Bagian Ikm/Ikk Fakultas Kedokteran Skripsi Unhas MEI 2013
Bagian Ikm/Ikk Fakultas Kedokteran Skripsi Unhas MEI 2013
OLEH :
Nooryasni Muchlis
C 111 07 026
SUPERVISOR :
Dr. dr. Sri Ramadany, M.Kes
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Distribusi dermatitis menurut umur pada penderita di Puskesmas
Tamangapa 28
Tabel 4.2 Distribusi dermatitis menurut jenis kelamin pada penderita di Puskesmas
Tamangapa 29
Tabel 4.3 Distribusi dermatitis menurut pekerjaan pada penderita di Puskesmas
Tamangapa 30
Tabel 4.4 Distribusi dermatitis menurut tempat tinggal pada penderita di Puskesmas
Tamangapa
31
DAFTAR
GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Grafik distribusi dermatitis menurut umur pada penderita di Puskesmas
Tamangapa 28
Gambar 4.2 Grafik distribusi dermatitis menurut jenis kelamin pada penderita di Puskesmas
Tamangapa 29
Gambar 4.3 Grafik distribusi dermatitis menurut pekerjaan pada penderita di Puskesmas
Tamangapa 30
Gambar 4.4 Grafik distribusi dermatitis menurut tempat tinggal pada penderita di Puskesmas
Tamangapa 31
DAFTAR LAMPIRAN
Hasanuddin Makassar
9. Riwayat Penulis
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Skripsi, Mei 2013
ABSTRAK
Abstrak : Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen yang menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik dan keluhan gatal. Penyebab dermatitis sendiri dapat berasal
dari luar (eksogen) seperti bahan kimia berupa: detergen, oli, semen; fisik berupa sinar dan
suhu; dan mikroorganisme berupa jamur dan bakteri. Selain itu ada pula penyebab yang timbul
dari dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik. Sedang sebagian lainnya tidak diketahui
etiologinya yang pasti.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui gambaran jenis penyakit kulit (dermatitis) pada penderita di Puskesmas
Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Pada penelitian ini variabel yang diteliti
adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan jtempat tinggal. Sampel yang diambil adalah
semua penderita yang didiagnosa dermatitis selama periode Januari – Desember 2012 dengan
kriteria inklusi dan eksklusi. Metode pengambilan sampel adalah dengan dengan pengumpulan
data sekunder yang diperoleh dari rekam medis Puskesmas Tamangapa. Pengolahan data
dilakukan dengan program komputer SPSS 16.0 dan Microsoft Excel untuk memperoleh hasil
statistik deskriptif yang diharapkan. Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik.
Hasil penelitian : Dari penelitian dengan total sampel 274 orang didapatkan penyakit
dermatitis yang paling banyak diderita oleh pasien berdasarkan umur adalah kelompok usia 1-
10 tahun sebanyak 100 orang (36.5%). Pasien yang menderita dermatitis berdasarkan jenis
kelamin paling banyak diderita oleh perempuan sebanyak 177 orang (64.6%) sedangkan laki-
laki yang menderita dermatitis sebanyak 97 orang (35.4%). Penderita dermatitis berdasarkan
pekerjaan didapatkan paling banyak pada kelompok belum bekerja sebesar 116 orang
(42.3%). Kemudian penderita dermatitis berdasarkan tempat tinggal paling banyak berada di
Kelurahan Tamangapa sebesar 164 orang (59.9%).
Saran : Bagi pemerintah, agar melakukan pengendalian pemukiman yang berada di
sekitar TPA untuk tetap berada dalam batas jarak aman/sehat yang telah ditetapkan dan bagi
petugas medis di puskesmas agar tetap memberi informasi dan dorongan bagi masyarakat
yang tinggal disekitar TPA untuk tetap menjaga personal hygiene dan sanitasi lingkungan
dengan menerapkan Prinsip Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
DAFTAR ISI
SAMPUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR TABEL x
DAFTAR DIAGRAM xi
BAB. I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar
dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai akhir hidupnya. Hal ini membutuhkan daya
dukung lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. 1
Salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan adalah masalah pembuangan dan
pengelolaan sampah. Sampah adalah bahan buangan sebagai akibat dari aktivitas manusia
yang merupakan bahan yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi. Terlebih dengan terus
meningkatnya volume kegiatan penduduk perkotaan, lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah juga makin terbatas. Kondisi ini makin memburuk manakala pengelolaan sampah di
masing-masing daerah masih kurang efektif, efisien, dan berwawasan lingkungan serta tidak
terkoordinasi dengan baik. 2
Pada beberapa penelitian TPA, keberadaan TPA memberikan kontribusi dan menjadi
sumber kontaminasi akibat inkubasi dan proliferasi lalat, nyamuk, dan hewan pengerat, yang
pada gilirannya menjadi penyakit menular yang mampu mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Kondisi ini menghasilkan penyakit pada pencernaan, pernapasan, penyakit kulit, dan beberapa
penyakit infeksi lainnya. Konsekuensinya, TPA ini memiliki dampak ekonomi dan sosial yang
tinggi dalam pelayanan kesehatan masyarakat, dan hal ini belum diperkirakan oleh pemerintah
dan masyarakat. 3,4,5
Salah satu penyakit tersering yang diderita masyarakat sekitar TPA yang memerlukan
perhatian serius adalah penyakit kulit (dermatitis), salah satunya dermatitis kontak. Dermatitis
kontak adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang
mengiritasi kulit atau menyebabkan reaksi alergi. Dermatitis kontak akan menyebabkan ruam
yang besar, gatal, dan rasa terbakar dan hal ini akan bertahan sampai berminggu-minggu.
Selain mendapatkan pengobatan, gejala dermatitis ini akan menghilang bila kulit sudah tidak
terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit tersebut.7
Hal ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan masyarakat di sekitar TPA ini
sangatlah penting, terutama masalah dermatitis ini menjadi masalah yang memerlukan tindak
lanjut mengingat dampaknya terhadap aspek kesehatan dan aspek ekonomi masyarakat.
Mengingat lokasi Puskesmas Tamangapa yang berjarak ± 700m dari Tempat Pembuangan
Akhir dan telah tercatat dermatitis merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak yang didapatkan di
masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas Tamangapa. Oleh karena itu, saya berminat untuk
mencari karakteristik penderita dermatitis berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan
tempat tinggal pada masyarakat di Puskesmas Tamangapa periode 1 Januari – 31 Desember
2012.7
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit kulit pada masyarakat di
Puskesmas Tamangapa Periode 1 Januari – 31 Desember 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas
Tamangapa berdasarkan usia
b. Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas
Tamangapa berdasarkan jenis kelamin
c. Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas
Tamangapa berdasarkan pekerjaan
d. Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas
Tamangapa berdasarkan jarak tempat tinggal dan lokasi TPA
GAMBARAN UMUM
LOKASI PENELITIAN
Berdasarkan survey tahun 2010, jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas
Tamangapa adalah 28.444 jiwa, terdiri dari 9889 jiwa di Kelurahan Tamangapa dan 18.555
orang di Kelurahan Bangkala. Secara rinci dalam table berikut :
Tabel 2.1 Distribusi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa
Semua wilayah kerja dapat dijangkau dengan kendaraan mobil dan sepeda motor,
kecuali daerah Romang Tangaya yang hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa terdiri dari berbagai suku, antara
lain : Makassar, Bugis, Jawa, Manado, dll. Sedangkan agama yang dianut, mayoritas
beragama Islam. Yang lain adalah Kristen, Hindu, dan Buddha.
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 2
4 Apoteker 1
6 Akademi Kebidanan 2
7 D3 Gizi 1
8 D3 Kesehatan Gigi 1
9 SPRG 1
10 Perawat Bidan 2
11 Perawat (SPK) 6
12 Sanitarian (SPH) 2
13 Laboran (Analis) 1
14 Pekarya 2
15 SMEP 1
16 PKC 1
JUMLAH 29
Sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa adalah sebagai
berikut :
1) Visi
- Menjalin kemitraan dengan semua pihak yang terkait dalam pelayanan dan
pengembangan kesehatan masyarakat
TPA TAMANGAPA
Terdapat beberapa pusat aktivitas dan perumahan seperti tempat ibadah dan sekolah,
dan perkantoran yang berlokasi di sekitar 1 km dari lokasi TPA. Semenjaktahun 2000,
berbagai perumahan telah didirikan, seperti Perumahan Antang, Perumahan TNI Angkatan
Laut, Perumahan Graha Janah, Perumahan Griya Tamangapa, dan Perumahan Taman Asri
Indah yang berlokasi berdekatan dengan TPA Tamangapa. Terdapat dua buah rawa yang
berdekatan dengan perumahan tersebut, yaitu Rawa Borong yang berlokasi sebelah utara dan
Rawa Mangara yang bertempat di sebelah timur. Air dan rawa mangara mengalir menuju
Sungai Tallo dan air rawa borong mengalir menuju saluran air borong.
Sebelum Tamangapa dibangun sebagai lahan TPA, pada tahun 1979, sampah padat
perkotaan dibuang di Panampu, Kecamatan Ujung Tanah. Mengingat keterbatasan wilayah
dan lokasinya yang dekat dengan laut, tempat pembuangan sampah itu dipindahkan ke
Kantinsang, Kecamatan Biringkanaya pada tahun 1980 karena telah menurunkan kualitas air.
Pada tahun 1984, pemerintah lokal membangun TPA baru di Tanjung Bunga, Kecamatan
tamalate. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan pendirian wilayah
perumahan disekitar Kecamatan Tamalate mendorong pemerintah lokal untuk membangun
Tamangapa sebagai lahan TPA untuk Kota Makassar pada tahun 1992.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
eflorosensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan likenifikasi) dan keluhan
gatal. Tanda polimorfik tidak selalu bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Sinonim dermatitis adalah
ekzem. Ada yang membedakan antara dermatitis dan ekzem, tetapi pada umumnya
menganggap sama.8
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh:
detergen, asam,basa,oli,semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri,jamur),
dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopic. Sebagian lain tidak diketahui
etiologinya yang pasti.8
Banyak dermatitis yang belum diketahui dengan pasti patogenesisnya, terutama yang
penyebab factor endogen. Dermatitis merupakan reaksi alergi tipe 4, yaitu respon tipe lambat
tipe tuberculin yang bersifat cell mediated reaksi spesifik memerlukan beberapa jam mencapai
maksimum. Klinis biasanya baru tampak respon sesudah 24-48 jam. Pada reaksi antara antigen
dan antibody terjadi pembebasan berbagai mediator farmakologik, misalnya
histamine,serotonin, bradikinin, asetilkoline, heparin, dan anafilaktosin.8
Perubahan histologi dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis, bergantung pada
stadiumnya. Pada stadium akut kelainan di epidermis berupa spongiosis, vesikel,atau bulla,
edema intrasel, dan eksositosis terutama sel mononuclear. Dermis sembab, pembuluh darah
melebar, serbukan sel meradang terutama sel mononuclear, kadang eosinophil juga ditemukan,
bergantung pada penyebab dermatitis. Sedang epidermis pada stadium kronis menebal
(akantosis), stratum korneum menebal (hyperkeratosis dan parakeratosis setempat), rete ridges
memanjang, kadang ditemukan spongiosis ringan, tidak lagi terlihat vesikel, eksositosis
sedikit, pigmen melanin terutama di sel basal bertambah. Papilla dermis memanjang
(papilomatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis bagian atas terutama sekitar
pembuluh darah bersebukan sel radang mononuclear, jumlah fibroblast bertambah, kolagen
menebal.8
Kerusakan akibat pajanan zat iritan dimulai dengan kerusakan lapisan lipid dan
Natural Moisturizing Factor (NMF) sehingga terjadi kekeringan kulit (desikasi),
kemudian kelainan stratum korneum ini akan mengakibatkan kulit kehilangan fungsi
sawarnya. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya pajanan langsung sel kulit yang
masih hidup (viable) terhadap zat iritan tersebut. Jika zat iritan telah dapat mencapai
membran lipid keratinosit, maka zat tersebut dapat berdifusi melalui membran untuk
merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Aktivasi enzim fosfolipase oleh
kerusakan keranitosit memicu pelepasan AA (arachidonic acid), DAG (diacylglyceride),
IP3 (inositides) dan PAF (palted activating factor). AA akan mengalami peruabhan
menjadi PGs (prostaglandin) dan LTs (leukotrin). DAG akan merangsang ekspresi gen
sehingga terjadi sintesis protein berupa IL – 1 (interleukin – 1) an GMCSF (granulocyte
–macrophage colony stimulating factor). IL - 1 akan mnegaktifkan sel Th (T helper)
untuk memproduksi IL-2 dan mengekspresikan reseptor IL-2, terjado perangsangan
autokrin, di samping merangsang proliferasi sel – sel tersebut. Keratinosit juga
mengekspresikan molekul permukaan HLA –DR (human leukocyte antigen DR) dan
ICAM -1 (intercellular adhesion molecule 1). Prostaglandin dan LTs akan merangsang
dilatasi pembuluh darah, menyebabkan terjadinya trandsui komplemen, dan aktivasi
system kinin. Prostaglandin dan LTs berperan pula sebagai chemoairactans bagi
neutrofil dan limfosiy serta mengaktiovasi sel mast untuk melepaskan histamin, LTs dan
PGs lain.Seluruh proses tersebut di atas menyebabkan perubahan seluler.10
a) Krim pelembab
Umumnya pelembab mengandung humectant dengan berat molekul rendah
dan lipid. Humectants seperti urea, gliserin, asam laktat, pyrroledone
carboxylic acid (PCA ) dan garan, diabosrpsi ke dalam stratum kornemum
dan meningktkan hidrasi dengan cara menarik air. Lipid, seperti
petrolatum, lilin lebah, lanolin dan bermacam-macam minyak dalam pe
lembab, memiliki efek sebagai membran oklusif pada kulit.10
b) Barrier creams
Krim ini digunakan unmtuk mencegah atau mengurangi penetrasi dan abrobsi zat
iritan ke ke kulit, mencegah terjadinya lesi kulit atau efek pajanan ke dermis.
Biasa dipakai untuk mencegah dan mengobati dermatitis kontak di lingkungan
industri dan rumah. Menurut penelitian dikatakan bahwa mekanisme kerja BC
melalui bahan – bahan aktif yang terkandung di dalamnya mengikat atau merubah
zat iritan. Sebagahagian besar menerima bahwa BC mempengaruhi absobsi dan
penetrasi iritan dengan memblok fisik, yaitu membentuk lapisan tipis film yang
melindungi kulit.10
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan klinis
c) Pemeriksaan penunjang
b) Pengobatan
Sama dengan pengobatan dari dermatitis pada umunya yaitu dengan
kompres untuk DKA mendidans serta penggunaan topikal kortikosteroid
untuk DKA subakut dan kronis. Pada DKA yang disertai dengan infeksi
sekunder dapat diberikan antibiotik sistemik. Pada DKA yang cenderung
meluas dapat diberikan kortikosteroid sistemik dengan dosis 40-60
mg/hari dam dosis terbagi, kemudian ditapering setelah ada perbaikan.11
c) Tindakan pencegahan
Untuk DKA pada pekerja di lingkungan industri digunakan alat
pelindung seperti sarung tangan.11
Kriteria Minor
1. Xerosis
2. Infeksi kulit (khususnya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks)
3. Dermatitis non spesifik pada tangan atau kaki
4. Keratosis pilaris
5. Pitiriasis alba
6. Dermatitis di papilla mammae
7. Konjungtivitis berulang
8. Katarak subkapsular anterior
9. Muka pucat atau eritem
10. Gatal bila berkeringat
Diagnosis dermatitis atopi harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga
kriteria minor.8
KERANGKA KONSEP
Usia
Jenis Kelamin
PENYAKIT KULIT
"DERMATITIS"
Pekerjaan
Tempat tinggal
terhadap lokasi TPA
Tamangapa
Arsip data penyakit pasien di Puskesmas Tamangapa dan memenuhi kriteria variabel
yang diteliti pada periode Januari-Desember 2012
Arsip data hilang atau data untuk variabel penelitian tidak lengkap
BAB V
METODE PENELITIAN
b. Kriteria Eksklusi
Arsip data hilang atau data untuk variable penelitian tidak lengkap
HASIL PENELITIAN
Umur Presentase
Jumlah Penderita (N)
(Tahun) (%)
10-19 46 16.8
20-39 73 26.6
≥40 55 20.1
yang tertua berumur >40 tahun. Dari hasil penelitian, distribusi penderita antara lain, 1-10
tahun (36.5%), 11-20 tahun (16.8%), 21-40 tahun (26.6%) dan >40 tahun (20.1%). Umur
terbanyak yang menderita penyakit dermatitis adalah umur 1-10 tahun, yaitu sebesar 36.5%.
Sedangkan proporsi terkecil adalah kelompok usia 11-20 tahun, sebesar 16.8%.
Jenis Presentase
Jumlah Penderita (N)
Kelamin (%)
Laki-laki 97 35.4
Presentase
Pekerjaan Jumlah Penderita (N)
(%)
Pemulung 44 16.1
Swasta 29 10.6
Negeri 38 13.9
Presentase
Alamat Jumlah Penderita (N)
(%)
Bangkala 71 25.9
Lainnya 39 14.2
Berdasarkan hasil penelitian, variable tempat tinggal dimana proporsi terbesar yaitu
penderita yang bertempat tinggal di Kelurahan Tamangapa , sebesar 59.9% kemudian di
Kelurahan Bangkala sebesar 25.9% dan diluar dari wilayah kerja puskesmas sebesar 14.2%.
BAB VII
PEMBAHASAN
Penyakit dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen maupun faktor endogen yang menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik dimana sifatnya cenderung residif dan menjadi kronis. Faktor
eksogen yang menyebabkan dermatitis disebut dermatitis kontak. Dermatitis kontak ialah
respon dari kulit dalam bentuk peradangan yang dapat bersifat akut maupun kronik, karena
paparan dari bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Berdasarkan penyebabnya dermatitis
kontak dibedakan atas 2, yaitu: dermatitis kontak iritan (DKI) yang disebabkan oleh bahan
yang bersifat iritan dan dermatitis kontak alergi (DKA) yang disebabkan oleh bahan yang
bersifat alergen. Selain itu adapula dermatitis yang disebabkan oleh faktor endogen, yaitu
dermatitis atopik. Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita dermatitis atopi, rhinitis alergi, dan asma bronkial. Berbagai faktor ikut berinteraksi
dalam dermatitis atopik, misalnya faktor genetik, lingkungan, farmakologi,dan imunologi.
Dalam penelitian ini, telah dikumpulkan 274 sampel yang diambil dari data sekunder
berupa rekam medis Puskesmas Tamangapa. Secara keseluruhan, jumlah penderita tersebut
telah dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan tempat tinggal. Namun
dalam penegakan diagnosis di Puskesmas, dermatitis tidak dibagi menjadi dermatitis kontak
(eksogen) ataupun dermatitis atopik (endogen).
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kelompok usia tertinggi adalah usia 1-10
tahun, sebesar 100 orang (36.5%) dan yang terendah ialah kelompok usia 11-20 tahun sebesar
46 orang (16.8%). Berdasarkan teori, dermatitis kontak dapat diderita oleh semua golongan
umur, namun faktor individu diyakini berpengaruh pada kejadian DKI, salah satunya adalah
perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat, menyebabkan perbedaan permeabilitas (pada
anak usia <8 tahun dan pada usia lanjut lebih mudah teriritasi). Sedangkan pada DKA, factor-
faktor yang berperan termasuk potensi sensitasi allergen, luas daerah yang terkena, lama
pajanan, dan keadaan kulit pada lokasi kontak (ketebalan epidermis) serta status imunologi.
Pada usia kanak-kanak, ketebalan epidermis masih kurang dan status imunologis masih rendah
sehingga lebih berpotensi untuk DKA. Begitu juga dengan Dermatitis Atopik, yang lebih
sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak yang berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
serum dan riwayat atopi dalam keluarga. Pada anak, makanan juga berperan sebagai factor
pemicu, yang paling sering adalah telur, susu, gandum, kedelai, dan kacang tanah.
Berdasarkan penelitian terdahulu, di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan negara industri
lainnya, prevalensi DA pada usia anak mencapai 10-20%, sedangkan dewasa mencapai 1-3%.
2. Jenis Kelamin
3. Pekerjaan
4. Tempat tinggal
VIII.1 KESIMPULAN
VIII.2 SARAN
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan