Anda di halaman 1dari 17

FOOD SANITATION

COMPILED BY :
GROUP 1

1. DINDA AYU AZIZAH RIADI PO7133121045


2. SYABILLA ARDIANY PO7133121049
3. MEILISA MELANI PO7133121057
4. ALDY APRIANSYAH PO7133121065
5. ELFEIRA PUTRI SALSABILAH PO7133121067
6. NI LUH OCTA MAHARANI PW PO7133121081

CLASS 2.B
LECTURER : FIDER SAPUTRA T., S.Hum., M.Hum.

STUDY PROGRAM D -III SANITATION


DEPARTMENT OF ENVIRONMENTAL HEALTH
POLTEKKES MINISTRY OF HEALTH PALEMBANG
SCHOOL YEAR 2023
PREFACE

Alhamdulillah, thank God for the presence of Allah SWT who has given
His grace and guidance so that we can complete the report entitled "Food
Sanitation"

The purpose in writing this paper is to fulfill the assignment given by Mr.
FiderSaputra T, S.Hum, M.Hum as lecturer in English mayor.

We realize that the report that I made is still far from perfect in terms of
preparation, language, and writing. Therefore, we really hope for constructive
criticism and suggestions from all readers to become a reference so that writers
can be even better in the future.

Hopefully this report can add insight to readers and can be useful for the
development and improvement of science.

Palembang, 28 April 2023

Group 1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Higiene sanitasi merupakan upaya untuk mengendalikan faktor risiko
terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan bahan
kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat
gizinya tidak rusak serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia.
Semakin maju teknologi dan bertambahnya aktivitas pada masa sekarang
membuat masyarakat lebih memilih cara praktis dalam penyelenggaraan
makanan bagi individu, keluarga maupun pada acara atau kegiatan. Hal ini yang
mendorong pertumbuhan jasa boga seperti rumah makan, katering, bahkan
pedagang makanan kaki lima. Jasa boga adalah usaha pengelolaan makanan
yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan yang dilakukan oleh
perseorangan atau badan usaha (Permenkes RI, 2011).
Catering merupakan istilah khusus yang digunakan untuk bisnis yang
menawarkan jasa dan penyedia makanan dan minuman dalam jumlah banyak
sesuai dengan pesanan. Selain itu, usaha katering ini dapat dikelola oleh
perorangan, industry ataupun lembaga.
Jasa boga (katering) termasuk dalam industri commercial catering yaitu
maksud dan tujuan dari perusahaannya adalah untuk mendapatkan profit melalui
jasa layanan katering yang bertujuan memenuhi dan memuaskan kebutuhan
konsumen melalui produk (jasa) yang disediakan. ( Kardigantara, 2006: 4).
Hygiene Sanitasi Makanan adalah pengendalian terhadap faktor makanan,
orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.Ukuran keamanan
makanan akan berbeda satu orang dengan orang lain, atau satu negara dengan
negara lain, sesuai dengan budaya dan kondisi masing-masing. Untuk itu perlu
ada peraturan yang menetapkan norma dan standar yang harus dipatuhi bersama.
Di tingkat internasional dikenal dengan standar codex, yang mengatur standar
makanan dalam perdagangan internasional yang disponsori oleh WHO dan
FAO. Pengolahan makanan melalui jasa boga merupakan hal yang sering
ditemui di masyarakat. Sedangkan makanan merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia dan sangat berpengaruh dengan kesehatan.
Penilaian kelaikan fisik dan prinsip higiene sanitasi jasa boga merupakan
salah satu upaya untuk mengendalikan keamanan pangan saat proses produksi
makanan. Dengan adanya pengendalian proses produksi, dapat meminimalkan
risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan
makanan, penjamah makanan, tempat dan peralatan agar aman dikonsumsi.

B. Tujuan
a. Agar dapat mengevaluasi tentang sanitasi dan higientias dalam pengolahan
serta penanganan makanan dari jasa boga Mala Catering.
b. Agar mahasiswa mampu melakukan pengawasan dan pembinaan jasa boga
c. Agar dapat mengetahui dan memahami cara pemeriksaan hingga penilaian
sehingga dapat menentukan nilai dari catering yang diperiksa.
C. Manfaat
Dengan dilaksanakannya kegiatan Pemeriksaan hygiene sanitasi sarana
Industri Jasaboga Catering, mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan serta
penilaian terhadap Industri Jasaboga Catering dengan berpedoman pada
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1096 tahun 2011 tentang Hiegiene Sanitasi
Jasaboga.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Jasaboga
Jasaboga adalah usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar
tempat usaha atas dasar pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau badan
usaha. Jasaboga adalah usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar
tempat usaha atas dasar pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau
badan usaha (Permenkes NO.1096/2011).

B. Penggolongan Jasaboga
Jasaboga berdasarkan luas jangkauan yang dilayani, dikelompokkan atas:
1. Jasaboga golongan A
Jasaboga golongan A merupakan jasaboga yang melayani kebutuhan
masyarakat umum, yang terdiri atas golongan A1, golongan A2, dan
golongan A3.
2. Jasaboga golongan B
Jasaboga golongan B merupakan jasaboga yang melayani kebutuhan
masyarakat dalam kondisi tertentu, meliputi asrama, industri, angkutan
umum, dan fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Jasaboga golongan C
Jasaboga golongan C merupakan jasaboga yang melayani kebutuhan
masyarakat di dalam alat angkut umum internasional dan pesawat udara
(Permenkes no. 1096, 2011).

C. Persyaratan Teknis Hygiene dan Sanitasi Jasaboga


a. Bangunan
a) Lokasi
Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti
tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber
pencemaran lainnya.
b) Halaman
1) Terpampang papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha
serta nomor Sertifikat Laik Higiene Sanitasi.
2) Halaman bersih, tidak bersemak, tidak banyak lalat dan
tersedia tempat sampah yang bersih dan bertutup, tidak
terdapat tumpukan barang-barang yang dapat menjadi sarang
tikus.
3) Pembuangan air limbah (air limbah dapur dan kamar mandi)
tidak menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus
dan dipelihara kebersihannya.
4) Pembuangan air hujan lancar, tidak terdapat genangan air.
c) Konstruksi
Konstruksi bangunan untuk kegiatan jasaboga harus kokoh dan
aman. Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih secara
fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan
sembarangan.
d) Lantai
Kedap air, rata, tidak retak, tidak licin, kemiringan/kelandaian cukup
dan mudah dibersihkan.
e) Dinding
Permukaan dinding sebelah dalam rata, tidak lembab, mudah
dibersihkan dan berwarna terang. Permukaan dinding yang selalu
kena percikan air, dilapisi bahan kedap air setinggi 2 (dua) meter dari
lantai dengan permukaan halus, tidak menahan debu dan berwarna
terang. Sudut dinding dengan lantai berbentuk lengkung (conus) agar
mudah dibersihkan dan tidak menyimpan debu/kotoran.
f) Langit-langit
1) Bidang langit-langit harus menutupi seluruh atap bangunan,
terbuat dari bahan yang permukaannya rata, mudah
dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna terang.
2) Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter di atas lantai.
g) Pintu dan jendela
1) Pintu ruang tempat pengolahan makanan dibuat membuka ke
arah luar dan dapat menutup sendiri (self closing), dilengkapi
peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap
dan lain-lain.
2) Pintu dan jendela ruang tempat pengolahan makanan
dilengkapi peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai,
pintu rangkap dan lain-lain yang dapat dibuka dan dipasang
untuk dibersihkan.
h) Pencahayaan
1) Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan
pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaan-
pekerjaan secara efektif.
2) Setiap ruang tempat pengolahan makanan dan tempat cuci
tangan intensitas pencahayaan sedikitnya 20 foot candle/fc
(200 lux) pada titik 90 cm dari lantai.
3) Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan
distribusinya.
4) Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter
(foot candle meter)
1. Mengukur 10 fc dengan lux meter pada posisi 1x yaitu
pada angka 100, atau pada posisi 10x pada angka 10.
Catatan : 1 skala lux = 10, berarti 1 foot candle = 10 lux.
2. Untuk perkiraan kasar dapat digunakan angka hitungan
sebagai berikut :
o 1 watt menghasilkan 1 candle cahaya atau
o 1 watt menghasilkan 1 foot candle pada jarak 1
kaki (30 cm) atau
o 1 watt menghasilkan 1/3 foot candle pada jarak 1
meter atau
o 1 watt menghasilkan 1/3 x ½ = 1/6 foot candle
pada jarak 2 meter atau
o 1 watt menghasilkan 1/3 x 1/3 = 1/9 foot candle
pada jarak 3 meter.
o lampu 40 watt menghasilkan 40/6 atau 6,8 foot
candle pada jarak 2 meter atau 40/9 = 4,5 foot
candle pada jarak 3 meter.
i) Ventilasi/penghawaan/lubang angin
1) Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus
dilengkapi dengan ventilasi sehingga terjadi
sirkulasi/peredaran udara.
2) Luas ventilasi 20% dari luas lantai, untuk :
● Mencegah udara dalam ruangan panas atau menjaga
kenyamanan dalam ruangan.
● Mencegah terjadinya kondensasi/pendinginan uap air
atau lemak dan menetes pada lantai, dinding dan langit-
langit.
● Membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.

j) Ruang pengolahan makanan


1) Luas tempat pengolahan makanan harus sesuai dengan jumlah
karyawan yang bekerja dan peralatan yang ada di ruang
pengolahan.
2) Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan minimal dua
meter persegi (2 m2) untuk setiap orang pekerja.
3) Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan
langsung dengan toilet/jamban, peturasan dan kamar mandi.
4) Peralatan di ruang pengolahan makanan minimal harus ada
meja kerja, lemari/ tempat penyimpanan bahan dan makanan
jadi yang terlindung dari gangguan serangga, tikus dan hewan
lainnya.
b. Fasilitas Sanitasi
a. Tempat cuci tangan
1) Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dari tempat
cuci peralatan maupun bahan makanan dilengkapi dengan
air mengalir dan sabun, saluran pembuangan tertutup, bak
penampungan air dan alat pengering.
2) Tempat cuci tangan diletakkan pada tempat yang mudah
dijangkau dan dekat dengan tempat bekerja.
3) Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan jumlah
karyawan dengan perbandingan sebagai berikut :
Jumlah karyawan
1 - 10 orang : 1 buah tempat cuci tangan.
11 - 20 orang : 2 buah tempat cuci tangan
Setiap ada penambahan karyawan sampai dengan 10 orang,
ada penambahan 1 (satu) buah tempat cuci tangan.
b. Air bersih
1) Air bersih harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan
penyelenggaraan jasaboga.
2) Kualitas air bersih harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
c. Jamban dan peturasan (urinoir)
1) Jasaboga harus mempunyai jamban dan peturasan yang
memenuhi syarat higiene sanitasi.
2) Jumlah jamban harus cukup, dengan perbandingan
sebagai berikut :
a) Jumlah karyawan : 1 - 10 orang : 1 buah
11 - 25 orang : 2 buah
26 - 50 orang : 3 buah
Setiap ada penambahan karyawan sampai dengan 25
orang, ada penambahan 1 (satu) buah jamban.
b) Jumlah peturasan harus cukup, dengan perbandingan
sebagai berikut :
Jumlah karyawan : 1 - 30 orang : 1 buah
31 - 60 orang : 2 buah
Setiap ada penambahan karyawan sampai dengan 30
orang, ada penambahan 1 (satu) buah peturasan.
d. Kamar mandi
1) Jasaboga harus mempunyai fasilitas kamar mandi yang
dilengkapi dengan air mengalir dan saluran pembuangan
air limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan.
2) Jumlah kamar mandi harus mencukupi kebutuhan, paling
sedikit tersedia :
Jumlah karyawan : 1 - 30 orang : 1 buah
Setiap ada penambahan karyawan sampai dengan 20
orang, ada penambahan 1 (satu) buah kamar mandi.
e. Tempat sampah
1) Tempat sampah harus terpisah antara sampah basah
(organik) dan sampah kering (an organik).
2) Tempat sampah harus bertutup, tersedia dalam jumlah
yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan
sumber produksi sampah, namun dapat menghindari
kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah.
f. Peralatan
Tempat pencucian peralatan dan bahan makanan
1) Tersedia tempat pencucian peralatan, jika memungkinkan
terpisah dari tempat pencucian bahan pangan.
2) Pencucian peralatan harus menggunakan bahan
pembersih/deterjen.
3) Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau
dimakan mentah harus dicuci dengan menggunakan
larutan Kalium Permanganat (KMnO4) dengan
konsentrasi 0,02% selama 2 menit atau larutan kaporit
dengan konsentrasi 70% selama 2 menit atau dicelupkan
ke dalam air mendidih (suhu 80°C - 100°C) selama 1 – 5
detik.
4) Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan
disimpan dalam tempat yang terlindung dari pencemaran
serangga, tikus dan hewan lainnya.

D. Ketenagaan
Tenaga/karyawan pengolah makanan :
1. Memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan.
2. Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
3. Tidak mengidap penyakit menular seperti tipus, kolera, TBC, hepatitis dan
lain-lain atau pembawa kuman (carrier).
4. Setiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan yang berlaku.
5. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.
6. Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan
menggunakan alat :
a. Sarung tangan plastik sekali pakai (disposal)
b. Penjepit makanan
c. Sendok garpu
7. Untuk melindungi pencemaran terhadap makanan menggunakan :
a. Celemek/apron
b. Tutup rambut
c. Sepatu kedap air
8. Perilaku selama bekerja/mengelola makanan:
a. Tidak merokok
b. Tidak makan atau mengunyah
c.Tidak memakai perhiasan, kecuali cincin kawin yang tidak berhias
(polos)
d. Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk
keperluannya
e. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja, setelah bekerja dan setelah
keluar dari toilet/jamban
f. Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar
g. Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar
tempat jasaboga
h. Tidak banyak berbicara dan selalu menutup mulut pada saat batuk atau
bersin dengan menjauhi makanan atau keluar dari ruangan
i. Tidak menyisir rambut di dekat makanan yang akan dan telah diolah

E. Makanan
Makanan yang dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari
cemaran fisik, kimia dan bakteri.
1. Cemaran fisik seperti pecahan kaca, kerikil, potongan lidi, rambut, isi
staples,dan sebagainya. Dengan penglihatan secara seksama atau secara
kasat mata.

2. Cemaran kimia seperti Timah Hitam, Arsenicum, Cadmium, Seng,


Tembaga, Pestisida dan sebagainya. Melalui pemeriksaan laboratorium
dan hasil pemeriksaan negatif.
3. Cemaran bakteri seperti Eschericia coli (E.coli) dan sebagainya. Melalui
pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan menunjukkan angka
kuman E.coli 0 (nol)

F. Pemeriksaan Hygiene Sanitasi


Pemeriksaan higiene sanitasi dilakukan untuk menilai kelaikan persyaratan
teknis fisik yaitu bangunan, peralatan dan ketenagaan serta persyaratan
makanan dari cemaran kimia dan bakteriologis. Nilai pemeriksaan ini
dituangkan di dalam berita acara kelaikan fisik dan berita acara pemeriksaan
sampel/specimen.
1. Pemeriksaan fisik
a. Golongan A1, minimal nilai 65 maksimal 70, atau 65 – 70%
b. Golongan A2, minimal nilai 70 maksimal 74, atau 70 – 74%
c. Golongan A3, minimal nilai 74 maksimal 83, atau 74 – 83%
d. Golongan B, minimal nilai 83 maksimal 92, atau 83 – 92%
e. Golongan C, minimal nilai 92 maksimal 100, atau rangking 92 –100%
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Cemaran kimia pada makanan negatif
b. Angka kuman E.coli pada makanan 0/gr contoh makanan
c. Angka kuman pada peralatan makan 0 (nol)
d. Tidak diperoleh adanya carrier (pembawa kuman patogen) pada
penjamah makanan yang diperiksa (usap dubur/rectal swab)
3. 7 Cara Penyimpanan Bahan Makanan dan Minuman
Cara penyimpanan yang memenuhi syarat higiene Sanitasi makanan
di kamp pengungsian adalah Sebagai berikut:
- Penyimpanan harus dipisahkan antara bahan Makanan basah dengan
bahan makana kering
-Barang-barang agar disusun dengan baik Sehingga mudah diambil, tidak
memberi Kesempatan serangga atau tikus untuk Bersarang, terhindar dari
lalat/tikus dan untuk Produk yang mudah busuk atau rusak agar
Disimpan pada suhu yang dingin
- Tidak tercampur antara makanan yang siap Untuk dimakan dengan
bahan makanan mentah.
- Jika tidak ada tempat penyimpanan makanan Dapat digunakan meja
untuk menyimpan Makanan. Bahan makanan diletakkan dalam
Wadah/baskom untuk membedakan jenis Makanan dan diletakkan di atas
meja tersebut.
Apabila di daerah bencana dengan kondisi darurat Yang tidak
memungkinkan tersedianya sarana atau Alat pendingin untuk
menyimpan bahan mentah, Maka dapat dilakukan alternatif lain untuk
Menyimpan bahan mentah Yaitu dengan Menggunakan produk asap cair
tempurung kelapa. Asap cair tempurung kelapa mampu mengawetkan
Berbagai makanan seperti ikan, daging, mie, dll.
Sehingga bahan makanan akan mampu bertahan Hingga 2 bulan.
Penggunaannya pun sangat mudah Yakni dengan mencampurkan asap
cair dengan air Untuk merendam makanan Begitu pula dengan air
minum, setelah keadaan Darurat terutama setelah banjir, air minum
mungkin Tidak tersedia atau tidak aman untuk diminum, Sehingga
dibutuhkan air serta sarana yang dapat Digunakan untuk mengumpulkan,
menyimpan, dan Menggunakan air untuk minum, memasak, dan
Kebersihan pribadi, serta memastikan air minum Tetap aman untuk
dikonsumsi.
Pada umumnya tempat penyimpanan air minum di Lokasi
pengungsian sudah tersedia dalam bentuk air Minum kemasan, namun
apabila tidak tersedia Dalam bentuk air minum kemasan maka
diperlukan Tempat atau wadah untuk mengisinya, sebelum Mengisi air
minum ketempat penyimpanan yang Aman untuk digunakan.

G. Tempat Pengolahan Makanan


1. Tempat Pengolahan
Tempat pengolahan makanan/dapur umum dapat Dilaksanakan di dalam
ruangan maupun diluar Ruangan. Dapur umum harus ditempatkan pada Satu
lokasi, akan lebih baik jika berada dalam satu Bangunan. Ruang dapur ditata
untuk keperluan Menampung air, pencucian dan membersihkan Makanan,
pengadaan awal, masak penyiapan Makanan sebelum disajikan dan pencucian
alat-alat Makan dan alat masak. Apabila di dalam ruangan dan terdapat ruangan
Yang dapat dimanfaatkan untuk dapur umum maka Perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Tidak ada kemungkinan kebakaran, lokasi baik dan Tempatnya tidak
rusak, mempunyai lantai yang Kuat, tidak licin, cukup cahaya, cukup persediaan
Air atau sumber air, ada fasilitas kamar mandi dan Jamban, dekat dengan tempat
pemberian makanan, Dan dekat dengan jalan.Pengawasan tempat proses
pengolahan makanan
Pada setiap bagian pengolahan meliputi:
a. Dapur panas (hot kitchen)
b. Dapur dingin (preparation kit
c. Dapur pewadahan makanan (pantry)
d. Peralatan yang digunakan (utensil)
e. Suhu ruangan (holding room)
f. Tenaga pengolah (food handler)
Jika menggunakan tenda sebagai dapur umum ada Beberapa hal yang perlu
diperhatikan
a. Tempatnya datar, kering, dan tidak banyak Serangga atau vektor
b. Ada pohon-pohon sebagai pelindung
c. Dekat dengan tempat tenda pengungsian
d. Dekat dengan tempat pembekalan
e. Dekat dengan sumber air
f. Tidak ada benda-benda atau logam yang Berbahaya
Perlu disediakan ruangan-ruangan terpisah di Dalam tenda dapat digunakan
meja untuk Menempatkan bahan makanan sesuai dengan alur Pengolahan makanan.
Susunan ruangan dalam Tenda dapur umum yaitu sebagai berikut:
- Meja penerimaan bahan makanan
- Meja penyimpanan bahan kering
- Meja penyimpanan bahan basah
- Meja penyimpanan alat masak dan alat makan
- Tempat pencucian bahan makanan
- Meja persiapan bahan makanan
- Meja pengolahan makanan
- Meja penyajian makanan
- Loket distribusi makanan
BAB 3
PENUTUP

Higiene sanitasi merupakan upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya


kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan bahan kimia berbahaya,
telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak serta
tidak bertentangan dengan kesehatan manusia.
Jasaboga adalah usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas
dasar pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha. Jasaboga adalah
usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar
pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha (Permenkes
NO.1096/2011).
Pemeriksaan higiene sanitasi dilakukan untuk menilai kelaikan persyaratan teknis fisik
yaitu bangunan, peralatan dan ketenagaan serta persyaratan makanan dari cemaran
kimia dan bakteriologis.
DAFTAR PUSTAKA

Andisa. Sanitasi Makanan dan Minuman Jasaboga.


http://andisa72.blogspot.com/2012/09/sanitasi-makanan-dan-minuman-jasa-
boga.html. Diakses pada 17 Desember 2020.

August, Arum. 2014. JASA BOGA.. https://www.academia.edu/10629125/JASA_BOGA.


Diakses pada 17 Desember 2020.

Notoatmodjo, S. 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan menteri kesehatan No. 1096 Tahun 2011 tenteng Hygiene Sanitasi Jasa boga

Unknow. Catering. http://eprints.uny.ac.id/66434/3/03%20bab%20I.pdf. Diakses pada


17 Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai