serta
tidak digunakan dengan rujukan dapat diartikan dengan pencurian karya ilmiah seseorang.
(Ahmad Rofi’uddin, 2017:50).

B. PENGERTIAN KARYA ILMIAH

Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya yang memiliki sebuah arti
yaitu kerja dan hasil kerja, sementara itu pengertian dari kata ilmiah yang memiliki suatu
artian yang bersifat keilmuan bagi seseorang. Dengan demikian karya ilmiah berarti kerja
yang menghasilkan suatu kerjaan yang berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat keilmuan.
Pengertian dari ilmu merupakan pengetahuan sesuatu untuk diperoleh yang berdasarkan
suatu metode-metode ilmiah. Karya ilmiah merupakan sebuah karya seseorang yang telah
disusun dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah yang
sesungguhnya.

Karya ilmiah merupakan sebuah karya tulis seseorang yang telah melakukan penelitian
mengenai suatu hal lalu ia menuliskan hasil penelitiannya tersebut. Contoh karya ilmiah
adalah skripsi, tesis, dan disertasi. Skripsi merupakan karya tulis pada jenjang yang paling
awal di perguruan tinggi yang bertujuan untuk melatih mahasiswa merumuskan hasil
telaahan secara sistematik dan logis, dan atau memperkenalkan metodologi penelitian
secara nyata kepada mahasiswa. Skripsi merupakan tugas akhir bagi mahasiswa untuk
menyelesaikan studi tingkat sarjana atau S1 (Nasuhi 2007: 2).

Kalimat yang terdapat dalam suatu karya ilmiah yang harus disesuaikan dengan standar
bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar dalam menulis kata-kata tersebut. Dengan
demikin maksud dari standar Bahasa Indonesia yang baku adalah menulis kata dengan
efektif penggunaan katanya dan efektif dalam penempatan suatu kata kedalam suatu
kalimat. Efektifitas penempatan dan penggunaan kata mempengaruhi efektif kalimat dalam
menulis kedalam suatu kalimat yang dibikin. (Hasnun 2004: 46).

Karya ilmiah merupakan kalimat yang dibuat atau dikerjakan oleh seseorang dengan
melakukan suatu penelitian tertentu dengan menentukan suatu topik masalah yang berada
dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Seorang yang melakukan penelitian karya
ilmiah harus dengan cara atau metodologi tertentu dalam mengumpulkan suatu data yang
ada dalam masyarakat.

C. SYARAT MENULISAN KARYA ILMIAH


Menulis karya ilmiah memerlukan beberapa syarat minimal empat syarat yaitu sebagai
berikut, (Dwiloka dan Riana 2005:3) yaitu :
a) Mendapatkan sebuah motivasi dan disiplin yang tinggi

Pentingnya seseorang untuk mendapat kan motivasi dari seseorang untuk melakukan
penelitian atau penulisan karya ilmiah pada seseorang yang melakukannya. Dislipin perlu
dilakukan untuk dilakukannya dalam penelitian sebab itu kalua tidak disiplin akan
menyebabkan suatu penelitian yang dilakukan oleh seseorang akan sia-sia dikarenakan tidak
konsisten dalam melakukan penelitian tersebut.

b) Mengembangkan kemampuan dalam mengolah data

Mengembangkan kemampuan wajib dilakukan dalam melakukan penulisan karya ilmiah


sebab dapat memperluaskan dalam mengelola suatu data yang diteliti oleh seseorang dalam
melakukan penulisan karya ilmiah.

c) Mengembangkan kemampuan dalam berpikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)

Mengembangkan kemampuan dalam berpikir logis dan terpadu yaitu harus diwajibkan
dikarenakan itu merupakan yang terpeting dalam melakukan penulisan karya ilmiah untuk
menentukan kalimat yang dapat dimengerti dan bisa tersistematis yang membacanya suatu
karya ilmiah yang telah dibuat.

d) Mengembangkan kemampuan dalam berbahasa yang baik dan benar sesuai Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI)

Mengembangkan kemampuan dalam berbahasa yang baik dan benar sesuai Kamus Besar
Bahasa Indonesia merupakan hal yang wajib dilakukan oleh seseorang yang membuat suatu
karya ilmiah dikarenakan penulisan tersebut harus menggunakan kata-kata yang baku.

D. GAYA PENULISAN ARTIKEL ILMIAH


Pada dasarnya penulisan artikel ilmiah dapat mengikuti gaya penulisan keilmuan. Proses
dan tahapan yang dilakukan oleh penulis pada dasarnya sama yakni dapat mengambil
keputusan dalam suatu keterangan-keterangan apa yang ingin disampaikan dan bagaimana
cara untuk menghubungkan bagian satu dengan yang lain sehingga menjadi satu kesatuan
yang utuh. Dapat disimpulkan bawah istilah ini kita bisa disebut dengan menulis outline
penelitiannya. Dengan cara ini dapat di jadikan outline tersebut berarti dalam suatu peneliti
telah mendapatkan suatu keputusan apa yang telah ingin disampaikan dan bagaimana tiap
bagiannya dapat dihubungkan dengan bagian yang lain secara logis. Sehingga dapat
mengubah suatu pemikiran suatu penelitian bagaimana cara untuk mengembangkan hal-hal
yang telah dihubungkan di atas secara lebih terperinci. Dengan car aini dapat membuat
kerangka outline yang baik. Peneliti ini mendapat suatu penglihatan dengan jelas apakah
semua materi dapat dimasukkan ataukah ada sesuatu kalimat yang ditinggal. Outline
tersebut kemudian dikembangkan dengan cara menambah subtopic, bagian, subbagian, dan
lain-lain. (Darmawan Napitupulu dkk. 2020:29)
Menurut I M Sukamerta et al., (2017), beliau memberikan langkah-langkah dalam membuat
outline antara lain:

• Membuat suatu outline dengan cara menyenderhankan suatu kalimat atau mungkin bisa
dengan mengatur suatu topik dengan secara logis dan mudah dipahami.

• Dari outline tersebut dapat mudah diatur topik-topik umumnya, kemudian bisa
dikembangkan Kembali dengan cara menjabarkan topik-topik tersebut dengan secara logis.

• Selanjutnya bisa mengembangkan outline yang di atas dapat lebih lanjut dengan
mengadakan pengaturan kembali dari topik-topik yang ingin dianalisa dalam pengaturan
yang lebih efektif dan rasional.

• Selanjutnya penulis mulai menuliskan suatu kalimat dengan outline yang sudah disiapkan
dengan memasukkan suatu data dan tabel-tabel, grafik, dan data lainnya.

Dalam hal ini suatu gaya penulisan ilmiah harus menitikberatkan sifat reproduktif, artinya
penerima suatu informasi pesan (artikel ilmiah) mendapatkan sebuah pesan yang benar-
benar sama dengan yang harus disampaikan dan tidak boleh terdapat penafsiran yang lain
selain dari isi yang terkandung dalam pesan tersebut. (Darmawan Napitupulu dkk. 2020:29)

E. TUJUAN DARI ETIKA PENULISAN KARYA ILMIAH


1. Menjamin akurasi temuan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Hasil karya ilmiah yang murni hasil penelitian yang telah dilakukan oleh seseorang
dengan baik dan benar tanpa adanya hasil curian penelitian dari seseorang maka
hasil dari karya ilmiah tersebut dapat diterima bagi orang lain serta ilmu yang berada
dalam suatu karya ilmiah tersebut dapat diterima oleh pembaca lalu dapat
dikembangkan dalam membuat suatu dasar atau patokan untuk pengembangan dari
suatu ilmu pengetahuan yang menjamin keakurasian dari sumber dalam penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh ilmuan yang meneliti.

2. Menjamin mendapatkan sebuah pelindungan hak penilitian.

Dalam suatu hal yang paling terpenting untuk menghindari dalam membuat karya
ilmiah yaitu plagiarisme. Para penulis karya ilmiah mengkhawatirkan hasil dari suatu
penelitiannya dicuri atau dikutip secara diam-diam tanpa izin penulis. Maka dengan
demikian kita harus mempelajari suatu etika menulis karya ilmiah dengan itu kita
telah melindungi keaslian karya ilmiah seseorang yang akan terjaga serta untuk
menghindari dari suatu tindakan yang menyebabkan pelanggaran hukum dan dapat
membuat pelanggaran tersebut dikenakan sanksi oleh pengadilan.
3. Menjamin mendapatkan sebuah pelindungan sebuah objek peneliti dari pemalsuan
dan kerusakan data sebuah penulisan karya ilmiah.

Pelaku plagiarisme atau orang yang mengambil kutipan dari karya ilmiah seseorang
atau dengan kata lain mencuri hasil pemikiran seseorang telah melakukan tindakan
pemalsuan hasil karya serta dapat merusak karya ilmiah asli yang ia curi
pernyataannya.

4. Menjamin kerasiaan dan menjaga reputasi ilmuwan yang meneliti suatu karya
ilmiah.

Dengan mengedepankan etika dalam membuat sebuah karya ilmiah maka reputasi
ilmuwan dapat terjaga. Tidak hanya reputasi seorang ilmuwan saja yang terjaga,
tetapi seorang yang akan membuat karya ilmiah tanpa adanya tindakan melanggar
hukum maka orang tersebut mendapatkan tanggapan yang baik dari pembaca yang
secara tidak langsung membangun reputasi ia sebagai seorang pembuat karya
ilmiah.

5. Menegakkan suatu etika moral dalam berperilaku. (Ismail, Bambang Triyanto,


2020:10)

Kebaikan dapat dimulai dari hal terkecil, dengan membiasakan berbuat baik maka
akan membawa pengaruh yang besar terhadap kebiasan dalam kehidupan
bermasyarakat. Perbuatan yang dilandaskan atas dasar etika yang baik akan
membawa pengaruh yang baik juga. Dengan mengedepankan etika dan nilai moral
yang baik maka seseorang akan senantiasa berprilaku baik. Menghindari tindakan
melanggar peraturan dalam menulis karya ilmiah tentu akan membawa nilai positif
terhadap karya yang diciptakan. Selain dapat dipercaya oleh pembaca, juga sebagai
rasa hormat terhadap para penulis karya ilmiah yang lain. Dengan begitu keaslian,
akurasi, dan reputasi akan terjaga dengan baik.

Penulis dituntut untuk menjunjung tinggi posisi terhormatnya sebagai orang


terpelajar, dengan cara menjaga kebenaran hakiki, manfaat dan makna informasi
yang akan disebarluaskannya sehingga tidak menyesatkan orang lain dan penulis
berkewajiban menjunjung tinggi hak, pendapat, atau temuan orang lain sehingga
selalu menjauhi perbuatan tercela seperti mengambil ide dan gagasan orang lain
(Rifai 2011: 5-6)

F. FUNGSI DARI ETIKA PENULISAN ILMIAH


 Sebagai bagian dalam sistem iptek yang menentukan kemajuan ilmu pengetahuan
dalam bidang etika penulisan ilmiah.

Dengan adanya semangat para pelaku ilmu pengetahuan untuk membuat suatu
karya ilmiah yang beretika maka sebuah sistem akan terbentuk. Sistem ini adalah
suatu standar yang mendasari pelaku ilmu pengetahuan untuk semakin berkembang
serta membangun kemajuan dalam ilmu pengetahuan.

 Menjaga dan memelihara hati nurani diri seorang peneliti dengan menjunjung tinggi
moralitas peneliti.

Dari adanya etika tidak hanya membuat citra yang baik dalam masyarakat. Tetapi
juga merupakan bentuk menjaga atau memelihara hati nurani seorang pelaku ilmu
pengetahuan dengan cara berpegang teguh terhadap nilai-nilai moral yang ada.

 Memberi pengawalan dalam penghormatan pada suatu nilai-nilai etika penulisan


dalam penelitian. (Ismail, Bambang Triyanto, 2020:10)

Pengawalan terhadap etika penulisan karya ilmiah harus dilakukan oleh setiap
penulis. Dengan begitu maka para pelaku karya ilmiah terus menghasilkan produk
ilmiah yang baik pada masa sekarang dan seterusnya.

 Membangun iklim penelitian yang sehat, kuat dan bermartabat

Dengan menerapkan etika penulisan karya ilmiah maka para pelaku karya ilmiah
dapat mengerjakan sistem penelitiannya dengan penuh semangat. Dan persaingan
yang mereka hadapi merupakan ssebuah persaingan yang sehat serta membuat para
pelaku karya ilmiah semakin kuat integritasnya tetapi tidak mengurangi rasa hormat
sedikit pun pada pelaku karya ilmiah yang lainnya.

G. TUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Tujuan menulis karya ilmiah merupakan untuk menyampaikan gagasan atau ide dari
penulis dengan caranya sendiri sehingga dapat di mengerti khalayak publik dan dapat di
gunakan dengan sebaik mungkin sehingga bisa bermanfaat bagi khalayak umum.
Berikut ini pengertian tujuan menulis karya ilmiah menurut Suhandi mengatakan bahwa
adapun tujuan seorang penulis karya ilmiah yang dilakukan oleh siswa yaitu ( Suhandi
2018:6-7).
1. Dapat membantu mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang tulis-menulis.
2. Membantu dalam mengasah kepekaan siswa terhadap berbagai fenomena global dan
lokal, berbagai peristiwa yang terjadi, serta situasi dan kondisi yang ada disekitarnya.
3. Melatih siswa untuk berpikir logis, metodologis, sistematis, solutif dan dapat
memecahkan suatu masalah dalam suatu karya ilmiah.
4. Membantu dalam mengasah kemampuan siswa dalam melakukan penelitian, menyusun
laporan dan menyajikan dalam bentuk karya ilmiah untuk dikonsumsi oleh orang lain.
5. Dapat membantu dalam penguasaan siswa tentang materi-materi pelajaran yang telah
diterima di sekolah.
6. Mengungkapkan fakta dan mengemukakan temuan baru yang bermanfaat bagi manusia
dan perkembangan ilmu pengetahuan.

H. MANFAAT KARYA TULIS ILMIAH

Menurut Sikumbang sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari


kegiatan tersebut, yang intinya adalah sebagai berikut (1981:2-5).
1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena
sebelum menulis karya ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya
dengan topik yang hendak dibahas.
2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil
sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan
dalam catalog pengarang atau katalog judul buku.
4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data
dan fakta secara jelas dan sistematis.
5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.
6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

I. KODE ETIK DALAM PENULISAN ILMIAH


Kode etik yang didalam penyusunan karya tulis ilmiah meliputi hal-hal sebagai berikut:
• Penulisan harus dilakukan secara bertanggung jawab, cermat, dan seksama.
• Karya tulis ilmiah harus orisinil, bukan jiplakan dari hasil karya orang lain.
• Menjaga kebeneran, fakta, dan manfaat yang disampaikan.
• Bertanggung jawab atas tulisannya.
• Menerima saran dan kritik yang diterima dari pembaca, reviewer, maupun editor
• Menyadari secara sepenuhnya untuk tidak melakukan pelanggaran dalam penulisan karya
ilmiah. (Ismail dan Bambang Triyanto, 2020:9)

J. PLAGIARISME

Plagiarisme secara sederhana adalah upaya untuk menunjukan kepada orang lain bahwa
kita memiliki sebuah gagasan yang orisinal di saat sebenarnya kita hanya mengutip buah
karya orang lain atau bisa dikatakan kita mencuri pemikiran orang lain ( Indrianti 2015: 25).
Pada pengertian tersebut terdapat sebuah kata kunci yaitu mencuri. Kata lain dari
plagiarisme adalah mencuri karena pada dasarnya kita mengambil hasil pemikiran orang lain
dengan membuat anggapan kepada pembaca bahwa kita yang mengeluarkan kata-kata
tersebut. Tindakan tersebut sangatlah berbahaya karena pada dasarnya kita telah
melakukan pelanggaran hukum.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 menyatakan bahwa
plagiat merupakan suatu perbuatan yang disengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh
suatu nilai di sebuah kalimat yang didalam merupakan karya ilmiah seseorang, dengan
mengutip sebagian kalimat dalam karya ilmiah oleh pihak lain yang diakui oleh sebagai pihak
dalam suatu karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai kutipan
dalam suatu karya ilmiah.
Plagiarisme juga berarti menjiplak atau menduplikasi hasil karya orang lain baik secara
sengaja atau tidak sengaja. Walaupun kita tidak ada niatan sama sekali untuk melakukan
plagiarisme, tetapi kita terbukti telah melakukan plagiarisme maka tetap saja kita akan
mendapatkan sanksi. Karena terdapat undang-undang mengenai hak cipta yang mana
undang-undang tersebut melindungi buah karya seorang penulis. Apabila kita melakukan
pelanggaran maka kita akan berhadapan dengan hukum yang ada dalam undang-undang.
Oleh karena itu, jika kita ingin mengutip kata-kata dari hasil buah karya orang lain tanpa
melakukan tindakan pelanggaran hukum maka kita harus menyebutkan atau
mencamntumkan secara jelas sumber yang kita ambil untuk dituangkan dalam penulisan
atau karya ilmiah kita.
K. TIPE-TIPE PLAGIARISME

1. Plagiarisme Ide (Plagiarism of Ideas)

Tipe plagiarisme ini relatif sulit dibuktikan karena ide atau gagasan itu bersifat abstrak
dan berkemungkinan memiliki persamaan dengan ide orang lain. Oleh karena itu, perlu
bahan bukti yang cukup untuk memastikan adanya plagiarisme. Namun demikian, salah satu
kunci untuk membuktikan adanya plagiarisme adalah dengan mempertanyakan apakah ia
mendapatkan keuntungan dari pemikiran orang lain. Menurut UU Hak Cipta, karya-karya
adaptasi, gubahan dan saduran mendapatkan perlindungan tersendiri.

2. Kloning
Kloning juga dapat dikatan dengan menjiplak atau membuat kembali hal sama seperti
sebelumnya. Kloning merupakan bentuk kecurangan di mana penulis tidak menyebutkan
sumber rujukan gagasannya dan mengakui gagasan tersebut sebagai miliknya.

3. Plagiarisme Kepengarangan (Plagiarism of Authorship)


Plagiarisme kepengarangan suatu karya bisa terjadi apabila seseorang mengaku sebagai
pengarang dari karya tulis yang disusun oleh orang lain. Dalam hal tersebut tindakan ini
terjadi atas dasar kesadaran dan motif kesengajaan untuk dapat ‘membohongi’ suatu karya
kepada khalayak publik. Karena tindakan tersebut dapat merugikan publik dan penulis
aslinya.

4. Tulisan Hybrid
Tulisan yang menggabungkan antara sebuah sumber tujukan yang sudah dituliskan
dengan tepat dengan sebuah sumber rujukan yang ditulis tanpa menyebutkan sumbernya
(Indrianti 2015: 29). Atau dengan kata lain, ada beberapa sumber kutipan yang sebagian
disebutkan sumbernya tapi ada juga yang tidak disebutkan sumbernya.

5. Tulisan “Re-Tweet”
Istilah dalam sosial media di mana pendapat seseorang dalam dunia maya dinilai cocok
atau tepat sehingga dengan sengaja pendapat tersebut disampaikan ulang. Dalam dunia
media sosial, re-tweet merupakan tipe kesalahan yang secara teknis penulisan sudah
menggunakan teknik menuliskan kutipan, tapi penulisan terlalu mirip dengan sesuai teks
atau kata-kata asli dari teks yang dikutip (Indrianti 2015: 49).
6. Self Plagiatrisme
Tak kalah pentingnya untuk membahas sedikit tentang self plagiarisme sebagaimana
dibahas oleh Belinda dengan mengutip pandangan Irving Hexham, dari Universitas Calgary,
Alberta, Kanada. Plagiarisme tipe ini pada dasarnya menempatkan seorang pengarang
dalam posisi salah karena dapat membohongi pembacanya. Sehingga dari tindakan tersebut
dapat memunculkan berbagai kemungkinan permasalahan yang menjadi dua bentuk
kejadian, yaitu melakukan publikasi tulisan atau artikel pada lebih dari satu jurnal, dan bisa
menjadikan tindakan tersebut dapat mendaur ulang teks yang di tulis.

L. CARA MENGHINDARI PLAGIATRISME

Cara memperkecil kemungkinan terjadi plagiarisme secara umum atau dengan cara yang
dapat kita lakukan dengan kesadaran sendiri adalah menghargai karya orang lain dan
bertanya untuk mendapatkan ilmu serta pengarahan. Mengambil atau memakai karya orang
lain sebaiknya harus dilakukan secara baik dan benar. Setiap tulisan dalam bentuk kalimat
atau parafgraf yang dikutip harus selalu ditulis sumber informasi dan nama penulisnya.
Apabila mencari bahan untuk penyusunan karya ilmiah, dianjurkan untuk menghembangkan
kebiasaan mencatat nama penulis dan sumber karya ilmiah dari setiap pustaka yang dicatat.
Kejujuran merupakan dasar untuk menegakkan kebenaran, termasuk menegakkan dan
membangun kebenaran ilmiah sangat diperlukan kejujuran. Kejujuran merupakan nilai yang
hakekatnya tidak bisa dibuat-buat, tetapi bisa ditempa melalui pendidikan moral atau
mental, kemudian diperkaya dengan ilmu pengetahuan. Kejujuran yang hakiki hanya dapat
diketahui oleh Tuhan, sedanghkan orang lain hanya bisa mengetahui ekspresi dari
kejujurannya itu (Wibowo 2012: 4).
Beberapa upaya untuk menghindari plagiatrisme yang telah dilakukan oleh suatu institusi
perguruan tinggi untuk menghindarikan plagiatrisme yang di lakukan oleh masyarakat
akademisnya , sengaja maupun tidak sengaja melakukan plagiatrisme dalam suatu kalimat
yang dibikin oleh seseorang. Berikut ini cara pencegahan dan berbagai bentuk pengawasan
yang dilakukan antara lain:

 Karya mahasiswa wajib melampirkan surat pernyataan dari yang bersangkutan, yang
menyatakan bahwa karya ilmiah tersebut tidak mengandung unsur plagiat.
 Pimpinan Perguruan Tinggi berkewajiban mengunggah semua karya ilmiah yang
dihasilkan di lingkungan perguruan tingginya.
 Sosialisasi terkait dengan UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 dan Permendiknas No. 17
Tahun 2010 kepada seluruh masyarakat akademis tentang plagiatrisme.

M. SANKSI PLAGIATRISME
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 70 mengatur sanksi bagi orang yang
melakukan plagiat, khususnya yang terjadi di lingkungan akademik yang dilakukan oleh
mahasiswa.
“Lulusan yang karya ilmilah yang digunakannya untuk mendapat gelar akademik, profesi,
atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam pasala 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplaka
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan atau pidana denda paling
banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah)”.
Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 telah mengatur beberapa sanksi bagi mahasiswa
yang melakukan tindakan plagiat dalam sebuah karya yang di buat olehnya. Jika terbukti
melakukan plagiat maka seorang mahasiswa akan memperoleh sanksi sebagai berikut :
1 Teguran kepada mahasiswa yang melakukan plagiatrisme
2. Peringatan tertulis untuk dikirim kan kepada mahasiswa
3. Menahan atau membatalkan pemberian hak kepada mahasiswa.
4. Pembatalan nilai yang di berikan oleh mata kuliah yang di plagiatrismekan

Seperti yang kita tahu bahwa tingkat perguruan tinggi dimulai dengan menyelesaikan
studi sarjana atau S1. Pada tahap awal ini mahasiswa harus bisa menyelesaikan tugas
terakhir mereka yaitu skripsi. Tidak seditik mahasiswa yang melakukan penelitian secara
tidak matang sehingga mereka lebih memilih melakukan tindakan plagiartisme agar lebih
mudah dan cepat menyelesaikan tugas akhir mereka. Apabila mereka berhasil lulus dari
tingkat sarjana atau S1, mereka dapat melanjutkan pendidikan mereka pada tahap
selanjutnya yaitu Magister atau S2.
Pada tingkat S2 mahasiswa akan mendapatkan gelar apabila mereka telah menyelesaikan
yang namanya tesis. Seperti yang kita tahu bahwa tingkatan ini merupakan tingkatan
dimana mahasiswa sudah memiliki kemampuan yang lebih tinggi daripada tingkatan
sebelumnya. Namun tetap saja masih terdapat dari merek yang melakukan tindakan
plagiarisme. Dalam tingkatan selanjutnya dalam perguruan tinggi yaitu tingkat Doktor atau
S3. Meskipun merupakan tingkatan teringgi dan terakhir dalam jenjang perguruan tinggi,
tetap ada saja oknum-oknum yang baik secara sengaja ataupun tidak sengaja melakukan
tindakan plagiarisme. Sudah menjadi hal sangat memalukan apabila kita masih melakukan
tindakan plagiarisme pada jenjang tertinggi ini. Studi yang kita jalani selama bertahun-tahun
dapat hilang atau dicopot gelarnya dengan begitu mudah. Karena sebuah tindakan kecil
berupa mengutip hasil karya orang lain.
Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 angka 1 UUHC, hak cipta adalah hak eksklusif
pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pemb atasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan(Ramlan 2017: 152).
DAFTAR PUSTAKA

Nasuhi, Hamid. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Ciputat: CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Napitulu Darmawan, Agus Perdana, dkk. 2020. Menulis Artikel Ilmiah Untuk Publikasi.
Yayasan Kita Menulis.

Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Cetakan Pertama.
Jakarta. PT Rineka Cipta.

Ramlan. 2017. Malu Menjadi Plagiator: Aturan dan Sanksi Bagi Penulis. Malang: Intelegencia
Media.

Rofi’uddin, Ahmad. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Tugas Akhir Skripsi, Tesis,
Disertasi, Artikel. Semarang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS).

Indriati, Eti. 2015. Strategi Hindari Plagiarisme.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Suhandi. 2017. Pintar Menulis Karya Ilmiah. Cetakan Ketiga. Yogyakarta. Deepublish.
Kisworo, Marsudi W dan Iwan Sofana. 2017. Menulis Karya Ilmiah. Bandung. Informatika.
Rifai, Mien. 2011. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah
Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Unversity Press.
Wibowo, Adik. 2012. “Mencegah dan Menanggulangi Plagiarisme di Dunia Pendidikan,”
Sukamerta, I Made. dkk. etika penelitian dan penulisan artikel ilmiah. Denpasar: Unmass
Press, 2017.
Panduan Anti Plagiarism http://lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=3076
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai